Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    1/87

    Adhe Dhani Nuraini

    Rimandika A.A.

    Alhaidi

    Diyah Herawati

    Fakultas KedokteranUniversitas Islam Sultan Agung

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    2/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    3/87

    Hidung

    Hidung luar : tl + tl rawan

    Hidung dlm : - Nares anterior

    Post

    Koana- Ddg lateral : Konka inf or Meatus

    Konka media Meatus

    Konka Superior Meatus

    Konka Suprema (Rudimenter)

    - Septum nasi : -tl-tl rawan

    - Meatus sup or : muara sinus etmoidalis posterior

    - Meatus media : - Sinus etmoidalis anterior

    - Sinus frontalis

    - Sinus maksila

    - Meatus inferior : duktus nasolakrimal

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    4/87

    Os.Nasal

    Procc.Frontalis Os.Maksila

    Procc. Nasalis Os.FrontalTulang

    Cartilago nasi lateralis

    Cartilago alaris mayor

    Cartilago alaris minor

    Cartilago Septi nasi

    Tulang

    rawan

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    5/87

    Otot-otot ala nasi terdiri dari

    dua kelompok yaitu :

    1. Kelompok dilator :

    m. dilator nares ( anterior

    dan posterior ) m. proserus

    kaput angulare m.

    kuadratus labii superior

    2. Kelompok konstriktor :

    m. nasalis

    m. depresor septi

    m. Levator labii sup

    (m. Quadratus lab.sup)

    Pars alaris m. Nasalis

    (m. Dilator nares)

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    6/87

    Dimulai dari nares anterior nares

    posterior (choanae)

    Batas batas cavum nasi :

    -Superior : sinus frontalis, sinus sphenoidales, Fossa cranii anterior,

    Fossa cranii media

    -Inferior : cavitas oris dipisahkan oleh os.Palatum

    -Posterior : berhubungan dengan nasopharinx melalui choanae

    -Lateral belakang : orbita, sinus maksillaris, sinus ethmoidalis, fossa

    pterygopalatina, fossa pterygoidea

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    7/87

    Cavitas nasi dilapisi oleh membran mukosa kecuali

    daerah vestibulum nasi

    Membran mukosa ini berkesinambungan dengan

    membran mukosa yang melapisi nasopharinx

    disebelah posterior , sinus paranasales di sebelahsuperior dan lateral dan saccus lacrimalis dan

    conjunctiva sebelah superior

    Tiap kavum nasi mempunyai 4 dinding, cavum nasi

    kanan dan kiri dipisahkan oleh septum nasi.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    8/87

    Atap : os.nasal, os.frontale lamina cribosa,os.ethmoidale, corpus os.sphenoidale

    Dasar : Procc.palatinus os.Maxilla (depan),

    lamina horizontalis os.palatinum (belakang)

    Medial : Septum nasi (Cartilago septi nasi,

    lamina perpendicularis os.ethmoidale, vomer)

    Lateral : dibentuk oleh os.nasale, os.maxilla,

    os.lacrimale, os.ethmoidale, terdapat 4 buah

    conchae

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    9/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    10/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    11/87

    Concha nasalis suprema

    Concha nasalis superior

    Concha nasalis media

    Concha nasalis inferior

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    12/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    13/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    14/87

    Sinus frontalis

    Sinus maksilaris

    Sinus ethmoidalis

    anterior

    Meatus nasimedia

    Sinus ethmoidalisposterior

    Sinus sphenoidalis

    Meatus nasisuperior

    DuctusNasolacrimalis

    Meatus nasi

    inferior

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    15/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    16/87

    Vestibulum Nasi

    ruangan yang melebar di belakang nares. Disebelah

    superior dibatasi oleh rigi yang disebut limen nasi.

    Vestibulum nasi dilapisi oleh kulit yang mengandung

    rambut (vibrise), glandula sebacea dan glandula

    sudorifera.

    Regio Respiratoria

    2/3 inferior membran mukosa hidung, dilapisi oleh

    cilliated pseudostratified collumner epithelium dan

    diantaranya terdapat sel sel goblet.

    Regio Olfactoria

    1/3 superior membran mukosa hidung. Dilapisi oleh

    pseudostratified collumner non cilliated epithelium.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    17/87

    Bagian atas : a. ethmoidales

    anterior

    a. ethmoidalesposterior

    Bagian bawah : a. palatina mayor

    a.sfenopalatina

    Bagian depan : cabang a. fasialis

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    18/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    19/87

    Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-

    cabang a.sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior

    dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach(Littles area) yang letaknya superfisial dan mudah cedera

    oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis

    (anterior). Perdarahan biasanya ringan karena keadaan mukosa

    yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung. Dapat berulang

    dan perdarahan berhenti sendiri.

    Epistaksis posterior berasal dari a. ethmoidalis posterior atau

    a.sfenopalatina AREA WOODRUFF. Perdarahan biasanya lebih

    hebat, dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien

    dengan hipertensi, arteriosklerosis, atau dengan penyakit

    kardiovaskuler.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    20/87

    Vena vena di hidung mempunyai nama yang

    sama dan berjalan bersama arterinya. Vena

    di vestibulum dan struktur luar hidung

    bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan

    dengan sinus cavernosus. Vena vena

    dihidung tidak memiliki katub, sehingga

    merupakan faktor predisposisi untuk

    mudahnya penyebaran infeksi sampai ke

    intrakranial.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    21/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    22/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    23/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    24/87

    Struktur :

    t.d : - Sel syaraf olfaktoria bipolar

    - Sel penyokong sustentakuler

    - sel basal

    Letak di atas 1/3 dari bag atas concha sup or

    Mukosa : epith kolumner semu berlapis bersilia

    Sub mukosa : Kel mukus glycoprotein

    Kel seromukusKel serous

    Lisosim, endopeptidase,lg A

    Membunuh kuman

    fs utk mengikat BA agar lebih

    mudah difagositosis

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    25/87

    Mukosa :

    Area olfaktorius

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    26/87

    Merupakan celah pada dinding lateral hidung yangdibatasi oleh konka media dan lamina papiracea.

    Struktur anatomi yang membentuk KOM :

    a. Procc. Uncinatus

    b. Infundibulum ethmoidc. Hiatus semilunaris

    d. Bula ethmoid

    e. Agger nasi

    f. Resesus frontal

    Fungsi KOM :

    tempat ventilase dan drainase dari sinus sinus maksilla,

    sinus frontal, sinus ethmoid anterior

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    27/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    28/87

    Fungsi hidung :

    1. Jalan nafas2. Pembau

    3. Air conditioning

    4. Penyaring/ proteksi

    1. Jalan nafas :

    Selama bernafas : - Tekanan udara 10-15 mmH2O = 0 14 ml/mnt

    - Inspirasi : tek rongga hidung udara keluar

    sinus

    Bernafas : udara sal nafas atas paru (alveoli)

    Syarat : - Vol

    - Tekanan

    - Kelembaban

    - Temperatur

    - Kebersihan O2 uptake yg optimal

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    29/87

    2. Pembau/ penghidu :

    Anatomi : area olfaktori tdk dpt dilihat

    Udara respirasi tdk dpt mencapai

    Bau tdk dpt mencapai kecuali sgt kuat

    Bau bisa dirasakan dg 2 teori :

    1. Kimia : partikel bau difusi melalui udara

    Rx kimia di epitel olfaktorius

    2. Undulasi : gelombang energi (spt cahaya) menyentuh

    ujung saraf olfaktoriusKhas : sense olfaktori cepat lelah

    Rangsang pembau akan diteruskan ke :

    Korteks olfaktorius yg pada manusia terletak

    pada korteks piriformis. Sistim limbik untuk persepsi sadar pembau

    Amigdala yg berperan pada respons emosi

    Lapar

    Enak/nyaman

    Seks

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    30/87

    Adaptasi terhadap bau cepat

    Kepekaan bersifat individual dpt berkaitan dengan emosi

    Diskriminasi bau

    dpt bedakan 2000

    4000 macam bau.Percampuran bhn bau akan membuat bau baru

    Bila ujung reseptor nyeri di hidung terangsang kan

    menimbulkan reflek bersin

    Kelainan pembau:

    Anosmia : hilangnya daya pembau

    Hiposmia : berkurangnya kepekaan membauParosmia : perubahan kesan pembau

    Hyperosmia : Bertambahnya kepekaan membau (pada histeri)

    Halusinasi bau : pada penderita psychosis.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    31/87

    3. Air Conditioning :- Udara didinginkan / dihangatkan sesuai suhu tubuh

    - Kelembaban : 100 %

    4. Penyaring/ proteksi purifikasi udara,membersihkan udara respirasi

    - Vibrise (bulu hidung)

    - Btk anatomi bag dlm hidung tdk teratur

    - Sistem transport mukosiliar

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    32/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    33/87

    Merupakan rongga rongga yang terdapat di dalam os.maksilla,

    os.frontale, os. Sphenoidale, dan os. Ethmoidale

    Dindingnya terdiri dari tulang compacta dengan dilapisi

    mucoendosteum yang berhubungan dengan mucosa respiratoria pada

    cavitas nasi.

    Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa

    rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3 4

    bulan , kecuali sinus fenoid dan sinus frontal.

    Sinus maksila dan sinus ethmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan

    sinus frontalis berkembang dari sinus ethmoid anterior pada anak

    yang berusia kurang lebih 8 tahun.

    Sinus sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara

    15

    18 tahun

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    34/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    35/87

    Sinus paranasal terbesar, terdapat di dalam corpus maksilla

    Berbentuk pyramida berbaring, dengan basis di sebelah medial

    sedang apeks di procc.Zygomaticus maxilla.

    Dinding medialnya merupakan dinding lateral cavitas nasi

    merupakan dinding lateral hidung, atapnya merupakan lantai orbita,

    sedangkan alasnya merupakan procc.alveolaris, dan palatum.

    Dinding anteriornya adalah permukaan fasial os.maksila yang disebut

    FOSSA CANINA

    Gigi Premolar dan Molar berhubungan erat dengan dasar sinus

    maksilaris

    Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial

    sinus, dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum

    ethmoid

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    36/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    37/87

    INERVASI

    a. Rami alveolares superior posterior n.alveolaressuperior

    b. Rami alveolares superior anterior n.alveolaressuperior

    c. N. infraorbitalis

    Vaskularisasi :

    ARTERI

    a. Cabang a.facialis

    b. A.maksillaris interna

    c. A.infraorbitalis

    d. A.palatina mayor

    VENA

    a. Venanya sesuai dengan nama arterinya, menuju ke

    v.facialis anterior dan plexus pterygoideus

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    38/87

    Mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus

    Sesudah lahir os frontal mulai berkembang pada usia 8

    10 tahun

    dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun

    Sinus frontal kanan dan kiri tidak sama

    Sinus frontal biasanya bersekat sekat dan tepinya berlekuk lekuk.

    Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di

    recessus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum ethmoid.

    Sinus frontalis bermuara ke meatus nasi media melalui ductus

    nasofrontalis.

    Innervasi : n.supraorbitalis

    Vascularisasi : a.supraorbitalis

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    39/87

    Berongga rongga , terdiri dari sel sel yang menyerupai

    sarang tawon. Sel sel ini jumlahnya bervariasi. (4 17 sel)

    tiap sisinya.

    Bagian - bagian sinus ethmoid disebut CELLULAE ETHMOIDALE

    Berdasarkan letaknya sinus ethmoid dibagi menjadi sinus

    ethmoid anterior yang bermuara di meatus nasi media, dan

    sinus ethmoid posterior yang bermuara ke meatus nasi

    superior.

    Dibagian terdepan sinus ethmoid anterior ada bangian yang

    sempit, disebut RESESUS FRONTAL, yang berhubungan dengan

    sinus frontalis.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    40/87

    Sel ethmoid yang terbesar disebut BULA ETHMOID

    Didaerah ethmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang

    disebut INFUNDIBULUM.

    Atap sinus ethmoid yang disebut FOVEA ETHMOIDALES

    berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus

    adalah LAMINA PAPIRASEA yang sangat tipis , membatasi sinus

    ethmoid dengan rongga orbita.

    Innervasi : n.ethmoidales anterior et posterior

    Vaskularisasi : a. ethmoidales anterior et posterior

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    41/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    42/87

    Terletak pada corpus sphenoidale di belkang sinus ethmoidales

    posterior.

    Sinus sfenoid terbagi menjadi dua oleh sekat yang disebut

    SEPTUM INTERSFENOID

    Batasnya :

    a. Superior : chiasma opticum, N.opticus, Hypophisis, fossa

    cerebri mediab. Inferior : atap nasopharinx , cavitas nasi

    c. Lateral : sinus cavernosus, a.carotis interna, n.opticus,

    n.opthalmicus, n.maksillaris

    d. Anterior : cavitas nasi

    e. Posterior : fossa cerebri posterior di daerah pons

    INNERVASI : N.ethmoidalis posterior

    VASKULARISASI : a. maksilaris

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    43/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    44/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    45/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    46/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    47/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    48/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    49/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    50/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    51/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    52/87

    FURUNKEL PADA VESTIBULUM NASI

    Secara potensial berbahaya.

    menyebar ke vena fasialis,

    vena oftalmika,sinus kavernosus, tromflebitis

    sinus kavernosusJangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel

    Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan

    RINITIS AKUT

    Radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi

    virus atau bakteri.

    Manifestasi dari rinitis simpleks (commo, cold), influensa

    Reaksi sekunder akibat iritasi lokal atau trauma.

    RINITIS SIMPLEKS

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    53/87

    RINITIS SIMPLEKS

    (PILEK, SELESMA, COMMON COLD, CORYZA)

    Beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah Rhinovirus.

    Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackle dan virus

    ECHO.

    Etiologi

    Stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam :

    - Rasa panas, kering dan gatal didalam hidung

    - Bersin berulang-ulang,

    - Hidung tersumbat dan ingus encer,- Biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala.

    Gejala

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    54/87

    infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga sekret menjadi kental dan

    sumbatan di hidung bertambah.

    Tidak terdapat komplikasi, gejala kemudian akan berkurang dan

    penderita akan sembuh sesudah 5 10 hari

    Komplikasi : sinusitis, otitis, media, faringtis, bronkitis dan pneumonia.

    Istirahat diberikan obat-obatan simtomatis, seperti analgetik, antipretik

    dan obat dekongestan.

    Antibiotik hanya diberikan bila terdapat komplikasi.

    Terapi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    55/87

    Rinitis hipertrofi,rinitis sika (sicca) dan rintis spesifik

    Rinitis alergi, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkanjuga dalam rinitis kronis.

    RINITIS KRONIS

    Akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutandari rinitis alergi dan vasomotor.

    Rinitis Hipertrofi

    Sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering

    ada keluhan nyeri kepala.

    Gejala

    Konka inferior yang hipertrofi,

    Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga

    hipertrofi. Akibatnya saluran udara sangat sempit.

    Tanda

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    56/87

    Harus dicari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rinitis hipertrofi

    dan kemudian memberikan pengobatan yang sesuai.Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam triklor

    asetat) atau elektrokauter konkotomi

    Terapi

    Mukosa yang kering, terutama pada bagian depan septum dan ujung

    depan konka inferior.

    Orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkugan yang berdebu,

    panas dan kering.

    Penderita anemia, pemium alkohol dan gizi buruk.Pengobatan tergantung pada penyebabnya.

    Pengobatan lokal, berupa obat cuci hidung

    Rinitis Sika

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    57/87

    Rinitis difteri,

    Rinitis atrofi, Rinitis sifilis,

    Rinitis tuberkulosis,

    Rinitis karena jamur

    Rinitis Spesifik

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    58/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    59/87

    Timbulnya periodikBerat ringannya segala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun,

    tergantung pada banyaknya anergen di udara.

    Faktor herediter pada penyakit ini sangat berperan.

    Rinokonjungtivitis, karena itu gejala klinik yang tampak ialah gejalahidung

    dan gejala mata, yaitu mata merah, gatal disertai lakrimasi

    hidung gatal disertai dengan bersin yang paroksimal,

    sumbatan hidung, rinore yang cair dan banyak.

    Rinoskopi anterior : mukosa hidung pucat, kebiruan (livide) atau

    hiperemis.

    Pemeriksaan pada sekret hidung, akan ditemukan banyak eosinofil.

    Rinitis Alergi Musiman

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    60/87

    Timbul interiten atau terus

    menerus, tanpa variasi musim, jadi

    dapat ditemukan sepanjang tahun.

    Frekuensi terbanyak ialah pada anak dan dewasa muda,

    kemudian akan berkurang dengan bertambahnya umur

    Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan

    Iritasi oleh faktor nonspesifikpun dapat memperberat

    gejala,seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan

    cuaca,kelembapan yang tinggi dan sebagainya.

    Rinitis Alergi Sepanjang Tahun

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    61/87

    Bersin lebih dari lima kali setiap serangan

    Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak,

    hidung tersumbat,

    hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan

    banyak air mata keluar (lakrimasi).

    Gejala spesifik lain : bayangan gelap didaerah bawah mata yang

    terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (

    allergic shiner ).

    Rinoskopi anterior : mukosa edem, basah, berwarna pucat/livid,

    banyak sekret yang encer

    Gejala Klinik

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    62/87

    1. menghindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance) dan

    eliminasi2. Simtomatis

    3. Desensitisasi

    Terapi

    1. Polip hidung

    2. Otitis media

    3. Sinusitis paranasal

    Komplikasi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    63/87

    Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh

    bertambahnya aktivitas parasimpatis

    Gejala yang mirip dengan rinitis alergi.

    Etiologi yang pasti belum diketahui

    Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti

    emosi, posisi tubuh, kelembapan udara, perubahan suhu luar, latihan

    jasmani dan sebagainya,

    RINITIS VASOMOTOR

    ( Vasomotor catarrh, Vasomotor rinorrhea,

    nasal vasomotor instability, non specific rhinitis )

    Faktor Faktor yang Mempengaruhi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    64/87

    1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja sarafsimpatis

    2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin,

    kelembapan udara yang tinggi dan bau yang merangsang.

    3. Faktor endokrin seperti keadaan kehamilan, pubertas,

    pemakaian pil anti hamil dan hipotiroidisme.

    4. Faktor psikis, sepereti rasa cemas, tegang dan sebagainya.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Keseimbangan Vasomotor

    Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung padaposisi pasien

    Rinore yang mukus atau serus

    Gejala Klinik

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    65/87

    1. Menghindari penyebab.

    2. pengobatan simtomatis3. Operasi

    4. Neurektomi n.vidaianus

    Terapi

    Kelainan pada hidung, berupa gangguan respon normal vasomotor,

    sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (obat tetes hidung

    atau obat semprot hidung)

    Pemakaian obat yang berlebihan (drug abuse).

    RINITIS MEDIKAMENTOSA

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    66/87

    Rinoskopi anterior : edem mukosa, konka berwarna merah gelap

    atau merah tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat.

    Permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak rata).

    Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid.

    Kadang-kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret

    hidung,akan tetapi dalam jumlah sedikit.

    Tes kulit biasanya negatif

    Diagnostik

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    67/87

    Obat vasokonstriktor topikal dari golongan simpatomimetik akan

    menyebabkan siklus nasal terganggu, dan akan berfungsi kembaliapabila pemakaian obat itu dihentikan.

    Fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokonstriktor,

    sehingga timbul obstruksi

    pH hidung berubah dan aktifitas silia terganggu, sedangkan efek balik

    akan menyebabkan obstruksi hidung lebih hebat dari keluhan

    sebelumnya

    Terjadi pertambahan mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid,

    sehingga sumbatan akan menetap dengan produksi seket yang

    berlebihan

    Patofisiologik

    Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    68/87

    Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian

    obat tetes hidung dalam waktu lama ialah :

    1.silia rusak

    2.sel goblet berubah ukurannya3.membran nasal menebal

    4.pembuluh darah melebar

    5.stroma tampak edem

    6.hipersekresi kelenjar mukus

    7.lapisan submukosa menebal

    8.lapisan periostium menebal

    Hidung tersumbat terus menerus

    edem konka dengan sekret hidung yang berlebihan

    Gejala dan Tanda

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    69/87

    1. Hentikan pemakaian obat tetes atau obat semprot

    hidung

    2. untuk mengatasi sumbatan berulang (rebound

    congestion) beri kortikosteroid secara penurunan

    bertahap (tapering off) dengan menurunkan dosis

    sebanyak 5 mg setiap hari. (misalnya hari 1 : 40 mg, hari2 : 35 mg dan seterusnya)

    3. Obat dekongestan oral (biasanya mengandung

    pseudoefedrin). Apabila dengan cara ini tidak ada

    perbaikan setelah 4 minggu, pasien dirujuk ke dokterTHT.

    Terapi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    70/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    71/87

    ETIOLOGI

    Epistaksis dapat ditimbukan oleh sebab lokal dan umum

    1. Sebab-Sebab Lokal

    a. Trauma

    Setelah trauma ringan, misalnya waktu mengeluarkan ingus

    dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau sebagai akibat

    trauma yang hebat, seperti terpukul, jatuh dan sebagainya

    b. Infeksi

    Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, sertagranuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat

    menyebabkan epistaksis.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    72/87

    c. Neoplasma

    Hemangioma, Karsinoma serta angiofibroma

    d. Kelainan Kongenital

    Pendarahan teleangiektasis. Herediter(hereditary hemorrhagic

    teleangiectasios = Oslers disease).

    2. Sebab-Sebab Sistemik

    a. Penyakit kardiovaskular

    Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, arteriosklerosis,nefritis kronik, sironis, hepatitis, sifilis, dan diabetes melitus

    Epistaksis sebagai akibat penyakit hipertensi biasanya

    hebat,sering kambuh kembali dan prognosisnya tidak baik.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    73/87

    b. Kelainan Darah

    Trombositopenia, hemofilia dan leukimia

    c. Infeksi

    Demam tifoid, influensa dan morbili demam berdarah (dengue

    hemorrahagic fever)

    d. Perubahan Tekanan Atmosfir

    Caisson disease

    e. Gangguan Endokrin

    Pada wanita pada kehamilan,menarke dan menopausesering juga terjadi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    74/87

    Sumber Pendarahan

    Epistaksis anterior dapat berasal dari pleksus kiessebach

    atau dari a. Etmoid anterior, terutama pada anak dan

    biasanya dapat berhenti sendiri (secara spontan) dan

    mudah diatasi.

    Epistaksis posterior dapat berasal dari a. sfenopalatina dan

    a.etmoid posterior.

    Perdarahannya biasanya hebat dan jarang berhenti dengan

    sendirinya.

    Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipunkadang-kadang sukar menentukan tindakan untuk

    menanggulanginya.

    Terapi1 M h tik P d h

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    75/87

    1. Menghentikan Perdarahan

    Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti kaustik dan

    pemasangan tampon, lebih baik daripada pemberian obat

    hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti dengansendirinya.

    Harus diperiksa dalam posisi duduk.

    Dengan bantuan alat pengisap untuk membersihkan hidung dari

    bekuan darah, dicari sumber perdarahan, kemudian tamponkapas yang telah dibasahi dengan adrenalin/ epedrin

    Perdarahan Arterior

    Memasukkan tampon yang telah dibasahi dengan

    adrenalin/epedrin, obat analgesia lokal (pantokain,lidokain),menekan ala nasi ke arah septum selama 3 5 menit. Setelah

    tampon dikeluarkan tempat asal perdarahan dikaustik dengan

    larutan Nitras Argenti 20-30%, atau dengan Asam trikloresetat

    10%. Dapat juga dipakai elektrokauter untuk kaustik itu.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    76/87

    Perdarahan Posterior

    Lebih sulit diatasi, perdarahan hebat dan agak sukar mencari

    sumber perdarahan.Dilakukan pemasangan tampon posterior yang disebut Tampon

    Bellocq.

    Tampon bellocq terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada satu

    posisi dan sebuah benang pada sisi lainnya.

    Pada epistasis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi

    dengan pemasangan tampon arterior maupun posterior dilakukan

    ligasi arteri.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    77/87

    2. Mencegah Komplikasi

    Komplikasi berasal dari epistaksis atau penanganannya.

    Syok dan anemia.Turunnya tekanan darah mendadak dapat menimbulkan

    iskemia serebri

    Sinusitis, otitis media dan bahkan septikimia

    Hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tubaEustachius

    Laserasi palatum mole dan sudut bibir dapat terjadi pada

    pemasangan tampon posterior

    3. Mencegah Berulangnya Epistaksis

    Haruslah dicari penyebabnya dan kemudian diberikan

    pengobatan yang sesuai.

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    78/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    79/87

    Klasifikasi

    Sumber Infeksi

    Faktor Predisposisi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    80/87

    Faktor Predisposisi

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    81/87

    Kriteria Diagnosis

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    82/87

    Kriteria Diagnosis

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    83/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    84/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    85/87

    Mata :1. Reaksi peradangan ringan

    2. Selulitis orbita

    3. Abses subperiosteal

    4. Abses orbita

    Mukokel :

    1. Kista retensi ok/ timbunan mukus di SPN

    Intrakranial :

    1. Meningitis akut

    2. Abses duramater

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    86/87

  • 7/30/2019 Tutorial Kepaniteraan Klinik Bagian THT-KL

    87/87

    Fisiologi aliran limfe

    Fisiologi transport mukosilier

    Arah LCS yang bisa menyebabkan rhinore

    Rhinore DD Anatomi & Caramembedakannya

    Batas2 sinus

    Embriologi SPN

    Perbedaan SPN anak dan dewasa

    Mba dhani & mba rima

    Alhaidi

    Diyah