Upload
nia-ain
View
68
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas TKSDL
Citation preview
I. Pendahuluan
Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan
kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus
berkembang sementara luas lahan tidak berkembang, menyebabkan tekanan penduduk
terhadap sumberdaya lahan semakin berat. Pada sisi lain, lapangan pekerjaan yang terbatas
mendorong masyarakat tidak memiliki banyak pilihan mata pencaharian kecuali bertani
dengan memanfaatkan lahan yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya. Akibat
pemanfaatan dan penggunaan yang demikian menjadikan lahan mengalami degradasi yang
kemudian disebut lahan kritis.
Terjadinya degradasi lahan ini tidak saja terjadi pada daerah-daerah lain di
Indonesia, tetapi juga dapat terjadi Desa Gedangan kecamatan Maduran kabupaten
Lamongan, sebagai dampak dari kegiatan konversi lahan pertanian untuk alokasi
penggunaan lain yang tidak terkendali, perambahan hutan, dan penanaman monokultur
Pengusahaan sumberdaya lahan potensial yang kurang mengindahkan aspek
lingkungan dan lebih mengutamakan hasil/keuntungan finansial sesaat yang disertai dengan
kurangnya pengetahuan petani dalam menerapkan teknik konservasi yang baik memberi
peluang yang besar berubahnya lahan potensial menjadi lahan-lahan kritis baru. Akibat
kurangnya upaya rehabilitasi pada lahan kritis dan upaya konservasi pada lahan potensial
kritis, jumlah lahan kritis tersebut tidak pernah menurun dan terus bertambah dari waktu ke
waktu.
Melihat fenomena di atas, maka dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, dibutuhkan
suatu kearifan dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan menerapkan teknik
konservasi yang tepat sehingga pemanfaatan sumberdaya lahan yang lestari dan
berkelanjutan dapat tercapai dalam rangka menfungsikan lahan untuk memenuhi kebutuhan
sekarang maupun generasi mendatang. Artinya bahwa dalam pemanfaatan lahan untuk
pengembangan pertanian diperlukan perencanaan dan penanganan yang tepat dan
bertanggung jawab, agar lahan tersebut tidak terdegradasi dan tetap memberikan
keuntungan ekonomi. Abdurachman (2008) mengemukakan bahwa salah satu bagian
penting dari budi daya pertanian yang sering terabaikan oleh para praktisi pertanian di
Indonesia adalah konservasi tanah. Hal ini terjadi antara lain karena dampak degradasi tanah
tidak selalu segera terlihat di lapangan, atau tidak secara drastis menurunkan hasil panen.
Dampak erosi tanah dan pencemaran agrokimia, misalnya, tidak segera dapat dilihat seperti
halnya dampak tanah longsor atau banjir bandang. Padahal tanpa tindakan konservasi tanah
yang efektif, produktivitas lahan yang tinggi dan usaha pertanian sulit terjamin
keberlanjutannya.
Kegiatan penilaian keberlajutan ini dilakukan untuk melihat secara dini apabila ada
masalah dengan manajemen yang kurang tepat, untuk mengevaluasi kinerja program supaya
ada perbaikan bila perluuntuk memberi masukan kepada pengambil kebijakan dan
perencana sebagai dasar penyusunan program dan kebijakan selanjutnya, yang nanti nya
berguna untuk masyarakat, fasilitator (pengembang dan penyuluh), peneliti, pengambil
kebijakan dan perencana
II. Daftar isian untuk menilai keberlanjutan
Indikator Tahun
Tanah Erosi atau
kehilangan tanah
2006 2007 2008 2009 2010 2011 201
2
Produktivitas
tanah
3 3 3 3 3 3 3
Jenis-jenis tanah
bermasalah
2 2 2 2 2 2 2
Aliran air 1 1 1 1 1 1 1
Banjir
/kekeringan
2 2 2 2 3 3 3
Kualitas air 2 2 2 2 2 2 2
Hutan Kawasan yang
dilindungi
2 2 2 2 1 1 1
Jenis tanaman 2 2 2 1 1 1 1
Hasil hutan
ikutan (bukan
kayu)
3 2 2 2 2 2 2
Margasatwa 2 2 2 1 1 1 1
Pengambilan
hasil hutan dan
pemburuan
1 1 1 1 1 1 1
Pertanian Sumber air 2 2 2 2 2 2 2
Pengendalian 1 1 1 1 1 1 1
gulma hama dan
penyakit
Ternak 1 1 1 1 1 1 1
Pola tanam 1 1 1 1 1 1 1
Tenaga kerja 2 2 2 2 2 2 2
Modal 2 2 2 2 2 2 2
Masyarakat Pola pemukiman 3 3 3 3 3 3 3
Makanan, gizi
dan kesehatan
3 3 3 3 3 3 3
Struktur dan
kondisi
masyarakat
3 3 3 3 3 3 3
Ketenaga kerjaan
dan ketentraman
3 3 3 3 3 3 3
Kemungkinan
berpapar bahan
pencemaranpolus
i
2 2 2 2 2 2 2
Akses terhadap
pelayanan
pendukung
2 2 2 2 2 2 2
Partisipasi
masyarakat
2 2 2 2 2 2 2
Peraturan 2 2 2 2 2 2 2
Praktek-praktek
tepat guna
setempat
2 2 2 2 2 2 2
III. Pembahasan Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara di Desa Gedangan- Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Indikator Tanah
Dari hasil wawancara indikator tanah yang telah disajikan dalam tabel diatas
di dapatkan pada tahun 2006-2012 terjadi erosi ringan, produktivitas tanah cukup
baik namun menurunkan hasil panen, tanah bermasalah sering cukup terjadi,
karakteristik aliran air terlalu banyak aliran meluap setelah hujan, banjir atau
kekeringan cukup sering, dengan kualitas air sedang.
Dari perbandingan literatur bahwasanya kerusakan tanah dapat terjadi oleh;
kehilangan unsur hara atau bahan organik dari daerah perakaran, terakumulasinya
garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsure
hara yang merupakan racun bagi tanaman, penjenuhan tanah oleh air (water
logging) serta erosi. Kerusakan tanah terutama disebabkan hilangnya lapisan
permukaan tanah oleh kekuatan pukulan butir-butir hujan dan kekuatan daya
angkut aliran permukaan air hujan selanjutnya akan terbentuk lahan kritis.Tingkat
bahaya erosi merupakan salah satu indikator dalam menentukan degradasi lahan.
Hilangnya sebagian tanah karena erosi mengakibatkan antara lain: 1. Penurunan
produktifitas tanah, 2. Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman, 3. Kualitas
tanaman menurun, 4. Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang,
5. Struktur tanah menjadi rusak, 6. Lebih banyak diperlukan tenaga untuk mengolah
tanah dan 7. Pendapatan petani berkurang.
Indikator tanah rusak yang perlu di reklamasi
Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan
peningkatan kualitas kesuburan lahan pertanian yang terdegradasi baik yang
rusak secara alami maupun pengaruh manusia melalui penerapan teknologi dan
pemberdayaan masyarakat desa.Sesuai dengan definisinya, tujuan utama
reklamasi adalah menjadikan kawasan yang rusak atau tak berguna menjadi
lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan
untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian,
serta objek wisata
Indicator tanah rusak yang perlu di rehabilitasi
Rehabilitasi lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan
meningkatkan kondisi lahan yang rusak (krisis), agar dapat berfungsi secara
optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai
unsur perlindungan alam lingkungan. Faktor degradasi tanah dapat terjadi
secara alami dan dipercepat akibat aktivitas manusia seperti deporestasi,
kebakaran hutan, tambang, dan perladangan berpindah. Rehabilitasi juga
berdampak meningkatkan produktivitas tanah terdegradasi sehingga mampu
mendukung sistem usahatani. Degradasi tanah menurunkan sifat-sifat tanah dan
produktivitas tanah. Penggunaan amelioran, sebagai bahan organik merupakan
salah satu upaya untuk rehabilitasi tanah terdegradasi. Sehingga perlu dilakukan
konservasi tanah. Salah satunya yaitu dengan memperbaiki vegetasinya dalam
artian tidak menanam tanaman monokultur sehingga terjadi keseimbangan
dalam ekosistem tersebut.
Tanaman atau tumbuhan yang khusus ditanam untuk melindungi tanah
dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk memperbaiki sifat fisik dan
sifat kimia tanah .Fungsi tanaman penutup tanah: Menahan daya perusak butir-
butir hujan yang jatuh , 2) Menahan aliran air di atas permukaan tanah, 3)
Meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah, 4) Menekan tingkat erosi, 5)
Menambah bahan organik tanah , 4) Mengurangi kandungan air tanah melalui
transpirasi. Persyaratan tanaman penutup tanah: 1) Mudah diperbanyak, 2)
Sistem perakaran tidak menganggu tanaman pokok, 3) Cepat tumbuh dan
banyak menghasilkan daun, 4) Toleran tehadap pemangkasan, 5) Resisten
terhadap hama dan penyakit, 6) Mampu menekan pertumbuhan gulma, 7)
Mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk tanaman lain. Selain cara
diatas cara-cara dibawah ini juga dapat dijadikan sebagai konservasi diantaranya
adalah:
Menggunakan kesesuaian dan kemampuan lahan
Klasifikasi kemampuan lahan : Penilaian lahan (komponen-
komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi
dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari . Misalnya: lahan
untuk perkebunan
Klasifikasi kesesuaian lahan : Penilaian dan pengelompokan
lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan
bagi suatu penggunaan tertentu. Misalnya : lahan untuk perkebunan
karet
Dengan metode vegetasi
Dengan metode vegetasi : Adalah penggunaan
tanaman/tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak
hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan
dan erosi.
Teknik konservasi tanah secara vegetatif yang akan diuraikan
dalam monograf ini adalah:
a. Penghutanan kembali
Penghutanan kembali (reforestation) secara umum
dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi
ekologi dan hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-
pohonan. Penghutanan kembali juga berpotensi untuk
peningkatan kadar bahan organik tanah dari serasah yang jauh
di permukaan tanah dan sangat mendukung kesuburan tanah.
Hutan mempunyai fungsi tata air yang unik karena mampu
menyimpan air dan meredam debit air pada saat musim
penghujan dan menyediakan air secara terkendali pada saat
musim kemarau (sponge effect).
b. Wanatani
Wanatani (agroforestry) adalah salah satu bentuk usaha
konservasi tanah yang menggabungkan antara tanaman pohon-
pohonan, atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas
lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian.
Penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih
baik daripada tanaman komoditas pertanian khususnya
tanaman semusim.teknik penanaman wanatani ada beberapa
macam di antarnya : 1. Pertanaman sela, 2. Pertanaman lorong,
3. Pekarangan, 4. Tanaman pelindung 5. Silvipastura (Sistem
silvipastura sebenarnya adalah bentuk lain dari sistem tumpang
sari, seperti rumput gajah dan lain-lain.
c. Strip rumput
Teknik konservasi dengan strip rumput (grass strip)
biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal
lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut
garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai
sumber pakan ternak. Dalam upaya lebih meningkatkan
efektifitasnya dalam menahan erosi, strip rumput dapat
dikombinasikan dengan mulsa, Selain bertujuan untuk menahan
erosi, sistem ini juga efektif dalam mempertahankan kelengasan
tanah.
d. Mulsa
Dalam konteks umum, mulsa adalah bahan-bahan (sisa
tanaman, serasah, sampah, plastik atau bahan-bahan lain) yang
disebar atau menutup permukaan tanah untuk melindungi
tanah dari kehilangan air melalui evaporasi. Mulsa juga dapat
dimanfaatkan untuk melindungi permukan tanah dari pukulan
langsung butiran hujan sehingga mengurangi terjadinya
e. Sistem penanaman menurut strip
Penanaman menurut strip (strip cropping) adalah sistem
pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami
tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling
dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. istem ini biasa
diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai
bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik
konservasi lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air,
dan lain-lain.
f. Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah (cover crop) adalah tanaman yang
biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh
permukaan tanah (Gambar 12). Tanaman yang dipilih sebagai
tanaman penutup tanah umumnya tanaman semusim/tahunan
dari jenis legum yang mampu tumbuh dengan cepat, tahan
kekeringan, dapat memperbaiki sifat tanah (fisik, kimia, dan
biologi) dan menghasilkan umbi, buah, dan daun.
g. Penerapan pola tanam
Pola tanam adalah sistem pengaturan waktu tanam dan
jenis tanaman sesuai dengan iklim, kesesuaian tanah dengan
jenis tanaman, luas lahan, ketersediaan tenaga, modal, dan
pemasaran. Pola tanam berfungsi meningkatkan intensitas
penutupan tanah dan mengurangi terjadinya erosi.1. Pergiliran
tanaman, 2. Tumpang sari 3. Tumpang gilir (relay cropping)
pengaturan waktu panen dan tana).
h. Dengan metode mekanik (fisik/teknik sipil)
Semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap
tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk
mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan
kelas kemampuan tanah disebut sebagai metode konservasi
secara sipil teknis/mekanik. Beberapa contoh metode
konservasi mekanik adalah berbagai macam teras (bangku,
gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam
saluran pembuangan air, dan saluran drainase lainnya. Teras
bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah
banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau
Jawa.
b. Indikator Hutan
Dari data hutan kawasan yang dilindungi padata tahun 2006-2009 kodisinya
sedag (kurang pelanggaran dan kebakaran) namun pada tahun 2010 dan 2011
kondisinya menghawatirkan banyak pelanggaran dan kebakaran, jenis tanaman
pada tahun 2006-2008 sedang sedangkan pada tahun 2009-2012 jumlah jenis
tanaman mulai sedikit, hal ini dikarenakan kurang sadarnya masyarakatakan fungsi
hutan itu sendiri. Hasil hutan ikutan bukan kayu pada tahun 2006 bermacam-macam
namun pada tahun 2007-2013 hasil hutan ikutan bukan kayu sangat sedikit,
margasatwa pada tahun 2006-2009 jumlah dan perburuan sedang sedangkan pada
tahun pada tahun 2010-2012 jumlah sedikit dan banyaknya perburuan. Pengambilan
hasil hutan dan pemburuan pada tahun 2006-2012 merusak.
Dari hasil wawancara berarti dapat disimpulkan bahwa kanekaragaman tanaman
rendah karena kurang sadarnya masyarakat akan pentingya hutan sehingga terjadi
penurunan toleransi manusia akan hutan. Perlu adanya penyuluhan serta hukuman
yang lebih tegas terhadap masyarakat yang merusak lingkungan, hal ini yang
menyebabkan pertanian tidak berlanjut dan berangsur-angsur akan mengalami
degradasi, tidak seimbanga eksistem, dan akan semakin tinggi peluang terjadinya
erosi, banjir dan tanah longsor.
c. Indikator pertanian
sumber air umum nya dari air hujan dan irigasi kecil, meskipun air irigasi berasal
dari sungai bengawan solo yang besar, namun tidak selalu petani mendapatkan air
dikarenakan terbatasnya biaya. pengendalian gulma, hama dan penyakit dengan
bahan-bahan kimia, ternak dipelihara secara terpisah, pola tanam lahan hanya untuk
satu jenis tanaman sesuai permintaan pasar, tenaga kerja dan modal anggota
keluarga, masyarakat setempat dan dari luar
Dari hasil wawancara indikator pertanian belum bisa dikatakan berlanjut karena
pengendalian hama, gulma dan penyakit menggunakan bahan kimia secara
terjadwal dan rata-rata petani di Desa tersebut tidak mengerti mengenai dosis yang
harus dipakai, mereka beranggapan bahwa semakin banyak di beri pestisida maka
hama, penyakit dan gulma akan semakin cepat teratasi dan semakin baik bagi
tanaman nya. Seharus nya ternak dipelihara bersamaan dengan pertanian agar
adanya hubungan ekosistem yang baik yang saling menguntungkan. Seharusnya
tidak memakai sistem penanaman monokultur, namun menggunakan agroforestri,
alley cropingatau sistem penanaman campuran agar ekosistem seimbang.
d. Indikator masyarakat
pola pemukiman menetap, makanan gizi dan kesehatan cukup pangan, gizi
seimbang, kondisi pemukiman baik, Struktur dan kondisi masyarakat baik, Ketenaga
kerjaan, tenang dan tentram, Kemungkinan berpapar bahan pencemaran polusi ada,
Akses terhadap pelayanan pendukung kurang, Partisipasi masyarakat partisipasi
kurang, peraturan ada peraturan namun tidak berjalan dengan baik, Praktek-praktek
tepat guna setempat diterapkan dalam skala sedang
jika dilihat dari indikator Masyarakat maka dapat dilihat dapat menuju ke
sistem pertanian berlanjut, dilihat dari pola pemukiman yang menetap, gizi dan
kesehatan cukup pangan, gizi seimbang, kondisi pemukiman baik, Struktur dan
kondisi masyarakat baik, Ketenaga kerjaan, tenang dan tentram,meskipun
Kemungkinan berpapar bahan pencemaran polusi Akses terhadap pelayanan
pendukung kurang, Partisipasi masyarakat partisipasi kurang, peraturan ada
peraturan namun tidak berjalan dengan baik, dan Praktek-praktek tepat guna
setempat diterapkan dalam skala sedang namun bisa dilakukan upaya konservasi
agar bisa menjadi sistem pertanian berkelanjut
IV Pembahasan Keberkelanjutan
Menurut Gips, suatu sistem pertanian itu bisa disebut berkelanjutan jika memiliki
sifat-sifat sbb:
1. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri
2. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi
pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak
mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya
3. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa
dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
4. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan
martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada
5. Luwes yang berarri mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini,
dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa
mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.
Indikator pertanian berkelanjutan dari hasil wawancara dapat dijelaskan secara
berikut:
ecologically sound
A. Pengendalian Hama Alami: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu cara
untuk mengendalikan hama adalah dengan cara metode mengimpor musuh
alami hama tertentu. Metode ini dikenal sekitar 1 abad laludi California. Di
sana serangga bersisik (Icerya purchasi) dibasmi mengggunakan serangga
jenis kumbang (Rodolia cardinalis). Kumbang Rodolia cardinalistelah
berhasil memberantas hama serangga bersisik di berbagai belaahan dunia
(Espig, 1988). Selain itu, contoh pengendalian hama menggunakan
pemangsa alami juga terjadi pada kumbang badak atau dikenal dengan
Oryctes rhonoceros. Kumbang badak diberantas dengan virus yang bersifat
patogen (Espig, 1988).
B. Pestisida Alami: Pestisida alami sangat penting bagi pertanian
berkelanjutan. Pestisida alami mengandung senyawa kimia alami yang dapat
mengusir hama tanaman budidaya. Contohnya adalah: ekstrak biji daun
nimba (Azadirachta indica); ekstrak biji bunga krisan (Chrysanthemum
cinerariifolium) efektif mengendalikan semut, aphid, ulat, dan kutu daun;
ekstrak biji bawang putih (Allium sativum) efektif mengendalikan serangan
aphid, ekstrak daun paitan (Tithonia diversifolia) efektif mengendalikan
serangan rayap, bakteri Bacillus thuringiensis efektif mengendalikan
ulat Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis; cendawan Trichoderma
sp. dapat menekan serangan Fusarium sp. Rhizoctonia sp., dan Phythium sp.
terhadap tanaman hortikultura (Zulkarnaen, 2009).
C. Agroforestri: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu pola tanam yang
digunakan adalah menggunakan pola tanam berbasis agroforestri. Pola
tanam ini secara umum adalah pola tanam yang memadukan integrasi
pohon hutan dengan ladang. Fungsi ekologi pohon hutan dapat memberi
manfaat berupa pengangkutan unsur hara, penambatan nitrogen, kenaikan
bahan organik tanah, perbaikan strutuktur tanah, dan pengendalian erosi.
Pohon dapat mengembangkan sistem perakaran yang jauh lebih dalam dari
tanaman musiman, sehingga pohon dapat menyerap unsur hara yang tidak
diserap oleh tanaman budidaya. Unsur hara yang didapat oleh pohon hutan
dibawa kembali kedalam daur biologi kedalam kayu pohon, daun, serta
buah pohon. Salah satu pohon yang memiliki biomasa terbesar adalah
lamtoro. Penaman pohon lamtoro dalam sistem agroforestri dapat
memberikan dampak positif bagi sistem pertanian berkelanjutan (Espig,
1988).
D. Skema Suksesi: Pada pertanian berkelanjutan, salah satu pola bertanamnya
adalah meniru suksesi hutan. Metode suksesi biasanya dilakukan pada lahan
yang keanekaragamanhayatinya kurang. Konsepnya adalah petani menanam
suatu tanaman, kemudian tanaman tersebut tidak dipanen secara total dan
membiarkan tanaman budidaya di tumbuhi ilalang dan semak belukar.
Dengan adanya metode suksesi, keanekaragaman hayati akan bertambah,
sehingga konsep keberlanjutan akan dapat diwujudkan (Sutejo, 1987).
E. Keanekaragaman Tanaman: Ciri umum dari pertanian berkelanjutan
adalah keanekaragaman tanaman. Bahkan sistem yang berorientasi pasar
pun akan menghasilkan beberapa produk. Salah satu sistem pertanian
berkelanjutan yang berorientasi pasar adalah sistem pertanian drip di
Meksiko. Dalam banyak hal, mencampurkan tanaman akan meningkatkan
pertumbuhan, bukan menghalanginya. Penggunaan kacang-kacangan
sebagai tanaman sela akan meningkatkan kesuburan tanah. Di Tomo Acu
misalnya, petani menggunakan pohon pengikat nitrogen sebagai
pengganti tiang untuk tanaman merica yang merambat.Dengan berbagai
jenis tanaman yang ditanam, hal ini akan menghindari kekurangan pangan
karena beragamnya tanaman yang akan dipanen (Sutejo, 1987).
F. Rotasi Tanaman: Salah satu metode pertanian berkelanjutan adalah
menerapkan sistem rotasi tanam. Rotasi tanam dapat meningkatkan
kandungan bahan mineral tanah. Rotasi tanam yang disarankan adalah
Rhizobium, Phaseolus sp, dan lain lain. Hal tersebut karena kedua jenis
tanaman tersebut dapat menimbun N (Sutejo, 1987).
G. Sistem Pengolahan Minimal: Pertanian berkelanjutan juga menggunakan
metode sistem pengolahan minimal. Pada tanah yang memiliki top soil tipis,
atau pada tanah yang kemiringannya curam, sebisa mungkin mengolah
tanah secara minimal untuk pengembalian atau peningkatan unsur hara
(Sutejo, 1987).
H. Daur Ulang Zat Hara: Daur ulang zat hara didaerah tropika berlangsung
cepat dan efisien. Kebanyakan hara terikat pada vegetasi hidup. Ketika
vegetasi hidup itu mati, zat hara akan di urai oleh mikroba dan zathara
tersebut dapat digunakan oleh tanamanan. Pada konsep pertanian
berkelanjutan, hara di lahan pertanian lebih banyak karena terdapat pola
daur ulang hara dari tumbuhan yang telah mati lalu dibiarkan. Dengan
hara yang lebih banyak, lahan dapat ditanami secara lebih intensif tanpa
merusak kesuburan lahan pertanian (Gradwohl dan Greenberg, 1991).
I. Pengembalian Sisa Tanam: Salah satu metode pertanian berkelanjutan
adalah pengembalian sisa tanaman. Pengembalian sisa-sisa tanaman dari
musim panen pada tanah sedapat mungkin harus dilakukan. Dengan teknik
pengembalian sisa tanaman pada tanah, sisa tanaman akakn cepat
terombak melalui penguraianoleh jasad renik sehingga akan menjadi bahan
organik tanah. Adanya bahan organik tanah akan meningkatkan kualitas
tanah, sehingga tanaman budidaya akan tumbuh lebih baik (Sutejo,
1987).
J. Penggunaan Pupuk Organik: Pupuk oraganik selalu digunakan pada sistem
pertanian berkelanjutan. Pupuk organik berasal dari serasah tumbuhan
atau sisa hewan yang telah mati. Pupuk organik harus memiliki beberapa
persyaratan yaitu: N harus mudah diserap oleh tanaman dalam bentuk
organik, pupuk tidak meninggalkan asam organik dalam tanah, Pupuk
sebaiknyamemiliki kandungan C yang tinggi seperti hidrat arang. Pupuk
organik memiliki peran penting untuk menggemburkan lapisan top soil.
Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan jasad renik yang baik
untuk kesuburan tanah. Walaupun demikian, pupuk organik tidak bis
diandalkan karenakandungan mineralnya sedikit (Sutejo, 1987).
K. Menggunakan Pupuk Hijau: Pupuk hijau diperlukan dalam sistem pertanian
berkelanjutan. Pupuk hijau didapat dengan menggunakan famili leguminosa.
Tanaman dari famili leguminosa digunakan karena banyak mengandung N.
Adanya N akan mendorong zat renik untuk menguraikannya. Dalam
hidupnya, zat renik membutuhkan N untuk hidup. Kandungan N yang tinggi
(perbandingan C/N besar) melebihi tersedianya N yang diperlukan jasad
renik, kelebihannya ini dimanfaatkan tanaman bagi peningkatan
pertumbuhan dan perkembangannya (Sutejo, 1987).
L. Metode Konsevasi Tanah: Pada pertanian berkelanjutan, fungsi ekologi
sangat diperhatikan. Salah satunya dengan cara menjaga kesuburan tanah.
Dalam konsep pertanian berkelanjutan dalam hal konservasi tanah, dikenal
sebuah istilah yaiutu using for immediate needs and saving for future
use yang artinya adalah bahwa dalam mengelola dan pengelolaan tanah,
dibutuhkan perhatian mengenai kebutuhan yang segera (sekarang) serta
manfaatnya yang akan datang bagi generasi penerusnya (Kartasapoetra et.
al., 1985). Cara pengkonversian tanah yang bisa dilakukan dalam sistem
pertanian yang berkelanjutan adalah:
1. Berdaya upaya agar permukaan tanah tetap tertutupi tanaman
pelindung, sehingga kandungan organiknya dapat dipertahankan.
2. Pembuatan sengkedan yang mengikuti kontur tanah agar tidak terjadi
erosi.
3. Segala tindakan atau perlakuan dalam melakukan pengolahan tanah
seperti membajak, menggaru, menyimpan bedengan pembibitan, dan
lain-lain harus sejajar dengan garis kontur tanah agar tidak terjadi erosi.
M. Metode Konservasi Air: Metode konservasi air dapat dilakukan dengan
sistem pengaturan jadwal irigasi, atau dengan cara yang lebih mudah yaitu
mengembangkan tanaman rerumputan yangg tidak mengganggu di sela-sela
tanaman budidaya yang dapat berfungsi ganda yang dapat mencegah erosi
serta menjadi makanan ternak (Kartasapoetra et. al., 1985). Salah satu
tanaman rumput yang digunakan adalah Cynodon dactylon (bermuda
grass),Pennisctum clanddestium (kikuyu grass), dan Pueraria
phaseolides (Tropical kudzu). Penggunaan tanaman rumput diatas sangat
beralasan karena tanaman rumput tersebut dapat tumbuh dengan cepat
sehingga dalam waktu pendek tanah dapat tertutup pleh rumput tersebut.
Rumput tersebut secara sistematis berfungsi sebagai pelindung
permukaan tanah dari tumbukan butir-butir air hujan dan memperlabat
aliran permukaan, sedangkan bagian akar rumput dapat memperkuat
resistensi tanah dan membantu melancarkan infiltrasi air kedalam tanah
(Kartasapoetra et. al., 1985).
Socially just
Pertanian berkelanjutan hadir sebagai salah satu jalan pemutus mata
rantai kemiskinan utamanya yang ada di pedesaan. Stabilitas produksi yang
terus meningkat dengan harga bahan hasil panen pertanian organik yang tinggi
mulai menjajikan input bagi pedesaan miskin. Selain itu, pertanian berkelanjutan
juga berkorelasi positif dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini
karena produk pertanian yang dihasilkan memiliki sertifikasi aman dimakan, baik
dalam jangka waktu yang berkepanjangan, dan bebas pestisida, serta
persenyawaan sintetis lainnya.
Pertanian berkelanjutan juga telah berisi campur tangan pemerintah
dan para ahli lingkungan pertanian yang mulai tersadar untuk hidup optimal,
baik optimal secara ekonomi ataupun optimal dalam menjaga lingkungan agar
terus bisa hidup. Selain itu sumber daya manusia yang digunakan sudah lebih
dewasa, lebih terbuka sehingga lebih mengerti benar tentang alam dan
bagaimana merawatnya tanpa harus mengabaikan aktivitas ekonomi usaha tani
yang berorientasi profit. Pengetahuan didapatkan secara formal mauopun
nonformal dari sharing para penuluh lapang.
Economically viable
Pendapatan aktual yang dituai memang lebih rendah ketimbang sistem
pertanian yang lain hanya sajahal ini akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya laju perbaikan kualitas lahan-lahan. Sistem permodalan yang
digunakan harus bersumber dari dana pribadi, ataupun pinjaman dari bank-bank
negeri, koperasi pemerintahan ataupun lembaga penyedia jasa kredit resmi
lainnya. Hal ini untuk menghindari terselenggaranya praktek pembungaan
pinjaman yang salah. Selain itu diharapkan petani berkontribusi aktif mengikuti
asuransi sehingga ketika hasil yang dituai belum maksimal masih tersedia uang
untuk tetap betahan hidup. Daya saing ekonomis produk konvensional lebih
tinggi. Hal ini karena orientasi pasar yang dituju pertama kali adalah konsumen
tingkat atas yang mapan dalam hal membeli. Hasil panenan akan lebih terjual
mahal seiring dengan laju kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan
organik sebagai salah satu produk dari pertanian berkelanjutan.
culturally acceptable
di desa Gedangan-kecamatan maduran-kabupaten Lamongan sudah tidak
percaya lagi dengan sistem kepercayaan tidak lagi menggunakan pranoto
mongso (berpegang pada alam), tidak percaya lagi denga tahayyul.