39
MAKALAH NUTRISI “GIZI DAN IMUNITAS” DISUSUN OLEH : Rani Nur’izati 12334712 Riska Diaferina 12334722 Riza Apriani 12334729 Yeti Putri Utami 12334737 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

MAKALAH NUTRISI

“GIZI DAN IMUNITAS”

DISUSUN OLEH :

Rani Nur’izati 12334712

Riska Diaferina 12334722

Riza Apriani 12334729

Yeti Putri Utami 12334737

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2014

Page 2: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nyasehingga penulis

berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ Gizi dan Imunitas”. Makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Institut Sains Teknologi Nasional

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan pembaca mengenai

bagaimana hubungan gizi dan sistem imun. Materi – materi yang ada di dalam makalah ini

bersumber dari berbagai macam referensi dengan harapan untuk meningkatkan kulitas

penulisan makalah. Adapun materi yang akan dibahas adalah bagaimana mengetahui

pengaruh gizi terhadap keoptimalan kerja sistem imun

Penulis berharap makalah ini akan membantu pehaman konsep dan daat dijadikan sebagai

sumber revensi pembelajaran. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penulis mengharapkan adanya krtik dan saran dari berbagai pihak untuk membantu

kemajuan penulisan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca dan

memahami makalh ini semoga bermanfaat.

Jakarta, Juni 2014

Penulis

2

Page 3: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3

2.1 Pengertian Gizi............................................................................................................3

2.2 Fungsi dari Gizi...........................................................................................................3

2.3 Macam – macam Zat Gizi...........................................................................................3

2.4 Pembagian Zat Gizi berdasarkan Fungsinya ..............................................................4

2.5 Pembagian Zat Gizi Menurut Kebutuhan....................................................................4

2.6 Pengertian Gizi Seimbang...........................................................................................4

2.7 Komposisi Gizi Seimbang...........................................................................................4

2.8 Sistem Imun.................................................................................................................5

2.9 Fungsi Sistem Imun.....................................................................................................6

2.10 Klasifikasi Sistem Imun..............................................................................................6

2.11 Macam – macam Kekebalan Tubuh..........................................................................10

2.12 Hubungan Gizi dan Sistem Imun..............................................................................11

BAB III DISKUSI................................................................................................................17

3.1 Hubungan Gizi dengan Penderita ODHA.................................................................17

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................21

4.1 Kesimpulan................................................................................................................21

4.2 Saran..........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

3

Page 4: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang

berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika

bakteri patogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan dengan

reaksi radang (inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan

sel-sel dan molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon

imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya

terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan

hidup. Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat dengan

menjaga keoptimalan kerjanya melalui asupan gizi yang berimbang.

Gizi dan imunitas merupakan dua hal yang saling berhubungan. Dalam beberapa

dekade terakhir, banyak studi yang sudah mengkonfirmasi bahwa defisiensi zat-zat gizi

dapat mengubah respon imun dan memicu timbulnya insidens infeksi yang menyebabkan

meningkatnya angka kematian, terutama pada anak-anak. KEP (Kurang Energi Protein)

banyak terjadi di negara berkembang dan mengakibatkan perubahan jumlah sel T, sel

fagosit, dan respon antibodi imunoglobulin (Ig) A, dan mengurangi komponen

komplemen.

Berdasarkan keterkaitan di atas, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut

mengenai hubungan antara gizi dan imunitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Gizi ?

2. Apa fungsi Gizi bagi tubuh ?

3. Bagaimana pengelompokan zat Gizi ?

4. Apa pengertian Gizi seimbang ?

5. Apa yang dimaksud dengan Sistem Imun ?

6. Apa fungsi Sistem Imun bagi tubuh ?

7. Bagaimana klasifikasi Sistem Imun dalam tubuh ?

8. Bagaimana hubungan Gizi dan Sistem Imun ?

4

Page 5: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan apa itu Gizi.

2. Menjelaskan fungsi Gizi bagi tubuh.

3. Menjelaskan pengelompokan zat Gizi.

4. Menjelaskan pengertian Gizi seimbang.

5. Menjelaskan apa itu Sistem Imun.

6. Menjelaskan fungsi Sistem Imun bagi tubuh.

7. Menjelaskan pengklasifikasian Sistem Imun dalam tubuh.

8. Menjelaskan bagaimana hubungan Gizi dan Sistem Imun

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai hubungan antara gizi dan imunitas.

2. Mengetahui hal-hal penting faktor-faktor gizi yang dapat mempengaruhi imunitas

5

Page 6: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi

Secara etimologi, kata gizi berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza, yang berarti

makanan.Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah proses makhluk hidup

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti

(penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat

yang tidak digunakan, untu kmempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-

bukti medis menunjukkan bahwa RDA (Recommended Dietary Allowance/ Angka

Kecukupan Gizi) belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah

atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar

dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya

radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal

dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani stres

oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat

dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan

penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu

efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari

pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang

optimal dan peningkatan kualitas hidup.

2.2 Fungsi dari Gizi

1. Memelihara tubuh dalam proses tumbuhkembangan serta mengganti jaringan tubuh

yang rusak.

2. Memberika asupan energi untuk melakukan aktivitas.

3. Mengatur metabolisme dan keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain.

4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (protein).

2.3 Macam-macamzatgizi :

1. Karbohidrat.

6

Page 7: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

2. Protein.

3. Lemak.

4. Vitamin.

5. Mineral.

6. Air.

2.4 Pembagian zat gizi berdasarkan fungsinya :

1. Zat tenaga terdiri dari karbohidrat dan lemak.

2. Zat pembangun terdiri dari protein dan mineral.

3. Zat pengatur terdiri dari mineral, vitamin, dan air.

2.5 Pembagian zat gizi menurut kebutuhan

1. Makronutrien

a. Karbohidrat: Glukosa, Serat.

b. Lemak: Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3).

c. Protein: Asam-asam amino, leusin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin,

treonin, valin, histidin dan nitrogen nonesensial.

2. Mikronutrien

a. Mineral: Kalsium, Fosfor, Natrium, Kalium, Sulfur, Klor, Magnesium, Zat

besi, Selenium, Seng, Mangan, Tembaga, Kobalt, Iodium, Krom, Fluor,

Timah, Nikel, Silikon, Arsen, Boron, Vanadium, Molibden.

b. Vitamin: Vitamin A (retinol), vitamin D (kolekalsiferol), vitamin E

(tokoferol), vitamin K, Tiamin, Riboflavin, Niasin, Biotin, Folasin, Vitamin

B6, Vitamin B12, Asam pantotenat dan Vitamin C.

c. Air

2.6 Pengertian gizi seimbang

Gizi seimbang adalah pola makan teratur dan proporsi seimbang antar zat gizi yang

diperoleh dari aneka ragam makanan tersebut dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk

hidup sehat, cerdas dan produktif.

2.7 Komposisi gizi yang seimbang

Berikut ini adalah gambar pola dari proporsi gizi seimbang.

7

Page 8: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

Bahan makanan dikelompokan berdasarkan fungsi utama zat gizi, yang dikenal

dengan istilah Tri Guna Makanan, yaitu :

a. Sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan)

b. Sumber zat pengatur (sayur dan buah-buahan)

c. Sumber zat pembangun (kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil

pengolahannya)

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berada pada tingkat yang paling

bawah merupakan bahan makanan yang proporsinya paling banyak dibandingkan dengan

baham makanan yang lain.

2.8 Sistem Imun

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh

luarbiologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika system

kekebalan bekerja dengan benar, system ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi

bakteri dan virus serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika

system kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga

menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit, dapat berkembang

dalam tubuh. Kekuatan dari aktivasi kekebalan tubuh ini dipengaruhi juga oleh asupan

gizi yang diterima oleh tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap

8

Page 9: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

sel tumor dan terhambatnya system ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena

beberapa jenis kanker.

2.9 Fungsi Sistem Imun

Sistem imun memiliki 3 peran atau fungsi dalam metabolisme tubuh yaitu :

1. Pertahanan, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel-sel

imun yang bertugas untuk pertahanan ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja

dengan baik, maka tubuh akan mudah terserang penyakit.

2. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari

komponen cairan tubuh.

3. Penjagaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk memantau seluruh

bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel tersebut akan

dihancurkan.

2.10 Klasifikasi Sistem Imun

1. Sistem Limfatik

Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh limfa dan organ

limfoid. Limfa adalah sebutan yang digunakan untuk cairan yang berada didalam

pembuluh limfa. Awalnya limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar

dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah. Cairan tersebut keluar menjadi

carian intertisial yang mengisi ruang antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke

seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan dikembalikan ke sistem peredaran

darah melalui sistem limfatik. Fungsi dari sistem limfatik yaitu :

- Mengambil kelebihan cairan dari jaringan dan mengembalikannya ke

darah.

- Mengadsorbsi lemak dan lakteal di usus halus kemudian mengangkutnya

ke darah.

- Membantu pertahanan tubuh melawan penyakit.

a. Pembuluh Limfa

Pembuluh limfa merupakan bagian penting dalam sistem peredaran

limfa. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan kembali ke

peredaran darah dalam peredaran terbuka. Limfa dari jaringan tubuh akan

masuk ke kapiler limfa, kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa

9

Page 10: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

lainnya untuk membentuk pembuluh limfa yang lebih besar. Pembuluh limfa

akan berpusat pada pembuluh limfa dada. Aliran limfa dalam pembuluh limfa

dipengaruhi oleh kontraksi otot rangka. Disepanjang pembuluh limfa terdapat

buku limfa yang berbentuk seperti bulatan kecil.

Semua cairan limfa yang berasal dari daerah kepala, leher, dada, paru-

paru, jantung dan lengan kanan yang terkumpul dalam pembuluh-pembuluh

limfa kanan (duktus limfatikus dokster). Pembuluh limfa ini bermuara pada

pembuluh balik vena dibawah tulang selangka kanan. Cairan yang berasal

dari bagian selain yang bermuara di pembuluh limfa kanan bermuara pada

pembuluh limfa dada (duktus torksikus) yang bermuara di tulang selangka

kiri.

b. Organ-Organ Limfoid

Organ-organ limfoid mencakup :

-  Sumsum merah

Sumsum merah mencakup jaringan yang menghasilkan limfosit. Saat

dilepaskan dari sumsum merah, sel-sel limfoid masih identik.

Perkembangan berikutnya akan menjadi sel B dan sel T (tergantung dari

tempat pematangannya). Sel B menalami pematangan di Sumsum merah

sedangakn sel T mengalami pematangan di Timus. Kedua jenis limfosit

tersebut bersirkulasi di seluruh tubuh dan limfa, kemudian terkonsentrasi

dalam limpa, nodus limpa dan jaringan limfatik.

- Nodus Limfa

Nodus limfa diselubungi oleh jaringan ikat longgar yang membagi

nodus menjadi nodulus-nodulus. Tiap nodulus mengandung ruang-ruang

(sinus) yang berisi limfosit dan makrofag. Saat cairan limfa melewati sinus

maka makrofag akan memakan bakteri dan mikroorganisme lain yang

terbawa. Jadi, Fungsi nodus limfa adalah menyaring mikroorganisme yang

ada dalam limfa. Nodus Limfa dapat bersifat tunggal maupun

berkelompok.

10

Page 11: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

- Limpa

Limpa adalah organel limfoid terbesar. Limpa mempunyai dua fungsi,

yaitu membuang antigen yang terdapat dalam darah serta menghancurkan

sel darah merah yang sudah tua.

- Timus

Timus adalah tempat dimana limfosit berkembang menjadi sel T.

Timus mengsekresikan hormon timopoietin yang menyebabkan kekebalan

pada sel T. Timus berbeda dengan organ yang lain karena hanya berfungsi

untuk tempat pematangan limfoid. Selain itu timus merupakan satu-

satunya organ limfoid yang memerangi antigen secara langsung.

- Tosil

Tonsil adalah organ limfoid yang paling sederhana yang berfungsi

melawan infeksi pada saluran pernafasan bagian atas dan faring. Tonsil

pada manusia mencakup adenoid, tonsil saluran, palatin dan lidah

2. Sistem Kekebalan (Imunitas)

Tubuh memiliki sistem kekebalan yang berlapis. Untuk dapat masuk ke dalam

jaringan tubuh, benda asing harus melewati beberapa penghalang terlebih dahulu,

antara lain yaitu: kulit, membram mukosa, protein antimikroba, sel fagosit dan

limfosit. Sistem kekebalan terdiri dari sistem kekebalan bawaan dan adaftif.

a. Kekebalan Bawaan

Kekebalan bawaan merupakan bagian dari tubuh kita. Penghalang

yang melindungi tubuh, sel dan senyawa kimia yang berfungsi sebagai

pertahanan pertama dan telah ada sejak kita dilahirkan.

b. Perlindungan permukaan

Kulit dan membran mukosa merupakan lapisan pertama tubuh. Apabila

mikroba yang menghasilkan lendir akan menjerat mikroba tersebut dan

menetralisirnya.

c. Kekebalan dalam tubuh

Jika mikroba berhasil melewati penghalang pertama yaitu kulit maka

masih ada lapisan berikutnya yang bersiap menghalang. Penghalang yang

dimaksud adalah perlindungan dalam tubuh yang bersifat nonspesifik. Arti

dari Nonspesifik adalah penghalang tersebut melawan semua patogen tanpa

11

Page 12: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

membeda-bedakan. Perlindungan nonspesifik ini mencakup antara lain

fagosit, Sel natural kileer (NK) dan protein antimikroba.

- Fagosit

Sel yang termasuk fagosit adalah makrofag, neutrofil dan eosinofil.

Makrofag mampu menfagosit 100 bakteri dengan cara menempelkan

bagian tubuhnya ke bakteri dengan kaki psedupodiumnya (kaki semu

amoeba) kemudian merusaknya atau memecahnya. Eosinofil merupakan

fagosit yang lemah, tetapi berperan penting dalam pertahanan tubuh

melawan cacing parasit. Sel yang telah dirusak oleh makrofag tadi akan

memberi sinyal yang berfungsi untuk memanggil neutrofil untuk

mendatangi jaringan yang telah terinfeksi. Caranya neutrofil akan keluar

dari pembuluh darah dengan menembus dinding kapiler. Neutrofil akan

menelan dan menghancurkan mikroba tersebut. Satu neutrofil mampu

mefagosit 5-20 bakteri. Saat neutrofil melakukan tugasnya melawan benda

asing, monosit akan menyusul mendatangi daerah luka. Monosit dihasilkan

di sumsum darah merah dan akan masuk ke peredaran darah.

- Sel Natural Killer (sel NK)

Sel NK berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik. Sel NK

merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel

kanker serta sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkan sistem

kekebalan adaftif. Sel NK tidak bersifat fagositik. Sel-sel ini membunuh

dengan cara menyerang membran sel target dan melepaskan senyawa

kimia yang disebut ferforin.

- Protein Antimikroba

Protein antimikroba meningkatkan pertahanan dalam tubuh dengan

melawan mikroorganisme secara langsung atau dengan menghalangi

kemapuannya untuk bereproduksi. Protein antimikroba yang penting

adalah interferon dan protein komplement. Interferon merupakan sustu

protein yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh yang terinfeksi virus untuk

melindungi bagian sel lain disekitarnya. Interferon mampu menghambat

perbanyakan sel-sel yang terinfeksi, namun dapat meningkatkan

diferensiasi sel-sel.

Protein komplementer adalah sekelompok plasma protein yang

bersirkulasi di darah dalam keadaan tidak aktif. Protein komplement dapat

12

Page 13: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

diaktifkan oleh munculnya ikatan antigen dan antibodi atau jika protein

komplement bertemu dengan molekul polisakarida dipermukaan tubuh

mikroorganisme.

d. Kekebalan Adaftif

Sistem kekebalan adaftif diaktifkan oleh sistem kekebalan bawaan.

Kekebalan adaptif mampu mengenali dan mengingat patogen spesifik

sehingga dapat bersiap bila infeksi patogen yang sama terjadi dikemudian

hari. Contoh sistem kekebaln adaptif yang penting adalah limfosit.

- Limfosit

Seperti yang telah dijelaskan dalam sistem limfatik, limfosit akan

berkembang menjadi dua jenis sel, yaitu sel B dan sel T.

Sel T umumnya bekerja melawan antigen sel ekariotik, misalnya jamur

atau sel hasil tranplantasi. Sel T juga dapat menghancurkan sel tubuh yang

terinfeksi virus atau patogen lainnya dan dapat membunuh sel kanker. Sel

B bekerja melawan antigen berupa bakteri dan racun bakteri yang masuk

ke dalam tubuh.

Jika ada protein asing (antigen) masuk ke dalam tubuh, sel B yang

telah terspesialisasi akan menghasilkan protein yang disebut dengan

antibodi.

Antibodi merupakan protein plasma yang dihasilkan oleh limfosit B.

Antibodi disebut juga dengan imunioglobulin (Ig) karena memiliki protein

darah gammaglobulin. Antibodi dihasilkan oleh individu bila ada

rangsangan antigen. Ada tiga jenis antigen, yaitu

Heteroantigen, merupakan antigen yang berasal dari spesies lain.

Isoantigen, merupakan antigen dari spesiaes yang sama tetapi struktur

genetikanya berbeda.

Autoantigen, merupakan antigen yng berasal dari tubuh itu sendiri dan

menyebabkan pembentukan antibodi tubuh juga.

2.11 Macam-Macam Kekebalan Tubuh

1. Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif adalah bila tubuh menghasilkan antibodi untuk menahan

molekul asing (antigen). Kekebalan yang didapat setelah seseorang mengalami sakit

13

Page 14: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

disebut kekebalan aktif yang alami. Mekanismenya, kuman penyakit yang masuk ke

dalam tubuh telah merangsang tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan

penyakit. Bila penyakit yang sama menyerang kembali, tubuh menjadi memiliki

antibodi sehingga tubuh menjadi kebal dan tidak mudah terserang penyakit.

Kekebalan aktif dapat juga terbentuk secara buatan, yaitu dengan vaksinasi.

Vaksin dapat berupa racun bakteri, mikroorganisme yang telah dilemahkan atau

mirkoorganisme mati. Dengan pemberian vaksin antibodi tubuh jadi lebih kuat

terhadap serangan penyakit. Misalanya, vaksin polio diberikan pada anak agar anak

tersebut kebal terhadap virus polio karena telah memiliki antibodi.

2. Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi dari

suatu individu ke individu yang lainnya. Hal ini dapat terjadi secara alami pada bayi

dalam kandungan. Antibodi wanita hamil akan masuk ke tubuh bayi lewat air susu

ibu pertama (kolestrum) yang diminumkan kepada bayi. Kekebalan pasif juga dapat

terjadi secara buatan dengan menyuntikan antibodi dari manusia atau hewan yang

kebal terhadap suatu penyakit, misalnya rabies atau penyakit ajing gila.

2.12 Hubungan Gizi dan Sistem Imun

Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keoptimalan kerja dari system

imun.Yang lebih spesifik lagi yang mempengaruhi system imun adalah zat yang terdapat

dalam gizi yang mencakup Karbohidrat Protein Lemak Vitamin dan Mineral. Protein

merupakan yang paling berpengaruh terhadap kinerja sistem imun karena dalam sistem

imun terdapat Protein Antimikroba yang melawan organisme secara langsung dan

mencegahnya untuk berkembangbiak. Jika salah satu dari zat gizi (protein) atau nutrisi ini

tidak lengkap maka akan berpengaruh pada keoptimalan kinerja sistem imun, sehingga

sistem pertahanan tubuh dari hal-hal yang membahayakan tubuh akan melemah, dengan

melemahnya sistem pertahanan tubuh makan tubuh akan mudah terinfeksi virus, mudah

terserang penyakit dan lain sebagainya yang berdampak negatif.

Oleh karena itu keseimbangan dalam takaran proporsisi gizi harus dijaga agar tetap

stabil dengan cara mendapat asupan nutrisi dari makanan dan minuman yang sehat dan

bersih, dalam artian makanan dan minuman yang 4 sehat 5 sempurna yang sesuai dengan

takaran komposisi yang seimbang.

Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting respon

imunitas. Penelitian epideminologis dan klinis menunjukan bahwa kekurangan gizi

14

Page 15: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

menghambat respon imunitas dan meningkatkan resiko penyakit infeksi. Sanitasi dan higiene

perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi , kontaminasi pangan dan air , dan

pengetahuan gizi yang tidak memadai berkontribusi terhadap kerentanan terhadap penyakit

infeksi. Berbagai penelitian yang dilakukan selama kuruun waktu 35 tahun yang lalu

membuktikan bahwa gangguan imunitas adalah suatu faktor antara ( intermediate faktor) .

kaitan gizi dengan penyakit infeksi. ( Chandra ; 1997 )

Sebagai contoh kekurangan berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel

( cell-mediated imunity ). Fungsi fagosit,sistem komplement, sekresi antibodi imunoglobulin

A, dan produksi sitokin. Kekurangan zat gizi tunggal, seperti seng,besi, tembaga , vitamin A,

vitamin C, juga dapat memperburuk respon imunitas. (Chandra ; 1997)

Gangguan pada berbagai aspek imunitas termasuk fagositosis, respon ploriferasi sel ke

mitogen, serta produksi T-lymphocyte dan sitokin telah ditemukan pada kondisi kekurangan

gizi ( Chandra and Kumari : 1994 chandra , 1990; Kulkarni at all 1994) sampai saat ini

mekanisme yang melaluinya kekurangan gizi mengakibatkan gangguan fungsi imunitas

masih terus mendapat perhatian serius para ahli gizi,imunolog, ahli biologi dan ahli dibidang

yang terkait.

Karena begitu eratnya kaitan antara fungsi imunitas dan gizi berbagai penelitian baik

pada tikus maupun manusia telah menhasilkan informasi penting yang berhubungan antara

susu fermentasi dan imunitas.pemberian susu fermentasi dapat mendorong pembentukan

antibodi dan respon imunitas pada orang yang sehat , funsi imunitas yang paling dipengaruhi

adalah imunitas berperantara sel dan aktifitas sitokin ( Solis Pereira ; 1997)

Walaupun ada bukti bahwa kekurangan gizi dapat mempengaruhi patogen ( Lavender ;

1997 ),akan tetapi, pada umumnya dampak kekurangan gizi pada penyakit infeksi dikaitkan

dengan menurunnya fungsi imunitas tubuh. Kekurangan energi-protein, misalnya, antara lain,

menyebabkan penurunan pada proliferasi limposit, produksi sitokin, dan respons antibodi

terhadap vaksin (Lesourd, 1997).

Berbagai macam uraian fungsi gizi dalam imunitas :

1. Energi dan Protein

Dampak KEP (zat gizi makro) pada timbulnya penyakit infeksi, terutama

padabayi dan anak-anak telah diteliti secara luas. Intervensi gizi (energi dan protein)

pada bayi dan anak-anak dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian di Asia

dan Amerika Latin. Berbagai penelitian juga telah secara meyakinkan menunjukkan

bahwa peranan gizi pada penurunan angka kematian dan kematian ini adalah melalui

15

Page 16: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

perbaikan pada fungsi imunitas. Kekurangan energi-protein, misalnya, berkaitan

dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit,

sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (Chandra,

1997).Penelitian pada orang usia lanjut juga menunjukkan fenomena yang sama.

Kekurangan energi-protein dapat mengarah pada imunodefisiensi yang parah

pada orang usia lanjut, yang mempengaruhi tidak hanya imunitas spesifik (B- dan T-

lymphocytes) tetapi juga imunitas nonspesifik (polymorphonuclear dan monosit).

Orang usia lanjut penderita KEP melepaskan lebih sedikit monokin yang

menyebabkan menurunnya rangsangan limposit (Lesourd, 1997). Sebagai

konsekuensinya, untuk merangsang respons imunitas spesifik pada taraf yang

memadai, tubuh mengekspresikan respons fase-akut jangka panjang. Efek ini lebi

berat pada orang usia lanjut karena mobilisasi simpanan zat gizi dalam tubuh kurang

efektif pada usia ini (Klasing, 1988).

2.  Vitamin

a. Vitamin A

Dalam kaitannya dengan fungsi imunitas vitamin yang menarik

perhatian danyang sering menjadi fokus penelitian adalah vitamin A, vitamin

E, vitamin C, dan kelompok vitamin B. Di antara vitamin tersebut, vitamin A

adalah yang paling luas diteliti. Pengamatan yang mengaitkan vitamin A

dengan imunitas sudah dilakukan bahkan sebelum struktur vitamin A

diketahui dengan tepat pada tahun 1931 (Karrer et al., 1931 dalam Villamor

and Fawzi, 2005). Beberapa fakta ilmiah yang mengawali pemahaman

mengenai kaitan vitamin A dan penyakit infeksi antara lain adalah temuan

Green dan Mellanby yang menunjukkan bahwa tikus yang kekurangan

vitamin A lebih rentan terhadap infeksi (Green and Mellanby,

1928 dalam Semba, 1999). Setelah antibodi ditemukan, penelitian mengenai

mekanisme yang melaluinya vitamin A memperbaiki fungsi imunitas telah

digiatkan kembali pada tahun 1960-an (Scrimshawet al., 1968), dan kemudian

pada tahun 1980-an dengan ditemukannya efek pelindungan dari

suplementasi vitamin A pada kematian anak di Indonesia (Sommer et

al., 1986).

Penelitian mutakhir juga menunjukkan bahwa metabolit aktif vitamin

A (asam retionat) berperan pada pengaturan transkripsi gen. Informasi ini

16

Page 17: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

menyediakan fakta mendasar pada pemahaman mekanisme bagaimana

vitamin A mempengaruhi imunitas. Vitamin A secara luas beperan pada

fungsi imunitas. Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel,

termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap

patogen dan imunitas mukosal. Pemberian vitamin A juga dapat menurunkan

episode dan kejadian diare pada anak-anak ketika dikombinasikan dengan

mineral seng (Rahman et al., 2001). Efeksuplementasi vitamin A pada

morbiditas anak meliputi penurunan keparahan cacar airyang dapat

berkorelasi dengan peningkatan produksi antibodi T-cell-

dependent(Coutsoudis et al., 1991). Oleh karena itu, suplementasi vitamin A

dianjurkan untukpenanganan infeksi cacar air (Beck, 2001).

b. Vitamin E

Vitamin E sering disebut sebagai vitamin antioksidan. Hal ini

dikarenakanperannya untuk menangkal radikal bebas. Karena kemampuannya

menahan tekananradikal oksidatif ini pula vitamin E disebut sebagai vitamin

antipenuaan.Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat

gizi penting untuk pencegahan penyakit infeksi. Penelitian pada berbagai

jenis hewan coba mengindikasikan bahwa vitamin antioksidan berkaitan

dengan peningkatan fungsi imunitas (Bendich, 1990dalam Pallast et

al., 1999).

Mekanisme peningkatan fungsi imunitas oleh vitamin E masih belum

seluruhnya dipahami. Dugaan mekanisme tersebut diduga melalui efek

langsung dan tidak langsung (melalui makrofag) vitamin E pada fungsi T-cell.

Efek langsung vitamin E mungkin diperantarai oleh perubahan molekul

reseptor membran T-cell yang diinduksi oleh vitamin E. Melalui perannya

sebagai antioksidan, vitamin E juga dapat menurunkan produksi faktor

penekan imunitas (immunosuppressivefactors) seperti prostaglandin E2 dan

hidrogen peroksida dengan mengaktifkan makrofag (Beharka et

al., 1997 dalam Pallast et al., 1999). suplementasi vitamin E sebanyak 100

mg dapat bermanfaat pada fungsi imunitas seluler pada orang usia lanjut.

17

Page 18: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

c. Vitamin C

Seperti halnya vitamin E, vitamin C juga temasuk vitamin antioksidan.

Sebagai antioksidan, efek vitamin C pada respons imunitas juga sudah banyak

diteliti. Vitamin C berakumulasi (dengan konsentrasi milimol/l) dalam

neutrofil, limposit, danmonosit (Evans et al., 1982), yang mengindikasikan

bahwa vitamin C berperan penting pada fungsi imunitas. Penelitian

menunjukkan fungsi pagosit, proliferasi Tcell, dan produksi sitokin

dipengaruhi oleh status vitamin C. Pada masa infeksi, pagosit teraktivasi

menghasilkan agen pengoksidasi yang memiliki efek antimikrobial. Akan

tetapi, itu dilepaskan ke media ektraselular sehingga membahayakan inang.

Untuk menetralisir efek peningkatan oksigen radikal ini, sel memanfaatkan

berbagai mekanisme antikoksidatif, termasuk vitamin antioksidan seperti

vitamin C (Li et al., 2006).

3. Mineral

Berbagai penelitian telah mengungkapkan peran mineral dalam kehidupan

manusia. Berapa mineral yang sebelumnya belum diketahui manfaatnya, sekarang

diketahui berperan dalam proses metabolisme tubuh, termasuk dalam fungsi

imunitas. Ada tujuh mineral mikro yang secara jelas diketahui memiliki peran gizi.

Juga, kekurangannya berdampak merugikan kesehatan, yaitu besi, iodium, seng,

tembaga, selenium, molibdenum, kromium (Diplock, 1987). Sementara itu, mineral

mikro yang banyak dikaitkan dengan fungsi imunitas, antara lain adalah selenium

dan seng.

4. Selenium

Selenium (Se) adalah suatu zat gizi mikro (trace element) yang sangat

esensialpada sejumlah protein yang berkaitan dengan fungsi enzim,

termasuk glutation peroksidase,glutation reduktase, dan tioredoksin reduktase.

Selenoprotein (ikatan antara Sel dan protein) dipercaya memainkan peran penting

sebagai enzim antioksidan(selenosistein) (Beck, 2001). Lebih dari 20 jenis

selenoprotein telah cirikan melaluipemurnian, kloning, ekspresi rekombinan, dan

perkiraan fungsinya menggunakan teknik bioinformatika. Selenium berperan penting

dalam fungsi imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas

18

Page 19: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

bawaan (innate), nonadaptif, dan buatan(aquired). Selain itu,Sel mempengaruhi

fungsi neutrofil.

Selain peran Selenium dalam fungsi imunitas, kekurangan Se diketahui

mempengaruhi virus patogen. Salah satu contohnya adalah efek kekurangan Se pada

patogenitascoxsackievirus, suatu jenis virus mRNA (Levander, 1997; Beck, 2001,

Beck et al.,2003)

5. Seng

Mikromineral lain yang tak kalah pentingnya pada fungsi imunitas adalah

seng(Zn). Asupan seng merupakan faktor penting pada modulasi respons imunitas

berperantara sel. Kekurangan seng berdampak pada penurunan respons pembentukan

antibodi dalam limfa (Chandra and Au, 1980). Kekurangan seng juga berkaitan

dengan respons imunitas yang diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah

perifer, proliferasi T-lymphocyte, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit (Keen and

Gerswhin, 1990)

19

Page 20: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

BAB III

DISKUSI

Gizi dan kekebalan: Anda adalah apa yang Anda makan Oleh: Jennifer Muir Bowers, MS, RD, CNSD, ACRIA Update Musim Semi 2002

Orang dengan HIV sering memakai suplemen mikronutrien, tetapi penelitian belum

membuktikan takaran yang paling bermanfaat untuk orang dengan HIV. Bahan gizi tertentu

mungkin berpengaruh langsung terhadap kemampuan sistem kekebalan untuk melawan

infeksi. Contoh, sel yang ditambahkan dengan vitamin D tampaknya mencegah pertumbuhan

Mycobacterium avium complex (MAC) dalam makrofag pada pasien HIV-positif. Artikel ini

menilai secara singkat mikronutrien tertentu dan manfaatnya yang diketahui dalam sistem

kekebalan yang rumit. Malnutrisi dan fungsi kekebalan Sudah lama diketahui bahwa orang

yang kekurangan gizi lebih berisiko terhadap penyakit infeksi karena tanggapan

kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi

yang memburuk, yang memperburuk sistemkekebalan. Ini yang disebut ‘lingkaran setan.'

Dampak dari penyakit infeksi tertentu, termasuk HIV dan tuberkulosis (TB), dapat menjadi

lebih buruk apabila orang yang terinfeksi kekurangan gizi.

Kekurangan gizi protein-kalori mempunyai dampak negatif yang bermakna terhadap

berbagai komponen sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan penurunan fungsi organ

sistem kekebalan (timus, limpa, kelenjar getah bening) pada orang yang kekurangan gizi.

Cabang sistem kekebalan yang membuat antibodi melemah pada kasus malanutrisi, terutama

dengan menurunnya jumlah sel-B yang beredar dan tanggapan antibodi. Terkait dengan

cabang sistemkekebalan lain, orang yang kekurangan gizi menunjukkan penurunan jumlah

sel CD4 dan CD8, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan diri atau menanggapi

organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri mereka. Mekanisme lain yang

membunuh organisme infeksi juga ditekan pada malanutrisi. Fungsi sitokin, zat kimia yang

berperan sebagai pembawa pesan sel, berubah pada orang yang kekurangan gizi. Mengganti

kalori dan protein adalah intervensi yang sulit namun penting bagi orang yang hidup dengan

HIV/AIDS untuk ditingkatkan seefektif seperti tanggapan kekebalan untuk melawan infeksi

oportunistik.

20

Page 21: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

Vitamin tertentu dan kekebalan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang HIV-positif mempunyai konsentrasi

vitamin tertentu yang lebih rendah dalam darah, terutama vitamin A, B6, B12, C, E dan folat.

Kekurangan vitamin A dapat mengganggu fungsi sel epitel, yang penting untuk

mempertahankan struktur jaringan. Kemampuan sel kekebalan tertentu membunuh organisme

infeksi dan produksi sel-B dan sel CD4 yang tergantung pada keberadaan vitamin A. Di

negaraberkembang dan maju, tingkat vitamin A dalam darah tampak lebih rendah pada orang

HIV-positif dibandingkan orang sehat. Ini terutamabenar pada orang HIV-positif dengan

infeksi oportunistik atau kanker. Beta-karotin, pendahulu vitamin A, juga tampak kurang

pada orang HIV-positif walaupun memakai suplemen vitamin.Karena beta-karotin adalah

antioksidan yang kuat, pemakaian suplemen dapat meningkatkan jumlah CD4 dan kegiatan

sel pembunuh alami. Peranan vitamin C yang terkait dengan kekebalan termasuk perpaduan

kolagen, kegiatan ledakan oksidatif fagosit, kemampuan sel-B dan sel CD4 untuk bekerja

dengan baik.

Hanya sedikit penelitian klinis yang sudah dilakukan untuk menentukan manfaat

suplemen vitamin C pada HIV/AIDS. Sebuah penelitian kecil pada delapan orang

menunjukkan peningkatan CD4 dan penurunan viral load HIV setelah enam hari memakai

vitamin C dosis tinggi (tiga gram setiap enam jam) dan N-asitilsistin (NAC). Dalam tubuh,

NAC berubah menjadi glutasion, yang melindungisel terhadap kematian dini. Efek ini hanya

terlihat pada orang yang jumlah CD4 awalnya kurang dari 200. Penelitian lain menunjukkan

bahwa vitamin C dosis tinggi sesungguhnya dapat mempercepatpengembangan infeksi, maka

terlalu dini untuk menyarankan vitamin C dosis tinggi. Tingkat vitamin B12 yang rendah

dalam darah tampaknya umum pada infeksi HIV. Suplemen vitamin B12 menunjukkan

peningkatan jumlah CD4 dan kegiatan sel pembunuh alami pada orang yang kekurangan

vitamin B12 secara bermakna. Vitamin B12 dan folat keduanya terlibat dalam pembentukan

bahan genetika. Kekurangan vitamin B6 dapat terjadi sebagai akibat dari pengobatan tertentu,

seperti isoniazid (obat TB). Kekurangan vitamin B6 dilaporkan terjadi pada orang HIV-

positif dan tampak mengurangi tanggapan CD4 dan kemampuan sel pembunuh alami

untukmembunuh organisme infeksi. Kekurangan vitamin B6 juga dikaitkan dengan

peningkatan risiko kanker tertentu. Vitamin E memainkan peranan kunci sebagai

antioksidanpada dinding sel. Karena fungsinya, vitamin E dianggap sebagai sumber gizi

"anti-virus", tetapi hal ini hanya ditunjukkan dalam laboratorium, tidak secara klinis.

Suplemen vitamin E dan A secara bersamaan pada hewan telah menunjukkan peningkatan

fungsi sel neutrofil, yang dapat membunuh organisme infeksi. Kekurangan vitamin E jarang

21

Page 22: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

terjadi pada manusia, walaupun kepekatan dalam darah yang rendah pernah dilaporkan terjadi

pada orang dengan HIV.

Mineral tertentu dan kekebalan

Penelitian tentang mineral apa yang kurang dalam infeksi HIV saling bertentangan.

Zat besi, selenium dan magnesium ditunjukkan kurang dalam beberapa penelitian. Bahkan

kekurangan zat besi yang sedikit tampak mengurangi pembentukan dan kegiatan hormon

timik; penurunan jumlah CD4; membahayakan fungsi CD4, sel pembunuh alami dan

neutrofil; peningkatan kematian sel; merusak kemampuan sel untuk membunuh organisme

infeksi; dan mengganggu pembentukan sitokin. Apabila zat besi ditambahkan dengan vitamin

A, tampak peningkatan jumlah sel kekebalan pada manusia. Tingkat zat besi dalam darah

pada orang HIV-positif mungkin tidak dapat menggambarkan secara tepat berapa banyak zat

besi yang tersimpan dalam tubuh dan fungsi kekebalan, sehingga penggunaan suplemen

diperdebatkan. Lebih lanjut, karena kerumitan yang saling mempengaruhi antara bahan

gizidalam tubuh, konsumsi zat besi yang berlebihan dapat mengganggu penyerapan tembaga.

Peranan magnesium dalam sistem kekebalan juga belum jelas; tetapi, tingkat magnesium

yang rendah sering dilaporkan terjadi pada populasi HIV/AIDS. Tingkat zat tembaga

biasanya normal atau meningkat pada saat sakit berat atau trauma pada orang dengan HIV.

Anemia akibat kekurangan zat besi mungkin tampak pada orang dengan penyakit/infeksi

kronis, tetapi penggunaan suplemen dengan mineral ini masih diperdebatkan karena

peranannya sebagai pemicu organisme infeksi. Selenium adalah sel antioksidan yang

bermakna. Virus tertentu menjadi lebih kuat pada orang yang kekurangan selenium. Serupa

dengan itu, hewan yang kekurangan selenium lebih rentan terhadap kerusakan jantung akibat

virus. Hewan yang kekurangan zat selenium dan zat tembaga atau zat besi mempunyai

neutrofil yang kurang mampu untuk membunuh organisme infeksi. Suplemen selenium

mungkin melindungi terhadap kanker pada hewan dan manusia. Apabila vitamin E dan

selenium ditambahkan secara bersamaan pada hewan, terjadi peningkatan jumlah sel

kekebalan. Dalam sel-T, penambahan selenium menekan penggandaan HIV dan penurunan

produksi sitokin yang menyebabkan peradangan. Suplemen selenium pada orang HIV-positif

yang kekurangan selenium menunjukkan peningkatan status selenium. Kekurangan selenium

berhubungan dengan pengembangan virus dan kematian dalam infeksi HIV lebih banyak

dibandingkan kekurangan gizi lain. Dalam beberapa penelitian, selenium dalam darah

berhubungan dengan jumlah CD4, walaupun penggunaan suplemen tidak selalu

menghasilkan peningkatan jumlah CD4.

Zat gizi lain dan kekebalan

22

Page 23: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

Asam lemak omega-3 (n-3), umumnya ditemukan dalam minyak ikan, terbukti memberi

dampak terhadap fungsi kekebalan. Dua asam lemak, asam eiko sapentanoik (EPA) dan asam

dokosaheksanoik (DHA), terbukti menurunkan peradangan dengan mengatur dan

mempengaruhisitokin pembentuk CD4. Penelitian lain menunjukkan bahwa asam lemak n-3

mengurangi kemampuan beberapa sel kekebalan untuk bereaksi terhadap organisme

penyebab infeksi. DHA juga dapat memperlambat kegiatan sel pembunuh alami. Asam alfa-

lipoik, antioksidan yang diteliti dalam infeksi HIV, tampak mampu untuk meregenerasi

vitamin C dan E, lebih meningkatkanefek antioksidan secara keseluruhan. Asam amino

tertentu, terutama glusamin dan arginin, juga berperan terhadap kekebalan. Glutamin penting

dalam mempertahankan struktur dinding usus, yang mencegah organisme penyebab infeksi

menembus masuk ke dalam aliran darah. Arginin berperan terhadappembentukan oksida

nitrik, yang mampu membunuh kegiatan organisme infeksi tertentu.

Kesimpulan

Hubungan tidak terhitung yang rumit antara status keadaan gizi, bahan gizi tertentu,

dan sistem kekebalan adalah penelitian biomedis yang menarik dan terus berlanjut. Orang

yang bergizi baik kekebalannya lebih siap untuk melawan mikroorganisme. Berbagai

mikronutrien berperan penting dalam fungsi sistem kekebalan. Jelas bahwa mempertahankan

status gizi yang baik dan cadangan mikronutrien yang cukup dalam tubuh adalah penting

untuk meningkatkan tanggapan kekebalan yang efektif terhadap infeksi oportunistik. Tetapi,

penelitian masih perlu menentukan saran yang tepat untuk orang dengan HIV. Oleh karena

itu sementara ini, makanan yang seimbang dan beragam yang mengandung semua vitamin

dan mineral tampaknya merupakan saran yang terbaik.

23

Page 24: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem kekebalan tubuh kita mempunyai hubungan kuat dengan cara hidup dan

asupan gizi kita. Jika tubuh dilengkapi dengan nutrisi yang mencukupi dan sesuai, sistem

imun kita dapat diperkuatkan dan bekerja secara optimal. Sistem imun kita berfungsi

dengan baik supaya dapat mempertahankan tubuh dan melawan dari berbagai penyakit

dengan memperhatikan dan mempertahankan status gizi dalam tubuh agar tetap seimbang

dan optimal.

3.2 SARAN

1. Agar sistem imun dapat menjalankan fungsinya dengan optimal maka kita harus :

2. Menjaga pola hidup yang sehat

3. Memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi

4. Memelihara lingkungan yang bersih

24

Page 25: Tugas Nutrisi- Gizi Dan Imunitas

DAFTAR PUSTAKA

Definisi Gizi, Ilmu Gizi, serta Fungsi dari Gizi _ Muslim Dentist - Dentist can help and pray

for your teeth

Status Gizi.Referensi Kesehatan

http://aanborneo.blogspot.com/2012/07/makalah-pengaruh-gizi-terhadap-sistem.html

http://huhhubeauty.blogspot.com/2013/10/gizi-dalam-kesehatan-imunitas.html

Siagian, Albiner. Gizi, Imunitas, dan Penyakit Infeksi. 2006. Medan : Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat USU.

25