32
TUGAS RINGKASAN BUKU KADEHAM BAB I – IV OLEH : NAMA : Ali Zaenal Abidin Assegaf NIM : 07312022

Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdada

Citation preview

Page 1: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

TUGAS RINGKASAN BUKU KADEHAM BAB I – IV

OLEH :

NAMA : Ali Zaenal Abidin Assegaf

NIM : 07312022

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

BAB I

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEBANGSAAN, DEMOKRASI,

DAN HAK ASASI MANUSIA (KADEHAM)

A. LANDASAN PENDIDIKAN KADEHAM

Sebuah bangsa selalu dipahami sebagai sebuah solidaritas yang mendalam dan

komprehensif. Solidaritas dan persaudaraan sebuah bangsa dapat berupa kesamaan etnis,

kepercayaan, agama, sejarah, kepentingan, dan hubungan darah. Perasaan senasib dan

sepenanggungan juga dapat melahirkan sebuah komitmen kebersamaan, sebagaimana

yang terjadi di Indonesia pada masa awal sebelum dan sesudah kemerdekaan. Meskipun

pembentukan negara bangsa didasarkan pada rasa kesetiakawanan dan persaudaraan,

namun banyak orang yang bersedia mempertaruhkan orang lain demi komitmen

kebersamaan tersebut.

Bila diteliti secara teoritik, sedikitnya ada faktor yang mempengaruhi dan

membentuk ikatan kebangsaan, yaitu: 1. sejarah; 2. ideologi; 3. budaya etnik; 4. agama;

5. ekonomi; 6. politik-birokrasi; 7. hukum; dan 8. militer. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap ikatan kebangsaan di atas dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: faktor

pertama hingga keempat termasuk dalam kategori faktor-faktor kultural, sedangkan

komponen kelima hingga kedelapan termasuk dalam kategori faktor rasional-instrumen-

struktural. Misalnya, melalui kekuatan militer yang kuat dan otoritarian, sekelompok

suku bangsa dapat diperstukan dalam sebuah negara bangsa (nation state), meskipun hal

ini tidak akan bertahan lama(Demmy Antoh, 2007).

Kedelapan faktor tersebut diatas secara tumpang tindih telah mengikat

keanekaragaman suku bangsa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan faktor sejarah

dan pengalamannya dijajah Hindia Belanda. Inilah yang disebut ikatan kebangsaan yang

mempersatukan komunitas mausia Indonesia yang memiliki: 1. nama/identitas bersama,

2. keyakinan, 3. komitmen dan sejarah bersama, 4. budaya bersama, 5. sistem

Page 3: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

perekonomian bersama, 6. hak dan kewajiban yang sama bagi anggotanya, dan 7.

menguasai tanah air bersama yaitu Indonesia.

1. Landasan Hukum

Pendidikan Kadeham bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang

memiiki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Apresiasi ini diwujudkan dalam bentuk bela

negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 hasil Amandemen, yaitu Pasal 27 Ayat

3, Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Ditegaskan kembali pada Pasal 30 Ayat 1, bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan negara.

1) Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan,

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973 merupakan realisasi pembelaan

negara melalui jalur pengajaran di Perguruan Tinggi sebagai Pendidikan Kewiraan

dan Pendidikan Perwira Cadangan.

2) Undang-Undang Nomor: 20/1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pertahanan

Keamanan Negara menentukan Pendidikan Kewiraan adalah Pendidikan

Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di Perguruan Tinggi yang tidak terpisahkan dari

sistem Pendidikan Nasional dan wajib dikuti oleh setiap warga negara(mahasiswa).

3) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1994; menyatakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah umum bersama dengan

Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila.

4) SK Dirjen Dikti Nomor: 151/2000 menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

dan PPBN termasuk MPK yang merupakan kurikulum inti di PT serta wajib diikuti

oleh setiap mahasiswa.

5) Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor: 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-Rambu

Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan

Tinggi yang mencantumkan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahsa Indonesia.

Page 4: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

2. Landasan Konseptual

Fokus utama Pendidikan Kadeham terletak pada pemahaman dan upaya untuk

hidup dalam konteks perbedaan, baik secara perseorangan maupun kelompok, tanpa harus

terperangkap oleh nilai primordialisme budaya lokal yang sempit. Pemahaman dan

penghayatan terhadap nilai-nilai bersama diharapkan mampu membuahakan sikap dan

upaya sinergi-kolaboratif dalam mengatasi berbagai persoalan bersama. Singkat kata,

Pendidikan Kadeham tidak sekedar untuk mengantar peserta didik untuk memahami

keragaman budaya, tetapi sekaligus mengantarkan mereka untuk menghayati nilai-nilai

bersama yang bisa di-sharing sebagai dasar dan pandangan hidup bersama.

Motivasi pendidikan yang menempatkan pelajaran muatan lokal sebagai isu

sentral secara umum adalah untuk mencari dan akhirnya, jika dikehendaki, menetapkan

identitas budaya bangsa, yang mungkin hilang karena proses persilangan dialektis, atau

karena pertemuan dengan budaya asing yang telah, sedang, dan akan terus terjadi sebagai

sesuatu yang tak terelakkan. Bagi kita, upaya menemukan dan menguatkan identitas

budaya bangsa yang baru atas dasar identitas lokal merupakan hal yang penting demi

penyatuan budaya bangsa di atas dasar indentitas kedaerahan. Orientasi pada tumbuh-

kembangnya kesadaran budaya hendaknya dimaknai sebagai situasi biophily, yakni

perasaan cinta kepada segala sesuatu yang memberikan kepuasan batin dan mengandung

nilai spiritualitas, bukannya situasi necrophily, yakni perasaan cinta kepada materi atau

kebendaan belaka. Dengan dekimian, pengkajian muatan lokal dalam Pendidikan

Kadeham akan menjadi subversive-force, yang mengubah dan memperbaharui keadaan,

sekaligus menyadarkan dan memberdayakan manusia Indonesia.

B. PENDIDIKAN KADEHAM DAN VISI INDONESIA 2030

Setiap bangsa memerlukan sebuah pernyataan visi yang jelas dengan perpaduan

antara fakta dan kemampuan yang ada dengan imajinasi di masa yang akan datang guna

mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja dan berusaha lebih keras lagi saat

ini. Hal ini sangatlah penting dalam membangun konsensus politik dalam satu strategi

pengembangan nasional, yang meliputi, interdependensi, peranan dan tanggung jawab

dari berbagai institusi terkait dengan perekonomian, seperti Pemerintah Pusat dan

Page 5: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

pemerintah daerah, korporasi di sektor privat, sektor usaha menengah dan kecil,

organisasi masyarakat, dan lain sebagainya. Sebuah visi juga harus dapat

mengidentifikasi potensi kerugian dan kegagalan rencana serta solusi yang paling

memungkinkan dalam rangka memobilisasikan usaha disertai dengan fokus utama.

C. HAKIKAT VISI, DAN MISI, PENDIDIKAN KADEHAM

1. Hakikat Pendidikan Kadeham

Hakikat Pendidikan Kadeham bertujuan membekali dan memantapkan peserta

didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara Indonesia yang

Pancasilais dengan negara dan sesama warga negara. Dengan kemampuan dasar,

diharapakn mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-

hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis dan

dinamis; berpandangan luas; bersikap demokratis dan berkeadaban.

2. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan Kadeham

Visinya yaitu menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dan

pengembangan program studi dalam mengantarkan peserta didik memantapkan

kepribadiannya sebagai manusia Indonesia.

Misinya yaitu membantu peserta didik memantapkan kepribadiannya agar secara

konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan, dan cinta

tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung jawab.

Secara umum tujuan Pendidikan Kadeham adalah agar peserta didik memiliki

motivasi bahwa Pendidikan Kadeham yang diberikan kepada mereka berkaitan erat

dengan peranan dan kedudukan individu, anggotaa keluarga, anggota masyarakat dan

sebagai warganegara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk

mewujudkannya.

Secara khusus Pendidikan Kadeham bertujuan, sebagai berikut :

1. Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggungjawab

Page 6: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

2. Memberdayakan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan

3. Menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis, serta

bangga terhadap bangsa dan negara

4. Mengembangkan budaya dan perilaku demokratis

5. Mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible citizen

D. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KADEHAM

Sebagaimana diketahui, bahwa ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

dalam mewujudkan visi dan misi sebenarnya lebih mengarah pada tantangan nonfisik dan

gejolak sosial. Kondisi menuntut bentuk bela negara dalam berbagai aspek kehidupan

yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis dari luar maupun dalam serta

langsung maupun tidak langsung. Untuk itulah bangsa Indonesia harus menyusun

rumusan/konsep bela negara yang dikaitkan dengan lingkungan strategi yaitu pemahaman

tentang wilayah negara yang berada dalam kesatuan dan persatuan, pemahaman tentang

ketahanan nasional dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan negara Indonesia.

Konsep bela negara sebenarnya telah diperkenalkan sejak 1973, pada Ketetapan MPR

Nomor: IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis besar Haluan Negara (GBHN), yaitu

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Sasaran Pendidikan Kadeham bagi arganegara yang demokratis adalah

mengajarkan secara komprehensif apakah makna kebangsaan, demokrasi, dan Hak Asasi

Manusia itu sesungguhnya, dan pada akhirnya melalui pemahaman tersebut akan

menumbuhkan rasa kebangsaan atau harga diri bangsa. Melalui Pendidikan Kadeham,

para mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan kriteria bagi terwujudnya

nasionalisme, demokrasi, dan HAM secara kritis dan ilmiah, di samping sebagai alat

untuk mengevaluasi pemerintah apakah telah melaksanakan fungsinya sebagai pengayom

masyarakat atau tidak.

Page 7: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

BAB II

KEBANGSAAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu permasalahan pokok yang belum terpecahkan di dalam proses

“menjadi” negara bangsa (nation-state) Indonesia setelah berusia lebih dari setengah abad

adalah terbentuknya sebuah sistem politik demokratis yang berlandaskan pada nilai

persatuan dan kesatuan, kebangsaan, dan integrasi sosial yang mampu beradaptasi dengan

proses perubahan global. Mengingat dasar utama negara Indonesia adalah kebangsaan

(nationhood), maka nasionalisme harus dipelihara agar tetap relevan menghadapi

tantangan jaman. Oleh karena itu, merosotnya nasionalisme pada dasarnya akan

membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Lebih lanjut gagalnya

usaha menanamkan rasa kebangsaan dalam praksis penyelenggaraan negara itu membuka

peluang bagi tumbuhnya kecemburuan, ketidakpuasan, konflik sosial, disintegrasi bangsa,

separatisme, dan lain sebagainya. Gejala-gejala sosial itu lebih merupakan manifestasi

atau akibatnya dari terpuruknya rasa kebangsaan dan bukanlah penyebab ataupun

pendorong terjadinya keretakan solidaritas bangsa atau kesatuan dan persatuan bangsa.

Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia sebagai landasan ideologis bagi

keberadaan sebuah komunitas politik (political community) mengalami pasang surut di

sepanjang sejarah Indonesia. Menarik perhatian bahwa tututan separatisme dan

disintegrasi bangsa sebagai manifestasi dari rapuhnya kebangsaan Indonesia datang dari

daerah, terutama luar Jawa seperti Aceh, Papua, Ambon dan lain sebagainya. Adapun

pertanyaan sentral yang perlu diajukan adalah : “Berhasilkah selama ini Indonesia

menjalankan transfomasi untuk mewujudkan nasionalisme sebagaimana diamanatkan

dalam Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945? Jawabannya, secara

kategoris jelas “belum”. Realitasnya bukan semangat kebangsaan yang terwujud secara

praksis, tetapi justru pemusatan kekuasaan oleh satu kelompok, monopoli, korupsi,

Page 8: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

kolusi, nepotisme, feodalisme birokrasi, tindakan represi, dan primordialisme, yang pada

gilirannya membawa semangat kebangsaan dan solidaritas bangsa menjadi rapuh dan

terkoyak. Nation and character building yang diupayakan sejak awal keberadaan bangsa

dan negara Indonesai akhirnya menemui kegagalan yag tragis. Kegagalan meng-

Indonesia-kan masyarakat Timor-Timur selama hampir seperempat abad berintegrasi

dengan Negara Kesatuan RI merupakan contoh tragis pembangunan kebangsaan

Indonesia di masa lalu.

B. HAKIKAT NASIONALISME

1. Pengertian Nasionalisme

Dalam beberapa literatur ilmu-ilmu sosial, istilah nasionalisme berasal dari bahasa

latin, yaitu natio yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran, dan dari kata

nasci yang berarti dilahirkan. Nasionalisme berarti bangsa yang bersatu karena faktor

kelahiran yang sama. Pengertian nasionalisme mengalami perkembangan beragam, yang

secara keseluruhan dapat diklasifikasikan menjadi tiga pengertian. Pertama, nasionalisme

adalah sebuah ideologi sekaligus merupakan satu bentuk dari perilaku (behaviour).

Kedua, nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang ingin memberi batas antara kita yang

sebangsa dengan mereka dari bangsa lain, antara negara kita dengan negara lain. Ketiga,

nasionalisme adalah ibarat satu koin yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi pertama adalah

politik, dan sisi lainnya adalah etnisitas politi, sedangkan substansinya tidak bisa lain

kecuali sentimen etnik (Nodia, 1998).

2. Perkembangan Konsep Nasionalisme

Nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi

struktur sosial yang ada. Nasionalisme bangsa Indonesia lahir di bawah tekanan

penjajahan. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia bersifat anti penjajahan, anti

kolonialisme dan imperialisme. Nasionalisme Indonesia lahir untuk menghilangkan

diskriminasi yang diciptakan oleh penjajah dengan berbagai peraturan untuk memberikan

kesempatan dan keuntungan yang berbeda menurut rasa suka dan tingkat sosial dalam

masyarakat. Nasionalisme Indonesia lahir untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan

Page 9: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

sebagai akibat penjajahan. Karena lahir untuk menentang dan mengusir penjajah maka

nasionalisme Indonesia bersifat integratif.

C. HAKIKAT BANGSA

1. Memahami Konsep Bangsa

Konsep bangsa memiliki pengertian yang sangat luas dan beragam. Secara umum

pengertian bangsa (nation atau natie) adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu

kesatuan karena mempunyai kesatuan politik yang sama. Istilah bangsa atau Nation

berasal dari bahasa Perancis dan natie berasal dari bahasa Belanda sedangkan dalam

bahasa Jerman disebut volk. Di sini istilah bangsa diartikan sebagai sekumpulan manusia

yang merupakan suatu kesatuan karena mempunyai persamaan kebudayaan, seperti

bahasa, adat istiadat, agama dan sebagainya (KOHN, 1976). Karena bangsa diartikan

demikian, maka bangsa Indonesia dipersamakan dengan bangsa-bangsa Eropa, bangsa-

bangsa Asia Tenggara dan sebagainya. Dalam pengertian modern, bangsa sesungguhnya

adalah sebuah konstruksi yang dihasilkan oleh sebuah visi yang diperjuangkan, bukan

oleh nasib yang telah ditentukan oleh takdir. Bangsa Indonesia, misalnya, tidak muncul

begitu saja sebagai sebuah keharusan ilmiah, tetapi merupakan hasil perjuangan dan

akibat dari sebuah pergolakan sejarah. Demikian pula dengan bangsa Filipina, Vietnam,

Kamboja, dan lain sebagainya.

2. Perkembangan Konsep Bangsa

Kebangsaan (nationhood) adalah suatu bentuk loyalitas yang sifatnya fluktuatif,

dapat turun dan naik. Bedasarkan pemikiran ini, adalah menarik untuk mempertanyakan

orang-orang yang masih berdomisili, lahir dan bekerja di Indonesia umpanya, tidak

memiliki kesadaran, kesetiaan dan kemauan untuk membangun Indonesia.

Para pakar membedakan antara karakteristik obyektif dan karakteristik subyektif

kebangsaan (nationhood). Karakteristik obyektif ialah wilayah, teritorial, sejarah, dan

struktur ekonomi. Sedangkan karakteristik subyektif adalah kesadaran, kesetiaan, dan

kemauan. Karakteristik subyektif biasanya sangat tepat untuk definisi bangsa, sedangkan

karakteristik obyektif untuk penjelasan.

Page 10: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

3. Proses Pembentukan Negara-Bangsa

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras

membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula. Hal itu

dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan. Proses terbentuknya

suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa)

merupakan proses pembentukan bangsa-negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu

banga berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah negara-bangsa (nation-state).

Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok msayrakat (berbgaia suku

bangsa dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suatu bangsa. Kesamaan identitas

kultural dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural bangsa-

negara.

Benedict Anderson (2001), merumuskan proses pembentukan bangsa pada

hakikatnya berlangsung secara unik. Bangsa merupakan komunitas politik yang

dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan

berdaulat. Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang

paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara

terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun, dengan penduduknya ratusan juta

jiwa, mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Dibayangkan sebagai berdaulat karena

bangsa ini berada dibawah suatu negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan

bangsa tersebut. Akhirnya disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas

dari adanya kesenjangan dan penindasan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu

sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang

menyebabkan berjuta-juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu.

Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan

bangsa-negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih

dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa-

bangsa ini terbentuk, kemudian suatu rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan

ditetapkan, dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk

partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model

mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses

Page 11: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan proses tersendiri, sedangkan

penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

BAB III

Page 12: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

DEMOKRASI

A. LATAR BELAKANG

Hampir semua negara menyatakan dirinya demokratis. Setiap orang tak terkecuali

senatiasa menyatakan bahwa dirinya demokatis. Semua pihak yang menyelenggarakan

pemerintahan juga menyatakan pihaknya sangat demokratis. Semua rezim pemerintah

menyebut demokrasi, padahal dalam praktiknya seringkali menangkap lawan-lawan

politiknya tanpa proses hukum. Istilah demokrasi nampaknya merupakan pernyataan

emosional bagi setiap orang, pemimpin nasional dan lokal, elit partai, lembaga swadaya

masyarakat, organisasi massa dan lain sebagainya sesuai dengan hasrat dan seleranya.

Selanjutnya timbul pertanyaan kira-kira apa kriteria dan ukuran yang bisa dipergunakan

untuk menilai demokrasi yang berlaku secara obyektif dan tidak berdasarkan pada selera

politik tertentu.

Demokrasi masih menjadi sebuah agenda penting sistem politik di seluruh dunia.

Manusia dari berbagai bangsa atau negara, dengan berbagai latar belakang agama,

peradaban, dan sejarah umumya mengakui demokrasi sebagai sesuatu yang harus

diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demokrasi diagungkan banyak orang

terutama dalam bidang politik (walaupun saat ini nilai demokrasi mulai dikembangkan di

bidang-bidang lain).

B. HAKIKAT DEMOKRASI

Ditinjau dari asal-usul katanya, sitilah demokrasi berasal dari kata Yunani

“demos” yang berarti rakyat, dan “kratia” berati kewenangan untuk mengatur. Kata

“demokrasi” dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih dikenal

sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi

menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar,

sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu

negara.

Page 13: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam

suatu negara (umumya berdasarkan konsep dan prinsip-pinsip trias politica) dengan

kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemeritahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara

untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah

prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaa politik negara (eksekutif, yudikatif,

dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas dan

berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran jenis lembaga negara ini

diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol

berdasarkan prinsip checks and balances.

C. PERKEMBANGAN PRAKTIK DEMOKRASI

Dalam perkembangannya dewasa ini, sistem demokrasi tidak bisa kiat identifikasi

sebagai sebuah sistem politik belaka. Demokrasi tidak hanya dapat diidentifikasi dengan

kebebasan berpolitik. Di masa depan demokrasi harus mampu masuk ke dalam bidang,

misalnya ekonomi, sosial, dan budaya.

Walaupun Barat berusaha memaksakan warna demokrasi pada bangsa-bangsa

lain, tampaknya demokrasi liberal tidak bisa diterima secara utuh oleh setiap bangsa.

Seperti yang dikemukakan oleh Presiden RI, Soeharto ; “Demokrasi bisa diperjuangkan

tanpa perlu mengikuti bentuk yang diperagakan di Barat dan lebih mencerminkan nilai-

nilai setempat. Yang terpenting adalah bahwa setiap anggota masyarakat berhak

berpartisipasi dan memiliki keterbilatan bebas dalam proses pengambilan kebijakan yang

menyangkut dirinya. Karena itu landasan hukumnya tetap keharusan mempraktekkan

pemilihan umum yang bebas dan adil untuk menyeleksi pemimpin-peminpin politik”.

D. INDIKATOR PELAKSANAAN SISTEM DEMOKRASI

Page 14: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Dalam tataran politik, demokrasi dapat diukur dengan menggunakan dua dimensi,

yaitu : 1. seberapa tinggi tingkat konstelasi kompetisi, atau oposisi yang dimungkinkan,

dan 2. seberapa banyak warga negara memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam

kompetisi politik itu. Bertolak dari gagasan ini, demokrasi didefinisikan sebagai suatu

sistem pemerintahan yang memenuhi tiga syarat pokok: Pertama, kompetisi yang

sungguh-sungguh dan meluas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok

organisasi (terutama partai politik) untuk memperebutkan jabatan-jabatan dalam

pemerintahan. Kedua, partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga

negara dalam pemilihan pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui Pemilu yang

diselenggarakan secara regular dan adil. Ketiga, setiap warga negara dewasa memiliki

kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan untuk membentuk dan bergabung ke

dalam organisasi yang cukup menjamin integritas kompetisi dan partisipasi politik.

E. PENYELENGGARAAN PEMILU SEBAGAI PRAKTEK DEMOKRASI

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu proses diaman para pemilih memilih

orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang diisi

beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat diberbagi tingkat Pemerintahan,

sampai kepala desa.

Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para

kandidat Pemilu menawarkan visi program-programnya pada masa kampanye.

Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan

suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang

Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya

telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta dan disosialisasikan ke para pemilih.

F. DEMOKRASI INDONESIA DI MASA DEPAN

Page 15: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, denga gagalnya

pelaksanaan demokrasi konstitusional yang prematur, Demokrasu Terpimpin dan

Demokrasi Pancasila, maka masyarakat Indonesia perlu mengkaji ulang pengalaman-

pengalaman tersebut untuk menumbukankembangkan demokrasi yang sesungguhnya.

Pada masa mendatang, UUD 1945 cukup strategis menjadi landasan demokrasi asalkan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan jiwa yang terdapat dalam UUD 1945. Selama

ini UUD 1945 hanya dijadikan konstitusi yang semantik(formal). Ketentuan yang

mengatur demokrasi sengaja tidak dilaksanakan atau dikesampingkan, tetapi yang

mengutungkan penguasa dikedepannya.

UUD 1945 menurut ketentuan dan jiwa yang dianutnya dapat dikatakan umunya

mengakomodasikan semua pilar-pilar demokrasi tersebut di atas, karena itu masih

mampu dijadikan dasar dalam pengembangan demokrasi Indonesia menuju Indonesia

yang lebih baik.

Upaya untuk menerapkan pilar-pilar demokrasi tersebut di atas dalam

menumbuhkembangkan demokrasi di Indonesia bukanlah suatu impian. Perlu diketahui

bahwa pilar-pilar tersebut telah dijadikan pedoman untuk menerapkan sistem demokrasi,

bukan hanya bagi negara-negara maju, tetapi juga bagi negara-negara dunia ketiga yang

tidak mau lagi menerapkan negara ototarian modern, seperti Filipina, India, dan Afrika

Selatan dan beberapa negara Eropa Timur bekas dalam mewujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih (good governance).

Pilar-Pilar demokrasi :

1. Kedaulatan rakyat

2. Pemerintah yang mewujudkan good governance

3. Kekuasaan mayoritas

4. Terjaminnya hak minoritas

5. Jaminan terhadap hak asasi manusia

6. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil

7. Persamaan hak di depan hukum(supremasi hukum)

8. Peradilan yang bebas dan tidak memihak

9. Pembatasan kekuasaan pemerintah secara konstitusional

10. Nilai-niali toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat

Page 16: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

11. Terwujudnya masyrakat adab

12. Kemajemukan sosial, ekonomi, dan politik

BAB IV

Page 17: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

HAK ASASI MANUSIA

A. LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan landasan bagi kebebasan, keadilan, dan

kedamaian. HAM menyangkut semua aspek yang dibutuhkan manusia untuk tetap

menjadi manusia, baik dari segi kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial, maupun

budaya.

Keberadaan HAM dalam perkembangan dan implementasinya dapat dikaji dari

berbagai perspektif. Dari segi etika dan moral, misalnya, HAM mempertajam

pemahaman kia tentang martabat manusia, sehingga keberadaan Deklarasi Universal

HAM dapat dipandang sebgai batu pijakan bagi kerangka implemantasi HAM. Deklarasi

ini adalah sebuah pernyataan tentang tatanan niali atau norma-norma etika yang

seharusnya dijunjung tinggi oleh umat manusia.

B. PENGERTIAN DAN DEFINISI HAK ASASI MANUSIA

Istilah Hak Asasi Manusia pada hakikatnya memiliki pengertian yang hampir

sama, meskipun masing-masing negara menggunakan bahasa yang berbeda-beda.

Misalnya, HAM dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Human Rights, sedangkan bahasa

Perancis disebut sebagai des droits de l’homme. Definisi Hak Asasi Manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang dei kehormatan serta

pelindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang

dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup,

hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada

diri manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Dengan demikian hak asasi

manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat

Page 18: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

universal dan langgeng. Oleh karena itu, HAM harus dilindungi, dihormati,

dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA

Sebelum terbentuknya Universal Declaration of Human Rights, secara historis

sebenarnya terdapat beberapa ketentuan yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.

Adapun ketentuan-ketentuan yang dimaksud yaitu :

Magna Charta : ini dikeluarkan pada tahun 1215 di Inggris, dan sering disebut

sebagai cikal bakal Hak Asasi Manusia, walaupun sebenarnya kurang tepat. Magna

Charta hanya berisi “kompromi” antara Raja John dengan para bangsawan tentang

pembagian kekuasaan, khususnya dalam rangka mengurangi kekuasaan raja.

Bill of Rights : lahir akibat dari “Glorious Revolution” (revolusi tanpa

pertumpahan darah) pada tahun 1688, yang merupakan hasil perjuangan parlemen

melawan pemerintahan raja-raja dari Dinasti Stuart dan menundukan monarki dibawah

kekuasaan parlemen Inggris.

Declaration of Independence : merupakan alasan masyarakat Amerika untuk

melepaskan diri dari kekuasaan Inggris yang terjadi pada tahun 1776. Isi dari deklarasi ini

sebenarnya diambil dari ajaran John Locke (1632-1704).

D. HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM (DEKLARASI KAIRO)

Dalam perspektif Islam, HAM diletakkan sebagai hurumat (kemuliaan,

kelapangan, penghormatan). Dengan pengertian ini, pada hakikatnya manusia sebagai

makhluk yang dimuliakan Tuhan, dan kemuliaa manusia itu tampak pula pada anasir

penciptaannya yang sempurna. Manusia dalam kemuliaannya ditandai dengan kewajiban

untuk mengabdi kepada Tuhan dan berhubungan baik dengan sesamanya serta memilhara

kewajiban dan tanggung jawab secara vertikal dan horizontal. Dengan demikian manusia

dalam Islam bukanlah pemilik hak asasi manusia melainkan yang dititpi hak asasi untuk

ditegakkan bersama-sama manusia lainnya (Shoelhi, ed., 2003).

Page 19: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Dewasa ini pelaksanaan HAM tidak lepas dari perhatian umat Islam. Apalagi

mayoritas negara-negara muslim adalah tergolong ke dalam barisan negara-negara dunia

ketiga yang banyak merasakan perlakuan ketidakadilan negara-negara Islam, HAM Barat

tidak sesuai dengan pandangan ajaran Islam yang telah ditetapkan Allah SWT. Berakitan

dengan itu, negara-negara Islam yang tergabung dalam Organization of Islamic

Confrence (OIC/OKI) pada tanggal 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi tentang

kemanusiaan sesuai syariat Islam di Kairo (Salim, et al, 2000).

E. PENGATURAN DAN KATEGORISASI HAK ASASI MANUSIA

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa HAM telah diatur melalui

mekanisme hukum internasional. Adapun mekanisme tersebut, antara lain meliputi

instrumen hukum HAM internasional berupa perjanjian internasional yang dihasilkan

PBB, termasuk pula di dalamnya sarana kelembagaan untuk mengawasi pelaksanaan

HAM, antara lain, seperti Komisi HAM PBB (United Nations High Commission on

Human Rights), maupun komisi-komisi khusu yang diciptakan dalam rangka pengawasan

terhadap pelaksanaan suatu perjanjian (covenant) HAM Internasional tertentu

(Burguental, 1995)

Dewasa ini yang dianggap sebagai instrumen HAM Internasional yang utama

(major instruments) adalah Deklarasi Universal HAM, serta dua perjanjian internasional

yang terdiri dari Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, serta

Perjanjian Internasonal tentang Hak-Hak ekonomi, sosial dan budaya.

Indonesia sampai saat ini belums seluruhnya meratifikasi Instrumen Pokok Hak

Asasi Manusia di atas. Namun kondisi Hak Asasi Manusia Nasional (Komnas HAM)

sedang megajukan beberapa perjanjian tersebut untuk diratifikasi (Idjehar, 2003). Akann

tetapi, untuk diketahui bahwa samapi sekarang Indonesia sudah meratifikasi delapan

Instrumen internasional yang berkaitan dengan HAM, yaitu :

1. Konvensi Hak-hak Politik Perempuan (UU No.68 Tahun 1958) berisi 3 pasal

2. Konvensi Hak-hak Anak (Keppres No.36 Tahun 1990) berisi 45 pasal

3. Konvensi Anti-Apartheid dalam Olahraga (Keppres No.48 Tahun 1993)

4. Konvenan Internsional Hak Sipil dn Politik (UU No.12 Tahun 2005)

Page 20: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Ketiga generasi HAM diatas memperlihatkan HAM tidak bersifat statis melainkan

dinamis, sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. Jika pada awal mulanya

pemahaman HAM semata-mata memberikan perlindungan kepada individu terhadap

absolutisme negara, maka selanjutnya dengan HAM akan tercipta kondisi sosial, dan

ekonomi yang akan memungkinkan individu mengembangkan potensinya.

Hak yang terdapat dalam Bab X Undang- Undang Dasar 1945 :

1. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya

2. Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

3. Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang

4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

5. Hak untuk mendapatkan pendidikan

6. Hak untuk memperjuangkan haknya

7. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan

8. Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan

9. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama denga pemerintah

10. Hak atas status kewarganegaraan

11. Hak bebas memeluk agama

12. Hak memilih pekerjaan

13. Hak memilih kewarganegaraan

14. Hak memilih tempat tinggal

15. Hak untuk kebebasan berserikat

16. Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan

17. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

18. Hak atas perlindunga diri

19. Hak atas rasa aman

20. Hak untuk bebas dari penyiksaan

21. Hak atas jaminan sosial

22. Hak atas milik pribadi

23. Hak untuk bebas dari diskriminasi

24. Hak atas identitas budaya

25. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin

Page 21: Tugas Ringkasan Buku Kadeham Bab iadasdasd

Hak asasi yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia teridri atas:

1. Hak untuk hidup

2. Hak mengembangkan diri

3. Hak memperoleh keadilan

4. Hak atas kebebasan pribadi

5. Hak atas rasa aman

6. Hak atas kesejahteraan

7. Hak turut serta dalam pemilaharaan

8. Hak wanita

9. Hak anak