24
MUATAN LOKAL MANAJEMEN PERPAJAKAN MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Perkuliahan Pendidikan Profesi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama DISUSUN OLEH : ERIK NUGRAHA 151502052 WULAN PRYMARANTI 151502067

Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas pajak

Citation preview

Page 1: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

MUATAN LOKAL

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh

Perkuliahan Pendidikan Profesi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama

DISUSUN OLEH :

ERIK NUGRAHA 151502052

WULAN PRYMARANTI 151502067

PIPIT PITRASARI N 151502051

WELLY HAPOSAN 151502053

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2015

Page 2: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak dikategorikan pengelolaanya menjadi Pajak yang dikelola

Pemerintah Pusat dan Pajak yang dikelola Pemerintah Daerah Pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal

balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian atau fakta diatas mengungkapkan

bahwa tujuan pajak adalah untuk memakmurkan rakyat atau membuat rakyat

menjadi sejahtera. Perpajakan di Indonesia sangatlah kompleks, karena begitu

banyak aspek-aspek yang diatur didalamnya, hanya saja dalam makalah ini akan

dibahas mengenai beberapa aspek dalam perpajakan yang ada di Indonesia yaitu

Tax planning atas struktur Inbound Investment, Perpajakan Atas Industri Tertentu

dan Pajak Daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Tax planning atas struktur Inbound Investment

2. Bagaimana Perpajakan Atas Industri Tertentu

3. Apakah yang dimaksud dengan Pajak Daerah

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Tax Planning atas struktur

Inbound Investment

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perpajakan Atas Industri

Tertentu

3. Untuk mengetahui Pajak Daerah

Page 3: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tax planning atas struktur Inbound Investment

Pada umumnya perencanaan pajak atau tax planning merujuk kepada

proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak (WP) agar utang pajak berada

pada jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan

perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan

kewajiban pajak secara lengkap benar dan tepat waktu, sehingga dapat secara

optimal menghindari pemborosan sumber daya. Perencanaan pajak merupakan

langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan

sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak

yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan

likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban

perpajakan dan pengendalian pajak. Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan

pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan tujuannya adalah agar

dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Ada beberapa strategi dalam perencanaaan pajak yang dilakukan

perusahaan. strategi tersebut antara lain dapat berupa penghematan pajak (tax

saving), penghindaran pajak (tax avoidance), penggelapan pajak (tax evasion).

Semua strategi perencanaan pajak hendaknya harus mengikuti ketentuan

perpajakan yang ada. Tujuan pembaharuan sistem perpajakan (kebijakan pajak)

adalah menjamin adanya kepastian hukum dan menutup peluang penghindaran

pajak dan / atau penyelundupan pajak dan penyalagunaan wewenang. Tax

planning pada pajak dapat dilakukan pada berbagai macam jenis pajak seperti

salah satunya pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan salah satu faktor

yang secara langsung dapat mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap

aktivitas investasi dan bisnis yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan. Tax

planning pun erat kaitannya dengan hubungan multilateral antar negara, secara

Page 4: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

otomatis tax planning berkaitan dengan perpajakan internasional. Perpajakan

internasional berdasarkan undang undang domestik indonesia perlu mendapat

perhatian. Bidang ini telah dibahas dalam karya ilmiah doktor mansury yang

mengulas : outbound transaction, maksudnya adalah kegiatan dimana resident dan

citizen doing business and investing aboard. Selain itu doctor gunadi telah

membahas tentang taxtaion of inbound investment di Indonesia. pengertian

Inbound transaction menggambarkan subjek pajak luar negeri menyelenggarakan

bisnis atau penanaman modal luar negeri. Istilah sebaliknya outbound transaction

apabila resident dan warga negaranya tertentu melakukan usaha atau investasi

diluar daerah pabean. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tax planning atas

inbound investment adalah perencanaan pajak yang dilakukan oleh subjek pajak

luar negeri yang melakukan investasi atau penanaman modal diluar negeri.

2.2 Perpajakan Atas Industri Tertentu

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri

kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi melalui Peraturan

Menteri Kuangan Nomor 175/PMK.011/2013 ditetapkan sebagai pemungut Pajak

pasal 22 UU PPh. Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri

tertentu tersebut dilakukan pada saat penjualan kepada distributornya didalam

negeri. Besarnya pungutan PPh pasal 22 tersebut ditetapkan antara lain:

1. Industri semen 0,25 % dari DPP PPN penjualan semua jenis semen

2. Industri kertas 0,1 % dari DPP PPN penjualan kertas

3. Industri baja 0,3% dari DPP PPN penjualan baja

4. Industri otomotif 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor

roda dua atau lebih

5. Industri farmasi 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat

Sebagai contoh, PT Wahana adalah distributor tunggal semen tiga roda

yang menjual semen seharga Rp. 400 juta kepada PT Sarana Jaya secara tunai.

Ayat jurnal yang disusun oleh PT Wahana (pihak pemungut).

Saat terjadi transaksi

Page 5: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

Kas Rp. 401.000.000

PPh Pasal 22 Terutang Rp. 1.000.000

Penjualan Rp. 400.000.000

Saat penyetoran PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 Terutang Rp. 1.000.000

Kas Rp. 1.000.000

Ayat junral yang disusun oleh PT Sarana Jaya (pihak yang dipungut)

Saat membeli barang

Pembelian Rp. 400.000.000

PPh Pasal 22 Rp. 1.000.000

Kas Rp. 401.000.000

Saat pengkreditan pajak

PPh Terutang Rp. 1.000.000

PPh Pasal 22 Rp. 1.000.000

Dalam melakukan pemungutan PPh pasal 22, pemungut wajib

menerbitkan bukti pemungutan PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yang

peruntukannya adalah sebagai berikut;

1. Lembar kesatu untuk wajib pajak yang dipungut

2. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan SPT masa PPh 22 ke

KPP tempat terdaftarnya pemungut.

3. Lembar ketiga untuk arsip wajib pajak pemungut.

Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri

tertentu tersebut disetorkan ke Kas negara melalui Bank persepsi yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan atau melaui kantor pos dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. Dan

melaporkan hasil pungutannya dengan menggunakan SPT masa ke KPP tempat

pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. Sedangkan

bagi distributor dalam negeri yang dipungut dapat memperihungkan sebagai

pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan (kredit pajak dalam negeri).

Page 6: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

2.3 Pajak Daerah

Pengertian Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib

pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah

ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur

lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan

pungutan selain pajak yang telah ditetapkan Undang-Undang (Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009). Adapun jenis-jenis Pajak Daerah berdasarkan

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis

pajak kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel beriku :

Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Kendaraan Bermotor2. Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor4. Pajak Air Permukaan5. Pajak Rokok

1. Pajak Hotel2. Pajak Restoran3. Pajak Hiburan4. Pajak Reklame5. Pajak Penerangan Jalan6. Pajak Mineral Bukan Logam

dan Batuan7. Pajak Parkir8. Pajak Air Tanah9. Pajak Sarang Burung Walet10. Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan11. Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan

Sumber : UU No 28 Tahun 2009

Page 7: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

Berikut akan dijelaskan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu :

A. Pajak Yang Dikelola Provinsi

Ada 5 jenis pajak yang dikelola oleh Provinsi, pajak yang termasuk pajak

yang dikelola Provinsi adalah sebagai berikut :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua

kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis

jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya

energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam

operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara

permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Kendaraan

Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai

berikut :

a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah

sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif

dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua

persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans,

pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,

Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar

0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu

persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan

Page 8: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu

persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak

milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau

perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar

menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal

1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Menurut Pasal 12 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling

tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar

yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling

tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima

persen); dan

b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol

tujuh puluh lima persen).

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan

bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor

adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk

kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat

ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari

tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi

(Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Page 9: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

4. Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas

pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan

adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk

air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air

Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-

Undang nomor 28 Tahun 2009).

5. Pajak Rokok

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok

yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar

10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas

cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009). Penerimaan pajak rokok, baik bagian

Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit

50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan

hukum oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009).

B. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang

termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang

disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa

penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk

pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan

sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10

Page 10: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

(sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

(Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2. Pajak Restoran

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang

disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan

dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga

rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk

jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3. Pajak Hiburan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan

Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan

hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,

dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif

Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima

persen). Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes

kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan,

panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan

paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan

kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

4. Pajak Reklame

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau

media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau

untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau

badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau

Page 11: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi

sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

5. Pajak Penerangan Jalan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas

penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun

diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik

dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas

alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%

(tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif

Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah

pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik

dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan

logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan

perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%

(Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7. Pajak Parkir

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan

tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan

dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir

adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

Page 12: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%

(Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8. Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan

dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat

dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak

Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

9. Pajak Sarang Burung Walet

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas

kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu

collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan

collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling

tinggi sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,

dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah

dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan

adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar

0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Page 13: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah

dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang

mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh

orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Page 14: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa

hal sebegai berikut :

1. Tax planning erat kaitannya dengan hubungan multilateral antar negara,

secara otomatis tax planning berkaitan dengan perpajakan internasional.

Perpajakan internasional berdasarkan undang undang domestik

indonesia perlu mendapat perhatian. Pengertian Inbound transaction

menggambarkan subjek pajak luar negeri menyelenggarakan bisnis atau

penanaman modal luar negeri. Istilah sebaliknya outbound transaction

apabila resident dan warga negaranya tertentu melakukan usaha atau

investasi diluar daerah pabean. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tax

planning atas inbound investment adalah perencanaan pajak yang

dilakukan oleh subjek pajak luar negeri yang melakukan investasi atau

penanaman modal diluar negeri.

2. Perpajakan atas industri tertentu yaitu pajak atas badan usaha yang

bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri

baja, industri otomotif, dan industri farmasi melalui Peraturan Menteri

Kuangan Nomor 175/PMK.011/2013 ditetapkan sebagai pemungut

Pajak pasal 22 UU PPh. Besarnya pungutan PPh pasal 22 tersebut

ditetapkan yaitu :

Industri semen 0,25 % dari DPP PPN penjualan semua jenis semen

Industri kertas 0,1 % dari DPP PPN penjualan kertas

Industri baja 0,3% dari DPP PPN penjualan baja

Industri otomotif 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan

bermotor roda dua atau lebih

Industri farmasi 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat

3. Pajak Daerah ditetapkan dengan Undang-Undang omor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya

untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Adapun

Page 15: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

jenis-jenis Pajak Daerah berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat 5

(lima) jenis pajak yang dikelola provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak

yang dikelola kabupaten/kota.

Page 16: Tugas Pajak Pertemuan 14 (Kelompok 4) (2)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sambodo. 2015. Pajak Dalam Entitas Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Waluyo. 2014. Akuntansi Pajak. Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta