Upload
ratih-puspita-w
View
52
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PANDUAN PRAKTIK KLINIS RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2015KASUS SIROSIS HATI
1 Pengertian (Definisi)
Sirosis hati adalah fase lanjut penyakit hati kronis yang ditandai
proses keradangan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi, dan
penambahan jaringan ikat difus (fibrosis) dengan terbentuknya
nodul yang mengganggu susunan lobulus hati.
2 Anamnesis Lesu dan berat badan menurun, anoreksia, nyeri perut, ikterus (BAK coklat dan mata kekuningan), perdarahan gusi, perut membuncit, libido menurun, riwayat konsumsi alcohol, riwayat kesehatan yang lalu (sakit kuning, dll), riwayat muntah darah dan feses kehitaman.
3 Kriteria diagnosis
Kriteria klinis dari sirosis hepatis berdasarkan kriteria Soeharjono
dan Soebandiri yaitu ditemukannya 5 dari 7 kelainan:
a. Eritema Palmaris
b. Spider naevi
c. Hepato-splenomegali
d. Hematemesis dan melena
e. Sirkulasi kolateral dan varises esophagus
f. Edema tungkai atau ascites
g. Ratio albumin dan globulin terbalik
4 Diagnosis kerja
5 Diagnosis banding
6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
- Darah tepi/haematologi: anemia, leucopenia,
trombositopenia, PPT
- Kimia darah
- Serologi
Endoskopi saluran cerna bagian atas: varises, gastropati
USG/CT scan: ukuran hati, kondisi V. Porta, splenomegali, ascites
Laparoskopi: gambaran makroskopi visualisasi langsung hati
Biopsi hati: bila koagulasi memungkinkan dan diagnosis masih
belum pasti
7 Terapi 1. Istirahat dan kurangi aktvitas fisik
2. Diet dengan protein 1 g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-3000
kkal/hari(bila tidak ada koma hepatic)
3. SIrosis hati kompensata:
- Hepatitis autoimun: steroid atau imonusupresif
- Hepatitis B: interferon alfa 3 MIU (S.C) 3x/minggu selama 4-6
bulan dan lamivudin 100 mg/hari secara oral selama 1 tahun
- Hepatitis C kronik: kombinasi interferon 5 MIU (S.C) 3x/minggu
dan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
4. Sirosis hati dekompensata:
- Ascites: tirah baring, diet rendah garam <0,5 g/hari,
spironolakton 100-200 mg/hari,furosemid 20-40 mg.hari,
parasentesis bila ascites sangat besar.
- Ensefalopati hepatic: laktulosa, neomisin, diet protein dikurangi
sampai 0,5 gr/kgBB/hari.
- Varises esophagus: obat penyekat beta (propranolol), preparat
somatostatin saat perdarahan akut, dilanjutkan dengan
skleroterapi atau ligasi endoskopi.
- Transplantasi hati: terapi definitive pada pasien sirosis
dekompensata.
8 Edukasi
9 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malamAd sanationam : dubia ad bonam/malamAd fungsionam : dubia ad bonam/malam
10 Tingkat evidens
I/II/III/IV
11 Tingkat rekomendasi
A/B/C
12 Penelaah kritis
13 Indikator media
14 Kepustakaan 1. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi
I, Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, 5th ed. Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009. Page 668-673.
2. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar
Tjokroprawiro, Poernomo Boedi Setiawan, et al. Buku Ajar
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2007. Page 129-136
3. Don C. Rockey, Scott L. Friedman. 2006. Hepatic Fibrosis And
Cirrhosis.
http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9
781416032588/978 1416032588.pdf .Diakses pada tanggal 22
April 2015
Jember …………………. 2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF
dr. Dandy Hari Hartono SpJP-FIHA dr. Hudoyo, Sp.PD
Direktur RSD dr. Soebandi Jember
dr. Moch. Dwi Koryanto SpBS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2015KASUS PEMBERIAN ALBUMIN PADA SIROSIS HATI
1 Pengertian (Definisi) Albumin merupakan protein plasma terbanyak dalam
tubuh manusia. Kadarnya berkisar antara 3,5-5,5 g/dL
dan merupakan 60% dari seluruh protein plasma.
2 Penyebab hipoalbumin Hipoalbuminemia pada pasien sirosis hati, disebabkan
oleh:
a.Sintesis hati yang menurun
b.Katabolisme albumin yang meningkat
c.Kebocoran ke ruang ketiga akibat meningkatnya
permeabilitas kapiler
d. Kebocoran kapiler
3 Indikasi pemberian albumin
Infus albumin diberikan pada keadaan:
a. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) yang berat.
b. Sindrom hepatorenal tipe 1
c. Sebagai pengembang plasma sesudah
parasentesis volume besar (> 5 liter)
d. Kadar albumin < 2,5 g/dL pada sirosis hati dengan
penyulit sehingga tecapai kadar albumin 3 g/dL.
4 Cara pemberian 1. Kecepatan infus
a. Pada infuse albumin 20% kecepatan
maksimal adalah 1 ml/menit
b. Pada infuse 5% kecepatan maksimal adalah 2-
4 ml/menit
2. Pada tindakan total parasentesis > 5 l
a. Dosis albumin uang diberikan adalah 6-8 g
per liter cairan ascites yang dikeluarkan.
b. Cairan pemberian adalah 50% albumin
diberikan dalam 1 jam pertama (maksimum
170 ml./jam)dan sisanya diberikan dalam
waktu 6 jam berikutnya
3. Sindrom hepatorenal tipe 1
Pada keadaan ini, albumin diberikan bersama-
sama dengan obat vasoaktif seperti noradrenalin,
okreotid, terlipressin, atau omnipressin.
Cara pemberian:
- Hari pertama: 1 g albumin/kgBB
- Hari kedua dan seterusnya: 20-40 g/hari
kemudian diberhentikan bila CVP (Central
Venous Pressure) > 18 cm H2O
4. Peritonitis bacterial spontan
Infus albumin diberikan pada dosis 1,5 g/kgBB
dengan disertai pemberian antibiotic yang
memadai. Cara pemberian: infuse albumin
diberikan pada saat diagnosis SBP dibuat dan
diberikan dalam waktu 6 jam. Pada hari ke-3
diberikan dengan dosis 1 g/kgBB.
5. Sirosis hati dengan penyulit
Infus albumin diberikan dengan dosis=selisih
kadar albumin x kgBB.
5 Efek samping - Dekompensasi jantung
- Edema paru
- Risiko perdarahan berupa pecahnya varises
esophagus
- Penumpukan nitrogen bodies
- Akumulasi obat, metal/logam, dan hormone di
ruang interstitial
6 Pemantauan 1. Status hemodinamik
-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan dan CVP
-Irama jantung
-foto thoraks
2. status koagulasi
-PT (Prothrombin Time)
-APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)
3. Status ginjal
-Produksi urin
-Kadar ureum dan kreatinin darah
-Bersihan kreatinin (creatinine clearance)
4.Kadar albumin serum
Evaluasi kadar albumin serum diperiksa setelah 24-
48 jam.
7 Edukasi
8 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malamAd sanationam : dubia ad bonam/malamAd fungsionam : dubia ad bonam/malam
9 Tingkat evidens I/II/III/IV
10 Tingkat rekomendasi A/B/C
11 Penelaah kritis
12 Indikator media
13 Kepustakaan 1. Konsensus FKUI-PPHI.Pemberian album pada sirosis
hati.Unit PPKB/CME FKUI, 2003, p.1-6
2. Lee, June Sung. Albumin for End-Stage Liver
Disease. Korean J Intern Med 2012;27:13-19
Jember …………………. 2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF
dr. Dandy Hari Hartono SpJP-FIHA dr. Hudoyo, Sp.PD
Direktur RSD dr. Soebandi Jember
dr. Moch. Dwi Koryanto SpBS
PANDUAN PRAKTIK KLINIS RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2015KASUS HEPATITIS
1 Pengertian (Definisi) Hepatitis adalah proses peradangan jaringan hati
yang dapat disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri,
parasit) dan non infeksi ( obat-obatan, bahan
hepatotoksik, alcohol, akibat penyakit lain).
2 Anamnesis Gambaran klinis dapat dibagi menjadi 4 tahap:
Masa tunas (inkubasi): tergantung dari jenis virus
Masa prodromal/preikterik: 3-10 hari, rasa
lesu/badan lemah, panas, mual, sampai muntah,
anoreksia, dan perut kanan terasa nyeri.
Masa Ikterik: didahului urin berwarna coklat,
sclera kuning kemudian seluruh badan, puncak
ikterus dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan
yang disertai nyeri tekan.
Masa penyembuhan: Ikterus berangsung kurang
dan hilang dalam 2-6 minggu, demikian pula
anoreksia, lemah badan, dan hepatomegali.
Penyembuhan sempurna dalam 3-4 hulan.
3 Kriteria diagnosis Diagnosis berdasarkan gejala dan gambaran
laboratorium. Diagnosis virologis (sebagai
penyebab) dengan petanda serologi virus hepatitis:
Hepatitis A: IgM anti HAV +
Hepatitis B: HbsAg +, IgM anti HbC +
Hepatitis C: IgM anti HCV +
Hepatitis D: IgM anti HDV +, HbsAg +
Hepatitis E: IgM anti HEV +
4 Diagnosis kerja
5 Diagnosis banding Kerusakan hati akibat alcohol
Gagal jantung
Kolesistitis akut
Obstruksi bilier
6 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan kadar alanin aminotransferase
(ALT=SGPT) dan aspartate aminotransferase
(AST=SGOT) bisa mencapai 100 kali dari harga
normal,kadar SGPT umumnya lebih tinggi dari
SGOT
Pemeriksaan bilirubin serum
Pemeriksaan darah lengkap
7 Terapi Tirah baring
Diet tinggi kalori
Obat-obatan prokinetik (metoklopramid,
domperidon, cisapride) diberikan apabila ada
keluhan mual dan muntah
Alkohol dan obat-obatan yang dimetabolisir di
hepar harus dihindari
Apabila terdapat gatal-gatal diberikan
antihistamin dan bile acid chelators
(cholestyramine, cholestipol)
8 Edukasi
9 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malamAd sanationam : dubia ad bonam/malamAd fungsionam : dubia ad bonam/malam
10 Tingkat evidens I/II/III/IV
11 Tingkat rekomendasi A/B/C
12 Penelaah kritis
13 Indikator media
14 Kepustakaan 1. Andri Sanityoso. Hepatitis virus akut. In: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, Setiati
S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed.
Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009. Page 644-
652.
2. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In:
Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2007.
Page 119-124
Jember …………………. 2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF
dr. Dandy Hari Hartono SpJP-FIHA dr. Hudoyo, Sp.PD
Direktur RSD dr. Soebandi Jember
dr. Moch. Dwi Koryanto SpBS