63
1 LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH A. Tinjauan Teoritis Harga Diri Rendah 1. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, et al. 1998:319). Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri denan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri ( keliat, BA ), gangguan harga diri dapat di gambarkan dengan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.

Tugas Ibu Mukini Hdr Jiwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Ibu Mukini Hdr Jiwa

Citation preview

BAB I

143

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Tinjauan Teoritis Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, et al. 1998:319).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri denan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri ( keliat, BA ), gangguan harga diri dapat di gambarkan dengan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan.

Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.

Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320)

Adaptif

Maladaptif

Aktualisasi Konsep DiriHarga DiriKeracunanDepersonalisasi

DiriPositifRendahIdentitas

Komponen konsep diri, terdiri dari 5 bagian, yaitu:

a. gambaran diri (body image)

Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.

b. ideal diri (self ideal)

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai standar pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang yang diinginkan).

c. identitas (identity)

Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh.

d. peran (role)

Pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.

e. harga diri

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.

Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa. (Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI, 1992)

2. Etiologi

Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidak berdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya dukungan sosial.

a. Faktor Predisposisi yang mungkin mengakibatkan adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat:

1) biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak/ susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti:

a) hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).

b) pertumbuhan dan perkembangan individu.

2) psikologis

Keluarga pengasuh dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.

3) sosial budaya.

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.

Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah:

1) pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri.

2) anak yang tidak menerima kasih sayang.

3) individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.

4) penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: Harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri:

Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti:

1) pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut).

2) kesalahan dan kegagalan berulang kali.

3) cita-cita yang tidak dapat dicapai.

4) gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3. Patofisiologi

Seorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Individu mampu ketergantungan berlebihan pada orang lain. kemudian dimunculkan dalam bentuk prilaku. (Stuart, et al, 1998)

Prilaku biasanya ditunjukan pada klien dengan harga diri rendah adalah kritik diri sendiri/ orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut.

Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan defresi.

Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien.

4. Jenis Harga Diri Berdasarkan Waktu Kejadian

Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut Keliat (1998:24) dapat terjadi secara:

a. situasional

Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:

1) privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaa perineal).

2) harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.

3) perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. kronis

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat klien ini mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping gangguan konsep diri: Harga diri rendah dibagi menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang:

a. jangka Pendek.

1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.

2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas.

3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri.

4) Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan.

b. jangka Panjang

Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi, mengisar.

6. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik prilaku yang terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, DepKes RI (1998:35):

a. perasaan negatif terhadap diri sendiri.

b. menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu.

c. mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya.

d. mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

e. menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.

f. kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.

g. destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.

h. pembicaraan kacau.

i. mengungkapkan adanya ketegangan peran.

j. mudah tersinggung dan mudah marah.

k. produktivitas menurun.

l. pandangan hidup yang ekstrem.

m. penolakan terhadap diri sendiri.

n. mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.

o. merasa tidak adekuat.

p. keluhan fisik dan penyalahgunaan zat.

7. Penatalaksanaan

Usaha pertama yang kita lakukan adalah membina hubungan rasa percaya. Bila sudah didapatkan kontak mata, dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas kesadaran dirinya kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya. Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus.

Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:

a. farmakologi.

b. terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki prilaku klien dengan harga diri rendah.

c. rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Harga Diri Rendah

1. Pengkajian

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi:

a. identitas klien

1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.

2) Usia dan nomor rekam medik.

3) Perawat menuliskan sumber data yang didapat.

b. keluhan utama/ alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/ klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidak pastian: gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.

d. faktor presipitasi

Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu menyelesaikannya.

1) Stressor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri:

a) hilangnya bagian tubuh.

b) tindakan operasi.

c) proses patologi penyakit.

d) perubahan struktur dan fungsi tubuh.

e) proses tumbuh kembang.

f) prosedur tindakan dan terapi.

2) Stressor Yang Mempengaruhi Harga Diri Dan Ideal Diri:

a) Penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua dan orang yang berarti.

b) Pola asuh yang tidak tepat.

c) Kegagalan dan kesalahan berulang.

e. mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek:

1) aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.

2) aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.

3) aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri.

4) aktivitas yang memberi arti dari kehidupan.

Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas dan keunikan individu. Selanjutnya dapat menggunakan Ego Oriented Reaction yang bervariasi untuk melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme pertahanan diri sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat terjadi deviasi prilaku dan kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat, psikologis/ neurosis, bunuh diri.

Pedoman Pohon Masalah:

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 1998:89) adalah:

a. gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik.

b. keputusasaan.

c. isolasi sosial: menarik diri.

d. resiko prilaku kekerasan.

e. ketidakberdayaan.

f. gangguan citra tubuh.

g. perubahan penampilan peran.

h. ideal diri tidak realistis.

i. gangguan identitas personal.

3. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu:

a. tujuan umum

Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai.

b. tujuan khusus

Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. rencana tindakan keperawatan

Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. Menurut Gail WS (1998:313):

1) psikoterapeutik

a) Bina Hubungan Saling Percaya

(1) Kenalkan nama, waktu kerja perawat pada klien.

(2) Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakannya.

(3) Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.

(4) Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap pernyataan klien.

b) Bantu Klien Memperluas Kesadaran Dirinya

(1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangg, sekolah dan sebagainya.

(2) Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya.

(3) Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya.

c) Membantu Klien Mengenal Kekuatan dan Kelemahannya

(1) Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima kelebihan kekuatan yang dimilikinya.

(2) Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang telah disebut oleh klien.

(3) Bicarakan dengan klien kekurangan/ kelemahan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

d) Bantu Klien Mengevaluasi Diri

(1) Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih.

(2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya, serta klien terhadap kegagalan tersebut.

(3) Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.

e) Bantu Klien Membuat Rencana yang Realistik

(1) Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin dicapai.

(2) Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.

(3) Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.

f) Bantu Klien Membuat Keputusan dan Mencapai Tujuan

(1) Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.

(2) Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi penghargaan yang sesuai.

(3) Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok.

(4) Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien.

2) pendidikan kesehatan

a) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

b) Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.

c) Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap anggota keluarga.

d) Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga lain.

e) Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah

(1) Karakteritik harga diri rendah.

(2) Cara merawat klien.

(3) Sistem rujukan dan fasilitas.

3) kehidupan sehari-hari

a) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

(1) Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatannya.

(2) Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

(3) Sajikan makanan secara menarik.

(4) Pantau berat badan klien secara teratur.

b) Bantu Klien Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan Kemampuannya

(1) Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal.

(2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.

(3) Beri kegiatan kepada klien secara bertahap.

(4) Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.

4) lingkungan terapeutik

a) Lingkungan Fisik

(1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.

(2) Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria, acara televisi berupa film komedi yang lucu.

(3) Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus.

b) Lingkungan Sosial

(1) Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien).

(2) Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek atau merendahkan.

(3) Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana mestinya.

(4) Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Evaluasi

Evaluasi menurut Stuart (1998:237):

a. apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah, asal atau waktu?

b. apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang lebih besar?

c. apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat?

d. apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi dan evaluasi diri?

e. apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif?BAB III

HASIL ASUHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN

MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH

DI RUANG PERAWATAN NUSA INDAH

RSUD SAMBANG LIHUM

BANJARMASINA. Gambaran Kasus

1. Pengkajian

Ruang Rawat:Kelas II Wanita

Tanggal Dirawat: MRSJ sejak Tanggal 10 Juni 2012a. Identitas Klien

Nama:Ny.K

Umur

:20 tahun

Jenis Kelamin:Perempuan

Agama

:Islam

Tanggal Masuk: 25 Juni 2012

Informan

:Klien, Keluarga dan Data Status

Tanggal Pengkajian:26 Juni 2012

RM No.

:00 37 76

Alamat

:Jl. A.yani Km.19 Tatah Kertak Hanyar

b. Alasan Masuk : Klien masuk rumah sakit dr. H. M. Ansyari Saleh tanggal 10 juni 2012 dengan keluhan bicara sendiri dan seperti orang kebingungan. Sebelumnya tidak pernah masuk Rumah Sakit Jiwa dan dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu sejak tahun 1999 klien sering mendengar bisikan-bisikan dan juga sering bicara sendiri, klien tidak pernah mengamuk dan mengganggu orang lain.c. Faktor Predisposisi , Karena kelelahan dan kejenuhan dalam belajar kata ibunya. Faktor presipitasi karena lingkungan (tidak tinggal dengan ibunya lagi). Klien mulai menarik diri sekitar 1 tahun yang lalu dan sering bicara sendiri.

Masalah keperawatan :

Koping individu inefektif.c. Pemeriksaan Fisik.

Tanda vital : TD = 100/80 mmHg, N = 92 x/menit, S = 36C,

P = 20 x/menit. BB = 55kg, TB = 156 cm.

Masalah keperawatan :-

d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien pernah diolok-olok mengenai keadaan rambutnya yang botak, klien merasa malu sehingga ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi.

Masalah keperawatan :

Koping individu tidak efektif

Gangguan konsep diri ; Harga Diri RendahKlien merupakan anak terakhir dari sepuluh bersaudara, semua saudaranya sudah berkeluarga dan tidak serumah dengan orang tuanya. Klien tinggal dengan ibu dan kakak laki-laki.

Genogram: Keterangan:

Konsep DiriPada konsep diri dalam gambaran diri klien merasa dirinya ada yang kurang tetapi klien tidak tahu apa yang kurang dalam dirinya. Pada ideal diri ia ingin menegakkan hak asasi manusia yang sekarang sudah banyak terinjak-injak. Pada identitas diri klien selalu mengatakan dirinya seorang penegak HAM (hak asasi manusia). Pada harga diri klien sering minder dan merasa tidak diperhatikan dan ketika wawancara klien sering menunduk dan memalingkan muka

Hubungan SosialHubungan sosial dalam kehidupan klien, ibunya adalah orang yang sangat disayangi, klien sering duduk dan berjalan sendiri, klien bila diajak bicara tampak menunduk, kontak mata kurang, saat berkumpul dengan teman-temannya klien sering menundukan kepala dan memalingkan muka ke arah lain, kontak mata kurang. Klien tidak bisa diajak bicara yang lama karena cenderung pembicaraan menjadi tidak terarah lagi. Klien beragama islam dan bila sembahyang akan sembahyang terus-menerus.

Status Mental 1. Penampilan

Status mental pada penampilan diri cukup rapi dan bersih dengan pakaian sendiri.2. Pembicaraan

Bicara klien terdengar pelan, lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan, klien cenderung menunduk dan kontak mata kurang, klien tampak lesu, hanya memandang teman-temannya dan lingkungan sekitar ruangan, klien lebih banyak menyendiri.3. Aktivitas motorik

Klien bisa melakukan aktivitas sendiri maupun yang diperintahkan oleh perawat.4. Alam perasaan

Klien tampak murung dan bicara sendiri5. AfekKetika diajak bicara ekspresi klien biasa-biasa saja dengan pandangan datar.

6. Interaksi selama wawancaraSelama wawancara dengan klien kadang klien mau menjawab dan kadang tidak mau menjawab

7. PersepsiPada persepsi kadang klien melihat bisikan dan bayangan dan semua itu hilang dengan sendirinya.

8. Proses pikir

Proses pikIr klien tidak terganggu.9. Isi pikir

Klien tidak memiliki isi pikir berlebih.10. Tingkat kesadaran

Kesadaran compos mentis dan dapat berorientasi pada waktu, orang dan tempat.11. Memori

Klien tidak mengalami gangguan riwayat peristiwa masa lalu, klien tidak ingat kenapa sampai disini (RSJ). Klien baru sadar setelah berada di RSJ.12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berhitung dan tepat (1-10). Klien juga mampu membaca.13. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sendiri antara 2 pilihan, yaitu saat ditanya ngepel dulu atau nyapu dulu, klien menjawab nyapu dulu.14. Daya tilik diri

Klien sadar bahwa saat ini klien mengalami sakit dan dirawat di RSJ.Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Klien dapat makan seperti biasa, mengambil makanan sendiri atau mengambilkan makanan untuk teman, makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

2. BAB/BAK

Klien dapat BAB/BAK sendiri tanpa bantuan alat atau orang lain.3. Mandi

Klien mampu mandi dan merawat diri klien sendiri.

4. Berpakaian atau berhias

Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain, klien tidak berhias.

5. Istirahat dan tidur

Klien bisa istirahat tidur siang 2 jam dan tidur malam 6 jam.

6. Penggunaan obat

Klien dapat teratur minum obat sendiri yang diberikan perawat.

7. Pemeliharaan kesehatan

Klien bisa melakukan pemeliharaan kesehatan, bisa mandi, gosok gigi, cuci tangan sendiri.

8. Aktivitas di dalam rumah

Klien mampu mempersiapkan makanan, menjaga kerapian tempat tidurnya maupun ruangan.

9. Aktivitas di luar rumah

Klien mampu untuk disuruh belanja, klien juga bisa mengendarai transportasi seperti motor.Diagnosa medis Skizofrenia Hebefrenik (F.20.1) dengan terapi obat Chlorpromazine (CPZ) tab 3x100 mg, Halloperidol tab 3x5 mg, Trihexyphenidyl (THP) tab 3x2,5 mg.1. Daftar Masalah

a. Koping individu tidak efektif.

b. Harga diri rendah.

c. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.

d. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran2. Pohon Masalah

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

b. Gangguan interaksi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

c. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.

B. Analisa Data

NoData Masalah

1

2

3

4DO:

Klien tampak menyendiri.

Kontak mata kurang.

Klien sering menunduk dan memalingkan muka ketika wawancara.

DS:

Klien mengatakan malu dan mengatakan tidak lulus kuliah, tidak mau berkomunikasi dengan teman-temannya.

DO:

Klien tampak tidak mau berteman dan hanya menyendiri.

DS:

Klien mengatakan malu untuk berteman dan lebih senang menyendiri.

DO:

Klien tampak menyendiri dan melamun.

DS:

Klien mengatakan kadang mendengar bisikan dan melihat sesuatu.

DO:

Klien tampak diam dan tidak mau berteman.

DS:

Klien mengatakan kalau ada masalah hanya didiamkan saja dan berdiam diri di kamar.Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

Isolasi sosial: menarik diri.

Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran.

Koping individu tidak efektif.

C. Rencana Keperawatan

NoDiagnosa KeperawatanTujuan Perencanaan

Kriteria EvaluasiIntervensiRasional

1

2

3Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

DO:

Klien tampak menyendiri.

Kontak mata kurang.

Klien sering menunduk dan memalingkan muka ketika wawancara.

DS:

Klien mengatakan malu dan mengatakan tidak lulus kuliah, tidak mau berkomunikasi dengan teman-temannya.

Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

DO:

Klien tampak tidak mau berteman dan hanya menyendiri.

DS:

Klien mengatakan malu untuk berteman dan lebih senang menyendiri.

Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

DO:

Klien tampak menyendiri dan melamun.

DS:

Klien mengatakan kadang mendengar bisikan dan melihat sesuatu.

TUM :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tuk 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tuk 2 :

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tuk 3 :

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Tuk 4 :

Klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tuk 5 :

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya

Tuk 6 :

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

TUM :

Klien mampu meningkatkan harga dirinya

Tuk 1 :

Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosinya

Tuk 2 :

Klien dapat mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi prilaku yang diakibatkannya

Tuk 3 :

Klien dapat mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan dengan orang lain

Tuk 4 :

Klien dapat mendemonstrasikan strategi koping adaptif dalam mengatasi masalah

Tuk 5 :

Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah

TUM :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tuk 1 :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tuk 2 :

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

Tuk 3 :

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

Tuk 4 :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain1.1 Setelah 3x pertemuan klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2.1 Dalam 4x pertemuan klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.1 Setelah 6x pertemuan klien dapat menyebutkan kemampuan yang digunakan

4.1 Dalam 4x pertemuan klien dapat menyebutkan alternatif pemecahan masalah

5.1 Klien dapat memperlihatkan prilaku yang adaptif setelah 4x pertemuan

6.1 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga dalam 3x pertemuan

1.1 Klien mengungkapkan perasaannya dalam 2x pertemuan

2.1 Klien mengidentifikasi pola koping yang telah dimiliki dalam 3x pertemuan

3.1 Setelah 3x pertemuan klien dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya

4.1 Klien dapat mengenal mekanisme koping adaptif dalam 4x pertemuan

5.1 Klien dan keluarga menggunakan pola pemecahan masalah

1.1 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan

2.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3.1 Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap :

K P

K PK lain

K PKeluarga

K PKelompok

4.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

1.1.2 Buat kontrak dengan klien dan terima klien apa adanya.

1.1.3 Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

1.1.4 Beri respon yang tidak menghakimi seperti tidak menyalahkan pendapat klien dan menerima pendapat klien.

2.1.1 Ciptakan lingkungan yang nyaman saat berinteraksi

2.1.2 Motivasi klien mengungkapkan perasaan, pikiran, prilaku berhubungan dengan masalah yang dihadapi selama berinteraksi

2.1.3 Bimbing klien untuk mengidentifikasi hal-hal positif pada dirinya

2.1.4 Beri reinforcement positif terhadap aspek positif yang dimiliki klien

3.1.1 Diskusikan dengan klien untuk mengidentifikasi kemampuan

3.1.2 Kaji koping yang digunakan dalam menghadapi masalah klien

4.1.1 Bimbing klien untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya

4.1.2 Ikut sertakan keluarga dalam merencanakan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien

5.1.1 Beri kesempatan klien untuk sukses

Beri waktu kepada klien untuk berinteraksi

6.1.1 Bantu klien untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan

Temani klien dalam berhubungan dengan orang lain

1.1.1 Lakukan pendekatan dengan memperhatikan prinsip hubungan perawat pasien

1.1.2 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, dengarkan dengan penuh perhatian dan berespon dengan tenang

1.1.3 Amati prilaku verbal dan non verbal saat klien bicara

2.1.1 Indentifikasi koping yang biasa digunakan klien dalam mengatasi masalah

2.1.2 Diskusikan bersama klien tentang pemahamannya terhadap kejadian saat ini dan bagaimana koping yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah

3.1.1 Bantu klien mengidentifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki

3.1.2 Beri tugas yang mungkin dikerjakan klien sesuai dengan kemampuan klien

3.1.3 Kembangkan hal-hal positif yang dimiliki klien melalui kegiatan yang bermanfaat

3.1.4 Bantu klien berinteraksi dengan orang lain

3.1.5 Beri umpan balik positif atas kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain

4.1.1 Bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan koping adaptif

Indentifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukan adaptasi positif

4.1.2 Diskusikan keuntungan dan konsekuensi dari setiap alternatif

4.1.3 Seleksi alternatif yang paling sesuai

4.1.4 Evaluasi keefektifan dari alternatif yang dipilih

5.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang prilaku klien dan hubungannya dengan kejadian / peristiwa yang dialami

5.1.2 Jelaskan pada keluarga pentingnya dukungan keluarga dalam membantu klien mengatasi masalah

5.1.3 Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses pemecahan masalah

1.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda-tandanya

1.1.2 Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul

1.1.3 Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri

1.1.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

2.1.1 Kaji pengetahuan klien manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

2.1.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan tentang perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain

2.1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

2.1.4 Berikan pujian yang positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.1.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

3.1.2 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

K P

K PK lain

K PKeluarga

K PKelompok

3.1.3 Beri pujian atas keberhasilan yang dicapai klien

4.1.1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

4.1.2 Beri pujian positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain Sebagai langkah awal dalam berinteraksi.

Untuk meningkatkan harga dirinya.

Pengekspresian perasaan dapat menurunkan kecemasan.

Respon klien dapat menghakimi rasa percaya klien terhadap perawat.

Lingkungan dapat membantu menciptakan hubungan terapeutik

Membuka wawasan tentang pemecahan masalah

Menentuka wawasan klien tentang kemampuan yang dimilikinya

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

Menentukan alternatif pemecahan masalah

Untuk mengetahui koping yang digunakan dan mengevaluasi hal-hal yang positif dan negatif

Bimbingan yang dilakukan secara bertahap dapat membantu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

Keterlibatan keluarga dalam perawatan klien membantu proses penyembuhan

Kesempatan untuk sukses dapat memotivasi kline untuk melakukan keterampilan yang sah dimiliki

Bantuan dan dukungan keluarga merupakan support sistem untuk melaksanakan hubungan interpersonal

Ungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tenang dan terapeutik membuat klien mampu mengungkapkan perasaan

Koping yang digunakan dimasa lalu mungkin digunakan pada masa sekarang

Mengetahui kekuatan yang dimiliki dapat meningkatkan harga diri

Tugas yang dilaksanakan sesuai dengan toleransi dan kemampuan

Hal positif yang dikembangkan mampu meningkatkan harga diri

Membantu berinteraksi memberi kesempatan pada klien untuk mengenal lingkungan dan harga diri meningkat

Klien dapat menggunakan koping adaptif adalah tanda kemajuan perkembangan kondisi klien

Keluarga merupakan sistem pendukung bagi klien

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien dan memudahkan intervensi berikutnya

Untuk mengetahui penyebab menarik diri pada klien

Klien termotivasi berinteraksi dengan orang lain

Menjadi termotivasi bagi klien untuk lebih terbuka

Untuk mengetahuai tingkat pengetahuan klien dan memudahkan intervensi selanjutnya

Agar klien mau bergaul dengan orang lain

Untuk meningkatkan harga diri klien

Menentukan intervensi selajuntnya akan lebih mudah

Agar klien mampu bersosialisasi

Merupakan support dan meningkatkan harga diri klien

Menggali sejauhmana reaksi klien terhadap sosialisasinya

Meningkatkan harga diri klien

D. Implementasi

No

Hari / TanggalJamNo. DxImplementasi Evaluasi Tindakan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16Selasa

26 Juni 2012Selasa

26 Juni 2012Selasa

26 Juni 2012Selasa

26 Juni 2012Rabu27 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Kamis28 Juni 2012Kamis

28 Juni 2012Kamis

28 Juni 2012Kamis

28 Juni 2012Jumat29 Juni 2012

Jumat

29 Juni 2012

Jumat

29 Juni 2012

Sabtu30 Juni 2012

09.00

11.00

11.00

11.00

09.00

10.00

11.00

12.00

09.00

09.30

10.00

12.00

09.00

09.00

09.00

10.00I

TUK 1

I

TUK 1

I

TUK 1

I

TUK 2

II

TUK 2

I

TUK 3

I

TUK 3

I

TUK 4

II

TUK 2

II

TUK 2

II

TUK 3

II

TUK 3

III

TUK 1

III

TUK 1

II

TUK 3

III

TUK 1

Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, menanyakan nama klien dan panggilan yang disukai, memperkenalkan nama perawat, menyampaikan maksud dan tujuan serta membuat kontrak juga mengatakan pada klien bahwa apa yang akan disampaikan klien akan menjadi rahasia, menanyakan perasaan klien saat ini

Meningkatkan hubungan saling percaya dengan melakukan kontak sering dan singkat

Meningkatkan hubungan saling percaya dengan melakukan kontak sering dan singkat

Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang saat berinteraksi dan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang ia hadapi. Mendorong klien untuk menyebutkan aspek positif yang ada padanya. Memberi pujian karena klien menyebut aspek positif yang ia miliki

Menanyakan apa yang biasa dilakukan kalau ada masalah

Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan dan dilanjutkan, merencanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien setiap hari sesuai dengan kemampuan

Menanyakan kembali tentang kemampuan yang dapat digunakan oleh klien

Membimbing klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya

Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan klien tentang koping yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah

Menganjurkan klien melakukan aktivitas ringan atau ke ruang rehabilitasi untuk mengamplas gambar kayu, mengecat dll

Membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki dan memberi tugas agar klien memasukan cetakan gambar kayu, mengamplas gambar kayu serta menyusunnya

Membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain

Menanyakan kepada klien, tentang menarik diri dan tanda gejalanya yang ia ketahui

Mendiskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri dan memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki dan memberi tugas agar klien memasukan cetakan gambar kayu, mengamplas gambar kayu serta menyusunnya

Menanyakan kepada klien, tentang menarik diri dan tanda gejalanya yang ia ketahui

Klien mau berjabat tangan dan menyebut namanya S dan panggilannya I, kontak mata agak kurang, klien tampak sering menunduk ketika wawancara, ekspresi wajah klien tampak bersahabat

Klien malu menceritakan masalahnya dan kontak mata klien mulai bagus

Kontak mata klien mulai bagus, mau duduk berdampingan dan mau menceritakan masalahnya.

Klien menceritakan masalahnya kenapa ia tidak dapat dapat menyelesaikan kuliahnya

Klien mengatakan kalau ada masalah didiamkan saja dan berdiam diri di kamar dan kadang menceritakan kepada ibunya

Klien mengatakan tidak tahu apa yang bisa dilakukan, dan klien tampak bingung

Klien mengingat dan mengatakan dapat memakai pakaian sendiri dan mandi

Klien mampu makan dan membuat minuman sendiri seperti teh

Klien hanya diam dan menunduk karen tidak mengerti

Klien mau diajak ke rehabilitasi dan mau mengamplas gambar kayu disertai ibunya

Klien mengerti, dan bisa mengamplas gambar kayu dengan baik tapi lambat

Klien kadang mau berteman dengan klien lain bila ditemani perawat

Klien tidak tahu tentang menarik diri dan klien tampak bingung

Klien tampak bingung dan kurang memperhatikan apa yang dijelaskan dan tidak ada keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain

Klien mengerti, dan bisa mengamplas gambar kayu dengan baik tapi lambat

Klien tidak tahu tentang menarik diri dan klien tampak bingung

E. Evaluasi

No

Hari / TanggalJam No. DxEvaluasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11Selasa

26 Juni 2012Selasa

26 Juni 2012Selasa

26 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Rabu

27 Juni 2012Kamis

28 Juni 2012Kamis

28 Juni 2012Jumat

29 Juni 2012

Sabtu

30 Juni 2012Sabtu

30 Juni 2012

09.15

10.00

12.00

12.00

12.00

12.00

12.00

13.00

11.30

10.00

10.30I

TUK 1

I

TUK 1

I

TUK 1

I

TUK 2

I

TUK 3

I

TUK 4

II

TUK 2

II

TUK 3

III

TUK 1

IITUK 3

III

TUK 1S:Klien mau menjawab salam dan kx hanya menjawab tidak tahu.

O:Ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berjabat tangan dan duduk di samping

A:TUK 1 belum tercapai.

P:Intervensi dipertahankan.

S:Klien mau menjawab salam dan pertanyaan-pertanyaan dijawab dengan baik, klien mau mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu.

O:Ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berjabat tangan dan duduk di samping

A:TUK 1 tercapai.

P:Intervensi dilanjutkan TUK 2

S:Klien menceritakan masalah yang dihadapinya

O:Kontak wajah baik, ekpresi wajah bersahabat dan mau duduk berdampingan.

A:TUK 1 tercapai

P:Intervensi dilanjutkan TUK 2

S:Klien mampu menyebut aspek positif yang dimilikinya (memakai baju, makan dan menyapu sendiri)

O:Wajah klien tampak senang ketika diberi pujian

A:TUK 2 tercapai

P:Intervensi dilanjutkan TUK 3

S:Klien dapat memulai kemampuannya dan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan di RS

O:Klien menyapu dan memberesken sisa makan siang

A:TUK 3 tercapai

P:Intervensi diteruskan TUK 4

S:Klien melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuannya,

O:Klien terlihat menyapu dan membereskan sisa makanan

A:Sebagian masalah teratasi

P:Intervensi dipertahankan

S:Klien mengatakan senang dengan yang dilakukannya

O:Klien dapat mengamplas kayu tapi lambat

A:TUK 2 berhasil

P:Intervensi dilanjutkan TUK 3

S:Klien mengatakan senang karena dapat melakukan aktivitas yang ringan

O:Klien masih tampak suka menyendiri

A:Sebagian masalah teratasi

P:Intervensi 3.1.1 , 3.1.2 , 3.1.3 dipertahankan dan intervensi 3.1.4 , dan 3.1.5 diulang

S:Klien tidak dapat menyebutkan tanda dan gejala menarik diri

O:Klien masih tampak bingung

A:Semua masalah tidak teratasi

P:Intervensi dipertahankan

S:Klien mengatakan senang dengan apa yang dikerjakannya

O:Klien mau berteman bila ditemani perawat

A:Sebagian masalah teratasi

P:Intervensi dipertahankan

S:Klien kadang dapat menyebutkan tanda dan gejala menarik diri dan kadang tidak ingat

O:Klien masih tampak bingung

A:Semua masalah belum teratasi

P:Intervensi dihentikan, lakukan terminasi akhir (perawatan klien diserahkan keperawat ruangan)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah, penulis mengalami beberapa kesulitan dalam proses pengkajian yaitu dalam hal:

1. mengumpulkan data dalam pengkajian yang hanya bersumber pada status dan klien sendiri.

2. kesulitan komunikasi dengan klien yang kadang-kadang bisa berubah-ubah sehingga menyulitkan pengkajian.

3. kemampuan pengkajian dari asuhan keperawatan jiwa yang dapat dihubungkan dengan kurangnya pengalaman kerja (dinas di rumah sakit) yang hanya berselang sekitar 2 minggu, karena hanya dengan waktu 2 minggu penulis merasa belum memiliki kemampuan apa-apa dalam pengkajian asuhan keperawatan jiwa secara mendetail dan menyeluruh.

Setelah melakukan pengkajian dan menganalisa data, maka dapat diangkat beberapa diagnosa yang muncul antara lain:

1. isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

2. gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

3. perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tuan s tidak seluruhnya sama dengan klien lain yang mempunyai masalah utama harga diri rendah. Hal ini disebabkan oleh respon klien yang berbeda-beda dan uniknya sifat manusia.

Dari rumusan diagnosa diatas, penulis dapat melaksanakn beberapa intervensi yang direncanakan antara lain terbinanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat, karena klien terbuka dengan perawat tentang masalah yang ia hadapi, klien mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.

Pada tahap pelaksanaan implementasi, penulis mengalami banyak hambatan karena dari segi kondisi klien yang cepat berubah-ubah semakin mempersulit dalam tahap pelaksanaan implementasi yang dilakukan.

B. Saran

Sebagai akhir dari laporan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah utama harga diri rendah, ada beberapa saran yang ingin dicapai oleh penulis untuk meningkatkan kualitas asuhan, antara lain:

1. bagi keluarga

Berusaha menciptakan suasana lingkungan terapeutik bila klien berada di rumah seperti memperhatikan klien, tidak bersikap kasar, tidak mengekang pada klien, lakukan komunikasi bila ada masalah dari yang ringan sampai berat.

2. bagi perawat

Diharapkan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan lebih menitik beratkan pada aspek psikologis, seperti bersedia menjadi teman bicara klien untuk mengungkapkan perasaannya. Memberi reinforcement positif untuk setiap tindakan klien yang positif.

Perawat berusaha menciptakan lingkungan terapeutik dan mendukungn kesembuhan klien dengan mengorientasikan klien secara nyata.

3. bagi rumah sakit

Meningkatkan mutu pelayanan praktek keperawatan jiwa, serta menambah/ memperbaiki fasilitas kebutuhan dasar klien seperti tempat mandi, kamar pasien, fasilitas rehabilitasi dan lain-lain.

4. bagi institusi pendidikan.

Dalam segala peningkatan mutu sumber daya keperawatan profesional dan harapan, diharapkan adanya bimbingan yang konstan teratur untuk mahasiswa pada lahan praktek, sehingga mahasiswa dapat atau mampu menyesuaikan antara praktek dan teori yang kadang-kadang sangat jauh berbeda.

DAFTAR PUSTAKACardoret, Remi J. et. al. 1983, Psychiatry in Primary Care, St. Louis: CV. Mosby Company.

Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition, New York: Lippincott.

-------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby Year.

-------, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Townsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran

Gangguan interaksi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah (CP)

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Gangguan interaksi sosial: menarik diri

Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan proses fikir: waham

Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Berduka disfungsional

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

Perilaku kekerasan

Tidak efektifnya penatalaksanaan regiment terapeutik

Menurunnya motivasi perawatan diri

Defisit perawatan diri

Komunikasi verbal