Upload
bilhad-hard
View
428
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahPendidikan Agama Islam
DI SUSUN OLEH :
Muhammad Abassi Ali Bilhadj (113500025)
PRODI / KELAS :
ILMU KOMUNIKASI / A
Telkom Economics & Business School
Ilmu Komunikasi
2013 - 2014
1. Konsep Masyarakat Madani
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat
Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan
civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.
Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai
negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir
Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai
menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil
society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang
dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani
sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-
nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif,
2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki
banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market.”
2. Sejarah masyarakat madanni
Sebagai sebuah gagasan, masyarakat madani adalah produk pengalaman
sejarah, yakni sejarah masyarakat barat. Sepanjang sejarahnya, masyarakat
madani mengalami berbagai model pemaknaan.
Pertama, masyarakat dipahami sebagai sisitem kenegaraan. Pemahaman
dikembnagkan oleh Arisoteles (384-322M) Marcus Talius Cicedro (106-
43M),Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Arisoteles tidak
memakai istilah civil society, tetapi koinoniepolitike, yakni sebuah komunitas
politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan.
Pada paruh kedua abad ke 8, Adam Ferguson (1767) memakai masyarakat
madani sebagai visi etis dalam kehidupan bermasyarakat untuk memelihara untuk
tanggung jawab social yang bercirikan solidaritas social dan yang terilhami oleh
sentiment moral serta sikap saling menyayangi antar warga secara alamiah.
Ketiga, Thomas paine (1972) milai memakai masyarakat madani dalam
diametral dengan negara, bahkan masyarakat madani dinilai sebagai antitesis
negara.
Keempat, menurut Hegel, struktur social terbagi atas tiga entitas, yaitu
keluarga, masyarakat madani, dan negara. Keluarga adalah ruang sosialisasi
pribadi sebagai anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Masyarakat
madani merupakan tempat berlangsungnya konflik pemenuhan kepentingan
pribadi atau kelompok, terutama kepentingan ekonomi. Ia bukanlah wilayah
praksis politik. Praksis politik hanya monopoli negara. Sementara negara adalah
resresentasi ide universal yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya
dan berhak penuh untuk invervensi ke dalam masyarakat madani.
Karl Marx (1818-1883) memehami masyarakat madani sebagai “ Masyarakat
borjuis” dalam hubungan produksi kapitalis, keberadaanya merupakan kendala
bagi pembebasan manusia dari penindasan, karena itu, ia harus dilenyapkan untuk
mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Sedangkan Antonio Gramsci menempatkan masyarakat madani pada
superstruktur, berdampingan dengan negara yang ia sebut sebagai political
society. Masyarakat madani adalah tempat perebutan posisi hegemonic diluar
kekuatan negara.
Kelima, Alexis ‘De Tocqueville’ mengembangkan teori masyarakat madani
yang dimaknai sebagai entitas penyeimbang kekuatan negara.
3. Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
b. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
d. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
e. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-
rejim totaliter.
f. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
g. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
h. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
i. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
j. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
k. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
l. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
m. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
n. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari
akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju
yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa
secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
4. Peranan umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani
a. Kualitas SDM Umat Islam
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan
kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat
Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial,
bukan riil. ( QS ALI IMRON 110 )
b. Posisi Umat Islam
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku
di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga
belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.
c. Posisi Umat Islam di Indonesia
Dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana umat Islam adalah
mayoritas,peranan umat Islam untuk mewujudkan masyarakat madani
sangat menentukan.Kondisi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada
konstribusi yang diberikanoleh umat Islam. Peranan umat Islam itu dapat
direalisasikan melalui jalur hukum,sosial-politik, ekonomi, dan yang lain.
Sistem hukum, sosial-politik, ekonomi danyang lain di Indonesia,
memberikan ruang untuk menyalurkan aspirasinya secarakonstruktif bagi
kepentngan bangsa secara keseluruhan.
5. Sistem ekonomi islam, kesejahteraan umat, dan etos kerja islami
a. Definisi Ekonomi Islam
Sementara ahli memberi definisi Ekonomi Islam adalah merupakan
madzhab ekonomi Islam, yang terjelma di dalamnya bagaimana cara Islam
mengatur kehidupan perekonomian, dengan apa yang dimiliki dan ditujukan
oleh madzhab ini tentang ketelitian cara berfikir yang terdiri dari nilai-nilai
moral Islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi, atau nilai-nilai sejarah yang ada
hubungannya dengan masalah-masalah siasat perekonomian maupun yang
ada hubungannya dengan uraian sejarah masyarakat manusia.
Sebagian lagi lainnya berpendapat bahwa ekonomi Islam merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari Al-Quran
dan As-Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di
atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa.
Sementara lainnya mendefinisikan sebagai ilmu yang mengarahkan
kegiatan ekonomi dan mengaturnya, sesuai dengan dasar-dasar dan siasat
ekonomi Islam. Ekonomi Islam terdiri dari dua bagian: salah satu diantaranya
tetap, sedang yang lain dapat berubah-ubah. Yang pertama adalah yang
diistilahkan dengan “sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah”, yang ada hubungannya dengan
urusan-urusan ekonomi. Yang kedua “bangunan perekonomian yang kita
dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan
dan masa”.
b. Etos kerja islami
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak,
karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan kerja dalam pengertian luas
adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi
maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan
dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa
Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah
perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk
mencari nafkah. Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani)
dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti
pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan.
Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat
tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan
hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan
kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman
seseorang.
KESIMPULAN
Dari kesekian banyak definisi tentang masyarakat madani namun dari garis
besar dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang terdiri secara
mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam
mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Tujuan dari masyarakat madani adalah untuk memelihara tanggung jawab
kita dengan yang lain, berdasarkan rasa solidaritas sosial.
Ciri-ciri masyarakat madani :
1. Menghargai waktu
2. Sumber daya manusia (SDM) yang handal
3. Kebebasan dan kemandirian
Sumber Bacaan:
Drs. Hujair AH. Sanaky, MSI., Paradigma Pendidikan Islam Membangun
Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safira Insania Press, 2003).
A Ubaidillah, Pendidikan Kewargagaan: Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000).
Fahmi Huwaydi, Demokrasi Oposisi dan Masyarakat Madan,. (Bandung:
Penerbit Mizan, 1996).