Tugas Mitigasi Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ftr

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia hidup di dalam suatu lingkungan yang beraneka ragam, antara komponen satu dengan komponen lainnya di dalam lingkungan dan manusia itu sendiri terjalin hubungan yang komplek satu dengan yang lain yang membentuk sumberdaya yang berupa sistem makanan dan pernapasan. Hubungan timbal balik tersebut senantiasa mengarah kepada bentuk keseimbangan yang disebut keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem harus terjaga, apabila didalam lingkungan manusia terjadi sesuatu yang mengancam eksistensi manusia yang disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, maka terjadilah apa yang dinamakan pencemaran lingkungan hidup. Salah satu pencemaran lingkungan hidup adalah banjir, dimana banjir timbul sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari aktivitas manusia (karena pembuangan sampah ke sungai atau karena penebangan hutan yang tidak terkontrol atau pemanfaatan tata ruang yang salah).Dalam hukum ekologi, setiap gangguan keseimbangan ekosistem akan selalu mengarah kepada proses keseimbangan kembali. Lingkungan manusia akan selalu melakukan tindakan penyesuaian yang dinamakan adaptasi, apabila banjir terjadi dalam kondisi yang lama maka masyarakat akan terbiasa dalam suasana banjir, daya tahan masyarakat menjadi bertambah, ketrampilan menjadi meningkat dalam suasana banjir air tersebut, bahkan mungkin dengan lamanya banjir masyarakat dapat mengelola lingkungannya dengan baik dan dapat memperoleh sumber penghidupan baru untuk kebutuhan sehari-hari (pengojek motor berubah status menjadi tukang perahu, petani sawah menjadi petani keramba ikan dll). Masyarakat yang tidak tahan banjir akan berpindah tempat pada suatu lingkungan baru yang tidak banjir, tetapi problema utama banjir adalah bahwa banjir itu pada umumnya tidak permanen. Banjir itu datangnya tidak terduga dan surutnyapun juga sering tidak bisa diramalkan oleh masyarakat sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan.

Banjir merupakan permasalahan yang kompleks, dimana unitnya adalah keragaman. Oleh karena itu, keragaman yang begitu besar tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Dalam hal ini, teori sistem mempernyatakan bahwa kesisteman adalah suatu meta konsep atau meta disiplin, dimana formalitas dan proses keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dengan berhasil (Gigh, 1993; Carnavayal,1992) di dalam Eriyatno (1999).Banjir adalah terjadinya genangan air dalam jumlah besar yang biasanya disebabkan oleh meluapnya air sungai karena debit air yang melebihi daya tampungnya. Fenomena alam ini cukup sering terjadi di Indonesia, banjir melanda hampir di setiap musim penghujan. Tidak hanya di kota-kota besar dengan sedikit area resapan air yang terkena banjir, di daerah pedesaan pun demikian. Banyak faktor yang menyebabkan suatu daerah terkena banjir, antara lain bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS), gradien sungai, kerapatan drainase, lereng rata-rata DAS dan penggunaan lahan. Parameter tersebut bisa digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan kerentanan potensi banjir di suatu daerah.Dampak negatif yang diakibatkan oleh banjir diantaranya adalah rusaknya sarana dan prasarana umum, putusnya jalur transportasi dan komunikasi serta hilangnya harta benda bahkan jiwa manusia. Melihat kerugian yang diakibatkan oleh banjir tidak bisa dianggap remeh, hal ini tentu membutuhkan perhatian lebih agar kehidupan yang nyaman tetap terjaga. Banjir yang terjadi di kabupaten pinrang merupakan masalah yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat pinrang adalah salah satu derah penghasil komoditas bahan pangan.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Menjelaskan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di daerah Kab. Pinrang2. Menjelaskan daerah tergenang yang ada di daerah Kab. Pinrang3. Menjelaskan luas daerah tergenang yang terdapat di daerah Kab. Pinrang

1.3 Tujuan Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui DAS yang ada di daerah Kab. Luwu Utara.2. Dapat menjelaskan daerah tergenang yang ada di daerah Kab. Pinrang3. Menjelaskan luas daerah tergenang yang terdapat di daerah Kab. Punrang.1.4 Metode PenulisanAdapun metode penulisan makalah ini adalah observasi dan studi literatur serta pengambilan data BMKG dan BNPB Kab. Pinrang.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik2.1.1 GeografisKabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak pada koordinat antara 31913 sampai 41030 Lintang Selatan dan 1192630 sampai 1194720Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut.Kabupaten Pinrang berada 180 Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas 1.961,77 Km2, terdiri dari tiga dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah, laut dan dataran tinggi. Kabupaten Pinrang secara administratif pemerintahan terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan, 39 Kelurahan dan 65 Desa yang meliputi 96 Lingkungan dan 181 Dusun. Sebagian besar dari wilayah kecamatan merupakan daerah pesisir yang memiliki luas 1.457,19 Km2 atau 74,27% dari luas keseluruhan Wilayah Kabupaten Pinrang dengan panjang garis pantai 101 Km.Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar serta Kabupaten PolewaliMandar. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

Peta PETA ORIENTASI KAB.PINRANG

Sumber : RTRW Kab.Pinrang 2011-2031

2.1.2 AdministratifGambaran administrasi pemerintahan di Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dan Gambar berikut ini: Tabel Administratif Kabupaten Pinrang

NoKecamatanIbukota KecJumlahKelurahanJumlahDesaLuas Wilayah

Ha% Thd Total

1.SuppaMajenang287.4203,78

2.Mattiro SompeLangnga279.6994,94

3.LanrisangLanrisang167.3013,72

4.Mattiro BuluManarang2713.2496,75

5.Watang SawittoSawitto8-5.8973,01

6.PaleteangLalleng Bata6-3.7291,90

7TiroangMattiro Deceng5-7.7733,96

8.PatampanuaTeppo4613.6856,98

9.CempaCempa169.0304,60

10.DuampanuaLampa5929.18614,88

11.BatulappaKassa1415.8998,10

12.LembangTaddokong21273.30937,37

Jumlah3965196.177100,00

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 2010

PemerintahKabupaten Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan dengan 104 Desa/Kelurahan terdiri dari 39 kelurahan dan 65 Desa. Kecamatan Duampanua dan Lembang merupakan kecamatan dengan jumlah Kelurahan dan Desa terbanyak dengan rincian :Lembang : 2 Kelurahan 12 DesaDuampanua : 5 Kelurahan 9 DesaSedangkan Kecamatan yang jumlah desa/kelurahan terkecil yaitu Kecamatan Tiroang dan Batulappa dengan rincian :Tiroang : 5 KelurahanBatulappa : 4 Desa dan 1 Kelurahan

Peta 2.2PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PINRANG

Sumber : RTRW Kab.Pinrang 2011-2031

2.1.3 Kondisi Fisik WilayahA. Kondisi Topografi dan KelerenganKondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:- Ketinggian 0 100 m dplWilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawtito,Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa- Ketinggian 100 400 m dplWilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang.- Ketinggian 400 1000 m dplWilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi KecamatanDuampanua.- Ketinggian di atas 1000 m dplWilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan Lembang danBatulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2Ketinggian Wilayah Kabupaten PinrangNoKecamatanKetinggian Dari Permukaan Laut(M Dpl)

1Suppa2 265

2Mattiro Sompe2 12

3Lanrisang2 14

4Mattiro Bulu12 228

5Watang Sawitto6 14

6Paleteang14 157

7Tiroang13 23

8Patampanua13 86

9Cempa2 18

10Duampanua2 965

11Batulappa20 1007

12Lembang2 1908

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka , 2013

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan kemiringan lereng yang terdiri dari:1. Kemiringan 0-3 %Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawito, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.2. Kemiringan 3 8 %Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang.3. Kemiringan 8 45 %Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan Duampanua.4. Kemiringan > 45 %Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki pegunungan seperti KecamatanLembang.

Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Pinrang bervariasi dari kondisi datar hingga berbukit. Keadaan wilayah berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang

NoLerengKriteriaLuas (Ha)Presentase (%)

10 - 2Datar100.370,251,1

22 - 15Landai15.696,88,1

315 - 40Berbukit50.24625,6

4> 40Berbukit29.86415,2

Jumlah196.177100,00

Sumber : Hasil Survey Tahun 2013

B. Kondisi GeologiGeologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai berikut:1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyaikelulusan air yang bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal 1-1,50 meter.2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakht dan andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagianselatan sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan Parepare). KearahBunging terdapat batu gamping terumbu yang umumnya relative sama dengan batuan gunung api.

3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda hingga putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua.4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satua batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan membentuk morfologi bergelombang dan tebalnya kira-kira hingga400meter.5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 100 meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa danPakoro.6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu pasir bersusun andesit, berupa sesar normal.

C. Kondisi Jenis TanahJenis tanah yang terdapat di tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.4 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Pinrang NoKecamatanJenis Tanah

1SuppaAluvial Kelabu; Grumosol Kelabu; Aluvial Hidromorf; Regosol Kelabu.

2Mattiro SompeAluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Kelabu Olif

3LanrisangGrumosol Kelabu;

4Mattiro BuluRegosol Kelabu; Grumosol Kelabu; Brown Forest Soil

5Watang SawittoAluvial Kelabu; Aluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Olif; Regosol Kelabu.

6PaleteangRegosol Coklat Kelabuan; Aluvial Kelabu Olif; Aluvial Kelabu Kekuningan; Regosol Kelabu Kekuningan.

7TiroangRegosol Kelabu; Brown Forest Soil;

8PatampanuaAluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Hidromorf; Regosol Kelabu Kekuningan; Fodsolik Coklat; Aluvial Kelabu Olif; Brown Forest Soil; Fodsolik Coklat Kekuningan

9CempaAluvial Kelabu Kekuningan; Aluvial Hidromorf; Aluvial Kelabu Olif

10DuampanuaFodsolik Coklat Kekuningan; Aluvial Kelabu Kekuningan; Fodsolik Coklat; Aluvial Kelabu Olif; Aluvial Hidromorf.

11BatulappaFodsolik Coklat; Fodsolik Coklat Kekuningan.

12LembangBrown Forest Soil

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 2013

D. Kondisi KlimatologiKlasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Kriteria tipe iklim menurut Oldeman- Syarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab 1 - 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman - Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910 mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara 5,5 mm/hari sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27C dengan kelembaban udara 82% - 85%.

Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan kabupaten Pinrang, rata-rata curah hujan di Kabupaten Pinrang pada tahun 2013 sebesar 277,42 mm/bulan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 80 Mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yakni sebesar 698 Mm.Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun 2007 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5 Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang

BULANTahun

2007200820092010201120122013

Januari21510315410626475380

Pebruari19214612290242103121

Maret648898912952988

April1521082471471306390

Mei16796241155946982

Juni366315314822219234

Juli15705501435235

Agustus-322261993434

September217310980842

Oktober5241-826982955

Nopember17574669657122155

Desember22813724112939128279

Rata-Rata Per Bulan113,7397,92111,00102,42277,4296,4291,25

Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Pinrang

E. Kondisi HidrologiDi Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, Kecamatan Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap.

Tabel 2.6Daerah Aliran Sungai di Kabupaten PinrangNoNama DASLuas (Ha)Debit (M3/dtk)

1Aggalacangnge2.653,14-

2Bungi24.117,3814,77

3Galang-galang9.562,58-

4Kariango39.317,8150,16

5Massila8.628,69-

6Saddang95.820,58190

7Sibo9.515,6213,62

Sumber : RTRW Kab. Pinrang

Peta 2.2PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI KABUPATEN PINRANG

Sumber : RTRW Kab. Pinrang

Tabel 2.7Kondisi Genangan/Banjir Di Kabupaten Pinrang (Data 2013)

No.Kecamatan/Desa/KelurahanLuas(km2)Tinggi(cm)LamaGenangan(Jam)(jam)FrekwensiGenangan(per tahun)

1.Perkotaan :Kelurahan Sawitto,Jaya,Penrang,Bentengnge,Maccorawalie,Salo,Siparappe,Sipatokkong,Lbata,BS,Macinnae,Mamminasae,Temmasarangge,Pacongang,Marawi,Tiroang,MT.Deceng,Fakkie,Tadokkong,Betteng,Data,Bittoeng,Lampa,Pekkabata,Tatae,Cempa,Teppo,Benteng,Maccirinna,Tonyamang,Langa,Pallameang,Lanrisang,Manarang, Padaidi,Tellumpanua,Wt.Suppa.Wt.Kassa234,36302Rata-rata 5 kaliper tahun

2.

Perdesaan : Lero,U.Labuang,Wiringtasi,Tasiwali, Maritangngae,Wt.Pulu,Polewali,LotangSalo,Lerang,Samaulu,Mallongilongi,Ammasangang,Barang Palie,Waetuo,Massulowalie,Mattobong,Patobong,Samaenre,Mattongeng-Tongeng,Siwolong-Polong,MattiroTasi,Makkawaru,Alitta,Pananrang,Padaelo,Paakkalawa,Bunga,Marannu,Tapporang,Kas sa,Batulappa,Kaseralau,Paria,Kaliang,Katomporang,Kaballangan,Massewae,Maroneng, Bungi,Buttusawe,Tadangpalie,Salipolo,Sikkuale,Mattunru- Tunru,Tanratuo,Mangki,Mt.Ade,Leppanga n,Pincara,Padangloang,Malimpung,Sipatuo,Binangan Karaeng,Sabbangparu,Pakeng,Rajang,Le tta,Kariango,Ulusaddang,Benteng Paremba, Sali-Sali,Suppirang,Lembang Mesakada, Basseang.1727,41 40 2 5

1727,41 40 2 5 Rata-rata 3 kali per tahun (Curah HujanTingg)

Sumber : Dinas PU Kab. Pinrang, 2012

Kondisi Banjir dan Drainase Lingkungan Saat ini

Sumber: Masterplan Dainase Kab. Pinrang

BAB IIIPENUTUP