16
Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut 1. Penuaan gigi Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi. Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia. EMAIL Erosi : Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri. Penyebab utama larutnya email gigi adlah makanan atu

Tutorial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mlmlmlml

Citation preview

Page 1: Tutorial

Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut

1. Penuaan gigi

Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis

akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami

diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi,

dan atrisi.

Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan

bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi

disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan

kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena

pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride

sejalan usia.

EMAIL

Erosi :  Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan

kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena

proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.

Penyebab utama larutnya email

gigi adlah makanan atu

minuman yang mengandung

asam, asam yang timbul akibat

gangguan pencernaan yaitu

hasil metabolisme sisa makanan

oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.

Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi

berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .

Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang

berkontak dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang

Page 2: Tutorial

tidak tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah

tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara

gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan

cengkeraman.

Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada

permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses

mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.

Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan

buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan

yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada

manula.

DENTIN

Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan

pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin

yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi

berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat

terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi.

Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit

ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada

dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada

dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan

Page 3: Tutorial

penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan

dentin yang lambat.

Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:

a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah

odontoblas.

b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan

tubulus dentin bengkok.

c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin

menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada

karies.

d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.

PULPA

a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.

b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.

c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut

sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran

kamar pulpa.

d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa

2. Penuaan Tulang Alveolar

Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah

pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris

tidak terdukung, wajah menjadi keriput dan juga terjadi resorpsi pada

caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak

membuka dan menutup mandibular.

Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih

panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang )

Page 4: Tutorial

menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral

tulang. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun.

Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya

tulang kortikal maupun tulang trebekular.

Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas

menyebabkan dasar sinus tipis. Dalam suatu kelompok orang berusia 65

tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan

tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda.

Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak

dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan

bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya

kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.

3. Penuaan Sementum

Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul

bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit

yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat

bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas

dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh

permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan

penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.

B. Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut

1. Pada Gingiva

a)   Epithelium Gingiva.

Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva

dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut

dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada

antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau

Page 5: Tutorial

keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran)

atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.

Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi

subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari

posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada

permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached

gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya

muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium

dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva

pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi

pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi.

Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun

dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada

periodonsium.

b)  Jaringan Ikat Gingiva.

Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan

pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada

kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble

collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat

rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang

disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.

c)  Ligamentum Periodontal.

Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua

(penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan

suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat

gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi

matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah

dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak

berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan

hilang.

Page 6: Tutorial

d)  Cementum.

Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya

bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi

karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi.

Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.

e)  Tulang Alveolar

Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan

adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara

spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal

yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen.

Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut

tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses

fisiologis menua.

2. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.

Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan

elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut

lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya

trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada

kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis

Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan

epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas

submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan

degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan

sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan

terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.

Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin

bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya

elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku.

Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel

epitel akan memburuk.

Page 7: Tutorial

Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat,

tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena

behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.

Karakteristik penuaan mukosa mulut :

- Terlihat pucat dan kering

- Hilangnya stippling

- Terjadinya Oedema

- Elastisitas jaringan berkurang

- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh

- Kemunduran lamina propria

- Epitel mengalami penipisan

- Keratinisasi berkurang

- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi

- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

GINGIVA

Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya

keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang

terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap

antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional

berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat

mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang.

Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel

Junction

Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan

oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak

oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan

gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva.

Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses

fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi

Page 8: Tutorial

atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang

terlalu keras).

LIDAH

Pada lidah, proses penuaan

akan berakibat berkurangnya tonus

lidahh. Hal ini disebabkan karena

serabut – serabut otot mulai digantikan

oleh jaringan kolagen dan lemak,

sehingga kekuatan dan kelenturan otot

menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada

lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak

berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang

sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.

Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap

pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang

dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah

biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah

besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

KELENJAR SALIVA

Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini

disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk

sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar

Page 9: Tutorial

saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu

proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan

xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan

mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain

itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan

terjadinya karies gigi.

MANDIBULA

Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang

alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang

tanpa gigi atau setelah pencabutan.

TULANG ALVEOLAR

Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah

pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak

terdukung sehingga wajah menjadi keriput.

Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang

akibat kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya :

perusakan tulang) sehingga terjadi

proses osteolisis dan peningkatan

vaskularisasi.

Akibat penuaan

mengakibatkan kontraksi otot

bertambah panjang saat menutup

mulut. Hal ini menyebabkan kerja

sendi lebih kompleks. Terjadi resorbsi

pada caput mandibula, membatasi

ruang gerak membuka danmenutup mandibula.Penuaan mengakibatkan

kehilangan kontak oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.

TMJ

Page 10: Tutorial

Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena

hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada

ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang

masih bergigi.  Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi

sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar

membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:

1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior

telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena

condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat

menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada

fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.

2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat

menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.

3. Penuaan mengakibatkan remodeling.

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi : 

- Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis

yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari

gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya).

- Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan

edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis

karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.

- Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.

Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung

menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu.

- Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan

ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi.

Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi

terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament

periodontal menurun.

Page 11: Tutorial

- Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga

kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif.

- Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementum