23
REVISI TUGAS MAKALAH PERUNDANG-UNDANGAN KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN “Pemalsuan Daging Sapi” Di Susun Oleh: 1. Endah Dwi Jayanti H 0509027 2. Fernandy Dwi Satria H 0509031 3. Ilham Cendikia H 0509033 JURUSAN PETERNAKAN 1

tugas makalahperUU

  • Upload
    ugi

  • View
    203

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: tugas makalahperUU

REVISI

TUGAS MAKALAH

PERUNDANG-UNDANGAN KEBIJAKAN DAN

PEMBANGUNAN PETERNAKAN

“Pemalsuan Daging Sapi”

Di Susun Oleh:

1. Endah Dwi Jayanti H 0509027

2. Fernandy Dwi Satria H 0509031

3. Ilham Cendikia H 0509033

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

1

Page 2: tugas makalahperUU

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan asal hewan dari hari ke hari terus bertambah

seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap manfaat gizi bagi kehidupan

manusia. Peranan protein hewani terutama daging cukup penting dalam rangka

mencapai standar kelayakan gizi. Perubahan pola konsumsi serta selera

masyarakat, menyebabkan kebutuhan bahan pangan hewani sebagai kebutuhan

primer yang harus dipenuhi untuk hidup cerdas, sehat, kreatif dan produktif

sehingga peningkatan konsumsi protein hewani tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Seiring dengan perkembangan tersebut keamanan pangan asal hewan

juga tidak lepas dari perhatian konsumen. Keamanan pangan didefinisikan sebagai

kondisi dan upaya yang diperlukan untuk pencegahan pangan dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia dan bahan lain yang dapat menganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2004). Pemerintah dalam merealisasikan penyediaan daging yang aman

menetapkan sebagai daging ASUH (aman,sehat,utuh dan halal). Aman berarti

daging daging tidak mengandung bahaya yang dapat menimbulkan penyakit dan

mengganggu kesehatan manusia. Sehat berarti daging memiliki zat-zat yang

berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Utuh berarti daging tidak

dikurangi atau dicampur dengan bagian lain hewan tersebut ataupun bagian dari

hewan lain. Halal berarti hewan dipotong dan ditangani sesuai syariat agama

islam, selain itu pangan yang halal diartikan sebagai bahan pangan yang tidak

mengandung bahan haram.

Seiring dengan permintaan yang meningkat, maka wajar jika harga-

harga kebutuhan pokok melonjak jauh, sebagai contoh di bulan Ramadhan terlihat

sekali betapa konsumtifnya masyarakat kita. Terutama untuk membelanjakan

bahan kebutuhan pokok (pangan). Kenyataan di lapangan walaupun harga

kebutuhan pokok naik ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk

membeli. Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pokok terutama pangan

2

2

Page 3: tugas makalahperUU

terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab

untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar secara instan. Salah satunya

adalah menjual bahan pangan asal hewan yang tidak sehat dan tidak aman.

Hampir setiap Ramadhan datang kita dihadapkan pada temuan seperti penjualan

daging sapi “glonggongan” ataupun pemalsuan daging sapi yang dicampur atau

digantikan daging babi.

3

Page 4: tugas makalahperUU

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemalsuan antara daging babi dan sapi

Banyaknya permintaan daging sapi menyebabkan para pedagang yang

melakukan kecurangan, misalnya saja saat-saat menjelang lebaran, begitu

banyak daging sapi oplos daging babi karena para pedagang menginginkan

keuntungan yang berlebih tanpa memikirkan para pembeli, sehingga para

pembeli harus benar-benar jeli dalam memilih dan membedakan mana yang

daging babi dan mana yang sapi. Daging oplosan umumnya muncul dan

diperdagangkan di pasar tradisional, di luar kios resmi penjualan dengan harga

lebih murah.

Ada beberapa perbedaan mendasar antara daging babi dan sapi.

Menurut Dr. Ir. Joko Hermanianto (ahli daging di Dep. Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fateta, IPB), secara kasat mata ada lima aspek yang terlihat berbeda

antara daging babi dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan

tekstur.

1. Warna

Daging babi memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi

(Gambar 1), warna daging babi mendekati warna daging ayam. Namun

perbedaan ini tak dapat dijadikan pegangan, karena warna pada daging

babi oplosan biasanya dikamuflase dengan pelumuran darah sapi, walau

kamuflase in dapat dihilangkan dengan perendaman dengan air. Selain itu,

ada bagian tertentu dari daging babi yang warnanya mirip sekali dengan

daging sapi sehingga sangat sulit membedakannya.

4

4

Page 5: tugas makalahperUU

2. Serat Daging

Terlihat perbedaan serat daging yang jelas antara kedua daging.

Serat-serat daging sapi tampak padat dan garis-garis serat terlihat jelas.

Sedangkan pada daging babi, serat-seratnya terlihat samar dan sangat

renggang. Perbedaan ini semakin jelas ketika kedua daging direnggangkan

bersama (Gambar 2).

3. Penampakan Lemak

Perbedaan terdapat pada tingkat keelastisannya. Daging babi

memiliki tekstur lemak yang lebih elastis sementara lemak sapi lebih kaku

dan berbentuk. Selain itu lemak pada babi sangat basah dan sulit dilepas

dari dagingnya sementara lemak daging agak kering dan tampak berserat

(Gambar 3). Namun kita harus hati-hati pula bahwa pada bagian tertentu

seperti ginjal, penampakkan lemak babi hampir mirip dengan lemak sapi.

5

Page 6: tugas makalahperUU

4. Tekstur

Daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding

dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan (Gambar 4).

Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika kita memegangnya pun sudah

terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena terasa sekali daging

babi sangat kenyal dan mudah diregangkan (elastis). Sementara daging

sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan.

5. Aroma

Terdapat sedikit perbedaan antara keduanya. Daging babi memiliki

aroma khas tersendiri, sementara aroma daging sapi adalah anyir seperti

6

Page 7: tugas makalahperUU

yang telah kita ketahui. Segi bau inilah yang -menurut pak Joko-

sebenarnya senjata paling ampuh untuk membedakan antar kedua daging

ini. Karena walaupun warna telah dikamuflase dan dicampur antar

keduanya, namun aroma kedua daging ini tetap dapat dibedakan.

Sayangnya kemampuan membedakan melalui aromanya ini membutuhkan

latihan yang berulang-ulang karena memang perbedaannya tidak terlalu

signifikan.

B. Contoh Kasus Pemalsuan Daging Sapi

Dendeng sapi diisi dengan daging babi, dan pemalsuan abon sapi yang

ternyata daging babi yang dijadikan abon. Contoh kasus : kasus- kasus seperti

ini marak ketika menjelang hari raya Idul Fitri Atau saat Bulan Ramadhan.

WONOSARI - Hasil inspeksi mendadak (sidak) dinas Peternakan Gunung

kidul kemarin (27/7) menemukan daging sapi yang diduga bercampur daging

babi. Selain itu, ditemukan sekitar dua kilogram daging sapi busuk dan tidak

layak konsumsi namun tetap dijual. Sidak tersebut menyasar ke sejumlah pasar

meliputi Argosari Wonosari, Pasar Playen, dan Pasar Karangmojo. Karena

tindakan yang dilakukan petugas ini sifatnya mendadak, tidak ada

pemberitahuan sebelumnya. Tidak mengherankan, sidak usai sahur itu

membuat pedagang gugup bahkan menutup-nutupi kualitas daging siap jual.

Pemerintah berharap masyarakat tidak tertipu membeli daging yang

telah rusak, Yudi menjelaskan ciri-ciri daging yang baik. Diantaranya,

dagingnya tidak berair, berwarna merah segar, serabutnya halus, memiliki

aroma daging yang khas, lemaknya sedikit, serta cara penjualannya digantung.

"Kalau daging gelonggongan penjual tidak berani menggantung dagingnya,

karena kandungan airnya banyak," ujar Yudi Broto. Selain itu, Yudi juga

menghimbau agar masyarakat membeli daging di kios resmi yang terjamin

kualitas dagingnya. Selain itu juga rawan adanya pemalsuan daging sapi

dengan daging babi yang harganya jauh lebih murah, yaknis sekitar Rp 50 ribu

per kilogramnya.

"Banyak masyarakat yang tertipu daging sapi dengan daging babi.

Untuk itu, harus teliti membeli daging. Kios yang baik itu memiliki kamar

7

Page 8: tugas makalahperUU

daging untuk menjaga kualitasnya tetap terjaga," pungkas Yudi. Seperti

diberitakan sebelumnya, Dinas Pertanian Kota Malang melalui bidang

peternakan menggelar inspeksi mendadak (sidak) pada puluhan penjual daging

sapi, daging ayam, dan telur ayam. Hal itu dilakukan untuk mengetahui

kualitas daging yang dijual di pasaran. Bahkan petugas Dinas Pertanian juga

mengambil sejumlah sample untuk diteliti di laboratorium guna mengetahui

kondisi daging yang dijual di pasaran.

Pemalsuan makanan dendeng sapi diisi dengan daging babi.  Sungguh

tak mudah bagi konsumen di tanah air untuk memilih makanan yang baik dan

berkualitas , mengingat banyaknya produsen makanan nakal yang tak jujur.

Karena ingin mendapatkan laba tinggi dan cepat laku, makanan yang tak

memenuhi standar dikemas sedemikian rupa sehingga kelihatan layak. Dan

yang lebih menguatirkan, kandungan yang jelas haram bagi umat islam

disesatkan informasinya dan diberi label halal (labelnya juga palsu). Seperti

penjelasan pers Badan POM Senin 1 Juni 2009. Kepala Badan POM dr.

Husniah Rubiana Thamrin Akib, mengumumkan kepada wartawan bahwa

Badan POM telah melakukan sampling lanjutan atas 34 produk olahan daging

yang terdiri atas 14 dendeng sapi dan 20 abon sapi. Ternyata Empat dendeng

positif mengandung DNA babi. Ternyata, produk dabadisa (daging babi

disebut sapi) ini tidak hanya dijual dipasar-pasar tradisionil, tapi juga di retail

modern seperti Carefour di Bandung. Uniknya, semua dendeng tersebut

memiliki nomor pendaftaran dari dinas kesehatan dan mencantumkan logo halal

tanpa sertifikasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Keempat produk tersebut

ialah Dendeng Sapi Dua Daun Cabe Kwalitet Istimewa (200 gram), Dendeng

Sapi Brenggolo Kwalitet Istimewa (200 gram), Dendeng Sapi Brenggolo

Kwalitet Istimewa-Giling (200 gram) dan Dendeng/Abon Sapi Spesial Produk

Dua Dinar  (80 gram). Dendeng Dua Dinar dibuat UD Bahagia Bagyo di

Sleman, Yogyakarta. Dendeng Brenggolo dibuat di Solo. 

Selanjutnya Ka. Badan POM mengatakan, untuk melindungi masyarakat dari

mengonsumsi produk yang bisa merugikan masyarakat muslim, pihaknya sudah

memerintahkan Balai Pengawas Obat dan Makanan di seluruh Indonesia untuk

8

Page 9: tugas makalahperUU

menarik dan memusnahkan produk olahan daging dengan merek tersebut.

(apotekputer.com)

C. Pelanggaran UU perlindungan konsumen

Tindakan produsen yang sudah memalsukan daging tersebut jelas

telah melanggar Undang-undang (UU) Perlindungan Konsumen Tahun 1999.

Para produsen telah membohongi seluruh konsumen yang sudah membeli di

produsen tersebut. Bahkan pelaku telah melanggar 3 UU sekaligus, yaitu UU

perlindungan konsumen pasal 61, pasal 62, dan pasal 63, yaitu tentang

standardisasi produk yang dilegalkan. Selain itu, kasus tersebut pun jelas

merupakan tindak pidana, sebagaimana yang diatur dalam KUHP pasal 378

tentang penipuan. Ini jelas penipuan, karena ada label halal pada kemasannya,

sementara isinya mengandung daging babi. Banyaknya kasus penipuan seperti

ini menunjukkan masih lemahnya UU perlindungan konsumen. Untuk

mengantisipasinya perlu dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(BPKN) di setiap wilayah. Saat ini BPKN hanya ada di Jakarta. BPKN

sebenarnya adalah wadah yang menghimpun berbagai instansi yang

berhubungan dengan masalah perlindungan konsumen.

Keamanan pangan juga merupakan bagian penting dalam Undang-

Undang Pangan No 7 tahun 1996. Di samping itu juga telah ada Undang-

Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang dapat menjadi

landasan hukum bagi pemberdayaan dan perlindungan konsumen dalam

memperoleh haknya atas pangan yang aman. Undang-undang mengenai

perlindungan konsumen diatur dalam UU No. 8 tahun 1999,selain pasal 61,

pasal 62, dan pasal 63 ada lagi diantaranya adalah:

1. Bab II : Asas dan tujuan

Pasal 3 bagian D : menciptakan system perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta

akses untuk mendapatkan informasi.

2. Bab III : Hak dan Kewajiban

9

Page 10: tugas makalahperUU

Pasal 4 hak konsumen : bagian A : hak atas kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.

3. Bab VI : Tanggung jawab pelaku usaha

Pasal 19 : Bagian 1 : pelaku usaha bertanggung jawab memberikan

ganti rugi atas kerusakan ,pencemaran, dan / atau kerugian konsumen

akibat mengkonsumsi barang dan / atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan. Bagian 2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan / atau

jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan / atau

pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –

undangan yang berlaku. Bagian 3 : pemberian ganti rugi sebagaiman

dimaksud pada ayat ( 1) dab ayat (2) tidak menghapus kemungkinan

adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai

adanya unsure kesalahan.

4. Bab VII : Pembinaan dan pengawasan

Pasal 29 : Bagian 1 : pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan

penyelengaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak

konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiaban konsumen

dan pelaku usaha. Bagian 2 : Pembinaan oleh pemerintah atas

penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1 ) dilaksanakan oleh mentri dan / atau mentri teknis terkait.

D. Kebijakan Pemerintah Tentang Pemalsuan Daging Sapi

Pemalsuan daging sapi melanggar undang-undang no.18 tahun 2009

tentang peternakan dan kesehatan hewan dijelaskan pada :

1. Pasal 3

Melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman yang dapat mengganggu

kesehatan atau kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.

2. Pasal 56

10

Page 11: tugas makalahperUU

“Kesehatan masyarakat veteriner merupakan penyelenggaraan

kesehatan hewan dalam bentuk:

a. pengendalian dan penanggulangan zoonosis;

b. penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan produk

hewan;

c. penjaminan higiene dan sanitasi;

d. pengembangan kedokteran perbandingan; dan

e. penanganan bencana.”

3. Pasal 58

a. Dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan

halal, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi,

sertifikasi, dan registrasi produk hewan.

b. Pengawasan dan pemeriksaan produk hewan berturut-turut dilakukan

di tempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan

pengumpulan, pada waktu dalam keadaan segar, sebelum pengawetan,

dan pada waktu peredaran setelah pengawetan.

c. Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan dilakukan

terhadap produk hewan yang diproduksi di dan/ atau dimasukkan ke

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan

dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

d. Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai

sertifikat veteriner dan sertifikat halal.

e. Pasal 64

Pemerintah dan pemerintah daerah mengantisipasi ancaman

terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh hewan dan/atau

perubahan lingkungan sebagai dampak bencana alam yang memerlukan

kesiagaan dan cara penanggulangan terhadap zoonosis, masalah higiene

dan sanitasi lingkungan.

11

Page 12: tugas makalahperUU

E. Sanksi terhadap pelanggaran terhadap pedagang yang memalsukan

daging

Ancaman penjara selama 1 tahun atau denda sebesar Rp 120 juta jika

melanggar Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen No 8/1999.

Melanggar pasal 58 undang-undang No. 18 Tahun 2009 adalah mendapatkan

sanksi adminiftratif dan denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta

rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sanksi

administratif tersebut berupa :

a. peringatan secara tertulis;

b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;

c. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan

mesin, atau produk hewan dari peredaran; pencabutan izin; atau

pengenaan denda.

12

Page 13: tugas makalahperUU

BAB III

KESIMPULAN

Pemalsuan daging sapi biasanya marak ketika menjelang hari raya Idul

Fitri, Bulan Ramadhan Atau saat hari besar lainnya. Tingginya permintaan,

kelangkaan daging di pasar juga dapat memunculkan tindak kecurangan seperti

pemalsuan daging. Perlunya pengetahuan mengenai perbedaan antara daging babi

dan sapi yaitu warna, serat daging, tipe lemak, aroma dan tekstur.

Tindakan produsen yang sudah memalsukan daging melanggar Undang-

undang Perlindungan Konsumen Tahun 1999 yaitu pasal 61, pasal 62, dan pasal

63, yaitu tentang standardisasi produk yang dilegalkan. undang-undang no.18

tahun 2009 pasal 3, 56, 58, 64. Sanksi bagi pelaku yang terbukti berupa sanksi

administratif maupun pidana. Ancaman penjara selama 1 tahun atau denda sebesar

Rp 120 juta jika melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8/1999.

Undang-undang No. 18 Tahun 2009 pasal 58 menyatakan sanksi administratif

dan denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sanksi administratif tersebut berupa :

d. peringatan secara tertulis;

e. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;

f. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat dan

mesin, atau produk hewan dari peredaran; pencabutan izin; atau

pengenaan denda.

13

13

Page 14: tugas makalahperUU

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.http://www.radarjogja.co.id/kulon-pr...ging-babi.html. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB

Anonim.2012.http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=153&Itemid=51 Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.11 WIB

Anonim.2012.http://indonesiancommunity.multiply.com/notes/item/280?&show_interstitial=1&u=%2Fnotes%2Fitem. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB

Anonim.2012.http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012_027/142308/Warga_Kota_Malang_Dihimbau_Waspada_Daging_Rusak. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB

Disnak. 2012. http://disnak.pamekasankab.go.id/index.php/info-teknologi-peternakan/152-jenis-jenis-penyimpangan-pada-daging. Di akses pada hari rabu 7 november 2012 pukul 20.10 WIB

Siamsul B., S.Yulvian.,dan Indraningsih. 2005. Beberapa Faktor yang mempengaruhi keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Bogor

Undang-undang no. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Undang –undang no. 8 1999 tentang perlindungan konsumen.

14

Page 15: tugas makalahperUU

Pertanyaan

1. Pemalsuan selain daging sapi ?

Jawab: Contoh pemalsuan selain daging sapi yang mudah kita jumpai seperti

penjual sate kelinci di tempat wisata sarangan atau tawangmangu, beberapa

pedagang yang curang memanfaatkan daging ayam untuk menggantikan

daging kelinci, sedangkan mereka memasang nama dagangan mereka dengan

sate daging kelinci, ini termasuk pemalsuan langsung hingga produk siap saji.

Pemalsuan yang dilakukan memang tidak sampai pada tahap merugikan

kesehatan konsumen, namun hanya sampai kepada penipuan isi produk yang

dijual.

2. Kasus pemalsuan daging masihkah berpeluang muncul kembali ?

Jawab: kemungkinan masih ada ini didasari dengan kondisi pasar tak stabil,

harga daging tinggi (sehingga permintan tinggi), kurangnya pengawasan oleh

lembaga terkait, masih lemah penegakan hukum bagi pelaku (kemudahan

menyuap oknum pejabat). Pengawasan, kegiatan sidak dilapangan dan

penindakan secara tegas secara konsisten harus dilakuakn agar tindakan

kecurangan dapat teratasi. Selain itu, peran aktif masyarakat serta kesadaran

akan pentingnya hidup sehat sangat dibutuhkan saat ini agara rantai kejahatan

yang dapat merugika nkonsumen dapat terputus.

3. Selisih harga daging sapi dengan daging babi!

Jawab: harga daging sapi beberapa waktu lalu mengalami peningkatan

signifikan hingga Rp 100.000.00 per kg namun sekarang telah turun menjadi

Rp 75.000,00 per kg sebangkan harga daging babi terkini perkg adalan Rp

38.000,00 – 40.000,00.

4. a. Apakah ada pemalsuan daging kambing atau domba ?

jawab: kemungkinan ada, namun presentasinya kecil sebab danging

kambing maupun damba memiliki bau yang khas, selain itu persediaan

15

Page 16: tugas makalahperUU

daging segar komoditas ini masih tercukupi. Arah pemalsuan yang

mudah umtuk dilakukan yaitu pada proses pengolahan.

b. Produk dendeng dan abon seperti yang dikemukakan, kenapa bisa mendapat

surat ijin serta label halal ?

jawab: Pada awalnya produk yang dibuat diajukan ke dinas terkait untuk

mendapatkan no registrasi sehingga dapat dijual sampai masuk ke toko-

toko swalayan. Selanjutnya karena terdapat peluang untuk melakukan

tindak pemalsuan produk maka dimanfaatkanlah lisensi produk

sebelumnya guna menutupi tindak kecurangan tersebut. Namun ada pula

yang sengaja melakukan kecurangan dengan sengaja membubuhkan lisensi

Halal pada produk buatannya, dengan tujuan mengelabuhi konsumen

sehingga mengira produk tersebut telah halal. UU no 18 tahun 2009

menyebutkan bahwa kegiatan ini melanggar pasal 58 dan akan dikenai

sanksi administratif serta denda sesuai pasal 85. UU no 8 tahun 1999

tentang perlindungan konsumen ancaman penjara selama 1 tahun atau

denda sebesar Rp 120 juta.

5. Adakah cara memalsukan daging sapi selain dengan cara merendam daging

babi ke dalam darah sapi ?

Jawab: pemalsuan dapat dilakukan salah satunya dengan penambahan pewarna

kimia seperti Rhodamin B atau di baurkan dengan daging sapi sehingga tak

terlihat nyata perbedaan kalau terdapat daging selain daging sapi.

16