6
TUGAS PREFORMULASI CONTOH OBAT BCS ( Biopharmaceutics Classification System ) Oleh: NAMA : WELNI ANDRIANI NIM : 1301105 KELAS : IV B DOSEN : WIRA NOVIANA SUHERY, M.Farm, Apt

TUGAS PREFORMULASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bsc

Citation preview

Page 1: TUGAS PREFORMULASI

TUGAS PREFORMULASI

CONTOH OBAT BCS

( Biopharmaceutics Classification System )

Oleh:

NAMA : WELNI ANDRIANI

NIM : 1301105

KELAS : IV B

DOSEN : WIRA NOVIANA SUHERY, M.Farm, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2015

Page 2: TUGAS PREFORMULASI

1. BCS ( Biopharmaceutics classification system )

BCS (Biopharmaceutics Classification System) atau sistem klasifikasi

biofarmasetika adalah suatu model eksperimental yang mengukur permeabilitas dan

kelarutan suatu zat dalam kondisi tertentu. Sistem ini dibuat  untuk pemberian obat

secara oral. Untuk melewati studi bioekivalen secara in vivo, suatu obat harus

memenuhi persyaratan kelarutan dan permeabilitas yang tinggi.

BCS (Biopharmaceutics Classification System) atau sistem klasifikasi

biofarmasetika diklasifikasikan menjadi empat kelas, diantaranya adalah :         

a. Kelas I (Permeabilitas tinggi, Kelarutan tinggi)

Misalnya Metoprolol, Diltiazem, Verapamil, Propranolol.

Obat kelas I menunjukkan penyerapan yang tinggi dan disolusi yang tinggi.

Senyawa ini umumnya sangat baik diserap.

Senyawa Kelas I diformulasikan sebagai produk dengan pelepasan segera, laju

disolusi umumnya melebihi pengosongan lambung.

Hampir 100% penyerapan dapat diharapkan jika setidaknya 85% dari produk

larut dalam 30 menit dalam pengujian disolusi in vitro dalam berbagai nilai pH,

oleh karena itu data bioekivalensi in vivo tidak diperlukan untuk menjamin

perbandingan produk.

b. Kelas II (Permeabilitas tinggi, Kelarutan rendah)

Misalnya Fenitoin, Danazol, Ketokonazol, asam mefenamat, Nifedipine.

Obat kelas II memiliki daya serap yang tinggi tetapi laju disolusi rendah. 

Dalam disolusi obat secara in vivo maka tingkat penyerapan terbatas kecuali

dalam jumlah  dosis yang sangat tinggi.

Penyerapan obat untuk kelas II biasanya lebih lambat daripada kelas I dan terjadi

selama jangka waktu yang lama.

Page 3: TUGAS PREFORMULASI

Bioavailabilitas produk ini dibatasi oleh tingkat pelarutnya. Oleh karena itu,

korelasi antara bioavailabilitas in vivo dan in vitro dalam solvasi dapat diamati

c.  Kelas III (Permeabilitas rendah, Kelarutan tinggi)

Misalnya Simetidin, Acyclovir, Neomycin B, Captopril. 

Permeabilitas obat berpengaruh pada tingkat penyerapan obat, namun obat ini

mempunyai laju disolusi sangat cepat.

Obat ini menunjukkan variasi yang tinggi dalam tingkat penyerapan obat.

Karena pelarutan yang cepat, variasi ini disebabkan perubahan permeabilitas

membran fisiologi dan bukan faktor bentuk sediaan tersebut.

d. Kelas IV (Permeabilitas rendah, Kelarutan rendah)

Misalnya taxol, hydroclorthiaziade, furosemid.

Senyawa ini  memiliki bioavailabilitas yang buruk.

Biasanya mereka tidak diserap dengan baik dalam mukosa usus.

Sering menunjukkan permeabilitas yang terbatas di mukosa GI.

Obat ini cenderung sangat sulit untuk diformulasikan

2. Metoda Penentuan HLB

Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimia surfaktan dilakukan dengan

eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat

yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:

a. Fase I

Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran

surfaktan, dengan kelas kimia yang sama, misalnya campuran Span 20 dan

Tween 20.

Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira.

Page 4: TUGAS PREFORMULASI

Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi

atau menambah emulgator.

b. Fase II

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang

diperoleh dari fase I.

Dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang terbaik maka diperoleh nilai

HLB yang ideal.

c. Fase III

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan

menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari

emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang

paling baik (ideal)