5
I. TUJUAN 1. Menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem saraf otonom dalam pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh. 2. Mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi aktivitas obat antikolinergik pada neuroefektor parasimpatikus. II. PRINSIP PERCOBAAN 1. Sistem saraf otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui jalur : a. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis b. Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis c. Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis (Nugroho, 2013). 2. Sistem simpatis selain secara berkelanjutan mempertahankan derajat keaktifan, juga mempunyai kemampuan untuk memberikan responda stress, seperti trauma, ketakutan, hipoglikemia, kedinginan, atau latihan. Sistem parasimpatis menjaga fungsi tubuh esensial. Sistem ini biasanya bekerja melawan dan membagi aksi simpatis dan biasanya lebih dominan

TUJUAN Prinsip Prosedur SSO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem Saraf Otonom

Citation preview

I. TUJUAN1. Menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem saraf otonom dalam pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh.2. Mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi aktivitas obat antikolinergik pada neuroefektor parasimpatikus.II. PRINSIP PERCOBAAN1. Sistem saraf otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui jalur :a. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalisb. Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalisc. Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasisimpatis dan parasimpatis (Nugroho, 2013).

2. Sistem simpatis selain secara berkelanjutan mempertahankan derajat keaktifan, juga mempunyai kemampuan untuk memberikan responda stress, seperti trauma, ketakutan, hipoglikemia, kedinginan, atau latihan. Sistem parasimpatis menjaga fungsi tubuh esensial. Sistem ini biasanya bekerja melawan dan membagi aksi simpatis dan biasanya lebih dominan daripada sistem simpatis pada situasi istirahat dari mencerna (Mycek, 2001).

3. Parasimpatomimetik atau kolinergik yaitu obat yang meniru perangsangan dari saraf parasimpatik oleh asetilkolin yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis (SP) karena melepaskan neurohormonasetilkolin (ACh) di ujung-ujung neuronnya (Mycek, 2001).

4. Parasimpatolitik atau antikolinergik yaitu obat yang meniru bila saraf parasimpatik ditekan atau melawan efek kolinergik dengan kerja mengikat kolineseptor tetapi tidak memicu efek interseluler yang diperantarai reseptor (Kee dan Evelyn, 1994).

III. TEORI DASARIV. ALAT DAN BAHANIV.1. ALATPapan berukuran 40 x 30 cm yang diletakkan di atas papan lain dengan ukuran yang sama. Papan pertama membuat sudut 100 dengan papan kedua, sehingga membentuk segitiga. Papan bagian atas diberi alas 4 cm. Setelah itu kertas saring ditaburi bubu biru metilen sebagai lapisan tipis.

IV.2 BAHANBahan Obat : - Uretan (1,8 g/kg BB) atau obat hipnotik lain- Atropin 0,04% (1 mg/kg BB p.o.; 0,015 mg/kg BB s.c) - Pilocarpin 0,02% (2 mg/kg BB) s.c.- Gom arab 3%Hewan percobaan : Mencit jantan dipuasakan sebelum percobaan (6jam).1. Mencit 1 : BB 25,5 gram2. Mencit 2 : BB 24 gram3. Mencit 3 : BB 26,5 gram

V. PROSEDURAlat dipersiapkan untuk percobaan dan dibuat larutan gom dan obat. Hewan percobaan dipilih secara acak diamati kesehatannya, kemudian masing-masing hewan ditimbang dan diberi tanda pengenalnya. Sebelum memulai percobaan semua hewan percobaan diberikan fenobarbital (p.o)Pada waktu T = 0, mencit 1 (kontrol negatif) diberi PGA (p.o). pada mencit 2 diberikan atropin 1 mg/kg BB (p.o) sebanyak 0,6 ml sesuai dengan perhitungan yang diberikan segera sesudah pemberian obat hipnotik fenobarbital. Sedangkan pada mencit 3 dibiarkan atau tidak diberi perlakuan. Pada waktu T = 15 menit, pada mencit 3 disuntikkan atropin 0,015 mg/kg BB (s.c) sebanyak 0,265 ml segera sesudah pemberian obat hipnotik.Pada waktu T = 45 menit, semua mencit diberikan pilokarpin secara subkutan. Mencit 1 sebanyak 0,252 ml, mencit 2 sebanyak 0,24 ml, dan pada mencit 3 sebanyak 0,265 ml.Kemudian masing-masing mencit diletakkan di atas kertas saring pada alat (1 mencit per kotak). Penempatan mencit haruslah sedemikian sehingga mulutnya berada tepat di atas kertas. Setiap 5 menit mencit ditarik ke kotak berikutnya yang letaknya lebih atas. Selanjutnya diulangi hal yang sama selama 25 menit sampai kotak paling atas. Kemudian diamati besarnya noda yang terbentuk di atas kertas disetiap kotak dan tandai batas noda (pakai spidol). Diameter noda diukur dan dihitung persentase inhibisi yang diberikan oleh kelompok atropin. Data hasil perhitungan dimasukkan ke dalam tabel dan buatlah grafik inhibisi per satuan waktu.

Daftar pustakaNugroho, G. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf. Tersedia online di http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEM -SARAF.pdf [diakses 28 April 2015].Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.Kee, J.L dan Evelyn R.H. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.