Upload
rishna
View
33
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qa
Citation preview
2. Fungsi Terpenoid
a. sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberelin)
b. sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi
aroma makanan dan parfum (monoterpenoid)
c. sebagai tumbuhan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan
kulit, kerusakan hati dan malaria ( triterpenoid)
d. sebagai hormone pertumbuhan tanaman
e. sebagai antiboiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis
( seskuiterpenoid)
f. Penghasil karet ( Widya tri 2012 ).
B.TIPE DAN STRUKTUR SENYAWA TERPENOID
Terpena memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentukelompok tipe
terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupadengan terpena") adalah senyawa
dengan struktur serupa tetapi tidak dapatdinyatakan dengan rumus dasar. Kedua golongan ini
menyusun banyak minyak atsiri.
•Hemiterpena, n=1, hanya isoprena.
•Hemiterpenoid, contohnya prenol,asam isovalerat.
•Monoterpena, n=2, contohnyamircen, limonen, danocimen.
•Monoterpenoid, contohnya geraniol.
•Seskuiterpena, n=3, contohnya farnesen.
•Seskuiterpenoid, contohnyafarnesol, kurkumen, bisabolol.
•Diterpena, n=4, contohnya cembren.
•Diterpenoid, contohnyakafestol.
•Triterpena, n=6, contohnyaskualena.
•Triterpenoid, contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa steroid.
•Tetraterpena, n=8, contohnya adalahlikopen,karoten
• Politerpena, n besar, contohnya adalahkaretdangetah perca Keterangan dalam gambar
isoprena
penol
asam isovalerat
BIOSINTESIS SENYAWA TERPENOID
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalamproduk alami yang
diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalammodel kepala ke ekor, sedangkan
unit isoprene diturunkan dari metabolism asamasetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun
reaaksinya adalah sebagaiberikut
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:1.Pembentukan
isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asammevalonat. 2.Penggabungan kepala dan ekor
dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkantriterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat.
setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisenmenghasilkan asam
asetoasetat.Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukankondensasi jenis
aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimanaditemukan pada asam mevalinat,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan
isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh
enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk
menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap
IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion
pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa
monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang
sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua
senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dariGeranil-Geranil Pirofosfat
(GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang
sama. Mekanisme biosintesa senyawaterpenoid adalah sebagai berikut
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TERPENOID
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melaluisokletasi dan
maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi padaserbuk kering yang akan diuji
dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi
menggunakan pelarutmethanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100
mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-
heksanadipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu
diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteridilakukan dengan pembiakan
bakteri dengan menggunakan jarum ose yangdilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke
dalam tabung yang berisi 2mLMeller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama
24 jam padasuhu 35°C.suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan
padapermukaan media Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang
steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang
digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasiselama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan
pengukuran daya hambat zat terhadapbaketri
B.Sintesa Terpenoid
— Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.
Biosintesis senyawa terpen terlibat senyawa yang bercabang . Mula - mula gugus keton dari
karbonil pada asetoasetil koenzim A beradisi aldol dengan asetil koenzim A menghasilkan
derivat asam glutarat . Langkah berikutnya adalah reduksi darisalah satu gugus karboksil pada
untuk menghasilkan asam mevalonat . Dari studi penjejakan terbukti bahwa asam mevalonat
merupakan bahan asal ( prekursor ) untuk terpen .
2.2 Sifat umum Terpenoid
v Sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan
berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol
v Sifat Kimia
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap,
yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan
terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuha.
Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal,
seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada
kereaktifan kimianya.
1.3 Sintesa Terpenoid
Asam mevalonat, senyawa enam-atom karbon yang diturunkan dari kondensasi tiga molekul
asam asetat merupakan progenitor pokok dan universal dari senyawa terpenoid yang membentuk
“satuan isopren” dengan cara melepaskan air dan karbon dioksida secara bersamaan.
Kondensasi dua molekul asetil koenzim A yang menghasilkan asetoasetil, koenzim A merupakan
langkah yang muncul identik dengan langkah pertama dalam pembentukan senyawa poli-β-keto-
asetat dan untuk menghasilkan siklisasi rantai poliketida atau dengan langkah intermediet
reduksi-dehidrasi-reduksi menjadi asam lemak. Namun, mikroorganisme terpenoid yang berawal
dari langkah pertama dan dengan kondensasi serupa aldol asetil Co A dengan turunan asam
asetoasetat membentuk β-hidroksi-β-metilglutanil Co A. Reduksi senyawa tersebut
menghasilkan asam mevalonat
Fosforilasi asam mevalonat (dengan ATP) menghasilkan asam mevalonat-5-pirofosfat. Ini
merupakan senyawa induk intermediet satuan lima karbon (isopren).
Isopentil pirofosfat merupakan satuan isopren biogenetik. Keterlibatannya dalam biosintesis
isoprenoid (dan konversinya menjadi zat prenilasi aktif) adalah bergantung pada prototropi yang
dikatalis oleh enzim, dengan senyawa tersebut ia diubah menjadi campuran seimbang isopentil
ester dan bimetilalil ester.
Prototropi adalah stereo spesifik dari gugus metil yang diturunkan dari gugus =CH2 isopentil
ester timbul trans terhadap gugus –CH2CH2 OPP. Stereospesifiksitas memungkinkan untuk
membedakan antara gugus-gugus-metil dari dimetilalil pirofosfat bila gugus tersebut diturunkan
dari induk spesifik yang berlabel. Misal, jika 2 – 14C – asam mevalonat (C – 2 bertanda dalam
persamaan 2) digunakan dalam percobaan = CH2, maka salah satu gugus –CH3 dari alil pirofosfat
akan berlabel. Akibatnya, jika hasil akhir metabolisme tanaman mengandung gugus gem –
dimetil, maka hanya satu gugus metil yang akan mengandung label isotop. (persamaan 4)
Dimetilalil pirofosfat berkelakuan sebagai zat elektrofilik yang memindahkan satuan
satuan dimetilalil ke pusat nukleofil. Dimetilalil pirofosfat tidak hanya memiliki sistem alil yang
sangat tinggi reaktivitasnya, tetapi gugus pirofosfat juga merupakan gugus pergi bagus sekali
dalam penggantian nukleofil.
Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
a. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
b. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-,
sester-, dan poli-terpenoid.
c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.
Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A
melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam
fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP
oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk
menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap
IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison
pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua
senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama
seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan
senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari
geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam,
ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau dari
segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-
reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-
senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-
reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan
yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen
dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil
pirofosfat.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum
(C5H8)n.
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Nama Rumus Sumber
Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri
Diterpen C20H32 Resin Pinus
Triterpen C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam
Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar
terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut
unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa
isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau
lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-,
dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
1.4 Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid
Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi dan destilasi uap.
Dengan metode perkolasi tidak memungkinkan karena sifat terpenoid yang mudah menguap
akan menyebabkan kehilangan zat. Dengan metode refluks juga tidak memungkinkan karena
pemanasan langsung dapat menyebabkan putusnya ikatan rangkap dan perubahan struktur kimia
terpenoid. Metode infundasi kurang optimal karena pelarut air kurang dapat menarik terpenoid.
Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah pelarut organik yang cenderung
bersifat non-polar seperti eter karena terpenoid merupakan rantai hidrokarbon yang panjang
sehingga bersifat hidrofob.
Identifikasi senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan
terpenoid dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang positif
menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi.
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L
n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-
heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam
10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum
ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-
Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi
baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton
agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang
berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap
baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat
pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang
paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air
makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan
asetil tidak akan terbentuk.
1.4.1 Skrinning fitokimia
Identifikasi Terpenoid
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.
4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
(metode lieberman-burchard, jika positif menghasilkan merah jingga/ungu)
Kloroform digunakan untuk mengekstraksi terpenoid dalam sampel dan memisahkannya
dari pengotor. Asam asetat anhidrat digunakan untuk
1.5 Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :
a. Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar
senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b. Insect antifectan, repellant
c. Pertahanan tubuh dari herbifora
d. Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat
seks pada hewan jantan maupun betina].
Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi
aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan
kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen
(diterpenoid)
5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan
tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6) penghasil karet (politerpenoid)
7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai
pigmen dalam fotosintesis
8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
9) Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat
komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10) Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks
pada fungus.
Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena pada
tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak daun ini memiliki
aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas tersebut dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi
pada akar yang menghasilkan 2-epi-jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane
diterpene dengan aktifitas antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu
lathyrane diterpene tanpa aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian dengan penelitian
yang telah diuji dari ekstrak daun dapat mengdentifikasi sitosterol dan triterpen amaryn,
traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa digunakan sebagai aktifitas antioxidant.
2.3 Penggolongan Terpenoid Berdasarkan Unit Isoprena
Penggolongan isoprena adalah berdasarkan jumlah isoprene yang menyusun terpenoid
tersebut, berikut tabel penggolongan terpenoid berdasarkan unit isoprena :
Unit
Isoprena
Jumlah
Karbon
Golongan Sumber
1 C – 5 Isoprena Daun Hamamelis japonica
2 C – 10 Monoterpenoid Berbagai tumbuhan sebagai minyak atsiri
dan kayu Gymnospermae
3 C – 15 Seskueterpenoid Sebagai minyak atsiri dalam Compositae
4 C – 20 Diterpenoid Dalam damer tumbuhan Giberecae
5 C – 30 Triterpenoid Sebagai steroid pada hewan dan manusia
6 C – 40 Tetraterpenoid Dalam ubi jalar. Wortel, kelapa sawit
7 C – 5n Poliisoprena Karetatau Havea brasiliensis
Struktur terpenoid juga beragam yaitu : Rantai terbuka, Monosiklik dan polisiklik serta
mempunyai gugus fungsi yang beragam pula. Berikut ini adalah pengolompokan terpenoid yang
lebih umum ditinjau berdasarkan aspek fitokimia (kimia tumbuhan ) dan kemotaksonomi yaitu
tumbuhan yang spesiesnya sama, maka kandungan kimianya pun pada umumnya sama.
2.4 Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga
minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap.
Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan
segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama
minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam
bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang
kering dan sejuk.
Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa padat
yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan
keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji
maupun dari bunga. Berikut ini adalah beberapa komponen terpenoid dari minyak atsiri :
2.4.1 Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik yang
dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis
senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan
binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
2.4.2 Seskueterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang
terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa
seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant,
hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa seskuiterpenoid diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil
pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat
ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.
Berikut ini gambar struktur seskuiterpenoid :
2.5 Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan
dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai
hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa
diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat
ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari
golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata.
Tata nama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial. Berikut gambar struktur
Diterpenoid :
2.6 Triterpenoid dan Steroid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar
yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid
terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6
yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan
dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan
substituen pada masing-masing atom karbon.
Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak
zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum
adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai
tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria.
Steroid pada umumnya adalah merupakan hormon ( zat pemacu ) seperti pada empedu
dan reproduksi hewan dan manusia. Belakangan diketahui banyak juga yag mengandung steroid
seperti Aramanthus alfalfa, Medicago sativa dan lain-lain. Pada umumnya steroid mengandung
gugus fungsional alkena dan alcohol dengan beberapa contoh berikut ini :
2.7 Karotenoid dan Poliisoprena
Karotenoid yang terdiri dari 8 isoprena ( C-40) yang tersebar luas dalam tumbuhan mulai
dari mikroorganisme sampai tumbuhan Compositae. Untuk hewan dan manusia β-karotenoid
sangat essensial karena merupakan sumber vitamin A yang terdapat pada berbagai varietas ubi
rambat, wortel dan minyak kelapa sawit. Berikut ini adalah beberapa struktur karotenoid.
Poliisoprena adalah merupakan polimer alam non metabolic primer yang terdapat dalam
getah karet atau Havea brasiliensis, berikut ini gambar struktur karet alam :
2.8 Bahan Yang Banyak Mengandung Senyawa Terpenoid
Oleoresin
Merupakan cairan homogen dari resin dan minyak volátil. Biasanya ada sejumlah kecil eksudat
alami dari kandungan aloeresin yang menyebabkan kematian insekta. Terpentin
Terpentin, gum terpentin, gum ini diperoleh dari Pinus palustres Millar dn dari spesies lain dari
Pinus (Fam. Pinaceae). Biasanya terpentin dipanen terakhir Kira-kira 32 minggu. Produk di awal
tahun paling besar dan disebut terpentin asli. Terpentin yang terbentuk agak kuning gelap dan
dalamnya lebih terang, kurang licin / berkilap, bergetah lengket ketika panas dan rapuh dalam
dingin. Terpentin digunakan sebagai contra iritan.
Aloe-Gum-Resin
Merupakan campuran antara resin, gum, minyak atisiri dalam jumlah yang sama banyak dan
sebagian kecil bahan lanilla.
Balsam
Balsam adalah campuran resin yang diperoleh dari sejumlah bagian asam benzoat, asam sinamat
atau kedua-duanya atau ester dari asa ini. Obat-obatan dari balsam meliputi balsam tolu, balsam
peru, storax, dan benzoin.
Benzoin
Resin balsam diperoleh dari Styras benzoin Dryander. Asam benzoate dan garam sodiumnya
mahal digunakan sebagai bahan pengawet makanan, minuman, lemak, sediaan farmasi, dan
bahan-bahan yang lain. Asam benzoat dalam pengobatan digunakan sebagai antifungi. Asam
benzoat sekarang merupakan produk sintetik tetapi paetama kali diperoleh dari sublimasi dari
benzoin Sumatra, yang akan menjadi kristal putih biasanya dalam bentuk seperti jarum.
Dalam perkembangannya, tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang merupakan
senyawa hasil metabolisme. Seiring dengan berkembangnya gaya hidup penggunaan tanaman
sebagai obat, maka berkembang pula pengetahuan untuk menganalisis kandungan biokimia
tumbuhan, sebab penggunaan tanaman sebagai obat erat kaitannya dengan kandungan kimia
yang terdapat dalam tanaman tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya senyawa bioaktif
dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan tersebut tidak dapat digunakan sebagai obat. Senyawa
bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder
diantaranya adalah terpenoid.
Terpenoid yang tersusun atas 2 isopren membentuk senyawa golongan monoterpenoid (C10H16).
Sesquiterpen (C15H24) tersusun atas 3 unit isoprene, diterpenoid (C20H32) tersusun atas 4 unit
isoprene, sesterpen (C25H40) tersusun atas 5 isopren, triterpenoid (C30H42) tersusun atas 6 unit
isopren, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas 8 isopren.
Monoterpen dan Sesquiterpen adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang
diperoleh melalui proses penyulingan. Ginkgo merupakan golongan diterpenoid, quassinoid
tergolong triterpenoid, karoten-karoten pigmen merah dan kuning tergolong tetraterpenoid,
sedangkan karet alam merupakan suatu politerpena.
Tabel 1. Contoh Tumbuhan yang Mengandung Senyawa Terpenoid
Nama SumberContoh
SenyawaNama Tumbuhan
MonoterpenoidMinyak
Atsiri
ChamporKamfer (Cinnamomum
camphora)
SineolKayu putih (Melaleuca
leucadendron)
Thymol Thymus (Thymus vulgaris)
Sesquiterpenoid Minyak
AtsiriArtemisinin
Bunga Artemisia (Artemisia
annua)
ChamomilBunga Matricia (Matricia
recutita)
Feverfew Daun Tanaman Feverfew
(Tanacetum parthenium)
ValerianBungan Valerian (Valeriana
officinalis)
DiterpenoidResin
Pinus
GinkgoTanaman Ginkgo (Ginkgo
biloba)
TaxolTanaman Taxus (Taxus
brevifolia)
Triterpenoid Cucurbitacins CucurbitacinsTanaman Labu (Cucurbita
foetidissima)
Tetraterpenoid Pigmen Karoten karotenoid Wortel (Daucus carota)
Politerpenoid Karet Alam Karet Alam Karet (Ficus elastica)
- See more at: file:///C:/Users/asus/Documents/Contoh%20Berbagai%20Tanaman%20yang
%20Mengandung%20Senyawa%20Terpenoid%20-%20Wahid
%20P.,S.Pd.htm#sthash.GhHLWNLW.dpuf