18
TUGAS REKLAMASI LAHAN REKLAMASI LAHAN DI Sub-DAS KEDUANG Dibuat oleh: MARIA NIKEN PURI A H 0708124 MIFTAHUL ULUM H 0708129 RACHMAWATI H 0708140 RINO DYASTONO H 0708146 WAHYU PAMBUDI H 0708156 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

TUGAS REKLAMASI LAHAN

REKLAMASI LAHAN DI Sub-DAS KEDUANG

Dibuat oleh:

MARIA NIKEN PURI A H 0708124

MIFTAHUL ULUM H 0708129

RACHMAWATI H 0708140

RINO DYASTONO H 0708146

WAHYU PAMBUDI H 0708156

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

A. PENDAHULUAN

Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam

pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Pemanfaatan

sumberdaya alam secara optimal dan rasional bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

luas lahan tidak berkembang, menyebabkan tekanan penduduk terhadap

sumberdaya lahan semakin berat. Pada sisi lain, lapangan pekerjaan yang terbatas

mendorong masyarakat tidak memiliki banyak pilihan mata pencaharian kecuali

bertani dengan memanfaatkan lahan yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk

budidaya.

Akibat pemanfaatan dan penggunaan yang demikian menjadikan lahan

mengalami degradasi yang kemudian disebut lahan kritis. Pemanfaatan

sumberdaya alam secara bijaksana sesuai dengan kaidah kelestarian jika dilakukan

tidak saja akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga akan

mendapatkan manfaat berkesinambungan. Oleh karena itu, pemanfaatan

sumberdaya alam yang bijaksana merupakan bagian dari upaya pengelolaan

daerah aliran sungai (DAS).

Pengelolaan DAS merupakan suatu rangkaian aktivitas manusia dalam

memanfaatkan sumberdaya alam DAS untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian manfaat DAS. Dalam

memanfaatkan sumberdaya alam berupa tanah, air dan vegetasi serta interaksi

antar faktor sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia itu sendiri (Haeruman,

1994). Pemantauan dan evaluasi diperlukan untuk memantau serta mengevaluasi

keberhasilan pengelolaan DAS. Pengelolaan DAS secara menyeluruh, terpadu,

terintegrasi, dan berkesinambungan akan menghasilkan suatu kondisi DAS yang

memenuhi azas kelestarian dan dapat mensejahterakan masyarakat.

Page 3: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

B. PENGELOLAAN DAN REKLAMASI Sub-DAS KEDUANG

Gambar 1. Siklus Hidrologi

Menurut BP DAS Solo (2011), Pengelolaan DAS adalah pengelolaan

sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yaitu tumbuhan, tanah dan air, agar

dapat memberikan manfaat yang maksimal dan berkesinambungan. Pengelolaan

DAS merupakan upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik

antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya didalam DAS.

Adapun tujuan pengelolaan DAS adalah:

1. Mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal meliputi kuantitas, kualitas

dan distribusi menurut ruang dan waktu

2. Mewujudkan kondisi lahan yang produktif secara berkelanjutan

3. Mewujudkan masyarakat yang berkeadilan

Ruang Lingkup Pengelolaan DAS

1. Penatagunaan lahan

2. Pengelolaan sumber daya air

3. Pengelolaan lahan dan vegetasi

4. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya buatan

5. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan

Landasan hukum pengelolaan DAS

1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3

2. UU No 4 tahun 1999 tentang kehutanan

3. UU No 5 tahun 1990 tentang konservasi alam hayati dan ekosistemnya

4. UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

5. UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang

6. UU No 7 tahun 2004 tentang sumber daya air

Page 4: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

7. UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

8. PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara

Peerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

9. PP No 6 tahun 2007 tentang tata Hutan dan penyusunan rencana pengelolaan

hutan serta pemmanfaatan hutan

10. PP No 3 tahun 2008 tentang perubahan atas pp No 6 tahun 2007

11. PP No 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

12. Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2001 tentang pedoman Penyelenggaraan

pengelolaan DAS

Sub-DAS Keduang

Sub-DAS Keduang merupakan hulu dari DAS Bengawan Solo. Luas sub

DAS Keduang adalah 42.644 ha. Sub DAS Keduang terletak di Kecamatan

Ngadirejo, Sidoharjo, Jatisrono, dan Jatiroto. Sungai utama sungai Keduang

dengan pola aliran dendritik di utara dan trails di bagian selatan. Gradien sungai

utama sebesar 5.73 % dan kemiringan rata-rata sub DAS-nya sebesar 21,08 %.

Bentuk sub DAS-nya membulat. Sebagian besar terdiri dari endapan pleistosen

atas dan formasi Lawu tua.

Sub-DAS ini merupakan salah satu dari Sub-DAS Bengawan Solo Hulu

yang berhulu di lereng selatan Gunung Lawu. Kerusakan lingkungan yang terjadi

diawali dengan maraknya alih fungsi lahan di sekitar hulu Sub-DAS Keduang

memberikan kontribusi yang besar terhadap sedimentasi Waduk Gajah Mungkur

dan banjir yang besar di DAS Bengawan Solo. Menurut The Network of Asian

Basin Organization (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2008), bahwa setiap

tahunnya sub-DAS Keduang menyumbang sedimentasi terbesar yaitu 1.218.580

m3 dari total 3.178.510 m3 yang bersumber dari 5 Sub-DAS besar dan Sub-DAS

kecil yang ada di Bengawan Solo. Tutupan lahan di wilayah pegunungan

(termasuk bagian hulu dari Kecamatan Slogo-himo) yang berupa tanaman keras

yang hanya tersisa 10%, dan lebihnya telah menjadi kebun sayur mayur.

Menurut Darmawan (2009), Sub DAS Keduang terdiri dari persawahan

dan tegalan/lading 70%, pemukiman 26%, dan hutan 4%. Lahan yang didominasi

Page 5: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

oleh keiringan > 40% ditanami padi atau hortikultura yang tidak memiliki

kemampuan mengikat tanah dan meresapkan air ke dalam tanah. Akibatnya terjadi

erosi, gerakan tanah, sampai mengakibatkan terkikisnya tebing sungai dan

menghasilkan sedimentasi. Penggunaan awal Sub-DAS Keduang merupakan

hutan lindung, tetapi sekarang telah dialihfungsikan untuk peruntukan lainnya

terutama pemukiman dan lahan budidaya pertanian.

Gambar 2 Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Gambar 3. Sub DAS Keduang

Page 6: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

Gambar 4. Alih Fungsi Lahan yang Terjadi

Gambar 5. Pemandangan Kali Keduang yang dipenuhi sedimen dan batu serta

tumbuhnya rumput yang tammpak seperti taman

Gambar 6. Kondisi Kali Keduang

Page 7: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

Upaya dalam Konservasi Sub-DAS Keduang

Upaya penyelamatan terhadap kawasan DAS terutama sub-DAS Keduang,

dapat dilakukan melalui:

1. implementasi kebijakan operasional yang nyata, artinya peraturan-peraturan

yang ada hendaknya diwujudkan dalam strategi kebijakan yang tegas

2. Pengelolaan kawasan melalui pendekatan partisipatory dan  pemberdayaan

kepada masyarakat melalui cara agroforestry, dimana dapat bermanfaat secara

ekologi juga terbukti menguntungkan pembangunan sosial ekonomi

masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kapasitas

masyarakat

3. pemberian dana stimulus bagi masyarakat yang tinggal kawasan DAS guna

menanami dengan tanaman tahunan bukan tanaman produktif. Dengan

langkah-langkah tersebut diharapkan dapat me-recovery kawasan lindung

(kawasan DAS) dapat berfungsi kembali sebagai kawasan konservasi,

sehingga dapat mengurangi bencana alam dan pada akhirnya dapat

mengoptimalkan kawasan DAS sebagai sumber daya pembangunan

(Kompas, 2008).

DAS di Pulau Jawa dalam kondisi memprihatinkan. Degradasi kualitas

lahan membuat daya serap tanah terhadap air hujan hanya 46 persen. Tanpa

penanganan serius, ancaman banjir dan longsor akan terus terjadi walau curah

hujan relatif normal. Penyebab utama dari kondisi tersebut adalah tekanan

pertumbuhan penduduk relatif tinggi yang berdampak pada perubahan fungsi

lahan sehingga kawasan lindung disekitar Daerah Aliran Sungai yang seharusnya

dikonservasi berubah menjadi permukiman, kawasan industri, dan pertanian.

Page 8: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

Disamping itu telah terjadi perubahan jenis tanaman dilahan kawasan lindung

tersebut, yaitu dari tanaman keras seperti pohon jati, pinus, dan cemara telah

berganti menjadi tanaman semusim seperti pisang dan jagung (Horizon, 2008).

Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

secara rinci mengatur tentang Prinsip Dasar Pengelolaan DAS, Kebijakan Dasar

dan Pengelolaan DAS saat Otonomi Daerah. Peraturan tersebut tidak akan

bermakna kalau tidak disertai political will dari lembaga pengelola DAS (Stake

Holder) sehingga pemanfaatan lahan kawasan DAS, termasuk DAS Solo dapat

berfungsi sebagai kawasan konservasi atau tidak terjadi alih fungsi lahan. Guna

merealisasikan pelaksanaan peraturan perundang-undangan kaitannya dengan

kawasan DAS, maka diperlukan strategi kebijakan sebagai berikut

1. Perencanaan tata ruang wilayah dengan mempertimbangkan daya dukung

lingkungan, diikuti dengan penatataan dan penegakkan peraturan secara terus

menerus

2. Pencegahan dan pengendalian untuk kerusakan DAS (hutan, tanah, dan air)

serta memulihkan/merehabilitasi DAS yang telah mengalami kerusakan

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat dalam

pengelolaan DAS dan pemanfaatan air untuk berbagai keperluan

4. Penyelesaian hambatan-hambatan struktural dalam pengelolaan sumberdaya

air yang berkelanjutan

Pengelolaan lahan konservasi DAS

Pengelolaan lahan konservasi DAS solo hendaknya dimulai dari lahan

DAS Solo-hulu termasuk sub-DAS Keduang karena kondisi lahannya telah

mengalami degradasi lahan yang parah hal ini diukur dari tingginya tingkat

sedimentasi DAS hilir pengunungan Rembang di sebelah utara sungai dan

Pegunungan Kendeng di sebelah selatan sungai dan dataran aluvial. Adapun pola

penggunaaan lahan yang sangat cocok dikembangkan di DAS Solo Hulu terutama

Sub-DAS Keduang dengan bentuk kawasan bertopografi miring, sehingga banyak

erosi, pemilikan lahan sempit dengan kepadatan agraris tinggi ± 6 orang / Ha

(CDMP, 2001) adalah agroforestry, yaitu menumbuhkan dan mengelola pohon

secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam

Page 9: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi

(Razak dalam Hudges, 2000 dan Koppelman dkk.,1996).

Untuk mengatasi masalah yang ada, maka program-program

pemberdayaan masyarakat dibidang pengelolaan hutan dilakukan dengan

pendekatan partisipatory, misalnya pengelolaan hutan bersama masyarakat

(PHBM) atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) maka ada baiknya

program-program diterapkan pada rehabilitasi kawasan lindung Daerah Aliran

Sungai (DAS). Sistem ini  disamping bermanfaat secara ekologi juga terbukti

menguntungkan pembangunan sosial ekonomi masyarakat sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup dan multiplier effect lainnya termasuk meningkatkan

kapasitas masyarakat (Anonim, 2000).

Peluang digunakannya sistem agroforestry dalam pengelolaan lahan juga

disebabkan karena (Sabarnurdin, 2002)

1. metode biologis untuk konservasi dan pemeliharaan penutup tanah sekaligus

memberikan kesempatan menghubungkan konservasi tanah dengan konservasi

air

2. Dengan agroforestry yang produktif dapat digunakan untuk memelihara dan

meningkatkan produksi bersamaan dengan tindakan pencegahan erosi

3. Kegiatan konservasi yang produktif memperbesar kemungkinan diterima oleh

masyarakat sebagai kemauan atas mereka sendiri.

Implementasi agroforestry di kawasan DAS dapat bermacam-macam

model atau bentuk diantaranya adalah

1. Riperian Buffer Forest (Hutan Penyangga tepi sungai) ; fungsinya menjaga

kondisi alami di sepanjang sungai, menjaga erosi dan meningkatkan

biodiversitas. Sistem penyangga tidak hanya untuk ekosistem tepi sungai,

namun juga memberikan perlindungan terhadap pengeolahan tanah

disekitarnya (Marseno 2004),

2. Windbreaks Fungsinya untuk melindungi tanaman-tanaman pertanian yang

sensitif terhadap angin seperti gandum dan sayuran. Pola-pola ini hampir

menyerupai pola penanaman dalam agroforestry yaitu trees along border yaitu

penanaman tanaman kehutanan di sekitar tanama pertanian

Page 10: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

(Sabarnurdin,2004)

Pemberian kredit lunak bagi masyarakat

Pemberian kredit kepada warga yang mengelola lahan disekitar sungai

dimaksudkan agar beralih fungsi tanaman, dari tanaman produktif menjadi

tanaman keras (tahunan). Masyarakat disosialisasikan agar melakukan

agroforestry. Dengan cara agroforestry maka masyarakat disatu sisi turut menjaga

lahan konservasi juga tidak kehilangan sumber penghasilan karena dapat

mengelola tanaman-tanaman produktif secara tumpang sari. Departemen

Kehutanan bekerjasama dengan instansi terkait dalam prorgam agroforestry

membantu permodalan petani melalui pemberian Kredit Usahatani Konservasi

Daerah Aliran Sungai (KUK-DAS). Tujuan KUK – DAS adalah

1. Mengurangi erosi dan mengendalikan sedimentasi (jangka panjang)

2. Meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui peningkatan

produktivitas/intensifikasi pertanian lahan kering

3. Merubah perilaku petani agar mampu menjadi pengelola dan pelestari

sumberdaya alam

4. Meningkatkan peran kelembagaan terkait yaitu Kelompok Tani, Koperasi Unit

Desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa dan lainnya dan

5. Mendekatkan dan meningkatkan pengetahuan petani terhadap jasa perbankan.

Namun hendaknya dipahami bahwa cara pemberian kredit tersebut hanya

merupakan stimulan bagi masyarakat untuk mengelolah lahan konservasi dengan

cara agroforestry bukan menjadikan sifat warga merasa ketergantungan terhadap

kredit tersebut. Penggalakan kegiatan ini tidak akan berhasil jika tidak ada

partisipasi dari semua pihak. Pemerintah daerah, sampai masyarakat perlu

bertindak serius dalam penanganan masalah Sub-DAS Keduang yang kritis.

Masyarakat terdekat, terutama yang berada di sekitar DAS perlu mendapat

pelatihan dan pengarahan dan pengetahuan tentang kondisi DAS yang ada.

Masyarakat juga diberi pengetahuan tentang perbaikan lahan dan upaya-upaya

yang dilakukan dalam pelestarian DAS. Pengikutsertaan masyarakat perlu

dilakukan agar masyarakat dapat terlibat langsung dalam usaha perbaikan

Page 11: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

lingkungan. Masyarakat akan berubah sedikit demi sedikit cara pandang

penggunaan lahannya.

Masyarakat sekitar DAS diajak untuk melakukan perbaikan teras dan

saluran air yang ada selain melakukan agroforestry itu sendiri. Keterlibatan

masyarakat sekitar DAS seperti penghijauan di daerah yang kemiringannya tinggi,

melakukan agroforestry dan sebagainya dapat berpengaruh pada usaha yang

dilakukan. Dengan melakukan budidaya secara agroforestry, maka petani tetap

akan mendapatkan hasil tanaman yang dapat memenuhi kebutuhannya. Selain itu,

dengan agroforestry yang melibatan masyarakat sebagai garis depan itu dapat

membuat lingkungan terutama tanah tidak akn mudah lagi tererosi saat musim

hujan dan sedimentasi yang terjadi di muara Sub-DAS Keduang dapat teratasi.

Page 12: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil adalah

a. Kerusakan lingkungan yang terjadi diawali dengan maraknya alih fungsi

lahan di sekitar hulu Sub-DAS Keduang memberikan kontribusi yang

besar terhadap sedimentasi Waduk Gajah Mungkur dan banjir yang besar

di DAS Bengawan Solo

b. sub-DAS Keduang menyumbang sedimentasi terbesar yaitu 1.218.580 m3

dari total 3.178.510 m3 yang bersumber dari 5 Sub-DAS besar dan Sub-

DAS kecil yang ada di Bengawan Solo.

c. Sub DAS Keduang terdiri dari persawahan dan tegalan/lading 70%,

pemukiman 26%, dan hutan 4%. Pada lahan yang kemiringannya > 40%

ditanami padi atau hortikultura tidak memiliki kemampuan mengikat tanah

dan meresapkan air ke dalam tanah. Akibatnya terjadi erosi, gerakan tanah,

sampai mengakibatkan terkikisnya tebing sungai dan menghasilkan

sedimentasi.

d. Pengelolaan lahan konservasi DAS solo terutama Sub-DAS Keduang

adalah melalui program agroforestry participatory yang langsung

meibatkan masyarakat

e. Pemberian kredit lunak diharapkan akan membantu masyarakat dalam

usaha agroforestry

2. Saran

a. Usaha reklamasi di Sub-DAS Keduang ini hendaknya juga ada

pengawasan dan keterlibatan dari semua pihak, bukan hanya masyarakat

sekitar dan pemerintah daerah Wonogiri, tetapi jga masyarakat luas dari

semua elemen

b. Pemberian kredit lunak sebaiknya diperuntukkan untuk kegiatan

agroforestry dan kegiatan untuk perbaikan Sub DAS Keduang

Page 13: Tugas Reklamasi Lahan Bu Retno

SUMBER PUSTAKA

BP DAS Solo. 2011. Pedoman Pengelolaan DAS. http://www.bpdassolo.net/index.php/dasar-hukum-pengelolaan-das.

BTP DAS Surakarta. 2002. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Darmawan, Alwin. 2009. Evaluasi Penggunaan Lahan Berdasarkan Konsep Fasies Gunung Api untuk Menunjang Peraturan Zonasi dalam Tata Ruang. Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology), Vol. 19 No. 2, Agustus 2009.

Ditjend RLL. 1985. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen Kehutanan.

Haeruman. 1994. Penyusunan Model Lingkungan Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Sosial Ekonomi Pertanian. Faperta UGM. Laporan Akhir Pengadaan Software Analisa Sosek DAS. Kerjasama Dengan BTPDAS Surakarta.

Horizon. 2008.Kompas. 2008.Marseno Djagal W. 2004. Post Harvest Technology Development And

Dissemination Of  Agroforestry-Based Products, Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Razak, Abdul. 2008. Agroforestry. Upaya Konservasi Tanah Dan Air Dalam Pengelolaan   Daerah Aliran Sungai  (Das). Kehutanan. Jogyakarta.

Sabarnurdin, M. Sambas. 2004. Agroforestry : Konsep,  Prospek Dan Tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.