Upload
nizar-muhammad
View
103
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TUGAS PAJAK 2 HAK DAN KWAJIBAN WJIB PJAK
Citation preview
PERPAJAKAN
Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak Dan Fiskus, Penghindaran Pajak, Rahasia
Jabatan Dan Kuasa/Wakil Wajib Pajak
Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan
Pembina:
Amma Fazizah, S.Sos
Nama Kelompok:
Anik Muilah
Tahta Alfina
Abd. Hamid
Vivi Hamidah
Lisa Utami Ningsih
Khoirul Anam
PROGRAM ADMNINISTRASI NIAGA
FAKULTAS SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2014
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
1. Pengertian Hak dan Kewajiban Pajak
Dalam hidup bermasyarakat, seseorang tidak mungkin bisa menuntut haknya tanpa pernah
melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Apabila masyarakat telah melaksanakan
kewajibannya membayar pajak, maka pemerintah berperan memberikan segala bentuk
pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat. Pemberian ini tidak terbatas hanya kepada
mereka yang membayar pajak, tetapi juga kepada mereka yang belum membayar pajak.
Sejak diberlakukannya sistem self-assessment dalam UU Perpajakan Indonesia, telah diatur
adanya hak dan kewajiban WP yang seimbang dengan hak dan kewajiban fiskus (pegawai
Dirjend Pajak), sehingga WP dan Fiskus dapat melaksanakan ketentuan yang ada dengan
sebaik-baiknya.
2. HAK WAJIB PAJAK
a) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus
b) Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan
c) Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
d) Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
e) Hak mengajukan keberatan
f) Hak mengajukan banding
g) Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia WP
h) Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
i) Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak
j) Hak memberikan alasan tambahan
k) Hak mengajukan gugatan
l) Hak untuk menunda penagihan pajak
m) Hak memperoleh imbalan bunga
n) Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
o) HAk mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan
p) Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
q) Hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto
r) Hak memperoleh fasilitas perpajakan
s) Hak untuk melakukan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
3. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
a) Kewajiban untuk mendaftarkan diri
b) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
c) Kewajiban membayar atau menyetorkan pajak
d) Kewajiban membayar atau menyetor pajak
e) Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
f) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
g) Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
h) Kewajiban membuat Faktur Pajak
i) Kewajiban melunasi Bea Materai
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB FISKUS:
1. HAK FISKUS
a) Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan
b) Hak menerbitkan surat ketetapan pajak
c) Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
d) Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan
e) Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi
f) Hak melakukan penyidikan
g) Hak melakukan pencegahan
h) Hak melakukan penyanderaan
2. KEWAJIBAN FISKUS
a) Kewajiban untuk membina WP
b) Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
c) Kewajiban merahasiakan data WP
d) Kewajiban melaksanakan keputusan
PENGHINDARAN PAJAK
Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara.
Perlawanan terhadap pajak terdiri dari perlawanan aktif dan perlawanan pasif.
1. Perlawanan pasif terhadap pajak
Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena keadaan
yang ada di sekitar wajib pajak itu. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari struktur ekonomi,
perkembangan moral dan intelektual penduduk, Cara Hidup Masyarakat di Suatu Negara dan
teknik pemungutan pajak itu sendiri.
a. Struktur Ekonomi
Contoh: Pajak penghasilan yang diterapkan pada masyarakat agraris. Padahal pajak ini
diperuntukkan untuk masyarakat di negara industri. Dalam pajak ini, wajib pajak dituntut
untuk menghitung sendiri pendapatan nettonya. Untuk itu diperlukan adanya pembukuan.
Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan oleh masyarakat
agraris. Selain karena pencatatan pendapatan yang akurat sulit dilakukan, mereka juga
tidak mampu melakukan pembukuan. Karena itu, timbullah perlawanan pasif terhadap
pajak. Untuk menghindari hal ini, pajak ditentukan dengan perkiraan jumlah bulat atas
dasar pendapatan kadastral/nilai sewa, ataupun atas dasar luasnya tanah yang dikerjakan.
Di negara berkembang, biasanya negara agraris menghubungkan besarnya penghasilan
netto dengan luas kepemilikan atas tanah dan dihubungkan dengan tingkat kesuburan
tanah. Indonesia mengambil jalan keluar untuk masyarakat kecil yang tidak bisa
melakukan pembukuan dengan menggunakan norma perhitungan. Norma perhitungan
dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak. Wajib pajak tinggal menghitung berapa omsetnya
dikalikan dengan norma perhitungannya.
b. Perkembangan Intelektual dan Moral Penduduk
Perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya sistem kontrol yang dilakukan oleh fiscus
ataupun karena objek pajak itu sendiri sulit untuk dikontrol.
Contoh: Pajak kepemilikan permata yang diterapkan di Belgia. Permata adalah benda
yang kecil dan sulit dikontrol keberadaannya. Sehingga bisa saja pemilik permata
menyembunyikan permata ini agar terhindar dari pengenaan pajak.
c. Cara Hidup Masyarakat di Suatu Negara
Contoh: masyarakat yang hidup di daerh tropis yang hanya memiliki dua musim
sehingga memungkinkan mereka bekerja sepanjang tahun. Hal ini bisa mengakibatkan
mereka bekerja lebih santai dan hasilnya tidak optimal. Pendapatan mereka lebih sedikit
sehingga penerimaan negara pun kurang. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di
daerah subtropis yang memiliki empat musim. Sebelum teknologi berkembang, mereka
tidak bisa bekerja di musim dingin. Karena itu, mereka harus bekerja keras di musim yang
lainnya agar kebutuhan di musim dingin bisa terpenuhi. Hasilnya, mereka bisa
menghasilhan pendapatan yang lebih banyak sehingga uang yang masuk ke kas negara
pun lebih banyak.
d. Teknik Pemungutan Pajak Itu Sendiri
Contoh: untuk pajak yang cara perhitungannya rumit dan memerlukan pengisian
formulir yang rumit pula, maka perlu diadakan penyuluhan pajak untuk menghindari
adanya perlawanan pasif terhadap pajak. Jadi, setiap tahun, peugas pajak melakukan
penyuluhan dari kantor perpajakan mulai dari pusat sampai ke daerah.
Perlawanan pasif sangat kuat dirasakan oleh pajak langsung dari pada pajak tidak
langsung. Hal ini disebabkan oleh karena cara perhitungan pajak tidak langsung lebih
sederhana dari pajak langsung. Di negara berkembang, pajak tidak langsung lebih besar
dari pajak langsung. Sedangkan di negara maju, pemasukan negara dari pajak langsung
lebih besar dari pada pemsukan negara dari pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung
hanya merupakan pelengkap dari pajak langsung. Namun, dari pajak tidak langsung ada
masalah ketidakadilan. Sebagai contoh, cukai tembakau yang dikenakan pada orang yang
merokok. Jika ada konglomerat dan tukang becak yang merokok, mereka akan dikenakan
cukai tembakau yang sama besarnya walaupun mereka memiliki kemampuan ekonomi
yang jauh berbeda.
2. Perlawanan aktif terhadap pajak
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu
sendiri. Hal ini merupakan usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap
fiscus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang
seharusnya dibayar.
Ada 3 cara perlawanan aktif terhadap pajak, yaitu: Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance), Pengelakan Pajak (Tax Evation), Melalaikan Pajak.
a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib
pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas
menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-
undang.
Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
Menahan Diri
Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu
yang bisa dikenai pajak. Contoh:
Tidak merokok agar terhindar dari cukai tembakau
Tidak menggunakan ikat pinggang dari kulit ular atau buaya agar terhindar dari
pajak atas pemakaian barang tersebut. Sebagai gantinya, menggunakan ikat
pinggang dari plastik.
Pindah Lokasi
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke
loksi yang tarif pajaknya rendah. Contoh:
Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan
modalnya di Indonesia Timur. Namun, pindah lokasi tidak semudah itu dilakukan oleh
wajib pajak. Mereka harus memikirkan tentang transportasi, akomodasi, SDM, SDA,
serta fasilitas-fasilitar yang menunjang usaha mereka. Hal ini harus sesuai dengan
kentungan yang akan mereka dapatkan dan keringanan pajak yang mereka peroleh.
Biasanya, hal ini jarang terjadi. Yang terjadi hanya pada pengusaha yang baru
membuka usaha, atau perusahaan yang akan membuka cabang baru. Mereka membuka
cabang baru di tempat yang tarif pajaknya lebih rendah.
Penghindaran Pajak Secara Yuridis
Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang
dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan
atau ketidak jelasan undang-undang. Hal inilah yang memberikan dasar potensial
penghindaran pajak secara yuridis. Contoh:
1. Penetapan pajak khusus untuk tempat dansa umum di Belanda. Pemerintah negeri
Belanda menetapkan pajak khusus untuk tempat dansa umum. Karena pengenaan
pajak ini, keuntungan pengusaha jadi berkurang. Untuk menghindari hal ini,
mereka mengubah status tempat dansa umum tersebut menjadi tempat dansa
khusus anggota yang keanggotaannya terbuka untuk umum. Dengan demikian,
mereka terbebas dari pengenaan pajak untuk tempat dansa umum.
2. Di Belanda dan di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, pemilik bioskop
menyediakan sederet kursi gratis di barisan terdepan khusus untuk wartawan.
Dengan asumsi, setelah menonton wartawan tersebut akan menulis review tentang
film tersebut dan memuat di koran/majalah mereka. Oleh pemerintah, ini dianggap
iklan gratis. Maka dari itu, diterapkanlah pajak untuk kursi gratis tersebut. Pemilik
bioskop menghindari pengenaan pajak ini dengan cara mengenakan tarif masuk
yang sangat murah khusus untuk wartawan.
3. Di Indonesia, untuk pegawai diberi tunjangan beras (in natura). Menurut undang-
undang yang berlaku, hal ini tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Penghindarannya dengan cara: perusahaan bekerjasama dengan yayasan dalam
penyaluran tunjangan ini. Perusahaan memberi uang kepada yayasan, dan yayasan
menyalurkannya ke pegawai dalam bentuk beras. Jadi, pegawai tetap dapat beras
dan hal itu dibebankan sebagai biaya sehingga pajaknya berkuarang.
Celah undang-undang merupakan dasar potensial penghindaran pajak secara
yuridis. Suatu undang-undang dirumuskan tidak jelas karena:
1. Kesengajaan pembuat undang-undang
Hal ini terjadi karena latar belakang pembuat undang-undang tersebut adalah
pemerintah dan parlemen, di mana parlemen mewakili berbagai kepentingan yang
berbeda dan bisa saling bertolak belakang antara satu dan yang lainnya. Dua
kepentingan yang paling dominan di parlemen adalah anggota parlemen yang
mewakili kelompok buruh dan pemilik modal. Apabila diajukan undang-undang yang
menyinggung dua p;ihak tersebut, diusahakan dicarikan jalan kompromi terhadap
substansi masalahnya. Namun ini sulit dilakukan kaena menyangkut kepentingan
yang berbeda. Lalu dicarilah jalan kompromi terhadap perumuasn yang bisa diterima
oleh semua pihak. Masing-masing pihak bebas menafsirkan undang-undang tersebut
sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Pada akhirnya, undang-undang
tersebut mengambang. Bisa saja wajib pajak menafsirkan sesuai kepentingannya dan
fiscus menafsirkan sesuai dengan kepentingan negara.
2. Ketidaksengajaan pembuat undang-undang
Contoh: Pada akhir tahun 1800an, undang-undang anti-trust atau undang-undang
anti monopoli di Amerika Serikat yang ditujukan untuk pemilik modal yang berbunyi
“ Apabila ada yang menghambat atau menghalangi perdagangan antar negara bgaian,
bisa dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang ini”.
Pada suatu kasus, serikat buruh pada perusahaan transportasi melakukan
pemogokan sehingga perdagangan antar negara bagian terhambat. Pemimpin serikat
buruh ini ditangkap dan dihukum berdasarkan undang-undang anti monopoli karena
dianggap menghambat perdagangan antar negara bagian. Seharusnya undang-undang
ini ditujukan untuk pemilik modal, bukan untuk kaum buruh. Karena itu, pada pemilu
berikutnya kaum buruh memilih wakil-wakil mereka yang memang dalam hidupnya
membela kepentingan kaum buruh. Setelah pemilu, mereka berhasil mendominasi
kursi di parlemen. Sehingga, mereka menambahkan undang-undang anti trust tersebut
dengan kalimat “undang-undang ini tidak ditujukan untuk kaum buruh”.
Apakah penghindaran pajak bisa dicela secara moral?
Menahan diri
Secara moral, hal ini tidak tercela karena tidak ada orang yang akan menganggap perbuatan
seorang peminum/perokok yang mengurangi kebiasaan meokoknya sebagai orang yang
menghindari pajak. Malah, orang yang mengurangi, atau malah tidak merokok sama sekali
dianggap sebagai tindakan terpuji.
Pindah lokasi
Hal ini tidak tercela karena merupakan hak asasi setiap orang untuk memilih tempat atau lokasi
usaha/domisilinya.
Penghindaran pajak secara Yuridis
Hal ini masih merupakan kontroversi di kalangan para ahli.
Tercela
Hal ini biasanya dikemukakan oleh kelompok sosialistis. Penghindaran pajak secara yuridis biasa
dilakukan oleh orang-orang atau badan yang penghasilannya tinggi dengan cara bermusyawarah
untuk mengurangi pajaknya. Hal tersebut bisa mengakibatkan pengurangan kas negara yang
berimbas pada menurunnya kemampuan negara untuk menyantuni masyrakat miskinnya.
Tidak tercela
Hal ini dikemukakan oleh kelompok kapitalis liberalistis. Alasannya, pada banyak putusan
Mahkamah Agung di negara Eropa Barat yang mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang
diharuskan menafsirkan suatu undang-undang untuk kepentingan negara.
b. Pengelakan Pajak (Tax Evasion)
Pengelakan pajak terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari
pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari
penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib pajak besar (berasal dari
multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penting nasional) dan
wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka
praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll).
Kecenderungan wajib pajak melakukan penghindaran atau pengelakan pajak
(dengan asumsi negara yang mempunyai sistem penegakan hukum yang bagus dan orang-
orang yang tidak mudah disuap).
Akibat-Akibat Pengelakan Pajak
Dalam bidang keuangan
Pengelakan pajak merupakan pos kerugian bagi kas negara karena dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan
dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan inflasi, dll.
Dalam bidang ekonomi
Pengelakan pajak sangat memengaruhi persaingan sehat di antara para pengusaha.
Maksudnya, pengusaha yang melakukan pengelakan pajak dengan cara menekan biayanya
secara tidak wajar. Sehingga, perusahaan yang mengelakkan pajak memperoleh
keuntungan yang lebih besar dibandingkan pengusaha yang jujur. Walaupun dengan
usaha dan produktifitas yang sama, si pengelak pajak mendapat keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan pengusaha yang jujur. Pengelakan pajak menyebabkan
stagnasi (macetnya) pertumbuhan ekonomi atau perputaran roda ekonomi. Jika mereka
terbiasa melakukan pengelakan pajak, mereka tidak akan meningkatkan produktifitas
mereka. Untuk memperoleh laba yang lebih besar, mereka akan melakukan pengelakan
pajak. Langkanya modal karena wajib pajak berusaha menyembunyikan penghasilannya
agar tidak diketahui fiscus. Sehingga mereka tidak berani menawarkan uang hasil
penggelapan pajak tersebut ke pasar modal.
Dalam bidang psikologi
Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja
membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Jika wajib pajak menggelapkan
pajak, maka wajib pajak mendapatkan keuntungan bersih yang lebih besar. Jika
perbuatannya melangggar undang-undang tidak diketahui oleh fiscus, maka dia akan
senang karena tidak terkena sangsi dan menimbulkan keinginan untuk mengulangi
perbuatannya itu lagi pada tahun-tahun berikutnya dan diperluas lagi tidak hanya pada
pelanggaran undang-undang pajak, tetapi juga undang-undang yang lainnya.
Wajib Pajak Besar
Wajib pajak besar memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak (Tax
Avoidance). Karena:
Perusahaan besar memiliki biro-biro hukum atau tim lawyer yang tangguh yang mampu
mencari celah dalam undang-undang pajak.
Pembukuan dilakukan oleh banyak orang sehingga risiko terjadinya kebocoran juga besar.
Jika wajib pajak besar ingin melakukan pengelakan pajak, mereka harus memperkecil
keuntungannya di mata publik. Perusahaan yang labanya kecil, performancenya akan
turun sehingga harga sahamnya turun. Hal ini mengakibatkan pamornya turun di depan
relasi dagangnya. Sehingga mereka akan kehilangan relasi yang mengakibatkan kerugian
yang lebih besar dibandingkan pengurangan tarif pajak.
Wajib Pajak Kecil
Wajib pajak kecil cenderung melakukan pengelakan pajak (Tax Evation). Karena:
Tidak punya kemampuan untuk mencari celah undang-undang pajak.
Apabila dokter/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya, kecil
kemungkinan diketahui oleh fiscus karena dia sendiri yang mencatat penghasilannya.
Penghasilan para profesional bebas sulit dilacak oleh fiscus karena biaya yang dibayar
oleh pasien kepada dokter tidak mengurangi penghasilan kena pajak seseorang. Biaya
tersebut dianggap sebagai konsumsi.
c. Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak terjadi setelah SKP keluar. Melalaikan pajak adalah menolak
membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang
harus dipenuhi oleh wajib pajak dengan cara menghalangi penyitaan.
1. Jika wajib pajak telah menerima SKP, maka dia harus membayar pajak sesuai dengan
SKP tersebut.
2. Jika wajib pajak tidak melakukannya, maka fiscus akan mengirim surat teguran.
3. Jika belum dibayar juga, maka diterbitkanlah surat paksa yang kekuatannya sama dengan
putusan pengadilan yang berlaku.
4. Setelah 2 x 24 jam wajib pajak belum membayar juga, maka diterbitkan surat penyitaan
yaitu surat perintah untuk melakukan penyitaan pada harta wajib pajak itu.
Wajib pajak akan melakukan usaha untuk menghalangi penyitaan itu dengan cara kasar
dan cara halus.
Cara kasar: yaitu saat juru sita datang, dilepaskan anjing herder untuk mengusir juru sita
tersebut. Ataupun mengancam dengan golok.
Cara halus: yaitu dengan cara mengalihkan/memindahtangankan semua harta wajib pajak
ke tangan orang lain atau keluarganya secara pura-pura. Untuk memunculkan harta yang
tersembunyi ini, maka wajib pajak disandera. Karena melalaikan pajak bukanlah
perbuatan pidana, maka jika wajib pajak disandera, biaya makan dan minum ditanggung
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sandera diberlakukan untuk orang yang berutang, baik
utang publik maupun perdata (menurut HIR). Tetapi, ada edaran dari MA bahwa untuk
utang perdata, orang yang berutang tidak disandera karena posisi orang yang berutang
lebih lemah. Untuk utang pajak termasuk utang publik. Karena itu wajib pajak yang tidak
membayar pajak akan disandera.
RAHASIA JABATAN
Rahasia jabatan adalah rahasia seseorang dalam pekerjaan/jabatannya sebagai pejabat
struktural. Dalam hal inilah profesionalitas seseorang dalam memangku suatu jabatan dapat
dinilai.
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Pihak-pihak yang wajib merahasiakan keadaaan Wajib Pajak
a. Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala
sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, kecuali sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan.
b. tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pihak-pihak yang dikecualikan merahasiakan keadaan Wajib Pajak
a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang
pengadilan.
b. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
c. Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang memberi izin tertulis kepada
pejabat dan tenaga-tenaga ahli supaya memberikan keterangan, memperlihatkan bukti
tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuknya. Dalam surat izin
menteri keuangan harus dicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang ditunjuk dan
nama pejabat atau ahli atau tenaga ahli yang diizinkan untuk memberi keterangan atau
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak.
d. Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkara pidana atau perdata atas
permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,
Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat dan tenaga
ahli , bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan Hakim
sebagaimana dimaksud, harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat,
keterangan-ketera.ngan yang diminta serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang
bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut
Pihak-pihak yang dapat diberikan Keterangan oleh Pejabat dan Tenaga Ahli yang Ditunjuk
( Pasal 34 ayat 2a a Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 ) huruf b Jo KMK Nomor
539/KMK.04/2000 )
a. Pihak lain yang kepadanya dapat diberikan keterangn oleh pejabat dan tenaga ahli
mengenai segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan adalah pejabat dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang
berwenang melakukan pemeriksaan di bidang keuangan negara yang sedang menjalankan
tugas sesuai dengan surat tugas yang diterima dan ditunjukan kepada pejabat atau tenaga
ahli tersebut. Surat tugas ini harus menyebutkan nama Wajib Pajak dan keterangan yang
ingin diketahui tentang Wajib Pajak yang bersangkutan
Lembaga negara atau instnasi tersebut adalah :
1. Badan Pemeriksa Keuangan
2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Conth dalam jabatan / profesi lain:
Misalnya rahasia jabatan dalam kedokteran adalah rahasia dokter sebagai pejabat
stuktural, sedangkan rahasia pekerjaan ialah rahasia dokter pada waktu menjalankan praktiknya
(fungsional). Kewajiban menyimpan rahasia jabatan adalah kewajiban moril yang sudah terjadi
bahkan sejak zaman Hippokrates. Untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan,
Indonesia sudah mengukuhkan peraturan/undang-undang tentang rahasia jabatan. Rahasia jabatan
kedokteran diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 10 tahun 1966, yang mana mengatakan bahwa
dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia jabatan dokter di maksud untuk melindungi
rahasia dan untuk menjaga tetap terpeliharanya kepercayaan pasien dan dokter.
Dokter berkewajiban menyimpan data-data seperti rekap medis seseorang yang sedang
atau telah melakukan pengobatan. Oleh karena tanggung jawab menyimpan rahasia pasien ini
adalah suatu tanggung jawab moril, perihal rahasia jabatan ini juga diucapkan pada sumpah
jabatan seorang dokter, juga oleh KODEKI. Pada umumnya, saat menjalani pengobatan, seorang
dokter akan bertanggung jawab kepada pasien. Sehingga dokter yang bertanggung jawab tersebut
berkewajiban untuk memberikan informasi medis apabila diperlukan. Akan tetapi dalam
kasus/keadaan tertentu, tugas memberikan informasi medis ini dapat juga disampaikan oleh
dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab.
Rahasia jabatan juga berlaku pada pekerjaan lain, misalnya sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Dalam Peraturan Pemerintah no. 30 tahun 1980 dinyatakan bahwa PNS wajib menyimpan
rahasia negara atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, rahasia jabatan sedikit
berbeda bila dalam pengadilan. Dalam persidangan, kewajiban menyimpan rahasia jabatan itu
ditiadakan.] Misalnya, seorang notaris dalam persidangan, haruslah memberikan keterangan
sejelas-jelasnya bila dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus pajak.
WAKIL / KUASA WAJIB PAJAK
Wakil Wajib Pajak
Wajib Pajak dapat digolongkan menjadi dua yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan. Wajib Pajak Orang Pribadi (kecuali orang dalam pengampuan) dapat menjalankan
sendiri hak dan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak Badan, pada hakekatnya merupakan suatu
bentuk organisasi atau perkumpulan, sehingga tidak mungkin melakukan sendiri kewajiban
perpajakannya. Wajib Pajak Badan, untuk bertindak, harus dilakukan oleh orang-orang yang
ditunjuk atau dipilih untuk mewakilinya.
Ketentuan yang mengatur hal tersebut adalah Pasal 32 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), yaitu:
“Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:
1. badan oleh pengurus;
2. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
3. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan;
4. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
5. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya
atau yang mengurus harta peninggalannya; atau
6. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.”
Pengertian pengurus diatur dalam Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang KUP sebagai berikut:
“(4) Termasuk dalam pengertian pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan
dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan.”
Dalam penjelasannya disebutkan:
“Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijaksanaan dan/atau
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenang
menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan sebagainya walaupun
orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte
pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam
ayat ini berlaku pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau pengendali.”
Melihat pasal tersebut di atas, seorang pengurus adalah seseorang yang tidak harus duduk
di jajaran direksi (direktur atau komisaris). Selama orang tersebut memiliki kewenangan
menentukan arah kebijakan perusahaan, orang tersebut termasuk dalam pengertian pengurus.
Seorang karyawan -manajer, kepala bagian perpajakan, atau staf ahli perpajakan- dapat menjadi
pengurus suatu perusahaan sepanjang karyawan tersebut secara nyata-nyata mempunyai
kewenangan ikut menentukan kebijaksanaan dan/ atau mengambil keputusan untuk menjalankan
kegiatan perusahaan.
Kuasa Wajib Pajak
Dalam praktek, dapat saja terjadi karena sesuatu hal Wajib Pajak tidak dapat
melaksanakan atau menjalankan sendiri hak dan kewajiban perpajakannya. Misalnya, Wajib
Pajak sibuk atau tidak menguasai/ memahami ketentuan perpajakan. Apabila hal tersebut terjadi,
tidak berarti hak dan kewajiban perpajakan tersebut tidak dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
Undang-Undang KUP telah memberikan kemudahan dan kelonggaran kepada Wajib Pajak di
mana Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa untuk membantu melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
Kuasa Wajib Pajak bermula dari Pasal 32 ayat (3) jo. ayat (3a) Undang-Undang KUP, yang
berbunyi sebagai berikut:
“(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Penjelasan ayat (3):
…Yang dimaksud dengan "kuasa" adalah orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib
Pajak untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan
(3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”
Dari ketentuan tersebut, tampak jelas diatur bahwa yang dapat menerima kuasa dari Wajib
Pajak adalah orang (individu) bukan badan. Misalnya, Sdri. Ani, direktur utama PT. Kenari, ingin
memberikan kuasa untuk mengajukan keberatan kepada Sdr. Rian Nugroho, yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik Subiyakto & Rekan. Surat kuasa khusus yang dibuat oleh Sdri. Ani harus
menyebutkan nama Sdr. Rian Nugroho sebagai penerima kuasa, bukan Kantor Akuntan Publik
Subiyakto & Rekan sebagai penerima kuasanya, bukan antara Sdri. Ani dengan Kantor Akuntan
Publik Subiyakto & Rekan karena Kantor Akuntan Publik Subiyakto & Rekan bukan orang
(individu) tetapi badan (firma).
Selanjutnya, pengertian seorang kuasa berbeda dengan Wajib Pajak (wakil Wajib Pajak).
Seorang kuasa merupakan pihak atau orang lain dari Wajib Pajak. Oleh karena seorang kuasa
bukan merupakan Wajib Pajak, maka dalam bertindak menjalankan hak dan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, seorang kuasa membutuhkan adanya surat kuasa khusus dari Wajib
Pajak yang bersangkutan. Lain halnya, apabila Wajib Pajak sendiri yang bertindak, maka mereka
tidak memerlukan kuasa dari siapapun.
Di samping itu pula, seorang kuasa hanya mempunyai hak dan/atau kewajiban perpajakan
tertentu yang dikuasakan Wajib Pajak sesuai dengan surat kuasa khusus (yang diberikan Wajib
Pajak). Yang dimaksud dengan hak dan kewajiban perpajakan tertentu adalah suatu proses
perpajakan tertentu yang terkait dengan pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, misalnya, pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan dalam rangka
pemeriksaan, pengajuan keberatan, permohonan fasilitas perpajakan, atau pengisian serta
penandatanganan Surat Pemberitahuan (SPT).
Contoh, Sdr. Tino adalah kepala divisi perpajakan pada PT. ABC yang mempunyai
kewenangan untuk mengambil kebijakan terkait perpajakan perusahan tersebut. Dengan
demikian, Sdr. Tino termasuk dalam pengertian pengurus. Apabila Sdr. Tino bertindak untuk
melakukan sesuatu hak terkait perpajakan PT. ABC, misalnya mengajukan permohonan
keberatan, Sdr. Tino tidak memerlukan surat kuasa khusus dari siapapun. Namun, jika Sdr. Tino
karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan hak tersebut, ia dapat menunjuk orang lain sebagai
kuasanya dengan surat kuasa khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Dudi. 2008. “kuasa wajib pajak”. Diakses 1 Desember 2014 (http://dudiwahyudi.com/pajak/ketentuan-umum-dan-tatacara-perpajakan/kuasa-wajib-pajak.html)
Pajak online. 2014. “Rahasia Jabatan”. Diakses 1 Desember 2014 (http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=191)
Wikipedia. 2014. “Rahasia Jabatan”. Diakses 1 Desember 2014 (http://id.wikipedia.org/wiki/Rahasia_jabatan)
Pajak. 2012. “hak-dan-kewajiban-wajib-pajak”. Diakses 1 Desember 2014 (http://www.pajak.go.id/content/meneropong-siklus-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak)
Wikipedia. 2013. “Penghindaran pajak”. Diakses 1 Desember 2014
(http://id.wikipedia.org/wiki/Penghindaran_pajak)
Suandy, Erly. 2011. “hak-hak-wajib-pajak”. Diakses 1 Desember 2014
(http://penerbitsalemba.com/v2/news/view/58)