14
TUGAS MATAKULIAH HUKUM & ADMINISTRASI PERENCANAAN KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DENGAN PT HARAPAN SAWIT LESTARI (Studi Kasus: Desa Terusan Kecamatan Manis Mata Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat) Oleh: Fitriyani Rofiqoh (135060601111019) Aditya Darmarastra (135060607111021) Ruth Mayasari S (135060600111045) Mery Anggrina (135060600111026) Rody Nur Rochman (135060601111034)

Tukmat Fix Kelompok 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi tentang konflik lahan antara masyarakat pemilik lahan adat dan PT Harapa Sawit Lestari

Citation preview

Page 1: Tukmat Fix Kelompok 2

TUGAS MATAKULIAH HUKUM & ADMINISTRASI PERENCANAAN

KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DENGAN PT HARAPAN SAWIT LESTARI

(Studi Kasus: Desa Terusan Kecamatan Manis Mata Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat)

Oleh:

Fitriyani Rofiqoh (135060601111019)

Aditya Darmarastra (135060607111021)

Ruth Mayasari S (135060600111045)

Mery Anggrina (135060600111026)

Rody Nur Rochman (135060601111034)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

Page 2: Tukmat Fix Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang penggunaan lahan semakin minim. Hal tersebut dapat diihat dari

banyaknyan konflik penggunaan lahan atau perubahan lahan yang memang sudah memiliki guna

lahan yang tak dapat diubah dari awal, harus mengalami alih fungsi lahan menjadi guna lahan

lainnya. Hal tersebut menghasilkan konflik yang terjadi diantara pemilik lahan yang dimiliki

oleh perorangan maupun pihak yang akan melakukan alih fungsi lahan tersebut. Salah satu

contoh nyata yang diangkat oleh penulis adalah konflik sosial antara masyarakat dengan PT

Harapan Sawit Lestari yang terjadi di Desa Terusan Kecamatan Manis Mata Kabupaten

Ketapang Kalimantan Barat.

Terjadinya konflik sosial antara masyarakat dengan PT Harapan Sawit Lestari yang

terjadi di Desa Terusan Kecamatan Manis Mata Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat berawal

dari alih fungsi lahan tanah adat milik masyarakat setempat yang diubah oleh perusahaan

perkebunan sait tersebut untuk dijadikan lahan perkebunan sawit. Masyarakat memprotes aksi

tersebut. Karena secara sosial masyarakat akan mengalami dampak kerugian akibat alih fungsli

lahan tanah adat tersebut, diantaranya perubahan pola bertani (tidak bisa berladang lagi karena

tidak memiliki tanah dan air mengalami kekeringan), perubahan pola kerja (mengaret yang

seharusnya dilakukan pagi hari bisa dikerjakan siang atau sore jika terjadi hujan), merosotnya

budaya, pengetahuan dan kearifan lokal, pontensi terciptanya konflik horizontal.

Selain dampak secara sosial adanya alih fungsi tanah adat menjadi lahan perkebunan

kelapa sawit juga menyebabkan dampak lingkungan diantaranya Keanekaragaman hayati dan

nabati akan musnah, lahan kritis, pencemaran dan degradasi unsur hara tanah serta air karena

limbah kelapa sawit dan pupuk buatan yang beracun, erosi karena konversi dan deforestasi, serta

hama akan berkembang pesat. Tak hanya dampak sosial lingkungan, hal ini juga berdampak

kepada sisi ekonomi masyarakat seperti meningkatnya persoalan kemiskinan dengan hilangnya

akses rakyat terhadap sumber-sumber penghidupannya. Sumber ekonomi seperti karet, rotan,

damar, durian, dan tanaman lainnya telah hilang karena sudah diganti dengan tanaman sejenis

(monokultur) yaitu perkebunan kelapa sawit. Tergantung pada perusahaan. Bekerja dari jam

06.00 pagi sampai jam 06 sore menjadi buruh, kuli dan hanya diberi gaji dengan kisaran Rp.

25.000 – 30.000 per hari, dan terjadinya konglomerasi atau tuan tanah. Kepemilikan tanah atau

Page 3: Tukmat Fix Kelompok 2

lahan oleh segelintir orang kaya dan biasanya bukan penduduk asli melainkan orang luar yang

datang dari Jakarta dan bahkan dari luar negeri. Itulah sebabnya mereka (pengusaha) ini tidak

peduli atas nasib masyarakat lokal (orang Dayak)

Page 4: Tukmat Fix Kelompok 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konflik Sosial Masyarakat

Konflik sosial masyarakat dengan PT Harapan Sawit Lestari (PT. HSL) di Desa Terusan

Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat diawali dengan perusahaan

milik Inggris tersebut mulai membebaskan tanah adat penduduk desa Terusan. Harapan Sawit

Lestari merupakan sebuah perusahaan yang memiliki beberapa kelompok usaha yang terdiri dari

lima perusahaan kecil: PT ASL Timur, PT ASL Barat, PT HSL Selatan, PT HSL Utara, HKM B.

Investasi Inggris berhasil menjadikan HSL salah satu dari perusahaan perkebunan yang paling

berhasil di Kalimantan Barat. Akan tetapi masyarakat sekitar HSL terutama masyarakat Desa

Terusan telah berulang kali menyatakan penolakan mereka secara bersungguh-sungguh terhadap

kelapa sawit. Sengketa tanah ini berlanjut menjadi perkara terhadap hak atas tanah adat.

Konflik antara masyarakat dengan PT HSL semakin memuncak ketika penduduk Desa

Terusan mengetahui bahwa buldozer kontraktor telah menghancurkan sekitar 100 hektar hutan

dan ladang masyarakat serta mengganggu daerah pemakaman, masyarakat Desa Terusan telah

memberikan peringatan kepada PT HSL serta pemerintah setempat bahwa mereka tidak akan

menyerahkan tanah adat mereka sedikitpun untuk perkebunan kelapa sawit. Masyarakat Desa

Terusan mengadakan forum atau rapat desa pada tanggal 18 Juli, keputusan hasil rapat adalah

masyarakat mengambil alih bulldozer serta masyarakat Desa Terusan mengadakan persidangan

hukum adat. Adapun tuntutan yang diajukan oleh masyarakat cukup serius yaitu:

1. Bagi penduduk Dayak Jelai Sekayu, mengotori daerah pemakaman adalah sama

dengan pembunuhan, keputusan tersebut sudah dengan sesuai hukum adat setempat.

2. HSL harus membayar denda simbolik atas pengerusakan terhadap hutan dan daerah

pemakaman. Bentuknya berupa penyerahan rumah-rumah tradisional, alat-alat musik

dan jambangan antik selain makanan dan minuman - senilai Rp 150 juta dalam

bentuk uang.

Pihak HSL tidak membayar denda dan tidak menyelesaikan konflik tersebut secara langsung

dengan masyarakat, HSL melibatkan pemerintah daerah Ketapang. Bupati kemudian

mengadakan pertemuan pada tanggal 10 Agustus yang dihadiri oleh DPR, HSL dan LSM

setempat yang terpilih diantaranya adalah Institut Dayakologi dan Program Pemberdayaan

Sistem Hutan Kerakyatan (PPSHK) Kalimantan Barat . Dewan Adat yang dibentuk pemerintah

Page 5: Tukmat Fix Kelompok 2

juga hadir dalam pertemuan tersebut, akan tetapi tidak ada wakil dari Desa Terusan karena

masyarakat tidak setuju dengan adanya campur tangan pihak ketiga. Pertemuan tersebut tidak

dapat menyelesaikan masalah, tetapi semakin mempersulit keadaan. LSM setempat dituduh

sebagai anti-pembangunan dan dianggap menghasut masyarakat setempat serta tidak mengakui

wewenang negara.

Pengakuan hak atas tanah adat merupakan inti permasalahan dari konflik antara

masyarakat dengan PT HLS di daerah Manis Mata. Lembaga Swadaya Masyarakat Kalimantan

Barat, termasuk Institut Dayakologi (ID) dan PPSDAK salah satu tugas yang telah dikerjakan

adalah meminta kerjasama serta keterlibatan masyarakat dalam pembuatan peta sebagai alat

untuk memberi kekuatan bagi masyarakat adat yang dapat membantu masyarakat untuk

mengetahui luas dan nilai tanah adat dan sumber daya masyarakat sehingga dapat memberikan

keputusan yang jelas mengenai penggunaannya di masa yang akan datang.

Pihak HSL tetap menyatakan bahwa telah mendapat ijin penggunaan tanah desa untuk

perkebunannya, dan pihak HSL menyatakan bahwa kemungkinan besar tidak benar mengenai

peta yang telah dibuat, karena proses pembuatan peta masyarakat dilakukan melalui negosiasi

atas batas tanah adat dengan desa-desa tetangga. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang

bersikukuh bahwa hanya pemerintah yang mempunyai wewenang untuk membuat peta dan

kegiatan pembuatan peta oleh para LSM dianggap tidak sah, tidak sesuai hukum dan bersifat

menghasut.

Para penduduk Desa Terusan berkeyakinan bahwa bukan suatu kebetulan bahwa

penduduk desa yang melawan HSL dan menuntut hak mereka kemudian ditangkap dengan

tuduhan menghasut dan tuduhan lain yang tidak ada hubungannya. Masyarakat HSL meminta

perlindungan kepada Komisi Hak Asasi Manusia dan menyampaikan keterangan pada Komisi

mengenai latar belakang konflik wilayah garapan HSL di Manis Mata, serta tuntutan masyarakat

Desa Terusan. Komisi HAM memberikan titik terang dan berjanji untuk segera membawa kasus

itu secara tertulis ke berbagai pihak yang terlibat, termasuk pemerintah setempat, perusahaan

bersangkutan dan Lembaga Pertanahan Nasional.

Konfrontasi antara masyarakat dan HSL, maupun antara LSM setempat dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Ketapang belum teratasi. Masyarakat Desa Terusan masih menyita bulldozer

milik kontraktor sampai denda adat dibayar. Beberapa kejadian dalam konflik tersebut adalah

penduduk desa memblokade jalan untuk menghalangi truk-truk perkebunan hilir mudik antara

Page 6: Tukmat Fix Kelompok 2

perkebunan dan pabrik pengolahan. Sejumlah surat, petisi dan demonstrasi ditujukan ke DPR

dan kantor Pemerintah Daerah di Kabupaten Ketapang. Para anggota masyarakat menyampaikan

keluhan mereka kepada Menteri Inggris untuk Kerjasama Luar Negeri pada bulan Oktober tahun

2000, keluhan tersebut adalah karena tidak ada warga Dayak di tingkat manajemen PT HSL

akan tetapi para pemegang kekuasaan pada PT HSL adalah semua keturunan Suku Melayu yang

tidak memiliki hak atas tanah adat dan mempunyai tradisi yang berbeda.

Pada akhirnya permasalahan CDC angkat bicara dan mengambil alih secara keseluruhan PT HSL

dan pihak manajemen CDC memberikan janji kepada masayrakat bahwa aka nada pendekatan

baru yang didasarkan pada mendengarkan, bukan konfrontasi. Namun banyak masyarakat Desa

Terusan tidak mempercayai hal tersebut, karena merasa bahwa telah terlalu banyak janji yang

tidak dipenuhi oleh perusahaan sebelumnya.

2.2 Pihak yang Terlibat dalam Konflik Sosial Masyarakat

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam konflik sosial masyarakat Desa Terusan dengan

PT HSL diantaranya:

1. Masyarakat Desa Terusan

Masyarakat Desa Terusan sebagai pihak yang terlibat karena mereka memiliki has atas

tanah-tanah mereka yang digunakan oleh PT HSL tanpa adanya feedback yang baik dare

PT HSL pada masyarakat Desa Terusan.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang

Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang merupakan pihak yang seharusnya menjadi

fasilitator antara masyarakat dengan PT HSL, akan tetapi dalam konflik ini Pemda

Kabupaten Ketapang terlihat hanya membela satu pihak saja yeti PT HSL.

3. Lembaga Swadaya Masyarakat yang terdiri dari Institus Dayakologi dan Program

Pemberdayaan Sistem Hutan Kerakyatan (PPSHK) Kalimantan Barat

Institut Dayakologi (ID)

LSM Institut Dayakologi adalah organisasi yang mendukung pergerakan

masyarakat adat di Indonesia dan merupakan bagian dari kelompok PPSHK

Pancur Kasih dari Pontianak, yang mempunyai reputasi baik selama 20 tahun

dalam usaha pengembangan masyarakat setempat. Kedua organisasi tersebut

menentang keyakinan kuat pihak pemerintah bahwa perkebunan kelapa sawit

Page 7: Tukmat Fix Kelompok 2

berskala besar akan membawa kesejahteraan bagi para petani hutan khusunya

pada wilayah Kalimantan Barat.

Program Pemberdayaan Sistem Hutan Kerakyatan (PPSHK) Kalimantan Barat

LSM PPHSK terlibat dalam pembuatan peta tanah adat masyarakat Desa

Terusan, LSM ini telah dibentuk sejak tahun 1995 dan focus kepada

pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat, revitalisasi institusi adat

pengelola SDA, rehabilitasi hutan dan lahan kritis serta pengembangan jaringan

sistem kehutanan rakyat (SHK).

4. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Dalam konflik masyarakat Desa Terusan, pihak Komisi HAM berperan dalam membantu

masayarakat agar membawa kasus tersebut secara tertulis ke berbagai pihak yang terlibat,

termasuk pemerintah setempat, perusahaan bersangkutan dan Lembaga Pertanahan

Nasional.

5. PT Harapan Sawit Lestari (HSL) awalnya perusahaan swasta alam negeri yang bergerak

di sektor perkebunan kelapa Hibrida di wilayah Manis Mata, seiring dengan

perkembangan kebutuhan akan minyak kelapa sawit di tahun 1992 memperoleh ijin

untuk mengembangan perkebunan kelapa sawit di lokasi yang sama। Di tahun 1997 PT

HSL mengalami kebangkrutan sehingga terjadi penjualan perusahaan perkebunan kepada

CDC (Commonwealth Development Coorporation).

6. Commonwealth Development Corporation (CDC) merupakan alat bagi bantuan Inggris

ke luar negeri untuk sektor swasta di negara-negara berkembang dalam bentuk pinjaman

dan modal terutama untuk usaha pertanian. CDC membiayai berbagai jenis

pengembangan usaha industri dan komersial sektor swasta di Asia. CDC diawasi oleh

pemerintah Inggris, melalui Departemen Kerjasama Bantuan Luar Negeri (DFID) sebagai

pemilik saham penuh. CDC memiliki kewajiban sesuai undang-undang untuk

menjalankan usaha sesuai dengan prinsip yang disetujui oleh DFID yang mempunyai

kejelasan secara etis, lingkungan, kesehatan dan keamanan serta sosial politik. Operasi

CDC di Indonesia dimonitor melalui perseroan induk (holding company) yang berkantor

di Singapura yaitu Pacific Rim Palm Oil (Pacrim), yang menyatakan dirinya sebagai

salah satu dari kelompok perusahaan perkebunan minyak kelapa sawit Asia Tenggara

yang paling pesat berkembang. CDC juga membiayai PT Agro Indomas, usaha

Page 8: Tukmat Fix Kelompok 2

perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah yang dikelola oleh perusahaan

Malaysia, Agro Hope Sdn Bhd. Semua usaha tersebut mempunyai permasalahan hak atas

tanah. Kelompok masyarakat dan LSM setempat maupun internasional telah mengajukan

sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan kepada CDC dan DFID.

Page 9: Tukmat Fix Kelompok 2

BAB III

KESIMPULAN

Pihak yang terlibat dalam konflik sosial masyarakat ini yaitu masyarakat Desa Terusan,

pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang, LSM (dari Institus Dayakologi dan Program

Pemberdayaan Sistem Hutan Kerakyatan (PPSHK) Kalimantan Barat), Komnas HAM, PT

Harapan Sawit Lestari, dan Commonwealth Development Corporation (CDC).

Konflik yang terjadi antara masyarakat dan PT Harapan Sawit Lestari (PT. HSL) di Desa

Terusan Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat tentang tanah adat

yang akan digunakan untuk lahan sawit memberi dampak:

1. Berkurangnya hutan-hutan yang menyebabkan bencana alam dan ancaman bagi kawasan

adat

2. Menurunnnya kualitas lingkungan dan ekologi karena ekploitasi yang besar untuk lahan

sawit

3. Perubahan pada pola hidup dan sosial budaya masyarakat daerah sekitar lahan sawit

4. Meningkatnya persoalan kemiskinan karena hilangnya akses dari sumber

penghidupannya

5. Terjadinya kerusakan lahan akibat pengaruh konglomerasi

Konflik sosial masyarakat yang terjadi karena permasalahan pengakuan hak atas tanah

adat yang tidak memiliki kejelasan batas penggunaan lahan untuk tanah sawit oleh PT HLS.

Pemerintah dianggap sebagai pihak yang berwenang untuk membuat peta batasan tersebut.

Dalam prosesnya, masyarakat sudah mengeluarkan tuntutan dan perlindungan kepada Komisi

HAM, pemerintah, Menteri Inggris untuk Kerjasama Luar Negeri dan Manajemen CDC namun

tidak diberi tindakan nyata sehingga masyarakat melakukan tindakan penyitaan dan blokade

jalan.

Page 10: Tukmat Fix Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2002. Konflik antara masyarakat dan perusahaan perkebunan Inggris di Kalimantan.

http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story (diakses pada tanggal 27 April 2016)Anonim, 2008. Program Pemberdayaan SIstem Hutan Kerakyatan-Kalbar. http://ppshk-

kalbar.blogspot.co.id/2008/11/profile-ppshk-kalbar.html (diakses pada tanggal 27 April 2016)