9
PUNGTUASI Bahasa terdiri dari dua aspek yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yang besar yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental yaitu unsur bahasa yang dapat dibagi-bagi atas bagian-bagian yang lebih kecil yang meliputi : fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Sebaliknya unsur supra-segmental yaitu unsur bahasa yang kehadirannya tergantung dari kehadiran unsur segmental, yang terdiri dari : tekanan keras, tekanan tinggi (nada) dan tekanan panjang, dan dalam bentuk lebih luas kita kenal sebagai intonasi. Unsur- unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, penulisan kata dan sebagainya. Sebaliknya unsur-unsur suprasegmental dinyatakan secara tertulis melalui tanda-tanda baca atau pungtuasi. Pungtuasi dibuat berdasarkan dua hal utama yang saling melengkapi yaitu unsur suprasegmental, dan berdasarkan hubungan sintaksis yaitu unsur-unsur sintaksis yang erat hubungannya tidak boleh dipisahkan dengan tanda-tanda baca. Kemudian unsur-unsur sintaksis yang tidak erat hubungannya harus dipisahkan dengan tanda-tanda baca. Pungtuasi yang lazim dipergunakan didasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental) dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa dan inter-relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda tersebut adalah: 1. Titik

Tugas Pungtuasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tanda Baca

Citation preview

Page 1: Tugas Pungtuasi

PUNGTUASI

Bahasa terdiri dari dua aspek yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk

dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yang besar yaitu unsur  segmental dan

unsur suprasegmental. Unsur segmental yaitu unsur bahasa yang dapat dibagi-bagi atas

bagian-bagian yang lebih kecil yang meliputi : fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat

dan wacana. Sebaliknya unsur supra-segmental yaitu unsur bahasa yang kehadirannya

tergantung dari kehadiran unsur segmental, yang terdiri dari : tekanan keras, tekanan tinggi

(nada) dan tekanan panjang, dan dalam bentuk lebih luas kita kenal sebagai intonasi. Unsur-

unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, penulisan kata

dan sebagainya. Sebaliknya unsur-unsur suprasegmental dinyatakan secara tertulis melalui

tanda-tanda baca atau pungtuasi.

Pungtuasi dibuat berdasarkan dua hal utama yang saling melengkapi yaitu unsur

suprasegmental, dan berdasarkan hubungan sintaksis yaitu unsur-unsur sintaksis yang erat

hubungannya tidak boleh dipisahkan dengan tanda-tanda baca. Kemudian unsur-unsur

sintaksis yang tidak erat hubungannya harus dipisahkan dengan tanda-tanda baca.

Pungtuasi yang lazim dipergunakan didasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental) dan

sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa dan inter-relasi antar bagian kalimat

(hubungan sintaksis). Tanda-tanda tersebut adalah:

1. Titik

Tanda ini dilambangkan dengan (.) , dipakai untuk :

a. Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat.

Sutardji mengatakan dengan jelas bahwa, intinya penciptaan puisinya, kata-kata dia

biarkan bebas.

Karena kalimat Tanya dan kalimat perintah atau seru megandung pula pengertian

perhentian akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda-tanya dan tanda seru dalam akhir

kalimat mengandung sebuah titik.

Apakah kandungan yang terdapat dalam buah apel?

Hancurkan pemerintahan korup !

Page 2: Tugas Pungtuasi

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan singkatan kata

atau ungkapan yang sudah lazim. Untuk singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau

lebih hanya dipakai satu tanda titik :

Dr. (Doktor), dr. (Dokter), a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), dsb (dan sebagainya), tsb

(tersebut), Yth (Yang terhormat), dsb.

Akronim ataupun singkatan yang menggunakan inisial tidak mempergunakan titik : DPR,

MPR, Lemhanas, dsb.

c. Tanda titik dipergunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya

yang menunjukkan jumlah misalnya 5.500, 578.001. Dipakai juga untuk memisahkan

angka jam, menit dan detik contoh pukul 7.40.10 ( pukul tujuh lewat 40 menit 10

detik).

Apabila bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik tidak digunakan. Contoh :

Ia mulai sekolah pada tahun 2010

2. Koma

Koma harus digunakan apabila :

a. Anak kalimat mendahului induk kalimat dalam sebuah kalimat, persoalan paling

pokok dalam bagian ini adalah kebanyakan orang tidak dapat membedakan anak

kalimat dan induk kalimat, agar mudah diingat, anak kalimat biasanya dimulai

dengan kata “jika”, “bila”, “apabila”, “karena”, jika sebuah kalimat dimulai

dengan jika, maka tanda koma harus digunakan,

Jika hujan, kami tidak mengikuti acara itu.

Karena malas, nilainya jelek.

b. Penyebutan lebih dari dua kata yang menduduki satu fungsi dalam satu kalimat.

Saya, kakak, dan adik berjalan-jalan ke Monas.

Page 3: Tugas Pungtuasi

c. Kata transisi menempati posisi awal sebuah kalimat, contohnya , jadi, oleh karena itu,

dengan demikian, meskipun begitu, dan selain itu, setelah kata transisi ini diletakkan

tanda koma. Contoh :

Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa pekerjaan itu tidak dapat dilanjutkan.

d. Ada bagian ucapan langsung dari suatu kalimat, tanda koma digunakan untuk

memisahkan ucapan langsung dan bagian lain dari kalimat itu. Contoh : Kata ibu,

“Tolong bersihkan rumah.”

e. Ada keterangan yang dapat berfungsi sebagai anak kalimat :

Mahasiswa, yang telah selesai mengerjakan tugasnya, dapat meninggalkan ruang kelas ini.

f. Memisahkan kata-kata afektif seperti o,ya, wah, aduh, kasihan dari bagian kalimat

yang lain.

Contoh : Wah, indahnya pemandangan di taman laut Bunaken.

3. Titik-Koma

Dilambangkan dengan (;), digunakan apabila :

Berfungsi untuk memisahkan bagian yang sederajat dari suatu kalimat :

Susi Susanti seorang atlet bulu tangkis yang terkenal; seorang mahasiswa yang

berprestasi; seorang ibu rumah tangga yang baik.

4. Titik dua

Dilambangkan dengan tanda ( : ). Digunakan dalam berbagai hal seperti ;

a. Penghantar kutipan panjang yang diambil dari buku, majalah dan sejenisnya maupun

ucapan langsung.

b. Dipakai pada akhir pernyataan yang lengkap, tetapi diikuti suatu rangkaian.

c. Pengantar sebuah pernyataan atau kesimpulan.

d. Dipakai sesudah kata atau frasa yang memerlukan keterangan.

e. Pada teks drama/dialog, titik dua dipakai sesudah kata yang menunjukkan pelaku

percakapan.

Page 4: Tugas Pungtuasi

5. Tanda kutip

Dilambangkan dengan (“…”) digunakan apabila :

1. Menulis judul artikel atau karangan, tanda kutip ditempatkan pada awal dan akhir dari

judul itu. Contoh :

Minggu yang lalu tulisannya dimuat di Kompas dengan judul “Sejarah dan Semangat

Nasionalisme”.

6. Tanda tanya

Dilambangkan dengan tanda (?) digunakan dalam tiga hal yaitu :

a. Pertanyaan langsung

b. Tanda tanya dalam kurung (?) menyatakan ketidakpastian atau keraguan akan suatu

hal. Contohnya, Almarhum ini dilahirkan (?) di Surabaya.

c. Terkadang dipakai untuk menggantikan bentuk yang sarkastis atau mengejek. Contoh,

rumah tersebut bersih (?) dan sejuk.

7. Tanda seru

Dilambangkan dengan tanda (!), dipakai untuk :

Menyatakan pernyataan ketidak setujuan dari orang yang mengutip terhadap apa yang

dikutip.

Pemerintah sekarang dapat dibilang membuat kebijakan yang pro (!) rakyat.

a. Menyatakan perintah.

b. Menyatakan pernyataan yang penuh emosi.

8. Tanda hubung

Dilambangkan dengan (-) dan digunakan untuk :

a. Menghilangkan salah pengertian dari suatu kata; ber-uang dan be-ruang

Page 5: Tugas Pungtuasi

b. Memperjelas hubungan antara kata yang menerangkan dengan yang diterangkan ;

Anak-ibu yang jahat itu ditangkap oleh polisi tadi malam. (yang jahat adalah anak)

c. Merangkai se- dengan kata yang dimulai dengan huruf capital; ke- dengan angka;

angka dengan –an; dan imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital. Contohnya : para

ibu se- Indonesia, juara ke-3, tahun 19990-an, dan di-PHK-kan

9. Tanda pisah

Dilambangkan dengan tanda (–), untuk menyatakan :

a. Untuk menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan

b. Menghimpun atau memperluas untuk memperjelas suatu rangkaian subyek/kalimat.

c. Dipakai diantara dua bilangan berarti sampai dengan dan dipakai untuk menyatakan

diantara dua tempat yaitu ke atau sampai.Contoh :

Pak Marlan merintis pabrik kecap di Malang sejak 1980-2012.

Menyatakan ringkasan atau gelar , contoh :

Dialah sang motivasi-bisnis.

10. Tanda Elipsis (Titik-titik)

Dilambangkan dengan tiga titik (. . .) untuk menyatakan :

a. Menyatakan suatu kutipan, ada bagian yang dihilangkan

b. Menyatakan ujaran yang terputus-putus secara sengaja atau tiba-tiba

c. Meminta pembaca untuk mengisi bagian itu.

11. Tanda kurung

Dilambangkan dengan ( ) dan digunakan untuk mengapit:

a. Angka atau huruf yang merinci suatu keterangan

b. Penjelasan yang bukan bagian integral dari inti pembicaraan

c. Tambahan keterangan atau penjelasan.

Page 6: Tugas Pungtuasi

12. Tanda kurung siku

Dilambangkan dengan tanda [ ] digunakan untuk :

a. Mengurung/mengapit keterangan yang telah dalam kurung.

b. Untuk menerangkan sesuatu di luar jalannya teks atau sisipan keterangan yang tidak

ada hubungan dengan teks.

13. Garis miring (/)

Digunakan untuk :

1. Penomoran surat

2. Sebagai pengganti kata atau , dan,  per.

14. Penulisan huruf besar (kapital)

Huruf kapital digunakan pada huruf pertama sebuah kata apabila :

Terdapat nama gelar, baik kehormatan maupun keturunan dan keagamaan yang

diikuti dengan nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Amir Syamsudin, dsb.

 Terdapat nama jabatan dan pangkat yang diikuti dengan nama orang. Contohnya :

Sekretaris Jenderal Departemen Sosial. Terdapat nama geografi, contohnya Laut Jawa,

Tanjung Harapan, dsb. Apabila nama gelar/jabatan/geografi tidak diikuti nama orang, huruf

kapital tidak dipakai.

a. Dipakai pada awal kata sebuah kalimat, dapat juga digunakan untuk huruf awal dari

baris sajak.

b. Digunakan pula di depan nama diri, bangsa, organisasi, bahasa, bulan, Tuhan dan

nama-nama sifat Tuhan, biasanya dengan kataMaha.

c. Untuk judul buku, majalah, artikel dan sejenisnya. Akan tetapi kata penghubung tetap

menggunakan huruf kecil.

d. Digunakan untuk menyatakan kata-kata biasa tetapi memiliki arti penting.

DAFTAR PUSTAKA

e. Hayon, Josep. 2007. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta : Grasindo.