30
TUGAS SKRIPSI HARI RAYA GALUNGAN OLEH NI WAYAN PURNAMA YANTI NPM : 10.1.061 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA HINDU AMLAPURA

Tugas Skripsi Galungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Skripsi Galungan

TUGAS SKRIPSI

HARI RAYA GALUNGAN

OLEH

NI WAYAN PURNAMA YANTI

NPM : 10.1.061

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

PENGETAHUAN

AGAMA HINDU AMLAPURA

2013

Page 2: Tugas Skripsi Galungan

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena berkat,rahmat dan anugrah – Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan karya tulis yang merupakan tugas mengenai “Hari Raya Galungan “ tepat pada waktunya, dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk menyelesaiakan tugas, pada khususnya mata kuliah Skripsi.

Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi criteria penilaian terhadap mata kuliah Skipsi . Terselesainya karya tulis ini tidak terlepas dari adanya peran dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. I Wayan Gama, M. Si selaku pemegang mata kuliah yang membingbing karya tulis ini.

2. Bapak / Ibu dosen STKIP Agama Hindu yang langsung memberikan informasi berupa materi-materi yang berhubungan dengan karya tulis ini.

3. Teman – teman sejawat mahasiswa STKIP Agama Hindu Karangasem, yang bersedia bertukar pikiran dengan kami.

Menyadari keterbatasan yang ada pada penulis, sudah pasti dalam karya tulis ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya tulis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya demi pengenbangan pendidikan.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Amlapura, 17 Nopember 2013

Tim penulis

Page 3: Tugas Skripsi Galungan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………….. i

DAPTAR ISI ……….…………………..……………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……..………………………….………….. 1

1.2 Rumusan masalah …………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penulisan ….………………………………… 2

1.4 Manfaat Penulisan …………………………….……………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perayaan Galungan dan Kuningan ………………………. 4

2.1. Waktu Hari Raya Galungan dan Kuningan …………….…..…… 5

2.2. Rangkaian Upacara Hari Raya Galungan dan Kuningan dan Nilai

Filsafatnya……. 6

2.3. Pemasangan Penjor dan Ngelawang Sebagai Bagian dari Perayaan

Galungan dan Kuningan… 7

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN …………………………………………… 9

3.2 SARAN – SARAN …………………………………………… 10

Page 4: Tugas Skripsi Galungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penulis menulis makalah yang mengambil materi Hari Raya Galungan dan

Kuningan selain sebagai nilai tambahan mata kuliah Darsana, yang penulis

harapkan dapat menutupi kekurangan penulis baik dalam ujian akhir semester

ataupun kekurang aktifan penulis di kampus, penulis juga memandang perlu

membahas upacara atau hari raya ini karena Hari Raya Galungan dan Kuningan

adalah sebuah hari besar keagamaan yang dianggap suci atau memiliki makna

yang lebih dan merupakan hari besar Agama Hindu kedua setelah Nyepi yang

diakui oleh semua umat Hindu.

Selain itu, yang melatar belakangi penulisan makalah ini yaitu karena

penulis mengangap Upacara Galungan dan Kuningan mengandung arti yang

sangat penting bagi umat Hindu, yaitu sebagai peringatan menangnya dharma

melawan adharma, sehingga umat Hindu tidak boleh mengabaikan hari besar ini.

Penulis merasa dan melihat para umat Hindu masih banyak yang tidak tahu makna

dari Hari Raya Galungan dan Kuningan dan sekedar mengikutinya dan

mempunyai anggapan yang Gugon Tuwon (‘Anak Mula Keto’). Dengan adanya

makalah ini, penulis juga mengharapkan pembaca menjadi tahu makna dari Hari

Raya Galungan dan Kuningan sehingga pembaca pada khususnya, dan umat

Hindu pada umumnya lebih menghayati Hari Raya ini dan menjadi tahu dan

mengerti asal muasal adanya Hari Raya Galungan dan Kuningan itu, walaupun

dalam bentuk sederhana.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu tidak

melebihi dari yang dijelaskan dalam Bab selanjutnya, mengenai :

a. Bagaimana sejarah dari Hari Raya Galungan dan Kuningan.

b. Kapan Galungan dan Kuningan dirayakan.

Page 5: Tugas Skripsi Galungan

c. Bagaimana rentetan atau rincian upacara dan upakara dalam

perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

d. Bagaimanakah fungsi dari penjor dan Ngelawang dalam

penyambutan dan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini antara lain :

- Supaya kita semua sedikit tahu, umumnya umat Hindu tentang

makna, arti serta asal muasal dari Hari Raya Galungan dan

Kuningan sehingga dalam menjalankan dan melaksanakannya

kita akan lebih mantap dan tiada kebimbangan atau pertanyaan

dalam hati.

- Agar kita sebagai umat Hindu tidak hanya melaksanakannya

berdasarkan Gugon Tuwon tetapi dapat menghayati dan

memahami serta merenungkan dengan penuh kesadaran hakekat

semangat hidup kesucian yang terkandung pada Hari Raya

Galungan dan Kuningan.

- Supaya kita lebih memahami bagaimana rentetan dan rincian

upacara dan upakara dalam Hari Raya Galungan dan Kuningan.

- Agar kita lebih mendalami makna pembuatan penjor dalam Hari

Raya Galungan.

1.4. Manfaat Penulis

- Supaya makalah ini dapat dipakai oleh masyarakat Hindu secara

luas, bukan hanya oleh satu kelompok daerah saja.

- Sebagai nilai tambahan bagi penulis untuk mata kuliah Skripsi,

yang mungkin dapat menutupi sedikit kekurangan penulis, baik

nilai ujian maupun keaktifan penulis.

- Sebagai perangsang bagi penulis sendiri dan pembaca untuk

lebih mencari tahu seluk beluk tentang apa yang ada

hubungannya dengan prihal keagamaan, khususnya Agama

Hindu, apalagi penulis adalah seorang Mahasiswa di STKIP.

Agama Hindu, sehingga perlu tahu tentang keagamaan,

khususnya Hari Raya atau Upacara Agama Hindu.

Page 6: Tugas Skripsi Galungan

1.5. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini yakni metode

kepustakaan, dimana penulis berusaha mencari hal-hal yang ada kaitannya dengan

Galungan dan Kuningan dari buku-buku, surat kabar dan literatur lain.

Page 7: Tugas Skripsi Galungan

BAB II

GALUNGAN DAN KUNINGAN

Diantara hari suci Agama Hindu di Bali ada yang dirayakan secara biasa-

biasa yang disebut dengan Rerahinan dan ada juga hari suci yang dirayakan

secara istimewa dan besar yang disebut Hari Raya.

Hari Raya perlu dirayakan secara berkelanjutan untuk tetap mengobarkan

semangat kesucian serta arti penting dari hakekat hari suci agama tersebut. Selain

itu, dalam perayaan tersebut diharapkan para umatnya dapat menghayati dan

memahami serta merenungkan dengan penuh kesadaran hakekat semangat hidup

kesucian yang terkandung pada hari suci itu. Kemudian dapat dipedomi untuk

meningkatkan harkat dan martabat hidup para umatnya menuju kerahayuan jagat.

Dalam Lontar Sundari Gama disebutkan : ‘Pada hari yang baik, yakni hari

yang disebut Pasucian Hyang, yang diikuti oleh para Dewata semuanya para

Gandarwa-Gandarwi, Widya dara-Widyadari, Resinglangit, dan diikuti oleh para

Hyang Pitara yang telah disucikan, serta pitara yang ada di alam pitra loka

beryoga untuk keselamatan dunia. Maka menjadi sucilah dunia ini, seakan-akan

melimpahkan ketentraman baik terhadap manusia maupun terhadap semua

makhluk yang ada di dunia. Maka manusiapun patut ikut serta melaksanakan

cinta kasih seperti yang dilimpahkan oleh Hyang Widhi, berbakti dengan upacara

yang disuguhkan kepada para Bhatara demikianlah tata caranya’

Jadi, jelaslah dengan adanya perayaan hari suci yang didasarkan dengan ketulusan

hati yang suci sehingga apa yang dipersembahkan kepada yang suci memiliki arti

dan nilai yang suci juga dan untuk menuju ketentraman dunia, bukan hanya untuk

manusia tetapi seluruh isi alam semesta ini, maka patutlah kita bersyukur dan

melaksanakan perayaan hari suci itu dengan tulus.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa hari suci yang dirayakan

secara istimewa dan besar disebut Hari Raya. Adapun pembagian Hari Raya

Agama Hindu secara garis besar digolongkan menjadi dua yaitu : hari raya yang

Page 8: Tugas Skripsi Galungan

berdasarkan sasih atau bulan seperti : sasih Purwanining Tilem Kapitu (Siwa

Ratri) dan sasih Tilem Kesanga (Hari Raya Nyepi) dan hari raya yang berdasarkan

pawukon yaitu dengan perhitungan pertemuan wuku dengan hari Sapta Wara dan

Hari Panca Wara termasuk didalamnya yaitu Galungan , Kuningan dan Saraswati.

Banyak yang menyatakan arti dari Galungan dan Kuningan itu. Ada yang

berpendapat bahwa Galungan berasal dari kata ‘ngaluungang’ atau ke arah yang

legih baik atau dengan kata lain perayaan atas kemenangan dharma melawan

adharma.

2.1. Sejarah Perayaan Galungan dan Kuningan

Dalam rontal panji Malat Rasmi yang ditulis kira-kira abad XI yaitu pada jaman

Kerajaan Tenggala di Jawa Timur, perayaan Galungan telah menjadi perayaan

umum yang dilaksanakan rakyat. Perayaan itu dilakukan sampai akhir Kerajaan

majapahit seperti yang disebutkan di dalam serat Pararaton pada abad XVI dan

masih merupakan Hari Raya yang paling besar di Kerajaan Majapahit tersebut.

Dengan lenyapnya kerajaan Hindu di Jawa menyebabkan pusat kegiatan Hindu

berpindah ke pedalaman seperti di Daerah Tengger dan Bali. Perayaannya pun

bukan lagi menjadi pesta rakyat secara besar-besaran tetapi menyesuaikan dengan

daerah tersebut yang penuh dengan kekurangan. Sehingga perayaan tersebut ada

yang lenyap dan ada yang masih ada karena memiliki rangkaian acara yang secara

relegi memiliki ke khasan untuk mencegah supaya kebiasaan itu tidak mendapat

pertentangan dari kelompok lain.

Berdasarkan tradisi yang ada dikenal adanya dua persi tentang perayaan Galungan

dan Kuningan :

1. Tradisi di Bali mengaitkan sejarah Galungan dan Kuningan dengan

runtuhnya kerajaan Maya Denawa.

Page 9: Tugas Skripsi Galungan

2. Tradisi di India kemenangan Dharma melawan Adharma itu dikaitkan

dengan cerita kemenangan Rama dalam memberantas kejahatan para

raksasa yang dipimpin oleh Rawana (Itihasa : Ramayana) yang dilukiskan

pertempuran selama 10 (sepuluh) hari

Dari kedua persi itu kita melihat dua persamaan yaitu sama-sama mengambil

penampilan aspek ”perang” yang secara umum diartikan “galung” (pertarungan).

Sehingga dari kedua persi itu kita dapat menyimpulkan perayaan Galungan ada

hubungannya dengan perang, yaitu perang antara kebenaran dengan kejahatan,

antara sura melawan asura. Selain itu dalam Serah Pararaton dan Malat Rasmi

disebutkan bahwa dalam perayaan Galungan diadakan pesta tari perang yang

dilakukan oleh raja. Sedangkan 10 hari setelah Galungan dilaksanakan Kuningan

yang dimanifestasikan dengan hari kemenangan.

Ringkasan cerita / mitologi kemenangan Bhatara Indra melawan

keangkaramurkaan Maya Denawa dapat diterangkan sebagai berikut :

Diceritakan di daerah Batur terdapat kerajaan yang disebut Balingkang rajanya yang merupakan keturunan Daitya. Ia amat sakti dan raja yang sangat bengis dan suka memakan daging manusia. Rakyat tidak diperkenankan menyembah Tuhan dan dilarang menjalankan ibadat agama. Karena kebengisannya itu penduduk memberi gelar Sang Ratu Ki Maya Denawa. Maya Denawa artinya raksasa maya-maya.

Mendengar kesadisan Ki Maya Denawa, Bhatara Indra dengan pasukan yang lengkap serta senjata yang lengkap datang ke Bali menggempur Maya Denawa karena sudah menjadi kewajiban para Dewa menyelamatkan hidup manusia dan para Dewa harus menumpas Ki Maya Denawa karena dia telah menyalahi dharma agama dan membuat rakyat menderita.

Pertempuran antara pasukan Bhatara Indra melawan pasukan Ki Maya Denawa berlangsung sangat sengit. Pasukan Ki Maya Denawa kalah dan melarikan diri. Maya Denawa dan pasukannya terus diburu, setiap tempat diperiksa, goa, semak bahkan kayu besarpun tidak luput dari pemeriksaan, karena para prajurit Dewa telah mengetahui kesaktian Maya denawa dan prajuritnya yang dapat berubah menjadi apa saja.

Hingga pada suatu saat Maya Denawa pun terkena panah dari Dewa Indra. Tapi sebelum mati ia berkata bahwa ia adalah jelmaan dari Dewi Dhurga, dan ia meminta agar dihari kematiannya tetap diperingati dan membuat persembahan

Page 10: Tugas Skripsi Galungan

bagi dirinya dan anak buahnya agar tidak menggangu umat manusia yang masih hidup. Tubuh Maya Denawa dipecah menjadi beberapa bagian. Dan upacara pun dilakukan dengan sarana bagian tubuh dan darah dari Maya Denawa. Bagian tubuhnya itu dibagi lima yang ditempatkan pada lima penjuru yaitu :

- Tangan sebelah kanan ditaruh sebelah utara

- Tangan sebelah kiri ditaruh sebelah selatan

- Kaki sebelah kanan ditaruh sebelah barat

- Kaki sebelah kiri ditaruh sebelah timur

- Kepalanya dipisahkan sendiri dengan upacara khusus.

Persembahan atau upacara itu selanjutnya disebut dengan nama Galungan. Sekarang lima persembahan itu disimboliskan dengan CARU dimana dengan nasi putih diibaratkan kepalanya, nasi merah diibaratkan sebagai badannya, nasi berwarna hitam diibaratkan kaki dan tangannya, kelapa gading diibaratkan darahnya dan nafasnya dibuat dengan mantram. Kata Caru berasal dari dua kata yaitu Car dan Aru. Car artinya dipencar-pencar atau dipisah-pisah dan Aru yang artinya diaduk-aduk.

Arti dari galungan yang dapat kita tarik dari cerita di atas yaitu :

1). Galungan berasal dari suku kata Gal yang artinya punggal (penggal), Lung yang artinya patah/ pisah dan Lungan yang artinya patahan-patahan.

2). Galungan mengambil penampilan aspek ”perang” yang secara umum diartikan “galung” (pertarungan) serta

3). Galungan berasal dari kata ngaluungang yang artinya kearah yang lebih baik.

2.4. Waktu Hari Raya Galungan dan Kuningan

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Galungan dan Kuningan merupakan

hari suci atau hari raya Agama Hindu yang dirayakan berdasarkan pawukon.

Galungan dan Kuningan jatuh setiap enam bulan (210 hari) sekali. Pertemuan

antara Wuku Dungulan, dengan hari sapta wara yaitu Budha dan dengan hari

panca wara yaitu Kliwon, menjadilah hari Budha Kliwon Dungulan yaitu

peringatan kemenangan dharma melawan adharma yang disebut Hari Raya

Galungan. Hari Raya Galungan dirayakan sebagai pawedalan jagat yang sering

disebut dengan ‘Oton Gumi’. Sedangkan, Hari Raya Kuningan jatuhnya sepuluh

hari setelah Hari Raya Galungan yaitu pada Hari Saniscara Kliwon Kuningan.

Page 11: Tugas Skripsi Galungan

2.5. Rangkaian Upacara – Upakara Hari Raya Galungan dan Kuningan

dan Nilai Filsafatnya

Tata kehidupan beragama umat Hindu di Bali terutama dari segi upacara

dan pelaksanaan hari sucinya bersumber dari ‘Catur Dresta’ yaitu : memang

sudah ada di Bali sebelum pengaruh Hindu ada di Bali (Purwa Dresta / Kuna

Dresta), bersifat lokal yang berlaku disana setempat saja (Loka Dresta),

merupakan kebiasaan di suatu daerah saja (Desa Dresta) dan merupakan

kebiasaan dalam tata kehidupan beragama umat Hindu yang bersumber dari Sastra

atau ajaran-ajaran agama (Sastra Dresta)

Dalam kita menjalankan upacara dengan upakaranya antara satu daerah

dengan daerah lain pasti berbeda, itu disebabkan karena pengaruh desa, kala,

patra. Apabila persembahan itu kita sajikan dengan tulus ikhlas, sesungguhnya itu

tidak jadi masalah. Seperti dalam Bhagawadgita disebutkan demikian :

patram puspam phalam toyam

yo me bhaktya prayacchati

tad aham bhakty-upahrtam

asnami prayatatmanah

(Bhagawadgita, IX – 26)

artinya :

Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku memperguanakan

sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air,

Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati

suci.

Walaupun perayaan Galungan dan Kuningan berjarak sepuluh (10) hari,

namun persiapan sebagai rentetannya dimulai dari Tumpek Wariga sampai pada

Budha Kliwon Pahang (pegat wakan). Adapun rinciann upacara dan upakaranya

yaitu :

a. Tumpek Wariga (tumpek bubuh).

Nilai Filsafatnya : Pada hari ini umat memohon kehadapan Sang

Hyang Sengakara, sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan agar tumbuh-

Page 12: Tugas Skripsi Galungan

tumbuhan dapat tumbuh subur dan menghasilkan hasil yang dapat

dimanfaatkan untuk ketentraman manusia lahir dan bathin

b. Wrhaspati Wage Sungsang (Hari Sugi Menek Jawa)

Nilai Filsafatnya : Hari ini merupakan penyucian Bhuana Agung

dengan menghaturkan pesucian arrebu yang bertujuan menstanakan

Dewa dan Pitara serta melakukan yoga semadhi (renungan suci) dan

meninjau kembali perbuatan yang kita lakukan dengan membendung

maksud/niat yang bersifat negatif.

c. Sukra Kliwon Sungsang ( Sugihan Bali)

Nilai Filsafatnya : membersihkan Raga Sarira dari pengaruh yang

ngulurin panca indriya, sapta timira yang berlebihan dan pengaruh

Panca Wreta yaitu :

- A-Widya yaitu bibit dari tamah yang hanya memikirkan

kesenangan dan keduniawian belaka.

- A-Semita yaitu bibit dari moha yang ingin berada di atas segala-

galanya.

- Raga yaitu bibit dari maha-moha yang tidak menghiraukan

Tuhan dan bercita-cita untuk kepentingan diri sendiri saja.

- Dwesa (Tamisra) yaitu bibit dari sakit hati yang berfikir ke arah

cita-cita untuk memuaskan hawa nafsu, demi diri sendiri tanpa

menghiraukan orang lain.

- Bihiwesa (Anda Tamisra) yaitu bibit dari kesedihan (sengsara)

yang dibelenggu oleh tresna lulut yang menimbulkan keragu-

raguan berbuat sehingga hilangnya kebebasan pribadi dan

ketakutan akan hilangnya kesaktian, pengaruh atau wibawa.

d. Pada Wuku Dungulan

Adapun rincian upacara pada Wuku Dungulan yaitu :

1. Redite Paing Dungulan disebut ‘penyekeban’

Pada hari ini turunnya Sang Hyang Tiga Wisesa berwujud Butha

Galungan. Pada hari ini para orang-orang suci dan para sujana

( wiku dan widnyana) hendaknya mengekang dan membatasi diri

dan memusatkan pikiran ke arah kesucian agar tidak dimasuki sifat

buruk dari Sang Butha Galungan (melakukan renungan suci)

Page 13: Tugas Skripsi Galungan

Nilai Filsafatnya :.anyekung / bertahan memegang ketenangan ,

kesabaran dan kesucian lahir bathin untuk menghadapi godaan

Sang Kala Tiga Wisesa. Maksud arti Nyekep/Tape yaitu

mengekang manah (fikiran), perkataan dan perbuatan agar tidak

menyalahi Tri Kaya Parisuda. Tape dari kata Tap ( tertib / kontrol )

atau Tapa (mengontrol Tri Kaya Parisudha).

2. Coma Pon Dungulan disebut dengan ‘penyajaan’ yaitu membuat

jajan untuk persiapan upacara Hari Raya Galungan.

Nilai Filsafatnya : Pada hari ini turunnya Sang Hyang Tiga Wisesa

berwujud Butha Galungan dengan pengastawa untuk memperkuat

dan bersungguh-sungguh dalam beryoga semadhi, agar tidak

dimasuki sifat buruk dari Sang Butha Galungan

3. Anggara Wage Dungulan disebut dengan ‘penampahan’,

Dengan melakukan Abhuta Yadnya ring Catur Pate atau lebuh di

halaman rumah seperti pasupati pada senjata-senjata, supaya

terhindar dari godaan Sang Kala Tiga. Melaksanakan caru di

rumah tangga : Di natar rumah, di natar sanggah dan di muka

pekarangan rumah Dihayat oleh anggota keluarga / manusia :

banten pabyakala, prayascita dan sesayut untuk mendapat

kesuksesan dalam perjuangan hidup sekala – niskala (lahir -

bathin).

Nilai Filsafatnya :. bertahan memegang ketenangan, kesabaran dan

kesucian lahir bathin untuk menghadapi godaan Sang Bhuta

Amangkurat,

4. Budha Kliwon Dungulan disebut dengan Galungan

Keistimewaan hari Galungan ini yaitu persembahan yadnya

ditujukan kepada Sang Hyang Widhi, Dewa, Pitara termasuk alat-

alat yang telah membantu kehidupan manusia seperti : alat-alat

pertanian, industri, keterampilan dan sebagainya, dihaturkan

sesajen sebagai cetusan rasa terima kasih bahwa semua itu telah

mampu membantu kehidupan umat manusia. Sarana upakara

dihaturkan pada pelinggih / pelinggih utama , pada pelinggih yang

Page 14: Tugas Skripsi Galungan

kecil (ulun sawah/ ladang, tuhu dan sebagainya), untuk para

gumatap-gumitip di rumah, sawah dan sebagainya), untuk di

pesambyangan / pamaruman serta banten pada penjor dihaturkan

kepada Bhatara di Gunung Agung. Dilengkapi dengan asap dupa

harup (asep), dibiarkan semalam dan semuanya dijejerkan sampai

besok pagi

Nilai Filsafatnya : hari ini merupakan hari bergembira, karena

tercipta fikiran yang jernih dan tenang setelah menghadapi ujian

lahir bathin dari Sang Butha Galungan atau dihubungkan dengan

kemenangan Dharma melawan Adharma

5. Wrhaspati Umanis Dungulan disebut dengan Umanis Galungan

yang merupakan hari nyarinin Galungan. Wrhaspati Umanis

Dungulan disebut dengan Umanis Galungan yang merupakan hari

nyarinin Galungan. Pada hari inilah para anggota keluarga melila

cita, saling kunjung-mengunjungi untuk saling maaf memafkan

serta diadakan Ngelawang.

6. Sukra Pahing galungan disebut Pahing Galungan, yaitu melakukan

kewaspadaan dalam kesucian bathin.

7. Saniscara Pon Dungulan disebut ”Pemaridan Guru”,.

Saniscara Pon Dungulan disebut ”Pemaridan Guru”, pada hari ini

umat melaksanakan tirtha Gocara. Nilai Filsafatnya : hari ini yaitu

hari ngeluhurnya bhatara kabeh dengan menganugrahkan

kesejahteraan di alam ini.. Maka manusia harus menerima

kemurahan dari Tuhan dan keadilannya berdasarkan karma dari

masing-masing orang.

e. Pada Wuku Kuningan

Adapun rincian upacara pada Wuku Kuningan yaitu :

1. Redite Wage Kuningan disebut ”Ulihan”, kembalinya Dewa dan

Pitara ke Kahyangan. Nilai Filsafatnya :.mengenang jasa-jasa para

leluhur yang telah mendahului kita, dengan sujud bhakti dan

syukur.

2. Coma Kliwon Kuningan disebut ”Pemacekan Agung”,

Page 15: Tugas Skripsi Galungan

Nilai Filsafatnya : hari ini merupakan hari panjatkan tekad yang

baik di tengah-tengah kesucian bathin (Pacek = tancapkan : dalam

arti panjatkan tekad).

3. Budha Pahing Kliwon, yaitu hari turunnya Dewa Wisnu sebagai

Dewa Pemelihara Dunia. Nilai Filsafatnya : bersyukur atas segala

hasil yang telah diberikan oleh Dewa Wisnu sebagai Dewa

Pemelihara.

4. Sukra Wage Kuningan, disebut ”penampahan” yaitu untuk

mempersiapkan Upacara Hari Raya Kuningan. Nilai Filsafat dan

tata susilanya : dalam sloka disebutkan janganlah kita melalikan

kebenaran, kewajiban (dharma), kemakmuran dan kewajiban

terhadap Dewa-Dewa dan Pitara

5. Saniscara Kliwon Kuningan disebut Hari Raya Kuningan, Nilai

Filsafatnya : untuk nyapuhang malaning idep dengan konsentrasi,

meditasi demi kesejahteraan umat manusia.

f. Budha Kliwon Pahang

Budha Kliwon Pahang disebut dengan Pegat Uwakan atau

Pegat Waraha yang merupakan akhir melakukan pebrataan Galungan.

Nilai Filsafatnya : menutup dan mengakhiri tapa brata yang telah

berjalan 42 hari terhitung dari Sugi Manek Jawa. 42 hari itu adalah

Buncal Balung yaitu hari pantangan (pengekangan diri) dalam

pelaksanaan Upacara Yadnya.

2.6. Pemasangan Penjor dan Ngelawang Sebagai Bagian dari Perayaan

Galungan dan Kuningan

Di dalam menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan dilakukan

banyak hal seperti penancapan penjor dan dilaksanakannya ‘Ngelawang’.

a. Penjor Galungan

Perlu diperhatikan, setiap perayaan Galungan dan Kuningan

disertai dengan pemasangan penjor, yang biasanya dipasang atau

Page 16: Tugas Skripsi Galungan

ditancapkan pada hari Anggara Wage Dungulan (Penampahan

Galungan) yaitu sore harinya.

Penjor berasal dari dua suku kata yaitu Pen dan Jor. Pen berasal

dari kata ipen-ipen atau upon-upon yang artinya hasil bumi sedangkan

Jor yaitu dari kata enjorin yang artinya membagi-bagikan yang Hiasan

atau perlengkapan dari penjor adalah segala jenis jajan yang dibuat untuk

upakara serta segala jenis hasil sawah ladang sperti ketela, jagung,

kelapa, padi, pisang, uang 11 kepeng (rupiah) dan dipuncaknya diisi

sampian penjor lengkap dengan pelawa, porosan dan bunga, selembar

kain putih, kuning, hitam serta dilengkapi dengan sesajen yang

dipersembahkan kepada Bhatara Giri Putri yang bersemayam di Gunung

Agung. Penjor merupakan perlambang dari Gunung Udayana /

Tohlangkir ( Gunung Agung) yang merupakan sebab timbulnya

kemakmuran. Penancapan penjor merupakan wujud ucapan terima kasih

dan syukur angagyubagia atas hasil bumi yang dianugrahkan-Nya

sehingga kita hidup karenanya. Hiasan buah pada penjor berasal dari

dalam tanah, bergantungan diudara dan berada di atas pohon yaitu untuk

menghormati dan memuliakan Dewa Ibu Pertiwi, Dewa bapa Angkasa,

Dewa Angin atau Iswara dan Tri Buana.

Bila Galungan bertepatan dengan hari Purnama atau disebut

dengan Galungan Nadi, maka penjor ditancapkan disertai dengan lampu

dan dinyalakan.

Perlu diketahui, bahwa penjor yang dipakai dan dibuat pada

waktu lain dari upacara agama bukan merupakan perlambang dari

Gunung Agung tetapi merupakan pepinggiran.

Penjor Galungan diturunkan pada Budha Kliwon Pahang ( Pegat

Uwakan)

b. Ngelawang

Selain pemasangan penjor pada penyambutan hari Raya

Galungan dan Kuningan juga dilaksanakan ‘Ngelawang’ yang

Page 17: Tugas Skripsi Galungan

dilaksanakan biasanya pada hari Wrhaspati Umanis Dungulan (Umanis

Galungan). Ngelawang merupakan tari yang bersifat wali seperti

Barong, Telak dan lain sebagainya yang merupakan mistik untuk

memindahkan kekuatan buruk yang ditimbulkan oleh Bhuta Kala.

Page 18: Tugas Skripsi Galungan

BAB IV

PENUTUP

Walaupun panjang lebar yang dijelaskan oleh penulis, namun Galungan

dan Kuningan masih belum dapat terinci dengan sempurna, karena kekurangan

yang dimiliki oleh si penulis. Namun penulis mengharapkan makalah ini dapat

berguna baik bagi penulis sendiri, untuk terus mencari lebih dalam seluk beluk

Galungan dan Kuningan sehingga makalah atau karya serta pengetahuan yang

dibuat penulis bertambah lengkap lagi, selain itu juga penulis mengharap makalah

ini dapat berguna bagi pembaca.

4.1. Kesimpulan

Dari panjang lebar yang penulis utarakan di atas penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa :

1. Galungan dan Kuningan merupakan hari suci atau hari raya Agama

Hindu yang dirayakan berdasarkan pawukon yang jatuh setiap enam

bulan (210 hari) sekali. Galungan jatuh pada hari Budha Kliwon

Dungulan yang dirayakan sebagai pawedalan jagat atau ‘Oton Gumi’.

Sedangkan, Hari Raya Kuningan jatuhnya sepuluh hari setelah Hari

Raya Galungan yaitu pada Hari Saniscara Kliwon Kuningan. Perayaan

Galungan dan Kuningan berjarak sepuluh (10) hari, namun persiapan

sebagai rentetannya dimulai dari Tumpek Wariga sampai pada Budha

Kliwon Pahang (pegat uwakan).

Page 19: Tugas Skripsi Galungan

2. Galungan berasal dari kata Ngeluungang atau kearah yang lebih baik

sehingga Galungan dapat diartikan sebagai perayaan kemenangan

Dharma (kebajikan) melawan Adharma keangkara murkaan. Perayaan

kemenangan Dharma melawan Adharma itu dikaitkan dengan cerita

Kemenangan Dewa Indra dalam mengalahkan kejahatan Maya Denawa.

Kuningan yang dimanifestasikan dengan hari kemenangannya.

3. Pada intinya perayaan rincian / rentetan Hari Raya Galungan dan

Kuningan itu memiliki makna atau arti agar kita umat manusia tetap

menjaga fikiran, perbuatan dan perkataan agar tidak tergoda atau

terhasut oleh Sang Hyang Kala Tiga Wisesa.

4. Di dalam menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan dilakukan

banyak hal diantaranya penancapan penjor dan dilaksanakannya

‘Ngelawang’.

5. Didalam perayaan Galungan dan Kuningan, umat Hindu menghaturkan

puji syukur dan memohon keselamatan, kesehatan lahir bathin tidak

hanya untuk satu orang saja tetapi bagi semua umat manusia kepada

Sang Hyang Widhi, para Dewa, Bhatara-Bhatari dan para Pitara.

4.2. Saran-saran

Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan saran-

saran kepada pembaca yaitu :

c. Kita sebagai pemeluk Agama Hindu, marilah sarining Galungan itu kita

lakukan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kita,

Page 20: Tugas Skripsi Galungan

agar segala usaha yang suci dengan didasarkan penuh keyakinan penuh

gairah dan mantap dapat bermanfaat.

d. Berfoya-foya yang berlebihan, mabuk-mabukan serta penjudian dan

perilaku negatif lainnya sebenarnya bertentangan dengan ajaran Agama

kita, bahkan menyimpang dari makna Galungan dan Kuningan. Hari

Raya ini sering digunakan sebagai waktu untuk Berfoya-foya yang

berlebihan, mabuk-mabukan serta penjudian dan perilaku negatif

lainnya, marilah hal itu kita hapuskan hal itu demi terciptanya cita-cita

yang benar sesuai dengan makna Galungan dan Kuningan yaitu

ketentraman manusia lahir dan bathin.

e. Alangkah baiknya, dalam kita melaksanakan perayaan upacara atau hari

raya agama kita harus mengetahui asal-usul atau seluk-beluknya secara

detail supaya kita lebih yakin pada apa yang kita lakukan, tidak hanya

berpegang pada Gugon Tuwon.

Page 21: Tugas Skripsi Galungan

DAFTAR PUSTAKA

Bintang Dhanu Manik Mas, Rsi. Mitologi Hari Raya Galungan dan Kuningan. Yayasan Diah Tantri. Jakarta ; 2004

Suandra, I Made. Cundarigama. PT. Upada Sastra. Denpasar ; 1992

Karmini, Ni Wayan dkk. Agama Hindu untuk SMU kelas 2. Ganeca. Jakarta Selatan ; 2003

Sirikanden. Galungan. Percetakan dan Toko Buku Ria. Denpasar ;

Koran ; Canang Sari