40
PSIKOTERAPI “LOGOTERAPI” Nama Kelompok: Aditya Dinardo (6012210016) Ghaisani (6011210009) Putri Monica (6012210034) Rayi Ragil (6012210005) Shofwatun Wirdayanti (6012210052) Ummu Khairun Nisa (6012210061) Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

Tugas Logoterapi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Salah satu contoh makalah Psikologi mengenai Logoterapi.

Citation preview

Page 1: Tugas Logoterapi

PSIKOTERAPI

“LOGOTERAPI”

Nama Kelompok:

Aditya Dinardo (6012210016)

Ghaisani (6011210009)

Putri Monica (6012210034)

Rayi Ragil (6012210005)

Shofwatun Wirdayanti (6012210052)

Ummu Khairun Nisa (6012210061)

Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

2015

Page 2: Tugas Logoterapi

DASAR-DASAR LOGOTERAPI

A. Viktor Frankl: Pendiri Logoterapi 1905-1997

Viktor Emile frankl dilahirkan tanggal 26 Maret 1905 di Wina. Ibu kota Austria yang

menjadi kota-kota kelahiran tokoh-tokoh Psikologi seperti Sigmund Freud. Viktor Frankl

mengambil keahlian dalam bidang Neuro-psikiatri (ahli penyakit saraf dan jiwa) setelah lulus

kedokteran. Ia juga berhasil meraih gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran (M.D.) dan Doktor

dalam Ilmu Filsafat (Ph.D.) dari Universitas Wina. Viktor Frankl telah berminat pada masalah

kejiwaan sejak kecil. Pada usia 15 tahun Frankl ikut sekolah malam untuk orang-orang

dewasa dan mengambil pelajaran “Psikologi Terapan” dan “Psikologi Eksperimen,”

kemudian mengikuti kursus Psikoanalisis yang diberikan oleh Paul Schilder dan Eduard

Hitschmann yang keduanya adalah pengikut setia Sigmund Freud. Tahun 1922, saat Frankl

berusia 17 tahun, ia diminta oleh pengelola sekolah malam untuk memberikan pelajaran

mengenai arti kehidupan. Dalam pelajaran itu ia selalu menekankan bahwa kehidupan tidak

akan memberi jawaban atas pertanyaan kita tentang arti hidup, tetapi sebaliknya

menyerahkan kepada kita untuk menemukan jawabannya dengan jalan menetapkan sendiri

apa yang bermakna bagi diri kita. Selain itu diungkapkan pula keyakinannya tentang adanya

makna hidup paripurna (the ultimate meaning) di balik kehidupan nyata ini yang dapat

dipahami secara intuitif, tetapi sulit dijelaskan tuntas secara rasional.

Atas ketertarikannya terhadap psikoanalisis, Frankl sering menulis surat kepada

Sigmund Freud. Sigmund Freud membalas surat-surat dari Frankl yang menghasilkan

korespondensi selama dua tahun. Dan akhirnya merekapun bertemu di sebuah jalan dekat

Universitas. Hubungan dengan Freud terhenti ketika Frankl tidak menyetujui teori dan asas-

asas psikoanalisis yang dianggapnya deterministis dan berorientasi pada unsure

psikoseksual. Ia kemudian bergabung dengan Alfred Adler, seorang murid Sigmund Freud

yang menentang pandangan gurunya dan mengembangkan aliran sendiri yang dinamakan

Psikologi Individual. Tahun 1925 karyanya “Psychotherapie und Weltanschauung” dimuat

dalam Internationale Zeitschrift fuer Individual psychologie, jurnal ilmiah kelompok Adler.

Sebelum Perang Dunia II, Frankl telah dikenal sebagai dokter muda pendiri “Pusat

Bimbingan Remaja” di kota Wina. Dalam lembaga ini para dokter dan konselor memberi

bantuan bimbingan dan pengarahan kepada para remaja yang mengalami bermacam-

Page 3: Tugas Logoterapi

macam kesulitan pribadi. Dari pengalaman-pengalaman dengan para pasien ini Frankl

mengamati adanya perubahan sumber sindroma yaitu dari “repressed sex” dan “sexually

frustrated” (Freud) menjadi “repressed meaning” dan “existential frustrated”, dari “feeling

of inferiority” (Adler) menjadi “feeling of meaningless and emptiness” yang semuanya

memerlukan paradigm dan pendekatan baru. Mulai tahun 30-an Frankl aktif

mengungkapkan pandangan-pandangan sendiri dan menyosialisasikan konsep-konsep baru

seperti “existential vacuum” “self transcendence” “logotherapie”.

Waktu Austria benar-benar dikuasai Jerman, mula-mula Frankl ditunjuk oleh pihak

Nazi untuk mengepalai Bagian Saraf di RS Rothschild, sebuah rumah sakit khusus untuk

warga Yahudi, tetapi kemudian Frankl dan keluarganya bersama ribuan warga Yahudi

lainnya digiring dan dikirim ke kamp konsentrasi.

Ada sebuah fenomena khusus di kamp konsentrasi. Dalam kondisi penderitaan yang

luar biasa Viktor Frankl menyaksikan ada sekelompok sesama tahanan yang tingkah lakunya

seperti swine (babi). Keserakahan, keberingasan, sikap mementingkan diri sendiri, dan

hilangnya tanggung jawab terhadap diri sendiri dan sesama seakan-akan mendominasi diri

mereka. Tidak jarang mereka melakukan pemerasan dan penganiayaan kejam terhadap

sesama tahanan. Orang-orang seperti ini biasanya direkrut oleh tentara Nazi untuk menjadi

capo, yaitu pengawas sesama tahanan yang terkadang lebih brutal dan daripada para

penjaga yang kejam-kejam. Para capo ini pada umumnya tergolong orang-orang yang selalu

membuat masalah dan kesulitan bagi orang-orang sekitarnya, tetapi sebenarnya mereka

adalah orang-orang yang mudah putus asa dan serba menggantungkan diri pada orang lain.

Mereka tidak dapat mengendalikan diri atas dorongan-dorongan dasar (makan, minum,

seks) dan jelas mencerminkan kehampaan dan ketidakbermaknaan (meaningless) hidup.

Namun, di lain pihak terdapat sekelompok tahanan yang berlaku seperti saint (orang

suci). Dalam puncak penderitaan mereka masih tetap bersedia membantu sesama tahanan,

membagi jatah makanan yang serba minim kepada mereka yang lebih kelaparan, merawat

orang-orang sakit, dan memberikan penghiburan kepada mereka yang putus asa, serta

mengantar dengan doa tulus bagi orang-orang yang tidak berdaya menanti ajal. Mereka

menderita, tetapi tabah menjalaninya, serta tidak kehilangan harapan dan kehormatan diri.

Sekalipun dalam penderitaan luar biasa integritas kepribadian mereka tetap utuh dan

Page 4: Tugas Logoterapi

mereka pun berupaya agar senantiasa tetap menghargai hidup dan menghayati hidupyang

bermakna. Mereka seakan-akan menemukan makna dalam penderitaan: Meaning in

Suffering.

Viktor Frankl menjelaskan bahwa kedua pola perilaku tersebut sebenarnya terdapat

dalam diri manusia. Artinya setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi “saint” dan

“swine,” dan kecenderungan mana yang teraktualisasi terutama ditentukan oleh keputusan

pribadi yang diambil sendiri dan bukan tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan.

Dalam hal ini tersirat kebebasan manusia untuk memilih dan mengambil sikap apakah akan

mengabaikan akal-budi dan hati nuraninya dan mengumbar hawa nafsu seperti hewan atau

tetap menjaga diri dari perbuatan tercela dan menunjukkan tingkah laku mulia seperti

halnya insan-insan bermoral tinggi. Dalam kamp konsentrasi Viktor Frankl ditugaskan di

poliklinik tetapi tetap harus melakukan pekerjaan kasar seperti tahanan-tahanan lainnya.

Kegiatan Frankl lainnya adalah memberikan semacam psikoterapi, baik secara pribadi

maupun secara kelompok untuk membantu sesama tahanan menemukan arti hidup dan

hikmah dari penderitaan. Dalam kamp konsentrasi pula dengan kondisi yang sangat buruk

itu Frankl mengamati dan membuktikan kebenaran teorinya mengenai hasrat untuk hidup

bermakna (the will to meaning) sebagai motivasi asasi dalam kehidupan manusia. Frankl

mengamati bahwa tahanan-tahanan yang berhasil menemukan dan mengembangkan

makna dalam hidup mereka ternyata mampu bertahan menjalani penderitaan. Menurut

Frankl makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, tidak saja dalam keadaan

normal dan menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit,

bersalah, dan kematian. Kepada tahanan-tahanan yang putus asa dan terlihat tanda-tanda

akan melakukan tindak bunuh diri, Frankl mengingatkan mereka terhadap keluarga yang

masih menanti di luar, kewajiban-kewajiban yang belum dipenuhi, dan hal-hal lain yang

berarti bagi mereka.

Kejadian-kejadian tragis tersebut diceritakan kembali oleh Viktor Frankl dalam

bukunya “Man’s Search for Meaning” yang merupakan kesaksian tentang getirnya

kehidupan dalam kamp-konsentrasi. Frankl adalah salah seorang yang mampu bertahan dan

selamat keluar dari empat kamp konsentrasi (Auschiwtz, Maidanek, Dachau, Treblinka)

setelah hampir tiga tahun menjadi tahanan kaum Nazi.

Page 5: Tugas Logoterapi

Viktor Frankl telah menulis sekitar 30 buah buku mengenai Logoterapi dan artikel-

artikelnya tersebar di berbagai jurnal ilmiah internasional. Buku-bukunya pernah

diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Tahun 1977 berdiri “The Viktor Frankl Library and

Memorabilia” di The Graduate Theological Union di Berkeley, Amerika Serikat. Selama ini

juga telah beberapa kali dilangsungkan The World Congress of Logotherapy sebagai media

ilmiahnya.Universitas-universitas besar yang menganugerahkan Doctor Honoris Causa

(Dr.HC) kepada Viktor Frankl, di antaranya Loyola University (Chicago), Edgecliff College, dan

Rockford College.

Viktor Frankl meninggal pada tanggal 3 September 1997. Ia tutup usia dalam usia 92

tahun. Logoterapi dengan julukan kehormatan sebagai The third Viennese School of

Psychotherapy sebagai aliran mapan setelah Psikoanalisis (Sigmund Freud) dan Psikologi

Individual (Alfred Adler) yang sama-sama berasal dari kota Wina Austria adalah

peninggalannya yang monumental.

B. TEMPAT LOGOTERAPI DALAM PSIKOLOGI

Psikologi dengan aliran apapun mencoba menjelaskan secara ilmiah sebuah

fenomena alam yang paling misterius yaitu manusia. Di lingkungan psikologi kontemporer

sejauh ini berkembang empat aliran besar, yakni Psikoanalisis, Psikoanalisis, Psikologi

Perilaku, Psikologi Humanistik, dan Psikologi Transpersonal. Semua aliran mencoba

menemukan hakikat manusia dan mengemukakan aspek-aspek terpenting dari struktur

kepribadian dan perilaku manusia serta berusaha mendapatkan gambaran manusia secara

utuh.

Terdapat perbedaan antara aliran-aliran tersebut namun mengingat objek telaahnya

sama, yaitu manusia tentu saja banyak ditemukan kesamaan, kesejalanan, saling

melengkapi, dan bahkan terjadi tumpang tindih dalam berbagai pandangan, teori, dan

aplikasi dari aliran-aliran itu. Sesungguhnya aliran-aliran psikologi ini tidak terpisah satu

dengan lainnya dalam menelaah perilaku manusia, bahkan merupakan sebuah spektrum

dan diharapkan pula tempat logoterapi dalam lingkungan psikologi menjadi lebih jelas.

Page 6: Tugas Logoterapi

Psikoanalisis

Penemu dan pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939), seorang

neurolog dari Austria. Menurut Freud kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu:

1. Id (dorongan-dorongan bilogis): yang terkandung dalam Id adalah berbagai

potensi yang terbawa sejak lahir, insting-insting dan dorongan dasar (makan-

minum, seks, menyerang, dan bertahan), sumber energi psikis yang memberi

daya kepan Ego dan Superegero untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Pada Id

berlaku prinsip kenikmatan: ia selalu berorientasi pada kenikmatan dan

menuntut kenikmatan untuk segera terpenuhi, di samping senantiasa

menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.

2. Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan): Ego berfungsi merealisasikan

kebutuhan-kebutuhan Id dengan jalan memilih bentuk pemuasan kenikmatan

yang benar-benar nyata tersedia dan cara mendapatkannya pun sesuai

dengan norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini Ego dapat dikatakan

berfungsi melayani Id dengan cara yang tepat dan benar. Dengan demikian

pada ego terdapat prinsip realitas.

3. Superego (kesadaran normatif): Supergo berkembang dari Ego, karena Ego

yang fungsinya memenuhi secara realistis dorongan-dorongan Id mau tak

mau harus mempertimbangkan tuntutan etis-normatis lingkungan. Interaksi

dengan lingkungan sekitarnya dan norma-norma sosial inilah yang

mengembangkan Superego. Superego menuntut kesempurnaan dan idealitas

perilaku dengan tolak-ukur ketaatan mutlak terhadap norma-norma

lingkungan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pada Superego berlaku Prinsip

Idealitas.

Psikologi Perilaku

Psikologi perilaku menunjukan bahwa upaya rekayasa yang sengaja dilakukan dan

kondisi lingkungan sekitar adalah hal yang paling mempengaruhi dan meentukan corak

kepribadian dan tingkah laku seseorang. Dapat dipahami bahwa psikologi perilaku

menganggap manusia pada hakikatnya dalah netral, artinya tidak apriori baik atau buruk;

baik-buruknya perilaku dipengaruhi oleh situasi yang dialami dan perlakuan yang diterima.

Page 7: Tugas Logoterapi

Psikologi perilaku memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas

perubahan perilaku. Asas-asas ini banyak diamalkan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi,

pembentukan kebiasaan, perubahan sikap, dan penertiban sosial melalui law enforcement.

Ada empat teori mengenai perubahan perilaku yakni:

1. Classical Conditioning (pembiasaan klasik): suatu rangsangan netral yang akan

menimbulkan reaksi tertentu apabila rangsangan sering diberikan bersamaan

dengan rangsangan lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut.

Misalnya, bunyi bel tidak akan menimbulkan air liur pada anjing, kecuali bila bel

selalu dibunyikan mendahului pemberian makanan untuk seekor anjing. Bunyi bel ini

lama kelamaan akan menimbulkan air liur pula pada anjing itu sekalipun makanan

tak diberikan. Dalam hal ini perubahan perilaku terjadi karena anjing menagkap

adanya hubungan asosiasi antara kedua rangsangan tersebut: makanan dan bunyi

bel. Prinsip ini ditemukan oleh Ivan Pavlov seorang ahli ilmu faal bangsa rusia.

2. Law of Effect (hukum akibat): perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang

memuaskan si pelaku cenderung akan diulangi, sebaliknya perilaku yang

menimbulkan akibat-akibat yang tidak memuaskan (atau bahkan merugikan)

cenderung akan dihentikan. Prinsip pribadi ini ditemukan oleh Edward Throndike

salah seorang perintis aliran psikologi perilaku di Amerika Serikat yang kemudian

dikembangkan Oleh B.F Skinner yang terkenal dengan teori “Operant Conditioning”.

3. Operant Conditioning (pembiasan operan): suatu pola perilaku akan menjadi baik

apabila perilaku itu berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan si pelaku (penguat

positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negatif).

Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku ini

mengakibatkan dialaminya hal-hal yang tak menyenangkan si pelaku (hukuman),

atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).

4. Modelling (peneladanan): dalam kehidupan masyarakat perubahan perilaku terjadi

karena proses peneladanan atau peniruan terhadap perilaku orang lain yang

disenangi dan dikagumi. Dal hal ini keterikatan emosional paling berpengaruh dalam

proses peniruan dan peneladanan dan tanpa melihat baik-buruknya perilaku orang

yang diteladani. Prinsip ini dikemukakan oleh Albert Bandura yang menunjukan

Page 8: Tugas Logoterapi

bahwa selain unsur ransang dan reaksi, juga unsur diri si pelaku sendiri sangat

menentukan terjadinya perubahan perilaku. Asas-asas perubahan perilaku berkaitan

dengan proses belajar (learning process) yakni proses ubahnya perilaku tertentu

menjadi perilaku baru misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang terapil

menjadi terampil. Perubahan ini melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi

(perasaan), konasi (kehendak), dan aksi (tindakan).

Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-

potensi yang baik, sekurang-kurangnya lebih banyak baiknya ketimbang buruknya. Psikologi

humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani (human

qualities), yakni sifat-sifat dan kemampuan-kemampuan khusus manusia yang terpatri pada

kehidupan manusia.

Selain itu psikologi humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki

otoritas atas hidupnya sendiri. Menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar,

mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk

dengan julukan the self determining being yakni makhluk yang sepenuhnya mampu

menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara meraih tujuan yang

dianggapnya paling tepat, bahkan mampu mengubah nasib. Psikologi humanistik

menganggap kepribadian manusia sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari tiga dimensi

yakni dimensi somatis (ragawi), psikis (kejiwaan), dan spiritual (kerohanian).

Psikologi Transpersonal

Psikologi transpersonal merupakan studi lanjutan psikologi humanistik. Shapiro dan

Lajoie merumuskan psikolohi interpersonal sebagai berikut:

(Psikologi interpersonal bersibuk diri dengan menelaah potensi tertinggi manusia, serta

mengakui, memahami, dan merealisasikan kondisi kesadaran manusia yang sifatnya terpadu,

spiritual, dan transendental)

Rumusan itu menunjukan dua unsur penting yang menjadi sasaran telaah psikologi

transpersonal yang ternyata lurang diperhatikan oleh aliran-aliran sebelumnya, yaitu

fenomena potensi-potensi luhur dan kondisi-kondisi kesadaran manusia.

Page 9: Tugas Logoterapi

Psikologi transpersonal, seperti halnya psikologi humanistik menaruh perhatian pada

dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan

luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Bedanya adalah

psikologi humanistik lebih memanfaatkan potensi-potensi insani ini untuk meningkatkan

hubungan antar manusia, sedangkan psikologi transpersonal lebih tertarik untuk meneliti

pengalaman, kemampuan, dan daya luar biasa dari dimensi spiritual. Psikologi transpersonal

menunjukan bahwa selain dimensi sadar biasa (akal) terdapat pada diri manusia ragam

dimensi lain yakni dimensi spiritual yang luar biasa potensialitasnya.

Spektrum Psikologi

Keempat aliran di atas (psikoanalisis, psikologi perilaku, psikologi humanistik dan

psikologi transpersonal) dilihat dari segi dimensinya seakan-akan tidak ada kaitan satu sama

lainnya. Psikoanalisis menyelami dunia dalam manusia dan menemukan suatu lapisan

kejiwaan yang sejauh ini tidak diperhatikan oleh para pakar sebelumnya, yakni dimensi alam

tak sadar. Psikologi perilaku yang mengemukakan empat ranah fungsi kejiwaan (kognisi,

afeksi, konasi, aksi) yang sifatnya setara dan tidak merupakan strata dapat dinamakan

psikologi prifer (priphery psychology). Sementara itu, psikologi humanistik (khususnya

logoterapi) dan psikologi transpersonal yang seakan-akan memandang struktur kejiwaan

manusia secara vertikal ke atas disebut height psychology (psikologi luhur). Kempat aliran

itu seakan-akan merupakan suatu sepktrum psikologi yang sama-sama menggambarkan ke

utuhan manusia.

Logoterapi dalam spektrum psikologi digolongkan dalam psikologi humanistik karena

dilihat dari makna hidup (the meaning of life) sebagai tema sentral kajian logoterapi. Selain

itu, kualitas-kualitas insani seperti makna hidup (meaning of life), kebebasan (freedom), dan

tanggung jawab (responsibility) yang menjadi telaah psikologi humanistik, juga menjadi

telaah utama logoterapi.

C. LOGOTERAPI

Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater) keturunan

Yahudi di Wina, Austria. Pada tahun 1942 ditahan oleh tentara Nazi dan dimasukan ke

Page 10: Tugas Logoterapi

dalam kamp konsentrasi bersama-sama ribuan orang Yahudi lainnya. Selama hampir 3

tahun menjadi tahanan tentara Nazi, Frankl pernah mengalami menjadi penghuni

Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek, yakni kamp-kamp konsentrasi yang dikenal

sebagai “kamp konsentrasi maut” tempat ribuan orang Yahudi yang tidak bersalah menjadi

korban keganasan sesama manusia. Setelah keluar dari kamp konsentrasi Frankl menulis

berbagai buku makna hidup sebagai tema sentral telaahnya serta merintis dan

mengembangkan sebuah aliran psikologi/psikiatri modern yang dinamakan logoterapi.

Kata “logos” dalam bahsa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani

(spirituality), sedangkan “terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara

umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang menagkui adanya dimensi

kerohanian pada manusia samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa

makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning)

merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the

meaningful life) yang didambakannya.

Saat ini logoterapi merupakan salah satu pilar psikologi dan psikiatri modern yang

diamalkan dalam dunia medis, pendidikan, teologi, filsafat, manajemen, rehabilitasi sosial,

keluarga, dan kegiatan pelatihan pengembangan diri.

Asas-asas Logoterapi

Ada tiga asas utama logoterapi, yakni:

1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam

penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan

penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus

bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Makna hidup apabila

berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti

dan mereka yang berhasil menemukan dan mengembangkannya akan

merasakan kebahagiaan sebagai ganjarannya sekaligus terhindar dari

keputusan.

2. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak sebatas untuk

menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya

Page 11: Tugas Logoterapi

dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pada pekerjaan dan

karya bakti yang dilakukan , serta dalam keyakinan terhadap harapan dan

kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman dan cinta kasih.

3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap

penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakan lagi yang

menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setalah upaya mengatasinya

telah dilakukan secara optimal tetap tidak berhasil. Maksudnya, jika kita tidak

bisa mengubah suatu keadaan (tragis), sebaiknya kita mengubah sikap atas

keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan itu. Dengan

cara mengambil sikap yang tepat dan baik serta sesuai dengan nilai-nilai

kemanusiaan dan norma-norma lingkungan yang beralaku.

Asas-asas ini pada hakikatnya merupakan inti dari setiap perjuangan hidup, yakni

mengusahakan agar kehidupan senantiasa berarti bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat,

dan agama. Dalam hal ini diakui adanya kebebasan yang bertanggung jawab untuk

mewujudkan hidup yang bermakna melalui karya, penghayatan, keyakinan, dan harapan

serta sikap tepat atas peristiwa tragis yang tidak terelakkan. Semuanya menggambarkan

pandangan optimis logoterapi terhadap kehidupan.

Ajaran Logoterapi

Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan

makna hidup sebagai berikut:

1. Dalam setiap keadaan termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu

mempunyai makna.

2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.

3. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab

pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.

4. Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tida nilai kehidupan,

yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap.

Page 12: Tugas Logoterapi

Eksistensi manusia menurut logoterapi ditandai oleh kerohanian (spirituality),

kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility). Selain asas-asas dan ajaran

tersebut logoterapi sebagai teori kepribadian dan terapi praktikal memiliki tujuan agar

setiap pribadi:

1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada

pada setiap orang terlepas dari ras, agama, dan keyakinan yang dianut

2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan

diabaikan, bahkan terlupakan

3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk

mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar

mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

Landasan Filsafat Logoterapi

Setiap aliran dalam psikologi memiliki landasan filsafat kemanusiaan yang mendasari

seluruh ajaran, teori, dan penerapannya. Dalam hal ini logoterapi, memiliki filsafat manusia

yang merangkum dan melandasi asas-asas, ajaran, dan tujuan logoterapi, yaitu:

The Freedom of Will (kebebasan berkehendak)

Kebebaan ini sifat nya bukan tak terbatas, karna manusia adalah makhluk serba terbatas.

Kebebasan manusia merupakan kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-

kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri.

The Will to Meaning (hasrat untuk hidup bermakna)

Bila hasrat dapat dipenuhi, kehidupan akan dirasakan berguna, berharga, dan berarti

(meaningful). Sebalik nya bila tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tak

bermakna (meaningless). Sebagai motivasi dasar manusia, hasrat untuk hidup bermakna ini

mendambakan diri kita menjadi seseorang pribadi yang berharga dan berarti (being some

body) dengan kehidupan yang sarat dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna pula.

Page 13: Tugas Logoterapi

The Meaning of Life ( makna hidup)

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan

nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Dan makna

hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, ungkapan seperti “hikmah dalam musibah”

menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup tetap dapat ditemukan.

Logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan dan

mengembangkan makna hidup nya, sehingga dambaan untuk hidup secara bermakna dan

bahagia benar-benar dapat diraih.

Sumber-sumber makna hidup

Tanpa menentukan apa yang seharusnya menjadi tujuan dan makna hidup seseorang, dalam

kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai

yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu

diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai ini adalah: nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan,

dan nilai-nilai bersikap. Selain tiga nilai tadi Viktor Frankl mengemukakan nilai lain yang

menjadikan hidup ini menjadi bermakna, yaitu harapan (hope). Harapan adalah keyakinan

akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan dikemudian hari.

Harapan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang

dapat menimbulkan semangat dan optimism. Harapan mungkin sekadar impian, tetapi tak

jarang impian itu menjadi kenyataan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perlu

dipahami beberapa sifat khusus dari makna hidup. Makna hidup itu sifat nya unik, pribadi

dan temporer, artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula

bagi orang lain, sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian makna

hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta

tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak, selanjutnya makna hidup

juga memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita, sehigga makna hidup

seakan-akan “menantang kita” kita untuk memenuhinya.

Harapan sebagai makna hidup

Selain tiga ragam nilai yang dikemukakan Victor Frankl, ada nilai lain yang menurut penulis dapat menjadikan hidup ini menjadi bermakna, yaitu harapan (hope). Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di

Page 14: Tugas Logoterapi

kemudian hari. Harapan (sekalipun belum tentu menjadi kenyataan) memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimism. Berbeda dengan orang tak memiliki harapan yang senantiasa dilanda kecemasan, keputusasaan, dan apatisme. Sedangkan orang yang memiliki harapan selalu menunjukkan sikap positif terhadap masa depan, penuh percaya diri, dan merasa optimis dapat meraih kehidupan yang lebih baik.

Karakteristik makna hidup

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perlu dipahami beberapa sifat khusus dari makna hidup:

Pertama, makna hidup itu sifatnya unik, pribadi dan temporer, artinya apa yang dianggap brarati oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang yang bermakna bagi dirinya biasanya sifat nya khusus, berbeda dan tak sama dengan makna hdup orang lain, serta mungkin pula dari waktu ke waktu berubah.

Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian makna hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis, tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis yang serba menakjubkan.

Makna hidup paripurna

Walaupun pembahasannya lebih menekankan pada makna hidup yang unik, spesifik, temporer, dan lebih pribadi sifat-sifatnya, tetapi tidak berarti logoterapi mengingkari adanya nilai-nilai hidup yang paripurna dan mutlak sifatnya. Bagi bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang beragama dan menganut Pancasila sebagai dasar Negara dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai intinya, Tuhan merupakan sumber nilai yang Mahasempurna dengan agama sebagai perwujudan tuntunan-Nya. Tuhandan agama merupakan sumber nilai dan makna hidup yang paripurna dan sempurna yang (seharusnya) mendasari makna-makna hidup pribadi yang unik, spesifik, dan temporer.

Makna hidup dan hidup bahagia

Membicarakan masalah kehendak untuk hidup bermakna dan makna hidup sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah makna hidup sama dengan kebahagiaan?, Apakah hidup secara bermakna identic dengan hidup bahagia?, Bagaimana kebahagiaan dapat dicapai?”. Dalam hal ini kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermakna, sedangkan kekayaan dan kekuasaan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan bermakna dan mungkin pula dapat menjadikan hidup ini lebih berarti. Makna hidup biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami metode dan cara-cara menemukannya.

Page 15: Tugas Logoterapi

LOGOTERAPI SEBAGAI METODE TERAPI

A. Logoterapi Asas, Metode, dan Aplikasi Klinis

Merujuk pada akar kata logos (yunani) berarti makna (meaning) dan kerohanian, logoterapi

secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya

dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi, dan kejiwaan, serta

beranggapan bahwa hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama

manusia.perlu dijelaskan bahwa konsep kerohanian dalam logoterapi tidak mengandung

konotasi agamis, tetapi lebih merupakan sumber dari kualitas luhur manusia.

Logoterapi di antara Aliran-aliran Psikologi Lainnya

Perbedaaan antara logoterapi dengan tiga aliran besar dalam psikologi.

Perbedaan antara Logoterapi dengan Psikoanalisis

Psikoanalisis menganggap manusia pada awal nya buruk dengan insting-insting dasar yang

agresif, sex-oriented, impulsif untuk mendapatkan kenikmatan. Psikologi perilaku banyak

mendapat pengaruh jhon Locke dengan tabula rasa nya menganggap manusia pada awal

nya netral, dan kepribadiannnya diberi corak oleh pengalaman hidup, pola asuh, dan

pengaruh lingkungan. Psikologi humanistic (dan logoterapi) mengaggap manusia pada

hakikatnya potensial dan baik, minimal lebih banyak baiknya, ketimbang buruknya.

Perbedaan antara logoterapi dengan psikoanalisis diantaranya:

Pertama, strata kesadaran manusia alam sadar, pra sadar, dan tak sadar diakui sepenuhnya

oleh logoterapi, namun logoterapi memperluasnya. Dengan dimensi spiritual yang pada

dasarnya tak disadari pula karna ia seperti halnya instring terletak dialam tak sadar

Kedua, kualitas-kualitas insani seperti cinta kasih, dan rasa estetika, religiusitas, tanggung

jawab, pemahaman, dan pengembangan pribadi, humor, dan transendensi diri tidak

direduksikan pada taraf,subhuman, tetapi dalam logoterapi dianggap terpatri (inheren)

pada eksistensi manusia sebagai makhluk bermartabat.

Page 16: Tugas Logoterapi

Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam logoterapi perhatian klien benar-benar

dihadapkan dan difokuskan pada makna, tujuan, dan kewajiban-kewajiban hidupnya. Para

penderita neurosis yang cenderung menghindari tanggung jawab pribadi untuk memenuhi

tugas-tugas hidup mereka, dalam logoterapi diarahkan dan dibantu agar lebih menyadari

tanggung jawab hidup masing-masing.

Perbedaan antara Logoterapi dengan Psikologi Perilaku

Perbedaan antara logoterapi dengan terapi perilaku terutama terletak pada landasan

terapi, sasaran terapi, dan cara-cara mencapainya. Terapi perilaku berpandangan bahwa

pembentukan dan pengubahan perilaku baik pada taraf kognitif, afektif dan psikomotor

bersumber pada interaksi antara individu dengan lingkungannya melalui proses pembiasaan

(conditioning) dan belajar (learning). Dalam hal ini, bagaimanapun ragam model

pendekatam/modifikasi perilaku, mulai dari model klasik (Pavlov) sampai dengan model

kognitif yang mutakhir dan lebih majemuk (Bandura) tetap berdasarkan pada unsur

lingkungan dan corak reaksi individu terhadap perubahan lingkungan. Manusia memang

mendapat pengaruh lingkungan, tetapi manusia pun benar-benar mampu memengaruhi

lingkungan dan dapat mengambil sikap, memberikan respons dan melakukan tindakan atas

kemauan sendiri.

Perbedaan wawasan atas relasi antara manusia dengan lingkungannya ini

mengakibatkan munculnya perbedaan dalam landasan dan sasaran terapi antara logoterapi

dengan terapi perilaku, walaupun mungkin keduanya menunjukkan kemiripan dalam

pelaksanaannya. Dalam teknik-teknik ini terapi perilaku melatih aspek perilaku secara

langsung, sedangkan logoterapi untuk mengatasi fobia menerapkan teknik paradoxical

Intention, yaitu mengupayakan agar penderita fobia mengubah sikap dari takut menjadi

lebih “akrab” dengan objek fobianya. Ini dilakukan dengan memanfaatkan kualitas insani,

seperti self detachment terhadap keluhannya sendiri dan memanfaatkan sense of humor

agar klien menjalani terapi dengan ringan dan humoristis. Disini tampak bahwa terapi

perilaku yang karakter objektif dan impersonal seakan-akan “dimanusiawikan kembali”

(rehumanized) melalui logoterapi.

Page 17: Tugas Logoterapi

Logoterapi: Metode dan Aplikasi Klinis

Logoterapi mengatasi gangguan-gangguan neurosis somatogenik, neurosis

psikogenik, dan neurosis noogenik. Untuk neurosis somatogentik, yakni gangguan-gangguan

perasaan yang berkaitan dengan hendaya ragawi, logoterapi mengembangkan metode

Medical Ministry, sedangkan untuk neurosis psikogenik yang bersumber dari hambatan-

hambatan emosional dikembangkan teknik Paradoxical Intention dan Dereflection.

Selanjutnya untuk neurosis noogenik yakni gangguan neurosis yang disebabkan tidak

terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna, logoterapi mengembangkan Existensial

Analysis/logoterapi. Ini bukan panacea karena metode-metode ini hanyalah jabaran dari

pandangan logoterapi yang mengakui kepribadian manusia sebagai totalitas raga-jiwa-

rohani (bio-psychosociocultural-spiritual) dan logoterapi memfungsikan potensi berbagai

kualitas insane untuk mengembangkan metode teknik-teknik terapi.

Anticipatory Anxiety

yakni rasa cemas akan munculnya suatu gejala patologis tertentu yang justru benar-

benar memunculkan apa yang dicemaskannya itu dan tercetusnya gejala tersebut akan

meningkatkan intensitas kecemasan. Dengan demikian, penderita sebenarnya mengalami

perasaan fear of fear sehingga seakan-akan terjerat dalam lingkaran kecemasan yang tak

berakhir.

Terhadap anticipatory anxiety biasanya para penderita mengembangkan tiga pola reaksi

khusus yang dalam logoterapi dikenal sebagai:

a. Flight from fear

Penderita menghindari semua objek yang ditakuti dan dicemaskannya. Reaksi ini

terdapat pada semua reaksi cemas, dan secara khas terdapat pada fobia

b. Fight against obsession

Penderita mencurahkan segala daya upaya untuk mengendalikan dan menahan agar

tidak sampai tercetus suatu dorongan aneh yang kuat dalam dirinya. Namun

kenyataannya, makin keras upaya menahannya, makin tegang pula perasaan

penderita. Pola rekasi ini jelas merupakan pola reaksi khas gangguan obsesi dan

kompulsi

Page 18: Tugas Logoterapi

c. Fight for pleasure

Terdapat hasrat yang berlebihan untuik memperoleh kepuasan. Hasrat ini disertai

kecenderungan kuat untuk menanti-nantikan dengan penuh harap saat kepuasaan

itu terjadi pada dirinya (hyper reflection) dan terlalu menghasrati kenikmatan secara

berlebihan (hyper intention) yang keduanya saling menunjang dalam memperkuat

anticipatory anxiety. Kedua pola reaksi ini pun mengembangkan mekanisme

lingkaran tak berakhir yang makin memperkuat kecemasan. Untuk mengatasi

lingkaran proses yang tak berakhir, logoterapi “mengguntingnya” dengan teknik-

teknik Paradoxical Intention dan Dereflection.

Paradoxical Intention

Teknik Paradoxical Intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil

jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap

kondisi diri sendiri dan lingkungan. Teknik ini juga memanfaatkan salah satu kualitas

manusia lainnya, yaitu rasa humor (sense of humor) khususnya humor terhadap diri

sendiri. Dalam penerapannya teknik ini membantu pasien untuk menyadari pola

keluhannya, mengambil jarak atas keluhannya itu serta menanggapinya secara

humoristis. Rasa humor ini diharapkan dapat membantu pasien untuk tidak

memandang gangguan-gangguannya sebagai sesuatu yang berat mencekam, terapi

berubah menjadi sesuatu yang ringan dan bahkan lucu.

Teknik Paradoxical Intention memiliki keterbatasan, yaitu sulit dilakukan bagi

pasien yang kurang memiliki rasa humor. Selain itu, teknik ini memiliki kontra

indikasi dengan kasus depresi dengan kecenderungan bunuh diri.

Dereflection

Dereflection memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang

ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan

tak memerhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan

perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha

mengabaikan keluhannya dan memandangnya secara ringan, kemudian mengalihkan

perhatian kepada hal-hal yang lebih bermanfaat. Selain itu, akan terjadi perubahan

sikap, yaitu dari yang semula terlalu memerhatikan diri sendiri (self concerned)

menjadi komitmen terhadap sesuatu yang penting baginya (self commitment).

Page 19: Tugas Logoterapi

Medical Ministry

Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan untuk mengambil sikap (to take a stand)

terhadap kondisi diri dan lingkungan yang tak meungkin diubah lagi. Medical

Ministry merupakan perealisasian dari nilai-nilai bersikap (attitudinal values) sebagai

salah satu sumber makna hidup.

Existential analysis/logoterapi

Dengan metode ini terapis membantu penderita neurosis noogenik dan mereka yang

mengalami kehampaan hidup untuk menemukan sendiri makna hidupnya dan

mampu menetapkan tujuan hidup secara lebih jelas. Fungsi logoterapis hanya

sekedar membantu membuka cakrawala pandangan para penderita terhadap

berbagai nilai sebagai sumber makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, dan

nilai bersikap. Logoterapi menyadarkan mereka terhadap tanggung jawab pribadi

untuk keluar dari kondisi kehampaan hidup. Elisabeth Lukas menjabarkan

pendekatan ini atas empat tahap:

1. Mengambil jarak atas simptom (distance from symptoms)

Yaitu membantu menyadarkan pasien bahwa symptom sama sekali tidak identik

dan “mewakili” dirinya, tetapi semata-mata merupakan kondisi yang dimiliki dan

benar-benar dapat dikendalikan

2. Modifikasi sikap (modification of attitude)

Berarti membantu pasien mendapatkan pandangan baru atas diri sendiri dan

kondisinya, kemudian menentukan sikap baru dalam menentukan arah dan

tujuan hidupnya

3. Pengurangan simptom (reducing symptoms)

Merupakan upaya menerapkan teknik-teknik logoterapi untuk menghilangkan

sama sekali simptom atau sekurang-kurangnya mengurangi dan

mengendalikannya

4. Orientasi terhadap makna (orientation toward meaning)

Membahas bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam

kehidupan pasien. Dalam hal ini, fungsi terapis sekadar membantu

Page 20: Tugas Logoterapi

memperdalam, memperluas nilai-nilai itu, dan menjabarkannya menjadi tujuan

yang lebih konkret.

B. Analisis Logoterapi atas Kasus OCD

Sindroma Ocd

Keluhan lain yang sangat mengganggu adalah gangguan obsesi-kompulsi (OCD) yang

telah di deritanya sejak tiga tahun yang lalu sampai sekarang belum dapat diatasi. Bentuk-

bentuk gangguannya itu ada dua macam. Pertama, ia tidak berani menginjak tegel berwarna

kuning pada lantai rumahnya dan harus melangkahinya dengan cara tertentu, yaitu menurut

langkah langkah kuda catur. Menurut Ny A kalau lantai berwarna kuning tidak dilangkahi

seperti menimbulkan perasaan tidak enak dan hal itu dikhawatirkan makin meningkat dan

akhirnya menjadi panik seperti dialami waktu ia dirawat di rumah sakit dahulu. Gangguan ini

umumnya terjadi dirumah sendiri, tetapi waktu ia sekeluarga beribur disuatu kawasan

wisata, setelah beberapa hari disana ternyata mulai lagi timbul dorongan untuk melangkahi

lantai seperti langkah-langkah kuda catur , sekalian tegel ditempat itu tidak berwarna kuning

seperti dirumah.

Bentuk obsesi kompulsi yang kedua, yang juga selalu terjadi dirumah pada saat Ny A

habis mandi dan setiap akan memasang celana dalam. Setelah selesai mandi ia harus

menyiram kaki sebanyak tiga kali. Pada siraman pertama harus disertai hitungan dalam hati

satu, dua, empat, pada siraman kedua empat, empat, pada siraman ketiga diakhiri lagi

dengan hitungan satu, dua, empat. Kemudia bila ia memakai celana dalam, setiap

memasukan kaki kanan harus menghitung dengan cepat dalam hati satu sampai sepuluh.

Demikian pula waktu memasukkan kaki kiri. Kemudian waktu celana akan di tarik ke

pinggang, ia harus menghitung satu sampai sepuluh dan diakhiri dengan tu, wa, luh, dan

diakhiri dengan sepuluh, sepuluh, sepuluh, barulah ia merasa lega.

Tentang langkah-langkah catur kuda, upacara siraman kaki, dan memasang celana

dalam, Ny A benar-benar menyadarinyya sebagai hal yang tidak wajar, menegangkan, dan

mengganggu. Tetapi dilain pihak ia tidak berani mencoba menahan atau menghentikannya

karena khawatir akan menimbulkan rasa resah yang makin meningkat dan berakhir dengan

kepanikan yang akan sangat ditakuti nya itu.

Page 21: Tugas Logoterapi

ANALISIS KASUS

Hal hal yang diungkapkan subjek dapat dibedakan atas empat ragam masalah yang

berkaitan satu sama lain. Pertama, suasana keluaraga dan pengalaman hidup yang dari sejak

kecil sampai menjelang pernikahan yang penuh dengan pertengkaran, kekerasan, stress,

dan ketakutan yang menyuburkan perasaan tidak aman serta tidak memberikan landasan

kuat bagi kemantapan perkembangan pribadi (personal growth) pada diri subjek. Selain itu,

masalah kehidupan rumah tangga yang belum saling terbina penyesuaian diri antara subjek

dengan pasangan hidupnya membuat menambah persoalan yang dihadapi. Masalah

masalah ini merupakan problema keluarga dan perkawinan yang perlu diatasi dengan terapi

keluarga (family therapy) dan konsultasi perkawinan (marriage counseling). Masalah kedua

adaah perasaan hampa yang tak bermakna yang selama ini diatasinya dengan melakukan

berbagai kegiatan yang tidak pernah tuntas. Gejala serupa ini mirip yang dalam logoterapi

disebut existential vacuum. Kemudian masalah ketiga adalah gangguan cemas dan perasaan

resah yang makin intensif dan terjadi hampir priodik waktunya. Perasaan ini menimbulkan

kekhawatiran menjadi demikian intensif dan berakhir dengan kepanikan. Keadaan ini dapat

digolongkan sebagai neurosa cemas (anxiety neurosis) yang menimbulkan fear of fear.

Masalah terakhir adalah gangguan obsesi kompulsi yang terungkap melalui geakab berpola

(kuda catur) serta gerakan menghitung pada upacara siraman kaki dan memasang celana

dalam.

Dalam masalah ini masalah-masalah keluarga tidak dibahas, sedangkan keluhan

kedua yaitu kehampaan existensial akan dijadikan latar belakang dari gangguan cemas dan

obsesi kompulsi. Bagaimana hubungan antara situasi keluarga asal, existential vacuum,

neurosis cemas dan OCD digambarkan dalam skema di bawah ini.

Page 22: Tugas Logoterapi

Disharmoni keluarga asal

(konflik & kekerasan)

Existential vacuum

Mewarnai kehidupan Gangguan cemas OCD

Persuit of meaning flight from fear fight against

obsession

act out

compulsion

Penjelasan

Kondisi dan suasana keluarga yang tidak harmonis, penuh konflik dan kekerasan

serta kurangnya rasa aman dan ketentraman merupakan sumber utama dari frustrasi

kehidupan yang kemudian mengembangkan penghayatan hampa dan tak bermakna yang

mewarnai kehidupan pribadi subjek sampai saat ini. Untuk mengatasi penghayatan diri tak

berarti dan hampa itu subjek mencoba melakukan berbagai kegiatan dalam bidang seni

(puisi, drama) dan penampilan diri (foto model, pragawati) dengan tujuan agar hidupnya

lebih bermakna (persuit of meaning) yang pada hakikatnya ingin membuktikan bahwa

dirinya exist. Sejauh mana kondisi kehampaan hidup (existential vacuum) ini menjelmakan

neurosa noogenik (noogenic neurosis) masih belum jelas. Namun, yang jelas munculnya

neurosa cemas (anxiety neurosis) dan obsesi kompulsi (obsessive compulsive disorder; OCD)

yang kedua nya memiliki pola kecemasan antisipatif (anticipatory anxiety).

Saat mengalami gangguan cemas dan obsesi kompulsi pasiien mengalami sebuah

fenomena klinis fear of fear yaitu ketakutan munculnya kembali kepanikan (panic phobia)

dan ketakutan menjadi gila (psychoto phobia) yang berakhir dengan bunuh diri. Untuk itu, ia

berusaha menghindari ha-hal yang dapat mengasosiasikan dengan pengalaman panik itu

isalnya menghindari jaan tertentu, memakai pakaian yang coraknya sama saat mengalami

panik, membaca artikel tentang gangguan jiwa. Fear of fear dan flight from fear merupakan

kecemasan antisipatif.

Page 23: Tugas Logoterapi

Seperti halnya gangguann cemas, obsesi kompulsi pada subjek menimbullkan kekhawatiran

muncul kembali kepanikan bila dorongan tersebut tidak dipenuhi, sehingga saat dorongan

itu timbul tidak bisa berusaha untuk menahan. Dalam hal ini perilaku obsesi kompulsi

(langkah catur kuda, siraman kaki, menghitung gerakan) cenderung diikuti. Alasannya kalau

tidak diikutiakan menimbulkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman yang dikhawatirkan

dapat memicu kembali kecemasan yang mencekam dan kepanikan intensif. Dalam hal ini

usaha untuk melawan obsesi kompulsinya (fight against obsession) saat sindroma OCD

masih pada tahap awal dengan lebih menonjolnya pemikiran obsesi tinimbang perbuatan

kompulsinya. Namun, saat obsesi kompulsi sudah pada tahap lebih intensif dengan

munculnya sekaligus pemikiran dan perbuatan obsesi kompulsi, sehingga pasien tidak bisa

lagi menahan dan langsung menuruti dorongan itu, walaupun hal itu dilakukan dengan

penuh ketegangan. Jadi saat itu terjadi ambivelensi, yaitu kalau dorongan tidak diikuti akan

menimbulkan kecemasan, kalau diikuti akan menimbulkan ketegangan yang mencemaskan.

Sindroma OCD yang repetitive, reaksi act out compulsion untuk sementara memang

meredakan ketegangan, tetapi itu tidak akan lama karena OCD akan muncul kembali saat

ada faktor-faktor yang membuat muncul. Reaksi flight from fear, fight against obsession,

dan act out compulsion tidak akan berhasil mengatasinya, untuk itu dapat digunakan teknik

paradoxical intention dan dereflection dapat di gunakan, mengingat pasien memiliki rasa

humor serta keinginan kuat untuk sembuh.

C. Pengalaman Menerapkan Teknik-Teknik Paradoxical Intention Dan Dereflection Pada

Kasus Kasus Klinis

Dalam pandangan logoterapi simptom neurosis merupakan akibat dari suatu kondisi

ragawi, ekspresi kondisi kejiwaan, sarana untuk meraih tujuan, dan suatu modus eksistensi.

Untuk itu logo terap mengembangkan tiga ragam teknik terapi yaitu pada kasus-kasus

neurosis somatogenik mengaplikasikan teknik medical ministry, kasus-kasus neurosis

psikogenik mengaplikasikan teknik paradoxical intention dan dereflection, juga untuk kasus

noogenik mengaplikasikan teknik logotherapy/existential analysis.

Page 24: Tugas Logoterapi

Kecemasan Antisipatif (Anticipatory Anxiety)

Kecemasan antisipatif adalah kecemasan akan terjadinya situasi tidak

menyenangkan yang justru benar-benar mencetuskan apa yang dikhawatirkannya. Hal-hal

yang tidak menyenangkan dapat dirasakan dari ringan hingga berat. Untuk yang kasus

tergolong ringan misalnya seseorang yang cemas bahwa dirinya akan terpleset saat

melangkahi lantai yang licin dan ternyata ia benar-benar terpeleset. Sementara yang

tergolong berat adalah kondisi yang sesuai dengan criteria gangguan jiwa, seperti fobia,

anxiety, dan OCD. Kecemasan antisipatif memiliki pola yang tetap yaitu suatu symptom yang

akan menumbuhkan rasa cemas dan meningkatkan frekuensi simptom semula.

Dalam kecemasan antisipatif ini penderita seakan akan terpeerangkap dalam suatu

lingkaran proses tak berakhir yang membuat makin tak mampu mengatasi nya. Kemudian

bila diteliti lebih lanjut para penderita kecemasan antisipatif mengalami ketakutan-

ketakutan lain di balik ketakutan semula. Gejala fear of fear yaitu merasa takut kalau

dengan gangguan (misalnya pikiran obsesif) akan mengakibatkan keadaan yang lebih parah

lagi, seperti menjadi gila, serangan jantung, pingsan, kelumpuhan otak, panik, bunuh diri

atau membunuh orang. Jadi, penderita seakan-akan memiliki ketakutan yang berlapis-lapis.

Reaksi pada ancipatory anxiety yaitu Flight from fear artinya menghindari obyek yg

ditakuti merupakan ciri khas dari phobia, Fight againts obsessions artinya menahan agar

obsesinya tidak muncul, tetapi makin kuat usaha makin kuat dorongan muncul misalnya

obsesi Kompulsi, Fight for pleasure artinya hasrat berlebihan untuk memperoleh kepuasan

(terlalu memperhatikan kesenangan sendiri, hasilnya malah kebalikannya (misalnya:

neurosis sexual, insomnia). Untuk mengatasi hal tersebut logoterapi mengembangkan

paradoxical intention dan dereflection yang sangat efektif untuk neurosis psikogenik yang

didasari oleh pola-pola kecemasan antisipatif.

Dalam paradoxical intention penderita diminta untuk secara sengaja menimbulkan

gejala yang semula dikendalikan ketat, atau sekurang-kurangnya berharap agar gejala itu

timbul. Pada dereflection penderita untuk berusaha untuk mangabaikan sama sekai

keinginananya untuk mengalami sesuatu yang menyenangkan, dan berusaha mengalihkan

perhatian pada hal-hal lain yang bermakna atau lebih penting.

Page 25: Tugas Logoterapi

Proses Pelaksaan

Para terapis yang menerapkan teknik-teknik paradoxical intention dan dereflection

biasanya mengembangkan sendiri tata-laksana sesuai dengan kasus-kasus nya. Namun,

diawali dengan membangun rapport yang baik, kemudian wawancara untuk mengetahui

hubungan sebab-akibat yang saling memperkuat antara gejala-gejala dengan kecemasan.

Selain itu, dijajagi sejauh mana gejala-gejala gangguan dan pola-pola reaksi sesuai dengan

criteria kecemasan antisipatif. Setelah klien memhaminya, lalu diperkenalkan teknik

paradoxical intention dan dereflection, serta dijeaskan bagaiana pelaksanaannya. Biasanya

pelaksaan pertama kali dengan membina rapport yang baik agar klien merasa nyaman,

kemudian dilakukan wawancara untuk menegakkan diagnosis serta memahami pola reaksi

klien terhadap keluhannya serta menjajagi ada tidaknya gejala fear of fear atas gangguan

yang dialami nya. Pola reaksi klien dibahas bersama agar klien memahami adanya proses

yang meruakan ingkaran tidak berakhir dan tidak efektif mengattasi gangguan dengan pola-

pola rekais lain seperti flight from fear, fight against obsession, dan fight for pleasure.

Kasus 1 : cemas

Kasus 2 : pikirn obsesi

Kasus 3 : neurosa sexual

Kasus 4 : insomnia

Mengapa Sembuh

Pada kasus 1 dan 2: paradoxical intention mengubah pola reaksi flight from fear yang

biasanya di akukan pasien menjadi sebaliknya, yaitu menghadapi dan mengharapkan agar

kecemasan dan pikiran obsesi itu benar-benar muncul, bahkan secara sengaja

memunculkannya. Suasana diciptakan sesantai mungkin dan penuh humor untuk mengubah

perasaan yang membebani menjadi perasaan ringan dan lucu. Ternyata rasa cemas dan

pikiran obsesi itu tidak muncul saat benar-benar diharapkan muncul.

Pada kasus 3 dan 4 : Dereflection mengubah pola reaksi fight for pleasure menjadi

tidak lagi memerhatikan kesenangan yang di dambakan, yaitu kepuasaan seks dan

memuaskan pasangan, serta mengharapkan dapat tidur nyenyak. Setelah klien

Page 26: Tugas Logoterapi

“dibebaskan” dari “tuntutan harus tidur” dan “harus melakukan hubungan seks secara

sempurna”. Para klien menjadi lebih tenang dan perasaan tenang, dan perasaan tegang

dana khawatir telah lenyap atau hilang, sehingga tidurpun terjadi tanpa disadari dan

kemampuan seksual pun berfungsi kembali secara spontan. Ada hal yang menarik, yaitu rasa

humor dapat digunakan secara efektif bukan hanya pada teknik paradoxical intention, tetapi

juga efektif pada teknik dereflection.

D. Selintas Konseling Dengan Pendekatan Logoterapi: Prinsip, Metode, Dan Aplikasi

Berbagai aliran, teori, dan pandangan psikologi sering member corak khusus pada

kegiatan konseling (dan psikoterapi). Artinya, konseling banyak merujuk pada asas-asas,

metode, pendekatan, teori, dan pandangan itu membantu mereka yyang bermasalah.

Gerard Corey misalnya mengemukakan model-model konseling dan terapi dengan

pendekatan Psikoanalisis Klasik (Freud) dan Psikoanalisis Baru (Jung, Adler, Fromm, Sullivan,

Erikson), Terapi Eksistensial (May, Maslow, Frankl, Jourard), Person Centered (Rogers),

Terapi Gestalt (Perls), TA (Berne), Terapi Perilaku (Bandura, Wolpe, Lazaruz), RET (Ellis) dan

Reality Therapy (Glasser) dengan prinsip, meto de, dan aplikasi masing-masing. Demikina

pula logoterapi dengan filsafat manusia, asas-asas, metode, dan pendekatannya member

corak khusus pada kegiatan konseling sebagai salah satu bentuk aplikasinya.

Konseling Logoterapi

Konseling dengan pendekatan logoterapi digambarkan sebagai penerapan asas-asas

logoterapi dalam memberikan bantuan psikologis kepada seseorang untuk menemukan

serta memenuhi makna serta tujuan hidupnya dengan jalan lebih menyadari sumber-

sumber makna hidup, mengaktualisasi potensi diri, meningkatkan keakraban hubungan

antarpribadi, berpikir dan bertindak positif, menunjukan prestasi kerja optimal, mendalami

nilai-nilai kehidupan, mengambil sikap tepat atas musibah yang dialami, serta memantapkan

ibadah kepada Tuhan.

- Konseling logoterapi merupakan konseling individual untuk masalah ketidakjelasan

makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah

hidup.

Page 27: Tugas Logoterapi

- Karakteristik logo terapi adalah berjangka pendek, berorientasi masa depan, dan

berorientasi pada makna hidup.

Fungsi terapis

Fungsi terapis adalah membantu individu membuka cakrawala pandangan klien terhadap

berbagai nilai dan pengalaman hidup secara potensial memungkinkan ditemukannya makna

hidup, yakni bekerja dan berkarya. Pada proses konseling logoterapi, pasien dapat duduk

tegak, tetapi harus mendengarkan hal-hal yang terkadang tidak disukainya. Jadi dalam

logoterapi, klien “dikonfrontasikan’ langsung dengan inti masalah yang terkadang tidak

diakuinya.

Proses konseling

- Pada proses konseling logoterapi mencakup tahap-tahap : perkenalan,pengungkapan

dan penjajagan masalah, pembahasan bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta

pengubahan sikap dan perilaku.

- Konseling logoterapi sangat luwes, yang artinya dapat direktif dan dapat non-direktif,

serta tidak kaku dalam mengikuti tahapan-tahapan konseling.

Komponen-komponen konseling

Komponen pribadi dalam konseling logoterapi adalah kemampuan, potensi, dan kualitas

insani dari diri klien yang dijajagi, diungkap, dan difungsikan pada proses konseling dalam

rangka meningkatkan kesadaran terhadap makna dan tujuan hidupnya.

Aplikasi konseling logoterapi

Konseling logoterapi sama pada konseling pada umumnya, merupakan kegiatan menolong

dimana seorang konselor memberikan bantuan psikologis kepada seorang klien yang

membutuhkan bantuan untuk pengembangan diri. Dalam logoterapi, klien sejak awal

diarahkan untuk menghadapi masalah sebagai kenyataan. Pada tahap evaluasi dan

penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan

untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku klien.

Page 28: Tugas Logoterapi

Konseling dengan pendekatan logoterapi

Konseling dengan pendekatan logoterapi merupakan salah satu corak konseling yang efektif

dalam memberi bantuan untuk pengembangan kualitas hidup bermakna. Hidup yang

bermakna adalah dasar dari produktivitas kerja, tujuan hidup yang jelas, hubungan

antarpribadi yang akrab, kemantapan kepribadian, dan gerbang ke arah ketentraman dan

kebahagiaan. Konseling ini efektif bagi klien-klien dengan taraf kecerdasan yang cukup baik

dan kemampuan untuk memahami diri (self insight)