43
TUTORIAL BRONKIEKTASIS Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi Di RSUD Dr.R. Soedjati Purwodadi Oleh : Muhammad Zulkham Faza 01.210.6231 Syifa Dian Firmanita 01.210.6283

Tutorial Honey-Combed end.doc

  • Upload
    laksita

  • View
    248

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TUTORIALBRONKIEKTASISUntuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu

Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi

Di RSUD Dr.R. Soedjati Purwodadi

Oleh :

Muhammad Zulkham Faza01.210.6231Syifa Dian Firmanita01.210.6283KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

RSUD DR. R. SOEDJATI PURWODADIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG2015LEMBAR PENGESAHAN

TUTORIAL BRONKIEKTASISDiajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Muhammad Zulkham Faza01.210.6231Syifa Dian Firmanita 01.210.6283Judul : Bronkiektasis Bagian : Ilmu Radiologi

Fakultas: Kedokteran UNISSULA

Pembimbing : dr. Rona Yulia, Sp. Rad

Telah diajukan dan disahkan

Semarang, April 2015Pembimbing,

dr. Rona Yulia, Sp. Rad

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI

iii

BABIPENDAHULUAN

1

BABIITINJAUAN PUSTAKA

3

2.1. Anatomi Pulmo

32.2. Definisi Bronkiektasis

52.3. Etiologi

5 2.4. Patofisiologi

62.5. Manifestasi Klinis

72.6.Diagnosa

82.7.Diagnosa Banding

122.8.Penatalaksanaan

132.9.Komplikasi

132.10.Prognosis

132.11.Pencegahan 14BABIIILAPORAN KASUS

153.1. Identitas

153.2. Anamnesis

153.3. Pemeriksaan Penunjang

19BABIVPEMBAHASAN

21BABVKESIMPULAN

24DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUANBronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan sering dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah. Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara-negara Barat, insidensi bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidensi bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi perlu diingat bahwa insidensi ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan kelainan kongenital.

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan diklinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital.

Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1,01%) pasien rawat inap.Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruksi kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran nafas dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.

Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai : proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik atau penyakit sinopulmoner dan asma.

Bronkiektasis merupakan akibat dari patologis yang berlagsung luas dan lama, termasuk kelainan struktur bronkus (Definisi kartilago pada William Cambell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosiskistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (kolitis ulceratif). Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan remodelling jalan nafas.

Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernafasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah di bawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus.

Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang bersifat kronik, seperti batuk tiap hari, produksi sputum yang kental dan penemuan radiografi seperti penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen yang terlihat pada CT Scan.1BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1.Anatomi Pulmo

Gambar di bawah ini menunjukkan anatomi dari sistem respirasi.

Gambar 2.1. Anatomi Bronkus. Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berlangsung terus menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Brokiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas terjadi.Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari paru-paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobus primer memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Khon yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan seluas lapangan tennis.

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin, kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus. Definisi surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi yang berujung pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.9Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra dan bronchus sinistra. Bronkus Dextra mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya 2,5 cm dan masuk ke dalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena zygos melengkung disebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah inferior, kemudian beradadi sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobuss uperior, lobus medius, dan lobus inferior.

Bronkus sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae, menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis. Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terhadapat lymponodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal) terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior. Bronkus memperoleh vascularisasi dari a. Thyroidea inferior. Innervasinya berasal dari n. Vagus, n. Recurrens, dan truncus sympathicus.2.2.Definisi Bronkiektasis Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologik dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya bronkus ukuran sedang, sedangkan bronkus besar umumnya jarang. Berdasarkan lokasinya, bronkiektasis dibagi menjadi:a. Setempat (localized) yaitu di lobus bawah, lobus tengah kanan atau lingula, biasanya sebagai komplikasidari pneumonia berat, dapatjugakarenapenyumbatan oleh benda asing, tumor atau penekanan dari luar (kompresi oleh tuberkulosis kelenjar limfa). Bronkiektasis di lobus atas biasanya disebabkan oleh tuberkulosis atauaspergilosis bronkopulmonar.

b. Menyeluruh(generalized),biasanya karena infeksi saluran pernapasan yang berulang disertai kelainan imunitas ataupun kelainan mucocilliary clearance. Penyebab lainnya adalah vaskulitis, defisiensi -1-antitripsin, AIDS, sindrom merfan, SLE, sindrom syorgen dan sarkoidosis.2.3.EtiologiPenyebab bronkiektasis sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. a. Kelainan Kongenital berupa faktor genetik atau pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan penting. Bronkiektasis karena kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakit-penyakit kongenital seperti fibrosis kistik, Kertagener Syndrome, William Campbell Syndrome, Mounier-Kuhn Syndrome dan lain-lain.b. Kelainan Didapat

Infeksi. Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia merupakan komplikasipertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya. Aspergillosis bronkopulmonalis alergi dapat menyebabkan bronkiektasis karena invasi jamur pada saluran napas yang kemudian merusak saluran napas. Obstruksi Bronkus. Obstruksi bronkus dapat disebebakan oleh berbagai macam sebab seperti korpus alienum, karsionoma bronkus atau tekanan dari luar lainnyaterhadapbronkus. Menurut penelitian para ahli diketahui bahwa infeksi ataupun obstruksibronkus tidak selalu nyata (automatis)menimbulkan bronkiektasis.2.4. PatofisiologiBelumdiketahuisecarasempurna,tetapi nampaknya yang menjadi penyebab utama adalah peradangan yang disertai destruksi otot, jaringan elastik dan tulang rawan dinding bronkus, oleh mukus yang terinfeksi yang kontak lama dan erat dengan dindingbronkus. Mukus mengandung produk-produk neutrofil yang bisa merusak jaringan paru (protease serin, elastase, kolagenase), oksida nitrit, sitokin inflamasi (IL8) dan substansi yang menghambat gerakan silia dan mucociliary clearance. Terjadi mukokel yang terinfeksi setelah dilatasi mekanik bronkus yang telah lunak oleh pengaruh proteolitik. Produk inflamasi yang pertama akan diikutioleh kolonisasibakteriyang akanmenyebabkankerusakan bronkus lebih lanjut dan predisposisi untuk kolonisasi lagi dan ini merupakan lingkaran yang tidak terputus. Pada akhirnya terjadi fibrosis dinding bronkus dan jaringan paru sekitarnya menyebabkan penarikan dinding bronkus yang sudah lemah sehingga terjadi distorsi.

Gambar 2.1. Perbandingan bronkus normal dengan bronkus pada bronkiektasis

2.5.Manifestasi Klinis

Manifestasiklasikdaribronkiektasisadalahbatukdan produksi sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan napas dengan infeksi akut.

Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk membagi karakteristik berat-ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml per hari digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150 ml per hari digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang diklasifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibandingkan dengan penyebab bronkiektasis lainnya. Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Homoptisis mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri bronkial. hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan. Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya. Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan napas yang diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma. Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien pada sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasis yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada jalan napas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan penurunan berat badan. Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.

2.6.Diagnosis

a.Pemeriksaan Fisik

Ditemukannya suara napas tambahan pada pemeriksaan fisik dada termasuk crackles (70%), wheezing (34%) dan ronki (44%) adalah petunjuk untuk diagnosis. Dahulu, clubbing finger adalah gambaran yang sering ditemukan tapi saat ini prevalensi gambaran tersebut hanya 3%. Penyakit utama yang mengaburkan bronkiektasis adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

b.Pemeriksaan Penunjang

-Spirometri

Pada spirometri sering menunjukkan keterbatasan aliran udara dengan rasio penurunan volume ekspirasipaksadalamsatu detik (FEV1) untuk memaksa volume kapasitas paksa (FVC). FVC normal atau sedikit berkurang dan FEV1 menurun. Penurunan FVC menunjukkan bahwa saluran udara tertutup oleh lendir, di mana saluran napas kolaps saat ekspirasi paksa atau adanya pneumonitis pada paru. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Gambaran Makroskopis. Pada gambaran makroskopis paru bronkiektasis tampak dilatasi permanen dari jalan napas subsegmental yang mengalami inflamasi, berliku-liku dan sebagian atau sepenuhnya dipenuhi mukus. Klasifikasi menurut Reid (atasdasar hubungan patologi dan bronkografi) :a. Bronkiektasistabung. Variasi ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentukini sering ditemukan padabronkiektasis yang menyertai bronkitis kronikb. Bronkiektasis sakuler. Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.c. Bronkiektasis varicose. Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises pembuluh venaGambaran Mikroskopis. Pada gambaran mikroskopik seluruh lapang pandang tampak inflamasi kronik pada dinding bronkus dengan sel inflamasi dan mucus di dalam lumen. Terdapat destruksi pada lapisan elastin pada dinding bronkus dengan fibrosis. Netrofil merupakan populasi sel terbanyakdalam lumen bronkus, sedangkan sel yang terbanyak pada dinding bronkus adalah mononuklear.-Pemeriksaan Radiologi1. Foto Thorak

Dengan pemeriksaan foto thorak, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan gambaran seperti dibawah ini :

a. Ring Shadow

Gambar kanan. Tampak Ring Shadow yang pada bagian bawah paru yang menandakan adanya dilatasi bonkus Gambar kiri. Tampak dilatasi bronkus yang ditunjukkan oleh anak panah Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat mencapai diameter 1 cm) dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk gambaran honey comb appearance atau bounches of grapes. Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan yang terjadi pada bronkus.

b. Tramline Shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini terlihat terdiri dari dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus.c. Tubular Shadow

.Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm. Gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis.d. Glove Finger Shadow

Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang terlihat seperti jari-jari pada sarung tangan.2. Bronkografi

Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler (kistik) dan varikosis. Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita bronkiektasi yang akan dilakukan pembedahan pengangkatan untuk menentukan luasnya paru yang mengalami bronkiektasis yang akan diangkat. Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena prosedurnya yang kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan gangguan ventilasi, alergi dan reaksi tubuh terhadap kontras media.3. CT-Scan Thorak

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklasifikasi temuan dari foto thorak dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorak. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas sebesar 97% dan spesifitas sebesar 93%. CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan.2.7.Diagnosis BandingBeberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan jika berhadapan dengan bronkiektasis yaitu Bronkitis kronik, tuberkulosis paru, abses paru, penyakit paru penyebab hemoptisis, misalnya karsinoma paru, adenoma paru.2.8.Penatalaksanaan1. Pengobatan konservatif

a. Pengelolaan umum meliputi,

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien. Memperbaiki drainase secret bronkus . Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian anti biotic

b. Pengelolaan khusus

Kemoterapi pada bronkiektasis

Drainase secret dengan bronkoskopi

c. Pengobatan simptomatik

Pengobatan obstruksi bronkus , misalnya dengan obat bronkodilator.

Pengobatan hipoksia dengan pemberian oksigen.

Pengobatan hemoptisis misalnya dengan obat- obat hemostatik.

Pengobatan demam dengan pemberian antipiretik dan antibiotik.

2. Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau lobus yang terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis terbatas dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat , selain itu juga pada pasien bronkiektasis terbatas , tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.2.9.Komplikasi

a.Kegagalan pernapasan

b.Abses otak sebagai akibat dari penyebaran infeksi secara hematogen.c.Kor pulmonal kronik (KPK) 2.10.Prognosisa. Kelangsungan Hidup. Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis danlain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan.b. Kelangsungan Organ. Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan ukuran sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan muskular dan elastik dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan daerah peri bronchial. Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah fibrosis terutama pada daerah peribronkial.2.11.Pencegahan

Timbulnya bronkiektasis sebenarnya dapat dicegah kecuali pada bentuk kongenital. Beberapa usaha untuk mencegah bronkiektasis antara lain :

a. Pengobatan dengan antibiotika dan terapi suportif lainnya secara tepat tehadap semua bentuk pneumonia.b. Tindakan vaksinasi pertusis, influenza dan pneumonia pada anak.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas

Nama : Tn. MUsia : 60 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAlamat : Limberejo 6/2 Dempel, Karangrayung, GroboganAgama : Islam

Pekerjaan : PetaniStatus : MenikahSuku bangsa : Jawa (WNI)

Ruangan: Flamboyan 2Masuk RS : 25/3/20153.2. Anamnesis

Keluhan utama : Batuk berdahak Riwayat Penyakit Sekarang

Onset : 2 minggu SMRS Kualitas: Batuk berdahak berlangsung terus menerus setiap hari. Dahak susah keluar dan apabila dapat keluar dahaknya sedikit dan berwarna kuning kental. Kuantitas: Keluhan batuk mengganggu aktivitas sehingga pasien tidak dapat bekerja dan hanya istirahat. Faktor memperberat : setelah beraktivitas Faktor memperingan : bila minum obat batuk yang dibeli di warung

Gejala penyerta : sesak dan nyeri dada saat batuk, badan terasa lemas. Kronologi : 2 minggu SMRS pasien mengeluh batuk yang berlangsung terus menerus setiap hari. Awalnya batuk tidak berdahak, namun beberapa hari kemudian batuk berubah menjadi batuk berdahak dan dahak berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluh bahwa frekuensi batuk menjadi lebih sering disertai sesak dan nyeri dada saat batuk. Pasien sempat membeli obat batuk di warung dan memeriksakan keluhannya ke dokter umum, namun tidak ada perbaikan. Karena keluhan batuk dan nyeri dada semakin memberat akhirnya oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD R. Soedjati Purwodadi Riwayat penyakit dahulu :Riwayat sakit serupa

: disangkalRiwayat batuk lama:diakui (5 tahun terakhir sering batuk berulangRiwayat Hipertensi: disangkalRiwayat Diabetes Mellitus: disangkal Riwayat penyakit keluarga :Riwayat sakit serupa: disangkal

Riwayat batuk lama/TBC: disangkal

Riwayat Hipertensi: disangkalRiwayat Diabetes Mellitus: disangkal

Riwayat psikososial ekonomi

Pasien adalah seorang petani dengan seorang istri sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan di tanggung BPJS JKN PBI.

Kesan ekonomi : cukup.

Riwayat PribadiPasien merupakan seorang perokok yang mengkonsumsi rokok 1 2 bungkus perhari selama 10 tahun.3.3. Pemeriksaan Fisik

a. Umum

: tampak sakit sedang b. Kulit

: gatal (-), luka (-), sikatrik (-), ptechie (-) c. Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pandangan kabur ( -) d. Telinga : discharge (-)e. Hidung

: mimisan (-), sekret (-),

f. Mulut

: bibir kering dan berdarah(-), sariawan(-), gusi berdarah(-)g. Tenggorokan : nyeri telan (-)

h. Dada

: sesak (+),batuk (+), nyeri dada (+) i. S. Pencernaan : Makan (+), minum (+), mual (-),muntah (-), BAB (+), BAK (+)

j. S. Neuro dan Muskuloskletal : paresis/lemah (-), nyeri sendi (-), pusing (-),k. Ekstremitas : akral dingin (-), oedem (-), ptekie (-) Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Kesan Umum: Tampak lemas

Kesadaran : compos mentis Status Gizi: BMI= BB(kg)/TB(m) = 55/1,65 = 19,83 (normoweight)

Tanda- tanda vitalTekanan darah: 120/80 mmHgNadi : 88x/menit, Frekuensi nafas: 24 x/menitSuhu

: 36,7CThorax-CorInspeksi

Iktus cordis tak tampak Palpasi

Ictus cordis teraba pada ICS V, 2 cm medial dari linea mid clavicula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-) Perkusi

Batas atas

: ICS 2 linea sternalis sinistra

Pinggang

: ICS 3 linea parasternal sinistra

Batas kanan bawah: ICS 5 linea sternalis dextra

Batas kiri bawah

: ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula sinistraAuskultasi

Katup Aorta: S1 & S2 standart, additional sound (-), AIM2Thorax Pulmo

ANTERIORPOSTERIOR

Inspeksi

StatisHyperpigmentasi (-), tumor (-), inflamasi (-),spider nevi(-), Hemithorax D=S, ICS Normal, Diameter AP < LL, Hyperpigmentasi (-), tumor (-), inflamasi (-),spider nevi(-), Hemithorax D=S, ICS Normal, Diameter AP < LL,

DinamisPergerakan hemitorax D=S, abdominothorakal breathing (-), Retraksi otot (-), retraksi ICS (-)RR= 18X/menit Pergerakan hemitorax D=S, abdominothorakal breathing (-), Retraksi otot (-), retraksi ICS (-)RR=18x/menit

Palpasi

Nyeri(-), tumor (-), Arcus costae < 900, Pelebaran ICS (-), Stem fremitus D=S Nyeri(-), tumor (-), Arcus costae < 900, Pelebaran ICS (-), Stem fremitus D=S

Perkusi

SonorSonor

Auskultasi

Rhonki (-), Wheezing (-), Vesikuler (+)Rhonki (+), Wheezing (-), Vesikuler (+)

AbdomenInspeksi

Simetris, sikatrik (-), striae (-), skuama(-), pelebaran vena (-), hyperpigmen-tasi (-), spider nevi (-) Auskultasi

Peristaltik (+) Normal (12 x/ menit) Perkusi

Dominan timpani

Hepar

: pekak (+), liver span dextra 9 cm, liver span sinistra 5 cmLien

: area trobe (+)(timpani

Tes Ascites : pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-)

Palpasi

Superficial: massa (-), nyeri tekan (-) Dalam

: Perabaan hepar, lien, dan ren normal,tidak teraba nodul Nyeri ketok ginjal : (-/-)

Ekstremitas

EkstremitySuperiorInferior

Kekuatan5/55/5

Oedem -/--/-

Pitting oedem -/--/-

Sianosis-/--/-

Akral dingin-/--/-

Capillary refill < 2< 2

Clubbing finger -/--/-

3.3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tanggal 25 Maret 2015

HematologiHb:11,9 gr/dl

Leukosit:5.800 / mm3

LED I/II: 42/72 mm3

Trombosit:234.000 / mm3

Eritrosit:4.110.000/mm3Hitung Jenis LeukositSegmen :89 %

Limfosit: 12%Monosit:5 %Kimia Klinik

GDS:121 mg/dl

X Foto Thorax PA

Interpretasi : Soft tissue : dalam batas normal Tak tampak diskontinuitas tulang COR=CTR > 50%,

Ellongasi Aorta Pulmo= Tak tampak bercak kesuraman

Corakan bronkovaskuler kasar, tampak honey combed appareance di basal paru sinistra Sudut costophrenicus dextra dan sinistra dalam batas normal Diafragma dextra dan sinistra dalam batas normal Kesan :Cardiomegali

BronkiektasisBAB IV

PEMBAHASAN

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologik dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Kelainan bronkus disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya bronkus ukuran sedang, sedangkan bronkus besar umumnya jarang.Belumdiketahuisecarasempurna,tetapi nampaknya yang menjadi penyebab utama adalah peradangan yang disertai destruksi otot, jaringan elastik dan tulang rawan dinding bronkus, oleh mukus yang terinfeksi yang kontak lama dan erat dengan dindingbronkus. Mukus mengandung produk-produk neutrofil yang bisa merusak jaringan paru (protease serin, elastase, kolagenase), oksida nitrit, sitokin inflamasi (IL8) dan substansi yang menghambat gerakan silia dan mucociliary clearance. Terjadi mukokel yang terinfeksi setelah dilatasi mekanik bronkus yang telah lunak oleh pengaruh proteolitik. Produk inflamasi yang pertama akan diikutioleh kolonisasibakteriyang akanmenyebabkankerusakan bronkus lebih lanjut dan predisposisi untuk kolonisasi lagi dan ini merupakan lingkaran yang tidak terputus. Pada akhirnya terjadi fibrosis dinding bronkus dan jaringan paru sekitarnya menyebabkan penarikan dinding bronkus yang sudah lemah sehingga terjadi distorsi. Pada kasus ini seorang laki-laki 2 minggu SMRS pasien mengeluh batuk yang berlangsung terus menerus setiap hari. Awalnya batuk tidak berdahak, namun beberapa hari kemudian batuk berubah menjadi batuk berdahak dan dahak berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluh bahwa frekuensi batuk menjadi lebih sering disertai sesak dan nyeri dada saat batuk. Pasien sempat membeli obat batuk di warung dan memeriksakan keluhannya ke dokter umum, namun tidak ada perbaikan. Karena keluhan batuk dan nyeri dada semakin memberat akhirnya oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD R. Soedjati Purwodadi.

Berdasarkan riwayat dan keluhan pasien maka dilakukan pemeriksaan foto rontgen thorak untuk mengetahui penyebab pasti nyeri dada saat batuk. Pada pemeriksaan foto thorak didapatkan gambaran soft tissue : dalam batas normal, tak tampak diskontinuitas tulang, CTR >50%, ellongasi aorta, pulmo tak tampak bercak kesuraman, corakan bronkovaskuler kasar, tampak honey combed appareance di basal paru sinistra, sudut costophrenicus dextra dan sinistra dalam batas normal, diafragma dextra dan sinistra dalam batas normal. Kesan Cardiomegali dan Bronkiektasis.

Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan foto rontgen thorak didapatkan kesesuaian antara timbulnya nyeri dada saat batuk dan batuk berdahak, hal tersebut dikarenakan terdapatnya bronkiektasis. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bronkiektasis setempat (localized) dapat mengenai di lobus bawah, lobus tengah kanan atau lingula, biasanya sebagai komplikasidari pneumonia berat, dapatjugakarenapenyumbatan oleh benda asing, tumor atau penekanan dari luar (kompresi oleh tuberkulosis kelenjar limfa). Bronkiektasis di lobus atas biasanya disebabkan oleh tuberkulosis atauaspergilosis bronkopulmonar. Obstruksi bronkus dapat disebebakan oleh berbagai macam sebab seperti korpus alienum, karsionoma bronkus atau tekanan dari luar lainnyaterhadapbronkus. Menurut penelitian para ahli diketahui bahwa infeksi ataupun obstruksibronkus tidak selalu nyata (automatis)menimbulkan bronkiektasis. Bronkiektasis terjadi peradangan yang disertai destruksi otot, jaringan elastik dan tulang rawan dinding bronkus, oleh mukus yang terinfeksi yang kontak lama dan erat dengan dindingbronkus. Mukus mengandung produk-produk neutrofil yang bisa merusak jaringan paru (protease serin, elastase, kolagenase), oksida nitrit, sitokin inflamasi (IL8) dan substansi yang menghambat gerakan silia dan mucociliary clearance. Terjadi mukokel yang terinfeksi setelah dilatasi mekanik bronkus yang telah lunak oleh pengaruh proteolitik. Produk inflamasi yang pertama akan diikutioleh kolonisasibakteriyang akanmenyebabkankerusakan bronkus lebih lanjut dan predisposisi untuk kolonisasi lagi dan ini merupakan lingkaran yang tidak terputus. Pada akhirnya terjadi fibrosis dinding bronkus dan jaringan paru sekitarnya menyebabkan penarikan dinding bronkus yang sudah lemah sehingga terjadi distorsi.BAB V

KESIMPULAN

Bronkiektasis biasanya terjadi akibat dari patologis yang berlagsung luas dan lama, termasuk kelainan struktur bronkus (Definisi kartilago pada William Cambell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosiskistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (kolitis ulceratif). Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan remodelling jalan nafas. Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang bersifat kronik, seperti batuk tiap hari, produksi sputum yang kental dan penemuan radiografi seperti penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen yang terlihat pada CT Scan. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien adanya riwayat batu lama dan berulang, dan adanya riwayat merokok.Diagnosis bronkiektasis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu foto thoraks. Dengan pemeriksaan foto thorak, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan gambaran ring shadow, tramline shadow, tubular shadow, finger glove shadow. Pada bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi.Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis. Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan. Dan CT-Scan thorak dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklasifikasi temuan dari foto thorak dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorak. Pada Kasus ini pemeriksaan yang dilakukan adalah foto rontgen thorak untuk mengetahui penyebab pasti batuk lama dan berulang. Pada pemeriksaan foto rontgen thorak didapatkan gambaran gambaran soft tissue : dalam batas normal, tak tampak diskontinuitas tulang, CTR >50%, ellongasi aorta, pulmo tak tampak bercak kesuraman, corakan bronkovaskuler kasar, tampak honey combed appareance di basal paru sinistra, sudut costophrenicus dextra dan sinistra dalam batas normal, diafragma dextra dan sinistra dalam batas normal. Kesan Cardiomegali dan Bronkiektasis.

Pada kasus ini pemeriksaan yang dilakukan adalah berupa pemeriksaan foto rontgen thorak. Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang bersifat kronik, seperti batuk tiap hari, produksi sputum yang kental dan penemuan radiografi seperti honey combed appereance pada foto rontgen thorak.DAFTAR PUSTAKA1. Rahmatullah, P. Bronkiektasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta . 2001.2. Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. www.merck.com3. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press. Surabaya. 2006.

4. Emmons EE. Bronchiectasis. Available at : www.emedicine.com5. Hassan I. Bronchiectasis. Available at : www.emedicine.com6. JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius. Bagian Anatomi FKUH. Makassar. 2004.

7. A Lan F. B Arker , M.D., BRONCHIECTASIS, N Engl J Med, Vol. 346, No. 18 May 2, 2002.

8. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740

iii