Tugas Uts Bk Individu Dan Kelompok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan kuliah

Citation preview

  • 5/24/2018 Tugas Uts Bk Individu Dan Kelompok

    1/4

    TUGAS UTS BK INDIVIDU DAN KELOMPOK

    Nama : Wianda Khaerul Uzma

    NIM : 153114001

    DESKRIPSI KASUS

    Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit di kota Mataram yang baru

    naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di

    desa pedalaman + 17 km di luar kota Mataram, sebagai anak pertama semula orang tuanya

    berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU. Orangtuanya sebetulnya berharap

    agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali

    kelas anaknya saat pengambilan ijazah dengan berat merelakan anaknya melanjutkan

    sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang

    lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit.

    Sejak diterima di SMU favorit, di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima,

    tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga

    kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap

    teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-

    pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan

    ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan

    sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tuadan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya

    anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri.

    Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul

    sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan

    perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

    MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF

    Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat

    rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa

    kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik

    bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila

    tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan

    (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar

    biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain

    itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan

    orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan

    dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yangdiperolehnya.

  • 5/24/2018 Tugas Uts Bk Individu Dan Kelompok

    2/4

    Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi

    perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu

    kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana

    tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang

    kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.

    Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan

    apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya

    dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan)

    yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung,

    dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya

    menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk

    pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus

    menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi

    saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya.Saya pantas menderita karena semuanya itu.

    Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi

    bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah

    menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman

    memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak

    di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan

    serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak

    realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia

    menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak

    yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

    TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING

    Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya

    terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian

    tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi

    ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap temanlain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak

    berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional

    ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat,

    terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.

    Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional

    tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih

    bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi

    langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi

    diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yangbenar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh :

  • 5/24/2018 Tugas Uts Bk Individu Dan Kelompok

    3/4

    mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang

    mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya

    berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga,

    tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya

    sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada +40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin

    menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini

    diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.

    Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik

    penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan

    pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan

    menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling

    behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar

    keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling danrelaksasi/meditasi.

    PENUTUP

    Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang

    ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya

    jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan

    kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah

    dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadisebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa

    akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali,

    menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan

    dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan

    kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal

    yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak

    efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :

    1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli

    2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli

    3. Kesegaran hasil yang dicapai

    4. Kedalaman dan tahan lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya

    sendiri jika mengalami kekalahan serupa.

    Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah

    berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut :

    (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri

  • 5/24/2018 Tugas Uts Bk Individu Dan Kelompok

    4/4

    (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-

    gangguan secara berarti

    (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan

    tidak rasional

    (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini

    (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus

    menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-

    kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang

    mengikuti

    (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-

    konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.

    SUMBER

    - Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana

    Semarang.

    - Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan

    Mulyarto), IKIP Semarang Pres.

    - Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, prodi BK PPB, FIP, IKIP Padang

    - Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK,

    Jakarta

    - Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.