Upload
annisafadhilah24
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PNEUMOTHORAKS
Citation preview
ANNISA FADHILAH
1102011033
PNEUMOTORAKS
I. DEFINISI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara di rongga pleura (rongga
potensial antara pleura visecal dan pleura parietal paru). Manifestasi klinis tergantung pada
derajat kolaps paru pada sisi yang terkena. Pneumothoraks dapat menurunkan ventilasi dan
atau oksigenasi. udara dapat memasuki rongga pleura melalui hubungan dari dinding
thoraks akibat trauma atau melalui parenkim paru yang melewati pleura visceral.
II. KLASIFIKASI
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pneumotoraks spontan: setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks
tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba
pada orang yang tidak memiliki penyakit paru dan tidak adanya riwayat trauma
sebelumnya.
2.1 Pneumotoraks Spontan Primer
1
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari
oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya misal penderita PPOK.
Udara masuk ke rongga pleura melalui alveoli yang rusak. Pada kasus ini,
manifestasi yang muncul lebih berat dibanding pneumothoraks spontan primer.
2. Pneumotoraks traumatik, ,
Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun
trauma tumpul, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena
jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis
dada, biopsi pleura.
2.2 Pneumothoraks akibat kesalahan posisi dari small bowel feeding tube
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan
2
untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum
era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru.
Berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis,
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada),
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
saluran udara yang mungkin membentuk broncho-pleural fistula (BPF). Namun jika
lubang yang dilalui udara ini kecil maka tekanan intra pleura akan berfluktuasi selama
respirasi.
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Hal ini
akan menyebabkan udara dapat masuk saat inspirasi namun tidak dapat keluar saat
ekspirasi. Pneumothoraks jenis ini merupakan kegawatdaruratan medis karena tekanan
udara yang terus meningkat sehingga paru semakin kolaps. tekanan intrapleura yang
tinggi juga menyebabkan mediastinum bergeser dan vena besar tertekan sehingga
menurunkan venous return ke jantung. Sehingga kasus Tension pneumothoraks ini tidak
boleh di tunda hanya untuk konfirmasi melalui radiografi.
2.3 Pneumomediastinum (mediastinal emfisema)
3
III. ETIOLOGI
Etiologi umum dari pneumothoraks:
1. Iatrogenic seperti insersi kateter vena sentral saat penangan pasien syok
2. Emphysema mediastinal
Pneumomediastinum atau mediastinal emfisema merupakan suatu kondisi
terdapatnya udara di dalam mediastinum
3. Spontan (ruptur bula)
Bula paru yang tidak disadari adanya karena tidak bergejala dan kapan saja
dapat pecah.kelainan ini ditemukan pada lelaki dewasa muda terutama yang
memiliki bentuk tubuh astenia.
4. Trauma
Penyakit saluran napas penyebab Pneumotoraks spontan sekunder
1. PPOK
2. Kistik fibrosis
3. Asma bronchial
4. Penyakit infeksi paru
5. Penyakit paru interstitial : Sarkoidosis, Fibrosis paru idiopatik,
Granulomatosis sel langerhans, Limfangioleimiomatous, Sklerosis tuberus
6. Penyakit jaringan penyambung : Artritis rheumatoid. Spondilitis ankilosing,
Polimiositis dan dermatomiosis, Sleroderma, Sindrom Marfan
7. Kanker: Sarkoma dan Kanker paru
8. Endometriosis toraksis
IV. PATOFIOSIOLOGI
Pada pneumothoraks juga terjadi Gangguan ventilasi-perfusi karena darah menuju paru
yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak terjadi oksigenasi .
4
Kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau dinding dada dapat masuk ke dalam
rongga pleura melalui mekanisme berikut
1. Tension Pneumothoraks
Udara dari luar masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi karena
adanya mekanisme one way valve atau ventile. Hal ini menyebabkan tekanan di
interpleura meningkat dan paru-paru menjadi kolaps. Selain itu hal ini juga
menyebabkan mediastinum terdorong ke sisi yang paru sehat dan penghambatan
pengembalian darah vena ke jantung.
2. Simple/ Close Pneumothoraks
Terdapat dua mekanisme terjadinya simple/close pneumothoraks. Mekanisme
pertama udara masuk melalui defek pada dinding dada yang pernah terbuka, namun saat
ini defek tersebut telah tertutup. Mekanisme kedua yaitu perubahan tekanan rongga
pleura akibat defek pada pleura parietalis. Sehingga tekanan dalam rongga pleura
meningkat dan paru-paru menjadi kolaps. Simple pneumothoraks ringan harus tetap di
waspadai karena dapar berubah menjadi tension pneumothoraks yang merupkan suatu
kegawatan yang dapat mengancam nyawa
3. Open Pneumothoraks
Pneumothoraks jenis ini diakibatkan oleh defek atau kebocoran yang besar pada
dinding dada. Hal ini menyebabkan tekanan di rongga pleura menjadi sama dengan
tekanan atmosfir. Jika defek pada dinding dada diameternya mendekati 2/3 diameter
trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui defek tersebut karena memiliki
tahanan yang kurang atau lebih kecil dari trakea.
V. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum gejala yang sering muncul pada pneumothoraks adalah
Sistem Respirasi
1. Sesak napas. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin berat.
Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
2. Batuk-batuk
Sistem CVS
1. Denyut jantung meningkat.
5
2. Pulsus Paradoksus
3. Hipotensi (tidak sesalu ada pada pasien pneumotoraks)
4. Distensi vena jugular (biasa pada tension penumotoraks)
5. Nyeri dada, Nyeri dirasakan tajam pada terasa berat, menjalar ke bahu ipsilateral dan
meningkat pada inspirasi
6. Kulit mungkin tampak sianosis
7. Tidak menunjukkan gejala (silent), terdapat biasanya pada jenis pneumotoraks spontan
primer.
Gejala klinis pada tension pneumothoraks biasanya lebih berat dibandingkan gejala pada
pneumothoraks jenis lain. Secara klasik tension pneumothoraks ditandai dengan hypotensi,
hypoxia, dan takikardi.
VI. DIAGNOSIS
A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik Thoraks didapatkan
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper-ekspansi dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Distensi vena jugularis
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
b. Suara napas melemah atau menghilang. Dapat disertai dengan suara napas
tambahan seperti rhonki atau wheezing pada sisi kontralateral
6
B. Pemeriksaan Penunjang
i. Foto Thoraks
Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks antara
lain
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak
garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk
garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada
di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar
kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals
melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut (1):
1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai
dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal
ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang
tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah
yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan
ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang
terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
7
6.1 Foto Ro pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps
ii. Analisis Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran Acidemia, hipoksemi dan
hiperkarbia meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pemeriksaan ini
untuk mengevaluasi hipoksi dan hiperkarbia pada asidosis respiratorik.
iii. CT Scan Thoraks
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan
pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrboraks. CT Scan
merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya namun tidak direkomendasikan untuk
mendiagnosis pneumothoraks. CT scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk mendeteksi pneumothoraks yang ukurannya kecil.
VII. TATALAKSANA
Prinsip penatalaksanaan pneumothoraks:
a. Mempertahankan jalan nafas
b. Mempertahankan ventilasi yang adekuat
c. Terapi oksigen
d. Terapi penyebab, mengeluarkan udara dari pneumothoraks
8
e. Jika ventilasi masih inadekuat penggunaan endotracheal tube atau tracheostomy
mungkin dibutuhkan
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya,
penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup,
maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi
tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam
beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan
ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.
2. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra
pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara:
1) Torakosintesis jarum
Prosedur ini dilakukan pada tension pneumothoraks. Jika tindakan ini
dilakuakan pada pneumothoraks non-tension dapat terjadi kerusakan parenkim
paru. Prosedur torakosintesis jarum ini dilakuakn dengan menginsersi jarum
kateter (panjang 3-6 cm) ke kulit secara langsung tepat diatas sela iga II di linea
midklavikula pada sisi yang mengalami tension pneumothoraks. Jarum
ditusukkan hingga menembus pleura parietal, jika berhasil maka akan terdengar
keluarnya udara yang menandakakna pneumothoraks telah diatasi. Komplikasi
dari prosedur ini adalah hematom local, infeksi pleura dan empyema (6).
2) Pipa water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga
ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat
pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.
9
Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar
10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru
telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif
kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu
dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam
rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut.
3) Tube Torakotomy
Hampir seluruh pasien dengan pneumothoraks spontan sekunder
seharusnya dimanagement dengan tube thorachostomy. Walaupun
pneumothoraks kecil, evakuasi melalui hal ini akan mempercepat perbaikan
gejala, seperti perbaikan hasil analisi gas darah dalam 24 jam setelah tube
torakostomy.
Tempat insersi tube biasanya setinggi ICS V anterior linea mid
aksilaris pada hemitoraks yang terkena. Untuk menginsersi tube dilakukan
insisi horizontal 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan diseksi
tumpul melalui jaringan sub kutan tepat di atas iga. Kemudia tusuk pleura
parietal dengan ujung klem dan masukkan jari untuk mencegah melukai
organ lain dan melepaskan perlekatan. Klem ujung proksimal tube
torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura sesuai panjang yang
diingnkan. Kemudian sambungkan torakostomy ke WSD dan jahit tube di
tempatnya. Untuk evaluasi segera lakukan pemeriksaan foto rontgen dan
analisis gas darah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Daley BJ, 2015. Pneumothorax. http://emedicine.medscape.com/article/424547-
overview#a1. Diakses tanggal 9 september 2015 jam 19.00
Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2007.’
Roberts, DJ et al, 2014. Clinical manifestations of tension pneumothorax: protocol for a
systematic review and meta-analysis. BioMed Central.
11