5
Regulasi Pelarangan Ekspor Bijih Mineral Oleh Aghni Ulma Saudi 1206237694 Salah satu isi yang terdapat dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 yakni tentang larangan ekspor bahan tambang mentah secara total 100% yang hingga 2014. Namun amanat UU tersebut hingga saat ini belum dilaksanakan oleh pemagang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral. Belum ada satupun pelaku usaha dibidang tambang tersebut yang melakukan pembangunan fasilitas atau pabrik untuk mengolah atau memurnikan mineral bijih yang diambil dari lahan tambang termasuk perusahan-perusahaan asing. Pada kenyataannya dari berbagai sumber yang saya dapatkan pelaku usaha tambang malah melakukan ekspor secara besar-besaran. Untuk menanggulangi hal tersebut, Pemerintah dalam hal ini melalui Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Alam) menerbitkan Peraturan Pemerintah atau yang biasa disingkat Permen Nomor 7 Tahun 2012. Tujuan lain dikeluarkannya Permen No. 7 Tahun 2012 itu 2009 adalah untuk menjamin ketersediaan bahan baku (bijih tambang) agar diolah di dalam negeri serta mencegah kerusakan lingkungan akibat dari adanya eksploitasi secara berlebihan. Oleh karena para pelaku tambang merasa bahwa pembatasan ekspor yang terdapat dalam Permen No. 7 Tahun 2012 itu diterbitkan pada waktu yang tidak tepat, hal ini bisa

Tugas Minerba Ani.docx

  • Upload
    aghnos

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas pengmin

Citation preview

Page 1: Tugas Minerba Ani.docx

Regulasi Pelarangan Ekspor Bijih Mineral

Oleh Aghni Ulma Saudi

1206237694

Salah satu isi yang terdapat dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 yakni tentang larangan

ekspor bahan tambang mentah secara total 100% yang hingga 2014. Namun amanat UU

tersebut hingga saat ini belum dilaksanakan oleh pemagang Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Mineral. Belum ada satupun pelaku usaha dibidang tambang tersebut yang melakukan

pembangunan fasilitas atau pabrik untuk mengolah atau memurnikan mineral bijih yang

diambil dari lahan tambang termasuk perusahan-perusahaan asing. Pada kenyataannya dari

berbagai sumber yang saya dapatkan pelaku usaha tambang malah melakukan ekspor secara

besar-besaran.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Pemerintah dalam hal ini melalui Kementrian

ESDM (Energi dan Sumber Daya Alam) menerbitkan Peraturan Pemerintah atau yang biasa

disingkat Permen Nomor 7 Tahun 2012. Tujuan lain dikeluarkannya Permen No. 7 Tahun

2012 itu 2009 adalah untuk menjamin ketersediaan bahan baku (bijih tambang) agar diolah di

dalam negeri serta mencegah kerusakan lingkungan akibat dari adanya eksploitasi secara

berlebihan.

Oleh karena para pelaku tambang merasa bahwa pembatasan ekspor yang terdapat

dalam Permen No. 7 Tahun 2012 itu diterbitkan pada waktu yang tidak tepat, hal ini bisa

menyebabkan adanya penurunan pendapatan bagi perusahaan juga berdampak ke pemerintah

karena hal pajak pun akan berkurang. Pemerintah kemudian merespon hal ini dengan

mengizinkan ekspor barang mentah tambang sampai tahun 2014 hingga terdapat pabrik atau

fasilitas pengolahan barang tambang setengah jadi ataupun produk jadi. Namun demikian,

pemerintah tetap menentukan terdapat bea keluar bagi barang tambang mentah yang akan

diekspor sebesar 20 % dari total barang tambang mentah yang diekspor terhadap jenis

komoditas mineral mentah. Barang tambang mentah yang dikenakan bea keluar tersebut

berjumlah 14 jenis komoditas yakni tembaga, timah, timbal, kromium, molybdenum,

platinum, bauksit, biji besi, pasir besi, nikel, mangan, antimon, emas, perak. Bagi pengusaha

pertambangan kecil dan menengah hal ini mungkin membuat mereka merasa keberatan

karena kebanyakan alat tambang yang mereka gunakan adalah barang sewaan sehingga

Page 2: Tugas Minerba Ani.docx

keuntungan yang didapatkan akan berkurang mengingat pajakyang harus mereka bayarkan

jumlah nominalnya bertambah akan tetapi operational cost tambangnya tetap.

Selanjutnya, Pemerintah menambahkan jenis komoditas tambang yang akan diekspor

menjadi 65 komoditas dari awalnya 14 jenis komoditas juga dengan tariff rata-rata 20 % dari

total jenis barang tambang mentah yang diekspor. Komoditas yang 65 tersebut terdiri dari 21

mineral logam, 10 mineral bukan logam, dan 34 batuan. Kebijakan bea keluar ini hanya

berlaku untuk ekspor barang mentah atau biji-bijian, sedangkan untuk batu bara tidak

termasuk. Saya pun setuju dengan hal ini karena juga bertujuan untuk mengendalikan jumlah

barang tambang mentah yang diekspor sebelum tahun.

Tujuan utama memberlakukan bea keluar untuk tambang agar ekspor lebih terkontrol,

baik dari sisi ekstraksi ataupun sistem pelaporan ekspor. Mengapa dilakukan penambahan

jenis komoditas supaya tidak adanya barang tambang mentah yang lolos untuk ekspor tetapi

tidak dikenai pajak. kerana ada kesamaan bentuk ore dan raw material.

Realita dunia pengolahan tambang Indonesia banyak terdapat missing link pada salah

satu alir pengolahan mineral. Kita ambil contoh pada alir pengolahan alumunium dari hulu ke

hilir, bauksit yang ore atau bijih dari alumunium di ekspor ke luar negeri tanpa diolah terlebih

dahulu menjadi barang setengah jadi atau produk jadi. Secara umum, aliran pengolahan dari

bijih ke produk jadi logam alumunium adalah sebagai berikut.

Bauksit Alumina Alumunium

Bijih mineral bauksit Alumunium bar (produk jadi)

Page 3: Tugas Minerba Ani.docx

Teknologi yang dapat mengolah bauksit menjadi alumina belum ada di Indonesia,

padahal Indonesia mampu untuk membangun fasilitas tersebut. Indonesia memiliki fasilitas

pemurnian logam alumunium yang bisa mengolah alumina menjadi logam alumunium yakni

oleh Inalum. Akan tetapi untuk mendapatkan sumber alumina, mereka harus mengimpor dari

negara yang bisa mengolah bauksit menjadi alumina, hal ini menjadi ironis karena

sebenernya bauksit itu sendiri berasal dari Indonesia. Untungnya dengan kehadiran adanya

UU No. 4 Tahun 2009 ada sekitar 19 smelter yang akan dibangun dan pelaksanaan produksi

akan dimulai pada tahun 2014 termasuk didalamnya terdapat pabrik pengolah bauksit

menjadi alumina (pengolahan bijih menjadi produk setengah jadi).

Pelarangan ekspor mineral mentah sebenarnya sangat penting dilakukan karena

untung yang didapatkan pun jauh berbeda ketika mengekspor produk jadi atau setengah jadi

disbanding hanya mengekspor ‘tanah’. Hanya cukup disayangkan mengapa para pejabat

negara baru menyadari hal itu, padahal jika pelarangan ekspor bijih mineral mentah

dilakukan beberapa tahun sebelum ini bukan tidak mungkin negara ini bisa mendapatkan

banyak keuntungan yang juga akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.