Upload
ugi
View
203
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
REVISI
TUGAS MAKALAH
PERUNDANG-UNDANGAN KEBIJAKAN DAN
PEMBANGUNAN PETERNAKAN
“Pemalsuan Daging Sapi”
Di Susun Oleh:
1. Endah Dwi Jayanti H 0509027
2. Fernandy Dwi Satria H 0509031
3. Ilham Cendikia H 0509033
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan asal hewan dari hari ke hari terus bertambah
seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap manfaat gizi bagi kehidupan
manusia. Peranan protein hewani terutama daging cukup penting dalam rangka
mencapai standar kelayakan gizi. Perubahan pola konsumsi serta selera
masyarakat, menyebabkan kebutuhan bahan pangan hewani sebagai kebutuhan
primer yang harus dipenuhi untuk hidup cerdas, sehat, kreatif dan produktif
sehingga peningkatan konsumsi protein hewani tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Seiring dengan perkembangan tersebut keamanan pangan asal hewan
juga tidak lepas dari perhatian konsumen. Keamanan pangan didefinisikan sebagai
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk pencegahan pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan bahan lain yang dapat menganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2004). Pemerintah dalam merealisasikan penyediaan daging yang aman
menetapkan sebagai daging ASUH (aman,sehat,utuh dan halal). Aman berarti
daging daging tidak mengandung bahaya yang dapat menimbulkan penyakit dan
mengganggu kesehatan manusia. Sehat berarti daging memiliki zat-zat yang
berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Utuh berarti daging tidak
dikurangi atau dicampur dengan bagian lain hewan tersebut ataupun bagian dari
hewan lain. Halal berarti hewan dipotong dan ditangani sesuai syariat agama
islam, selain itu pangan yang halal diartikan sebagai bahan pangan yang tidak
mengandung bahan haram.
Seiring dengan permintaan yang meningkat, maka wajar jika harga-
harga kebutuhan pokok melonjak jauh, sebagai contoh di bulan Ramadhan terlihat
sekali betapa konsumtifnya masyarakat kita. Terutama untuk membelanjakan
bahan kebutuhan pokok (pangan). Kenyataan di lapangan walaupun harga
kebutuhan pokok naik ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk
membeli. Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pokok terutama pangan
2
2
terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab
untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar secara instan. Salah satunya
adalah menjual bahan pangan asal hewan yang tidak sehat dan tidak aman.
Hampir setiap Ramadhan datang kita dihadapkan pada temuan seperti penjualan
daging sapi “glonggongan” ataupun pemalsuan daging sapi yang dicampur atau
digantikan daging babi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemalsuan antara daging babi dan sapi
Banyaknya permintaan daging sapi menyebabkan para pedagang yang
melakukan kecurangan, misalnya saja saat-saat menjelang lebaran, begitu
banyak daging sapi oplos daging babi karena para pedagang menginginkan
keuntungan yang berlebih tanpa memikirkan para pembeli, sehingga para
pembeli harus benar-benar jeli dalam memilih dan membedakan mana yang
daging babi dan mana yang sapi. Daging oplosan umumnya muncul dan
diperdagangkan di pasar tradisional, di luar kios resmi penjualan dengan harga
lebih murah.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara daging babi dan sapi.
Menurut Dr. Ir. Joko Hermanianto (ahli daging di Dep. Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fateta, IPB), secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda
antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan
tekstur.
1. Warna
Daging babi memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi
(Gambar 1), warna daging babi mendekati warna daging ayam. Namun
perbedaan ini tak dapat dijadikan pegangan, karena warna pada daging
babi oplosan biasanya dikamuflase dengan pelumuran darah sapi, walau
kamuflase in dapat dihilangkan dengan perendaman dengan air. Selain itu,
ada bagian tertentu dari daging babi yang warnanya mirip sekali dengan
daging sapi sehingga sangat sulit membedakannya.
4
4
2. Serat Daging
Terlihat perbedaan serat daging yang jelas antara kedua daging.
Serat-serat daging sapi tampak padat dan garis-garis serat terlihat jelas.
Sedangkan pada daging babi, serat-seratnya terlihat samar dan sangat
renggang. Perbedaan ini semakin jelas ketika kedua daging direnggangkan
bersama (Gambar 2).
3. Penampakan Lemak
Perbedaan terdapat pada tingkat keelastisannya. Daging babi
memiliki tekstur lemak yang lebih elastis sementara lemak sapi lebih kaku
dan berbentuk. Selain itu lemak pada babi sangat basah dan sulit dilepas
dari dagingnya sementara lemak daging agak kering dan tampak berserat
(Gambar 3). Namun kita harus hati-hati pula bahwa pada bagian tertentu
seperti ginjal, penampakkan lemak babi hampir mirip dengan lemak sapi.
5
4. Tekstur
Daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding
dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan (Gambar 4).
Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika kita memegangnya pun sudah
terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena terasa sekali daging
babi sangat kenyal dan mudah diregangkan (elastis). Sementara daging
sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan.
5. Aroma
Terdapat sedikit perbedaan antara keduanya. Daging babi memiliki
aroma khas tersendiri, sementara aroma daging sapi adalah anyir seperti
6
yang telah kita ketahui. Segi bau inilah yang -menurut pak Joko-
sebenarnya senjata paling ampuh untuk membedakan antar kedua daging
ini. Karena walaupun warna telah dikamuflase dan dicampur antar
keduanya, namun aroma kedua daging ini tetap dapat dibedakan.
Sayangnya kemampuan membedakan melalui aromanya ini membutuhkan
latihan yang berulang-ulang karena memang perbedaannya tidak terlalu
signifikan.
B. Contoh Kasus Pemalsuan Daging Sapi
Dendeng sapi diisi dengan daging babi, dan pemalsuan abon sapi yang
ternyata daging babi yang dijadikan abon. Contoh kasus : kasus- kasus seperti
ini marak ketika menjelang hari raya Idul Fitri Atau saat Bulan Ramadhan.
WONOSARI - Hasil inspeksi mendadak (sidak) dinas Peternakan Gunung
kidul kemarin (27/7) menemukan daging sapi yang diduga bercampur daging
babi. Selain itu, ditemukan sekitar dua kilogram daging sapi busuk dan tidak
layak konsumsi namun tetap dijual. Sidak tersebut menyasar ke sejumlah pasar
meliputi Argosari Wonosari, Pasar Playen, dan Pasar Karangmojo. Karena
tindakan yang dilakukan petugas ini sifatnya mendadak, tidak ada
pemberitahuan sebelumnya. Tidak mengherankan, sidak usai sahur itu
membuat pedagang gugup bahkan menutup-nutupi kualitas daging siap jual.
Pemerintah berharap masyarakat tidak tertipu membeli daging yang
telah rusak, Yudi menjelaskan ciri-ciri daging yang baik. Diantaranya,
dagingnya tidak berair, berwarna merah segar, serabutnya halus, memiliki
aroma daging yang khas, lemaknya sedikit, serta cara penjualannya digantung.
"Kalau daging gelonggongan penjual tidak berani menggantung dagingnya,
karena kandungan airnya banyak," ujar Yudi Broto. Selain itu, Yudi juga
menghimbau agar masyarakat membeli daging di kios resmi yang terjamin
kualitas dagingnya. Selain itu juga rawan adanya pemalsuan daging sapi
dengan daging babi yang harganya jauh lebih murah, yaknis sekitar Rp 50 ribu
per kilogramnya.
"Banyak masyarakat yang tertipu daging sapi dengan daging babi.
Untuk itu, harus teliti membeli daging. Kios yang baik itu memiliki kamar
7
daging untuk menjaga kualitasnya tetap terjaga," pungkas Yudi. Seperti
diberitakan sebelumnya, Dinas Pertanian Kota Malang melalui bidang
peternakan menggelar inspeksi mendadak (sidak) pada puluhan penjual daging
sapi, daging ayam, dan telur ayam. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
kualitas daging yang dijual di pasaran. Bahkan petugas Dinas Pertanian juga
mengambil sejumlah sample untuk diteliti di laboratorium guna mengetahui
kondisi daging yang dijual di pasaran.
Pemalsuan makanan dendeng sapi diisi dengan daging babi. Sungguh
tak mudah bagi konsumen di tanah air untuk memilih makanan yang baik dan
berkualitas , mengingat banyaknya produsen makanan nakal yang tak jujur.
Karena ingin mendapatkan laba tinggi dan cepat laku, makanan yang tak
memenuhi standar dikemas sedemikian rupa sehingga kelihatan layak. Dan
yang lebih menguatirkan, kandungan yang jelas haram bagi umat islam
disesatkan informasinya dan diberi label halal (labelnya juga palsu). Seperti
penjelasan pers Badan POM Senin 1 Juni 2009. Kepala Badan POM dr.
Husniah Rubiana Thamrin Akib, mengumumkan kepada wartawan bahwa
Badan POM telah melakukan sampling lanjutan atas 34 produk olahan daging
yang terdiri atas 14 dendeng sapi dan 20 abon sapi. Ternyata Empat dendeng
positif mengandung DNA babi. Ternyata, produk dabadisa (daging babi
disebut sapi) ini tidak hanya dijual dipasar-pasar tradisionil, tapi juga di retail
modern seperti Carefour di Bandung. Uniknya, semua dendeng tersebut
memiliki nomor pendaftaran dari dinas kesehatan dan mencantumkan logo halal
tanpa sertifikasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Keempat produk tersebut
ialah Dendeng Sapi Dua Daun Cabe Kwalitet Istimewa (200 gram), Dendeng
Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa (200 gram), Dendeng Sapi Brenggolo
Kwalitet Istimewa-Giling (200 gram) dan Dendeng/Abon Sapi Spesial Produk
Dua Dinar (80 gram). Dendeng Dua Dinar dibuat UD Bahagia Bagyo di
Sleman, Yogyakarta. Dendeng Brenggolo dibuat di Solo.
Selanjutnya Ka. Badan POM mengatakan, untuk melindungi masyarakat dari
mengonsumsi produk yang bisa merugikan masyarakat muslim, pihaknya sudah
memerintahkan Balai Pengawas Obat dan Makanan di seluruh Indonesia untuk
8
menarik dan memusnahkan produk olahan daging dengan merek tersebut.
(apotekputer.com)
C. Pelanggaran UU perlindungan konsumen
Tindakan produsen yang sudah memalsukan daging tersebut jelas
telah melanggar Undang-undang (UU) Perlindungan Konsumen Tahun 1999.
Para produsen telah membohongi seluruh konsumen yang sudah membeli di
produsen tersebut. Bahkan pelaku telah melanggar 3 UU sekaligus, yaitu UU
perlindungan konsumen pasal 61, pasal 62, dan pasal 63, yaitu tentang
standardisasi produk yang dilegalkan. Selain itu, kasus tersebut pun jelas
merupakan tindak pidana, sebagaimana yang diatur dalam KUHP pasal 378
tentang penipuan. Ini jelas penipuan, karena ada label halal pada kemasannya,
sementara isinya mengandung daging babi. Banyaknya kasus penipuan seperti
ini menunjukkan masih lemahnya UU perlindungan konsumen. Untuk
mengantisipasinya perlu dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN) di setiap wilayah. Saat ini BPKN hanya ada di Jakarta. BPKN
sebenarnya adalah wadah yang menghimpun berbagai instansi yang
berhubungan dengan masalah perlindungan konsumen.
Keamanan pangan juga merupakan bagian penting dalam Undang-
Undang Pangan No 7 tahun 1996. Di samping itu juga telah ada Undang-
Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang dapat menjadi
landasan hukum bagi pemberdayaan dan perlindungan konsumen dalam
memperoleh haknya atas pangan yang aman. Undang-undang mengenai
perlindungan konsumen diatur dalam UU No. 8 tahun 1999,selain pasal 61,
pasal 62, dan pasal 63 ada lagi diantaranya adalah:
1. Bab II : Asas dan tujuan
Pasal 3 bagian D : menciptakan system perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta
akses untuk mendapatkan informasi.
2. Bab III : Hak dan Kewajiban
9
Pasal 4 hak konsumen : bagian A : hak atas kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.
3. Bab VI : Tanggung jawab pelaku usaha
Pasal 19 : Bagian 1 : pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan ,pencemaran, dan / atau kerugian konsumen
akibat mengkonsumsi barang dan / atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan. Bagian 2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan / atau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan / atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku. Bagian 3 : pemberian ganti rugi sebagaiman
dimaksud pada ayat ( 1) dab ayat (2) tidak menghapus kemungkinan
adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai
adanya unsure kesalahan.
4. Bab VII : Pembinaan dan pengawasan
Pasal 29 : Bagian 1 : pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan
penyelengaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak
konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiaban konsumen
dan pelaku usaha. Bagian 2 : Pembinaan oleh pemerintah atas
penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) dilaksanakan oleh mentri dan / atau mentri teknis terkait.
D. Kebijakan Pemerintah Tentang Pemalsuan Daging Sapi
Pemalsuan daging sapi melanggar undang-undang no.18 tahun 2009
tentang peternakan dan kesehatan hewan dijelaskan pada :
1. Pasal 3
Melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman yang dapat mengganggu
kesehatan atau kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.
2. Pasal 56
10
“Kesehatan masyarakat veteriner merupakan penyelenggaraan
kesehatan hewan dalam bentuk:
a. pengendalian dan penanggulangan zoonosis;
b. penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan produk
hewan;
c. penjaminan higiene dan sanitasi;
d. pengembangan kedokteran perbandingan; dan
e. penanganan bencana.”
3. Pasal 58
a. Dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan
halal, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi,
sertifikasi, dan registrasi produk hewan.
b. Pengawasan dan pemeriksaan produk hewan berturut-turut dilakukan
di tempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan
pengumpulan, pada waktu dalam keadaan segar, sebelum pengawetan,
dan pada waktu peredaran setelah pengawetan.
c. Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan dilakukan
terhadap produk hewan yang diproduksi di dan/ atau dimasukkan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan
dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
d. Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai
sertifikat veteriner dan sertifikat halal.
e. Pasal 64
Pemerintah dan pemerintah daerah mengantisipasi ancaman
terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh hewan dan/atau
perubahan lingkungan sebagai dampak bencana alam yang memerlukan
kesiagaan dan cara penanggulangan terhadap zoonosis, masalah higiene
dan sanitasi lingkungan.
11
E. Sanksi terhadap pelanggaran terhadap pedagang yang memalsukan
daging
Ancaman penjara selama 1 tahun atau denda sebesar Rp 120 juta jika
melanggar Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen No 8/1999.
Melanggar pasal 58 undang-undang No. 18 Tahun 2009 adalah mendapatkan
sanksi adminiftratif dan denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sanksi
administratif tersebut berupa :
a. peringatan secara tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan
mesin, atau produk hewan dari peredaran; pencabutan izin; atau
pengenaan denda.
12
BAB III
KESIMPULAN
Pemalsuan daging sapi biasanya marak ketika menjelang hari raya Idul
Fitri, Bulan Ramadhan Atau saat hari besar lainnya. Tingginya permintaan,
kelangkaan daging di pasar juga dapat memunculkan tindak kecurangan seperti
pemalsuan daging. Perlunya pengetahuan mengenai perbedaan antara daging babi
dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan tekstur.
Tindakan produsen yang sudah memalsukan daging melanggar Undang-
undang Perlindungan Konsumen Tahun 1999 yaitu pasal 61, pasal 62, dan pasal
63, yaitu tentang standardisasi produk yang dilegalkan. undang-undang no.18
tahun 2009 pasal 3, 56, 58, 64. Sanksi bagi pelaku yang terbukti berupa sanksi
administratif maupun pidana. Ancaman penjara selama 1 tahun atau denda sebesar
Rp 120 juta jika melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8/1999.
Undang-undang No. 18 Tahun 2009 pasal 58 menyatakan sanksi administratif
dan denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sanksi administratif tersebut berupa :
d. peringatan secara tertulis;
e. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
f. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan
mesin, atau produk hewan dari peredaran; pencabutan izin; atau
pengenaan denda.
13
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.http://www.radarjogja.co.id/kulon-pr...ging-babi.html. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB
Anonim.2012.http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=153&Itemid=51 Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.11 WIB
Anonim.2012.http://indonesiancommunity.multiply.com/notes/item/280?&show_interstitial=1&u=%2Fnotes%2Fitem. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB
Anonim.2012.http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012_027/142308/Warga_Kota_Malang_Dihimbau_Waspada_Daging_Rusak. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB
Disnak. 2012. http://disnak.pamekasankab.go.id/index.php/info-teknologi-peternakan/152-jenis-jenis-penyimpangan-pada-daging. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB
Siamsul B., S.Yulvian.,dan Indraningsih. 2005. Beberapa Faktor yang mempengaruhi keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Bogor
Undang-undang no. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Undang –undang no. 8 1999 tentang perlindungan konsumen.
14
Pertanyaan
1. Pemalsuan selain daging sapi ?
Jawab: Contoh pemalsuan selain daging sapi yang mudah kita jumpai seperti
penjual sate kelinci di tempat wisata sarangan atau tawangmangu, beberapa
pedagang yang curang memanfaatkan daging ayam untuk menggantikan
daging kelinci, sedangkan mereka memasang nama dagangan mereka dengan
sate daging kelinci, ini termasuk pemalsuan langsung hingga produk siap saji.
Pemalsuan yang dilakukan memang tidak sampai pada tahap merugikan
kesehatan konsumen, namun hanya sampai kepada penipuan isi produk yang
dijual.
2. Kasus pemalsuan daging masihkah berpeluang muncul kembali ?
Jawab: kemungkinan masih ada ini didasari dengan kondisi pasar tak stabil,
harga daging tinggi (sehingga permintan tinggi), kurangnya pengawasan oleh
lembaga terkait, masih lemah penegakan hukum bagi pelaku (kemudahan
menyuap oknum pejabat). Pengawasan, kegiatan sidak dilapangan dan
penindakan secara tegas secara konsisten harus dilakuakn agar tindakan
kecurangan dapat teratasi. Selain itu, peran aktif masyarakat serta kesadaran
akan pentingnya hidup sehat sangat dibutuhkan saat ini agara rantai kejahatan
yang dapat merugika nkonsumen dapat terputus.
3. Selisih harga daging sapi dengan daging babi!
Jawab: harga daging sapi beberapa waktu lalu mengalami peningkatan
signifikan hingga Rp 100.000.00 per kg namun sekarang telah turun menjadi
Rp 75.000,00 per kg sebangkan harga daging babi terkini perkg adalan Rp
38.000,00 – 40.000,00.
4. a. Apakah ada pemalsuan daging kambing atau domba ?
jawab: kemungkinan ada, namun presentasinya kecil sebab danging
kambing maupun damba memiliki bau yang khas, selain itu persediaan
15
daging segar komoditas ini masih tercukupi. Arah pemalsuan yang
mudah umtuk dilakukan yaitu pada proses pengolahan.
b. Produk dendeng dan abon seperti yang dikemukakan, kenapa bisa mendapat
surat ijin serta label halal ?
jawab: Pada awalnya produk yang dibuat diajukan ke dinas terkait untuk
mendapatkan no registrasi sehingga dapat dijual sampai masuk ke toko-
toko swalayan. Selanjutnya karena terdapat peluang untuk melakukan
tindak pemalsuan produk maka dimanfaatkanlah lisensi produk
sebelumnya guna menutupi tindak kecurangan tersebut. Namun ada pula
yang sengaja melakukan kecurangan dengan sengaja membubuhkan lisensi
Halal pada produk buatannya, dengan tujuan mengelabuhi konsumen
sehingga mengira produk tersebut telah halal. UU no 18 tahun 2009
menyebutkan bahwa kegiatan ini melanggar pasal 58 dan akan dikenai
sanksi administratif serta denda sesuai pasal 85. UU no 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen ancaman penjara selama 1 tahun atau
denda sebesar Rp 120 juta.
5. Adakah cara memalsukan daging sapi selain dengan cara merendam daging
babi ke dalam darah sapi ?
Jawab: pemalsuan dapat dilakukan salah satunya dengan penambahan pewarna
kimia seperti Rhodamin B atau di baurkan dengan daging sapi sehingga tak
terlihat nyata perbedaan kalau terdapat daging selain daging sapi.
16