25
Universitas Pasundan UNPAS | BANDUNG ANGGOTA: REZA SANJAYA JR.(122010100) ALDI MULYANA(122010108) YOES CHRISTANTO(122010109) AHMAD NASIR F. (122010111) ALIM SANJAYA S.B.S(122010113) Pebelanjaan Daerah berkenaan dengan Pengeluaran Reproduktif

Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

ANGGOTA:

REZA SANJAYA JR. (122010100)

ALDI MULYANA (122010108)

YOES CHRISTANTO (122010109)

AHMAD NASIR F. (122010111)

ALIM SANJAYA S.B.S (122010113)

Universitas Pasundan |

Pebelanjaan Daerah berkenaan dengan Pengeluaran Reproduktif

Page 2: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keuangan Pusat Dan Daerah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Resume ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Resume ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan resume ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, Maret 2014

Penyusun

1

Page 3: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

KATA PENGANTAR 1

PENDAHULUAN 3

BAB 1 Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 5

BAB 2 Pengeluaran Negara 7

BAB 3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 10

KESIMPULAN 12

REKOMENDASI 13

DAFTAR PUSTAKA 14

Causal Loop Diagram 15

2

Page 4: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target pengguanaan anggaran.

Di sisi lain tuntutan transparansi dalam sistem Pemerintah semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Dalam sistem Pemerintah Daerah terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin.

Sebagai upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan pertanggung-jawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan (rliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah diterima secara umum. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sedangkan untuk memudahkan teknis pelaksanaannya, pada tanggal 5 April 2007 lalu, pemerintah telah mengeluarkan sejenis petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) melalui Surat Edaran Mendagri Nomor S.900/316/BAKD tentang “Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah”untuk memperinci Permendagri 13. Semua peraturan ini mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan).

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran). Oleh karena itu, kepala SKPD disebut juga Pengguna Anggaran (PA).

3

Page 5: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD), kepala daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) yang mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada kepala SKPD, pada akhirnya akan meminta kepala SKPD membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukanlah SPJ (surat pertanggungjawaban), tetapi berupa laporan keuangan. Penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.

Kertas kerja/ Laporan keuangan oleh SKPD ini dilatarbelakangi oleh

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

ada di wilayah pemerintah kota Medan sekaligus sebagai pengguan anggaran

juga harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang

dilaksanakannya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud Pengeluaran Negara Reproduktif?2. Bagaimana Prosedur Pengeluaran Negara?3. Siapa yang membuat dan merumuskan Pengeluaran Daerah?4. Teori apa yang mendukung Pengeluaran Negara?5. Bagaimana Pengeluaran Negara Reproduktif berimbas pada masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami Pengeluaran Negara yang bersifat Reproduktif.2. Mengetahui dan memahami bagaimana terciptanya rancangan pengeluaran dan

sumber dana untuk pengeluaran negara.3. Mengetahui siapa saja yang berperan dalam penanangan pengeluaran negara.4. Mengetahui teori-teori pengeluaran negara.5. Memahami cara kerja pengeluaran negara bersifat reproduktif terhadap kesejahteraan

masyarakat.

4

Page 6: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Bab 1

Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu teori makro dan teori mikro.

1.    Teori Makro

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, antara lain:

a)      Model Pembangunan Tentang Pengeluaran Pembangunan

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas ya g lebih baik. Disamping itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit (complicated).

Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana kepengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan sosial seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

b)      Hukum Wagner

Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Tetapi Wagner mendasarkan pandangannya dengan teori organis mengenai pemerintah yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarkat lainnya.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:

Pk PP1             PkPP2            > atau <            PkPPn          

PPK1                PPK2                                          PPKn

Dimana: PkPP adalah Pengeluaran Pemerintah Perkapita

               PPK adalah Pendapatan Perkapita (GDP/jumlah penduduk)

               1, 2, …. n adalah jangka waktu (tahun)

5

Page 7: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

c)      Teori Peacock dan Wiseman

Teori Peacock dan Wiseman didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Peacock dan Wiseman mendasarkan teorinya pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak.

Teori Peacock dan Wiseman dapat dijelaskan sebagai berikut:

·         Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah. Meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semankin meningkat.

·         Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat, dan pemerintah menaikkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dan swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.

·         Naik-turunnya pengeluaran pemerintah yang disebabkan oleh gangguan sosial seperti perang ataupun gangguan sosial lainnya seperti efek inspeksi (inspection effect) yang timbul karena masyarakat sadar akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah setelah selesainya gangguan sosial tersebut.

2.    Teori Mikro

Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.

Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat dirumuskan  sebagai berikut:

a.       Penentuan Permintaan

Ui = f (G, X)

Dimana: G adalah vektor dari barang public

               X adalah individu ; i = 1, ….., m

               U adalah fungsi utilitas

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa factor di bawah ini:

Ø  Perubahan permintaan akan barang publik.

Ø  Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik, dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

Ø  Perubahan kualitas barang publik.

6

Page 8: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Bab 2

Pengeluaran Negara

Keuangan negara menyangkut aspek penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Aspek pengeluaran pemerintah termasuk salah satu aspek dari penggunaan sumberdaya ekonomi secara langsung yang dimiliki dan atau dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Pengeluaran negara dapat juga diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan kesejahteraan.

Apabila setiap orang menginginkan kemakmuran material dan spiritual dalam arti dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka bagi masyarakat sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan), keadilan dan kemakmuran. Agar setiap anggota masyarakat dapat memenuhinya maka pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan berbagai bentuk termasuk berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi pemerintah inilah yang dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Lebih luas lagi ditekankan bahwa dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya digunakan uang saja, tetapi juga meliputi seluruh sumberdaya ekonomi termasuk penggunaan sumberdaya manusia, alam, peralatan modal serta barang-barang dan jasa lainnya.

Prinsip pokok dalam pengeluaran pemerintah.

Adam Smith mengemukakan prinsip pokok dalam pengeluaran pemerintah yang disebut dengan Canon or Government Expenditure. Prinsip atau asas pengeluaran pemerintah tersebut adalah :

1. asas moralita, yaitu pengeluaran pemerintah harus sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa yaitu agama.

2. asas nasionalita, dimana pengeluaran pemerintah harus memperhatikan kepentingan rakyat banyak dan bersifat nasional.

3. asas kerakyatan, yaitu pengeluaran pemerintah harus memperhatikan kepentingan rakyat banyak dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.

4. Asas fungsionalita, yaitu pengeluaran pemerintah harus berdasarkan pada fungsi yang telah ditentukan

5. Asas rasionalita, yaitu pengeluaran pemerintah harus bersifat rasional dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas pengeluaran.

6. Asasa perkembangan dimana pengeluaran pemerintah harus sesuai dengan perkembangan negara dan dunia

7. Asas keseimbangan dan keadilan, yaitu harus ada keseimbangan antara pengeluaran pemerintah antara kegiatan fisik dengan non fisik agar tercipta keselarasan dan keserasian.

7

Page 9: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Prinsip yang membatasi pengeluaran pemerintah jika dilihat dari kemampuan negara dalam mendapatkan penerimaan negara, yaitu :

1. Pay as you go principle, artinya setiap pengeluaran pemerintah dibatasi oleh kemampuan untuk pembiayaannya yang berasal dari penerimaan rutin dan pembangunan

2. Take rate limitation, yang berarti setiap pengeluaran pemerintah harus dilihat dari penerimaan negara yang didapat dari sumber pajak

3. Debt rate limitation, dimana pengeluaran pemerintah dibatasi oleh jumlah penerimaan yang diterima oleh pemerintah

Dari aspek yang diharapkan maka pengeluaran pemerintah harus berprinsip:

1. Liquidity, yaitu pengeluaran pemerintah diharapkan di masa mendatang akan memberikan hasil, yang nantinya dapat membiayai negara dalam rangka kelangsungan pembangunan yang dilaksanakan.

2. Productive, bahwa pengeluaran pemerintah bersifat produktif dalam arti terus menghasilkan terus-menerus

3. Reproductive, bahwa pengeluaran pemerintah di masa mendatang akan memiliki kemampuan yang lebih baik sehingga mengurangi beban pemerintah untuk pengeluarannya. Contoh, untuk pengeluaran pendidikan yang terus mendapatkan subsidi pada tahap awal pelaksanaannya, namun di masa mendatang dapat mandiri dan berperan nyata dalam pembangunan.

Dilihat dari sasaran yang ingin dicapai, maka pengeluaran pemerintah harus memenuhi prinsip;

1. Economizing Principle yang berarti pengeluaran pemerintah hendaknya dilakukan seekonomis mungkin, sehingga pengerahan dana yang dikeluarkan tepat pda sasarannya.

2. Better Selection of Alternative Principle, dimana setiap pengeluaran pemerintah hendaknya berupa hasil dari keputusan yang didasarkan pada pilihan dari berbagai alternatif yang diajukan.

3. More Performance Eat Money Expensed, yang berarti bahwa setiap pengeluaran pemerintah diharapkan meningkatkan pertambahan penghasilan masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan perekonomian negara.

Klasifikasi pengeluaran negara

1. Routine Actual and Development Expenditure. Pengeluaran/belanja rutin dan pengeluaran/ belanja pembangunan. Pengeluaran rutin adalah pengeluaran untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari, yang meliputi belanja pegawai (gaji, upah, tunjangan). Barang-barang untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehari-hari, belanja pemerliharaan\fasilitas umum milik negara, belanja transport bagi keperluan kegiatan pemerintah seperti kendaraan, tiket, bensin dll. Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran untuk pembangunan fisik dan non fisik.

2. Current Expenditure and Capital Expenditure. Current expenditure hampir sama dengan belanja rutin yaitu anggaran untuk penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari

8

Page 10: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

termasuk belanja pegawai, sedangkan Capital Expenditure yaitu rencana biaya untuk pembelian kapital tetap, seperti pembangunan gedung.

3. Obligatory and Optional Expenditure. Obligatory expenditure adalah pengeluaran wajib dan harus sifatnya untuk dilakukan agar efektifitas pelaksanaan pemerintahan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, termasuk belanja rutin sedangkan Optional expenditure adalah pengeluaran apabila keadaan memerlukan dapat tidak dilaksanakan (variable expenditure)

4. Real and Transfer Expenditure. Real expenditure adalah pengeluaran untuk membeli barang-barang dan jasa sedangkan transfer expenditure adalah pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan mendapatkan barang dan jasa.

5. Consolidated and Unconsolidated Expenditure. Consolidated expenditure diartikan sebagai pengeluaran yang sudah terkonsolidasi atau tidak perlu diteliti secara mendalam lagi sehingga tidak perlu persetujuan DPR terlebih dahulu, sedangkan unconsolidated expenditure adalah pengeluaran yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari DPR, misalnya peningkatan anggaran.

6. Liquidated and Cash Expenditure. Liquidated expenditure adalah pengeluaran sebagaimana yang sudah diajukan dan disetujui DPR, sedangkan Cash expenditure yaitu pengeluran yang sungguh-sungguh dilaksanakan berupa pembayaran konkrit.

Teori pengeluaran pemerintah

1. Teori Adolf Wagner. Menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner disebut dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya yaitu makin meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah, yakni a. meningkatnya funsgi pertahanan keamanan dan ketertiban, b) meingkatnya funsi kesejahteraan, c) meningkatnyaa fungsi perbankan dan d) meningkatnya fungsi pembangunan

2. Teori Peacock – Wiseman. Merupakan argumentasi dari teori Adolf Wagner, sekaligus memperbaikinya. dengan ditemukannya kelemahan teori Wagner yaitu a) teori Wagner didasarkan atas teori kenegaraan, b) tidak memperhatikan pengaruh perang terhadap pengeluaran pemerintah dan c) lebih menekankan jangka panjang sehingga kurang memperhatikan pola waktu atau proses perkembangan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu teori Peacock – Wiseman lebih menekankan pada pola waktu, perkembangan pengeluaran pemerintah yang tidak bersifat continuous growth, melainkan seperti tangga rumah (step like). Teori ini juga mengemukakan bahwa penyebab meningkatnya pengeluaran pemerintah karena displacement effect, inspection effect dan concentration effect.

3. Teori batas kritis Colin Clark. Dalam teorinya, dikatakan bahwa toleransi tingkat pajak dan pengeluaran pemerintah diperkirakan kurang dari 25 persen dari GNP, meskipun angara belanja pemerintah tetap seimbang. Apabila batas 25 persen terlampaui maka akan timbul inflasi yang akan mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat.

9

Page 11: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

BAB 3

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas:

Anggaran pendapatan, terdiri atas

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain

Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.

Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah :

Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.

Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.

Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Berikut ini adalah sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah (subnasional):[1]

1. User Charges (Retribusi)Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan utamanya adalahuntuk meningkatkan efisiensi dengan menyediakan informasi atas permintaan bagi penyedia layanan publik dan

10

Page 12: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

memastikan apa yang disediakan oleh penyedialayanan publik minimal sebesar tambahan biaya (Marginal Cost) bagi masyarakat.Ada tiga jenis retribusi, antara lain:

Retribusi perizinan tertentu (service fees)seperti penerbitan surat izin(pernikahan, bisnis, kendaraan bermotor) dan berbagai macam biaya yangditerapkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan.Pemberlakuan biaya/tarif kepada masyarakat atas sesuatu yang diperlukanoleh hukum tidak selalu rasional.

Retribusi jasa umum (Public Prices)adalah penerimaan pemerintahdaerah atas hasil penjualan barang-barang privat dan jasa. Semua penjualan jasa yang disediakan di daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya manfaat publik untuk memberikan tarif atas fasilitashiburan/rekreasi. Biaya tersebut seharusnya diatur pada tingkat kompetisiswasta, tanpa pajak dan subsidi, dimana itu merupakan cara yang palingefisien dari pencapaian tujuan kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak subsidi dihitung secara terpisah.

Retribusi jasa usaha (specific benefit charges)secara teori, merupakancara untuk memperoleh keuntungan dari pembayar pajak yang kontrasseperti pajak bahan bakar minyak atau pajak Bumi dan Bangunan.

1. Property Taxes (pajak Bumi dan Bangunan)Pajak Property (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal keuangan pemerintah daerah, pemerintah daerah di kebanyakan negara berkembang akanmampu mengelola keuangannya tapi hak milik berhubungan dengan pajak property. Jika pemerintah daerah diharapkan untuk memerankan bagian pentingdalam keuangan sektor jasa (contoh: pendidikan, kesehatan), sebagaimanaseharusnya mereka akan membutuhkan akses untuk sumber penerimaan yanglebih elastis.

2. Excise Taxes (pajak cukai)Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan daerah,terutama pada alasan administrasi dan efisiensi. Terutama cukai terhadap pajak kendaraan. Pajak tersebut jelas dapat dieksploitasi lebih lengkap daripada yang biasanya terjadi di sebagian besar negara yaitu dari perspektif administrative berupa pajak bahan bakar dan pajak otomotif.Pajak bahan bakar juga terkait penggunaan jalan dan efek eksternal sepertikecelakaan kendaraan, polusi dan kemacetan. Swastanisasi jalan tol pada prinsipnya dapat melayani fungsi pajak manfaat, didasarkan pada fitur umur danukuran mesin kendaraan (mobil lebih tua dan lebih besar biasanya memberikankontribusi lebih kepada polusi), lokasi kendaraan (mobil di kota-kota menambah polusi dan kemacetan), sopir catatan (20 persen dari driver bertanggung jawabatas 80 persen kecelakaan), dan terutama bobot roda kendaraan (berat kendaraanyang pesat lebih banyak kerusakan jalan dan memerlukan jalan yang lebih mahaluntuk membangun).

3. Personal income Taxes (Pajak Penghasilan)Di antara beberapa negara di mana pemerintah subnasional memiliki peran pengeluaran besar dan sebagian besar otonom fiskal adalah negara-negara Nordik.Pajak pendapatan daerah ini pada dasarnya dikenakan pada sebuah flat, tingkatdaerah didirikan pada basis pajak yang sama sebagai pajak pendapatan nasionaldan dikumpulkan oleh pemerintah pusat.

11

Page 13: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Kesimpulan Pengeluaran negara yang bersifat reproduktif, yaitu pengeluaran negara yang

berakibat pada masyarakat dapat melakukan usaha dan meningkatkan penghasilannya. Dilain pihak pemerintah akan menerima pendapatan juga misalnya dari retribusi dan pajak dari masyarakat. Contoh; Subsidi Pendidikan Dasar diaharapkan setelah menempuh pendidikan, masyarakat mampu memberikan keuntungan pada Negara.

Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah :

Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.

Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.

Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Wagner • Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa dalam

perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita negara tersebut.

• Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa industri-industri tertentu dari negara tersebut. Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll

12

Page 14: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Rekomendasi Dalam mencari sumber rujukan sebaiknya mencari hasil saduran dari buku

agar tidak mendapati bermacam macam pendapat.

13

Page 15: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Daftar Pustaka

Barata, A.A. dan Trihartanto, B., 2004, Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, Elex Media Komputindo, Jakarta

Hyman, D. N., 1996, Public Finance, A Cotemporary Application of Theory to Policy, Fifth edition, The Driden Press, New York

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah: Serial Otonomi Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta

Mangkusubroto, G, 2000, Ekonomi Publik, Edisi Kesembilan, BPFE-UGM, Yogyakarta

Suparmoko, M, 2002, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta.

"http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah&oldid=7652383"

14

Page 16: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

Causal Loop Diagram

15

Taha

pan P

enyu

suna

n Ran

cang

an A

PBD

Renc

ana K

erja P

emeri

ntah D

aerah

(RKP

D)

Kebij

akan

Umu

m AP

BD

Prior

itas P

lafon

Ang

garan

Seme

ntara

Renc

ana K

erja D

an A

ngga

ranSK

PD (R

KA-S

KPD)

Ranc

anga

n Perd

a APB

D

Perda

APB

D

Prov

insi

Kota/

Kabu

paten

DPRDGu

bernu

r

Walik

ota/B

upati

-

Daera

h Khu

sus

Nang

roe A

ceh

Darus

salam

Daera

h Istim

ewa

Yogy

akart

aSu

ltan A

gung

Qanu

n (Pe

runda

ngan

Sesua

i Islam

)

DPRD

Bers

ama

Gube

rnur/W

alikota

-Bup

atiM

embu

at Pe

rtimba

ngan

Bila

Perlu

,M

enca

ri Ruju

kan D

ari M

ajelis

Ulam

a Ind

onesi

a

Page 17: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

16

Pengeluaran

Negara

Self-

Liqui

datin

g

Tidak

Repr

oduk

tif

Repr

oduk

tif

Peng

hem

atan

Mas

a Men

data

ngSi

fatn

ya U

ntuk

Men

gem

bang

kan

Mas

yara

kat A

gar

Lebi

h Pr

oduk

tif

Men

urut K

epme

ndag

ri Nom

or 29

Tah

un 20

02, b

elanja

daera

h ada

lah se

mua p

enge

luaran

kas d

aerah

dalam

perio

de ta

hun a

ngga

ran te

rtentu

yang

men

jadi b

eban

daera

h.

ANGG

ARAN

PEN

DAPA

TAN

DAN

BELA

NJA

DAER

AH(A

PBD)

ANGG

ARAN

PEN

DAPA

TAN

DAN

BELA

NJA

NASI

ONAL

(APB

N)

Pend

idika

n Das

ar

Perta

nian

Kese

hatan

, dsb

Page 18: Tugas Keuangan Pusat Dan Daerah

17