Tugas Pak Maijon

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSumber daya air merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa. Air merupakan benda yang sangat vital dan mutlak dibutuhkan bagi kehidupan dan penghidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sepanjang masa.Keterdapatan air dipermukaan bumi,sangat melimpah. Sekiar dua pertiga dari permukaan bumi tertutupi oleh air. Secara selintas, seolah tidak ada masalah dengan air,baik yang ditinjau dari keberadaannya dibumi maupun fungsinya sebagai faktor utama kehidupan. Namun, jika dicermati akan nampak bahwa jumlah air yang dimanfaatkan oleh manusia sangat terbatas dibandingkan jumlah air yang ada.Secara substansi, kebutuhan manusia akan air haru memadai dri aspek kuantitas, kualitas, dan kontinuitas (ketersinambungan). Pada sekitar 20 tahun terakhir, sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan aktivitas manusia dan laju pencemaran lingkungan ketersediaan air semakin terbatas. Pada kondisi ini, upaya konsevasi sumber daya air secara nyata dalam rangka menjaga dan meningkatkan kuantitas, kualitas, kontinuitas ketersediaan air mempunyai posisi yang sangat strategis. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, diperlukan suatu kerangka dasar pengelolaan sumber daya air terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air, yaitu berupa Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pola berbasis wilayah sungai tersebut menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air, melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. MaksudMaksud dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air sungai adalah memberikan arah pengelolaan sumber daya air yang ada di sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air, sehingga dapat menjamin terselenggaranya Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu. Upaya konservasi sumber daya air yaitu konsep konservasi sumber daya air, sasaran dan lingkup kegiatan konservasi sumber daya air, tantangan upaya konservasi ke depan.

1.2.2. Tujuan Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air adalah terwujudnya kelestarian sumber daya air, pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya air yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan dan mengurangi daya rusak air serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan. Serta membahas mengenai kondisi sumber daya air pada sungai citarum pada kasus pengelolaan sumber daya air. Sasaran kajian ini adalah tertanamnya suatu pemahaman yang konprehensif mengenai sumber daya air dan pengelolaan sumber daya air diindonesia khususnya citarum saat ini dan propeknya beberapa tahun ke depan, dan memulai mengkonservasi sumber daya air dalam rangka kehidupan generasi saat ini dan yang akan datang.

BAB IIPEMBAHASAN

Wilayah sungai citarum mencangkup sekitan banyak sungai, tigabelas diantara merupakan yang potensi sumber daya airnya sudah teridentifikasi. Sungai-sungai tersebut adalah sungai citarum, cipamingkis, cibeet, cikao, cimalaya, ciherang, cijengkol, ciasem, cigadung, cipunagara, cipancuh, bekasi, dan cikarang. Dalam bahasan ini, akan lebih memfokuskan diri pada kajian sungai citarum beserta daerah tangkapannya, atau lebih dikenal dengan istilah Daerah Aliran Sungai Citarum. DAS Citarum sendiri mempunyai luas wilayah keselurahan 11.225km2 . DAS Citarum mempunyai makna yang sangai penting dalam proses pembangunan. Tidak saja bagi masyarakat didelapan kabupaten/ kota yang berada di DAS Citarum, atau masyarakat Jawa Barat, tetapi juga bagi kepetingan nasional. Sungi Citarum sebagai sungai utama pada Das Citarum, beserta tiga Waduk besar yaitu saguling, cirata, dan Juanda( Jatiluhur) merupakan sumber air tawar terbesar dan memiliki potensi ekonomi yang penting di Jawa barat. Di dalam kawasan DAS Citarum, saat ini diperkirakan 8 juta penduduk bermukim, dan lebih kurang 1000 buah industry beroperasi.Sebagai penyedia air bagi daerah irigasi Jatiluhur seluas 285.363 Ha, das citarum memberikan kontribusi besar terhadap produksi beras jawa barat, dan selama ini jawa barat merupakan salah satu lumbung pangan nasional dengn kontribusi rata-rata 23% per tahun terhdap produksi beras nasional. Disamping itu, sungai citarum juga berfungsi sebagai penampung limbah dari beerbagai kegiatan yang terjadi di DAS citarum. Sungai citarum menanggung beban fungsi yang sangat besar dan jutaan penduduk yang masi sangat tergantung pada sumber air Citarum. Beban ini tentu akan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industry.Permasalahan dua dekade terakhir, sungai citarum menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan. Kerusakan lingkungan pada das citarum baik di bagian hulu maupun hilir telah memberikan dampak yang cukup berat bagi ketersediaan sumber daya air sungai citarum. Beberapa hasil pengamatan dan penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sungai citarum menurun drastic akibat pencemaran dan sedimentasi. Bahkan di bagian hulu, kualitas airnya sudah tidak memenuhi baku air golongan C atau D, terutama saat musim kemarau. Industry merupakan sumber pencemar paling dominan, disamping pertanian, perikanan, dan peternakan. Disisi lain beban pencemaran dari sector domestic pun ternyata sangat tinggi. Sumber-sumber pencemaran teresar justru berada didaerah hulu, khususnya di cekungan Bandung. Pada sub DAS citarum hulu, diperkirakan bermukim 5 jut lebih penduduk dan terdapat 484 industri dengan pemakaian air diperkirakan 331000 m3/hari.Kondisi buruk sungai citarum akan sangat menentukan kinerja instalasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di ketiga bendungan besar (saguling, cirata, juanda ), yang merupakan bagian dari interkoneksi listrik Jawa-Bali. Menurunnys debit air masuk (inflow) dan kualitas air yang masuk ke waduk seguling selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa daerah resapan (catchment area) mengalami degradasi sera pembuangan limbah ke badan sungai semakin bertambah dan tidak terkendali.

Ada beberapa aspek yang dapat dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air DAS Citarum. Adapun aspek-aspek pengelolaan sember daya air di DAS Citarum tersebut yaitu :- Konservasi Sumber Daya Air- Pendayagunaan Sumber Daya Air- Pengendalian Daya Rusak Air- Sistem Informasi Sumber Daya Air- Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha

1. Potensi Konservasi Sumber Daya AirKosep konservasi sumber daya airLimpasan hujan dan infiltrasi merupakan dua fenomena alami yang bersifat antagonis, jika sala satu membesar maka lainnya mengecil. Dengan kata lain pengendalian debit sama artinya dengan mengendalikan limpasan dan erosi, sedangkan mengendalikan limpasan hujan dan erosi harus dimulai dari upaya memperbesar infiltrasi dalam seleruh kawasan DAS.Upaya memperbesar infiltrasi sama artinya dengan upaya perbaikan pola pengelolaan lahan dikawasan DAS, karena infiltrasi sangat sensitive dipengaruhi tata guna lahan, jenis dan sifat tanah,morfologi lahan, dan rekayasa tekonologi diatas laan. Proses ini tentu saja dengan asumsi bahwa hujan adalah faktor alamiah eksternal yang tidak bisa dimodifikasi.Selin memperbesar ifiltrasi, upaya pengendalian debit sungai dilakukan pula dengan pengendalian limpasan hujan,dalam bentuk bending dan sejenis nya bentuk pengendalian limpasan juga memberikan dampak baik konsevasi SDA, berupa menampung dan mengendalikan limpasan hujan serta memberikan kesempatan yang lebih lama bagi air masuk kedalam tanahKonservasi SDA merupakan salah satu aspek dalam pengelolaan sumber daya air ( konservasi SDA, pendayagunaan SDA, Pengendalian Daya rusak Air).Secara umum potensi yang dapat dikembangkan dalam konservasi sumberdaya air di sungai citarum , mencakup: Reboisasi dan penghijauan di lahan kritis (hutan dan non-hutan) Pengembangan wanatani (agro forestry) Pembangunan waduk dan bending Pengelolaan teknik konservasi tanah dan air terpadu berwawasan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat serta pendampingan pada DAS Hulu dan lahan miring/pegunungan. Pengendalian erosi dengan bangunan teknik sipil berbasis lahan dan alur sungai

2. Potensi Pendayagunaan Sumber Daya AirDebit air sungai citarum dan sekitarnya yang masuk dari waduk djuanda dipandang sebagai jumalah air yang terkendali. Rekaman data debit dan jumlah air yang dihasilkan oleh DAS citarum yang masuk ke waduk jatiluhur selama 1 tahun didapat sebesar 5347 milyar m3 . sedangan yang dikelurkan oleh waduk djuanda sebesar 5254 milyar m3. Total potensi sumber daya air selama tahun dihitung berdasarkan jumlah air bulanan.

a. Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan

Beberapa potensi terkait dengan pengembangan irigasi pertanian di sungai citarum mencakup:

1. Peningkatan Efisiensi IrigasiEfisiensi irigasi yang dipakai dalam analisis saat ini adalah untuk irigasi semiteknis50% dan irigasi teknis 55%. Efisiensi irigasi diharapkan akan meningkat di masa yang akan datang dikarenakan adanya rehabilitasi prasarana irigasi, selain adanya perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat petani. Dengan adanya rencana rehabilitasi/upgrading fasilitas irigasi yang ada, perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat, maka effisiensi irigasi diperkirakan akan meningkat 10%, sehingga pada penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, perhitungan neraca air dipakai angka 60% untuk irigasi semi-teknis dan 65% untuk irigasi teknis.Dengan meningkatnya efisiensi irigasi tersebut, maka secara langsung dapat mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan luas lahan yang terairi.2. Pemanfaatan Untuk PerikananOleh karena perikanan air tawar volumenya/arealnya tidak terlalu besar, maka yang akan diperhatikan pada pola pengelolaan sumber daya air ini terpusat pada perikanan tambak. Untuk memperoleh hasil yang optimal, tambak memerlukan air segar untuk pencampuran/penggelontoran. Oleh karena itu air untuk keperluan tersebut sudah dialokasikan mengingat potensi keuntungan per hektar dari tambak relatif lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi atau palawija.3. Peningkatan Efisiensi Pelayanan PDAMEfisiensi pelayanan PDAM pada umumnya masih rendah. Sebagai contoh di Jakarta saat ini adalah 53%. Hal tersebut disebabkan oleh sistem perpipaan yang telah tua, cepat rusak, serta alasan manajemen. Diharapkan pada masa datang efisiensi tersebut dapat ditingkatkan (Jakarta tahun 1990 efisiensi PDAM Jakarta masih 40%, terjadi peningkatan 13% selama20 tahun).3. Potensi Pengendalian Daya Rusak Aira. Penanganan BanjirPengendalian banjir biasanya merupakan pendekatan yang paling mahal, dan kebanyakan tidak mengarah ke solusi yang berkelanjutan. Suatu pendekatan yang lebih murah berfokus pada mitigasi kerusakan banjir bukannya perlindungan banjir, dengan mempertimbangkan upaya struktural dan nonstruktural. Hal ini disebut sebagai "pengelolaan banjir" dengan menyadari bahwa banjir tidak dapat dicegah sama sekali.Fokus seharusnya diarahkan kepada upaya seperti: Menciptakan kerjasama hulu-hilir dalam pengelolaan DAS, Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, Bantuan kepada penduduk, industri dan perdagangan dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih lokasi dan penataan rumah danbisnis mereka untuk menghindari kerawanan terhadap kerugian banjir, Pengendalian penebangan pohon serta melaksanakan konservasi tanah dan penggunaan lahan berkelanjutan pada daerah tangkapan air di hulu, Pengembangan lahan marjinal, Meningkatkan kesiapan terhadap banjir serta menciptakan asuransi kerugian banjir dan sistem kompensasi antar-masyarakat sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan banjir.

Potensi upaya pengelolaan banjir di sungai citarum mencakup:1. Potensi Penanganan FilosofiPotensi filosofi yang dimaksud di sini adalah potensi terkait dengan penanganan revitalisasi kawasan perumahan dan relokasi perumahan daerah rawan banjir2. Potensi Penanganan StrukturalPotensi penanganan struktural mencakup kegiatan normalisasi, pembuatan waduk, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan, dan biopori.3. Potensi Penanganan Non-StrukturalPotensi penanganan non-struktural meliputi Konservasi dan Rehabilitasi Hutandan Lahan di DAS, pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi danhutan koloni (Land Banking), penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan, pendampingan masyarakat dalam berperilaku prokonservasi lingkungan.4. Potensi penanganan Sosial BudayaPotensi penanganan sosial budaya terutama adalah penangangan terhadap penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan termasuk di dalamya pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi lingkungan.Kekurangan air irigasi terutama terjadi pada bagian akhir jaringan irigasi. untuk mengurangi kekeringan adalah dengan memperbaiki distribusi air irigasi, meningkatkan efisiensi air irigasi, menindak tegas pengambilan air tidak berijin serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan petani terhadap jadwal tanam yang telah ditentukan. 4. Potensi Penataan Ruang

a. Java Spatial ModelJSM merupakan model berbasis perubahan pemanfaatan ruang/ penggunaan lahan dengan basis data Pulau Jawa yang potensial dapat digunakan sebagai piranti perkiraan informasi proyeksi masa depan yang konsisten dari: Distribusi spasial dari populasi dan tenaga kerja pada tingkat desa; Perkembangan kawasan perkotaan/permukiman yang dibutuhkan untukmemperkirakan kebutuhan yang terkait kegiatan manusia; Perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan kawasan perkotaanyang mengambil/menguasai kawasan utama lainnya seperti kawasanirigasi teknis/sawah dan sebagainya.Dalam aplikasinya, hasil JSM dipergunakan untuk proyeksi perkembangan sebaran penduduk masing-masing Kecamatan yang dipergunakan dalam Ribasim.b. Perlindungan Lahan Pertanian BerkelanjutanKebijakan pencegahan dan/atau pengendalian konversi lahan pertanian, terutama sawah beririgasi teknis, menjadi sangat mendesak. Instrumen utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah terjadinya konversi lahan sawah beririgasi teknis adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota melalui mekanisme perijinan lokasi. Penurunan luas lahan sawah ini sangat merugikan investasi yang telah dilakukan Pemerintah untuk pembangunan irigasi.

Bab IIIKesimpulan Sumber daya air merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa. Air merupakan benda yang sangat vital dan mutlak dibutuhkan bagi kehidupan dan penghidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sepanjang masa. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, diperlukan suatu kerangka dasar pengelolaan sumber daya air terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air, yaitu berupa Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. DAS Citarum mempunyai makna yang sangai penting dalam proses pembangunan. Tidak saja bagi masyarakat didelapan kabupaten/ kota yang berada di DAS Citarum, atau masyarakat Jawa Barat, tetapi juga bagi kepetingan nasional. Sungi Citarum sebagai sungai utama pada Das Citarum, beserta tiga Waduk besar yaitu saguling, cirata, dan Juanda( Jatiluhur) merupakan sumber air tawar terbesar dan memiliki potensi ekonomi yang penting di Jawa barat.Ada beberapa aspek yang dapat dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air DAS Citarum. Adapun aspek-aspek pengelolaan sember daya air di DAS Citarum tersebut yaitu :- Konservasi Sumber Daya Air- Pendayagunaan Sumber Daya Air- Pengendalian Daya Rusak Air- Potensi Penataan Ruang

1. Konservasi Sumber Daya Air

Secara umum potensi yang dapat dikembangkan dalam konservasi sumberdaya air di sungai citarum , mencakup: Reboisasi dan penghijauan di lahan kritis (hutan dan non-hutan) Pengembangan wanatani (agro forestry) Pembangunan waduk dan bending Pengelolaan teknik konservasi tanah dan air terpadu berwawasan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat serta pendampingan pada DAS Hulu dan lahan miring/pegunungan. Pengendalian erosi dengan bangunan teknik sipil berbasis lahan dan alur sungai

2. Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Aira. Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan1. Peningkatan Efisiensi Irigasi2. Pemanfaatan Untuk Perikanan3. Peningkatan Efisiensi Pelayanan PDAM3. Potensi Pengendalian Daya Rusak Aira. Penanganan Banjir1. Potensi Penanganan Filosofi2. Potensi Penanganan Struktural3. Potensi Penanganan Non-Struktural4. Potensi penanganan Sosial Budayab. Penanganan Krisis Air/Kekeringan

4. Potensi Penataan Ruanga. Java Spatial ModelJSM merupakan model berbasis perubahan pemanfaatan ruang/ penggunaan lahan dengan basis data Pulau Jawa yang potensial dapat digunakan sebagai piranti perkiraan informasi proyeksi masa depan yang konsisten dari: Distribusi spasial dari populasi dan tenaga kerja pada tingkat desa; Perkembangan kawasan perkotaan/permukiman yang dibutuhkan untukmemperkirakan kebutuhan yang terkait kegiatan manusia; Perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan kawasan perkotaanyang mengambil/menguasai kawasan utama lainnya seperti kawasanirigasi teknis/sawah dan sebagainya.b. Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan

Kebijakan pencegahan dan/atau pengendalian konversi lahan pertanian, terutama sawah beririgasi teknis, menjadi sangat mendesak. Instrumen utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah terjadinya konversi lahan sawah beririgasi teknis adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota melalui mekanisme perijinan lokasi.

LAMPIRAN

Daftar Pustaka

www.google.com/02_POLA_WS_6Ci_cov_letterDG.pdfwww.google.com/Paper_Seminar-air_di_das_citarum.pdf