59
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. K.D Umur : 36 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Suku Bangsa : Padang Status Perkawinan: Sudah menikah Alamat : Sungai Bangek RT 02/08 Balai Gadang Tanggal Masuk : 10 September 2012 II. Anamnesa Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kiri ± 4 bulan yang lalu. Keluhan Tambahan : terasa adanya massa pada perut sebelah kiri, nafsu makan menurun, berat badan menurun, demam. RPS : sejak ± 4 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri pada perut sebelah kiri, nyeri dirasakan hilang timbul dan pasien merasakan nyeri semakin bertambah sejak ± 2 bulan yang lalu, pasien merasakan seiring dengan munculnya nyeri, terasa ada massa pada perut sebelah kiri. Pasien mengaku mengobati dirinya sendiri dengan 1

tumor kolorektal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tumor kolorektal

Citation preview

Page 1: tumor kolorektal

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K.D

Umur : 36 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku Bangsa : Padang

Status Perkawinan: Sudah menikah

Alamat : Sungai Bangek RT 02/08 Balai Gadang

Tanggal Masuk : 10 September 2012

II. Anamnesa

Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kiri ± 4 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan : terasa adanya massa pada perut sebelah kiri, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, demam.

RPS : sejak ± 4 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien

mengeluhkan nyeri pada perut sebelah kiri, nyeri dirasakan

hilang timbul dan pasien merasakan nyeri semakin bertambah sejak ± 2 bulan

yang lalu, pasien merasakan seiring dengan munculnya nyeri, terasa ada massa

pada perut sebelah kiri. Pasien mengaku mengobati dirinya sendiri dengan

membeli obat diwarung namun pasien merasakan bahwa penyakit tidak

membaik dan timbul demam sehingga pasien berobat ke Rumah Sakit tentara

Dr. Reksodiwiryo dan dirawat selama ± 2 bulan, selama dirawat pasien

mengaku mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan

penurunan berat badan. Penyakit dirasakan tidak membaik lalu pasien pergi

berobat ke rumah sakit Yos Sudarso Padang dan dirawat selama 16 hari lalu

pasien dirujuk ke RSPAD. Pasien mengatakan sebelum timbulnya nyeri pasien

pergi kepanti pijat dan mendapat pijatan pada daerah perut. Pasien

mengatakan selama dia sakit menyangkal adanya BAB berdarah atau

berlendir, dan gangguan BAK.

1

Page 2: tumor kolorektal

RPD : Hipertensi (-) RPK : Hipertensi (-)

Asma (-) Asma (-)

Jantung (-) Jantung (-)

DM (-) DM (-)

Alergi (-) Alergi (-)

Keganasan (-) Keganasan (-)

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/70 mmHg N : 82 x /mnt

RR : 20 x /mnt S : 36,4ºC

Kepala : Normochepal, deformitas (-)

Mata : CA -/-, SI -/-,reflek cahaya +/+

THT : Trakhea tidak deviasi, sekret -/-

Leher : Pembesaran KGB & Tiroid (-)

Thoraks :

o Inspeksi : Jejas (-), simetris kanan dan kiri

o Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris

o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

o Auskultasi : Paru : Suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)

Abdomen :

o Inspeksi : Datar, jejas (-), darm contur (-), darm steifung (-)

o Auskultasi : BU (+) normal

o Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) pada bagian abdomen kiri,

nyeri lepas (-), defand muscular (-), teraba massa (+) pada bagian

abdomen kiri, Hepar/Lien tidak teraba

o Perkusi : Pekak pada bagian abdomen kiri

Ekstremitas : Akral hangat, udem - - , CRT < 2”

- -

2

Page 3: tumor kolorektal

IV. Status Lokalis

Regio hipokondria dan lumbal sinistra

o Inspeksi : Datar, jejas (-), darm contur (-), darm steifung (-)

o Auskultasi : BU (+) normal

o Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), defand

muscular (-), teraba massa (+)

o Perkusi : Pekak

Regio Anal

o Inspeksi   : Tidak tampak massa.

o Palpasi     : Nyeri tekan (-)

Rectal toucher

o Tonus sfingter ani cukup, ampula recti tidak kolaps, mucosa rectum

licin, tidak teraba massa.

o Hand scoon : feses (+), darah (-), lendir (-)

V. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium tanggal 10 September 2012

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hematologi Rutin

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

9.6

33

4.4

6700

244000

75

22

29

12 – 16 g/dL

37 – 47 %

4.3 – 6.0 juta/µL

4.800 – 10.800 /µL

150.000 – 400.000 /µL

80 – 96 fL

27 – 32 pg

32 – 36 g/dL

3

Page 4: tumor kolorektal

Kimia klinik

Bilirubin Total

SGOT (AST)

SGPT (ALT)

Protein Total

Albumin

Globulin

Kolesterol Total

Trigliserida

Ureum

Kreatinin

Natrium (Na)

Kalium (K)

Klorida (cl)

0.52

20

12

8.0

3.6

4.40

172

134

18

0.8

144

4.6

104

< 1.5 mg/dL

< 35 U/L

< 40 U/L

6 – 8.5 mg/dL

3.5 – 5.0 mg/dL

2.5 – 3.5 mg/dL

< 200 mg/dL

< 160 mg/dL

20 – 50 mg/dL

0.5 – 1.5 mg/dL

135 – 147 mmol/L

3.5 – 5.0 mmol/L

95 – 105 mmol/L

Laboratorium tanggal 11 September 2012

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

LED

Imunoserologi

CEA

40

0.5

< 20 mm/jam

< 5 ng/mL

4

Page 5: tumor kolorektal

CT Scan Abdomen tanggal 15 Agustus 2012

Kesan : suspect kolesistitis, DD : Tumor KE dengan abses pada m.rectus abdominal sisi kiri

Rontgen Thorak tanggal 12 September 2012

Kesan : Cor dan pulmo normal

5

Page 6: tumor kolorektal

USG Abdomen tanggal 13 September 2012

Kesan :

- Hepar, pankreas, lien : Normal

- Ginjal kanan dan kiri, v. urinaria, uterus : Normal

VI. Diagnosa Kerja

1. Abses er dinding abdomen

2. Kolelitiasis asymptomatik

DD: Susp. Tumor kolon desenden

Susp. Divertikulitis

VII. Penatalaksanaan

Non Operatif

Diet tinggi serat

Pro kolonoskopi

6

Page 7: tumor kolorektal

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI

Kanker kolorektal

Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang daerah usus besar (kolon) dan

daerah di antara usus besar dan anus (rektal). Karena kedua daerah tersebut memiliki banyak

persamaan, maka sering bersama-sama disebut dengan kanker kolorektal. Kanker kolorektal

ini menempati urutan ke-3 jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia, menurut data

WHO sendiri, diperkirakan sekitar 700.000 orang meninggal karena kanker kolorektal ini

setiap tahunnya yang berarti sekitar 2.000 orang meninggal setiap harinya.1

Kanker colorektal atau dikenal sebagai Ca Colon atau Kanker Usus Besar adalah

suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di

negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi

penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu

tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui

pembedahan diikuti kemoterapi.2

Menurut DR. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM , selain deteksi dini, pembekalan

pengetahuan yang cukup mengenai perihal kanker kolorektal sangatlah penting. Contohnya

banyak yang masih belum mengetahui apa sebenarnya kanker kolorektal tersebut, padahal

bila masyarakat mengetahui gejala-gejala kanker kolorektal dan faktor resikonya, mereka

dapat mencegah dengan memiliki pola hidup yang sehat.

1http://medicastore.com/2010/03/Kenali_Lebih_Dekat_Kanker_Kolorektal.html /.cited : 14 September 20122 http://jarumsuntik.com/dr.arif/2008/09/15/mengenal-kanker-kolon/.cited: 14 September 2012.

7

Page 8: tumor kolorektal

Gb.1. kanker kolorektalSumber : http://www.jarumsuntik.com/images/.jpg. cited : 14 September 2012

II.2. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologis, kanker kolorektal di dunia mencapai urutan ke-4 dalam hal

kejadian, dengan jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan

perbandingan 19,4 dan 15,3 per 100.000 penduduk. Secara umum didapatkan kejadian kanker

kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Suatu fenomena yang dikaitkan dengan

pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya hidup.

Kanker kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh pasien

kanker terbanyak dari seluruh kanker di Amerika Serikat. Lebih dari 150.000 kasus baru,

terdiagnosis setiap tahunnya di AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka

60.000.3

Dalam literatur lain mengatakan bahwa kanker kolorektal lebih banyak terjadi pada

kelompok usia > 50 tahun dengan frekuensi yang sama antara pria dan wanita. Meskipun

demikian kanker kolorektal ini dapat juga terjadi pada kelompok usia < 40 tahun dengan

insiden yang bervariasi. Di Amerika dan Eropa, jumlah insiden kanker kolorektal pada

3 Sudoyo, Aru W.dkk, op.cit., p.375.

8

Page 9: tumor kolorektal

kelompok usia < 40 tahun mencapai 2-8 %, sedangkan di Indonesia menurut data dari bagian

Patologi Anatomi FKUI tahun 2003-2007, jumlah pasien kanker kolorektal dengan usia < 40

tahun mencapai 28,17 %. Angka yang mengejutkan sekali karena sebenarnya kanker

kolorektal ini merupakan jenis kanker yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup terutama

makanan. Ditengarai yang menjadi penyebab utama kenapa kanker tersebut mulai banyak

meyerang usia produktif di Indonesia adalah karena adanya pergeseran gaya hidup yang

terjadi saat ini. Dimana dengan meningkatnya tingkat pendapatan, maka orang semakin

konsumtif dalam mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan protein ataupun serba

instan. Menjamurnya restoran fast food di setiap tempat serta aktifitas fisik yang makin

berkurang juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. 4

Gambar 2. Insiden Kanker di IndonesiaSumber : http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image007.jpg. cited : 14 September 2012.

II.3. ETIOLOGI dan FAKTOR RISIKO

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan

faktor lingkungan. Kanker kolorektal yang sporadik muncul setelah melewati rentang masa 4 http://medicastore.com/2010/03/Kenali_Lebih_Dekat_Kanker_Kolorektal.html /.cited : 14 September 2012

9

Page 10: tumor kolorektal

yang lebih panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik

yang berkembang menjadi kanker. Kanker kolorektal tidak muncul secara mendadak

melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasikan pada mukosa kolon.5

Bebagai polip kolon dapat berdegenerasi maligna dan setiap polip kolon harus

dicurigai. Radang kronik kolon, seperti kolitis ulserosa atau kolitis amuba kronik, juga

berisiko tinggi. Faktor genetik kadang berperan walau jarang.

Tabel 1. Faktor Lingkungan yang Berperan pada Karsinogenesis Kanker Kolorektal

Probably related Konsumsi diet lemak tinggi

Konsumsi diet lemak rendah

Possibly related Karsinogen dan mutagen

Hasil metabolisme bakteri

Bir dan konsumsi alkohol

Diet rendah selenium

Probably protektif Konsumsi serat tinggi

Diet kalsium

Aspirin dan OAINS

Aktivitas fisik (BMI rendah)

Possibly protektif Sayuran hijau dan kuning

Makanan dengan karoten tinggi

5 Sudoyo, Aru W.dkk, loc.cit.

10

Page 11: tumor kolorektal

Vitamin C dan E

Selenium

Asam folat

Cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor

Hormone Replacement Therapy (estrogen)

Berikut adalah beberapa faktor resiko terkena kanker kolorektal :

1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia.

Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali

dalam sejarah keluarga ada yang terkena kanker kolon ini.

2. Polip.

Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan

dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker

kolon di kemudian hari.

3. Riwayat kanker.

11

Page 12: tumor kolorektal

Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker

kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah

mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara

memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal.

4. Faktor keturunan :

1. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.

2. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa

familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker

kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.

3. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis

Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun

dalam keluarga, atau sindroma Lynch

5. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.

6. Kebiasaan merokok.

Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolorektal

dibandingkan bukan perokok.

12

Page 13: tumor kolorektal

Gambar 3. Adenoma Carcinoma Sequences

Sumber : http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image007.jpg. cited : 14 September 2012

II.4. PATOLOGI

Secara makroskopik terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum. Yaitu tipe

polipoid atau vegetatif, tipe skirus, dan tipe ulceratif.

1. Tipe polipoid (vegetatif)

Tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan ditemukan

terutama di sekum dan colon ascendens.

Gambar 4. Adenomatous PolipSumber : http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image013.jpg. cited : 14 September 2012

13

Page 14: tumor kolorektal

2. Tipe skirus

Mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama

ditemukan di kolon desendens, sigmoid, dan rektum.

3. Tipe ulceratif

Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral terdapat di rektum. Pada

tahap lanjut sebagian karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna.

Gambar 5. Karsinoma kolorektal dan iskemia kolonSumber : Sumber : http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image013.jpg. cited : 14 September 2012

II.5. LETAK

Sekitar 70-75 % karsinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan sigmoid.

Keadaan ini sesuai dengan lokasi polip kolitis ulserosa dan kolitis amuba kronik.

Tabel 2. Letak keganasan kolorektal

LETAK PERSENTASE

Sekum dan kolon asendens 10%

Kolon transversum ,fleksura hepar dan lien 10%

Kolon desenden 5%

Rektosigmoid 75%

14

Page 15: tumor kolorektal

Gambar 6. Letak keganasan kolorektalSumber : http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image013.jpg. cited : 14 September 2012

II.6. STAGING/STADIUM KANKER KOLON

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, yaitu klasifikasi TNM

dan klasifikasi Dukes.

Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum berdasarkan gambaran histologik dibagi

menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi berdasarkan dalamnya infiltrasi

karsinoma di dinding usus.

A : Dalamnya infiltrasi terbatas di dinding usus

B : Dalamnya infiltrasi menembus lapisan muskularis mukosa

C : Metastasis kelenjar limfe

o C1 : beberapa kelenjar limf dekat tumor primer

o C2 : dalam kelenjar limf jauh

D : Metastasis jauh

15

Page 16: tumor kolorektal

Tabel 3. Klasifikasi karsinoma kolon dan rektum (Dukes)

Dukes Dalamnya infiltrasi Prognosis hidup setelah 5

tahun

A Terbatas di dinding usus 97%

B Menembus lapisan muskularis mukosa 80%

C

C1

C2

Metastasis kelenjar limf

Beberapa kelenjar limf dekat tumor primer

Dalam kelenjar limf jauh

65%

35%

D Metastasis jauh <5%

Tabel 4. Tingkat Penyebaran Limfogen

LOKASI TINGKAT

Pinggir kolon N1, N2

Pada arteri

a. Ileokolika

b. Kolika kanan

c. Kolika media

d. Kolika kiri

e. Sigmoidea

N2, N3

Pangkal arteri utama

a. Mesenterika superior

b. Mesenterika inferior

N3

16

Page 17: tumor kolorektal

Gambar 7. Staging Kanker kolorektal berdasarkan TNM

Sumber : http://www.detak.org/aboutcancer..com/images/.jpg. cited : 14 September 2012

Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)

Stadium T N M Duke

0 Tis N0 M0 -

I T1

T2

N0

N0

M0

M0

A

II A

II B

T3

T4

N0

N0

M0

M0

B

III A

III B

III C

T1-T2

T3-T4

Any T

N1

N1

N2

M0

M0

M0

C

IV Any T Any N M1 D

Keterangan T : Tumor primer

Tx :Tumor primer tidak  dapat di nilai

T0   : Tidak terbukti adanya tumor primer

17

Page 18: tumor kolorektal

Tis  : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada lamina propria

T1 : Tumor menyebar pada submukosa

T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria

T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa atau ke dalam  jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai peritoneal.

T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan perforasi            peritoneum viseral.

N      : Kelenjar getah bening regional/node

Nx    : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai

N0   : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening

N1    : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional

N2    : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening

M     : Metastasis

Mx   : Metastasis tidak dapat di nilai

M0   : Tidak terdapat metastasis

M1   : Terdapat metastasis

Metastasis

Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil

menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Di daerah rektum

penyebaran ke arah anal jarang melebihi dua sentimeter. Penyebaran perkontinuitatum

menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina,

atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium, dan paraaorta.

Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis

karsinomatosa dengan atau tanpa asites.6

6 Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran : EGC, 2006. Ed.2.p.658-659

18

Page 19: tumor kolorektal

Gambar 8. Staging Kanker kolorektal

Sumber : http://www.jarumsuntik.com/images/.jpg. cited : 14 September 2012

II.7. GEJALA

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum

keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu

barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran

yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya

makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi

tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

Gejala lokal :

Perubahan kebiasaan buang air

o Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)

19

Page 20: tumor kolorektal

o Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin  tapi sudah tidak bisa

keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah

ciri khas dari kanker kolorektal

o Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat

buang air besar

Feses bercampur lendir

Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya

perdarahan di saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat

sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh

mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul

darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau,

muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan

semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

Gejala umum :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di

semua jenis keganasan)

Hilangnya nafsu makan

20

Page 21: tumor kolorektal

Anemia, pasien tampak pucat

Sering merasa lelah

Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

Gejala metastasis:

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :

o Penderita tampak kuning

o Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

o Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan

peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

Tabel 5. Faktor yang menentukan gejala dan tanda

Kolon Kanan Kolon Kiri Rektum

Tipe tumor Vegetatif ulseratif Stenotik Infiltratif

Ulseratif

VegetatifKaliber viskus Besar Kecil/pipih Besar

Isi viskus Setengah cair Setengah padat Padat

Fungsi utama Absorbsi Pemyimpanan Defekasi

Tabel 6. Gambaran klinis karsinoma kolorektal lanjut

21

Page 22: tumor kolorektal

Kolon Kanan Kolon Kiri Rektum

Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis

Nyeri Karena penyusupan Karena obstruksi Tenesmi

Defekasi Diare/diare berkala Konstipasi progresif Tenesmi terus menerus

Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang

Darah pada feses Samar Samar/makroskopik Makroskopik

Feses Normal/diare Normal Perubahan bentuk

Dispepsi Sering Jarang Jarang

Memburuknya

keadaan umum

Hampir selalu Lambat Lambat

Anemia Hampir selalu Lambat Lambat

II.8. PEMERIKSAAN

Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba, menunjukkan

keadaan sudah lanjut. Massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada massa dibagian lain

kolon. Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan

rektosigmoidoskopi. Foto colon dengan barium merupakan kelengkapan dalam menegakkan

diagnosis. Biopsi dilakukan dengan endoskopi. 7

2.8.1. Pemeriksaan Penunjang

2.8.1.1. Biopsi

Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika

terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat

sitologi akan sangat berguna.

7 Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, op.cit.p.659.

22

Page 23: tumor kolorektal

2.8.1.2. Carcinoembrionik Antigen (CEA) Screening

CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke

dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status

kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu

insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal.

Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter.

Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit

dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan

faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada

monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.

Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini sering

diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum operasi sangat berguna

sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai

CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari metatase

karena sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA.

2.8.1.3. Tes Occult Blood

Phenol yang tidak berwarna di dalam guaic gum akan dirubah menjadi berwarna biru

oleh oksidasi. Reaksi ini menandakan adanya peroksidase katalis, oksidase menjadi sempurna

dengan adanya katalis, contohnya hemoglobin. Tetapi sayangnya terdapat berbagai katalis di

dalam diet. Seperti contohnya daging merah, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus

untuk menghindari hal ini. Tes ini akan mendeteksi 20 mg hb/gr feses. Tes imunofluorosensi

dari occult blood mengubah hb menjadi porphirin berfluorosensi, yang akan mendeteksi 5-10

23

Page 24: tumor kolorektal

mg hb/gr feses, Hasil false negatif dari tes ini sangat tinggi. Terdapat berbagai masalah yang

perlu dicermati dalam menggunakan tes occult blood untuk screening, karena semua sumber

perdarahan akan menghasilkan hasil positif. Kanker mungkin hanya akan berdarah secara

intermitten atau tidak berdarah sama sekali, dan akan menghasilkan tes yang false negatif.

Proses pengolahan, manipulasi diet, aspirin, jumlah tes, interval tes adalah faktor yang akan

mempengaruhi keakuratan dari tes occult blood tersebut. Efek langsung dari tes occult blood

dalam menurunkan mortalitas dari berbagai sebab masih belum jelas dan efikasi dari tes ini

sebagai screening kanker kolorektal masih memerlukan evaluasi lebih lanjut.

2.8.1.4. Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta

spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal

dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong

douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi

jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon

dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk

mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

2.8.1.5 Barium Enema

Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema,

yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Tehnik

ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya

sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi

kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang

mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan

24

Page 25: tumor kolorektal

menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan

perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan daripada barium enema. Barium

peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai

infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat

menunjukkan detail yang penting untuk menunjukkan lesi kecil pada mukosa kolon.

2.8.1.6. Endoskopi

Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien

mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.

2.8.1.7. Proktosigmoidoskopi

Pemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut angulasi dari

rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen. Pemeriksaan ini dapat

mendeteksi 20-25% dari kanker kolon. Rigid proctosigmoidoskopi aman dan efektif untuk

25

Page 26: tumor kolorektal

digunakan sebagai evaluasi seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 40 tahun jika

digunakan bersama sama dengan occult blood test.19

2.8.1.8. Flexible Sigmoidoskopi

Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai

bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari kanker kolon dapat terdeteksi

dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk

indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus,

seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur

50 tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang

asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon.

Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi

untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang berada di

distal kolon biasanya berhubungan dengan neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10%

pasien.

2.8.1.9. Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon

dan rectum (gambar 2.13). Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm.

Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan

ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih

baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Sebuah kolonoskopi

juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari

striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama

(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien.

26

Page 27: tumor kolorektal

Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari

inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal

bleeding, megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering

terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan

komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi

utama dari kolonoskopi diagnostik.

2.8.1.10. Imaging Tehnik

MRI, CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik imaging yang

digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi tehnik

ini bukan merupakan screening tes.

2.8.1.11. CT scan

CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif.

CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan

organ lainnya di pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada pasien

dengan nilai CEA yang meningkat setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan

mencapai 55%. CT scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena

sulitnya dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat

mengidentifikasi invasi tumor ke dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %, dan

mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening >1 cm pada 75% pasien. Penggunaan CT

dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastase pada hepar dan

daerah intraperitoneal.

27

Page 28: tumor kolorektal

2.8.1.12. MRI

MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering digunakan

pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT scan. Karena

sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan untuk

mengidentifikasikan metastasis ke hepar.

2.8.1.13. Endoskopi UltraSound (EUS)

EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi tumor,

terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT dan 60%

untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS untuk

melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor

seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan menentukan

pasien yang telah mendapatkan keuntungan dari preoperatif kemoradiasi. Transrektal biopsi

dari kelenjar limfa perirektal bisa dilakukan di bawah bimbingan EUS.

II.9. DIAGNOSIS

Diagnosis karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, colok dubur, dan rektosigmoidoskopi atau foto polos dengan kontras ganda.

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tiga tahun untuk usia di atas 45 tahun. Kepastian

diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi.

Pemeriksaan tambahan ditujukan pada jalan kemih untuk kemungkinan tekanan ureter

kiri, atau infiltrasi ke kandung kemih, serta paru dan hati untuk metastasis.8

8 Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, op.cit.p.660

28

Page 29: tumor kolorektal

II.10. DIAGNOSIS BANDING

Berbagai kelainan di rongga perut yang bergejala sama atau mirip dengan

karsinoma kolorektal adalah ulkus peptik, neoplasma lambung, kolesistitis, abses hati,

neoplasma hati, abses apendiks, massa periapendikuler, amuboma, divertikulitis, kolitis

ulserosa, enteritis regionalis, proktitis pasca radiasi, dan polip rektum.9

Tabel 7. Diagnosis pasti karsinoma kolorektal

Cara pemeriksaan Persentase

Colok dubur 40%

Rektosigmoidoskopi 75%

Foto colon dengan barium atau kontras ganda 90%

Kolonoskopi 100%

Tabel 8. Ringkasan diagnosis karsinoma kolorektal

Kolon kanan Anemia dan kelemahan

Darah samar di feses

Dispepsia

Perasaan kurang enak di perut kanan bawah

Massa perut kanan bawah

Foto Rontgen perut khas

Temuan koloskopi

Kolon kiri Perubahan pola defekasi

9 Sjamsuhidayat, loc.cit.

29

Page 30: tumor kolorektal

Darah di feses

Gejala dan tanda obstruksi

Foto Rontgen khas

Penemuan koloskopi

Rektum Perdarahan rektum

Darah di feses

Perubahan pola defekasi

Pasca defekasi perasaan tidak puas/penuh

Penemuan tumor pada colok dubur

Penemuan tumor rektosigmoidoskopi

II.11. TATA LAKSANA

2.11.1. Pembedahan

Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan

kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang

luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon

sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas

tumor. Pendekatan laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan

tehnik bedah terbuka pada beberapa randomized trial. Subtotal kolektomi dengan

ileoproktostomi dapat digunakan pada pasien kolon kanker yang potensial kurabel dan

dengan adenoma yang tersebar pada kolon atau pada pasien dengan riwayat keluarga

menderita kanker kolorektal. Eksisi tumor yang berada pada kolon kanan harus

mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika sebagaimana juga seluruh arteri ileokolika

dan arteri kolika kanan. Eksisi tumor pada hepatik flexure atau splenic flexure harus

30

Page 31: tumor kolorektal

mengikutsertakan seluruh arteri media kolika. Permanen kolostomi pada penderita kanker

yang berada pada rektal bagian bawah dan tengah harus dihindari dengan adanya tehnik

pembedahan terbaru secara stapling. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kanan

biasanya ditangani dengan reseksi primer dan anastomosis. Tumor yang menyebabkan

obstruksi pada kolon kiri dapat ditangani dengan dekompresi. Tumor yang menyebabkan

perforasi membutuhkan eksisi dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan

reanastomosis dan closure dari kolostomi.

Tindak Bedah Kuratif

Karsinoma sekum atau kolon asendens

Hemikolektomi kanan : terdiri dari reseksi bagian kolon yang didarahi oleh

a.ileokolika, a.ileokolika kanan, dan a.kolika media termasuk kelenjar limf, yaitu

kelenjar limf parakolik sampai dengan kelenjar limf di pangkal a.mesenterika

superior.

31

Page 32: tumor kolorektal

Karsinoma kolon transversum

Reseksi kolon transversum : kedua fleksura hepatika dan mesenterium daerah a.kolika

media termasuk kelenjar limf.

Karsinoma fleksura lienalis atau karsinoma kolon desendens

Hemikolektomi kiri : yang meliputi daerah a.kolika kiri dengan kelenjar limf sampai

dengan kelenjar limf di pangkal a.mesenterika inferior.

Karsinoma sigmiod

Reseksi sigmoid : dengan mesosigmoid termasuk kelenjar limf di pangkal

a.mesenterika inferior.

32

Page 33: tumor kolorektal

Karsinoma rektum

Reseksi abdominoperineal / reseksi anterior : dengan kelenjar panggul dan kelenjar

retroperitoneal. Menurut Quenu-Miles, rektum dan sigmoid dengan mesosigmoid

dilepaskan, termasuk kelenjar limf pararektum dan retroperitoneal sampai kelenjar

limf retroperitoneal. Kemudian melalui insisi perineal anus dieksisi dan dikeluarkan

seluruhnya dengan rektum melalui abdomen.

2.11.2. Terapi Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi

untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan

eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe

dan stadium dari kanker.

Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat

tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel

kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat

disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung

beberapa menit.

Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke

dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi disebut

radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor.

Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif

singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi

secara sementara menetap didalam tubuh.

33

Page 34: tumor kolorektal

2.11.3. Adjuvant Kemoterapi

Kanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen kemoterapi.

Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis

seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif

digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada

fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau dengan

kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian

secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut berhubungan dengan peningkatan survival

ketika diberikan post operatif kepada pasien tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU +

levamisole menurunkan rekurensi dari kanker hingga 39%, menurunkan kematian akibat

kanker hingga 32%.

2.11.3.1. Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium II

Pemakaian adjuvant kemoterapi untuk penderita kanker kolorektal stadium II masih

kontroversial. Peneliti dari National Surgical Adjuvant Breast Project (NSABP) menyarankan

penggunaan adjuvant terapi karena dapat menghasilkan keuntungan yang meskipun kecil

pada pasien stadium II kanker kolorektal pada beberapa penelitiannya. Sebaliknya sebuah

meta-analysis yang mengikutkan sekitar 1000 pasien menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna pada 5-years survival rate sebesar 2%, antara yang diberi perlakuan dan yang tidak

untuk semua pasien stage II.

2.11.3.2. Adjuvant Kemoterapi untuk Kanker Kolorektal Stadium III

Penggunaan 5-FU + levamisole atau 5-FU + leucovorin telah menurunkan insiden rekurensi

sebesar 41% pada sejumlah prospektif randomized trial. Terapi selama satu tahun dengan

menggunakan 5-FU + levamisole meningkatkan 5-year survival rate dari 50% menjadi 62%

34

Page 35: tumor kolorektal

dan menurunkan kematian sebesar 33%. Pada kebanyakan penelitian telah menunjukkan

bahwa 6 bulan terapi dengan menggunakan 5-FU + leucovorin telah terbukti efektif dan

sebagai konsekuensinya, standar regimen terapi untuk stage III kanker kolorektal adalah 5-

FU + leucovorin.

2.11.3.3. Adjuvant Kemoterapi Kanker Kolorektal Stadium Lanjut

Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker kolorektal dapat dilakukan

pembedahan. Pasien dengan kanker yang tidak dapat dilakukan penanganan kuratif, dapat

dilakukan penanganan pembedahan palliatif untuk mencegah obstruksi, perforasi, dan

perdarahan. Bagaimanapun juga pembedahan dapat tidak dilakukan jika tidak menunjukkan

gejala adanya metastase. Penggunaan stent kolon dan ablasi laser dari tumor intraluminal

cukup memadai untuk kebutuhan pembedahan walaupun pada kasus asymptomatik.

Radiasi terapi dapat digunakan sebagai tindakan primer sebagai modalitas penanganan untuk

tumor yang kecil dan bersifat mobile atau dengan kombinasi bersama sama kemoterapi

setelah reseksi dari tumor. Radiasi terapi pada dosis palliatif meredakan nyeri, obstruksi,

perdarahan dan tenesmus pada 80% kasus. Penggunaan hepatic arterial infusion dengan 5-FU

terlihat meningkatkan tingkat respon, tetapi penggunaan ini dapat mengakibatkan berbagai

masalah termasuk berpindahnya kateter, sklerosis biliaris dan gastrik ulserasi. Regimen

standar yang sering digunakan adalah kombinasi 5-FU dengan leucovorin, capecitabine (oral

5-FU prodrug), floxuridine (FUDR), irinotecan (cpt-11) dan oxaliplatin.

2.11.4. Penanganan Jangka Panjang

Terdapat beberapa kontroversi tentang frekuensi pemeriksaan follow up untuk rekurensi

tumor pada pasien yang telah ditangani dengan kanker kolon. Beberapa tenaga kesehatan

telah menggunakan pendekatan nihilistic (karena prognosis sangat jelek jika terdeteksi

35

Page 36: tumor kolorektal

adanya rekurensi dari kanker). Sekitar 70% rekurensi dari kanker terdeteksi dalam jangka

waktu 2 tahun, dan 90% terdeteksi dalam waktu 4 tahun. Pasien yang telah ditangani dari

kanker kolon mempunyai insiden yang tinggi dari metachronous kanker kolon. Deteksi dini

dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini dapat meningkatkan prognosa. Evaluasi

follow up termasuk pemeriksaan fisik, sigmoidoskopi, kolonoskopi, tes fungsi hati, CEA,

foto polos thorax, barium enema, liver scan, MRI, dan CT scan. Tingginya nilai CEA

preoperatif biasanya akan kembali normal antara 6 minggu setelah pembedahan.

1. Evaluasi klinik

Selama 5 tahun setelah tindakan pembedahan, target utama follow up adalah untuk

mendeteksi tumor primer baru. Beberapa pasien kanker kolorektal membentuk satu atau

beberapa tempat metastasis di hepar, paru-paru, atau tempat anastomosis dimana tumor

primer telah diangkat.

2. Rontgen

Foto rontgen terlihat sama baiknya bila dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi

rekurensi.

3. Kolonoskopi

Pasien yang mempunyai lesi obstruksi pada kolonnya harus melakukan kolonoskopi 3 sampai

6 bulan setelah pembedahan, untuk meyakinkan tidak adanya neoplasma yang tertinggal di

kolon. Tujuan dilakukannya endoskopi adalah untuk mendeteksi adanya metachronous

tumor, suture line rekurensi atau kolorektal adenoma. Jika obstruksi tidak ada maka

kolonoskopi dilakukan pada satu sampai tiga tahun setelah pembedahan, jika negatif maka

endoskopi dilakukan lagi dengan interval 2-3 tahun.

36

Page 37: tumor kolorektal

4. CEA

Meningkatnya nilai CEA menandakan diperlukannya pemeriksaaan lebih jauh untuk

mengidentifikasi tempat rekurensi, dan biasanya sangat membantu dalam mengidentifikasi

metastasis ke hepar. Jika dicurigai adanya metastasis ke pelvis, maka MRI lebih membantu

diagnosa daripada CT scan.

II.12. PENCEGAHAN

2.12.1. Endoskopi

Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan mengangkat polip dan

menurunkan insiden dari pada kanker kolorektal pada pasien yang menjalani kolonoskopi

polipektomi. Bagaimanapun juga belum ada penelitian prospektif randomized clinical trial

yang menunjukan bahwa sigmoidoskopi efektif untuk mencegah kematian akibat kanker

kolorektal, meskipun penelitian trial untuk tes ini sedang dalam proses. Adanya polip pada

rektosigmoid dihubungkan dengan polip yang berada diluar jangkauan sigmoidoskopi,

sehingga pemeriksaan kolonoskopi harus dilakukan.

2.12.2. Diet

Peningkatan dari diet serat menurunkan insiden dari kanker pada pasien yang mempunyai

diet tinggi lemak. Diet rendah lemak telah dijabarkan mempunyai efek proteksi yang lebih

baik daripada diet tanpa lemak. The National Research Council telah merekomendasikan pola

diet pada tahun 1982. Rekomendasi ini diantaranya : (a) menurunkan lemak total dari 40 ke

30% dari total kalori, (b) meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat, (c)

membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan dan diasapkan, (d) membatasi makanan yang

mengandung bahan pengawet, (e) mengurangi konsumsi alkohol.

37

Page 38: tumor kolorektal

2.12.3. Non Steroid Anti Inflammation Drug

Penelitian pada pasien familial poliposis dengan menggunakan NSAID sulindac dosis 150

mg secara signifikan menurunkan rata-rata jumlah dan diameter dari polip bila dibandingkan

dengan pasien yang diberi plasebo. Ukuran dan jumlah dari polip bagaimanapun juga tetap

meningkat tiga bulan setelah perlakuan dihentikan. Data lebih jauh menunjukkan bahwa

aspirin mengurangi formasi, ukuran dan jumlah dari polip; dan menurunkan insiden dari

kanker kolorektal, baik pada kanker kolorektal familial maupun non familial. Efek protektif

ini terlihat membutuhkan pemakaian aspirin yang berkelanjutan setidaknya 325 mg perhari

selama 1 tahun.

2.12.4. Hormon Replacement Therapy (HRT)

Penelitian oleh the Nurses Health Study yang melibatkan partisipan sebanyak 59.002 orang

wanita postmenopouse menunjukkan hubungan antara pemakaian HRT dengan kanker

kolorektal dan adenoma. Pemakaian HRT menunjukkan penurunan risiko untuk menderita

kanker kolorektal sebesar 40%, dan efek protektif dari HRT menghilang antara 5 tahun

setelah pemakaian HRT dihentikan.

2.13. PROGNOSIS

Stage merupakan faktor prognosis yang paling penting, 5-years survival rate ditunjukkan

pada tabel 2.8. Grade histologi secara signifikan mempengaruhi tingkat survival disamping

stadium. Pasien dengan well differentiated karsinoma (grade 1 dan 2) mempunyai 5-year

survival yang lebih baik dibandingkan dengan poor differentiated karsinoma (grade 3 dan 4).

38

Page 39: tumor kolorektal

Lokasi kanker terlihat sebagai faktor prognostik yang independen. Pada stage yang sama

pasien dengan tumor yang berada di rektum mempunyai prognosa yang lebih buruk bila

dibandingkan dengan tumor yang berada di kolon.

Dalam literatur lain dijelaskan bahwa prognosis kanker kolorektal tergantung dari ada

tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi klasifikasi tumor dan tingkat keganasan sel tumor.

Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup 5

tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran

kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai deferensiasi sel tumor buruk,

prognosisnya sangat buruk.10

Literatur lain menyebutkan Histologi merupakan suatu faktor penting dalam hal etiologi,

penanganan dan prognosis dari kanker. Secara mikroskopis kanker kolorektal mempunyai

derajat differensiasi yang berbeda-beda, tidak hanya dari tumor yang satu dengan tumor yang

lain tetapi juga dari area ke area pada tumor yang sama, mereka cenderung mempunyai

morfologi yang heterogen.

Pada penelitian mengenai gambaran histologi kanker kolorektal dari tahun 1998-2001 di

Amerika Serikat yang melibatkan 522.630 kasus kanker kolorektal. Didapatkan gambaran

histopatologis dari kanker kolorektal sebesar 96% berupa adenocarcinoma, 2% karsinoma

lainnya (termasuk karsinoid tumor), 0,4% epidermoid carcinoma, dan 0,08% berupa sarcoma.

Proporsi dari epidermoid carcinoma, mucinous carcinoma dan carcinoid tumor banyak

diketemukan pada wanita. Secara keseluruhan, didapatkan suatu pola hubungan antara tipe

histopatologis, derajat differensiasi dan stadium dari kanker kolorektal. Adenocarcinoma

sering ditemukan dengan derajat differensiasi sedang dan belum bermetastase pada saat

10 Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, op.cit.p.663

39

Page 40: tumor kolorektal

terdiagnosa, signet ring cell carcinoma banyak ditemukan dengan derajat differensiasi buruk

dan telah bermetastase jauh pada saat terdiagnosa, lain pula pada carcinoid tumor dan

sarcoma yang sering dengan derajat differensiasi buruk dan belum bermetastase pada saat

terdiagnosa, sedangkan small cell carcinoma tidak memiliki derajat differensiasi dan sering

sudah bermetastase jauh pada saat terdiagnosa.

Dari 201 kasus kanker kolorektal periode 1994-2003 di RS Kanker Dharmais (RSKD)

didapatkan bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah adenocarcinoma

[diferensiasi baik 48 (23,88%), sedang 78 (38,80%), buruk 45 (22,39%)], dan yang jarang

adalah musinosum 19 (9,45%) dan signet ring cell carcinoma 11 (5,47%). Jika dari hasil

penelitian di RSKD didapatkan bahwa frekuensi terbanyak adalah adenocarcinoma dengan

derajat differensiasi sedang (38,80%), maka lain halnya dengan penelitian yang dilakukan

oleh Soeripto et al di Jogjakarta pada tahun 2001 yang mendapati frekuensi derajat

differensiasi kanker kolorektal banyak didominasi oleh derajat differensiasi baik. Perbedaan

pola demografik dan klinis yang berhubungan dengan tipe histopatologis akan sangat

membantu untuk studi epidemiologi, laboratorium dan klinis di masa yang akan datang.

Tabel 9. MAC : Modified Astler Coller

40

Page 41: tumor kolorektal

Dan tumor yang berada pada kolon transversal dan kolon descendens mempunyai prognosis

yang lebih buruk bila dibandingkan dengan tumor yang berada pada kolon ascendens dan

kolon rektosigmoid. Pasien yang menderita obstruksi atau perforasi mempunyai prognosis

lebih buruk bila dibandingkan dengan pasien yang tanpa keadaan ini. Prognosis pasien yang

kehilangan allelic pada kromosom 18q secara signifikan lebih buruk daripada pasien yang

tidak kehilangan allelic pada kromosom 18q. Survival pasien dengan stage II(B) yang tidak

kehilangan allelic pada kromosom 18q sama dengan pasien stage I(A), tetapi jika terdapat

kehilangan allelic pada kromosom 18q maka tingkat survival sama dengan pasien stage

III(C). Pemeriksaan pada kromosom 18q ini telah terbukti sangat membantu dalam

menyeleksi pasien stage II(B) untuk adjuvant terapi atau pasien stage III(C) dengan prognosa

yang lebih baik untuk menghindarkan efek toksisitas dan pengeluaran biaya adjuvant terapi.

41

Page 42: tumor kolorektal

DAFTAR PUSTAKA

1. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. – Ed. 2.- Jakarta : EGC,

2005.p.658-664.

2. Sudoyo, Aru W.dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen

3. Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2 006, Ed.IV. vol.1.p.375-382.

4. Arief,dr. Mengenal-kanker-kolon. [online]. 2012. [cited : 114 September 2012]. Available

at : http://jarumsuntik.com/dr.arif/2008/09/15.

5. Crawler, Night. Kanker-kolorektal. [online]. 2012. [cited: 14 September 2012]. Available

at : http://usebrains.wordpress.com.

6. Seminar kesehatan. Mengenal-kanker-kolon. [online]. 2012. [cited : 14 September 2012].

Available at : www.medicastore.com.

42