Upload
ayuu-suurya-aguustin
View
80
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
[
]
2013Anggota Kelompok :
1. Ayu Surya Agustin 100321400869
2. Uswatul Munawaroh 100321400874
[ ] March 1, 2013
TUGAS STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
MODEL–MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KONSTRUKTIVISTIK
1. Model Pembelajaran Konstruktivistik
a) Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Para konstruktivis
menjelaskan bahwa satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui
sesuatu adalah indranya. Seseorang berinteraksi dengan objek lingkungannya melihat,
mendengar, menjamah, mencium, dan melaksanakannya. Dengan sentuhan indrawi itu
seseorang membangun gambaran duniawinya.
Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu model pembelajaran yang
dirancang yang mengharuskan terjadinya proses belajar peserta didik yang
proaktif. Menurut penganut konstruktivisme pengetahuan di bina secara aktif oleh
seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif.
Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan imformasi
baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman
yang telah dimilikinnya melalui interaksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan
gurunya.
b) Sintak Model Pembelajaran Konstruktivistik
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Konstruktivistik :
Tabel 1.1 Sintak Model Pembelajaran Konstruktivistik
N
oFase Kegiatan Belajar
1 EksplorasiDalam fase ini seorang guru memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada saat itu
Guru memancing pengetahuan awal siswa melalui cerita yang diberikan
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perambatan kalor
Guru mengenalkan berbagai macam benda yang ada diatas meja.
2 Klarifikasi Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
[ ] March 1, 2013
Pada fase ini informasi berupa pengetahuan awal siswa diperdalam agar bisa menambah pengetahuan siswa mengenai materi yang dipelajari
Guru membimbing masing-masing kelompok dalam melakukan kegiatan praktis mengenai perambatan kalor
Masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya
Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi nya yang telah dipelajari
Guru memberikan penghargaan kelompok3 Aplikasi
Pada fase ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar bisa mengetahui apakah perencanaan sesui dengan pelaksanaan.
Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
c) Dampak pengiring dan dampak instruksional Model Pembelajaran
Konstruktivistik
Dampak Pengiring : Secara tidak langsung siswa menjadi termotivasi dan
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
Dampak Instruksi : Mengembangkan kemampuan mengkonstruk pengetahuan,
mengembangkan sikap aktif dan kreatif siswa.
2. Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving
a) Pengertian Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi),
yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic
thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking
adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah,
mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi,
mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban
yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi.
Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan
kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem
solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban.
[ ] March 1, 2013
Berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik &
Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir
apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan
pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
b) Sintak Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah
pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu:
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Reasoning And Problem Solving
Fase Kegiatan Belajar
Membaca dan berpikir
mengidentifikasi fakta dan masalah memvisualisasikan situasi mendeskripsikan seting pemecahan
Mengeksplorasi dan merencanakan
pengorganisasian informasi melukiskan diagram pemecahan membuat tabel, grafik, atau gambar
Menseleksi strategi
menetapkan dan menguji pola simulasi atau eksperimen reduksi atau ekspansi deduksi logis dan menulis persamaan
Menemukan jawaban
mengestimasi
Refleksi dan perluasan
mengoreksi jawaban menemukan alternatif pemecahan lain memperluas konsep dan generalisasi mendiskusikan pemecahan memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil
c) Dampak Pengiring dan Dampak Konstruksional Model
Pembelajaran Reasoning And Problem Solving
Sebagai dampak pembelajaran (instruksional) dalam model ini adalah pemahaman,
keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna. Sedangkan
dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan,
otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah
non rutin.
[ ] March 1, 2013
3. Model Pembelajaran Problem Based Instruction
a) Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik (Arends et al., 2001).
Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik,
siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual
atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
b) Sintak Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Model problem-based instruction memiliki lima langkah pembelajaran (Arend etal., 2001),
yaitu:
Tabel 3.1 Sintak Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Fase Kegiatan PembelajaranFase 1 Guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang
berkaitan
Fase 2 Guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi
Fase 3 Guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya)
Fase 4 Pengorganisasian laporan
Fase 5 Presentasi di dalam kelas melibatkan semua siswa
c) Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran
Problem Based Instruction
Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan pengetahuan dengan dunia
nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks.
Dampak pengiringnya adalah mempercepat pengembangan self-regulated learning,
menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman
siswa.
4. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
[ ] March 1, 2013
a) Pengertian Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari
pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan.
Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya
bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri.
Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: (1)
mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses
asimilasi, dan (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan
mengakomodasikan pengetahuan baru.
Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar
terjadi proses perubahan konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi
konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook,
1993).
b) Sintak Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah pembelajaran (Santyasa,
2004), yaitu:
1. Sajian masalah konseptual dan kontekstual
2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut,
3. Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, atau contoh-
contoh tandingan,
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah,
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual,
6. Konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan
pengetahuan secara bermakna.
c) Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual
Dampak pembelajaran dari model ini adalah: sikap positif terhadap belajar,
pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan pengetahuan yang variatif.
[ ] March 1, 2013
Dampak pengiringnya adalah: pengenalan jati diri, kebiasaan belajar dengan bekerja,
perubahan paradigma, kebebasan, penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal
5. Model Pembelajaran Group Investigation
a) Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Pendekatan ini awalnya dikembangkan oleh Herbert Thelan sebagai usaha untuk
menggabungkan satu bentuk strategi pengajaran dan dinamika proses demokrasi serta
proses penemuan dalam Murdika (2007: 4).
Dikemukakan pula oleh Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 41) bahwa Group
Investigation merupakan group-process model, yaitu pembelajaran berkelompok
dilakukan dalam suasana yang demokrasi dan yang terjadi negosiasi social dalam proses
pembelajarannya. Model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation merupakan
model pembelajaran dalam kelompok kecil yang di dalamnya terjadi komunikasi,
interaksi kooperatif, dan pertukaran intelektual sebagai usaha siswa untuk belajar
menurut Slavin (Mudrika, 2007: 4).
b) Sintak Model Pembelajaran Group Investigation
Slavin (Asthika, 2005: 24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Sintak Model Pembelajaran Group Investigation
No Fase Kegiatan Belajar
Guru Siswa
1 Pengelompokkan(Grouping)
Guru membagi kelompok 4 sampai 5 orang berdasarkan ketrampilan dan keheterogenan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik
Guru membatasi anggotakelompok 4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa danmemberikan suatu motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.
Berkelompok 4 sampai 5 orang
siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan
siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki
[ ] March 1, 2013
2 Perencanaan(Planning)
merencanakan apa yang mereka peajari
merencanakan bagaimana mereka belajar
merencanakan untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut
3 Penyelidikan(Investigating)
siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki
masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiapkegiatan kelompok
siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan idea dan pendapat.
4 Pengorganisasian(Organizing)
anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam praktiknya masing-masing
anggota kelompok merencanakanapa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya
wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelasdalam presentasi investigasi
5 Presentasi(Presenting)
penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentukpenyajian
kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktifsebagai pendengar
pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi danmengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap
[ ] March 1, 2013
topik yang disajikan6 Evaluasi
(Evaluating)a. guru mengkolaborasi,
mengevaluasi tentangpembelajaran yang telah dilaksanakan
b. menilai hasil belajar siswa
siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya
siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentangpembelajaran yang telah dilaksanakan
c) Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran
Group Investigation
Dampak instruksional dan pengiring dari model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 53), dapat dilukiskan dalam
Bagan di bawah ini.
Tabel 5.2 Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional
Dalam Bagan diatas dapat dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan
begitu efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademik serta menyentuh proses
dan aspek-aspek sosial. Model ini juga memunculkan sebuah pengasuhan atau pengarahan
satu sama lain dengan suasana kehangatan dan penuh kepercayaan, respons positif terhadap
peraturan serta kebijakan yang dinegosiasikan, pembelajaran yang mandiri dan tidak terikat,
serta rasa peka terhadap hak orang lain dalam Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 55).
Dampak Pengiring
Kemerdekaan sebagai pelajar
Penghargaanterhadap diri
Kehangatan antar individu
intrapersonal
interpersonal
Dampak Instruksional
Terwujudnya proses efektivitas kelompok
Perkembangan wawasandan pengetahuan
Disiplin dalaminkuiri kolaboratif
Penelitian yang berdisiplin
Pemahaman yang mendalam
[ ] March 1, 2013
6. Model Pembelajaran Open-Ended (OE)
a) Pengertian Model Pembelajaran Open-Ended (OE)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang
menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya
juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif
tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut
untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta
untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model
pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk
pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa,
kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).
Model pembelajan ini secara tegas menekankan bukan semata-mata pada kemampuan
siswa untuk mencari sebuah jawaban yang benar (to find a correct solution), tetapi lebih
mendorong siswa untuk belajar membangun, mengkontruksi dan mempertahankan
solusi-solusi yang argumentatif dan masuk akal, yaitu learn to construct and defend
reasonable solutions (bandingkan dg. Shimada, 1997; Land, 2000; Sudiarta, 2003b).
Ide / Pertanyaan / Masalah
Skema Open-Ended Problem
Masalah Fisika
Metode
Solusi
Metode
Solusi
Metode
Solusi
[ ] March 1, 2013
b) Sintak Model Pembelajaran Open-Ended (OE)
Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual
Open-Ended ini terdiri dari lima tahap utama (sintaks) yang dimulai dari guru
memperkenalkan kepada siswa suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisi
hasil kerja siswa. Jika masalah yang dikaji sedang-sedang saja, kelima tahapan mungkin
dapat diselesaikan dalam 1 pertemuan tatap muka. Namun bila masalahnya kompleks
mungkin akan memerlukan waktu lebih lama. Kelima tahapan ini dapat dilihat pada
tabel.
Tabel 6.1 Sintak Model Pembelajaran Open-Ended (OE)
Kegiatan Guru Langkah-langkah Utama Kegiatan Siswa
Memaparkan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
Tahap 1Orientasi siswa pada masalah matematika open-ended
Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam kelompok yangteah ditetapkan
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan
Tahap 2Mengorganisasi siswa dalam belajar pemecahan masalah
Menginvestigasi konteks masalah, mengembangkan berbagai persepektif dan pengandaian yang masuk akal
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan trial and error/eksperimen untuk mendapatkan suatu pemecahan yang masuk akal, mengulanginya lagi untuk
Tahap 3Membimbing penyelidikan baik secara individual maupun didalam kelompok
Siswa melakukan inkuiri investigasi, dan merumuskan kembali masalah, untuk mendapatkan suatu kemungkinan pemecahan dan solusi yang masuk akal. Mengevaluasi strategi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi dan sekaligus untuk menyusun kemungkinan pemecahan dan jawaban alternatif yang lain
Investigasi + bandingkan + diskusi + argumentasi + komunikasi
[ ] March 1, 2013
mendapatkan kemungkinan pemecahan dan solusi alternatif
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti ringkasan, laporan, model-model pemecahan masalah, dan mambantu salam berbagai tugas dalam kelompok
Tahap 4Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya
Menyusun ringkasan atau laporan baik secara individual atau kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam kelas
Membantu siswa melakukan refleksi dan mengadakan evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses belajar yang mereka gunakan.
Tahap 5Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Evaluasi dengan penilaian autentik yang dilakanakan pada setiap tahap.
Mengikuti asesmen dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.
c) Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran
Open-Ended (OE)
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki dampak pembelajaran bagi
peserta didik. Hal ini merupakan kompetensi matematis yang ingin dicapai melalui Model
Pembelajaran Fisika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-Ended ini, yaitu
meliputi kompetensi peserta didik dalam:
a. memengerti konsep, prinsip dan ide-ide matematika yang berhubungan dengan tugas
matematika (conceptual understanding),
b. memilih dan menyelenggarakan proses dan strategi pemecahan masalah (processes
and strategies),
c. menjelaskan dan mengkomunikasikan mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and
communication), dan
d. mengidentifikasi dan melihat kembali alasan-alasan mengapa solusi dan prosedur
menuju solusi itu adalah benar (interpret reasonableness).
[ ] March 1, 2013
Keempat kompetensi matematis ini akan dijadikan kriteria dasar pengukuran
mengenai efektifitas model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Selain
dampak pembelajaran tersebut, model pembelajaran ini juga diharapkan menimbulkan
dampak pengiring (nurturanteffect) yang berupa kesadaran dan pemahaman guru terhadap
karakteristik pembelajaran matematika berorientasi pemecahan masalah matematika open-
ended yang bercirikan:
a. menekankan proses belajar berorientasi pengembangan pemahaman yang mendalam
(learning with understanding)
b. menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan yang nyata atau dekat
dengan lingkungan dan kehidupan siswa atau minimal dapat dibayangkan oleh siswa,
c. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), serta
kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis (mathematical
reasoning and communication),
d. memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (invention dan re-
invention) dan untuk membangun (construction dan re-construction) konsep, definisi,
prosedur dan rumus-rumus matematika secara mandiri,
e. melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, explorasi, experimen, dll.,
f. mengembangkan kompetensi berfikir kreatif dan kritis (creative and critical thinking)
yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui convergence atau
divergence thinking, orisinal, membuat prediksi dan memcoba-coba (trial and error),
g. menggunakan model (modelling), dan
h. memperhatikan dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan kharakteristik
individual siswa
7. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL
a) Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Pembelajaran CTL dilatar belakani oleh filsafat konstruktivisme dan psikologi
kognitif. Filsafat konstruktivisme berpandangan bahwa belajar bukanlah sekedar
menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman sedangkan
psikologi kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena pemahaman individu
akan lingkungan (sanjaya, 2006).
[ ] March 1, 2013
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu
strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna pelajaran
yang sedang dipelajari dengan cara mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan
pengalaman awal serta lingkungan hidup mereka sehari-hari guna memecahkan
permasalahan dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan siswa.
b) Sintak Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Sa’ud (2008;173), menyatakan bahwa : “Model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning meliputi empat tahapan, yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi,
dan pengambilan tindakan”.
Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram berikut :
Sedangkan sintak dari tahapan model pembelajaran CTL tersebut dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini.
Tabel 7.1 Sintak Model Pembelajaran CTL
Tahapan Kegiatan Belajar Siswa
INVITASI Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
EKSPLORASI Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melkaukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas.
PENJELASAN DAN SOLUSI
Siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru. Siswa dapat menyampaikan gagasan,
INVINTASI
EKSPLORASI
PENJELASAN DAN SOLUSI
PENGAMBILAN TINDAKAN
[ ] March 1, 2013
membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan.
PENGAMBILAN TINDAKAN
Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan informasi pengetahuan dan ketrampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
c) Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Contextual Teaching
and Learning (CTL)
Dampak Pengiring : Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dampak Instruksional : Mengembangkan kemampuan dalam mengkonstruk
pengetahuan, meningkatkan pemahaman konsep.
8. Probing-Prompting
Teknik Probing-Pompting merupakan suatu teknik pembelajaran dengan cara guru
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehngga terjadi
proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Probing-Prompting
Tahap Kegiatan
Tahap I Menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki
(menyajikan masalah) melalui gambar, peragaan, dan lain-lain
Tahap II Tunggu beberapa saat (1-3 menit)
Tahap III Ajukan pertanyaan sesuai indikator
Tahap IV Tunggu sebentar (1-3 menit)
Tahap V Minta seseorang siswa untuk menjawabnya
(Jjika respon siswa relevan maka dilanjutkan ke tahap VII. Jika respon
siswa tidak relevan maka ke tahap VI terlebih dahulu)
Tahap VI Mengajukan pertanyaan sesuai indicator dengan satu seri
pertanyaan probing-pompting
[ ] March 1, 2013
Tahap VII Mengajukan pertanyaan akhir untuk menguji indicator
Keterangan :
1. Tahap I : menghadapkan siswa pada situasi baru ( berupa penyajian masalah), misalnya
dengan memperlihatkan gambar, alat, menunjuk gambar, atau situasi lainnya yang
mengandung teka-teki
2. Tahap II : menunggu beebrapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada
siswa memahami masalah
3. Tahap III : mengajukan pertanyaan sesuai dengan indicator kepada seluruh siswa
4. Tahap IV : menunggu beberapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada
siswa merumuskan jawabannya
5. Tahap V : meminta salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut
6. Tahap VI : dari respon pertama itu, apabila jawabannya relevan dan benar, maka
mintalah tanggapan dari siswa yang lainnya untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa
terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung dan berilah pujian atas jawaban yang
benar. Namun apabila jawaban tdak relevan, maka ajukanlah dengan pertanyaan yang
menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sampai siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Pertanyaan pada langkah VI ini sebaiknnya diajukan pada bebrapa
siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam satu kegiatan Probin-Pompting
7. Tahap VII : mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih
menekankan bahwa indicator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.
Dampak pembelajaran: mempermudah siswa melakukan akomodasi dan membangun
pengetahuaannya sendiri.
Dampak pengiring : meningkatkan motivasi belajar siswa
9. Demonstrasi
Model pembelajaran demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
[ ] March 1, 2013
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan.
Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau
eksperimen. Model ini biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang
dilakukan, misalnya: proses mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara
lain, untuk mengetahui / melihat kebenaran sesuatu.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Demonstrasi:
Tahap Kegiatan
Pendahuluan Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
Kegiatan Inti Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
Guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk
mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
Seluruh peserta didik/siswa memperhatikan demontrasi dan
menganalisisnya.
Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan
mendemonstrasikan pengalaman peserta didik
Penutup Guru membuat kesimpulan.
Guru melakukan evaluasi dan refleksi
Dampak intruksional : Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Dampak Pengiring : Menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa.
10. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif
membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara
mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Model pengajaran ini dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually dan
Repetition sehingga dapat meningkatkan penguasaan dan pengetahuan faktual siswa.
[ ] March 1, 2013
o Auditory, berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan,
menyimak, berbicara, mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan
argumentasi.
o Intellectually, berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar,
mengkonstruksi, menerapkan gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan
masalah.
o Repetition (pengulangan), berarti pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman peserta
didik lebih luas dan mendalam.
Pencapaiannya dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang dilakukan siswa, yaitu tentang
penguasaan isi akademik. Dalam model pembelajaran ini siswa ditempatkan sebagai pusat
perhatian utama dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan-tahapannya, siswa diberikan
kesempatan secara aktif membangun sendiri pengetahuannya.
Di samping itu, guru yang menggunakan model pembelajaran ini bertanggung jawab penuh
dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang
akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan
pemodelan atau demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan
konsep atau keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR),
N
o
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR
1 Pendahuluan Menjelaskan model
pembelajaran AIR
pada siswa agar tahu
maksud dan tujuan
model pembelajaran
ini
Mendengarkan dan
bertanya
Auditory
Menjelaskan garis
besar materi yang
akan disampaikan
Mendengarkan dan
bertanya
Auditory
Kegiatan inti Member tugas kepada
siswa untuk
mempelajari materi
lebih anjut secara
Mempelajari materi
dan memecahkan
masalah
Intellectually
[ ] March 1, 2013
individu maupun
kelompok
Mendampingi siswa Membuat ringkasan
dan menemukan
ide-ide pokok
materi dalam kelas
Intellectually
Menghubungkan
ide-de pokok
dengan kehidupan
nyata atau
pelajaran yang
pernah dipelajari
sebelumnya
Intellectually
Secara bergantian
mempresentasikan
tentang materi
yang telah mereka
pelajari dan siswa
lain menanggapi
Auditory
3 Penutup Membimbing siswa
membuat kesimpulan
materi pelajaran
Membuat
kesimpulan
Auditory &
intellectually
Memberikan kuis atau
tugas
Mengerjakan tugas
atau kuis
Repetition
Mengakhiri
pembelajaran
Mendengarkan guru Auditory
Model pembelajaran AIR dapat juga dilakukan dengan lengkah-langkah sebagai berikut :
1. Peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru membagikan LKS.
3. Guru mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS
dengan cara eksplorasi media pembelajaran (auditory).
4. Secara berpasangan peserta didik tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan
media untuk memecahkan permasalahan (Intellectualy).
5. Peserta didik mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara
mengajukan pertanyaan (Intellectualy).
[ ] March 1, 2013
6. Diskusi kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model,
mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan
(Intellectualy).
7. Wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok, kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan
(Intellectualy).
8. Seorang peserta didik wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectualy).
9. Kegiatan penutupan peserta didik diberi kuis (Repetition).
Dampak pembelajaran : mengembangkan kemampuan berpikir dan komunikasi siswa,
meningkatkan hasil belajar siswa
Dampak pengiring : menimbulkan sikap positif, seperti menghargai guru yang sedang
menjelaskan atau pendapat dari teman.