Upload
arif-munzir
View
21
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
moses
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak pagi ratusan orang dua keyakinan saling berhadap-hadapan. Satu berkeyakinan
hukum mesti ditegakkan, sementara yang lain berkeyakinan: Ini adalah tanah warisan,
tanah keramat dan penuh sejarah, mesti dipertahankan hingga tetes darah penghabisan.
Ya, sampai nyawa pun taruhannya, ini terlihat dari perlengkapan yang dibawa tiap-tiap
orang di sana. Ada tombak/bambu runcing, ada kelewang, ada golok, ada batu-batuan,
ada pula senjata api rakitan. Sementara dari pihak yang berkeyakinan hukum, mereka
bersenjata lengkap tameng nonsenjata api apalagi sajam (baca:senjata tajam), hanya
pentungan saja.
Mulai dari saling dorong hingga saling terjang. Mulai dari saling pukul sampai saling
tusuk dan tebas. Korban luka-luka berjatuhan. Semua itu anak-anak bangsa yang konon
kabarnya penuh dengan keramahtamahan, yang katanya berbudaya luhur, yang menurut
nenek moyang, bangsa ini bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
Tapi apa yang terjadi di kawasan Tanjung Priok, sangat jauh dari kabar-kabar yang
teramat mulia itu. Entah mana yang mesti dipercaya. Saat institusi pemerintah pun
terkesan kabur di mata masyarakat. Saat aparat hukum bisa dibayar, dan keadilan
menjadi benar-benar buta, tanpa daya lihat bahkan di kegelapan sekalipun. Saat sejarah
dan legenda bercampur jadi satu bak gado-gado, sehingga masyarakat pun terkesan
terdorong ke arah takhayul semata. Tak ada yang tahu pasti, apakah itu benar dan apakah
itu salah. Semua abu-abu…
[Type text]
2. Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah serta memahami pembahasannya maka penulis
dapat memberikan batasan-batasan pada :
a. Analisis kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Tanjung Priok.
b. Peran Komnas HAM dalam menyelesaikan kasus tersebut.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui dan memahami tentang kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
Tanjung Priok.
b. Mengetahui dan Memahami peran Komnas HAM dalam menyelesaikan kasus
pelanggaran HAM di Tanjung Priok.
c. Mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan perbuatan-perbuatan yang
tidak melanggar HAM melainkan menjunjung HAM.
4. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
memahami dan mengetahui tentang kasus pelanggaran HAM di Tanjung Priok.
Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan acuan didalam proses pembelajaran “Hukum dan HAM”.
[Type text]
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kasus
Kerusuhan di kawasan makam Mbah Priok, Koja, Tanjung Priok terus meluas. Kerusuhan kini tidak hanya terjadi di area makam tapi meluas di sekitar RS Koja dan sekitar terminal peti kemas. Bagaimana sebenarnya kasus ini bermula.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Pemrov DKI Cucu Ahmad Kurnia saat jumpa pers di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (14/4/2010), mengatakan, kasus bermula dari sengketa antara PT Pelindo II dengan ahli waris Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok. Sengketa tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun dan telah dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Para ahli waris mengklaim kepemilikan tanah di lokasi tersebut dengan mendasarkan pada Eigendom Verponding no 4341 dan No 1780 di lahan seluas 5, 4 Ha. Namun PN Jakarta Utara pada tanggal 5 Juni 2002 telah memutuskan tanah tersebut secara sah adalah milik PT Pelindo II. Hal ini sesuai dengan hak pengelolaan lahan (HPL) Nomor 01/Koja dengan luas 145,2 hektar.
Makam yang diyakini warga sebagai makam Mbah Priok pun sebenarnya sudah di pindahkan ke TPU Semper.
Makam Mbah Priok dipindahkan pada tanggal 21 Agustus 1997 dengan surat keputusanNo 80/-177.11 dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI. Pemprov tidak pernah akan melakukan penggusuran di area petilasan Mbah Priok yang hanya berukuran 20 meter persegi.
Tidak ada rencana menggusur makam, justru akan di renovasi, akan kita perluasmenjadi 100 meter persegi. Setelah itu kita akan daftarkan sebagai cagar budaya.
Namun upaya eksekusi lahan dan bangunan liar di kawasan makam yang merupakan lahan milik Pelindo II telah dibelokkan isunya menjadi penggusuran makam mbah Priok1.
Dari kasus kerusuhan makam Mbah Priok di Koja tercatat 130 orang menjadi korban.
Sebanyak 66 orang, warga sipil tercatat 54 orang, dan aparat kepolisian sebanyak 10
orang. Namun tidak ada korban yang meninggal dalam kerusuhan tersebut. Sebelumnya
1 .http//m.detik.com/read/2010/04/14/194712/13138476/10/asal-mula-sengketa-makam-mbah-priok-versi-pemprov-dki
[Type text]
sempat diberitakan 2 orang meninggal. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta
makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara dalam status quo dan minta proses
penggusuran dihentikan. Pemprov DKI diminta melakukan komunikasi dengan pihak-
pihak terkait serta melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Walau akhirnya kompromi didapat, perbincangan dilakukan. Duduk di meja yang sama
untuk bicara solusi yang baik. Tapi itu semua terjadi setelah ada simbah darah di sana,
setelah sesama anak bangsa menebar kebencian satu sama lain. Kompromi damai pun
digelar. Apakah mesti ada korban dulu baru akal sehat bermain? Mengapa emosi yang
mesti menjadi panglima tanpa nurani?
Kompromi yang bisa jadi jalan tengah pun seolah diragukan sejumlah pihak yang tetap
memegang teguh prinsip negara hukum. Mengapa hukum bisa dikompromikan? Di lain
pihak, hukum pun dipertanyakan: apakah benar-benar sahih atau akal-akalan semata?
Ada tuntutan Satuan Polisi Pamong Praja atau dikenal dengan Satpol PP dibubarkan,
karena aksi brutal yang sering kali mengikuti tindak tanduk mereka. Tapi, sejauh mana
bisa dijamin, bila Satpol PP dibubarkan Perda bisa ditegakkan dengan baik oleh
masyarakat? Sejauh mana bisa dipegang komitmen masyarakat umum untuk
menertibkan diri sendiri, saling peduli terhadap hak dan kewajiban sesama, saling
berjanji membuat kota ini tertib dan nyaman buat semua? Pasalnya, Satpol PP dibentuk
(berdasarkan pernyataan Gubernur) untuk menegakkan Perda yang notabene adalah
untuk kebaikan bersama. Lalu, sejauh mana kita bisa mengatur kelompok massa yang
cenderung menggunakan kekerasan atau otot dalam menuntut atau mempertahankan
sesuatu?
Namun, di lain pihak, bila Satpol PP tetap dipertahankan, sejauh mana pula pemerintah
kota bisa menertibkan perilaku mereka di lapangan? Kabar terakhir, 2 orang wakil rakyat
daerah Jakarta (DPRD) menjadi korban aksi brutal Satpol PP. Entah apa dan bagaimana
kejadian itu terjadi, tapi satu hal ini bisa menjadi PR besar buat pemerintah kota2.
Peran Komnas HAM
2. http://ndyteen.com/210/04/kasus-kerusuhan-makam-mbah-priok-di-koja.html
[Type text]
Komnas HAM akan memanggil pihak terkait baik dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
maupun dari elemen masyarakat.
Komnas HAM akan mempelajari surat keputusan pejabat pembuat kebijakan yang
memerintahkan Satpol PP melakukan eksekusi lahan di Kelurahan Koja Kecamatan
Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Isi surat keputusan tersebut, kata dia, akan dibandingkan dengan realitas di lapangan,
apakah sesuai dengan perintah dalam surat keputusan atau tidak.
Jika realitasnya tidak sesuai dengan isi surat keputusan berarti terjadi penyimpangan.
Akan kami pelajari di mana penyimpangannya.
Wakil Ketua Komnas HAM ini mengatakan, dalam konvensi internasional, pelanggaran
HAM adalah tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan dan penyelengggara
negara kepada warga negaranya.
Komnas HAM akan mempelajari sejauh mana terjadi pelanggaran HAM dan jika
pimpinan Satpol PP mengutarakan mereka melakukan eksekusi karena keputusan
pengadilan, maka seharusnya yang melaksanakan adalah petugas pengadilan3.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengumpulkan seluruh hasil penyelidikan awal
menyusul adanya dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) seperti yang dilansir
Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) terkait kerusuhan di makam
Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara. Selain dari hasil investigasi Komnas HAM, Pemprov
DKI juga menunggu hasil penyelidikan dari Tim Investigasi Palang Merah Indonesia,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Tim Pencari Fakta (TPF) Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyatakan beberapa pejabat di lingkungan
Pemerintah DKI Jakarta bertanggung jawab atas bentrokan di Tanjung Priok. Dari hasil
penyelidikan selama sebulan, Komnas HAM menemukan sejumlah bukti yang mengarah
pada pelanggaran HAM4.
3. http://m.liputan6.com/m/read/1/2/272863/berita/hukrim/class=’vidico’
4 .http://m.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/05/13/115535-pelanggaran-ham-dalam-kasus-mbah-priok-masih-dipelajari
[Type text]
Rekomendasi Komnas HAM juga menyebutkan, selain penanggung jawab utama, ada
juga penanggung jawab tingkat pelaksana di lapangan saat terjadi pembiaran bentrok
antara warga dan aparat Satuan Polisi Pamong Praja di sekitar makam Mbah Priok pada
Rabu. Dalam kejadian ini tiga anggota Satpol PP meninggal dan 167 luka berat, sedang,
dan ringan, ditambah puluhan warga juga mengalami luka ringan dan sedang.
Rekomendasi Komnas HAM juga diberikan kepada Menteri Dalam Negeri, Gamawan
Fauzi, agar menghentikan sementara pelaksanaan fungsi Satpol PP dalam penertiban
hingga reposisi Satpol PP selesai. Komnas HAM juga merekomendasikan pada
Mendagri untuk memberi penyuluhan dan pendidikan HAM berkelanjutan kepada Satpol
PP5.
Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim, mengatakan Komnas HAM akan mengirim hasil
investigasi sebagai rekomendasi kepada Gubernur DKI, Wali Kota Jakarta Utara, DPRD
DKI, DPR RI, Presiden, Menteri Dalam Negeri dan pejabat terkait lainnya. Komnas
HAM akan menunggu selama 14 hari bagi semua pihak untuk menanggapi rekomendasi
tersebut.
Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
menerima rekomendasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait
keterlibatan anak-anak dalam kasus bentrokan fisik antara massa dan aparat keamanan di
sekitar areal makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara pada 14 April lalu. Rekomendasi
KPAI akan menjadi bahan tambahan terkait pengusutan kasus tersebut yang saat ini
sedang dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI), Tim Pencari Fakta Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (TPF DPRD) DKI dan Komite Nasional Hak Azazi Manusia (Komnas
HAM)6.
2. Analisis
Bahwa pada tanggal 14 April 2010 telah terjadi kerusuhan di Komplek “Makam Mbah
Priok” Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang dikenal sebagai Kerusuhan Tanjung
Priok.
5 .http://hukum.tvone.co.id/mobile/read.php?id=38853
6 .http://gresnews.com/ch/metropolitan/cl/Komnas+HAM/id/1127943
[Type text]
Bahwa dari peristiwa tersebut terindikasi adanya dugaan pelibatan dan korban anak.
Ketentuan Perundang – Undangan :
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak7.
1. Pasal 15
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsure kekerasan; dan
e. Pelibatan dalam peperangan.
2. Pasal 16
(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir.
3. Pasal 80
(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan,
atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,00 (tujuh
puluh juta rupiah).
7 .UU No.23 Tahun 2002 tentang “Perlindungan Anak”
[Type text]
(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
4. Pasal 87
Setiap orang yang secara melawan hukum, merekrut atau memperalat anak untuk
kepentingan militer sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 atau penyalahgunaan
dalam kegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa bersenjata atau pelibatan dalam
kerusuhan sosial atau pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan
atau pelibatan dalam peperangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denada paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Beberapa analisis tentang kejadian :
1. Telah terjadi eksploitasi anak dengan melibatkan anak pada peristiwa kerusuhan
Tanjung Priok, hal tersebut dilakukan dengan cara membiarkan anak berada di
lokasi titik kerusuhan dan ada pihak-pihak yang mempersenjatai anak – anak.
2. Telah terjadi tindak kekejaman, kekerasan dan penganiayaan terhadap anak dalam
peristiwa kerusuhan Tanjung Priok serta menjadikan anak sebagai tameng sasaran
serangan (anak-anak yang dipersenjatai di barisan depan, orang dewasa justru di
belakang).
3. Satpol PP tidak berupaya melakukan perlindungan anak :
a. Membiarkan anak berada dalam titik bahaya (lokasi kerusuhan).
b. Tidak ada peringatan dini kepada anak-anak yang berada di lokasi sasaran
penertiban.
c. Tidak ada upaya mengevakuasi anak yang berada di lokasi sasaran penertiban.
[Type text]
d. Tidak ada upaya penghindaran dari Satpol PP untuk bentrok dengan anak – anak,
yang terjadi justru Satpol PP melawan anak – anak yang telah dipersenjatai.
4. Ada dugaan sekelompok orang yang berada di makam telah menghalangi proses
pertolongan terhadap anak – anak korban luka di dalam makam, sehingga anak-anak
korban kekerasan terlambat memperoleh pertolongan8.
Dengan demikian, analisis tentang kejadian Makam Mbah Priok menyimpulkan
“Telah terjadi tindak pelanggaran HAM Berat/Serius terhadap anak – anak korban
kerusuhan Tanjung Priok. Para pelaku telah melanggar ayat c pasal 15, angka (1)
pasal 16, angka (1 dan 2) pasal 80, dan pasal 87 Undang–Undang No. 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak”.
3. Evaluasi dan Rekomendasi
1. Mendesak Kapolri dan aparat penegak hukum lainnya untuk mengusut dan menuntut
secara hukum yang berlaku pihak – pihak yang melakukan eksploitasi atau
melibatkan anak pada peristiwa kerusuhan Tanjung Priok.
2. Mendesak Kapolri untuk mengusut dan menuntut secara hukum yang berlaku kepada
pelaku dan atau pihak yang bertanggung jawab terhadap tindak kekejaman, kekerasan
dan penganiayaan terhadap anak.
3. Mendesak pengurus “Makam Mbah Priok”, unsur masyarakat dan pihak manapun
untuk mempertanggungjawabkan dugaan pelibatan anak dalam kerusuhan tersebut
serta tidak mengulangi dimasa yang akan datang.
8 .http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/press-release//118-kpai-peristiwa-kerusuhan-tanjung-priok.html
[Type text]
4. Mendesak Gubernur DKI Jakarta untuk melakukan evaluasi total terhadap
keberadaan Satpol PP serta memastikan semua korban anak dalam peristiwa Tanjung
Priok mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan dan rehabilitasi psikis.
5. Satpol PP harus membuat SOP Penertiban yang memuat peringatan dini kepada
anak-anak, evakuasi bagi anak, dan larangan bentrok dengan anak serta upaya-upaya
yang menjamin keselamatan anak dalam setiap kegiatan penertiban.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
[Type text]
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama
ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif,
juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok
atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan
HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan
HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
TUGAS MAKALAH
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
MASALAH KASUS MAKAM MBAH PRIOK
[Type text]
DISUSUN OLEH :
NAMA : Mozes Dendang Tonapa
NPM : 0912011199
RUANG : D3
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]