40
WARIS DAN WASIAT DI NEGARA FILIPINA Makalah Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Perkuliahan “Hukum Keluarga Asia Tenggara” Dosen Pengampu : DR. Hj. TUTIK HAMIDAH, M.AG Oleh : FAHRURRAZIL BAQI S.URAN 13780018 MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSYIYAH i

Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

  • Upload
    msmdwt

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hukum Islam di Asia Tenggara

Citation preview

Page 1: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

WARIS DAN WASIAT DI NEGARA FILIPINA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Perkuliahan

“Hukum Keluarga Asia Tenggara”

Dosen Pengampu :

DR. Hj. TUTIK HAMIDAH, M.AG

Oleh :

FAHRURRAZIL BAQI S.URAN

13780018

MAGISTER AL-AHWAL AL-SYAKHSYIYAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

i

Page 2: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan bagi kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah kami ini.

Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia menuju

jalan kebenaran yakni agama Islam, sehingga pada saat ini kami sebagai

regenerasi dapat merasakan hasil jerih payah beliau yang dapat dibuat pelajaran

dan tauladan bagi kami.

Tak lupa kami ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Dr. Hj. Tutik

Hamidah, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi semangat kepada kami

dalam proses pembelajaran mata kuliah Hukum Keluarga Asia Tenggara ini.

Kendatipun segala upaya dan kemauan kami kerahkan semaksimal

mungkin. Namun karena manusia tidak luput dari kekurangan dan kesalahan,

maka dengan kerendahan hati, kami mengharapkan saran dan kritik pembaca

khususnya dosen pembimbing, agar dapat menyempurnakan makalah kami dan

menjadi bahan cerminan pada makalah kami yang selanjutnya.

Malang, 20 September 2014

Penulis

ii

Page 3: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................2

BAB II : WARIS DAN WASIAT ISLAM DI FILIPINA.....................3

A. Profil Negara Filipina.................................................................3

B. Sejarah Islam Di Fili[ina............................................................6

C. Perkembangan Hukum Islam Di Filipina...................................9

D. Latar Belakang Terbitnya Dekrit Presiden Mengenai UU

Keluarga Islam ........................................................................11

E. Konsep Waris dan Wasiat Muslim Moro Filipina...................14

BAB III : PENUTUP.................................................................................18

A. Kesimpulan.............................................................................18

B. Saran.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21

iii

Page 4: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filipina merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama

Kristen. Walaupun dalam sejarahnya Islam lebih dulu masuk di daerah Filipina,

namun kenyataan yang didapat bahwa Islam menjadi kaum minoritas sampai

sekarang. Meskipun demikian, dengan perjuangan yang dilakukan masyarakat

muslim, Islam tetap mampu menjaga eksistensinya. Hingga pada akhirnya Islam

diakui sebagai salah satu agama yang memiliki undang-undang sendiri.

Sebagaimana Indonesia, Filipina memiliki Undang-undang Hukum Islam yang

mengatur masyarakat yang beragama Islam dan juga telah dikodifikasi. Kodifikasi

tersebut merupakan hasil dari unifikasi Hukum Islam dari aturan-aturan yang

sebelumnya bersifat sementara. Bentuk dari kodifikasi Hukum Islam Filipina

adalah UU Perseorangan Muslim Filipina yang merupakan Dekrit Presiden No.

1083. UU tersebut memuat serangkaian hukum perdata yang berlaku bagi umat

muslim Filipina. Lebih jelasnya, tulisan ini akan sedikit membahas tentang UU

yang telah disebutkan.

Dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai konsep waris dan wasiat

yang diatur dalam undang-undang keluarga Islam Filipina. Dalam makalah ini

juga memaparkan profil negara Filipina, sejarah, perkembangan Hukum Islam

hingga terbitnya dekrit presiden mengenai UU Keluarga Islam serta konsep waris

dan wasiat Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil negara Filipina?

2. Bagaimanakah sejarah masuknya Islam ke Filipina?

3. Bagaimanakah perkembangan Hukum Islam di Filipina?

4. Bagaimanakah Latar Belakang Terbitnya Dekrit Presiden Mengenai UU

Keluarga Islam?

1

Page 5: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

2

5. Bagaimanakan konsep waris dan wasiat di Filipina?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan profil negara Filipina

2. Memaparkan sejarah masuknya Islam ke Filipina

3. Mengetahui perkembangan Hukum Islam di Filipina

4. Mengetahui latar belakang terbitnya dekrit presiden mengenai UU Keluarga

Islam

5. Bagaimanakan konsep waris dan wasiat di Filipina

Page 6: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

BAB II

WARIS DAN WASIAT ISLAM DI FILIPINA

A. Profil Negara Filipina

1. Letak geografis Filipina

Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan

300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40' dan 126° 34' BT, dan 4° 40' dan

21° 10' LU. Di timur, berbatasan dengan Laut Filipina, di barat berbatasan dengan

Laut China Selatan, dan di selatan berbatasan dengan Laut Sulawesi. Pulau

Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya dan Taiwan di utara

Maluku dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau.

Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok utama: Luzon (Region I

sampai V + NCR & CAR),Visayas (VI sampai VIII), dan Mindanao (IX sampai

XIII + ARMM). Pelabuhan sibuk Manila, di Luzon, adalah ibu kota negara dan

kota terbesar-kedua setelah Kota Quezon.1

2. Demografi Filipina

Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan

jumlah 86,241,697 jiwa pada tahun 2005. Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di

Pulau Luzon dan Manila yang menjadi ibu kota negara, negara ini berada di

urutan ke-11 dalam jumlah penduduk area metropolitan. Orang-orang Filipina

dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang aborigin Taiwan dan

bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia, dan

Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok etnolingustik

dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk asli

Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggir dan populasinya tinggal 30 ribu

jiwa.

Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah orang Tionghoa,

Amerika, dan Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa, Arab, Indonesia,

1 Dapat dilihat di http://dahlansyuhada25.blogspot.com/2013/11/kondisi-fisikekonomipenduduk-sosial.html. diakses pada tanggal 19 september 2014.

3

Page 7: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

4

Korea, dan Jepang. Orang-orang Mestizo adalah minoritas sebesar 1-2% yang

berpengaruh. Dalam penelitian dari Universitas Stanford, ditemukan bahwa 3,6%

populasi memiliki turunan dari bangsa Eropa.

Penduduk Filipina sebesar 95,9% bisa membaca, salah satu yang

tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Angka harapan hidup

penduduknya adalah 69,29 tahun; 72,28 untuk wanita dan 66,44 untuk pria.

Pertumbuhan penduduk per tahunnya sebesar 2,1% dan sekarang Filipina sedang

mengalami masalah kepadatan penduduk karena angka kelahirannya tinggi.

Filipina mempunyai kira-kira 92,2 juta penduduk menurut perkiraan sensus 2009.

Memiliki lebih dari 80 suku daerah dengan dialek bahasanya masing-masing.

Bahasa Tagalog merupakan bahasa nasional, tetapi bahasa Inggris digunakan

dalam percakapan sehari-hari. Hal ini menjadikan Filipina sebagai satu-satunya

negara di Asia Tenggara yang penduduknya paling banyak menggunakan bahasa

Inggris. Hal tersebut dikarenakan pengaruh budaya Barat di negara ini sangat

kuat. Pemerintah Filipina mengikuti Pemerintah Amerika Serikat. Dia ditata

sebagai sebuah republik, di mana Presiden berfungsi sebagai kepala negara,

kepala pemerintahan, dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata. Presiden

dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih sekaligus

mengepalai kabinet. Dewan Legislatif Filipina mempunyai dua kamar  Kongres

terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan; anggota keduanya dipilih oleh pemilu.

3. Agama di Filipina

Penduduk Filipina mayoritas beragama Katolik 80%, hal ini disebabkan

Filipina merupakan bekas jajahan Spanyol, dilanjutkan dengan Protestan 10%, hal

ini karena Filipina dijajah Amerika Serikat, dilanjutkan dengan Islam 5% yang

mayoritas berada di Pulau Mindanao, lalu Buddha 2.5% yang merupakan

penduduk pendatang dari Korea Selatan, Republik Rakyat China, Malaysia,

Singapura,Jepang, India, dan Vietnam. Sebanyak 0.4% menyatakan dirinya

Atheis, dan 2.1% beragama lain.

Walaupun katolik menjadi agama mayoritas, tetapi di Filipina terdapat

tiga ribu masjid, terutama di selatan. Kota Marawi dan Jolo dapat dianggap

sebagai pusat keagamaan bagi komunitas muslim. Kitab suci alQur’an telah

Page 8: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

5

diterjemahkan oleh dr.Ahmad Domacao Alonto kedalaam bahasa Maranao,

bahasa yang paling utama dikalangan muslim kebanyakan muslim di Moro adalah

petani dan nelayan. Dijabatan tinggi pemerintah Filipina tidak berarti. Asosiasi

Islam yang paling aktif adalah Asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al Islam

(Kota Marawi), Masyarakat Islam Mualaf (Manila) dan yayasan Islam Sulu (jolo)

dan sebagainya. Tahun 1983, Dewan Dakwah Islam Filipina telah dibentuk untuk

mempersatukan organisasi-organisasi Muslim di utara dan selatan.

Menurut Majul, ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa

Moro berintegerasi secara penuh kepada republik Filipina. Pertama, bangsa Moro

sulit menghargai undang-undang Nasional, khususnya yang mengenai hubungan

pribadi daan keluarga, karena undang-undang tersebut berasal dari Barat dan

Katolik, seperti larangan bercerai dan poligami yang sangat bertentangan dengan

Hukum Islam yang membolehkannya. Kedua, sistem sekolah yang menetapkan

kurikulum yang sama, bagi setiap anak Filipina disemua daerah, tanpa

membedakan perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moro malas untuk

belajar disekolah yang didirikan pemerintah. Mereka menghendaki dalam

kurikulum itu adanya perbedaan khusus bagi bangsa Moro, karena adanya

perbedaan agama dan kultur. Ketiga, bangsa Moro masih trauma dan memendam

kebencian yang mendalam terhadap program perpindahan penduduk yang

dilakukan oleh pemerintah Filipina ke wilayah mereka di Mindanao, karena

program ini telah mengubah posisi mereka dari mayoritas menjadi minoritas

hampir disegala bidang kehidupan.2

4. Budaya filipina

Kebanyakan masyarakat Filipina gemar menyanyi serta menari pada

setiap kali pesta keramaian. Tarian bambu ini memerlukan pergerakan kaki yang

cocok. Bahay Kubo merupakan rumah tradisional yang terkenal di Filipina, yang

dibuat dari daun kelapa, nipah, dan bambu. Terdapat tanglung berbentuk bintang

yang digantung di hadapan rumah yang bernama Parol. Semasa Natal,

kebanyakan masyarakat di sana gemar menjadikan parol sebagai hiasan rumah

2 Asy’ari. Ahm, Akhwan Mukarrom dkk, Pengantar Studi Islam ( Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2008), hlm 310.

Page 9: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

6

mereka. Organ bambu ini menggunakan lebih kurang 1.000 batang bambuh.

Konon ini adalah satu-satunya organ yang dibuat dari bambu di dunia.

B. Sejarah Islam di Filipina

Sejarah Islam di Filipina berkaitan erat dengan kawasan lainnya di Asia

Tenggara. Sulu dengan wilayah semenanjung Melayu dan kepulauan Indonesia

sudah terlibat secara erat dalam perdagangan sejak abad ke-13. Bisa jadi lebih

awal lagi. Bahasa yang umum digunakan para saudagar adalah bahasa Melayu.

Bahasa Melayu ini digunakan di istana Sulu, sebagaimana digunakan di istana

Malaka, Brunei dan wilayah lainnya.

Baru ketika pada abad ke-17 ketika orang-orang Spanyol dan orang-

orang Eropa lainnya datang ke kepulauan Filipina, kepulauan Sulu mulai terisolasi

dari daerah-daerah Melayu lainnya. Sejak itulah penggunaan bahasa Melayu

mulai merosot.3

Tradisi menulis tarsila (berasal dari bahasa Arab Silsilah, rantai atau

hubungan) di kalangan Muslim Filipina, bisa jadi, berasal dari kerajaan-kerajaan

Muslim di kepulauan Indonesia yang bertetangga, yang memiliki sejarah

pengislaman lebih awal. Mengenai tarsila ini walaupun banyak yang dibakar pada

masa Jepang dan pertempuran, kata Majul, namun masih ada yang terselamatkan.

Sultan pertama bernama Sultan Syarif (Abu Bakar), yang makamnya

berada di salah satu lereng Gunung Tumangtangis yang berhadapan dengan

Buansa. Pada makam itu tak tertulis tanggal. Di dalam tarsila Sulu pun tak tertulis

tahun. Ketiadaan tahun itu bukan berarti mereka tidak ada. Menurut suatu sumber

bahwa Raja Baguinda menerima gajah sebagai hadiah dari daerah Kalimantan,

kerajaan Brunai pada tahun 1410 M, yang sudah tidak lagi memberikan upeti

kepada Jawa (Majapahit).

Oleh karena proses sejarah Muslim Filipina terbagi dalam kelompok-

kelompok etno-linguistk, di antaranya: Manguindanao, Maranao dan Iranun,

Tausung, Samal, Yakan, Jama Mapun, Kelompok-kelompok Palawan (Palawan

3 Caesar A Majul, “Suatu Analisa terhadap “Silsilah Sulu” dalam Ahmad Ibrahim, ed. Dkk., Islam di Asia Tenggara, Perspektif Sejarah (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm 99.

Page 10: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

7

dan Malbong), Kalagan, Kolibugan, dan Sangil. Mayoritas mereka tinggal di

bagian Selatan Filipina, yaitu di pulau Mindanao dan di kepulauan Sulu. Namun,

walaupun mereka berbeda-beda, “semua orang Islam Filipina mengakui satu sama

lain sebagai anggota dari komunitas agama yang lebih luas, yang melampaui

batas-batas kebahasaan, rasial, kesukuan, dan nasional.”

Wilayah Filipina yang membentang disinggahi para saudagar Muslim,

yang melakukan pelayaran dari Laut Merah ke Laut Cina. Pedagang Muslim pada

abad ke-10 singgah di Kalimantan dan beberapa di antaranya ada yang menetap di

Sulu pada awal abad ke-13. Pada masa itu pula para pendakwah Islam

(mahdumin) dari kepulauan Indonesia yang berdekatan berusaha menyebarkan

agama, yang dipengaruhi sufisme dan masjid-masjid sederhana didirikan.

Ketika Malaka berada pada puncak kejayaannya kota itu menjadi pusat

Islam dan banyak khatib menyebar ke berbagai kepulauan lainnya. Namun pada

tahun 1511 M, pusat perniagaan Islam internasional itu jatuh ke tangan Portugis.

Para anggota kerajaan melarikan diri ke daerah-daerah lainnya dan beberapa di

antara mereka mendirikan kerajaan baru, seperti di pantai barat Mindanao. Para

pendiri dan penerus meluaskan kekuasaan ke wilayah selatan, yang sekarang

termasuk provinsi Cotabato.

Dengan jatuhnya Malaka mendorong Brunei muncul ke pentas sebagai

kekuatan kelautan dan perniagaan terkemuka. Pada tahun 1520 para pedagang dan

khatib yang tiba di Filipina meningkat.

Pada sejarah perkembangan Islam, Filipina mengalami dua periode

dimana merupakan hambatan yang sangat menentukan bagaimana Islam di

Filipina sampai sekarang. Pertama, yakni adanya penjajah dari Spanyol yang

datang kedaratan Filipina. Sejak saat itu penyebaran Islam terbatas sampai ke

kepulauan Sulu dan Mindanao sebelah Barat. Spanyol menyebarkan agama

Kristen dengan berbagai cara, dan sangat tidak senang dengan keberadaan Islam.

Disitulah kemudian terjadi peperangan antara Islam dengan penjajah Spanyol.

Rentetan peperangan yang panjang antara orang-orang Spanyol dan Islam

Page 11: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

8

dinamakan Perang Moro.4 Kedua, datangnya kolonial kedua yakni Amerika yang

merebut Filipina dari kekuasaan Spanyol tahun 1898, Ini agak berbeda dengan

Spanyol.

Amerika tidak menganjurkan Kristen-Islam. Namun dengan

mengirimkan beribu-ribu penetap Kristen ke daerah-daerah Islam untuk

menenangkan konflik antara dua komunitas itu. Amerika membiarkan kehidupan

agama orang-orang Islam dan kebiasaan ritual-ritual Islam. Meskipun demikian,

Islam dirasakan sebagai asing dan ganjil. Mereka memandang Islam dengan

penuh kecurigaan dan kebencian. Akan tetapi Amerika tidak sampai memusuhi

dan menjadi peperangan, melainkan tetap menjaga hubungan persahabatan antara

penduduk pribumi.5

Dengan adanya dua periode tersebut, kiranya itulah yang menyebabkan

Islam Filipina merupakan kaum minoritas yang selalu memiliki konflik dengan

Kristen Filipina sampai sekarang. Konflik yang terjadi menjadikan Islam Filipina

membentuk organisasi-organisasi pergerakan guna memperjuangkan Islam.6

Selain berjuang menegakkan Islam, organisasi tersebut juga berjuang untuk

memerdekakan diri. Diantara organisasi tersebut adalah MNLF (Moro National

Liberation Front) dan dua kelompok sebagai pecahan dari MNLF. Moro, adalah

label yang digunakan para nasionalis Muslim Filipina bagi identitas nasional

mereka. Tiga kelompok etnolinguistik yang terpenting menyebar di Filipina

antaralain: Kelompok Maguindanao-Iranun di wilayah Cotabato, kelompok

Tausug-Samal di Kepulauan Sulu dan Kelompok Maranawa di daerah Lanao.7

4 Ketika orang-orang Spanyol datang di Filipina pada paruh ke dua abad ke-16, mereka menggunakan istilah moro untuk menamakan penduduk yang beragama Islam. Disampaikan Caesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina, terj. Eddy Zainurry (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 9-14. 5 Dengan seperti itu, perlahan Amerika mampu bekerja sama dengan Kristen Filipina. Dengan demikian, rencana Amerika untuk mengurus kemerdekaan orang-orang Islam diubah dan disesuaikan dengan orang Kristen Filipina. Hal ini terjadi pada tahun 1920, ketika provinsi- provinsi Islam jatuh ke tangan orang Kristen Filipina, yang ingin sekali mewarisi mantel kekaisaran, pada saat kemerdekaan sebagaiman dijanjikan oleh Amerika. Lihat Caesar A. Majul, Dinamika, hlm 14-17. 6 Gerakan-gerakan yang ada antara lain: Moro National Liberation Front (MLNF), Moro  Islamic Liberation Front (MILF), Abu Sayyaf, Organization of the Islamic Conference (OIC). Baca Jhon Gershman, Peta dan Prospek Gerakan Islam di Filipina (tk:tp,th), hlm 238. Lihat puladalam kumpulam tulisan Hasbullah Moeflich, Asia Tenggara Kosentrasi Baru Kebangkitan Islam (Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm 241-242. 7 John Gresham, Peta dan Prospek, hlm 238.

Page 12: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

9

C. Perkembangan Hukum Islam di Filipina

Daerah Filipina yang eksis dengan Islamnya yakni Sulu dan Magindanao.

Masing-masing penguasa Sulu dan Magindanao memberlakukan kitab hukum

Diwan Tousug dan Luwara sa Maguindanao. Dua kitab hukum ini menegaskan

tentang kedudukan kedaulatan dalam masalah-masalah yuridis. Kedua kitab ini

berdasarkan pada kitab fiqh Islam mazhab Syafi’i.8

Pada tahap selanjutnya, masyarakat muslim Filipina sebagaimana

masyarakat muslim negara lain, menginginkan adanya kodifikasi Hukum Islam

sebagai bentuk unifikasi Hukum Islam masyarakat muslim Filipina. Ide kodifikasi

hukum ini telah muncul dalam akta No. 787 Komisi Filipina tahun 1903. Hingga

kurun waktu sampai tahun 1973, belum terdapat kodifikasi Hukum Islam yang

mutlak, masih bersifat peraturan yang disahkan oleh pemerintah dan selalu

berubah-rubah.9

Pada akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1973, dibentuklah Staf Riset

untuk Kodifikasi UU Islam Filipina. Staf tersebut bertugas menggali,

mengumpulkan, dan menyusun bahan penelitian tentang Hukum Perseorang

Muslim Filipina. Maka pada tanggal 23 Desember 1974, pemerintah

mengeluarkan Perintah Eksekutif No. 442 yang menetapkan “Komite UU

Kepresidenan untuk Mengkaji Kitab UU Muslim Filipina”. Sebagai hasil dari

kinerja komite ini, setelah diajukan kepada Presiden Filipina saat itu yakni

Presiden Marcos, ditetapkan P.D. No.1083 pada tanggal 4 Februari 1977 yang

dikenal sebagai “Kitab UU Perseorangan Muslim Filipina”.10

Undang-undang ini disusun dalam lima buah buku yang memuat 190

pasal yang meliputi perkara: ketentuan umum, hubungan keluarga dan manusia,

8 Kitab utama rujukan kitab Luwaran adalah Minhaj ath-Thalibin, Minhaj al-‘Arifin, Fathul Qarib, Mirah ath-Thullab. Kiatb Luwaran Lebih konfrehensif dibandingkan kitab Diwan Taosug. Didalamnya terdapat 85 pasal yang membahas masalah-masalah transaksi, kepemilikan, perkawinan dan perceraian, prosedur dan pembuktian, warisan serta pembagian harta. Kitab ini juga memuat persoalan tentang hukuman ta’zir serta mengklasifikasikan diyat ke dalam 12 kategori. Baca Mastura, Legislasi Islam dalam Hubungannya dengan Reformasi Hukum di Filipina, dalam kumpulan tulisan Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 148-149. 9 Sudirman Tebba, Perkembagan, hlm 154-157. 10 Sudirman Tebba, Perkembagan, hlm. 161.

Page 13: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

10

pewarisan, penyelesaian pertikaian dan pendapat berkaitan undang-undang,

peruntukan jinayah dan peruntukan peralihan.

Terdapat tiga tujuan dasar dalam pembentukan undang-undang untuk

muslim Filipina. Pertama, sebagai rujukan kepada budaya masyarakat Filipina.

Hal ini merujuk pada orang Filipina yang menganut agama selain Kristen. Seperti

diatur dalam akta republic No 1888 tanggal 22 Juni 1957 dalam pembentukan

“Suruhanjaya Perpaduan Negara” untuk memajukan masyarakat dalam bidang

moral, ekonomi dan politik. Dalam pembukaan undang-undang Islam ditekankan

tentang pemeliharaan “adat, tradisi, kepercayaan” yang merupakan usaha baru

untuk memenuhi keinginan umat Islam yang kembali pada sumber agamanya

sendiri.

Kedua, sebagai rujukan terhadap pembuatan undang-undang. Teks

undang-undang Islam bukan mewujudkan prinsip undang-undang tetapi membuat

sesuatu yang baru. Pada dasarnya jika melihat penjelasan awal mengenai

kenyataan sosial umat Islam, undang-undang untuk orang Islam tidak mungkin

dibentuk. Melihat kenyataan lain bahwa undang-undang ini adalah yang pertama

dibuat, setiap pembentukan undang-undang sulit dilakukan. Seperti dalam

undang-undang ini, bukan sebagai bentuk undang-undang yang ideal tapi sebagian

besar isinya merupakan ringkasan dari mazhab Syafi’i yang berkaitan dengan

perkawinan, perceraian dan nafkah serta warisan.

Ketiga, dalam pembukaan undang-undang merujuk pada persoalan

pengelolaan undang-undang untuk orang Islam dan aturan itu kemudian mengatur

secara rinci tentang pembentukan Mahkamah Syariah. Aturan ini menjadi inovasi

Mahkamah agung yang ada disetiap daerah tapi kurang berfungsi bahkan tidak

ada di beberapa daerah lain. Bagaimanapun juga, mahkamah syari’ah tidak

terpisah dari sistem mahkamah sekuler secara keseluruhan. Terdapat kesamaan

dalam  bidang perekrutan pegawai, tugas, dan pembiayaan. Ini pertama kalinya

pengelolaan undang-undang untuk orang Islam yang tersusun rapi dibentuk di

Filipina.

Undang-undang Islam merupakan langkah percobaan menyatukan orang

Moro secara resmi menjadi masyarakat modern Filipina. Undang-undang

Page 14: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

11

memberikan batas yang jelas tentang prinsip-prinsip Islam dalam aturan Negara

sekuler. Penerapan ajaran Islam dalam bentuk Undang-undang dan aturan khusus

bagi mahkamah Negara untuk Moro muslim ini menjadikan etika agama diserap

oleh aturan Negara. Perubahan dasar pada peraturan undang-undang bagi muslim

di Filipina ini meletakkan orang Islam Filipina setara dengan umat Islam lainnya

di Malaysia, Indonesia dan Singapura.11

D. Latar Belakang Terbitnya Dekrit Presiden Mengenai UU Keluarga Islam

 Negara Filipina diproklamasikan sebagai Republik yang merdeka pada

tanggal 4 Juli 1946. Banyak umat Islam yang mendapatkan posisi-posisi lokal dan

nasional dalam administrasi yang baru. Orang-orang Islam mengikuti pemilihan-

pemilihan, terjun di dunia politik dan menghadapi masalah-masalah nasional.

Meskipun begitu, orang Islam tidak memiliki rasa identitas nasional disebabkan

oleh beberapa hal.

Pertama, orang-orang Islam merasa sulit untuk menghargai undang-

undang nasional, khususnya mengenai hubungan-hubungan pribadi dan keluarga,

karena undang-undang itu jelas berasal dari nilai-nilai moral Barat dan Katolik.

Orang-orang Islam tidak dapat memahami mengapa hukum nasional tidak

memperbolehkan poligami dan perceraian sedangkan Hukum Islam yang suci

membolehkannya bagi orang-orang mukmin. Karena orang-orang Islam tidak

menerima undang-undang nasional yang berasal dari bangsa lain, maka orang

Islam membangun keluarga mereka sendiri sesuai dengan tradisi mereka.

Sementara dalam perihal adat, mereka lebih cenderung mengikuti adat mereka.

Kedua, sistem sekolah umum dibawah Republik tidak berbeda dengan yang

diperkenalkan oleh orang-orang Amerika dan telah dikembangkan oleh

persemakmuran. Para orangtua dari murid-murid yang beragama Islam tidak mau

menyekolahkan anak-anaknya di tempat itu. Selain itu, kurikulum yang digunakan

pun sama disetiap daerah tanpa menghiraukan perbedaan agama atau kultural. Hal

ini menjadikan anak-anak umat Islam Filipina tidak mengenal wilayah dan negara

11  M.B., Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara (Kuala Lumpur: Ampang Press, 1992), hlm. 278.

Page 15: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

12

mereka karena dalam sekolah madrasah, mereka tidak diajarkan untuk itu. Ketiga,

mengenai ketidakmampuan orang-orang Islam untuk menganggap diri mereka

sendiri sebagai warga negara Republik adalah kebenciannya yang mendalam dan

kemudian menjadi reaksi kekerasan terhadap gelombang kaum penetap yang terus

menerus ke bagian-bagian Mindanao. Di banyak daerah tradisional mereka,

penduduk muslim hampir lenyap pada tahun 1960-an dan terjadi pergeseran

penduduk di bagian utara Lanao.12

Pada tahun 1960-an timbul persaingan di kalangan kaum politisi Islam

pada tingkat-tingkat nasional dan lokal karena perbedaan etno-linguistik dan

penyerapan beberapa pemimpin Islam ke dalam struktur nasional. Rakyat

mencoba memelihara dan meningkatkan agama dan kultur mereka, meskipun ada

semacam rintangan berupa undang-undang nasional yang bertentangan dengan

hukum Islam dan sistem pendidikan nasional yang bertentangan dengan prinsip-

prinsip agama dan identitas etnik mereka.13

Pada tahun 1970an, Presiden Marcos yang saat menjabat, mengakui

kesalahan-kesalahan yang kronis dari pemerintahan yang lalu, dan menyatakan

bahwa negara itu tidak pernah benar-benar menjembatani jurang kultural antara

orang-orang Filipina dan saudara-saudaranya yang muslim dan sekarang saatnya

untuk menjembatani mereka. Presiden Marcos mulai menyadari bahwa perlunya

merekonstruksi masyarakat Filipina, maka aspirasi-aspirasi Islam dan harapan-

harapannya harus diaplikasikan secara luas sehingga orang-orang Islam akan

mulai merasakan diri mereka sebagai warga negara. Mereka pun memulai

memprakarsai proses perbaikan kondisi-kondisi ekonomi pada tahun 1972.14

Ada banyak hal yang kemudian diubah dan diatur oleh presiden Marcos

untuk umat Islam. Seperti tidak mencabut hak tanah yang merupakan warisan

nenek moyang umat Islam, membangun kembali dan merekonstruksi daerah-

daerah yang sudah hancur, membangun Islamic Centre di Metro, Manila Desa

Maharlika dan asrama bagi mahasiswa dan mahasiswi Islam.15

12 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm. 23-26.13 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm. 33.14 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm. 81.15 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm. 81-83.

Page 16: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

13

Meskipun Republik ini adalah negara sekuler, pemerintah mulai

mengeluarkan undang-undang dan dekrit-dekrit dan menciptakan lembaga-

lembaga yang dapat memelihara dan memperkuat Islam di negara itu. Selain itu,

presiden juga menyadari bahwa orang-orang Islam tidak hanya tertarik dengan

hasil-hasil ekonomi tetapi juga memiliki aspirasi-aspirasi pendidikan dan kultural.

Pemerintah lalu memberikan otorisasi untuk menggunakan bahasa Arab di

sekolah-sekolah yang mungkin menghendakinya. Lembaga studi Islam didirikan

di universitas Filipina dan memberikan beasiswa bagi mahasiswa berpestasi.

Persetujuan presiden mengenai Kode Udang-Undang Pribadi Islam pada

tanggal 4 Februari 1977 merupakan hal yang sangat penting. Pada tanggal 1

agustus 1973 presiden memberikan otorisasi pembentukan staf riset bagi

kodifikasi undang-undang pribadi Islam. Staf yang dibentuk itu kemudian

melaporkan hasil risetnya pada tanggal 4 april 1974 yang kemudian di tanggal 23

Desember ditinjau oleh komisi presiden yang termasuk di dalamnya ahli hukum

Islam dan Ulama. Hasil kerja komisi kemudian disempurnakan pada tanggal 29

Agustus tahun 1975.16

Kode yang disetujui berupa ketetapan-ketetapan Islam yang paling

penting adalah mengenai Perkawinan, Perceraian dan Warisan. Kode itu

menyediakan sistem peradilan Syari’ah yang secara harmonis dan struktural

diintegrasikan kedalam sistem peradilan nasional, yang penasehat hukumnya

diangkat oleh  presiden. Persetujuan kode menunjukkan bahwa pemerintah

mengakui Undang-undang Pribadi Islam sebagai bagian dari undang-undang

nasional meskipun undang-undang tersebut hanya berlaku untuk orang Islam.

Berlakunya kode ini selanjutnya digunakan untuk mendidik orang Islam

dalam aspek hukum agama mereka dan pada saatnya mengurangi

pengaruh- pengaruh yang kuat dari adat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Walaupun terlihat masih ada beberapa dalam ketentuan waris yang dipengaruhi

oleh hukum adat tradisional Filipina.17

 E. Konsep Waris dan Wasiat Muslim Moro Filipina

16 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm 84. 17 Caesar A. Majul, Dinamika, hlm 84.

Page 17: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

14

Aturan mengenai waris terdapat dalam Dekrit Presiden No. 1083 tanggal

4 Februari 1977 buku tiga yang terdiri empat judul (pasal 89-136). Judul I

mengenai ketentuan umum, Judul II mengenai Pewaris dan wasiat, Judul III

mengenai Pewarisan menurut Undang-undang, judul IV tentang penyelesaian

persoalan pembagian harta pusaka. Secara garis besar, peraturan pembagian waris

bagi muslim Filipina sama dengan peraturan waris di Indonesia karena menganut

mazhab yang sama yaitu Syafi’i.

Apa itu Waris ?

Waris adalah satu aturan pembagian apabila harta pusaka dipindahkan

kepada pewaris menurut undang-undang ini. (Pasal 89)

1. Syarat Waris

Kematian orang yang meninggal dipastikan

Ahli waris masih hidup pada saat kematian orang yang meninggal.

Penggantinya tidak didiskualifikasi untuk mewarisi. (Pasal 91)

2. Apa yang dapat diwariskan?

Warisan (Harta Pusaka) adalah harta yang dimilik secara turun

temurun atau dihasilkan sendiri dan harta tersebut bergerak atau tidak

bergerak dan semua hak serta tanggung jawab yang boleh dipindahkan saat

pewaris meninggal. (Pasal 92).

3. Mereka yang terhalang mewarisi

Mereka yang sengaja menjadi sebab langsung atau tidak langsung

kematian pewaris

Mereka yang berlainan agama dengan pewaris

Mereka yang berada dalam kondisi bahwa mereka tidak dapat mewarisi

bawah Hukum Islam. (Art.93)

4. Waris bagi anak tidak sah

Seorang anak yang menjadi penyebab perceraian ibu dengan Li'an

memiliki hak saling mewarisi hanya dengan ibu dan kerabatnya. (Pasal 95)

5. Waris Bagi mereka yang telah bercerai

Page 18: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

15

Suami yang menceraikan istrinya harus memiliki hak saling waris

dengan dia selama berada dalam masa 'iddah-nya. Setelah berakhirnya 'iddah,

tidak akan ada hak saling mewarisi di antara mereka. (Pasal 96.1)

Suami yang berada dalam kondisi kematian-penyakit, menceraikan

istrinya tidak akan mendapat bagian darinya, tapi dia berhak untuk

menggantikannya bahkan setelah berakhirnya 'iddah-nya. (Pasal 96.2)

6. Urutan pewarisan diantara Ahli waris

Ahli waris pewaris akan mewarisi dalam urutan sebagai berikut:

Sharers (ashab-ul-furud) berhak atas bagian yang telah ditetapkan

Penerima Ashobah berhak atas sisa harta setelah pembagian

Dzawil arham yang memiliki hubungan darah tetapi tidak termasuk pada

ashabul furudh dan penerima ashobah.

Jika tidak ada tiga golongan di atas maka kerabat yang diketahui seberapa

jauh pun, atau diberikan kepada baitul mal (Pasal 99)

7. Apa yang dimaksud dengan wasiat ?

Surat wasiat didefinisikan sebaga suatu ketetapan untuk seseorang

yang diizinkan dengan aturan melalui hukum untuk mengontrol pembagian

tersebut setelah kematiannya yang tidak lebih dari 1/3 hartanya, jika ada ahli

waris. Atau keseluruhan hartanya jika tidak ada ahli waris atau keluarga jauh.

(Pasal 101)

8. Siapa saja yang termasuk dalam golongan ashabul furudh ?

Orang-orang berikut berhak warisan sebagai ashabul furudh adalah:

Sang suami, istri

Sang ayah, ibu, kakek, nenek

Putri dan putri anak dalam garis langsung

Adik penuh, adik kerabat, adik rahim dan saudara rahim. (Pasal 110)

Faktor mereka yang tidak termasuk dalam waris sebab faktor berikut:

Dalam keturunan yang sama, saudara yang lebih dekat menghalangi

saudara yang jauh, saudara sekandung menghalangi saudara sebapa atau

suadara seibu.

Kerabat kecuali karena memiliki hubungan pertalian darah dan rahim.

Page 19: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

16

Siapa pun yang berkaitan dengan pewaris melalui setiap orang tidak akan

mendapatkan warisan sedangkan yang kedua adalah hidup, kecuali dalam

kasus seorang ibu bersepakat dengan anak-anaknya.

Ahli waris yang, dalam kasus tertentu, tidak berhasil dengan alasan

terhijab atas dasar apa pun tidak akan menghijabi orang lain. (Pasal 123).18

Dari uraian singkat mengenai inti dalam aturan waris dalam

peraturan muslim Filipina dapat dilihat bahwa secara garis besar, aturan ini

sama dengan yang diterapkan di Indonesia. Menariknya, dalam peraturan

Muslim Filipina dalam pasal 107 membahas mengenai ketentuan pemberian

wasiat melalui  pelaksanaan undang-undang. “Jika pewasiat meninggal dunia

tanpa membuat surat wasiat untuk anak kepada anak laki-lakinya yang

meninggal lebih dulu, anak itu berhak mendapatkan 1/3 dari bagian ibu

bapaknya. Ibu bapak, atau suami atau istri yang tidak berhak menerima

warisan (karena terhalangi sebab mewarisi)  berhak mendapat 1/3 dari yang

seharusnya diterimanya jika ia tidak terhalangi. Hal ini memang mengurangi

kuasa dan seolah-olah diatur untuk kondisi jika ibu atau bapak atau suami

atau istri bukan orang Islam melainkan non muslim.

Dalam article 138 diatur bahwa peraturan ini hanya berlaku di lima

distrik di Filipina yaitu; Sulu, tawi-tawi, basilan, lanao del norte dan

Maguindanao. Hal ini disebabkan karena daerah inilah yang ditempati oleh

muslim minoritas di Filipina. Sejalan dengan tujuan pembentukan pertaturan

ini memang hanya diperuntukkan kepada umat Islam. Walaupun sebagian

besar isi dari undang-undang ini bersumber dari Mazhab Syafi’i, nyatanya

tidak semuanya merupakan hasil dari Mazhab Syafi’i.

Terbukti pada article 98 yang mengatur warisan untuk mafqud

(orang hilang) yang tetap disimpan hingga: dia datang dan memintanya, dia

sudah meninggal secara hakiki dan diputuskan pengadilan setelah mafqud 10

tahun lebih. Di poin terakhir tidak menunjukkan hasil mazhab syafi’i.

Menurut Syafi’i, batas waktu orang yang hilang adalah sembilan puluh tahun,

18 Asian Institute Of Journalism And Communication (Aijc), a Primer on Code of Muslim Personal Laws of The Philippines.

Page 20: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

17

yakni dengan melihat umur orang-orang yang sebaya di wilayahnya. Namun,

pendapat yang paling shahih menurut anggapan Syafi’i adalah bahwa batas

waktu tertentu tidak ditentukan atau dipastikan.19 Dari sini terbukti beberapa

pasal yang mengatur waris merujuk pada hukum adat Filipina yang penulis

tidak menemukan referensi mengenai pembagian waris menurut adat Filipina

sehingga tidak dapat menguraikan lebih jauh mengenai hal dimaksud.

19 Waryani Fajar Riyanto, Sistem Kewarisan Islam: Klasik, Modern dan Postmodern (Perspektif Filsafat Sistem) (Pekalongan: STAIN Press, 2012), hlm 339-340.

Page 21: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan 300.000

km². Di timur, berbatasan dengan Laut Filipina, di barat berbatasan dengan

Laut China Selatan, dan di selatan berbatasan dengan Laut Sulawesi. Orang-

orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang aborigin

Taiwan dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia, dan

Spanyol/Amerika. Penduduk Filipina mayoritas beragama Katolik 80%,

Protestan 10%, Islam 5%, lalu Buddha 2.5% Sebanyak 0.4% menyatakan

dirinya Atheis, dan 2.1% beragama lain. Mengenai budaya, kebanyakan dari

masyarakat Filipina gemar menyanyi serta menari pada setiap kali pesta

keramaian.

2. Sejarah perkembangan Islam di Filipina mengalami dua periode: Pertama,

yakni adanya penjajah dari Spanyol yang datang kedaratan Filipina. Spanyol

menyebarkan agama Kristen dengan berbagai cara, dan sangat tidak senang

dengan keberadaan Islam. Disitulah kemudian terjadi peperangan antara Islam

dengan penjajah Spanyol. Kedua, datangnya kolonial Amerika yang merebut

Filipina dari kekuasaan Spanyol tahun 1898. Dengan adanya dua periode

tersebut, kiranya itulah yang menyebabkan Islam Filipina merupakan kaum

minoritas yang selalu memiliki konflik dengan Kristen Filipina sampai

sekarang.

3. Penguasa Sulu dan Magindanao memberlakukan kitab hukum Diwan Tousug

dan Luwara sa Maguindanao. Kedua kitab ini berdasarkan pada kitab fiqh

Islam Mazhab Syafi’i, seiring berjalannya waktu, Ide kodifikasi Hukum Islam

di ligitimasi dalam akta No. 787 Komisi Filipina tahun 1903. Hingga kurun

waktu sampai tahun 1973, Pada akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1973,

18

Page 22: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

19

dibentuklah Staf Riset untuk Kodifikasi UU Islam Filipina. Undang-undang

ini disusun dalam lima buah buku yang memuat 190 pasal yang meliputi

perkara: ketentuan umum, hubungan keluarga dan manusia, pewarisan,

penyelesaian pertikaian dan pendapat berkaitan undang-undang, peruntukan

jinayah dan peruntukan peralihan. Undang-undang ini memberikan batas yang

jelas tentang prinsip-prinsip Islam dalam aturan Negara sekuler.

4. Yang melatar belakang terbitnya dekrit presiden mengenai UU Keluarga Islam

yakni Pertama, orang-orang Islam merasa sulit untuk menghargai undang-

undang nasional, khususnya mengenai hubungan-hubungan pribadi dan

keluarga, Kedua, sistem sekolah umum dibawah Republik tidak berbeda

dengan yang diperkenalkan oleh orang-orang Amerika dan telah

dikembangkan oleh persemakmuran. Ketiga, mengenai ketidakmampuan

orang-orang Islam untuk menganggap diri mereka sendiri sebagai warga

negara Republik adalah kebenciannya yang mendalam dan kemudian menjadi

reaksi kekerasan terhadap gelombang kaum penetap yang terus menerus ke

bagian-bagian Mindanao. Ketiga hal inilah yang mendasari terbentuknya UU

Keluarga Islam.

5. Aturan mengenai waris terdapat dalam Dekrit Presiden No. 1083 tanggal 4

Februari 1977 buku tiga yang terdiri empat judul (pasal 89-136). Judul I

mengenai ketentuan umum, Judul II mengenai Pewaris dan wasiat, Judul III

mengenai Pewarisan menurut Undang-undang, judul IV tentang penyelesaian

persoalan pembagian harta pusaka. Secara garis besar, peraturan pembagian

waris bagi muslim Filipina sama dengan peraturan waris di Indonesia karena

menganut mazhab yang sama yaitu Syafi’i.

B. Saran-saran

Pembahasan tentang waris dan wasiat di negara filipina ini merupakan

salah satu pembahasan yang penting untuk mengetahui tentang bagaimana

perkembangan Hukum Islam khususnya di daerah minoritas seperti di filipina ini.

Dalam penulisan makalah ini telah dilakukan beberapa upaya yang dapat

membuat penulis ini lebih baik lagi. Namun, nyatanya masih terdapat banyak

Page 23: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

20

kekurangan dalam menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, sekalipun tulisan

bagaikan setetes embun ditengah lautan yang teramat luas dan dalam, namun

penulis berharap, akan ada manfaatnya, baik bagi penulis sendiri sebagai amal

ibadah dalam rangka mengembangkan ilmu-ilmu keislaman, maupun bagi para

peminat kajian ini, para mahasiswa, dan umat Islam umumnya.

Mengingat hal yang demikian itu, maka disarankan kepada semua pihak-

pihak yang berkompeten dalam mengembangkan khazanah keintelektualan baik

kepada khalayak umum maupun kepada dosen dan mahasiswa/i jurusan Al-Ahwal

Al-Syakhsiyah khususnya agar kiranya dapat memberikan pelajaran yang baik

agar dapat terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Akhirnya, tiada gading yang

tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa hanya Allah satu-satunya yang

maha sempurna di alam ini. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan ini senantiasa penulis dambakan dari semua pihak agar kedepannya

dapat tercipta makalah yang lebih baik lagi. Untuk itu penulis menghaturkan

banyak terimakasih yang sebesar-besarnya.

Page 24: Tugas Hukum Keluarga Asia Tenggara (Fahrurrazil Baqi S.uran)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A Majul, Caesar. 1989. “Suatu Analisa terhadap “Silsilah Sulu” dalam Ahmad Ibrahim, ed. Dkk., Islam di Asia Tenggara, Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.

________,________. 1989. Dinamika Islam Filipina, terj. Eddy Zainurry. Jakarta: LP3ES.

Gresham, John. th. Peta dan Prospek Gerakan Islam di Filipina. tk:tp

Hooker, M.B. 1992. Undang-undang Islam di Asia Tenggara. Kuala Lumpur: Ampang Press.

Mukarrom, Akhwan dkk. 2008. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Moeflich, Hasbullah. 2003. Asia Tenggara Kosentrasi Baru Kebangkitan Islam. Bandung: Fokusmedia.

Riyanto, Waryani Fajar. 2012. Sistem Kewarisan Islam: Klasik, Modern dan Postmodern (Perspektif Filsafat Sistem). Pekalongan: STAIN Press.

Tebba, Sudirman. 1993. Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya. Bandung: Mizan.

Jurnal

Asian Institute Of Journalism And Communication (Aijc), a Primer on Code of Muslim  Personal Laws of The Philippines.

Internet

http://dahlansyuhada25.blogspot.com/2013/11/kondisi-fisikekonomipenduduk-sosial.html. diakses pada tanggal 19 september 2014.

21