TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Guru sebagai pendidik yang berhubungan langsung dengan anak didik, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan serta menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pengajaran matematika di sekolahsekolah diantaranya perubahan dan pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, melengkapi sarana prasarana. Usaha ini tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh lingkungan sekolah, seperti guru pada mata pelajaran bersangkutan, sebab guru merupakan komponen yang sangat berperan dalam pelaksanaan proses beajar mengajar. Pengamatan dan wawancara yang dilakukan selama pra-survei di MTsN Sijunjung didapati informasi antara lain : TABEL 1. Nilai Ujian Nasional matematika siswa MTsN Sijunjung Tahun Pelajaran 2006/2007

NO 1 2 3

Tahun Pelajaran 2004/2005 2005/2006 2006/2007

Rata-Rata 4.78 4.68 4.21

Nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) mata pelajaran matematika 6,4. Dari data ini terlihat nilai rata-rata dibawah (SKM). Hal senada juga dikemukakan oleh hasil penelitian Hamdi dan Festiyet (2001) yang

menyimpulkan bahwa 75% menyatakan bahwa matematika itu sulit, hal serupa juga diungkapkan guru mata pelajaran matematika. Kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran, akibatnya makna dan konsep matematika itu tidak jelas dan hasil belajar cendrung rendah Banyak dijumpai siswa yang tidak tekun dalam mempelajari matematika, sehingga hasil yang diperoleh saat ujian tidak memuaskan. Hal sebaliknya juga banyak ditemui siswa yang tekun dan serius dalam belajar. Namun masih tidak dapat menjawab soal dengan benar, siswa ini yang telah yakin menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk menyelesaikan permasalahan, namun kenyataannya jawaban yang mereka berikan tetap salah. Kesulitan yang dialami siswa kelompok ini sering disebut dengan kesalahan konsepsi atau yang lebih dikenal dengan miskonsepsi (kesalahan konsep) B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar siswa 2. Adanya kesalahan konsep-konsep yang harus dikuasai siswa atau miskonsepsi siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi bidang studi tertentu terutama matematika. C. PEMBATASAN MASALAH Mengingat keterbatasan waktu, dana dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar terpusatnya penelitian ini maka masalah yang diteliti yaitu : 1. Dilakukan pada mata pelajaran matematika SLTP pada bidang bangun datar, khususnya lingkaran 2. Data miskonsepsi diperoleh dari hasil tes diaknostik terhadap konsep-konsep yang harus dikuasai siswa pada pokok bahasan bangun datar.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : sejauh mata tingkat miskonsepsi siswa MTsN Sijunjung dalam bidang bangun datar? E. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka hipotesis penelitiannya adalah pada konsep apa saja terjadi miskonsepsi siwadalam mata pelajaran matematika khususnya pada bangun datar? F. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian itu untuk mengungkapkan miskonsepsi siswa melalui tes diagnostik dan mengidentifikasi miskonsepsi pada bangun datar di kelas IX MTsN Sijunjung G. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Pengalaman, bekal dan pengetahuan bagi matematika dimasa mendatang 2. Sebagai masukan bagi guru-guru matematika pada umumnya, guru MTsN Sijunjung pada khususnya dalam memilih strategi pembelajaran hingga siswa tertarik terhadap mata pelajaran matematika penelitian dalam mengajar

BAB IIKERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang belajar dan pembelajaran Proses belajar dan pembelajaran merupakan rangkaian peristiwa yang kompleks dan saling berkaitan. Peristiwa tersebut terjalin komunikasi timbal balik (interaksi) antar guru sebagai pengajar dan murid sebagi pelajar. Secara umum belajar dapat ditarik sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Hal serupa juga dilakukan oleh Hamalik (2004:40) sebagai berikut : belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Proses dalam hal ini merupakan kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan. Dan memberikan karakteristik terhadap belajar mengajar itu sendiri 2. Konsep Matematika suatu mata pelajaran yang sarat akan konsep-konsep. Konsep-konsep dalam matematika ini merupakan konsep yang saling berkaitan dan berjenjang dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang kompleks. Konsep merupakan suatu hal yang mendasar dalam materi pelajaran. Segala (2003:71) mengatakan bahwa konsep merupakan pikiran suatu kelompok yang dinyatakan dalam definisi hingga jadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep yang mengalami perubahan yang sesuai fakta, pengetahuan baru dan konsep ini untuk menunjukkan serta mengkomunikasikan. Sesuatu hal ini sependapat dengan apa yang dikemukakan Berq (1991:8), menyatakan bahwa konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi dan memungkinkan manusia berfikir 3. Miskonsepsi

Miskonsepsi atau konsepsi merupakan suatu pemahaman yang tidak sesuai dengan pengertian imiah atau pengertian yang diterima oleh pakar bidang itu. Bnetuk konsepsi merupakan pengetahuan awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan yang intritif atau pandanagn yang naif dan mendifinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Foulel (suparno 2005) menjelaskan dengan rinci mengenai

miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebgai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan yang hararkis konsep-konsep yang tidak benar, jadi miskonsepsi matematika tau konsep alternative adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep para ahli matematika. Miskonsepsi matematika dapat terjadi pada semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, misalnya dalam memahami sebuah konsep pada bangun datar, bila terdapat kesalahan konsep maka akan terjadi kesalahan dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. a. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Miskonsepsi dapat terjadi akibat proses pengembangannya aktif dari setiap individu. Apabila informasi yang diperoleh kurang lengkap, ditafsirkan berbeda atau diartikan bermacam-macam dari yang seharusnya, maka kemungkinan siswa akan memberikan arti yang berbeda. Siswa yang mempunyai miskonsepsi akan melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah atau soal. Kesalahan ini dapat terjadi karena siswa menggunakan konsep yang tidak benar. Soparno (2005:29) mengelompokkan penyebab terjadinya miskonsepsi menjadi 5 kelompok, yaitu : siwa, guru, buku teks, konteks, dan metode pengajaran.

b. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Berg (1991) mengemukakan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi siswa, antara lain: 1. Mendeteksi pra-konsepsi siswa pra-konsepsi siswadapat diketahui dengan menggunakan tes diaknostik, pengamatan kegiatan-kegiatan siswa secara langsung dan dari pengalaman guru. 2. Merancang pengalaman belajar yang bertolak dari pra-konsepsi tersebut dan mengoreksi bagian konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah dengan memberikan pengalaman belajar menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam 3. Memberikan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru. 4. Tes Diagnostik Tes diagnotik merupakan tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik (Sudijo:2001). Sasaran utama tes diagnostik adalah untuk menentukan kekeliruan-kekeliruan atau salah konsepsi (miskonsepsi) dan kesalahan proses instrument avaluasi jenis ini dititik beratkan pada bahasan tertentu yang telah dipandang siswa mendapatkan kesulitan. a. Ciri-Ciri Tes Diagnostik Tes diagnostik ini berbeda dari jenis lainnya. Tes diagnostik ini dibuat sacara khusus untuk mendiagnosa hasil belajar siswa. Silverius (1991:154) menyatakan ciri-ciri khusus tes diagnostik adalah sebagai berikut : 1. 2. Butir soalnya dibuat secar khusus. Setiap butia soal tek dagnotik belajar Harus dapat dianalisis. Hasil analisis tiap butir soal itu harus dapat memberikan petunjuk tentang letak kesulitan belajar siswa. 3. Tiap butir pengecoh (distraktor) dalam setiap soal berfunsi diagnostik, tiap butirPengecoh dirumuskan dengan mengikuti jalan yang mungkin dipakai siswa untuk menemukan suatu jawaban yang salah. 4. Hasil diagnostik tidak merupakan ukuran kemampuan siswa.oleh karena itu fungsinya untuk mendiagnosa kesulitan beajar siswa, maka tes diagnostik tidak diskor. Perhatian utama dalam dalam pemeriksaan hasil

tesdiagnosti adalah pada jawaban-jawaban yang, untuk kemudian dianalisis dan ditafsirkan. 5. Penekanan tes diagnostik adalah pada proses belajar, bukan padahasil belajar (process oriented dan bukan produk oriented). Melalui tes bagaimana proses belaajr dialami atau dilalui siswa diagnostik dikaji dalam belajar 6. Tujuan dalam tes diagnostik belajar adalah membantu guru dalam meningkatkan efesiensi mengajar di kelas. b. Sifat Tes Diagnostik Belajar Tes diagnostik belajar ini bersifat rasional. Alasan yang melandasinya sebagai berikut : 1. Proses belajar merupakan faktor penentu keberhasilan belajar, suatu proses yang dilakuakn dalam kegiatan belajar, baik proses berpikir, mengingat, mengapresiasikan suatu nilai,merasakan suatu rangsangan, maupun proses belajar lainnya mempengaruhi hasil belajar sesorang. 2. Tes diagnostik dimaksudkan untuk menemukan kesulitan belajar siswa sendiri mungkin. Kesulitan yang akan dipantau adalah kesulitan yang etrjadi dalam belajar, bukan dari hasil belajar. Melalui tes diagnostik ditelusuri proses mental yang berlangsung pada waktu siswa menyelesaikan suatu soal. 3. Berbeda denagn tes lainnya yang menjaring informasi yangmenjawab pertanyaan apa, tes diagnostik ini menjaring pertanyaan mengapa. c. Metode CRI (Certainty of Respons Index) Metoda certainty of respons index (CRI) digunakan untuk mengungkapkan miskonsepsi siswa. Jika derajat kepastiannya rendah (Skala CRI 0-2) ini menentukan sebuah jawaban lebih signifikan dengan kira-kira (guesswork) baik jawaban itu benar atau salah yang pasti diakibatkan kekurangan pengetahuan mereka. Jika CRI nya tinggi(3-5) responden ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi untuk sampai pada jawaban. Kalau

atau gagal dalam pembelajarannya atau setidak-tidaknya mengalami

jawaban

itu

salah

ini

menunjukkan

kesalahan

dalam

menerapkan

pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya, kesalahan dalam nenerapkan metoda atau hukum ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan data sesuai dengan apa yang saat ini terjadi di lapangan. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antar variabel yang ada. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran informasi tentang kesulitahn belajar yang dialami siswa, khususnya miskonsepsi siswa bidang matematika pada bangun datar. B. Populasi dan Sampel Populasi dan penelitian ini siwa kelas IX MTsN Sijunjung yang terdaftar pada tahun ajaran 2007/2008 yang terdistribusi kedalam kelas homogen secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik porposif random sampling dengan mengurutkan nilai Ujian Akhir Sekolah bidang matematika kelas IX MTsN Sijunjung, pemilahan kelas sampel mengambil kelas yang akhir sekolahnya tinggi dan rendah dari empat kelas. Kelas sampel yang terpilih adalah IX A untuk kelompok tinggi, dan IX C untuk kelompok rendah C. Variabel dan Data 1. Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu : variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yaitu tes diagnostik dan variabel terikat miskonsepsi matematika 2. Data Data dalam penelitian ini ada dua yaitu primer dan skunder. Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil belajar matematika siswa MTsN Sijunjung. Sekunder yaitu data tentang jumlah dan keadaan siswa yang diperoleh dari kantor tata usaha MTsN Sijunjung D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini perlu disiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, antara lain : 1. Menetapkan jadwal penelitian 2. Menentukan populasi dan sampel 3. Menyiapkan soal tes diagnostik 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini diberikan tes diagnostik pada siswa 3. Tahap Penyelesaian Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah : 1. Mengelola data dari hasil tes diagnostik 2. Mencari indeks-indeks miskonsepsi matematika siswa 3. Menarik kesimpulan data yang didapat sesuai dengan teksin analisis data yang digunakan E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes diagnostik yang dilakukan sesudah penyajian materi pelajaran. F. Teknik Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan yang dikemukakan, maka teknis analisis data ini adalah deskriptif dengan perhitungan persentase Langkah-langkah perhitungan persentase adalah : 1. menstabulasikan data kedalam tabel distribusi 2. mengelola data tersebut dengan mencari persentase dengan menggunakan Rumus : f n

P=

x 100%

Keterangan : P = Jumlah Persentase F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden 3. Melakukan analisis berdasarkan hasil pengolahan data guna mendapatkan beberapa kesimpulan yang kiranya dapat dijadikan sebagai hasil penelitian, dengan kategori miskonsepsi terjadi jika CRI > 2.5