Upload
riska-pasha
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikm
Citation preview
Haji dilakukan oleh jutaan umat muslim dari 160 negara di dunia tiap tahun.
Mereka berkumpul di Arab Saudi untuk melakukan ritual keagamaan. Berkumpulnya
jutaan orang dari berbagai belahan dunia ini memiliki implikasi yang kurang
menyenangkan yaitu meningkatkan resiko penyebaran infeksi, terutama airborne
disease.1, 2 Penyakit-penyakit menular telah dilaporkan berulang kali selama musim
haji atau setelah musim haji. Lamanya tinggal di lokasi, kelelahan fisik yang dialami
jemaah, cuaca panas ekstrim dan padatnya manusia yang berkumpul dalam satu
lokasi sangat mendukung penularan penyakit infeksi dan kecelakaan yang terjadi saat
musim haji.1
Beberapa contoh penyakit menular yang sering dilaporkan adalah:1
1. Meningococus
Selama musim haji, penyebaran meningokokus meningkat menjadi 80%
akibat padatnya pengunjung di satu tempat, kelembaban udara yang tinggi
dan polusi udara.1 Untuk menekan terjadinya wabah, maka vaksinasi
terhadap meningococus diperlukan.1 Penelitian yang telah dilakukan
mendaatkan hasil dimana vaksin meningokokus kuadrivaen (A, C, Y W135)
polisakarida adalah yang direkomendasikan untuk diberikan kepada calon
jamaah.1, 3-6 Atas dasar ini, pemerintah Arab Saudi memberlakukan
vaksinasi meningocous kuadrivalen sebagai syarat perjalanan haji bagi
jamaah dari semua negara.1-3
Vaksin sebaiknya diberikan 2 minggu sebelum menjalani haji, karena
respon antibodi optimal setelah 2 minggu vaksin diberikan.7
Meskipun vaksin diharapkan dapat mencegah wabah meningokokus,
namun beberapa studi yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa
vaksinasi yang diberikan tidak mempengaruhi karier. Karier tetap dapat
menularkan penyakit ini kepada orang yang tidak divaksin.6-8
1
Kurangnya kekebalan dan adanya karier di antara jamaah meskipun telah
dilakukan vaksinasi membuat pemerintah Arab Saudi mengganti
penggunaan vaksin polisakarida menjadi vaksin meningokokus
terkonjugasi. Tetapi tingginya biaya vaksin meningokokus terkonjugasi
menghambat pemerintah Arab Saudi untuk memberlakukan kebijakan
vaksinasi menggunakan vaksin terkonjugasi bagi seluruh jamaah
internasional.1
2. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas akut sering terjadi saat haji terutama pada musim
dingin. Penyakit ini merupakan proporsi penyakit terbesar (57%) pasien
yang dirawat inap di RS di Arab Saudi. Penyebab tersering adalah virus,
namun superinfeksi bakteri juga sering ditemukan.1 Lebih dari 200 virus
dapat menyebabkan infeksi saluran nafas akut saat haji, namun penyebab
tersering adalah respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza,
influenza dan adenovirus.1
Untuk mengurangi resiko infeksi saluran nafas ketika haji, jamaah dari
semua negara direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi terhadap
influenza musiman sebelum berangkat, terutama bagi jamaah berusia di
atas 65 tahun dan memakai masker saat melakukan aktivitas selama haji.1,
9-11 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, vaksinasi influenza
efektif untuk mencegah influenza.10, 11
Virus MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) yang
menyebabkan infeksi saluran nafas berat yang ditemukan pada tahun 2012
di Arab Saudi belum ditemukan vaksinnya.12 Mengenai virus ini, para
jamaah direkomendasikan untuk menjaga kebersihan tangan dan
menjalankan etika batuk yang benar.2 Menjaga kebersihan tangan dan
etika batuk yang benar dilaporkan mengurangi penyakit saluran nafas pada
jamaah haji Amerika Serikat tahun 2009.2
Selain untuk kedua penyakit tersebut, pemerintah Arab Saudi juga
merekomendasikan vaksin yellow fever dan poliomyelitis.2 Vaksinasi yellow fever
direkomendasikan untuk jamaah yang berasal dari daerah endemis yellow fever di
Afrika dan Amerika Selatan.2
Pada 5 Mei 2014 WHO mendeklarasikan bahwa penyebaran internasional
poliovirus liar (WPV) menjadi kegawat daruratan kesehatan masyarakat
internasional. Karena itu jamaah haji yang berasal dari negara di mana virus polio
kembali menyebar, negara yang sedang terjadi penyebaran virus polio liar dan negara
yang tidak diketahui cakupan vaksinasi polionya harus mendapatkan vaksin polio oral
atau vaksin polio inaktif 4 minggu – 12 bulan sebelum berangkat dan 1 dosis OPV
ketika sampai di Arab Saudi.2
Di Indonesia, vaksinasi kepada calon jamaah haji juga telah diberlakukan,
mengingat berkumpulnya umat muslim dari seluruh dunia, termasuk dari negara-
negara endemis meningitis ganas sehingga ancaman penularan meningitis tinggi.
Vaksinasi yang diberikan antara lain vaksin meningococus tetravalent dan vaksin
influenza musiman.13
Vaksin meningitis meningokokus tetravalent ACW135Y berisi lyophilized
purified polysaccharides dari Neisseria meningitides serogrup A, C, W-135 dan Y.
Masing-masing berisi antigen 50 mcg di dalam 0,5 ml dengan fenol 25% sebagai
preservasi. Vaksinasi diberikan pada setiap jamaah haji selambat-lambatnya 10 hari
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Apabila vaksinasi diberikan kurang dari 10
hari sebelum keberangkatan, jemaah harus diberikan profilaksis dengan antimikroba
yang sensitive terhadap N. meningitidis. Vaksinasi ini dilaksanakan di Puskesmas
atau Rumah Sakit pada masing-masing kabupaten/kota tempat tinggal jemaah haji.
Jemaah yang belum mendapat vaksinasi meningitis di daerah akan mendapat
vaksinasi di embarkasi, tetapi peluang tertular meningitis akan lebih tinggi dibanding
yang telah diimunisasi sebelum mencapai embarkasi, karena antibodi terhadap
meningitis belum terbentuk. Imunisasi meningokokus ini akan memberikan
kekebalan selama 3 tahun.13
Bagi jamaah haji Indonesia yang berusia lanjut (60 tahun atau lebih),
menderita penyakit paru kronik, asma, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain
sebagainya dianjurkan meminta dilakukan imunisasi influenza. Sedangkan untuk
petugas haji diprioritaskan mendapat imunisasi influenza sebelum berangkat ke Arab
Saudi.13 Jenis vaksin influenza yang digunakan mengikuti pola perkembangan virus
influenza di seluruh dunia, dan biasanya berganti 1 tipe virus influenza selama 6
bulan. Imunisasi influenza dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi meningitis,
tetapi diberikan pada anggota tubuh yang berbeda.13
Mengenai virus MERS-CoV yang dilaporkan terjadi peningkatan kasus di
Arab Saudi pada musim haji tahun 2015, Pemerintah Indonesia mensosialisasikan
upaya pencegahan penularan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
cuci tangan memakai sabun, menghindari kontak erat dengan penderita atau hewan
penular, menggunakan masker, dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
dimasak dengan baik. Selain itu pemerintah melakukan penyuluhan tentang
kewaspadaan MERS CoV kepada jamaah dan memberikan pembekalan tentang
penanggulangan MERS CoV kepada petugas kesehatan TKHI dan
embarkasi/debarkasi haji. Hingga kini belum ada Warga Negara Indonesia yang
positif terinfeksi MERS-CoV dan dirawat di Indonesia.14
Yellow fever belum pernah ada di Indonesia, meski demikian, namun
kemunculan penyakit ini harus selalu diwaspadai. Untuk itu, vaksinasi yellow fever
direkomendasikan oleh WHO dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam
perjalanan internasional. Vaksinasi direkomendasikan untuk orang yang akan
melakukan perjalanan ke daerah endemis, dan revaksinasi dianjurkan setiap 10 tahun.
Vaksin tersedia untuk orang dewasa dan anak-anak usia lebih dari 9 bulan. Vaksinasi
efektif untuk memberikan kekebalan seama 10 tahun.15
DAFTAR PUSTAKA
1. Memish ZA. The Hajj: communicable and non-communicable helath hazards
and current guidance for pilgrims. Euro Surveill 2010;15:19671.
2. Al-Tawfiq JA, Memish ZA. Mass gathering medicine: 2014 Hajj and Umra
preparation as a leading example. International Journal of Infectious Disease
2014;27:26-31.
3. Shibl A, Tufenkeji H, Khalil M, Memish Z. Consensus recommendation for
meningococcal disease prevention for Hajj and Umra pilgrimage/travel
medicine. EMHJ 2013;19:389-392.
4. El Bashir H, Coen PG, Haworth E, et al. Meningococcal W135 carriage;
enhanced surveillance amongst east London Muslim pilgrims and their
household contacts before and after attending the 2002 Hajj. Travel Medicine
and Infectious Disease;2:13-15.
5. El Bashir H, Rashid H, Memish ZA, Shafi S. Meningococcal vaccine coverage
in Hajj pilgrims. The Lancet;369:1343.
6. Shafi S, Booy R, Haworth E, Rashid H, Memish Z. Hajj: health lessons for mass
gatherings. J Infect publick Health 2008;1:27-32.
7. Ceyhan M, Celik M, Demir ET, Gurbuz V, aycan AE, Unal S. Acquisition of
meningococcal serogroup W-135 carriage in Turkish hajj pilgrims who had
received the quadrivalent meningococcal polysaccharide vaccine. Clin Vaccine
Immunol 2013;20:66-68.
8. Smith AW, Goh KT, Barkham T, Paton NL. Hajj-associated outbreak strain of
Neisseria meningitidis serogroup W135: Estimates of the attack rate in a defined
population and the risk of invasive disease developing in carriers. Clin Infect Dis
2003;36:679-683.
9. Mansouri F, Khorasani EN, Izadi M. Respiratory Tract infection among Hajj
Pilgrims. International Journal of Travel Medicine and Global Health 2012;1.
10. Mustafa AN, Gessner BD, Ismail R, et al. A case-control study of influenza
vaccine effectiveness among Malaysian pilgrims attending the Haj in Saudi
Arabia. Int J Infect Dis 2003;7:210-214.
11. Aberle JH, Popow-Kraupp T, Kreidl P, Laferl H, Heinz FX, Aberle SW.
Influenza A and B viruses but not MERS-CoV in hajj pilgrims, Austria, 2014.
Emerg Infect Dis 2015;21:726-727.
12. Mcintosh K, Hirsch MS, Thorer AR. Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus, October 2015 ed, 2015.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Indonesia Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009.
14. Siaga Menghadapi MERS-CoV pada Jamaah Haji: Departemen Kesehatan,
2015.
15. Mengenal Penyakit Yellow Fever: Kantor Kesehatan Pelabuhan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015