21

Click here to load reader

Tugas Pak Rafki

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Pak Rafki

BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG

Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hamper semua bagian perairan laut Indonesia nyang ada seperti pada perairan laut teritirial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang didunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.62 juta ton pertahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap diperairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEEI.

Menurut data yang dirangkum Direktorat Jenderal Perikanan (2007), produksi ikan pelagis besar pada tahun 2006 sebesar 592.341 ton atau 21,5% dari produksi perikanan laut Indonesia sebesar 2.752.838 ton. Dari jumlah tersebut kelompok produksi terbesar adalah jenis tongkol sebanyak 31,2% yang di ikuti oleh cakalang, tenggiri dan cucut masing-masing 26,9%, 17,2%, 14,1% dan 10,7%. Dibandingkan dengan produksi tahun 2004 sebesar 295.338 ton produksi ikan pelagis besar pada tahun 2005 adalah sebesar 952.341 ton, jadi kenaikan produksi ikan tersebut rata- rata 17,2% setiap tahun. Jika dirinci menurut kelompok jenisnya, maka kenaikan rata-rata pertahun selama periode 1996 - 2005 mengalami kenaikan, rata-rata ikan tuna 11,1%, cakalang 7,2%, tongkol 5,5%, tenggiri 34,9%, dan cucut 38,1.

Potensi perikanan laut Indonesia yang terdiri atas potensi perikanan pelagis dan perikanan komersial terbesar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial,perairan laut Nusantara, dan perairan laut Zona Ekonomi Eklusif (ZEE). Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km² dengan garis pantai terpanjang ke dua di dunia sepanjang 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.845 pulau memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6,26 juta ton per tahun dan dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton yang tertangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEE.

Pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia ini bernilai ekonomis tinggi untuk kebutuhan lokal dan ekspor, yang tentu saja dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. Walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan atau peranan terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan Indonesia. Peningkatan pemanfaatan potensi perikanan semestinya membuka lapangan kerja yang sangat luas terutama bagi putra daerah dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Tuna terdapat di semua perairan terutama perairan yang memiliki kadar garam yang tinggi. Di Lautan Hindia penyebarannya meluas dari 30° LS ke utara dan dari timur Afrika hingga barat Australia. Di perairan Nusantara, terdapat di laut dalam seperti: Laut Bali, Laut Flores, Laut Sewu, Laut Arafuru dan Laut Banda. Fishing ground tuna di Indonesia terletak di perairan selatan

Page 2: Tugas Pak Rafki

dan barat Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Maluku dan perairan sebelah barat Irian Barat.

Perairan Indonesia dan khususnya perairan Sumatera Barat memiliki sumber daya alam berupa potensi ikan yang melimpah. Lalu apa solusinya? Apa yang perlu di perbuat? Perlu terobosan yang profesional dan tindakan yang cerdas serta pemimpin yang sangat memahami dunia perikanan dan kelautan bagi Sumatera Barat di masa datang! Selaku putera daerah Sumatera Barat, saya ingin menjadikan daerah ini sebagai basic perikanan tangkap di kawasan Sumatera dan Indonesia bagian barat. Hal tersebut sangatlah beralasan karena provinsi Sumatera Barat secara geografis terletak dipantai barat Pulau Sumatera yang menghadap langsung ke Samudera Hindia, sehingga daerah ini tidak terlalu jauh bagi kapal-kapal penangkapan ikan dari daerah penangkapan (fishing ground) ke aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB) Kota Padang.

Di Provinsi Sumatera Barat telah banyak berdiri sekolah kejuruan perikanan dan kelautan. Sebagaian sekolah tersebut sudah menamatkan siswa yang siap bekerja pada kapal-kapal perikanan dan kapal niaga lainya. PT. MARINE SUPPORT INDONESIA di bawah kepemimpinan saya sebagai mantan pelaut dan alumni angkatan pertama Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pariaman telah menyalurkan alumni sekolah perikanan dan kelautan yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat sebanyak 450 orang dari tahun 2001 sampai tahun 2009. Sedangkan dari provinsi lain di negara Republik Indonesia telah disalurkan sebanyak 2250 orang ke kapal-kapal berbendera asing untuk bekerja. Mereka telah mendapatkan pengalaman yang berguna baik bagi dia sendiri maupun sebagai aset bagi bangsa Indonesia di satu sisi. Saya berharap bagi mereka yang sudah bekerja di luar negeri akan mampu membawa segudang ilmu dan dapat diterapkan ke daerah untuk tujuan tersebut di atas.

Dari uraian singkat di atas, PT. MARINE SUPPORT INDONESIA, siap berkolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti Lembaga Pendidikan, Dinas Perikanan dan Kelautan, para investor, pemerintah dan pemerhati untuk bersinergi membangun bangsa ini terutama Sumatera Barat di sektor perikanan dan kelautan seperti yang saya cita-citakan. Saya yakin, harapan saya dapat diterima masyarakat.

Saya selalu memperjuangkan armada penangkapan ikan berbendera asing untuk beroperasi di wilayah laut Sumatera Barat dan lautan Indonesia pada umumnya. Perjuangan tersebut sudah berada di depan mata karena perusahaan yang saya pimpin telah lama bekerja sama dengan perusahaan negara asing seperti Taiwan, Jepang, Malaysia dan Korea. Tinggal menunggu respon dari semua pihak dan memudahkan perizinan dalam hal mambentuk kerja sama.

Seperti yang pernah saya lakukan pada tahun 2004 sebanyak 42 unit kapal tuna long line yang beroperasi di laut Sumatera Barat dan berlabuh di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB) Padang. Kapal penangkapan ikan tersebut biasanya berlabuh di pelabuhan perikanan Samudra Jakarta dan pelabuahan Benoa Bali. Dampak positif terhadap masyarakat adalah membuka lapangan pekerjaan baik sebagai ABK kapal maupun sebagai perkerja di pelabuhan serta menambah pemasukan daerah seperti pertembuhan ekonomi masyarakat sekitar pelabuhan perikanan Samudra Bungus. Dengan pengalaman tersebut, saya akan memulai mendatangkan

Page 3: Tugas Pak Rafki

armada penangkapan ikan dari negara Taiwan, Jepang, Korea dan Sri Langka dalam jumlah besar.

Sebagai negara kepulauan (juga dikenal sebagai negara maritim), Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, dimana 75% dari luas negara Indonesia berupa perairan laut dengan panjang pantai mencapai 81.000 Km, dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 5.800.000 Km2. Dengan demikian jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka luas perairan Indonesia merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Dengan luas perairan tersebut, menurut data Ditjen Perikanan, potensi lestari produksi perikanan Indonesia mencapai 6,7 juta ton ikan per tahun. Namun produksi perikanan secara nasional realisasinya rata-rata sebesar 45% saja, atau sekitar 3 juta ton per tahun. Rendahnya produksi ini pada akhirnya menyebabkan kontribusi sub-sektor perikanan pada perolehan devisa ekspor nasional juga menjadi relatif rendah, yaitu sekitar 7,6%. Oleh sebab itu harus ada upaya-upaya untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya perairan Nusantara, yang berorientasi ekor untuk meningkatkan devisa negara, disamping untuk memenuhi peningkatan kebutuhan gizi masyarakat pada umumnya. Upaya-upaya itu antara lain melalui pengembangan agribisnis perikanan dan membangun industri perikanan yang berdampak luas terhadap pengembangan ekonomi di daerah sekitarnya.

Upaya memanfaatkan sumber daya perikanan Nusantara secara optimal ternyata masih menghadapi berbagai kendala, seperti masalah pendanaan (permodalan); teknologi penangkapan; budidaya (teknologi dan keterampilan); teknologi pengolahan; serta penyediaan armada kapal penangkapan ikan. Masalah lain yang diidentifikasi menghambat laju pertumbuhan produksi perikanan nasional adalah, masalah perizinan yang kurang efisien; pelayanan pelabuhan dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang dianggap mengakibatkan biaya tinggi; kurang terpadunya rencana tata ruang di wilayah laut dan pantai; masalah pencurian ikan; dan sebagainya.

Keterbatasan sarana dan prasarana penangkapan, khususnya kemampuan armada penangkapan ikan (yang sebagian besar masih menggunakan perahu tanpa motor atau dengan motor-motor kecil) sehingga wilayah operasional penangkapan ikan terbatas sekitar pantai. Oleh sebab itu, di beberapa daerah banyak mengalami padat tangkap namun areal penangkapan terbatas, sedangkan di areal lepas pantai (belum termasuk ZEE) kapasitas penangkapan masih terlalu longgar, sehingga produksi perikanan menjadi rendah. Sebagai contoh adalah Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang memiliki perairan sangat luas namun hanya memberikan kontribusi sekitar 27,5% terhadap produksi perikanan nasional, sebaliknya di Jawa dan Sumatra yang perairannya relatif kecil namun mampu memberikan kontribusi sebesar 28,5% (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian).

Page 4: Tugas Pak Rafki

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya-upaya yang telah dikembangkan saat ini misalnya dengan meningkatkan agribisnis perikanan, misalnya lebih memacu peningkatan armada penangkapan ikan (armada semut) yang bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar (dilengkapi dengan pabrik es, cold storage, dan unit pengolahan ikan), memang telah menunjukkan hasil yang posistif, tetapi dalam beberapa tahun terakhir upaya peningkatan ini mengalami hambatan yang sangat serius sejalan dengan terjadinya krisis ekonomi yang dialami Indonesia, dimana harga-harga barang yang terkait langsung dengan Investasi meningkat sampai 3 kali lipat dari harga sebelum krisis ekonomi.

Biaya investasi armada kapal dengan ukuran kapal motor 7 GT (syarat minimal untuk operasional di areal lepas pantai hingga 100 mil) dengan kasko dari kayu dan mesin dalam (marine engine), saat ini memerlukan dana sekitar Rp 96 juta per unit, apalagi untuk investasi armada kapal yang cukup ideal dengan ukuran kapal motor 10 GT (juga kasko kayu) yang vestasinya mencapai Rp 125 juta lebih per unit. Kedua jenis kapal ini jelas sangat sulit jika dikembangkan dengan dana kredit program, misalnya skim KKPA sebesar maksimum Rp 50 juta per anggota Koperasi.

Namun demikian, peluang untuk mengembangkan agribisnis perikanan masih tetap terbuka, yaitu melalui upaya pengembangan budidaya perikanan. Budidaya perikanan yang telah berkembang selama ini, adalah budidaya tambak udang dan bandeng. Sedangkan budidaya perikanan darat, misalnya ikan mas, mujair, gurame, nila, dan ikan kolam air tawar lainnya, serta melaui media karamba (baik di danau dan sungai).

Khusus untuk budidaya perikanan laut memang belum begitu populer, mengingat teknologi ini baru diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Di beberapa daerah, usaha pengembangan budidaya perikanan laut (terutama dengan karamba jaring apung) misalnya ikan kerapu yang berorientasi ekspor telah berkembang dengan baik, antara lain di Aceh, Sumatera Utara, Simatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Pengembangan budidaya ikan kerapu (Groupe/Trout) dengan karamba jaring apung (Kajapung) menjadi alternatif untuk mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan fresh.

Berbeda dengan produksi ikan laut dengan sistem tangkapan lainnya, dimana tujuan mendapatkan hasil ikan dalam keadaan hidup dan tidak cacat/rusak, sangat sulit dicapai. Disamping itu produksinya sangat rendah karena untuk ikan jenis tertentu khususnya ikan-ikan dasar seperti ikan kerapu, ikan kakap, dan ikan dasar lainnya yang memiliki pasar potensial, penangkapan-nya harus menggunakan kail (baik hand line, long line atau rawai) sehingga produksinya menjadi terbatas, karena harus dikail satu per satu. Tidak seperti ikan permukaan

Page 5: Tugas Pak Rafki

misalnya kembung, cakalang, komu, sejenis sardin, dan sebagainya yang hidupnya bergerombol, sehingga mudah ditangkap dengan jaring dalam jumlah besar.

Namun untuk ikan-ikan kerapu, meskipun jumlah yang ditangkap di alam hasilnya sangat terbatas, tetapi karena harga jual ikan rapu (ukuran tertentu) sangat tinggi, maka hasil produksi yang sedikit itu tetap menguintungkan. Sedangkan ikan-ikan kerapu yang ukurannya kecil (belum memenuhi syarat) dapat dibudidayakan di karamba, yang beberapa bulan kemudian dapat dijual dalam keadaan hidup dengan harga mahal.

Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi.

Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha karamba jaring apung ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya. Dan yang terakhir, usaha budidaya ikan kerapu relatif lebih mudah dari pada nudidaya udang tambak, sehingga dari segi kemampuan dan keterampilan SDM pada umumnya tidak menjadi masalah, apalagi di beberapa daerah para nelayan telah berinisiatif merintis usaha semacam ini secara tradisional, yaitu pembesaran ikan kerapu dengan karamba jaring apung yang bibitnya berupa ikan tangkapan.

Namun demikian ada satu syarat yang harus dipenuhi agar usaha karamba jaring apung (selanjutnya disingkat menjadi Kajapung) dapat berkembang dengan baik, yaitu harus tersedia bibit ikan secara kontinyu. Untuk pengadaan bibit ini dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu bibit dengan ukuran antara 0,2 s/d 0,5 Kg yang berasal dari alam, atau hasil pembibitan secara modern ini memerlukan teknologi yang memadai dan biaya investasinya juga cukup mahal (sebab harus tersedia pompa penyedot, yang mampu menyedot air laut dari sumber minimal 500 m dari pantai, kemudian harus tersedia kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pendederan, dan sarana lainnya), maka diperlukan adanya mitra usaha (perusahaan inti) yang juga berperan dan bertanggung jawab sebagai penyuplai bibit ikan, atau membeli dari suatu Balai Penelitian yang mampu menyediakan bibit tersebut.

Oleh sebab itu, upaya pengembangan budidaya ikan kerapu dengan karamba jaring apung sangat relevan dikembangkan dengan pola kemitraan (PKT), seperti halnya pengembangan PKT Tambak udang, dimana perusahaan inti bertanggung jawab dalam hal pengadaan bibit, obat-obatan, pakan, pembinaan/penyuluhan, disamping bertanggung jawab dalam pemasaran hasil produksi plasma.

Page 6: Tugas Pak Rafki

Pengembangan PKT penangkapan dan budidaya ikan kerapu dengan kajapung ini dapat dikembangkan dengan beberapa variasi. Pertama, perusahaan inti sebagai penyuplai bibit dari hatchery; kedua, perusahaan inti sebagai penyuplai bibit yang selanjutnya dibesarkan di kolam laboratorium dan selanjutnya disuplai kepada para nelayan peserta proyek, kajapung (setelah mencapai ukuran siap dibudidayakan); dan kedua, nelayan menangkap ikan kerapu yang telah besar dari alam untuk dipelihara dalam waktu pendek sebelum dipasok kepada perusahaan inti.

Meskipun di beberapa daerah usaha ini telah mulai dikembangkan termasuk di Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara, namun sifat usahanya masih individual, sehingga upaya pengembangan budidaya ikan kerapu dengan kajapung secara massal dengan pola kemitraan, yang dapat ditunjang oleh kalangan perbankan memerlukan adanya suatu acuan yang diharapkan menjadi model untuk dapat dikembangkan di tanah air. Oleh karenanya perlu disusun Model Kelayakan Proyek Kemitraan Terpadu (MK-PKT) yang membahas cukup komprehensif, yaitu mulai dari aspek produksi, penaganan hasil pasca panen, pemasaran, organisasi kemitraan, aspek finansial, pembinaan dan penyuluhan, faktor-faktor penghambat dan pemecahannya, serta model kerjasama Inti-Plasma.

Seiring dengan penerbitan MK-PKT ini diharapkan pula adanya upaya-upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidangbudidaya ikan kerapu dengan kajapung agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi (kelemahan dalam sistem) dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan di sektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil.

Kebijakan di sektor pemerintah yang erat kaitannya dengan tujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha kecil budidaya ikan kerapu dengan kajapung adalah mengacu kepada sejauh mana Departemen Pertanian khususnya Direktorat Perikanan dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan proyek ini.

Kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan usaha kecil kerapu dengan karamba jaring apung adalah kebijakan berkesinambungan perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat usaha kecil.

Faktor keunggulan bisnis budidaya ikan kerapu dengan karamba jaring apung yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para Usaha Kecil/Nelayan, dapat diukur dari produktivitas tenaga kerja dan lahan yang merupakan modal utama dari para nelayan kecil. Melaui pelaksanaan Pola Kemitraan Terpadu (PKT), Kesinambungan pasokan input produksi dapat meningkatkan intensitas produksi dan menurunkan tingkat kegagalan panen serta meningkatkan efisiensi pemakaian input. Dengan demikian skala usaha dan produktivitas ikan kerapu dengan kajapung dapat ditingkatkan pula. Peningkatan skala usaha juga cenderung dapat menekan biaya.

Melalui pendekatan kelompok, beberapa biaya produksi dapat ditanggung secara bersama-sama. Di samping itu Model ini juga dapat menjamin keter-sediaan dan pengamanan kredit

Page 7: Tugas Pak Rafki

yang disalurkan kepada usaha kecil, karena bank merasa adanya kepastian terhadap pengembalian kredit dan pembayaran bunganya.

Dengan keunggulan-keunggulan seperti di atas, maka bisnis usaha kecil budidaya ikan kerapu dengan kajapung yang dilaksanakan dengan Model ini, akan memiliki potensi yang sangat besar untuk direplikasi di setiap daerah yang memiliki lahan atau situasi yang cocok untuk pelaksanaan budidaya ikan kerapu dengan kajapung.

Pada 2010 sumbangan protein ikan dalam total asupan protein hewani rakyat Indonesia barn 50 persen,sekarang 62 persen. Nilai ekspor perikanan juga meningkat dari 1,5 miliar dollar AS (1999) menjadi 3miliar dollar AS (2010). Demikian pula dengan kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap produk

domestik bruto, kini mencapai 3,2 persen dari 1,9 persen pada 1999.

Energi, Mineral dan Tambang

Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini para ahli menaruh perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap tantangan kekurangan energi di masa mendatang.

Hasil penelitian Richardson pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sekitar 70 persen produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan. Dari 60 cekungan yang potensial mengandung migas, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 di pesisir, dan hanya enam di daratan. Potensi cadangan minyak buminya 11,3 miliar barel dan gas 101,7 triliun kaki kubik. Belum lama ini, ditemukan jenis energi baru pengganti BBM berupa gas hidrat dan biogenik di lepas pantai barat Sumatra, Selatan Jawa Barat, dan bagian Utara Selat Makassar, dengan potensi melebihi seluruh potensi migas.

Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Baru 10 cekungan yang telah di teliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel diantaranya sudah dieksploitasi. Sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, dan lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam.

Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1995 yang hanya sebesar 123,6 TKK. Sedangkan potensi kekayaan tambang dasar laut seperti alumanium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, cobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik masih diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut. Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan potensi laut sebagai sumber energi listrik. Yaitu, melalui teknologi panas laut, pasang surut, arus laut, angin, gelombang laut, serta bioenergi dari ganggang laut California

Page 8: Tugas Pak Rafki

Energy Commision, misalnya memperkirakan jumlah tenaga ombak pecah di dunia dapat menghasilkan 2-3 juta megawatt energi, dimana pada lokasi yang tepat, ombak bisa membangkitkan energi sekitar 65 megawatt per mil panjang pesisir.

Laut juga menyimpan kandungan bahan tambang dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Sama halnya di daratan, potensi mineral dan tambang terbagi atas tiga kelas sesuai standar Indonesia, yaitu A,B, dan C. Yang membedakan adalah masalah teknis eksploitasi dan penambangannya.

Prof. J. A. Katili pernah memperkirakan terdapat berjuta-juta ton emas di dasar samudera. Para saintis Jepang di The Japan Marine Science and Technology sudah lama merilis temuan cadangan mineral yang terbesar di dunia mengandung emas dan perak, justru terdapat di dasar laut di kedalaman di atas 1.400 meter.

Djamil (2004) menuliskan bahwa di dasar laut di lepas pantai Afrika barat daya, khususnya Namibia, perolehan intan mencapai 200.000 karat per tahun, meskipun intan bukan hal umum di lautan. Para peneliti juga sudah mensinyalir adanya timbunan 365 milyar ton mangan dalam bentuk nodul di dasar Samudera Pasifik. Jumlah tersebut setara dengan penggunaan mangan di seluruh dunia selama 400.000 tahun. Tentu saja, kemampuan eksplorasi dan pemahaman tentang beragam potensi ini hanya bisa didalami lebih lanjut apabila ada perspektif dan keseriusan mengelola sumberdaya kelautan.

Pertambangan laut dan Energi

Beberapa sumber daya alam seperti minyak, mineral, dan logam berada di bawah laut. Selain itu,

di laut masih banyak kekayaan yang bisa dimanfaatkan. Air laut mengandung sekurang-

kurangnya delapan puluh unsur, antara lain uranium, mangan, karbon, dan belerang. Unsur yang

paling dominan adalah klorin dan natrium. Beberapa negara telah memanfaatkannya seperti

mendirikan pabrik ekstraksi uranium dan penambangan bintil mangan. Bukan hanya unsurunsur

mineral yang bisa dimanfaatkan, bahkan air laut pun dapat juga dimanfaatkan untuk pembangkit

listrik tenaga gelombang (PLTG). Tidak itu saja, air laut yang asin pun dapat dibuat menjadi

tawar di pabrik penawaran air. Jika melihat bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya laut

mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana dengan persebaran dan penerapan pemanfaatannya di

Indonesia? Mari kita tengok sumber daya alam yang berupa minyak bumi dan gas alam.

Endapan minyak dan gas alam di Indonesia terdapat pada cekungan-cekungan sedimen tersier

yang banyak mengandung senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang mengandung banyak

minyak dan gas bumi. Cekungan sedimen tersier tersebut terbagi atas beberapa sub-sub cekungan

Page 9: Tugas Pak Rafki

dan blok-blok, baik di daratan maupun lepas pantai. Secara garis besar, cekungan sedimen tersier

di Indonesia dibagi menjadi dua wilayah, yaitu cekungan sedimen tersier wilayah barat dan timur.

Kedua cekungan tersebut dibatasi oleh garis isobat 200 meter, memanjang dari utara ke selatan di

sebelah timur garis bujur 115° 30', yaitu mulai lepas pantai timur Kalimantan Timur (Selat

Makassar) ke arah selatan melintasi Selat Lombok. Isobat adalah garis-garis pada peta yang

menghubungkan tempat-tempat dengan kedalaman yang sama.

persebaran lokasi penambangan minyak bumi dan gas alam. Persebaran minyak bumi antara lain

ada di Sumatra Utara, Dumai (Riau), sampai perairan di wilayah Papua (Laut Arafura). Jika kamu

cermati peta tersebut, tidak semua perairan laut ditambang kekayaan minyak bumi dan gas

alamnya. Hal ini terjadi karena dua hal, pertama mungkin karena pada perairan tertentu di

Indonesia tidak terdapat kekayaan minyak bumi maupun gas alam. Atau bisa saja kekayaan

tersebut belum dikembangkan karena kekurangan modal maupun sumber daya manusia yang

andal.

Apa yang membuat suatu dasar perairan laut mengandung banyak minyak bumi maupun gas

alam? Minyak bumi maupun gas alam banyak terdapat pada pelapisan batuan yang saling silang

dengan jenis batuan yang berbeda, seperti ditandai adanya lipatan maupun patahan.

Batu lumpur atau batuan lunak dapat menyimpan minyak bumi dan gas alam yang cukup banyak,

tetapi batu jenis ini tidak cukup berpori untuk mengumpulkan bahan bakar dalam genangan yang

cukup besar untuk penampungan. Batuan seperti gamping dan batu pasir memiliki pori-pori yang

besar. Apabila mencapai ”batuan penampung” ini, akan lebih mudah mengambilnya. Gas alam

lebih ringan daripada minyak, sehingga gas alam mampu merembes ke batuan di atasnya, apabila

batuan di atasnya bersifat lunak. Tambang gas alam terbesar di Indonesia terletak di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam, di Kota Lhokseumawe yang dikelola oleh PT Arun NGL Company.

Para ahli perminyakan sering menggunakan citra penginderaan jauh dan peta serta datadata

geologi untuk mendeteksi lokasi yang kaya akan minyak. Nah, jika kamu tertarik tentang hal ini,

kamu dapat mempelajarinya lebih dalam di fakultas pertambangan kelak. Minyak tanah dan gas

alam ditemukan di hampir seluruh dunia. Namun, lebih dari setengah sumber minyak dunia

terletak di Timur Tengah.

Page 10: Tugas Pak Rafki

Air laut juga mampu menghasilkan garam. Wilayah di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil

garam adalah wilayah pantai Madura serta pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nah, kini

kamu telah mengetahui persebaran dan bentuk-bentuk pemanfaatan kekayaan sumber daya alam

di laut maupun pesisir. Selain hewan, bahan tambang serta air laut itu sendiri, dapat juga

dilakukan budi daya pertanian laut, seperti budi daya rumput laut serta kekayaan terumbu karang.

Ketika sumber daya alam hayati di darat kian langka akibat eksploitasi yang jumlahnya terus

membengkak, perburuan sumber daya mulai diarahkan ke laut untuk menggali potensi-potensi

yang dapat memperpanjang kelangsungan hidup penduduk di masa datang.

Taman Laut TerbesarTaman Laut Terbesar di Indonesia

Inilah kecantikan Raja Ampat yang mulai termasyhur itu. Terdiri dari 1500 pulau dan atoll, serta empat pulau besar, Raja Ampat menyimpan terumbu karang terlengkap di dunia. Belum lagi perairannya. Dengan air sebening kaca, dari tebing dengan ketinggian 100 meter, ikan-ikan di bawahnya pun bisa terlihat jelas.Raja Ampat pun menjadi rumah bagi berbagai spesies burung cendrawasih, maleo, nuri, kakatua serta beragam anggrek.Menyelam adalah aktivitas favorit bagi mereka yang pergi menuju taman laut terbesar di Indonesia ini. Lihatlah foto-foto keindahan Raja Ampat di bawah ini:

EKSISTENSI RUMPUT LAUT INDONESIA Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam bidang kelautan di samping udang dan tuna. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut mencapai 1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha atau 20% dari luas areal potensial. Jenis rumput laut yang dikembangkan di Indonesia antara lain seperti Kappaphycus alvarezii (cottonii), Eucheuma denticulatum (spinosum) dan Gracilaria sp.

“Meskipun peran Indonesia dalam kontribusi bahan baku rumput laut sudah diakui internasional, namun masih perlu peningkatan industri pengolahan rumput laut dalam negeri. Tahun 2009, dengan jumlah produksi rumput laut 14.300 ton kering, yang telah dimanfaatkan menjadi end

Page 11: Tugas Pak Rafki

products baru‚ sebanyak 20 items. Tentu saja hal ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan produksi bahan baku yang dapat kita hasilkan. Pemerintah selama ini berusaha mengembangkan industri rumput laut nasional yang sejalan dengan program pembangunan sektor dan pengembangan komiditi lainnya, terutama dalam hal pro-job, pro-poor dan pro-growth , kata� Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Jana T Anggadiredja yang juga merupakan Ketua Indonesian Seawed Society (Masyarakat Rumput Laut Indonesia) saat jumpa pers di BPPT, Kamis (18/3).

“Tim Rumput Laut BPPT, bekerjasama dengan Indonesian Seaweed Society dan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) saat ini sedang melakukan kajian dan perumusan strategi pengembangan industri rumput laut nasional secara berkelanjutan. sebagai bahan masukkan bagi kementerian terkait, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi serta para pelaku usaha. Selain itu membuat “cetak biru � pengembangan industri rumput laut nasional yang berkelanjutan dengan strategi pencapaiannya dalam 5 sampai 10 tahun kedepan, juga merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan ,� lanjutnya.

Mengenai sasaran capaian tahun 2014, Jana menjelaskan akan dilakukan beberapa peningkatan jumlah produksi, ekspor maupun end products yang dihasilkan. “Pada 2014 mendatang, diharapkan telah tersedianya‚ peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut, peta ketersediaan sumber alam untuk jenis-jenis sargasum, gelidium, pterocladia dan ptilophora. Kami juga mentargetkan peningkatan produksi cottonii mencapai 300.000 ton kering, sacol dan spinosum 30.000 ton kering dan gracilaria 60.000 ton kering. Kemudian pada tahun 2014 nanti, kami juga mengharapkan akan terjadi‚ penyerapan hingga 25%‚ produksi carageenophyte dan 60% produksi agarophyte oleh industri dalam negeri. Selain itu,‚ jumlah nominal ekspor carrageenophyte diharapkan menjadi 250.000 ton kering‚ dan peningkatan ekspor agarophyte menjadi 20.000 ton kering. Capaian lainnya yang kami inginkan adalah terbangunnya pusat riset dan pengembangan rumput laut tropis dengan peralatan dan sumberdaya manusianya di Indonesia

Menjadi tuan rumah

Pada kesempatan yang sama, Ketua ARLI, Safari Azis Husain, mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan International Seaweed Symposium (ISS) XXI pada bulan April 2013 nanti di Bali. XXI memiliki arti penting bagi Indonesia, karena menunjukan Indonesia diakui secara internasional bukan saja sebagai produsen bahan baku tetapi juga sebagai produsen hasil olahan, Selain tentunya sudah ada pengakuan pula dari segi ilmiah.�

ISS diselengarakan setiap 3 tahun sekali oleh organisasi yang dinamakan International Seaweed Association (ISA) yang beranggotakan para peneliti, pengusaha, pengambil kebijakan, para politikus dan individu-individu yang concern terhadap pengembangan riset, penerapan hasil riset dalam industri, produksi rumput laut (seaweed) dan hasil olahannya. Bulan Februari 2010 lalu, baru saja dilangsungkan ISS ke XX di Ensenada Mexico. Sebelumnya, ISS ke XIX dilaksanakan di Kobe, Jepang pada bulan Maret 2007. Peserta ISS terdiri dari berbagai negara, baik negara produsen maupun negara konsumen.

Pada umumnya, symposium menyajikan hasil-hasil riset dan kajian tentang seaweed. Selain itu dilakukan pula Exhibition produk-produk seaweed dan Bussiness Forum.

Page 12: Tugas Pak Rafki

Indonesian Seaweed Society (Masyarakat Rumput Laut Indonesia), ARLI dan BPPT yang berkonsorsium dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian beserta asosiasi lainnya, yaitu Ikatan Fikologi Indonesia (IFI) dan Asosiasi Pengelola Petani Rumput Laut Indonesia (Aspperli), secara bersama-sama akan menjadi bagian dalam penyelenggaraan ISS XXI.

“Dengan kehadiran para narasumber dari beberapa negara, diharapkan dapat menciptakan alih teknologi pengolahan rumput laut. Kami berharap ke depan, Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah rumput laut, tetapi menjadi negara terbesar ekspor hasil olahan rumput laut. Kegiatan ISS ini juga diharapkan dapat menjadi jembatan dalam rangka meningkatkan investasi bisnis rumput laut di Indonesia, meningkatkan penguasaan teknologi budidaya dan pengolahan rumput laut untuk memproduksi dengan nilai tambah yang lebih tinggi, meningkatkan kerjasama dan networking antar pelaku bisnis, meningkatkan ekspor produk rumput laut Indonesia serta memperlihatkan eksistensi Indonesia pada percaturan rumput laut dunia

Terkait dengan penyelenggaraan ISS tersebut, Jana menghimbau kepada seluruh peneliti yang menggeluti rumput laut untuk terus melakukan riset dan pengembangannya. "Hasil riset yang bagus nantinya akan kami tampilkan pada ajang tersebut, dengan harapan akan ada investor yang mau bergabung dan ikut mengembangkan. Agar rumput laut Indonesia menjadi lebih terkemuka.

Transportasi Laut Indonesia Miliki Peran Penting dalam Pembangunan NasionalRabu, 7 Maret 2012 - 11:44 · Topik: transportasi-laut-indonesia

0 0Email0

Page 13: Tugas Pak Rafki

Transportasi Laut Indonesia (Istimewa)

Jakarta,Seruu.com - Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki wilayah seluas 7,7 juta Km2, dengan luas lautan 2/3 wilayah Indonesia, dan garis pantai terpanjang ke empat di dunia sepanjang 95.181 km, serta memiliki 17.480 pulau mempunyai potensi ekonomi pada jasa transportasi laut (pelayaran) yang sangat besar, karena sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa transportasi laut (kapal) merupakan sarana transportasi utama guna menjangkau dan menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga menciptakan konektifitas antar pulau di Indonesia.

Salah satu strategi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional adalah dengan mengedepankan penguatan konektifitas antar pulau terutama pulau-pulau terluar. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kepulauan terus diperankan secara signifikan.

"Transportasi laut sangat vital peranannya sebagai "Jembatan Nusantara" dan tidak tergantikan oleh transportasi udara dan darat," demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo saat membuka Seminar "Peran Transportasi Laut di Negara Kepulauan" yang diselenggarakan Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) di Hotel Menara Penisula Jakarta, Rabu (7/3/2012).

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan konektifitas tersebut, Menteri yang sekaligus Ketua Harian DEKIN, juga meminta agar ongkos naik kapal harus murah, baik itu yang bermuatan barang ataupun kapal yang mengangkut penumpang dalam jumlah besar, haruslah aman dan nyaman. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan ditinjau dari segi daya saing, pangsa pasar angkutan laut baik antar pulau maupun antar negara masih dikuasai oleh armada niaga berbendera asing.

"Kemampuan daya angkut armada nasional untuk muatan dalam negeri baru mencapai 54,5 persen dan hanya 4 persen untuk ekspor, selebihnya masih dikuasai oleh armada asing," jelasnya.

Namun, persoalan bagi Indonesia tidak sekedar bagaimana mengembangkan angkutan laut yang kompetitif, tetapi juga bagaimana mengembangkan pelabuhan Indonesia agar dapat memenuhi standar internasional.

"Kita belum memiliki pelabuhan yang memenuhi standar internasional dan hingga kini, semua pelabuhan Indonesia masih berstatus feeder port, belum hub port," lanjutnya.  

Inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kurang kompetitifnya ekonomi Indonesia sebab hampir 70 persen dari ekspor barang dan komoditas Indonesia harus melalui Singapura.

Sharif memahami betul bahwa, dalam meningkatkan pembangunan pelayaran nasional, dibutuhkan sasaran yang jelas. Sasaran tersebut menurutnya, mencakup lima hal, pertama, harus dapat memenuhi asas cabotage sebesar100 persen dan 40 persen export import share untuk kapal Indonesia. Kedua, perlu dibangunnya sebagian besar kapal di Indonesia sehingga menjadikan Indonesia sebagai pusat pelayaran kapal dunia. Ketiga, pelayaran rakyat harus berperan penting

Page 14: Tugas Pak Rafki

dalam standar logistik nasional. Keempat, pelayaran harus memiliki sistem dan manajemen pelabuhan berstandar internasional, dan yang terakhir dibutuhkan pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan serta penyelia Sumber Daya Masyarakat (SDM) di bidang pelayaran dan perkapalan yang terkemuka. Melalui sasaran tersebut lanjutnya, diharapkan para pemangku kepentingan pelayaran dapat segera mengambil tindakan untuk merencanakan langkah-langkah beyond cabotage sehingga para pelaku pelayaran Indonesia mampu bersaing di kancah global.  

Oleh karena itu, apabila sektor pelayaran dapat berkembang dengan baik maka dapat memberikan kontribusi nyata, seperti terciptanya lapangan kerja, terwujudnya kemajuan pembangunan daerah dan pembangunan nasional serta memberikan kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai negeri bahari.

Namun, menurutnya selama ini pelayaran antar pulau kurang lancar, sehingga kegiatan ekonomi dan industri lebih banyak berkutat di Pulau Jawa dan sebagian kecil Sumatera.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Firmanzah, Ph.D menyebutkan bahwa tidak optimalnya transportasi laut selain  mengakibatkan timpangnya distribusi penduduk juga mengakibatkan ketimpangan distribusi pembangunan antar daerah.

Sekitar 83 persen dari total aktivitas ekonomi Indonesia terdapat di Sumatera dan Jawa-Bali, sehingga daerah ini memiliki pendapatan lebih besar dibanding daerah lain.

Lebih lanjut Firmanzah mengungkapkan bahwa, adanya ketimpangan investasi sebesar 67 persen yang berada di Jawa dan Sumatera,serta ketimpangan penyebaran industri di Indonesia yang saat ini sekitar 75 persen dikarenakan sebagian besar sebaran industri masih bertumpu dan berada di Pulau Jawa.[ant]