Tumor Esofagus(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Eso

Citation preview

BAB I PENDAHULUANI.1. Latar Belakang Tumor di esofagus bisa berupa tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor jinak jarang dijumpai dan ditemukan pada lebih kurang 10% dari neoplasma esofagus. Sebagian besar tumor jinak esofagus tidak menimbulkan gejala klinis dan ditemukan secara kebetulan waktu pemeriksaaan diagnostic. Tumor jinak dapat berasal dari epitel seperti polip, atau dari jaringan lunak seperti kista.Dalam dua decade terakhir ini, keganasan di esofagus sering dilaporkan, mungkin karena cara diagnostic yang lebih baik. Keganasan yang paling sering menyerang esofagus ialah jenis karsinoma epidermoid. Keganasan dibagian distal esofagus terutama di batas esofagus-lambung sering berupa adenokarsinoma karena mukosa esofagus berasal dari lambung (Barret).Perkembangan bedah esofagus agak terlambat dibandingkan dengan bedah saluran cerna lainnya karena pembedahan melalui rongga dada hanya dapat dilakukan dalam pembiusan endotrakeal. Kemajuan bedah esofagus dirongga dada berkembang pesat sejalan dengan kemajuan dalam bidang anastesi, transfuse darah, dan teknik pembedahan untuk mengganti esofagus setelah direseksi sehingga angka kesakitan dan kematian bisa ditekan.

I.2. Tujuan PenulisanTujuan penulisan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa lebih mengerti dan memahami tentang tumor esofagus dan dapat mengaplikasikan kepada kasus yang ditemui.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi dan Fisiologi EsofagusII.1.1.AnatomiEsofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan dari rongga mulut ke lambung. Didalam rongga dada, esofagus berada di mediastinum posterior mulai dibelakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, kemudian agak membelok ke kanan berada di samping kanan di depan aora thorakalis bawah dan masuk ke dalam rongga perut melalui hiatus esofagus dan diafragma dan berakhir di kardial lambung. Panjang esofagus yang berada di rongga perut berkisar antara 2-4 cm. (1)

Otot esofagus sepertiga bagian atas adalah otot serat lintang dan berhubungan erat dengan otot-otot faring, sedangkan dua pertiga bagian bawah adalah otot polos yang terdiri atas otot sirkular dan otot longitudinal seperti ditemukan pada saluran cerna lainnya. Esofagus menyempit pada tiga tempat, penyempitan pertama bersifat spingter, terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara faring dan esofagus, yaitu tempat peralihan otot serat lintan menjadi otot polos. Penyempitan kedua terletak dirongga dada bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat spingter. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma, yaitu tempat esofagus berakhir di kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat spingter. (1)

Esofagus mendapat darahnya dari banyak arteri kecil. Bagian atas esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari arteri a.tiroidea inferior, beberapa cabang arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari arteri frenika inferior kiri dan cabang arteri gastrika kiri. Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosa esofagus. Di esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari pleksus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke vena azygos dan hemiazygos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara sirkulasi antara vena porta dan sirkulasi esofagus bagian bawah melalui vena lambung tersebut. (1)Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus dalam mukosa, submukosa, lapisan otot, dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga cranial, pembuluh ini berjalan secara longitudinal bersama dengan pembuluh limf dari faring ke kelenjar di leher, sedangkan dari bagian dua pertiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti pembuluh linf dari lambung. (1)

II.1.2.FisiologiFungsi utama esofagus adalah menyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung. Proses ini dimulai dengan pendorongan makanan oleh lidah kebelakang. Penutupan glottis dan nasofaring, serata relaksasi spingter faring esofagus. Proses ini diatur oleh otot serat lintang di daerah faring. Di dalam esofagus, makanan turun oleh peristaltic primer dan gaya berat terutama untuk makanan padat dan setengah padat, serta peristaltic ringan. Makanan dari esofagus masuk ke dalam lambung karena relaksasi spingter esofagus kardia. Setelah makanan masuk ke lambung, tonus spingter ini kembali ke keadaan semula sehingga mencegah makanan masuk kembali ke esofagus. Proses muntah terjadi karena tekanan di dalam rongga perut dan lambung meningkat serta terjadi relaksasi sementara spingter esofagokardia sehingga secara reflex makanan dan cairan dari dalam lambung dan esofagus naik ke faring dan dikeluarkan melalui mulut. (1)

II.2. Tumor Esofagus II.2.1.DefinisiTumor esofagus adalah benjolan yang terdapat pada esofagus. Kelainan ini dapat bersifat jinak maupun ganas. (2)

II.2.2.EpidemiologiKanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian karena kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di Negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Cina. Di Amerika pada tahun 2000, angka kejadian kasus baru mencapai angka 12.300 sedangkan angka kematian mencapa 12.100 dalam 25 tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian adenokarsinoma esofagus distal yang cukup signifikan. (2)Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbenntang dari tepi elatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke Utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain kanker esofagus banyk terdapat di Finlandia, Afrika Tenggara, dan Perancis barat Laut. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, Kanker esofagus lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih Squamous cell carcinoma adalah jenis kanker yang sering terjadi pada orang kulit hitam, sedangkan adenokarsinoma sering terjadi pada kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki berisiko terkena kanker esofagus 3 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita. Hal ini terutama dikaitkan dengan tingginya kos dan pada konsumsi alkohol dan rokok pada pria. Berdasarkan tingkat usia, usia lebih 65 tahun memiliki resiko paling tinggi untuk menderita kanker esofagus. Sekitar 15% penderita didiagnosa menderita kanker esofagus pada usia kurang dari 55 tahun. (2)

II.2.3.Faktor RisikoAdapun factor risiko dari tumor esofagus adalah: Umur Kejadian tumor esofagus cenderung lebih rendah pada usia muda dan meningkat seiring peningkatan usia. Hanya kurang dari 15% kasus ditemukan dibawah umur 55 tahun Jenis KelaminDibandingkan dengan perempuan, laki-laki lebih rentan terkena tumor esofagus 3 kali lipat. Gastroesophageal Reflux Disease(GERD)Orang dengan GERD mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mendapat adenokarsinoma esofagus. Risiko meningkat seiring dengan lamanya kejadian GERD dan keparahan gejalanya. GERD juga menyebabkan Barret esofagus yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko. Barret EsofagusPasien yang menderita Barret esofagus lebih berisiko untuk mendapatkan tumor esofagus walaupun tidak semua pasien Barret esofagus menderita tumor esofagus. Rokok dan Alkohol Obesitas DietDiet buah dan sayuran dapat menurunkan risiko terkena tumor esofagus. Kebalikannya diet tinggi lemak dapat meningkatkan risiko. Selain itu meminum minuman yang panas terlalu sering juga dapat meningkatkan risiko kejadian tumor esofagus AkalasiaPasien dengan kondisi spingter bagian bawah esofagus yang tidak berelaksasi optimal menyebabkan makanan lama tertahan di esofagus sehingga menyebabkan iritasi pada esofagus. Hal ini meningkatkan kejadian tumor esofagus. Paparan zat kimia Trauma pada esofagus Bakteri pada lambung

II.2.4.Gejala KlinisKeterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif esofagus tahap lanjut.

DisfagiaGejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang trsangkut di tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka pasien biasanya mengganti makanan dan kebiasaan makannya secara tidak sadar, pasien makan dengan jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. Seiring dengan pertumbuhan kanker yang semakin besar pasien mulai mekan-makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya pasien berhenti mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esofagus. Untuk membantu makanan melewati esofagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan menghasilkan saliva luarkan. Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker esofagus sering mengeluh banyak mengeluarkan mucus atau saliva. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan. Nyeri pada dadaNyeri dada sering di deskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbakar di dada, gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan denngan organ lain seperti jantung. Kehilangan berat badanSekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga pasien mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses metabolism kanker yang diderita oleh pasien. PendarahanPendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan meghasilkan pendarahan di daerah gastrointestinal, jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak maka feses juga bisa berubah menjadi hitam, tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.(3)

II.2.5.DiagnosisDiagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.1. LaboratoriumPada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.2. Imaging Studiesa. Barrium SwallowPada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.

b. CT ScanCT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

c. Upper EndoscopyEndoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esofagus menutupi lumen esofagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.

d. Endoscopic UltrasoundMerupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan

e. Bronkoskopi dan MediastinoskopiBronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.

f. Pemeriksaan histopatologiUntuk menentukan jenis sel yang mengalami dysplasia, dapat berupa squamus sel karsinoma ataupun adenokarsinoma.

II.2.6.Staging dan StadiumStaging TNMT (Tumor)

N (Nodul Limfe)

M (Metasatase)

Stadium

II.2.7. PenatalaksanaanStadium I , II , dan III dari kanker esofagus semua berpotensi dioperasi , berikut penanganannya(5): Stadium 0 sampai stadium IPembedahan terutama diindikasikan untuk stadium awal kanker esofagus Stadium IIPembedahan, terapi kemoradiasi definitif , atau kemoradioterapi neoadjuvant diikuti dengan pembedahan adalah pilihan yang sesuai Stadium IIIKemoradioterapi dengan atau tanpa operasi dianjurkan Stadium IVKemoterapi , pengobatan simptomatik / perawatan suportif (5)

Performance status dan usia merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Adapun modalitas terapi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut:

II.2.7.1 Kuratif1. PembedahanReseksi merupakan pendekatan terbaik untuk karsinoma esofagus pada pasien muda tanpa ditemukan penyebaran jauh. Bila dikombinasikan dengan kemoterapi preoperatif dengan cisplatin5-fluorouracil (5-FU) dapat meningkatkan 2-year survival rate 10% dibandingkan dengan pembedahan saja.Beberapa metode esofagektomi: McKeowns OperationPendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan Insisi servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di servikal. Ivor Lewis Operation Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi, dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesofagus di thoraks. Thoracoabdominal ApproachDengan insisi tunggal melewati abdomen kiri atas, diaphragma dan thoraks kemudian dilakukan anastomosis lambung dengan esofagus di thoraks. Transhiatal approachMeliputi laparotomidan insisi servikal dilanjutkan dengan diseksi tumpul dari thoracic oesofagus, mengangkat gastric pedicle ke servikal untuk servikal anastomosis. Laparoscopy-assistedesophagectomyHampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan laparoscopic instruments untuk mobilisasi esofagus intra thoracic.

Beberapa metode rekonstruksi post esofagektomiBeberapa pilihan rekonstruksi esofagus post esofagektomi meliputi penggantian dengan lambung, jejunum atau colon.

2. RadioterapiRadioterapi atau kombinasi kemo-radiaterapi merupakan terapi pilihan untuk sebagian besar skuamous sel karsinoma esofagus 1/3 tengah dan atas, karena dari penelitian ditemukan penurunan resiko mortalitas operasi dan meningkatkan survival. Preoperatif radiotherapy telah diteliti dengan randomized trial dan tidak ditemukan peningkatan survival. Adjuvant radiotherapy diindikasikan hanya jika resection margins masih mengandung tumor. 3. Chemotherapy Efektif untukskuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma.Untuk skuamus sel karsinoma kombinasi chemotherapyradiation terbukti memberi manfaat daripada radioterapi atau khemoterapi saja dan memberikan 3-year survival rate sama dengan tindakan pembedahan.

II.2.7.2 PaliatifPenatalaksanaan terapi paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan gejala yang predominan dan kemampuan untuk melakukan tindakan terapi paliatif. Termasuk dalam terapi paliatif:1. Radiotherapieksterna atau intracavitary technique.Baik untuk skuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma2. IntubationDengan endoscopically placed stent terutama berguna untuk mengatasi tracheo-oesophageal fistula3. Laser therapy Terapi paliatif untuk dysphagia yang disebabkan oleh exophytic tumours4. Ethanol injection Secara endoskopi dapat memberikan terapi dysphagia jangka pendek untuk pasien yang kurang fit untuk menjalani pembedahan.5. By-pass procedure.Kanker esofagus yang unresectable dapat dilakukan prosedur bypass dengan menggunakan jejunum atau colon sebagai conduit.

II.2.8. Prognosis Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun.

II.3. Gastric Outlet ObstructionObstruksi outlet lambung (GOO , juga dikenal sebagai obstruksi pilorus ) bukan kejadian tunggal, melainkan merupakan konsekuensi klinis dan patofisiologi dari setiap proses penyakit yang menghasilkan hambatan mekanik pengosongan lambung .Kejadian klinis yang dapat mengakibatkan GOO umumnya dikategorikan menjadi 2 kelompok yang didefinisikan dengan baik penyebab - jinak dan ganas . Klasifikasi ini memfasilitasi diskusi tentang manajemen dan pengobatan . Di masa lalu , ketika penyakit ulkus peptikum ( PUD ) adalah lebih umum , penyebab jinak adalah yang paling umum , namun , satu review menunjukkan bahwa hanya 37 % dari pasien dengan GOO memiliki penyakit jinak dan sisanya pasien memiliki obstruksi sekunder untuk keganasanLambung terletak terutama pada kuadran atas kiri bawah diafragma dan melekat superior ke esofagus dan distal ke duodenum . Perut dibagi menjadi 4 bagian , kardia , tubuh , antrum , dan pilorus . Peradangan , jaringan parut , atau infiltrasi antrum dan pylorus dapat menyebabkan berkembangnya obstruksi lambung . Duodenum dimulai segera melampaui pilorus dan sebagian besar adalah struktur retroperitoneal, membungkus di sekitar kepala pankreas . Duodenum secara klasik dibagi menjadi 4 bagian. Hal ini erat terkait dengan kandung empedu , hati , dan pankreas, sehingga suatu proses keganasan dari setiap struktur yang berdekatan dapat menyebabkan obstruksi akibat kompresi ekstrinsik .Mual dan muntah adalah gejala kardinal obstruksi lambung . Muntah biasanya digambarkan sebagai nonbilious , dan khas mengandung partikel makanan yang tidak tercerna . Pada tahap awal obstruksi , muntah mungkin intermiten dan biasanya terjadi dalam waktu 1 jam makan.. Turunnya berat badan sering terjadi ketika kondisi mendekati kronisitas dan paling signifikan pada pasien dengan penyakit ganas .Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat ditunjukkan dari pemeriksaan laboratorium rutin. Peningkatan BUN dan kreatinin adalah fitur akhir dehidrasi . Muntah berkepanjangan menyebabkan hilangnya klorida ( HCl ) dan asam menghasilkan peningkatan bikarbonat dalam plasma untuk mengkompensasi kehilangan klorida dan natrium. Hasilnya adalah hipokloremia alkalosis metabolik hipokalemia.Manajemen awal obstruksi lambung ( GOO ) harus sama terlepas dari penyebab utama. Setelah diagnosis dibuat, pasien direhidrasi dan dikoreksi kelainan elektrolitnya. Larutan natrium klorida IV adalah pilihan utama . Defisit kalium dikoreksi setelah status volume cukup dan setelah penggantian klorida . Tempatkan NGT untuk dekompresi perut. Kadang-kadang, tabung besar diperlukan karena makanan tidak tercerna dengan tabung blok diameter kecil. (5)

BAB IIILAPORAN KASUS

Identitas PasienNama Pasien: Deka GintingUmur: 68 tahunJenis Kelamin: Laki-LakiAlamat: Desa Suka Meriah Kec. Payung Kabupaten KaroTanggal Masuk: 2 November 2013

AnamnesisKeluhan Utama: Sukar MenelanTelaah :Hal ini dialami sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan ini dijumpai saat pasien makan makanan padat ataupun minum. Pasien mengaku dalam 2 bulan ini telah mengonsumsi makanan yang lunak dan 1 minggu ini hanya berupa cairan. Riwayat muntah dijumpai. Muntah berisi apa yang dimakan. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa panas di dareha sekitar dada dan nyeri di ulu hati. Penurunan BB dijumpai pada pasien kurang lebih 15 kg. Pasien merupakan rujukan dari Sp.PD dan telah dilakukan endoskopi. Riwayat muntah darah (-). Buang air besar (-) dalam 3 hari ini. Riwayat BAK dalam batas normalRPT: Tidak adaRPO: Tidak jelasStatus PresensSensorium : compos mentisTekanan Darah: 150/60 mmHg Nadi : 88 x/iPernafasan : 20 x/iSuhu : 37 CKarnovsky Score : 60-70Keadaan Umum : SedangKeadaan Gizi: Buruk

Pemeriksaan FisikKepala : Mata RC (+/+), pupil isokor, konjungtiva palpebra inferior pucat (+), sklera ikterik (-), Telinga/hidung/mulut: tidak ada kelainan.Leher : Pembesaran KGB (-)Toraks: Inspeksi: simetris fusiformis kanan=kiri Palpasi: stem fremitus kanan=kiri Perkusi: sonor kedua lap.paru Auskultasi: SP: vesikuler, ST: -Abdomen : Inspeksi: Scapoid (+) Palpasi: soepel Perkusi: timpani, pekak hati (+) Auskultasi: peristaltik (+) normalGenital: dalam batas normalEkstremitas : dalam batas normalDRE: Perineum normal Spingter ani longgar Mukosa licin, nyeri di seluruh mukosa (-) Tidak teraba massa Ampula berisi feses Sarung tangan: feses (+), darah dan lendir (-)

Pemeriksaan PenunjangJenis pemeriksaanHasil

Darah rutin

Hb9,60 %

Leukosit 4.540 /mm3

Trombosit 227.000 /mm3

Hematokrit 32 %

Faal Hemostasis

PT15,2 (13,00) detik

INR1,19

APTT29,7 (33,0) detik

TT15,6 (16,0) detik

Hati

Albumin3,0

Metabolisme karbohidrat

Glukosa darah sewaktu93,00 mg/dl

Ginjal

Ureum 34,20 mg/dl

Kreatinin 1,15 mg/dl

Elektrolit

Natrium (Na)137 mEq/L

Kalium (K)3,7 mEq/L

Klorida (Cl)100 mEq/L

Foto Rontgen -Tidak tampak metastase intra pulmonal- Aorta elongasiHasil endoskopi (31/10/2013) Tampak massa menutupi sebagaian besar EGJ. Kesan : massa pada EGJ

Diagnosa KerjaTumor Esofageal Junction + GOO

Tatalaksana IVFD RL 20 gtt/i Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam Ondansetron 4 mg/8 jam Pasang NGT

Rencana Transfusi PRC 175 cc 1 kantong Gastroskopi Gastrostomi feeding

BAB IVKESIMPULAN Pada kasus dijumpai pasien pria usia 68 tahun datang dengan keluhan sukar menelan. Hal ini dialami sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan ini dijumpai saat pasien makan makanan padat ataupun minum. Pasien mengaku dalam 2 bulan ini telah mengonsumsi makanan yang lunak dan 1 minggu ini hanya berupa cairan. Riwayat muntah dijumpai. Muntah berisi apa yang dimakan. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa panas di daerah sekitar dada dan nyeri di ulu hati. Penurunan BB dijumpai pada pasien kurang lebih 15 kg. Pasien merupakan rujukan dari Sp.PD dan telah dilakukan endoskopi. Riwayat muntah darah (-). Buang air besar (-) dalam 3 hari ini. Riwayat BAK dalam batas normal. Pada pemerikasaan fisik dijumpai dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai Hb : 9,60 % dan albumin 3,0. Pada pemeriksaan endoskopi dijumpai adanya massa yang hampir menutupi seluruh lumen EGJ. Pada pasien ini didiagnosa dengan tumor esofagus dengan GOO dan direncakan Gastroskopi + Gastrostomi feeding

DAFTAR PUSTAKA1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.2. American Cancer Society.2012.Esophageal Cancer,USA3. Tjandra, Joe J et al. 2006. Textbook of Surgery. 3rd Edition. Blackwell Publishing. Oxford, UK.4. Townsend, Courtney M et al. 2012. Sabiston Textbook of Surgery. 19th Edition. Elsevier Inc. Canada.5. Rhodes,Terence D, et al.2013.Esophageal Cancer Treatment Protocol USA. http//emedicine.com6. Castellanous, Andres E, et al.2013.Gastric Outlet Obstruction.USA. http // emedicine.com

21