31
Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B Lampung Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatra Selatan. Lambang : Sang bumi ruwa jurai (rumah tangga yang agung ) Peta lampung : Letak dan kondisi alam Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di 1 | Page

tugas ISD

  • Upload
    ajie

  • View
    552

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Lampung

Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia. Di sebelah utara

berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatra Selatan.

Lambang :

Sang bumi ruwa jurai (rumah tangga yang agung )

Peta lampung :

Letak dan kondisi alam

Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT

dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah

timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang

sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau

Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau

1 | P a g e

Page 2: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah

Kabupaten Lampung Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan

daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di

tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di

sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Kabupaten Pesawaran

Kabupaten Pesawaran adalah kabupaten di Provinsi Lampung.Moto kabupaten ini adalah

ragom pepadun saibatin.Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan

UU Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Semula kabupaten ini

merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan.

Sejarah Lampung

Lampung baru menjadi provinsi tahun 1964 dengan dasarnya Undang-Undang nomor 14

tahun 1964. Sebelumnya Lampung merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan. Provinsi

Sumatera Selatan sendiri terbentuk tanggal 12 September 1950 dan merupakan pecahan dari

Provinsi Sumatera. Di awal kemerdekaan, pulau Sumatera tergabung dalam satu provinsi, yaitu,

Provinsi Sumatera. Lampung adalah salah satu keresidenan di provinsi tersebut dengan

residennya adalah Mr. Abbas.

 

Pada abad 16, Lampung dikenal sebagai penghasil lada hitam. Produk tersebut dipasarkan

di Banten dan banyak dijual ke pedagang Eropa dan Asia. Tentu saja harga di Banten jauh lebih

tinggi dari harga di Lampung sendiri. Setelah mengetahui perbedaan harga tersebut, pedagang

Eropa, khususnya Belanda yang ketika itu masih diwakil oleh armada dagangnya, yaitu, VOC,

sangat berkeinginan untuk mendapatkan lada hitam langsung dari daerah penghasil.

 

2 | P a g e

Page 3: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Namun VOC belum berani melakukan ekspansi ke Lampung karena masih berhitung

terhadap kekuatan Banten. Ketika itu Lampung menjalin hubungan akrab dengan Banten,

sehingga kalau VOC menyerang Lampung, kemungkinan besar Banten akan membelanya.

Hubungan Lampung dan Banten semakin erat pada waktu Banten di bawah kekuasaan Sultan

Ageng Tirtayasa.

 

VOC berkeyakinan bahwa untuk menguasai Lampung, terlebih dahulu harus menundukan

Banten. Oleh karena itu, ketika di Kesultanan Banten terjadi perselisihan antara Sultan Ageng

Tirtayasa dengan putranya, yaitu, Sultan Haji, VOC memanfaatkannya dengan mendukung

Sultan Haji. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa dapat dikalahkan dan kemudian VOC menobatkan

Sultan Haji sebagai penguasa Banten. Namun dia hanyalah penguasa boneka. Kekuasaan riil

telah berada di tangan VOC.

 

Pada tanggal 24 Juli 1692, Sultan Haji memberikan hak monopoli perdagangan lada di

Lampung kepada VOC. Namun expedisi pertama Belanda ke Lampung ini, tidak begitu lancar

karena masih banyaknya penguasa Lampung yang loyal kepada Sultan Ageng Tirtayasa dan

menganggap VOC sebagai musuh.. Akhirnya VOC tidak segera mewujudkan ambisinya untuk

menguasai Lampung, bahkan sampai VOC dibubarkan lampung belum dikuasai sepenuhnya.

 

Pada tahun 1807, Belanda memproklamasikan bahwa Kepulauan Nusantara adalah bagian

dari Kerajaan Belanda. Pada tanggal 22 November 1808, Lampung dinyatakan sebagai daerah

yang langsung di bawahi gubernur jenderal Belanda, tidak terikat lagi kepada Banten. Herman

Wilhelm Daendles, Gubernur Jenderal Belanda ketika itu, mengakui penguasa Lampung, yaitu,

Raden Intan I, sebagai Ratu atau Kurnel.

 

Ketika tahun 1811 Indonesia dijajah Inggris, pengaturan Lampung kembali di bawah

Keresidenan Banten. Setelah kekuasaan beralih kembali ke tangan Belanda, Lampung tetap

berada di bawah Banten dan ditempatkan seorang Asisten Residen, kedudukannya berada

dibawah Residen Banten.

 

3 | P a g e

Page 4: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Raden Intan I, yang sebelumnya dekat dengan Belanda, pada kekuasaan Belanda kedua

ini tidak berusaha dengan Belanda bahkan pada akhirnya melakukan konfrontasi. Perlawanan

Raden Intan I berlangsung sampai dia wafat pada tahuan 1828. Perjuangan melawan Belanda

dilanjutkan oleh putranya, yaitu, Raden Intan II.

 

Pada tahun 1856, Belanda mengirim pasukan besar untuk menghancurkan perlawanan

Raden Intan II. Sasaran serangan Belanda yang pertama adalah Benteng Bendulu. Setelah melalui

pertempuran sengit, Bendulu dapat dikuasai dan kemudian dijadikan basis pasukan Belanda

untuk menggempur  benteng-benteng lainnya. Perlawanan Raden Intan II berakhir tanggal 5

Oktober 1856. Ketika itu Raden Intan II dijebak untuk hadir dalam pertemuan yang sudah

direkayasa Belanda.

 

Setelah gugurnya Raden Intan II, perlawanan terhadap Belanda tidak lagi besar-besaran.

Bahkan dapat dikatakan bahwa sejak saat itu, Belanda menguasai Lampung secara penuh.

Belanda kemudian memusatkan perhatian pada pengembangan berbagai perkebunan disertai

sarana dan prasarananya.

 

Pada awal kemerdekaan, para pejuang di Lampung segera membentuk Komite Nasional

Indonesia Daerah (KNID) dan Pasukan Keamanan Rakyat. Pada tanggal 9 September 1946,

karena tidak mampu menstabilkan kondisi di Lampung, sebuah badan yang dikenal dengan nama

Panitia Perbaikan Masyarakat (PPM) memaksa Mr. Abbas melepaskan jabatannya. Desakan ini

berhasil menurunkan Mr. Abbas dan posisinya digantikan oleh Dr. Barel Munir sampai tanggal

29 November 1947. Setelah itu, posisi residen dijabat oleh Rukadi.

 

Karena adanya serangan Belanda yang ingin kembali menguasai Lampung. Pemerintahan

Keresidenan Lampung terpaksa berpindah-pindah. Residen Lampung kemudian digantikan oleh

Kepala pemerintahan Darurat Keresidenan Lampung yang dijabat oleh Mr. Gele Harun. Setelah

digelar Konferensi Meja Bundar (KMB), Lampung terbebas dari cengkraman Belanda.

 

4 | P a g e

Page 5: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Status Lampung mengalami peningkatan dari keresidenan menjadi provinsi pada tahun

1964. Gubernur Lampung yang pertama dijabat oleh Kusno Danu Upoyo. Posisinya kemudian

digantikan oleh Zainal Abidin Pagar Alam pada tahun 1967. Pada pemerintahan Zainal Abidin ini

dimulai Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I, yaitu, sejak 1 April 1969.

Adat Istiadat

Orang lampung pada umumnya beragama Islam. Masyarakat adat Lampung dapat

dibedakan dalam dua golongan adat, yaitu yang beradat Pepadun dan beradat Pesisir.

Mereka yang beradat Pepadun kebanyakan bermukim di daerah pedalaman, sedangkan

yang beradat Pesisir bermukim di daerah pesisir atau di daerah yang tidak termasuk daerah

lingkungan pepadun. Termasuk dalam lingkungan beradat pepadun adalah orang-orang Abung,

Tulangbawang (Menggala), Waikanan Sungkai, Pubiyan. Sedangkan dalam lingkungan beradat

Pesisir adalah orang-orang Pesisir Teluk, Pesisir Semangka, Pesisir Krui, dan dataran tinggi

Belalau di daerah Provinsi Lampung, serta orang-orang Ranau, Muaradua, Komering, dan

Kayuagung di Provinsi Sumatera Selatan dan juga di perdesaan Cikoneng (Anyer), pantai barat,

Jawa Barat.

Masyarakat Lampung merupakan masyarakat kekerabatan bertali darah menurut garis

ayah (Geneologis-Patrilinial), yang terbagi-bagi dalam masyarakat keturunan menurut Poyang

asalnya masing-masing yang disebut "buay", misalnya Buay Nunyai, Buay Unyi, Buay Nuban,

Buay Subing, Buwai Bolan, Buayi Menyarakat, Buay Tambapupus, Buay Tungak, Buay

Nyerupa, Buay Belunguh, dan sebagainya. Setiap kebuayan itu terdiri dari berbagai "jurai" dari

kebuwaian, yang terbagi-bagi pula dalam beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah

asal (nuwou tubou, lamban tuha).

Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah kerabat (nuwou balak,

lamban gedung). Ada kalanya buay-buay itu bergabung dalam satu kesatuan yang disebut

"paksi". Setiap kerabat menurut tingkatannya masing-masing mempunyai pemimpin yang disebut

"penyimbang" yang terdiri dari anak tertua laki-laki yang mewarisi kekuasaan ayah secara turun

5 | P a g e

Page 6: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

temurun.

Hubungan kekerabatan adat lampung terdiri dari lima unsur yang merupakan lima

kelompok. Pertama, kelompok wari atau adik wari, yang terdiri dari semua saudara laki-laki yang

bertalian darah menurut garis ayah, termasuk saudara angkat yang bertali darah. Kedua,

kelompok lebuklama yang terdiri dari saudara laki-laki dari nenek (ibu dari ayah) dan

keturunannya dan saudara laki-laki dari ibu dan keturunannya. Ketiga, kelompok baimenulung

yang terdiri dari saudara-saudara wanita dari ayah dan keturunannya. Keempat, kelompok kenubi

yang terdiri dari saudara-saudara karena ibu bersaudara dan keturunannya. Kelima, kelompok

lakau-maru, yaitu para ipar pria dan wanita serta kerabatnya dan para saudara karena istri

bersaudara dan kerabatnya.

Bentuk perkawinan yang berlaku adalah partrilokal dengan pembayaran jujur (ngakuk

mulei), dimana setelah kawin mempelai wanita mengikuti dan menetap dipihak kerabat suami,

atau juga dalam bentuk marilokal (semanda) dimana setelah kawin suami ikut pada kerabat istri

dan menetap di tempat istri.

Untuk mewujudkan jenjang perkawinan dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu cara

berlarian (sebambangan) yang dilakukan bujang-gadis sendiri dan cara pelamaran orang tua

(cakak sai tuha) yang dilakukan oleh kerabat pihak pria kepada kerabat pihak wanita.

Perkawinan yang ideal dikalangan orang lampung adalah pria kawin dengan wanita anak

saudara wanita ayah (bibik, keminan) yang disebut "ngakuk menulung" atau dengan anak saudara

wanita ibu (ngakuk kenubi)/ perkawinan yang tidak disukai adalah pria dan wnaita anak saudara

laki-laki ibu (ngakuk kelana) atau dengan anak wanita saudara laki-lakinya (ngakuk bai/wari)

atau juga dengan anak dari saudara pria nenek dari ayah (ngakuk lebu). Lebih-lebih tidak disukai

kawin dengan suku lain (ulun lowah) atau orang asing. Apalagi berlainan agama (sumang

agamou). Tetapi di masa sekarang hal demikian itu sudah tidak dihiraukan angkatan muda,

sehingga sudah banyak pria/wanita Lampung yang melakukan kawin campur antar suku asal saja

sama-sama beragama Islam/bersedia masuk Islam dan bersedia diangkat menjadi anak angkat dan

masuk warga adat Lampung.

Jika dari suatu ikatan perkawinan tidak mendapatkan keturunan sama sekali, maka untuk

menjadi penerus keturunan ayah, dapat diangkat anak tertua dari adik laki-laki atau anak kedua

dari kakak laki-laki untuk menegakkan (tegak tegi) keturunan yang putus (maupus). Jika tidak

6 | P a g e

Page 7: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

ada anak-anak saudara yang bersedia diangkat dapat mengangkat orang lain yang bukan anggota

kerabat, asal saja disahkan dihadapan kerabat dan prowitan adat. Tetapi jika hanya mempunyai

anak wanita, maka anak itu dikawinkan dengan saudara misalnya yang laki-laki/ anak wanita itu

dijadikan kedudukan laki-laki dan melakukan perkawinan semanda ambil suami (ngakuk ragah).

Dengan begitu maka anak laki-laki dari perkawinan mereka kelak akan menggantikan kedudukan

kakeknya sebagai waris mayorat sehingga keturunan keluarga tersebut tidak putus (mak mupus).

Adat Lampung yang pokok :

Pertama, sistem kekerabatan orang Lampung patrilinial. Karena itu "anak tertua" orang

Lampung yang laki-laki, ketika ia telah berumah-tangga, otomatis menjadi penganyom

dan pemimpin termasuk persoalan yang menyangkut adat bagi semua anak dan cucu

ayahnya.

Kedua, sistem tuha jaghu, tuha gha ja (Saibatin, Punyimbang) bagi semua keluarga besar

sumbay dan buay.

Ketiga, sistem ghasan sanak (sebambangan), membawa gadis secara resmi untuk dinikahi

menjadi isteri, ada surat penerang (penepik) serta sedikit uang. Gadis yang dibambangkan

menjelaskan "ia telah bertemu jodoh dibawa ke rumah orang tua si pulan bertujuan

menikah, mohon rela dari ibu dan ayah menikahkan".

Keempat, sistem ghasan sai tuha, ngukeh, ngantak salah atas perintah pimpinan adat

bujang/pria yang ngebambang gadis, beberapa orang tua tua buay bujang segera datang ke

rumah pimpinan adat si gadis melaporkan bahwa gadis mereka ada pada buay bujang,

mohon disikapi secara baik. Para tua adat yang datang menyerahkan senjata (keris). Jika

senjata yang diserahkan diterima pimpinan adat si gadis, terjadilah "damai" dan

pernikahan bujang dan gadis yang sebambangan segera untuk dilaksanakan melalui

musyawarah dan mufakat ghasan dandanan tua-tua kedua belah pihak.

Kelima, sistem dau bulanja yaitu pemberian sejumlah uang (jujogh) dan uang adat

lainnya dari keluarga bujang kepada keluarga gadis yang dilamar, maka si bujang

7 | P a g e

Page 8: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

berstatus ngakuk (sang istri sepenuhnya) dalam dan di bawah kedaulatan adat buay

suaminya.

Keenam, sistem bunatok, sesan, yaitu berbagai barang bawaan si istri berupa "perabotan

rumah", buat perlengkapan rumah-tangga pasangan suami isteri, jika sang istri dijujogh

secara adat seperti tersebut di atas.

Ketujuh, sistem ghasan buhimpun (bermusyawarah), bagi hal-ihwal yang penting akan

nayuh, bugawi, sehubungan ada anggota keluarga akan menikah atau telah menikah,

ngeluagh, ngakughuk, ngejuk-ngakuk akan diresmi dirayakan, atau akan ditayuh

digawikan (geghok). Dan ghasan buhimpun juga digelar ketika menetapkan gelar gelar

adat (inai-adok, amai adek) warga yang akan diresmikan waktu nayuh "kawinan" atau

nayuh, bugawi, karena tuha jaghu buay dinobatkan cakak suntan, cakak pepadun.

Delapan, sistem peresmian (penobatan) pemberian glar adat "butetah", "nyanangken amai

adek".

Kesembilan, sistem menggelar nayuh, bugawi (gerok) melalui ucapan

(tangguh/tenyawaan lisan), bukan dengan melalui "surat undangan", buat menghadirkan

kelaurga besar; puaghi, kemanan, keminan, nakbai/menulung, lebu kelama, kenubi,

indai/suaghi, sabai/pesabaian. (Tayuh bah mekonan) juga seperti itu, dengan

menghadirkan tuha jaghu sumbay dan buay lain yang ada di pekon tempat nayuh

bersangkutan.Tayuh balak juga seperti itu, dengan menghadirkan tuha jaghu buay, buay

yang ada di marga yang nayuh serta tuha jaghu marga-marga lainnya.

Kesepuluh, sistem nyambai, cangget, canggot, miah damar; para bujang (meghanai) dan

gadis (muli) keluarga yang nayuh, bersama muli- meghanai warga tuha jaghu bah

mekonan tadi, menggelar "malam gembira" pada malam hari di hari munus 1 menjelang

hari "H" nayuh. Muli-meghanai tersebut menggembirakan tayuhan, dengan menari dan

pantun balas berbalas (setimbalan), di bawah pimpinan kepala bujang sebagai jenang atau

panglaku, diawasi tuha jaghu dan tua-tua "baya" (yang punya tayuhan). Inti pendana dan

tulang belakang pendukung pelaksanaan sebuah tayuhan, yaitu batangan, kelama dan

"puaghi menulung" yang di-tayuh-kan.

Kesebelas, sistem buhaghak; prosesi arak-arakan tuha jaghu lapah di tanoh (sai tuha

ngantak/nyunsung "maju" (pengantin) atau sanak besunat/anak khitanan.

8 | P a g e

Page 9: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Kedua belas, sistem laki laki bukan kerabat dekat "mahram" tidak boleh bertandang ke

perempuan atau gadis (ngobrol) dalam rumah atau menyepi di tempat lain, kecuali jika di

situ ada suami atau laki laki mahram mereka.

Ketiga belas, sistem tuha jaghu (pemimpin adat) tidak boleh kencing berdiri.

Keempat belas, sistem pemimpin adat tidak boleh berbuat maksiat (melanggar perintah

dan larangan Allah swt.), serta melawan hukum yang berlaku di dalam negara pada

umumnya.

Kelima belas, sistem terutama pemimpin adat tidak boleh menceraikan istrinya.

Keenam belas, sistem laki laki tidak boleh "mandi" di pangkalan mandi perempuan, dan

juga sebaliknya.

Ketujuh belas, sistem mindai, sewaghi; angken mengangkan, saling menganggap

"bersaudara" dunia akhirat, antara dua insan sama sama laki laki atau sama perempuan

(tidak ada pertalian kerabat dekat), yang diterangkan di hadapan pemimpin adat kedua

belah pihak karena ada keserasian watak yang positif, kesamaan alur berpikir, mentalitas

dan moralitas mereka berdua sama baik

Kedelapan belas, sistem "anjau silau", yaitu tengok-menengok berprinsip "silaturahmi",

antara warga buay, sumbay yang satu kepada lainnya. Oleh karena itu, dari awal sejak

status diri "bakal menjadi keluarga", yaitu setelah ada keputusan ghasan dandanan/ghasan

sai tuha saling terima, akan melaksanakan perkawinan anak mereka.

Kesembilan belas sistem manjau muli, bukadu, yaitu meghanai yang bermaksud

menyunting muli untuk menjadi istri; meghanai tersebut dengan ditemani satu, dua orang

atau lebih meghanai sahibnya, pada malam hari antara pukul 20.00--23.00, datang ke

rumah orang tua muli "meminta (berdialog) dengan muli anaknya. Jika diizinkan,

meghanai yang manjau tersebut dipersilahkan duduk di ruang tamu (lapang unggak)

rumah orang tua muli, dan orang tua muli (ibu atau bersama ayah) muli berada di ruang

tengah (lapang tengah) rumah, menyimak jalannya "manjau" tersebut.

Kedua puluh; sistem muli dan perempuan muda juga yang tua, tidak boleh berpergian

jauh (musafir) secara sendirian, tanpa ada laki laki kerabat (mahramnya) yang mengawal. Dan

muli sebelum dia berumah tangga, juga yang "janda", mereka berada dan tunduk di bawah

pengawasan dan kekuasaan ayah dan para paman mereka, didampingi para ibu, yaitu ibu mereka

9 | P a g e

Page 10: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

sendiri (kandung atau tiri), juga para istri paman (ina lunik, indui iran) si muli atau janda tadi.

Masyakat Adat Lampung

Masyarakat Lampung mempunyai falsafah Sang Bumi Ruwa Jurai, yang artinya sebuah

rumah tangga dari dua garis keturunan, masing-masing melahirkan masyarakat beradat pepadun

dan masyarakat beradat sebatin. Sekarang, pengertian Sang Bumi Ruwa Jurai diperluas menjadi

masyarakat Lampung asli (suku Lampung) dan masyarakat Lampung pendatang (suku-suku lain

yang tinggal di Lampung).

Nenek moyang orang Lampung menurut legenda adalah Puyang Mena Tepik di negeri

Sekalabrak. Daerah ini dinamai Lampung karena jika dilihat dari laut seperti bukit yang

mengapung.

Aksara Lampung merupakan aksara "ka-ga-nga" yang mirip dengan aksara Batak, aksara Bugis,

dan aksara Sunda Kuna (bukan ha-na-ca-ra-ka).

Seperti dikatakan tadi masyarakat adat Lampung terbagi dua, yaitu masyarakat adat Lampung

Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin.

Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) piil-

pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri), (2) juluk-

adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya), (3) nemui-nyimah

(saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu), (4) nengah-nyampur

(aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), dan (5) sakai-sambaian (gotong-

royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).

Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Propinsi

Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun):

Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri

10 | P a g e

Page 11: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Mulia hina sehitung, wat malu rega diri

Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari

Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi.

Tujuh Pedoman Hidup Orang Lampung :

Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.

Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.

Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.

Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak

jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.

Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa

ulah riya ulih.

Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon

mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.

Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: way ni dang robok, iwa ni dapok.

Bahasa

Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain bahasa

Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang, dan bahasa setempat yang

disebut bahasa Lampung.

11 | P a g e

Page 12: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Dialek bahasanya ada yang berdialek "nyou" (apa) atau dialek bahasa Abung dan ada pula

yang berdialek "api" (apa) atau berdialek Pemanggilan.

Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari

tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan

sistim sulam (Lampung; "Cucuk"). Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung

adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi

pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah

berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan

fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian

tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya

masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah

tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang

dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini

diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi

yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Musik

Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari

jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global).

Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung, jenis musik

ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini

12 | P a g e

Page 13: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival

diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir

akan kehilangan jati diri.

Tari

Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung yaitu :

Tari Sembah

Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan

memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah

dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah

pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.

Tari Bedana

Tari Bedana adalah perwujudan luapan sukacita atas wiraga (gerak badan) untuk mencapai

ekstase, dalam batas-batas tertentu ketika menari diiringi gamelan khasnya, jiwa kita seperti

mengembarai lembah-lembah hijau di bawah kaki Gunung Rajabasa, semua berubah indah.

Riang. Estetika tari bedana membuat kedirian kita berasa selalu muda. Penuh antusiasme. Dan

pada kesempatan lain, ketika menyaksikan langsung tari bedana dipentaskan dengan sunggingan

senyum manis muli-mekhanai, kita serasa diguyur air pegunungan yang atis. Secara otomatis

terpancing "begitu ingin" larut dalam tari. Komposisi gerakan tarian bedana yaitu: khesek

13 | P a g e

Page 14: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

gantung, khesek injing, tahtim dan penghormatan, jimpang, ayun, humbak moloh, belitut, gelek,

dan gantung

tari cangget

Tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yaitu: (1) gerak sembah (sebagai

pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel

(lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah

pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi

mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).

Makanan

Makanan khas Lampung adalah seruit Lampung,seruit adalah sambal yang dimakan

bersama ikan bakar,ikan boleh berupa ikan tawar maupun ikan laut,tapi lebih lazimnya adalah

ikan tawar.

Cerita daerah

Sibungsu

Alkisah, di sebuah perkampungan di daerah Lampung, Indonesia, hiduplah sepasang suami-

istri bersama dengan tujuh putrinya. Untuk menghidupi keluarganya, sang Ayah mencari kayu

bakar di hutan dan menjualnya ke pasar. Namun, hasil yang diperoleh tidak cukup untuk mereka

makan bersama. Mereka tidak pernah makan sampai kenyang. Agar bisa makan kenyang tanpa

diganggu oleh anak-anaknya, sang Ayah dan sang Ibu sering menyisihkan makanan untuk

mereka makan pada malam harinya, di saat ketujuh putrinya sedang tertidur lelap. Pada suatu

malam, sang Ayah dan sang Ibu sedang asyik menikmati makan malam berdua. Tanpa

disadarinya, si Bungsu terbangun dan melihat mereka sedang makan. Si Bungsu pun segera

membangunkan kakaknya yang sedang tertidur pulas.

14 | P a g e

Page 15: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

“Kakak-kakak...!” ucap si Bungsu dengan pelan.

Keenam kakaknya pun terbangun. Saat melihat kedua orang tuanya makan, mereka pun

ikut makan, sehingga membuat kedua orang tua mereka tidak kenyang. Hal itu membuat mereka

kesal dan berniat untuk membuang ketujuh putrinya.

Pada suatu malam, sepasang suami-istri itu bermusyawarah untuk membuang ketujuh

putrinya ke hutan yang jauh dari perkampungan. Namun, lagi-lagi si Bungsu terbangun dan

mengetahui rencana mereka. Secara diam-diam, si Bungsu pun menyiapkan buah kemiri yang

banyak untuk menandai jalan yang akan mereka tempuh saat menuju ke tengah hutan, sehingga ia

bersama kakaknya dapat mengetahui jalan pulang ke rumah.

Keesokan harinya, sang Ayah dan sang Ibu mengajak ketujuh putrinya ke hutan dengan

alasan untuk membantu mereka mencari kayu bakar. Setibanya di hutan, diam-diam sang Ayah

meminta kawanan kera agar menyahut jika anak-anaknya memanggilnya, dan kepada kawanan

burung pagut agar mematuk-matuk pohon agar anak-anak mereka mengira ayah dan ibunya

masih berada di dalam hutan. Ketika ketujuh bersaudara itu sedang asyik mengumpulkan kayu

bakar, sang Ayah mengajak istrinya untuk meninggalkan mereka secara diam-diam. “Istriku! Ayo

kita tinggal hutan ini selagi mereka sibuk mengumpulkan kayu bakar,” bisik sang Ayah ke

istrinya.Akhirnya, mereka meninggalkan hutan itu tanpa sepengetahuan ketujuh putrinya.

Beberapa saat kemudian, terdengarlah suara ketujuh putrinya memanggil.

“Ayah... Ibu...! Kalian di mana?” teriak ketujuh anak itu serentak.

Mendengar teriakan itu, kawanan kera pun menyahut dan burung pugut mematuk-matuk

pohon. Ketujuh anak itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya, karena mengira ayah dan ibu

mereka masih berada di hutan itu. Kawanan kera dan burung pagut tersebut terus menyahut dan

mematuk pohon. Lama-kelamaan mereka pun kesal dan capek. Ketika ketujuh anak itu kembali

berteriak memanggil kedua orang tua meraka, kawanan kera dan burung pagut tersebut hanya

diam. Pada saat itulah, ketujuh anak tersebut menyadari bahwa kedua orang tua mereka telah

15 | P a g e

Page 16: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

pergi meninggalkan mereka. Anak yang sulung pun bingung, karena tidak mengetahui jalan

pulang ke rumah.

“Adik-adikku! Apakah di antara kalian ada yang masih ingat jalan untuk pulang ke rumah?”

tanya si Sulung.

“Saya, Kak!” sahut si Bungsu dengan sigap.

“Bagaimana mungkin kamu bisa mengingat jalan pulang, Bungsu? Bukankah hutan ini sangat

lebat?” tanya si Sulung.

“Tenang, Kak! Adik sudah menandai jalan dari rumah sampai ke hutan ini dengan kemiri. Kita

tinggal mengikuti arah kemiri yang bertebaran di jalan yang telah kita lalui,” ujar si

Bungsu.“Wah... kamu memang cerdas, Adikku!” puji si Sulung sambil tersenyum.

Ketujuh anak itu pun menyusuri jalan yang telah ditandai dengan kemiri oleh si Bungsu.

Akhirnya, mereka pun sampai di rumah. Ketika masuk ke rumah, mereka mendapati kedua orang

tua mereka sedang makan. Tanpa diajak, mereka segera ikut makan, sehingga kedua orang tuanya

kembali merasa tidak kenyang. Sang Ayah dan sang Ibu pun bertambah kesal. Kehadiran ketujuh

putrinya tersebut benar-benar membuat mereka resah. Beberapa hari kemudian, pasangan suami-

istri itu kembali berencana untuk membuang ketujuh putrinya ke tengah hutan. Namun, rencana

mereka kembali diketahui oleh putri bungsunya. Ketika mereka berangkat ke hutan, si Bungsu

membawa biji jagung untuk menandai jalan yang mereka lalui. Sesampainya di hutan, seperti

biasanya kawanan kera menyahut-nyahut dan burung pagut mematuk-matuk pohon, dan pada

saat itulah sang Ayah dan sang Ibu meninggalkan anak-anaknya.

Ketika ketujuh bersaudara itu kembali berteriak memanggil kedua orang tuanya, kawanan

kera dan burung pagut tersebut hanya diam. Akhirnya, ketujuh anak itu sadar bahwa orang tua

mereka telah meninggalkan mereka. Namun sial bagi ketujuh anak tersebut, mereka tidak

mengetahui jalan pulang ke rumah, karena biji jagung yang telah ditebar oleh si Bungsu di jalan

habis dimakan burung. Akhirnya mereka pun tersesat di tengah hutan.

16 | P a g e

Page 17: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Ketujuh anak bersaudara tersebut berjalan mengikuti ke mana arah kaki mereka

melangkah. Setelah beberapa lama berjalan, mereka pun sampai di sebuah ladang yang dihuni

oleh dua raksasa suami-istri. Saat itu, mereka melihat kedua raksasa itu sedang mandi di sungai

yang terletak di pinggir ladang.

“Hai, tampaknya raksasa itu jahat. Mereka pasti akan memangsa kita jika melihat kita ada di

sini,” kata si Sulung.

“Apa yang harus kita lakukan?” tanya anak yang kedua.

“Tenang, Kak! Adik punya cara untuk menaklukkan raksasa itu,” sahut si Bungsu.

“Bagaimana caranya, Bungsu?” tanya si Sulung.

‘Adik akan membuat air sungai itu menjadi gatal dengan kolang-kaling, sehingga tubuh kedua

raksasa itu akan terasa gatal-gatal. Ketika itu, mereka pasti akan berlari ke gubuknya. Tapi

sebelumnya, kalian harus melepas tali gubuk itu dan membuat perapian di bawahnya. Nah, ketika

kedua rakasa itu menaiki gubuk itu, mereka pasti akan jatuh ke dalam api,” jelas si Bungsu.

Setelah mendengar petunjuk si Bungsu, keenam kakaknya itu segera melepas tali gubuk

itu dan membuat perapian di bawahnya. Setelah mereka selesai menjalankan tugas, si Bungsu

segera mengambil kolang-kaling lalu menggosok-gosokkannya di hulu sungai. Tak berapa lama

kemudian, kedua raksasa yang sedang asyik mandi tersebut tiba-tiba merasakan tubuhnya gatal-

gatal. Karena tidak tahan menahan rasa gatal, mereka pun berlari menuju ke gubuknya. Tak ayal

lagi, ketika menaiki gubuknya, mereka pun terjatuh ke dalam perapian hingga tewas.

Akhirnya, ketujuh anak bersaudara itu pun memutuskan untuk tinggal di daerah itu.

Mereka membuat tujuh gubuk dan membagi ladang milik raksasa itu menjadi tujuh bagian.

Mereka menanam padi dan bunga-bunga yang harum baunya di ladang masing-masing. Saat

tanaman bunga mereka berbunga, ladang mereka kerap didatangi oleh kenui (sejenis burung

elang yang berbadan besar). Burung itu ingin membuat sarang dan bertelur di ladang mereka.

Dari ketujuh bersaudara tersebut, hanya si Bungsu yang mengizinkan burung itu bersarang di

17 | P a g e

Page 18: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

ladang bunganya. Mendapat izin dari si Bungsu, kenui pun segera membuat sarang. Setelah

bertelur, burung kenui itu pergi dan tidak pernah kembali lagi.

Pada suatu hari, sepulang dari ladangnya, si Bungsu melihat asap mengepul di dalam

gubuknya. Alangkah terkejutnya ia ketika masuk ke dalam gubuknya. Ia melihat seorang pemuda

tampan sedang menanak nasi untuknya.

“Maaf, Tuan! Anda siapa dan berasal dari mana?” tanya si Bungsu.

Pemuda itu pun menceritakan asal-usulnya bahwa dirinya keluar dari telur kenui.

Akhirnya, mereka pun berkenalan dan saling menyukai. Beberapa bulan kemudian, mereka

menikah dan hidup bahagia. Rupanya, pernikahan si Bungsu dengan pemuda itu membuat

keenam saudaranya iri dan berniat untuk mencelakai adiknya.

Pada suatu hari, ketika si Bungsu sedang mencuci pakaian di tepi sungai, keenam

saudaranya mendorongnya ke sungai. Si Bungsu pun hanyut terbawa arus dan kemudian ditelan

oleh seekor ikan besar. Karena kekenyangan, ikan besar itu beristirahat di tepi sungai. Pada saat

itu, seorang nenek yang sedang mandi di tepi sungai melihatnya. Tanpa berpikir panjang, sang

Nenek pun segera mengambil goloknya dan menghujamkannya ke tubuh ikan itu. Sungguh ajaib,

goloknya tidak dapat melukainya. Karena kesal, sang Nenek pun beristirahat di bawah sebuah

pohon sambil berpikir mencari cara agar bisa menangkap ikan itu. Saat sedang asyik beristirahat,

tiba-tiba ia mendengar seekor burung bernyanyi.

“Bolidang bolidangi pabeli iwa balak,” demikian nyanyian burung itu.

Mulanya, sang Nenek tidak mengerti arti syair lagu yang dinyanyikan burung itu. Setelah

menyimak secara seksama, akhirnya ia pun mengerti bahwa untuk memotong ikan itu harus

menggunakan daun belidang. Tanpa berpikir panjang, sang Nenek segera mengambil daun

belidang yang banyak terdapat di tepi sungai. Dengan daun belidang itu, ia pun berhasil

18 | P a g e

Page 19: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

memotong-motong daging ikan itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik

yang masih hidup keluar dari tubuh ikan itu.

“Hai, Gadis cantik! Kamu siapa dan kenapa bisa berada di perut ikan ini?” tanya nenek itu heran.

Si Bungsu pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia bisa berada

dalam perut ikan itu. Sang Nenek sangat terharu mendengar cerita si Bungsu. Karena iba, sang

Nenek pun menjadikan si Bungsu sebagai anak angkatnya. Sejak itu, si Bungsu tinggal bersama

nenek itu.

Sementara itu di tempat lain, suami si Bungsu kebingungan mencari istrinya. Ia sudah

menanyai keenam saudara istrinya, namun tak seorang pun yang mau memberitahukan

keberadaan istrinya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi mencari istrinya dengan menyusuri

tepi sungai. Setelah berbulan-bulan berjalan, akhirnya ia menemukan sebuah gubuk di tepi

sungai. Ia pun menghampiri gubuk itu untuk menanyakan keberadaan istrinya kepada si pemilik

gubuk. “Permisi, apakah ada orang di dalam?” teriak suami si Bungsu dari luar gubuk.

Tak berapa lama kemudian, tampaklah seorang nenek sedang membuka pintu. Setelah pintu

terbuka, nenek itu bertanya kepadanya.

“Ada yang bisa Nenek bantu, Anak Muda?” tanya nenek itu.

Suami si Bungsu pun menceritakan tentang pengembaraannya mencari istrinya yang

hilang. Si Bungsu yang mendengar cerita itu dari dalam gubuk menitikkan air mata, karena

terharu melihat kesetiaan suaminya. Nenek itu kemudian memberitahu kepada laki-laki itu bahwa

di dalam gubuknya ada seorang wanita cantik yang ditemukan dari perut ikan besar beberapa

bulan yang lalu.

“Anak Muda! Nenek mempunyai seorang wanita cantik di dalam gubuk ini. Cobalah lihat,

barangkali dialah istrimu yang kamu cari itu!” ujar nenek itu.

19 | P a g e

Page 20: tugas ISD

Nama /Nim/kelas : Fajri/1007018/2 tpl B

Sang Nenek pun memanggil si Bungsu agar keluar dari gubuk. Alangkah terkejut dan

bahagianya laki-laki itu saat melihat wanita yang keluar dari gubuk itu adalah istrinya. Tanpa

ragu-ragu, ia pun segera memeluk istrinya, dan si Bungsu pun membalas pelukan suaminya

dengan erat. Sesaat, suasana di gubuk itu menjadi hening. Tak terasa, air mata si Nenek pun

bercucuran karena terharu melihat anak angkatnya bisa bertemu kembali dengan suaminya.

Begitu pula suami si Bungsu, ia sangat bahagia karena telah menemukan kembali istrinya.

Sebelum membawa pulang istrinya, suami si Bungsu tidak lupa berterima kasih kepada si Nenek,

karena telah menyelamatkan nyawa istrinya.

“Terima kasih, Nek! Nenek telah merawat istriku dengan baik,” ucap suami si Bungsu.

Setelah itu, sepasang suami-istri itu berpamitan kepada si Nenek. Sesampainya mereka di

gubuk, keenam kakaknya datang meminta maaf kepada si Bungsu. Si Bungsu memaafkan

mereka, karena sejak awal ia tidak pernah merasa dendam, meskipun keenam kakaknya telah

mencelakainya. Sejak itu, si Bungsu hidup berbahagia bersama suaminya dan hidup rukun

bersama keenam kakaknya.

Daftar Pustaka

http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/28/25/id/provinsi-lampung.html

http://ulun.lampunggech.com/2007/05/apresiasi-nyambai-cara-pergaulan-muda.html

http://ulun.lampunggech.com/search/label/adat

http://ulun.lampunggech.com/search/label/wisata

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung"

www.melayu-online.com/lampung

20 | P a g e