29
Tuhan Sembilan Senti Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok, Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok, Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok, Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,

Tuhan Sembilan Senti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel

Citation preview

Tuhan Sembilan Senti

Tuhan Sembilan Senti

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,

tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,

tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,

dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Sahabat CyberMQ

Tulisan Taufik Ismail ini, sangat menginspirasi kehidupan kami akhir-akhir ini. Secara jujur, keluarga kami sangat tergangggu, dengan tuhan-tuhan mereka ini. Apalagi, ketika banyak tamu yang cukup lama dengan tuhan-tuhannya, main dirumah kami, sambil berdiskusi.

Berani hadapi tantangan, untuk meninggalkan tuhan-tuhan ini!!! Bagaimana pendapat sahabat???Pudarnya Pesona Cleopatra

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Pada dasarnya, seorang laki-laki berkecenderungan untuk memilih wanita yang cantik. Sedangkan wanita, berkencenderungan untuk memilih laki-laki yang berharta. Maka, kalau seseorang punya anak laki-laki atau saudara laki-laki, mau menikah, maka pertanyaan yang sering muncul adalah Calon istrimu cantik atau tidak dan jarang ada pertanyaan Calon istrimu kerjanya dimana. Begitu juga sebaliknya, kalau seseorang punya anak perempuan atau saudara perempuan mau menikah, maka pertanyaan yang sering muncul adalah Calon suamimu kerjanya dimana dan jarang ada pertanyaan Calon suamimu ganteng atau tidak. Kalau kita mau jujur, sebagai seorang laki-laki, ingin menikah, juga berkecenderungan mencari wanita yang cantik. Begitu juga sebaliknya, kalau kita sebagai wanita, berkecenderungan mencari laki-laki yang berharta. Minimal, laki-laki itu sudah berpenghasilan yang diharapkan bisa menghidupi keluarga. Gambaran pelajaran dari Novel Pudarnya Pesona Cleopatra yaitu Novel Psikologi Pembangun jiwa, karangan Habiburrahman El Shirazy, Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta, semoga bisa jadi renungan bagi kita bersama.

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu kata ibu.Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu, ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku. Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai.

Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah.

Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia. Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan hiburan group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya

sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.Aku merasa hidupku adalah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia. Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga.

Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil mbak, kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. wallahu alam jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini. Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.

Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku. Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi. Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. Mas tidak apa-apa tanyanya dengan perasaan kuatir. Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. Mas airnya sudah siap kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. Mas aku buatkan wedang jahe. Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan. Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu? tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas. Biasanya dikerokin jawabku lirih. Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya.Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu kata Ratu Cleopatra. Dia memintaku untuk mencarikannyaseorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu. Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. Maafkanaku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra. Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. Maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana, lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja.

Mbak! Eh maaf, maksudku Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. Ya Mas!sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil dinda. Matanya sedikit berbinar. Terima kasih dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah, ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan. Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?.

Hana begitu bahagia. Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri didunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan ibundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal. Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia. Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana. Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat.Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku dimata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu kata ibuku. Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas? sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis. Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya Mana tanggung jawabmu! Aku hanya diam dan mendesah sedih. Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta gumamku. Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan keenam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, nomor pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita.

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku

tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku nggak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. Apakah kamu sudah menikah? kata Pak Qalyubi. Alhamdulillah, sudah jawabku. Dengan orang mana?. Orang Jawa. Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?. Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran. Kau sangat beruntung, tidak sepertiku. Kenapa dengan Bapak? Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang. Bagaimana itu bisa terjadi?. Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia. Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua. Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada denganYasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin. Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun, tetapi tiga tahun sekali Yasmin tidak bisa. Aku mati- matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rendang, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia. Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir. Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir. Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal. Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong. Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamduya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. YaRabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba tulis Raihana. Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku. Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau.

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luarbiasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihana tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan airmataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap airmataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. Mana Raihana Bu?. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telahterjadi. Raihana istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya. Ada apa dengan dia. Dia telah tiada. Ibu berkata apa!. Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya. Hatiku bergetar hebat. Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?. Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untukmenjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami. Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua.

Sahabat CyberMQ

Inilah hidup, kadang-kadang kita menginginkan sesuatu, tapi tidak baik menurut Allah swt, dan kadang-kadang kita tidak menginginkan sesuatu, tapi baik menurut Allah swt. Jadi hidup ini adalah biarlah Tuhan yang merencanakan kehidupan kita, sebab Tuhan lebih tahu dari kita. Tugas kita adalah berusaha yang terbaik, dan selalu menerima keyakinan dengan lapang dada, kalau pilihan Tuhan, pasti terbaik.

Berani hadapi tantangan untuk selalu berlapang dada dengan pilihan terbaik sang Pencipta atau kita selalu sempit dada sampai ajal tiba!!!. Bagaimana pendapat sahabat???Rizki Silaturrahmi

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Agama mengajarkan, kalau ingin luas rizkinya, perbanyak silaturahmi. Terispirasi dengan pesan agama tersebut, saya mencoba mengambil pelajaran dari memperbanyak silaturakmi. Khususnya kasus perjalanan ke Jogjakarta tanggal 08-10 April 2008.

Pada tanggal 08 April 2008 pukul 08.00 WIB kami meluncur dari Bandung menuju Jogja menggunakan akomodasi kereta Lodaya. Seperti biasa, kemanapun pergi, speda selalu menemani. Perjalanan ke Jogja mendapat tempat duduk bersebelahan dengan seorang pedagang kerajinan yang dibuat di Jogja kemudian disebar ke Jakarta, Bandung dan beberapa tempat lainnya.Tidak besar memang bisnisnya, tapi sudah bisa mencukupi keluarga, walaupun seadanya. Selama perjalanan menuju jogja, separuh waktu saya gunakan untuk nongkrong di resotrasi, tujuannya agar banyak kenal dengan temen-temen kereta yang mengelola restorasi sambil mengecas hp yang sudah kehausan minta makan listrik. Salah satu Rizki yang didapat adalah ketika bepergian jangan hanya diam, cari kenalan sebab disitu banyak ilmu lapangan yang tidak diajarkan di buku dan perkuliahan.

Alhamdulillah kereta tidak terlambat, sampai Jogjakarta pukul 15.15 WIB, kemudian sambil merakit sepeda di statsiun, kami dijemput saudara yang kebetulan ada titipan oleh-oleh dari Bandung. Saudara saya ini, dulu suaminya lulusan perkebunan, kemudian menjadi suervisor perkebunan kelapa sawit di Irian jaya kemudian pindah ke Bangka dan beberapa temat lain. Akhirnya mengundurkan diri sebab tidak nyaman dengan suasana perkembangan reformasi dan otonomi daerah yang mulai kebablasan pada saat itu. Kemudian memilih menetap kembali ke Jogjakarta, membuka perbaikan hp dan bisnis hp bekas, tapi sekarang malah jadi salah satu manajer area untuk produk telpun seluler tertentu. Salah satu rizki yang didapat adalah kita memang tidak boleh terjebak pada jurusan ketika dulu kuliah, sebab ahlinya tidak harus jurusannya, masih banyak potensi berkeliaran dalam diri kita.

Pukul 16.00 WIB, sesuai dengan janji, saya dijemput pesepeda dari Jogja, setelah sepeda dirakit, kami berdua langsung bersepeda melewati Maliboro, Alun-alun keraton, Taman Sari dan akhirnya menuju Pakualam, untk menikmati lesehan Nasi Kucing, yang harganya hanya seribu rupiah. Nasi kucing, hanya sebuah istilah, bukan berarti nasi dengan daging kucing. Kami berdua, habis Rp. 11. 000,- yang terdiri dari dua bungkus nasi kucing, Susu Jahe, ketan bakar, tahu bacem, tempe bacem dan lain sebagainya, saya sampai lupa jenisnya, pokoknya semuanya hanya habis sebelas ribu rupiah. Salah satu rizki yang didapat adalah kita tidak boleh banyak alasan untuk tidak bisa hidup dan menuntut ilmu, sebab masih banyak makanan murah dan bergizi untuk menguatkan otot-otot fisik dan pikiran agar kita tetap berani menghadapi hidup.

Pukul 19.00 WIB kami pergi ke temat pesta pernikahan, berjumpa dengan banyak teman yang sekitar 14 tahun tidak ketemu. Kami berpisah, ketika sebagian besar mereka masih SMA, dan sekarang sudah banyak yang jadi direktur, dosen S-2 di perguruan tinggi terkenal di Jogja dan sebagaian kecil yang masih menganggur, rata-rata mereka sudah punya anak dua. Salah satu rizki yang didapat adalah banyak diantara mereka dulu lulus dengan nilai ketika di SMA sangat biasa-biasa saja, bahkan sedikit kurang, dan itupun karena dibantu dengan tambahan tugas. Sekarang banyak yang sukses, mungkin kebanyakan mereka sangat lulus dalam universitas kehidupan.

Pada tanggal 09 April 2008 mulai pukul 05.15 WIB kami menikmati suasana kota Jogja dan dilanjutkan bersepeda sampai ke Kaliurang. Kami diantar oleh seseorang yang punya kios di Malioboro dari hasil rekomendasi temen-temen di B2W Jogja. Kami berdua menuju dekat pasar Kaliurang hanya berdua melalui perkebunan penduduk dan sawah-sawah. Setelah sampai ditempat istirahat, yaitu warung tempat pesepeda berkumul, kami bertemu dengan tiga orang pesepeda. Akhirnya kami diantar mereka bertiga untuk menuju Kaliurang atas, sedangkan temen saya yang punya kios di Malioboro tidak ikut, sebab harus membuka kiosnya. Pukul 13.30 WIB kami sudah sampai kota Jogja lagi dan langsung menuju Malioboro untuk belanja oleh-oleh baju batik di temen yang mengantar tadi. Rizki yang didapat adalah bersepeda dihari kerja kita akan bertemu dengan pengusaha. Saya bertemu pengusaha kios kaki lima di Malioboro, foto grafer, pengusaha pemasangan atap, dan surviyor. Dan alhamdulillah, saya belanja pakaian batik untuk oleh-oleh keluarga tidak harus pusing-pusing menawar, sebab mereka sahabat baru ketika sama-sama bersepeda di ke Kaliurang.

Pada tanggal 09 April pukul 19.30 WIB, saya sudah sampai staiun Jogja, sebab kereta berangkat pukul 20.30 WIB, tapi rupanya kereta berangkat pukul 20.30 WIB baru dari Solo, bukan dari Jogjakarta. Jadi kami terlalu awal datang. Justru kesalahan ini, menyebabkan banyak kenalan di Statiun Jogja. Pukul 21.30 WIB kereta Lodaya dari Solo sudah datang. Alhamdulillah dikereta kami bersebelahan dengan mahasiswi dari Bandung yang kuliah di Jogjakarta. Selama perjalanan kami ngobrol apa saja. Setelah lelah ngobrol apa saja, saya menyelesaikan janji diri yaitu menghabiskan Novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata yang lagi terkenal itu. Sahabat mahasiswi ini, saya beri pijam majalah Marketing edisi No. 04/VIII/April/2008 yang membahas tentang Top Female Marketersyang saya beli ketika masih di Bandung. Rizki yang didapat selama perjalanan pulang ke Bandung adalah berjumpa mahasiswi yang sangat cerdas dan luas wawasannya, rupanya saya agak kenal juga dengan Bapaknya. Disamping itu, mengingatkan saya untuk segera mempersiapkan biaya kuliah untuk anak-anak, sebab beberapa tahun lagi akan kuliah. Khusus pulang ke Bandung, juga dapat ilmu baru, yaitu roda kereta ada masalah, sehingga kereta sampai Bandung sangat telat. Akhirnya teringat dengan lagu Iwan Fals, tetang kereta yang telat itu sudah biasa.

Sahabat CyberMQ

Peluang rizki itu ada dimana-mana, dan rizki itu bukan hanya uang, uang hanya sebagian kecil dari rizki. Jejaring kehidupan adalah rizki yang tak terbatas, salah satu muaranya, kalau kita pandai mengelola, nanti akan muncul rizki dalam bentuk uang juga.

Berani hadapi tantangan punya keyakinan terhadap pesan agama Kalau ingin dilapangkan rizkinya, perbanyak silaturahmi !!! Atau seumur hidup kerja keras dengan tetap sempit rizki karena jarang silaturahmi!!! Bagaimana pendapat sahabat ???Sang Elang, Inspirasiku

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu, seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan, suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan kitalah sang penguasa atas diri kita. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan kehidupan dan melayukan semangat kita. Kita adalah elang-elang itu. Perubahan pasti terjadi. Oleh karena itu, kita harus berubah!

Gara-gara email diatas, yaitu dari sahabat kami yang berada di Bontang Kaltim namanya pak. Soeparman, ada pengalaman pribadi, tidak terlalu bagus memang, tapi semoga bermanfaat. Terutama masalah transformasi kehidupan. Tansformasi memang menyakitkan, tapi juga menyenangkan.

Pengalaman pribadi yang menyakitkan adalah ketika saya membuat tulisan Bersepeda adalah pekerjaan dan jadi konsultan adalah hobi . Tulisan itu, terinspirasi oleh kebiasaan kami bersepeda dua tahun terakhir ini. Kemanapun kami pergi selalu membawa sepeda, maka banyak perusahaan-perusahaan yang membatalkan kontrak, sebab kebetulan beberapa manajer cara berpikirnya sangat analog. Mereka mensyaratkan bahwa kalau kontrak mau dilajutkan, saya tidak boleh lagi membawa sepeda. Padahal, membawa sepeda, tidak menganggu aktivitas kami sebagai konsultan. Mungkin, pemikiran para manager ini, bertahun-tahun diisi aktivitas-aktivitas prilaku analog yang monoton.

Pengalaman pribadi yang menyenangkan adalah banyak juga diantara perusahaan-perusahaan lama dan yang baru kenal, justru sangat senang saya bawa sepeda, sebab mereka berpikiran bahwa saya sebagai konsultan memang tidak berpikir analog, seperti tarik tambang yang menang adalah mundur bukan yang maju. Bahkan ada beberapa perusahaan, karyawan dan direktur, akhirnya membeli sepeda dan membuat hari bersepeda bersama. Ada Gubernur, Wali kota, Bupati, dan beberapa pimpinan perusahaan juga sering menilpun untuk bersepeda berdua atau kadang berempat sambil membicarakan masalah daerah atau perusahaannya. Hal ini kadang-kadang dilakukan di Bandung, daerahnya masing-masing, dan bahkan kami sama-sama belibur ditempat tertentu.

Hidup adalah pilihan, seperti elang.

Doakan saya, sahabat, semoga tetap punya komitment untuk mau transformasi sehingga mampu bertemu dengan orang-orang yang bersifat transformer, agar hidup ini semakin maju dan produktif.

Dan, semoga terhindar dari orang-orang yang seakan-akan selalu berpikir transformasi, tapi prilakunya sangat analog, salah satu buktinya, hanya gara-gara bawa sepeda, diputuskan kontrak kerja, dengan alasan menganggu pekerjaan. Padahal, justru dengan membawa sepeda, produktivitas semakin tersinergi optimal.

Sahabat CyberMQ,

Justru karena bersepeda adalah pekerjaan dan jadi konsultan adalah hobi, secara pribadi gejala asam urat menjadi hilang, daya tahan tubuh yang dulunya lemah menjadi kuat, mudah bangun pagi, semua jenis makanan terasa enak, tidur bisa nyenyak dan beberapa kebiasaan positif semakin meningkat. Dengan demikian, hobi menjadi konsultan juga semakin produktif, sebab jejaring kehidupan semakin banyak dan tersinergi.

Berani hadapi tantangan, belajar hidup seperti elang, yaitu berani membuat perubahan kalau memang ingin bertahan menghadapi kehidupan lebih panjang. Atau memilih, hidup tanpa transformasi, sehingga menjadi monoton, mati produktivitas dan membebani banyak orang!!!. Bagaimana pendapat sahabat ???Hidup

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Kalau kita bertanya dalam diri sendiri, dan juga orang lain, pasti diantara kita semua ingin hidup sukses. Masalahnya adalah keinginan kita untuk sukses itu, banyak diantara kita yang sebenarnya tidak layak menjadi sukses. Jalan sukses itu berliku, terjal, naik, berbelok-belok, memutar, lucu dan unik yang sering sulit dipahami. Tapi jalan itu ada dan ada terus, sampai kita meninggal dunia. Bahkan setelah meninggalpun jalan itu juga masih ada, jalan ke Surga dan jalan ke Neraka.

Selama kita masih hidup, jalan itu tetap terbuka untuk semua orang, termasuk saya yang menulis ini dan temen-temen yang sedang membaca tulisan ini. Masalahnya adalah tidak semua diantara kita akan sampai ke finish kehidupan dunia yang menggembirakan ini. Sebab banyak godaan lucu-lucu dan unik sebagai penyebab kita berhenti kemudian menganggap semua kambing adalah hitam. Maksudnya adalah mengkambinghitamkan keadaan. Kasihan memang kambing hitam, selalu disalahkan.

Agar kita tidak menganggap setiap kambing adalah hitan, yaitu hidup selalu mengkambinghitamkan keadaan, marilah kita menikmati setiap episode kehidupan dengan gembira dan terus bergerak agar syaraf-syaraf kehidupan kita tidak layu dan kemudian mati merana meratapi kehidupan.

Ketika kami pergi ke Bali tanggal 28 Maret sampai 2 Maret 2008, ada sebuah kehidupan yang sangat jauh berbeda, tapi dua-duanya tidak mengkambinghitamkan keadaan. Contoh sederhana, ketika tanggal 1 Maret 2008, temen-temen mengajak makan bersama diantara restoran yang ada di Jimbaran, setelah makan, bagian kasir mengeluarkan print out pembayaran dengan angka yang nolnya panjang seperti kereta, maksudnya mahal banget.

Namun setelah pulang dari Jimbaran, ada Bapak-bapak naik motor parkir di salah satu jalan menawarkan makanan nasi bungkus dengan harga hanya Rp. 3.500,- (tiga ribu lima ratus rupiah) dengan lauk sangat mantap surantap, sebab juga ada daging, telur dan sayuran, yang kalau dikonsultasikan kepada dokter gizi, itu sudah sangat gizi banget. Pemilik restoran di jimbaran, bisa menghidupi karyawan dan keluarganya, namun penjual nasi bungkus yang penjualnya merantau dari Banyuwangi juga bisa menghidupi karyawan dan keluarganya dengan hasil yang halal juga.

Begitu juga, ketika tanggal 8 Maret 2008, kami mengadakan perjalanan dengan mengayuh sepeda dari Simpang Dago Bandung menuju Warung Bandrek, kemudian Maribaya, Cikole, dilanjutkan turunan daerah dekat Sukawana dan akhirnya pulang kerumah dengan muka penuh lumpur. Sebab putaran ban sepeda memproduksi lompatan-lompatan lumpur yang mengarah kemuka. Ketika sampai rumah, anak-anak ketawa, sambil mengatakan Bapak mukanya kayak hantu, sebab penuh lumpur.

Selama perjalanan itu, sempat diajak teman-teman makan ditempat yang angka pembayarannya juga agak panjang. Namun ketika di Cikole, kami bertemu ibu-ibu yang menggendong sekeranjang makanan untuk dijual dengan harga yang wajar. Namun yang sangat mengejutkan saya adalah, ibu itu harus berjalan kaki dengan jalan nanjak dan beban barang dipunggungnya. Keunikan itu bertambah, ketika beliau-beliau ini membawa barang itu, rupanya bukan barang milik sendiri, tapi system bagi hasil dengan pemilik barang yang dia ambil dari warung sebelah rumahnya. Pemilik restoran, bisa menghidupi karyawan dan keluarganya, namun ibu-ibu penjual aneka makanan yang barangnya konsinasi dengan warung tetangga rumahnya juga bisa menghidupi keluarga dan anaknya juga sekolah. Bahkan, ketika saya mau shalat dhuhur di Cikole, karena kesulitan alas kaki, beliau dengan tulus meminjamkan sandal lusuh penuh berkah, untuk mengantarkan kaki saya menuju tempat wudhu dan mushola ditengah pepohonan rindang.

Sahabat CyberMQ

Hidup ini adalah indah dengan segala lika-liku yang penuh rasa lucu, maka kita tidak boleh tegang menghadapi hidup yang lucu ini. Menjadikan kehidupan yang berliku penuh kelucuan ini, justru harus mencerahkan kegembiraan yang memupuk jiwa muda penuh produktivitas tanpa banyak menjadi beban.

Berani menghadapi tantangan kehidupan penuh kelucuan-kelucuan ini, agar kita semakin bermanfaat bagi banyak orang !!! Bagaimana pendapat sahabat ???Sembarangan

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Salah satu oleh-oleh yang saya dapatkan ketika bersepeda di Pulau Bali bergabung dengan komunitas H-4 mulai tanggal 28 Februari sampai 2 Maret 2008, adalah tulisan yang sangat mencerahkan di daerah Kintamani, sebelum kami melakukan aktifitas bersepeda all mountain tanggal 1 Maret 2008 start dari Kintamani, persawahan yang terkenal pembagian airnya sangat adil secara turun temurun, taman rekreasi gajah dan berakhir di daerah Ubud.

Tulisan pencerahan itu berbunyi:Kalau bukan orang sembarangan, bila kencing janganlah sembarangan. Tulisan sederhana penuh pencerahan ini, bisa dikembangkan menjadi banyak kalimat pencerahan lainnya, misalnya:

Kalau bukan pesepeda downhill sembarangan, bila sedang melaksanakan downhill jangan sembarangan. Masak sepeda sudah bagus-bagus, ketika meliwati gundukan tanah yang harusnya dilompati, eh .. malah turun atau meliwati sampingnya. Itu bukan downhill namanya he..he.. tapi tuntunhill he..he

Kalau bukan mahasiswa sembarangan, bila kuliah jangan sembarangan. Harus punya rasa malu, orang tua dikampung harus menjual kambing, sapi dan sebagian sawahnya, masak sebagai anak di kota hanya gaya, tapi nggak lulus-lulus, apalagi Indek Prestasinya asal-asalan, malu dong.

Kalau bukan suami sembarangan, bila punya istri jangan diperlakukan sembarangan. Harus punya tanggungjawab terhadap istri dan anak-anak. Melindungi istri dan anak-anak. Menjadi contoh terhadap istri juga anak-anak. Jangan menikah, malah membebani istri dan mertua, harus ditanamkan rasa malu disektor itu. Apalagi istrinya sudah sangat baik dengan segala kekurangannya, sebagai suami malah selingkuh dengan sekertaris dan bawahannya.

Kalau bukan istri sembarangan, bila punya suami jangan diperlakukan sembarangan. Harus punya sopan terhadap suami. Menjaga harta suami. Menjaga martabat suami. Jangan mentang-mentang punya penghasilan sendiri, menjadi susah menerima masukkan dari suami. Apalagi suaminya sudah sangat baik dengan segala kekurangannya, sebagai istri malah selingkuh dengan teman kerjanya.

Kalau bukan direktur sembarangan, bila punya karyawan jangan diperlakukan sembarangan. Sehebat apapun kita sebagai direktur, kalau tidak punya karyawan, perusahaan tidak akan jalan. Jangan sering marah-marah kepada bawahan, apalagi sampai mengatakan Dasar karyawan bodoh. Sebagai direktur harus sadar, yang namanya karyawan pasti bodoh, kalau lebih pandai dari direktur, berarti direkturnya yang harus jadi karyawan.

Kalau bukan karyawan sembarangan, bila bergabung pada perusahaan, jangan memperlakukan perusahaan, atasan dan pemilik perusahaan dengan cara sembarangan. Sebagai karyawan harus punya malu kalau selama ini, menerima gaji halal namun halal kadar rendah. Halal kadar rendah adalah gaji yang diterima lebih besar dibanding produktivitasnya. Kalau memang tidak cocok di perusahaan itu, ada dua solusi. Pertama segeralah keluar dan kedua nikmati saja ketidakcocokan itu.

Kalau bukan orang sukses sembarangan, bila sukses janganlah sembarangan. Buatlah buku, seminar, buka konsultasi kiat-kiat sukses, banyak sedekah. Dengan banyak melakukan itu, nanti akan semakin banyak orang-orang sukses, yang terinspirasi oleh kesuksesan orang yang tidak sembarangan itu.

Kalau bukan orang gagal sembarangan, bila gagal janganlah sembarangan. Buatlah buku, misalnya terinspirasi dari buku Dare to fell karangan Be Lim, yang inti dasarnya adalah menceriterakan kegagalan hidupnya dan kemudian bangkit dari kegagalan. Dengan demikian, nantinya semakin banyak orang yang gagal dan gagal terus, sehingga tumbuh kesuksesan-kesuksesan yang terus menerus juga.

Sahabat CyberMQ

Jangan sembarangan... jangan sembarangan... dan jangan sembarangan, agar kita tidak menjadi orang sembarangan.

Sudah ah... berhenti disini dulu tulisannya, takut nanti menjadi tulisan sembarangan. Silahkan pembaca melanjutkan sendiri, semoga kita tidak menjadi orang sembarangan.

Berani menghadapi hidup tidak sembarangan, agar hasilnya juga tidak sembarangan !!! Bagaimana pendapat sahabat ???.