63
USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA AKUNTANSI-8 SEMESTER 3 Tugas Akuntansi Syariah Tentang Entitas Syariah dan Tata Kelola Entitas syariah Disusun Oleh : Meilky Maalikul Mulky (21310719) Dinar Oktora (21312008) Utami Prihati Ningtias (21312018) Adrian Alif (21312033) Tika Novianti (21312035) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM)

tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAAKUNTANSI-8 SEMESTER 3

Tugas Akuntansi SyariahTentang Entitas Syariah dan Tata Kelola Entitas syariah

Disusun Oleh :Meilky Maalikul Mulky (21310719)

Dinar Oktora (21312008)Utami Prihati Ningtias (21312018)

Adrian Alif (21312033)Tika Novianti (21312035)

PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA(UNIKOM)2013-2014

Page 2: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Entitas

Syariah dan Tata Kelola Entitas Syariah. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, 16 April 2014

Page 3: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

DAFTAR ISI

Kata PengantarDaftar IsiBAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah1.2 Identifikasi Masalah1.3 Tujuan Pembahasan

BAB II Landasan Teori

BAB III Pembahasan3.1 Asas Transaksi Syariah3.2 Karakteristik Entitas Syariah3.3 Perkembagan Entitas Syariah3.4 Tata Kelola Entitas Syariah3.5 Dan lain-lain Yang Terkait denga Tata kelola Entitas Syariah

Daftar Pustaka

Page 4: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi

Islam. Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah sampai

kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem keuangan

atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam ádalah terbebas dari unsur riba.

Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah

mekanisme syirkah  yaitu :  musyarakah  dan mudharabah (bagi hasil).

Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu dasawarsa

belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti perbankan syariah, asuransi

syariah, pasar modalsyariah, reksadana syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, Baitul Mal

wat Tamwil (BMT). Demikian pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah,Multi Level

Marketing Syariah, dsb.

Maka seiring berkembangnya entitas syariah di Indonesia, maka muncul juga permintaan

akan standar akuntansi syariah yang relevan di terapkan dalam suatu entitas syariah. pada

dasarnya standar akuntansi merupakan pengumuman atau ketentuan resmi yang dikeluarkan

badan berwenang di lingkungan tertentu tentang pedoman umum yang dapat digunakan

manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan. Dengan adanya standar akuntansi syariah,

laporan  keuangan diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya

kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan keuangan seperti

investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk memahami dan

menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan

yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan penting bagi pihak penyusun

dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman atau kesamaan interpretasi atas

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

Page 5: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa saja jenis entitas syariah yang ada di Indonesia?

2. Kapan sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut?

3. Apa saja produk yang ditawarkannya?

4. Bagaimana perkembangannya sekarang?

5. Siapa organisasi yang menyusun standar akuntansi syariah di Indonesia dan internasional?

6. Apa saja standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui dasar-dasar fiqih transaksi syariah.

2. Mengetahui karakteristik entitas syariah.

3. Mengetahui perkebangan entitas syariah.

4. Mengetahui tata kelola entitas syariah.

5. Mengetahui dan lain-lain yang terkait dengan tata kelola entitas syariah.

Page 6: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

BAB II

LANDASAN TEORI

Bank syariah adalah bank yang berdasarkan antara lain kemitraan, keadilan, transparansi

dan universal, serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip islam (syariah).

Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil dan tidak menggunakan bunga untuk

memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana atau pinjaman.

Bank syariah mempunyai dasar-dasar hokum dalam menjalankan kegiatannya, adapun landasan

hukumnya adalah :

1. PP No 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil

2. UU No 7 tahun 1992 Jo UU Perbankan No. 10 tahun 1998

3. SK Direktur Bank Indonesia No 31/34/Kep/dir K se BI No 32/2/UPPB tanggal 12 mei

1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah

Prinsip-prinsip Umum Bank Syariah

Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah,

prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadist. Prinsip yang ditetapkan bank syariah meliputi :

1. Prinsip pengharaman riba

Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana nasabah. Dana yang berasal dari nasabah

penyimpan harus jelas asal usulnya. Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha yang

tidak bertentangan dengan syariah.

2. Prinsip keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan system bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan

hasil kesepakatan dua belah pihak.

Page 7: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

3. Prinsip kesamaan

Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat

kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara

nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dan maupun bank.

Karakteristik Bank Syariah

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia. Beberapa hal yang menjadi cirri sekaligus yang

membedakannya dengan bank konvensional adalah :

a. Prinsip syariah islam dalam pengelolaan harta menekankan pada keseimbangan antara

kepentingan individu dan masyarakat

b. Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan,

transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan

prinsip syariah

c. Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil dan bank syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

d. Tidak secara tegas membedakan sektor moneter dan sektor riil

e. Dapat memperoleh imbalan untuk jasa tertentu yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah

f. Melakukan kegiatan sesuai syariah

g. Kegiatan bank syariah

h. Dalam penghimpunan dana, bank syariah menggunakan prinsip wadiah, mudharabah dan

prinsip lain yang sesuai dengan syariah.

Page 8: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:

1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas kerugian oranglain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saaling menjamin (takaful), saling besinergi dan saling berafiliasi (tahaluf).

2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan realitas prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adannya unsur:

Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah atau fadhl, Riba sendiri diterjemahkan sebagai tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi barang, termasuk penukaran yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak tunai.

Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Kezaliman diterjemahkan memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponnya mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak sesuai tempatnnya/posisinya.

Maisir/ judi atau bersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktivitasnnya.

Ghahar/unsur ketidakjelasan, manipulsidan eksploitasi informasi serta tidak adannya kepastian pelaksanaan akad, seperti: ketidakpastian penyerahan objek aqad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak mengerti isi perjanjian.

Haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al-qur’an dan As-sunah, baik dalam barang/jasa ataupun aktivitas operasional terkait.

Akuntansi syariah adalah teori yang menjelaskan bagaimana mengalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran tentang bagaimana akuntansi itu ada. Sehubungan dengan ini Shahata menjelaskan kemungkinan keberadaan akuntansi syariah sebagai berikut:Postulat, Standart, penjelasan dan prinsip akuntansi yang menggambarkan semua hal..... karenanya secara teoritis akuntansi memiliki konsep, prinsip dan tujuan islam dan semua hal ini serentak berjalan bersama bidang ekonomi, sosial, politik, ideologi, etika yang dimiliki islam, kehidupan islm dan keadilan, dan hukum islam. Dan islam adalah suatu program yang memiliki

Page 9: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

bidang ekonomi , sosial, politik, ideologi, manajmen, akuntansi, dan lain-lain. Semua hal ini adalah satu paket yang tak bisa dipisah.3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, meterial dan spiritual, serta individual dan kelektif. Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur yaitu: halal (patuh terhadap ketentuan syariah) dan thayib (membawa kebaikan dan bermanfaat).

4. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspek privat dan publik, antara sektor keuangan dan sektor rill, antara bisnis dan sosial serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan kepentingan pemilik semata tetapi memperhatikan kepentingan semua pihak sehingga dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.5. Universalisme (syumuliah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan li alamin).

Paradikma Dan Asas Transaksi Syariah dalam PSAK

Paradigma Transaksi SyariahTransaksi syaraiah didasarkan pada paradikma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai manah (kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahtraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah). Subtansinya adalah bahwa setiap aktifitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiyah yang menempatkan menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salah aktifitas usaha. Dengan cara ini, akan terbentuk integritas yang akhirnya akan membentuk karakter tata klola yang baik (good gavernance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

Asas transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:1.    Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awum), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan saling beraliansi (tahaluf).2.    Keadilan (‘adalah), berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya unsur:

Riba atau bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah atau fadhl. Riba sendiri diterjemahkan sebagai tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjam meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya, atau transaksi antar barang, termasuk pertukaran uang jenis secara tunai maupun tangguh dan tidak sejenis secara tidak tunai.

Page 10: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Kezaliman diterjemahkan memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak sesuai tempatnya/posisinya.

Maysir/judi atau sikap sepekulatif dan tidak berhubungan dengan produktivitas.

Gharar atau unsur ketidak jelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian pelaksaan akad, seperti: ketidakpastian penyertaan objek akad, tidak ada kepastian kriteria kualitas, kuantitas, harga objek akad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak mengerti ini perjanjian.

Haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, baik dalam barang/jasa ataupun aktivitas operasional terkait.

3.    Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur  yaitu: halal (patuh terhadap ketentuan syariah) dan thayib (membawa kebaikan dan bermanfaat).4.    Keseimbanagan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspek privat dan publik, antara sektor keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan sosial serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan kepentingan pemilik semata tetapi memperhatikan kepentingan semua pihak sehingga dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.5.    Universalisme (syumuliyah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat keramah tamahan semesta (rahmatan lil alamin)

BMT HARAPAN UMMAT SIDOARJO Membangun Ekonomi Ummat Dalam Ridho Allah In House Training Prinsip-Prinsip Dasar Perbankan Syari’ah Sidoarjo, 27 Maret 2010

Bagi Hasil ( Titipan atau Simpanan (Depository/AlWadi’ah) Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Perbankan Syariah Profit Sharing Sewa (Jual Beli (Sale and Purchase) ) Financial Lease Jasa (Fee-) Based Services)

Pada dasarnya, penerima simpanan adalah tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipanselama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah) Al Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijagadan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. (Sayyid Sabiq)

“Jaminan pertanggungjawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai terhadap titipan tersebut.” (Al-hadits) Dalam praktik perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin meng-idlekan aset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas ekonomi tertentu. Dengan demikian, ia menjadi penanggung/bertanggungjawab atas kehilangan/kerusakan yang terjadi pada barang tersebut.Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah)

Aplikasi dalam perbankan, bank sebagai penerima simpanan dapat menggunakan al-wadi’ah untuk: 1. Current account (tabungan/giro) 2.Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah) Saving account (tabungan berjangka/deposito)

Page 11: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah) Nasabah Muwaddi’ (Penitip) 1. Titip Dana BankMustawda’ (Penyimpan) 4. Bagi Hasil 3. Bagi Hasil 2. Pemanfaata n Dana Users of Fund (Dunia Usaha)

Namun dalam praktiknya yang sering dipakai adalah al-musyarokah dan almudharobah. Sedangkan al-muzaro’ah dan al-musaqoh dipakai khusus untuk plantation financing (pembiayaan pertanian) oleh beberapa bank. Bagi Hasil (Profit Sharing) Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syari’ah dapat dilakukan dalam 4 akad utama, yaitu almusyarokah, al-mudharobah, almuzaro’ah, dan al-musaqoh.

Sebagian ulama’ juga memasukkan almudharobah dalam jenis musyarokah.Musyarokah akad terbagi menjadi, al’inan, al-mufawadhah, al-a’maal, dan al-wujuh. adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Musyarokah

Syirkah al-’inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Tiap pihak memberikan suatu porsi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Tiap pihak berbagi keuntungan dan resiko sesuai kesepakatan. Porsi masing-masing, baik dalam dana maupun kerja, tidak harus sama melainkan sesuaikesepakatan. Syirkah al-mufawadhah hampir sama dengan al-’inan, tetapi porsi masingmasing pihak sama baik dalam dana, kerja, keuntungan, dan resiko. Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Musyarokah

Syirkah al-a’maal adalah kontrak kerja sama dua orang atau lebih yang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Syirkah wujuh adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi (good will) dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan kemudian menjualnya kembali secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan resiko berdasarkan jaminan yang diberikan kepada supplier.Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Musyarokah

Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Musyarokah Aplikasi dalam perban Al-musyarokah diterapkan dalam skema modal ventura untuk investasi dalam kepemilikan perusahaan. Penanaman modal dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi baik secara singkat maupun bertahap Untuk pembiayaan proyek, bank dan nasabah sama-sama menyediakan dana. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana bank bersama bagi hasil yang disepakati untuk bank. kan biasanya dalam bentuk pembiayaan proyek dan modal ventura.

Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Musyarokah Nasabah Bank Asset Value Pembiaya an Proyek Usaha Bagi Hasil Sesuai Nisbah Bagi Hasil Sesuai Nisbah Keuntungan

adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan modal dan pihak kedua menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemodal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Secara umum mudharobah dibagi dua, yaitu mudharobah muthlaqoh dan Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Mudharobah

Mudharobah muqoyyadah merupakan kebalikan dari mudharobah muthlaqoh, dimana mudharib dibatasi dengan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Mudharobah muthlaqoh adalah bentuk

Page 12: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

kerja sama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Mudharobah

Pada pembiayaan, mudharobah diterapkan untuk pembiayaan modal kerja (dagang dan jasa) serta Pada penghimpunan dana, almudharobah diterapkan pada tabungan dan deposito baik dengan mudharobah muthlaqoh maupun muqoyyadah. Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Mudharobah Aplikasi dalam perbankan, almudharobah bisa diterapkan dalam produk-produk penghimpunan dana dan pembiayaan.

Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Mudharobah Perjanjian Bagi Hasil Nasabah (Mudharib ) Bank (Shahibul Maal) Keahlian / Ketrampila n Modal Usaha Proyek / Usaha Nisbah Bagi Hasil X% Laba Modal Nisbah Bagi Hasil Y% Pengembali an Pokok Modal

Jual Beli (Sale  Namun ada tiga jenis akad yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syari’ah, yaitu bai’ al-murobahah, bai’ as-salam, dan bai’ al-istishna’. and Purchase) Bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam Fiqih Muamalah Islamiah sangatlah banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan jika tidak puluhan.

Dalam kitab Al-Umm, Imam Syafi’I menamai transaksi ini dengan istilah al-aamir bisy-syira. Bai’ al-murobahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murobahah Kepada Pemesan Pembelian (murobahah KPP). Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Murobahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan (profit margin) yang disepakati.

Pada dasarnya, dalam bai’ almurobahah KPP, jaminan bukanlah rukun atau syarat. Namun diperbolehkan untuk menjaga agar si pemesan (nasabah) tidak main-main dengan pesanannya. Si pembeli (bank) dapat meminta suatu jaminan untuk dipegangnya. Secara praktik, barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminannya. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Murobahah

Secara prinsip, penyelesaian utang pemesan (nasabah) kepada pembeli (bank) dalam transaksi murobahah tidak ada kaitannya dengan transaksi yang dilakukan pemesan kepada pihak ketiga. Misalnya pemesan adalah pedagang, dia menjual kembali barang sebelum masa angsurannya selesai. Maka dia tetap wajib membayar utangnya sebesar nilai yang disepakati dalam murobahah tanpa melihat penjualannya untung atau rugi. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Murobahah

Murobahah kurang sesuai untuk diterapkan secara berkelanjutan seperti pembiayaan modal kerja (dagang) karena murobahah merupakan kontrak jangka pendek. Akad mudharobah lebih sesuai untuk pembiayaan modal kerja Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Murobahah Murobahah KPP umumnya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri melalui Letter of Credit (L/C).

Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Murobahah 1. Negosiasi dan Persyaratan Murobahah KPP Pembeli (Bank) 2. Akad Jual Beli 6. Bayar HPP & Margin yang Disepakati Pemesan (Nasabah ) 3. Pembelian Barang Penjual (Supplier) 5. Terima Barang 4. Kirim Barang

Page 13: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Pelaksanaan bai’ as-salam harus memenuhi sejumlah rukun yang terdiri dari muslam (pembeli), muslam ilaihi (penjual), modal, muslam fiihi (barang), dan sighot (ucapan/akad). Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale) Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.

Pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan utang yang harus dibayar oleh penjual. Hal ini untuk menghindari praktik riba dalam salam. Hukum awal pembayaran adalah bahwa ia harus berupa uang tunai. Kebanyakan ulama mengharuskan pembayaran salam dilakukan di tempat kontrak. Barang diketahui jenis, kualitas, dan jumlahnya. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale) yang akan disupplai harus

Ulama mem-fatwa-kan salam pararel diperbolehkan dengan syarat pelaksanaan transaksi salam kedua tidak bergantung pada pelaksanaan akad salam pertama. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale) Dalam praktik di perbankan, dikenal istilah salam paralel yang berarti melaksanakan dua transaksi salam antara bank-nasabah, dan antara bank-pemasok secara simultan.

Perbedaan mendasar bai’ as-salam dengan sistem ijon adalah pengukuran dan spesifikasi barang yang harus jelas di awal transaksi serta harga yang “fair” (adanya keridhoan yang utuh antara kedua pihak). Beberapa ulama kontemporer memberikan catatan atas transaksi salam paralel, terutama jika dilakukan secara terus-menerus, diduga akan menjurus kepada riba. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale)

pembiayaan bagi petani dengan jangkaa waktu relatif pendek (2-6 bulan). Bank membeli hasil panen bukan untuk disimpan sebagai inventory, melainkan dijual kembali kepada bulog atau pedagang grosir. Akad ini juga bisa diaplikasikan pada pembiayaan untuk manufaktur misalnya garmen y Bai’ Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale) as-salam pararel biasa dipakai pada ang ukuran barangnya sudah dikenal umum.

Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ As-Salam (In-front payment sale) kasus: Contoh seorang petani memiliki sawah 2 hektar mengajukan pembiayaan salam sebesar Rp 5 juta. Beras hasil panennya, IR36, jika dijual berharga Rp 2.000/kg. Hasil panen biasanya 4 ton per hektar dalam waktu 3 bulan. Maka bank bisa membeli beras petani sebanyak 2,5 ton (Rp 5 juta : Rp 2.000). Beras tersebut biasanya dijual kepada pedagang grosir dengan harga Rp 2.400/kg. Sehingga bank memperoleh keuntungan Rp 1 juta (Rp 400/kg X 2,5 ton) atau setara dengan margin 20%.

Dalam sebuah kontrak bai’ alistishna’, bisa saja pembeli mengijinkan pembuat barang menggunakan Menurut istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari akad bai’ as-salam. Biasanya jenis ini dipakai di bidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti aturan dalam akad bai’ assalam. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Istishna’ (Purchase by Order) jumhur fuqoha, bai’ al

Dalam sebuah kontrak bai’ alistishna’, bisa saja pembeli mengijinkan pembuat barang menggunakan subkontraktor, sehingga dikenal Menurut istishna’ merupakan suatu jenis khusu dari akad bai’ as-salam. Biasanya jenis ini dipakai di bidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai’ alistishna’ mengikuti aturan dalam akad bai’ as-salam. Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Istishna’ (Purchase by Order) jumhur fuqoha, bai’ al

Page 14: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Jual Beli (Sale and Purchase) Bai’ Al-Istishna’ (Purchase by Order) Contoh kasus: sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan pesanan kostum tim sepak bola sebesar Rp 20 juta. Produksi ini akan dibayar oleh pemesan dua bulan mendatang. Harga pasar kostum adalah Rp 50 ribu/pasang dan pembuat sepakat menjual ke bank dengan harga Rp 45 ribu/pasang. Produsen tidak menghendaki diketahui harga pokok produksi, ia hanya ingin memberi keuntungan kepada bank sebesar Rp 5 ribu/pasang. Dengan demikian bank memperoleh keuntungan sekitar Rp 2 juta

Sewa dibagi menjadi dua, yaitu al-ijaroh (operational lease) dan al-ijaroh almuntahia bit-tamlik (financial lease with purchase option). Dalam praktik perbankan pada umumnya lebih banyak menggunakan bentuk kedua. Al-ijaroh al-muntahia bit-tamlik (financial lease with purchase option) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jualbeli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.Sewa (Operational Lease and Financial lease)

Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain. Contoh: factoring. Kafalah, merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Contoh: asuransi, jaminan leasing. Jasa (Fee-Based Service) Wakalah, berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Contoh: penagihan, pembayaran tagihan.

Al-qordh adalah pemberian harta kepada pihak lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Contoh: dana talangan, dana bergulir Jasa (Fee-Based Service) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Contoh: gadai

3.2 KARAKTERISTIK ENTITAS SYARIAH

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Entitas Syariah.

Pertimbangan sehatPenyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan

keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan.

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehatihatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.

Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja

Page 15: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal.

Penyajian Jujur

Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang

seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya,

neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset,

kewajiban, dana syirkahtemporer, dan ekuitas entitas syariah pada tanggal pelaporan yang

memenuhi kriteria pengakuan.

Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap

kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena

kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam

mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun

atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa

tersebut.

Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti

sehingga entitas syariah pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya,

meskipun dalam kegiatan usahanya entitas syariah dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya

sulit untuk mengidentifikasi atau mengukurgoodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain,

pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko kesalahan

sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun

demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat

dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat

dipahami oleh pemakai tertentu.

Dapat Diandalkan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal

jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan

pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang

seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin

relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan, penggunaan informasi

tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Page 16: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hokum

masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah

seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah

serta keadaan dari tuntutan tersebut.

Dapat Dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas syariah antarperiode

untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus

dapat memperbandingkan laporan keuangan antarentitas syariah untuk mengevaluasi posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran

dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan

secara konsisten untuk entitas syariah tersebut, antarperiode entitas syariah yang sama, untuk

entitas syariah yang berbeda, maupun dengan entitas lain.

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai

harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai

harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang

diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah entitas syariah dari

satu periode ke periode dan dalam entitas syariah yang berbeda.

Ketaatan pada standar akuntansi keuangan syariah, termasuk pengungkapan kebijakan

akuntansi yang digunakan oleh entitas syariah, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan

terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak

seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan syariah yang

lebih baik.

Entitas syariah tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan

karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan. Entitas syariah juga tidak perlu mempertahankan

suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung

pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan

antarperiode, entitas syariah perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan

keuangan.

Page 17: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Mengungguli Bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain

yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi

dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain

tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Substansi transaksi tersebut

harus mengacu kepada substansi transaksi sesuai prinsip syariah dan dalam kondisi tertentu,

prinsip syariah menentukan substansi ekonomi dalam transaksi syariah.

Contohnya ijarah dengan hak opsi untuk pengalihan kepemilikan aset ijarah kepada penyewa

(ijarah muntahiyah bittamlik) secara substansi ekonomi aset ijarah tidak diakui sebagai aset oleh

penyewa

Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada

kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi

yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang

mempunyai kepentingan yang berlawanan.

Matearilitas

relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus,

hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu

segmen baru dapat memengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi entitas syariah

tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam

periode pelaporan.

Dalam kasus lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah

serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan entitas syariah. Informasi dipandang

material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut

dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.

Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi

khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat

(misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah

Page 18: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang

berguna. Dalam hal bagi hasil, dasar yang dibagihasilkan harus mencerminkan jumlah yang

sebenarnya tanpa mempertimbangkan pelaks anaan konsep materialitas.

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah, antara lain meliputi :

Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.

Posisi Keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos- pos ini di definisikan sebagai berikut.

1. Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan iharapkan akan diperoleh entitas syariah.

2. Kewajiban merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbuldari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.

3. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnyha dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

Dana syirkah temporer tidak dapat digolonghkan sebagai kewajiban, karena entitas syariah tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana awal dari pemilik dana ketika mengalami kerugian kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah. Namun demikian dia juga tidak digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu tempo dan tidak memiliki hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham.

4. Ekuaitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :

Page 19: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

1. Posisis Keuangan Entitas Syariah. Laporan keuangan yang disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber dayayang dikendalikan, struktur keunagan, likuiditas dn solvaliditas. Serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang.

2. Informasi Kinerja Entitas Syariah. Laporan keuangan yang disajakan dalam laporan labarugi. Laporan ini di perlukan untuk menilai perubahan potensial  sumber dayaekonomi yang mumgkin di kendalikan dimasa depan.

3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah. Laporan yang dapat di susun berdasarkan denevisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset lekuis atau kas. Kerangka ini tidak mendenefisikan dana secara spesifik.

4. Informasi Lain. Laporan keuangan yang seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relavan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.

5. Catatan dan Skedul Tambahan. Laporan keuangan yang merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan tidak kepastian yang mempengaruhi entitas. Informasi tentang sekmen industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.

3.3 Sejarah Lahirnya Bank Syariah dan Perkembangannya Di Indonesia

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh majelis ulama indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari ikatan cendekiawan muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Pada saat pertama didirikan terkumpul komitmen pembelian saham sebesar Rp 84 Milliar dan pada tanggal 3 Nopember 1991 dalam acara silaturrahmi presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp 106.126.382.000. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 01 Mei 1992, BMI mulai beroperasi, namun masih menggunakan UU No. 7 tahun 1992, dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu. BMI sampai September 1999, telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan dan Makasar.

Page 20: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 akhirnya dapat bangkit dan menghasilkan laba .Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Perkembangan Bank Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.

Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku bank syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank konvensional.

Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang unit usaha syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun biasanya menggunakan beberapa standar, diantaranya :

1. Jumlah aktiva.2. dana pihak ketiga (DPK).

Page 21: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

3. pembiayaan bank.

Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Perbankan syariah

Keberadaan bank Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang mengembirakan dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program pemulihan dan pendayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan. Hal itu dikarenakan adanya beberapa pertimbangan, antara lain ;

1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga.

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam merupakan faktor penggerak kebutuhan akan hadirnya perbankan syariah yang tidak menggunakan sistem bunga yang mendekati dengan riba yang jelas-jelas dilarang dalam islam.

2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan.

Dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debitor to creditor relationship). Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya, apakah debitur mendapatkan untung atau rugi. Kreditur tidak mau ambil peduli. Hal ini berbeda dengan sistem perbankan syariah. Konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor yang harmonis (mutual investor relationship), sehingga adanya saling kerjasama dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah menerapkan nilai ilahiyah sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai keadilan, persaudaraan, kepedulian sosial yang bersifat horisontal.

3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan

Sistem perbankan syariah memiliki keunggulan komparatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal). Produk perbankan seperti berupa tabungan, giro dan deposito yang menerapkan prinsip-prinsip simpanan (depository), bagi hasil (profit sharing), jual beli (sale and purchase), sewa (operational lease and financial lease), jasa (fee based services).

4. Peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah

Gairah perbankan nasional, baik keinginan untuk membuka kantor bank umu syariah ataupun kantor unit syariah dapat terlihat dari perkembangan yang pesat jumlah perbankan syariah di Indonesia

5. Adanya pelayanan yang meluruskan pelanggan dengan cara sesuai Islam

Page 22: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Hal itu dapat terbukti dengan diraihnya penghargaan Quality Assurance Service Australia, predikat ISO 9001 tahun 2000 untuk pelayanan bank khususnya customer service dan taller banking diberikan pada BMI, serta Market Research Indonesian tahun 2000, yang memasukkan BMI masuk deretan unggulan terbaik dari 5 bank dalam pelayanan.

Faktor-Faktor Penghambat

Tidak obyektif kiranya jika kita hanya menampilkan faktor pendorong perkembangan perbankan syariah di Indonesia tanpa menjelaskan juga faktor penghambat yang merupakan tantangan bagi kita, terutama berkaitan dengan penerapan suatu sistem perbankan yang baru, suatu sistem yang mempunyai sejumlah perbedaan prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Faktor-faktor penghambat itu adalah sbb :

1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah

Hal demikian, dikarenakan masih dalam tahap awal pengembangan dapat dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian masyarakat mengenai sistem dan prinsip perbankan syariah masih belum tepat. Pada dasarnya, Sistem Ekonomi Islam telah jelas, yaitu melarang praktek riba serta akumulasi kekayaan hanya pada pihak tertentu secara tidak adil, akan tetapi, secara praktis, bentuk produk dan jasa pelayanan, prinsip-prinsip dasar hubungan antar bank dan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam bank syariah, masih perlu disosialisasikan secara luas. Adanya perbedaan karakteristik produk bank konvensional dengan bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa perbankan. Keengganan tersebut antara lain disebabkan oleh hilangnya kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa dana pada bank syariah juga dapat memberikan keuntungan finansiil yang kompetitif.

2. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas

Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kurangnya jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan kerjasama antar bank syariah. Kerjasama yang sangat diperlukan antara lain, berkenaan dengan penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi masalah likuiditas sebagai suatu badan usaha, bank syariah perlu beroperasi dengan skala yang ekonomis. Karenanya, jumlah jaringan kantor bank yang luas juga akan meningkatkan efisiensi usaha. Berkembangnya jaringan bank syariah juga diharapkan dapat meningkatkan komposisi ke arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan jasa bank syariah.

Page 23: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

3. Kecilnya market share

Adanya bank syariah yang beroperasi dengan tujuan utama menggerakan perekonomian secara produktif. Di samping sungguh-sungguh menjalankan fungsi intermediasi karena secara syariah tugas bank selaku mudharib (pengelola dana) harus menginvestasikan pada sektor ekonomi secara riil untuk kemudian berbagi hasil dengan sahibul maal (pemilik dana) sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Masih kecilnya market share itu disebabkan antara lain karena bank syariah mempunyai keterbatasan dana baik dari segi permodalan maupun jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun karena alasan-alasan seperti yang diungkapkan di atas.

4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit

Kendala-kendala di bidang sumber daya manusia dalam pengembangan perbankan syariah disebabkan karena sistem ini masih belum lama dikembangkan. Disamping itu, lembaga-lembaga akademik dan pelatihan dibidang ini sangat terbatas sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman dibidang non perbankan syariah, baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral (pengawas dan peneliti bank), masih sangat sedikit.

3.4 Prinsip Dasar Perbankan Syariah dan Produk yang ditawarkan

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada

syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan

tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai

berikut :

1.      Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik

individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja ketika si penitip

menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a.    Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak

penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak

bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan

perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa

produk safe deposit box.

Page 24: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

b.    Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana

pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan

barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan

barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan

barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro

dan tabungan

2.      Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara

penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a.    Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena

kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian

tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1.    Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas

dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

2.    Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan

batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

b.    Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.Dua jenis al-

musyarakah:

1.    Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang

mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

Page 25: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

2.    Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa

tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3.      Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan

membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank

melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada

nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah

Keuntungan (margin). Implikasinya berupa :

a.    Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b.    Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual

dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima

sesuai syarat-syarat tertentu.

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank

bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang

pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c.    Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai

penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan

sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum

yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual

kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna

maka hal ini disebut istishna paralel.

4.      Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran

upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah

terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan

Page 26: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada

akhir masa sewa.

5.      Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk

yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a.    Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa

tertentu, seperti transfer.

b.    Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban

pihak kedua atau yang ditanggung.

c.    Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib

menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak

piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu

piutang tersebut.

d.   Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang

diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak

yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau

gadai.

e.    Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali

atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk

membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan

shadaqah.

f.     Pelayanan Jasa

1.    Letter of credit (L/C) impor Syariah

Bank Syariah – Basis Bank Modern L/C adalah surat pernyataan akan membayar eksportir

yang diterbitkan oleh bank atas permintaan imprtir dengan pemenuhan prasyaratan tertentu.

Page 27: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

2.    Bank Garansi Syariah

Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan

kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang di jamin kepada pihak ketiga dimaksud.

3.    Penukaran Valuta Asing (sharf)

Transaksi penukaran mata uang yang berlainan jenis, baik membeli atau menjual kepada

nasabah.

3.5 Yang Terkait dengan Tata Kelola Entitas Syariah

1. Bank Syariah

Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah

(hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk

memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan

investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan

produksi makanan/minuman haram) dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan

konvensional.

Perkembangan Bank Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi

ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank

syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank

konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank

konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara

perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.

Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah diluncurkan Dual

Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat naik. Dalam 5

tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku bank syariah bertambah menjadi 10

Page 28: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan

lainnya merupakan unit/divisi syariah bank konvensional.

Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada

penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya

dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan

keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat

berharga, peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa

perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan.

Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya.

 Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian

izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang unit usaha syariah (UUS)

atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan

respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-

undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan

jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun biasanya menggunakan beberapa

standar, diantaranya :

1. Jumlah aktiva.

2. dana pihak ketiga (DPK).

3. pembiayaan bank.

Tabel 1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network)

KETERANGANTAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 Jan-10

Bank Umum Syariah            

- Jumlah bank 3 3 3 5 6 6

- Jumlah kantor 304 349 401 581 711 815

Page 29: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Unit Usaha Syariah

- Jumlah bank 19 20 26 27 25 25

- Jumlah kantor 154 183 196 241 287 268

Bank pembiayaan rakyat syariah

- Jumlah bank 92 105 114 131 138 140

- jumlah kantor 92 105 185 202 225 263

Sumber : BI, statistik perbankan syariah januari 2010

 

Tabel 1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan laporan tahunan BI sampai

dengan januari 2010. Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan

dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu bank

umum syariah dan 76 bank perkreditan rakyat syariah, maka pada Januari 2010 jumlah bank

syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 bank umum syariah dan 25 unit usaha syariah.

Selain itu, jumlah bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) telah mencapai 140 unit pada periode

yang sama.

Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

INDIKASITAHUN

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Aset 7.945 15.21 20.88 28.722 36,537 49.555 66.09

DPK 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.852 52.271

Pembiayaan 5.561 11.324 15.27 20.445 27.944 38.198 46.886

FDR 97,14 96,64% 97,76% 98,90% 99.76 103.65% 89.70%

Page 30: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

% %

NPF 2,34% 2,38% 2,82% 4,75% 4,07% 3.95% 4.01%

Sumber : BI, statistik perbankan syariah januari 2010

Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi perbankan syariah.

Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2008

sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 persen. Penghimpunan dana dan

pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41,84 dan 22,74 persen.

Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK)

yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki

rata-rata FDR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun

sesudahnya, pada tahun 2008 Financing to Defosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100 %.

Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan Maret –

November lebih besar dari dana pihak ke tiga.

Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari DPK,

tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non Performing Financing (NPF)

ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95%, masih dibawah

batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul menjalankan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-

hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat.

Tabel 1.3. Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank

 

Bank Syariah (Des 08) Total

Bank

Bank Syariah (Des 09) Total

BankNominal Share Nominal Share

Total Asset 49,56 2.14% 2,310.60 66,09 2.61% 2,534.10

Deposit Fund 36,85 2.10% 1,753.30 52,27 2.65% 1,973.00

Credit

Financial 38,20 - - 46,88 - -

Page 31: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Extended

FDR/LDR 103.66% - - 89.70% - -

  Sumber : BI, statistik perbankan syariah januari 2010

Pada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan

tahun 2008 pada bulan yang sama, yaitu asset menjadi 2.61% meningkat sebesar 0.47% , Deposit

Fund atau DPK juga mengalami pertumbuhan menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. hal ini

menunjukkan kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.

2. Asuransi Syariah

Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha untuk

saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk

aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko /bahaya

tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta

mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk

membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta.

Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta

investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau saling

membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah

dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam

Page 32: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam

surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :

"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong

menolong dalam dosa dan permusuhan"

Dasar Syariah dalam Asuransi Syariah

a. Perintah Allah SWT Untuk Mempersiapkan Hari Depan.

Allah SWT berfirman QS. An-Nisa/ 04 : 09 :

د�يد�ا س� � ق�وال �وا �ق�ول ي و�ل �ه� الل �ق�وا �ت ي ف�ل ه�م �ي ع�ل اف�وا خ� ض�ع�اف�ا �ة� ي �ذ�ر ف�ه�م ل خ� م�ن �وا ك �ر� ت �و ل �ذ�ين� ال �خش� ي و�ل

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang

mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh

sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.”

Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang

matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam Al-QurÂ’an

membuat sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan (QS. Yusuf/ 12 :

43 – 49)

b. Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada

Allah SWT, karena :

Karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh

kesungguhan, teliti dan cermat.

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT.

Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin.

Allah SWT berfirman QS. Attaghabun/ 64 : 11)

�ه� الل �ذن� �إ ب � �ال إ �ة. م�ص�يب م�ن ص�اب�� أ م�ا

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”

Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian merupakan qodho

dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari

depan (QS. A-Hasyr/ 59 : 18)

�ون� �عم�ل ت �م�ا ب �ير5 ب خ� �ه� الل �ن� إ �ه� الل �ق�وا و�ات �غ�د. ل ق�د�م�ت م�ا �فس5 ن ظ�ر �ن ت و�ل �ه� الل �ق�وا ات �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال =ه�ا ي� �اأ ي

Page 33: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri

memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Pegadaian Syariah

Gadai dalam fiqh diebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan. Menurut

beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta oleh pemiliknya dijadikan sebagai

pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan tersebut

tidak harus bersifat actual (berwujud), namun yang terlebih penting penyerahan itu bersifat legal

misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan.

Menurut mahab Syafi’i dan Hambali, harta yang dijadikan jaminan tersebut tidak termasuk

manfaatnya.

Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian  pinjaman menggunakan  sistem gadai

dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu antara lain tidak menentukan tarif

jasa dari besarnya uang pinjaman.

Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi

mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam

bentuk penyaluran  dana ke masyarakat  atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalm Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya adalah memberikan

pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh

kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak

dari masyarakat.

Dasar Syariah Dalam Pegadaian Syariah

Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah

juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW.

Adapun landasan yang dipakai adalah : 

Al-Quran Surat Al Baqarah : 283

Page 34: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

”Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak

memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh

yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan

barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Dalam Q.S. An-Nisa : 29 Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan

jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka

diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah  adalah Maha

Penyayang kepadamu.”

Teknik Transaksi Pegadaian Syariah

Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan atas dua akad transaksi syariah, yaitu :

1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan

untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya

sendiri.

Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat

digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan

kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh

Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang

meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses

kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah

sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Page 35: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut

bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman..

Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai

“lipstick” yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian. 

Produk – Produk yang di Kembangkan

1. Ar-rahn (gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip

syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya asministrasi dan ijaroh (biaya jasa

simpan dan pemeliharaan barang jaminan).

2. Mulia (murabahah logam mulia untuk investasi abadi) adalah penjualan logam mulia oleh

pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu fleksibel.

3. Penaksirannilai barang Jasa ini diberikan bagi mereka yang menginginkan informasi

tentang taksiran barang yang berupa emas, perak dan berlian. Biaya yang dikenakan

adalah ongkos penaksiran barang.

4. Penitipan barang (ijaroh)

Barang yang dapat dititipkan antara lain : sertifikat motor, tanah, ijazah. Pegadaian akan

mengenakan biaya penitipan bagi nasabahnya Ar-Ruum atau gadai untuk pembiayaan

usaha kelompok mikro kecil dan menengah (UMKM)

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi Pegadaian

Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu :

1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut

sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.

2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang

dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional,

keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian

konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain

melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan

secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa

simpan.

Page 36: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Perkembangan terkini

Untuk tahun 2010 menargetkan pertumbuhan gadai syariah bisa lebih tinggi lagi dibanding tahun

2009. Khusus pada Ar-rahn misalnya, perusahaannya akan  menargetkan pertumbuhan hingga

Rp 4,4 triliun.

Hingga  akhir Desember 2009 lalu, Pegadaian Syariah  sudah menawarkan tiga produk

pegadaian syariah kepada masyarakat. Ketiganya yaitu Ar-Rahn (gadai syariah), Ar-Ruum atau

gadai untuk pembiayaan usaha kelompok mikro kecil dan menengah (UMKM), dan Mulia atau

gadai emas.

Pada tahun 2009 lalu, pertumbuhan Ar-Rahn tercatat mencapai Rp2,7 triliun, naik hampir 60%

dari realisasi sepanjang 2009 senilai Rp1,6 triliun. Ar-Ruum, berhasil dibukukan pembiayaan

sekitar Rp45 miliar sepanjang tahun lalu. Begitu juga produk Mulia,  berhasil menjual logam

mulia (emas) sebanyak 142 kilogram. Selain Ar-rahn, target pertumbuhan yang lebih tinggi juga

dilakukan pada dua produk yang lain, Ar-Ruum ditargetkan bisa naik lagi menjadi Rp45 miliar

sepanjang tahun ini. Sedang logam mulia kami targetkan bisa terjual sekurangnya 300 kilogram.

a. Kendala Pengembangan pegadaian syariah

Dalam realisasi terbentuknya pegadaian syariah dan praktek yang telah dijalankan bank yang

menggunakan gadai syariah ternyata menghadapi kendala-kendala sebagai berikut:

1. Pegadaian syariah relatif baru sebagai suatu sistem keuangan.

2. Masyarakat kurang familiar dengan produk rahn dilembaga keuangan syariah.

3. Kebijakan Pemerintah tentang gadai syariah belum akomodatif terhadap.

4. Keberadaan pegadaian syariah kurang popular dimasyarakat.

b. Strategi Pengembangan Pegadaian Syariah

Adapun usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pegadaian syariah antara

lain :

1. Banyak mensosialisasikan kepada masyarakat

2. Pemerintah perlu mengakomodir keberadaan keberadaan pegadaian syariah dengan

membuat peraturan pemerintah atau undang-undang pegadaian syariah

Aspek Pendanaan

Page 37: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan

pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba.

Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian Syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan

kepada nasabah murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang

dapat dipertanggungjawabkan . Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan Bank Muamalat

sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan  kerja sama dengan Lembaga

Keuangan Syariah lin untuk memback up modal kerja.

Pasar Modal Syariah

Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip

syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba,

perjudian, spekulasi dan lain-lain.

Produk Pasar Modal Syariah

1. Saham Syariah

Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu

perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-

perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,

memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.

Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk

saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang

memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta

Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan

Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI)

bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM).

Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk

mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan

dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam modal secara

syariah.

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai

Page 38: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index

melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.

Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak

bertentangan dengan syariah seperti:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi

konvensional.

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan

minuman yang tergolong haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang

ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 

Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Indonesia

melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi

keuangan emiten, yaitu:

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10

kapitalisasi besar).

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir

yang meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.

c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi

pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai

perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan

Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara

terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.

2. Obligasi Syariah

Sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, "Obligasi Syariah

adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten

kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan

Page 39: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana

obligasi pada saat jatuh tempo".

Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan Obligasi Syariah,

beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi:

1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi

Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tsb menjelaskan bahwa jenis kegiatan

usaha yg bertentangan dengan syariah Islam diantaranya: (i) usaha perjudian dan

permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii) usaha lembaga

keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional;

(iii) usaha yg memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan

minuman haram; (iv) usaha yg memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan

barang2 ataupun jasa yg merusak moral dan bersifat mudarat.

2. Peringkat investment grade: (i) memiliki fundamental usaha yg kuat; (ii) memiliki

fundamental keuangan yg kuat; (iii) memiliki citra yg baik bagi publik.

3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.

Di Indonesia terdapat 2 skema obligasi syariah yaitu obligasi syariah mudharabah dan obligasi

syariah ijarah.

Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil

sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah

mengetahui pendapatan emiten.

Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian

sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi

diterbitkan.

3. Reksa Dana Syariah

Reksa Dana Syariah merupakan Reksa Dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio

kedalam instrument syariah seperti saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Indeks

(JII), obligasi syariah, dan berbagai instrument keuangan syariah lainnya.

Pangsa pasar reksa dana syariah saat ini makin menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan.

Sejak dari kegiatan perbankan dan investasi syariah yang baru muncul beberapa tahun

belakangan, pertumbuhan reksa dana syariah terus mengalami kenaikan. jumlah tersebut

Page 40: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

diproyeksi akan terus meningkat dengan makin banyaknya investor yang kini mulai melirik

berinvestasi di reksa dana syariah yang dianggap lebih menguntungkan.

Fatwa dan Peraturan Pasar Modal Syariah

Ketentuan operasional pasar modal syariah diatur melalui fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI) dan peraturan yang diterbitkan

BAPEPAM-LK, yaitu adalah:

1. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana

Syariah.

2. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.

3. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

Sukuk

Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip

dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)

kepemilikan.

Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah

suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada

pemegang obligasi syariah. Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada

pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut organisasi tersebut, sukuk adalah

sebagai sertifikat dari suatu nilai yang direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti

terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. Sama halnya dengan bagian dan

kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa, atau modal dari suatu proyek tertentu atau

modal dari suatu aktivitas inventasi tertentu

Sukuk ritel negara merupakan sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah dan ditujukan bagi

individu warga negara Indonesia. Meski sukuk memiliki pengertian yang sama dengan obligasi

konvensional, tetapi sukuk memiliki perbedaan mendasar. Jika obligasi konvensional tidak

Page 41: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

mengharuskan adanya aset yang menjamin (underlying asset), sukuk harus memiliki underlying

asset yang jelas sebagai penjamin.

Instrumen ini pun dijamin oleh pemerintah dan bebas risiko gagal bayar atau tidak dibayar

pemerintah. Sukuk ritel mulai ditawarkan pada 30 Januari hingga 20 Februari 2009 dengan harga

Rp 1 juta per unit. Individu dapat membeli sukuk ritel tersebut minimal Rp 5 juta melalui 13

agen penjualan yang ditunjuk oleh pemerintah. Di antaranya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank

Mandiri, BNI Sekuritas, CIMB-GK Securities Indonesia, Citibank, HSBC, Reliance Sekuritas,

Trimegah Securities, Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Anugerah Securindo Indah, Bahana

Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bank Internasional Indonesia.

Koperasi syariah

Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui pendekatan

yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para

sahabatnya.

Konsep pendirian Koperasi Syariah menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah

usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing

memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan

bobot yang sama pula. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan

kewajiban.

Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh

keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.

Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak dimonopoli oleh

salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun

kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional.

Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah (Syuro) sesama anggota dalam

Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi anggota yang

dimilikinya.

Kelahiran Koperasi Syariah di Indonesia dilandasi oleh Kepututsan Menteri (Kepmen) Nomor

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah . 

Page 42: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP PEMBAHASAN

Entitas syariah adalah yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbankan syariah dalam

melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip

kehati-hatian. Didalam bank syariah terdapat suatu badan yang tidak ada didalam bank-bank

konvensional yaitu dewan pengawas syariah. Dewan ini memiliki tugas untuk meneliti produk-

produk baru bank syariah dan memberikan rekomendasi terhadap produk-produk baru tersebut

serta membuat surat permnyataan bahwa bank yang diawasinya masih tetap menjalankan

usahada berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Strategi pengenmbangan bank syariah adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia

dibidang perbankan syariah, untuk memicu pengembangan bank syariah, upaya yang lebih

progresif bukan saja dari praktisi tetapi juga dari pemerintah dan ulama yang mendorong

pemenuhan legalitas instrument syariah guna member ruang yang lebih lebar untuk pertumbuhan

bank syariah, pengingkatan kualitas bank syariah perlu dukungan akademisi untuk membangun

kontruksi lembaga keuangan syariah perlu dukungan akademisi untuk membangun kontruksi

lembaga keuangan syariah lebih masuk akal dan diterima banyak pihak, dan butuh sosialisasi

yang lebih agresif mengenai bank syariah

Page 43: tugas syariah makalah kelompok 3.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://Ekonomisyariah.com/fikih-ekonomi-syariat/karakteristik-bank-syariat.html

http://primadonakita.blogspot.com/2014/03/skripsi-bank-syariah-perkembangan.html

http://akuntanmaniak.blogspot.com/2011/10/perkembangan-entitas-syariah-dan.html?m=1

http://gustani.blogspot.com/2013/02/karakteristik-bank-syariah.html?m=1

http://sharianomics.wordpress.com/2010/12/12/karateristik-kualitatif-laporan-keuagan-entitas-

syariah-dapat-dibandingkan/