22
[PPOK] Kelompok 2 Laporan Tutorial PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) KELOMPOK TUTORIAL II : KETUA : Andre Hotmartahan (11000014) SEKRETARIS : Ervina Pratiwi Simangunsong (11000020) Anggota Kelompok : Agung Pranata (11000015) Inggrid Feby Silaban (11000017) Maria Priskila S (11000011) Yolanda A A S (11000012) Hosanna Anissa Silaban (11000016) Ricky Pakpahan (11000013) Martha Sihombing (11000018) Fernando Siregar (11000019) FAKULTAS KEDOKTERAN Respiratory System Page 1

tutorial ppok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rduygihjfiyuthdgf, hfiyrfjhmgoutguik, gdvkfyjhgb,,n yhgiutfgiyjgfb, ydcutdgfhj

Citation preview

Page 1: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Laporan Tutorial

PPOK

(Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

KELOMPOK TUTORIAL II :

KETUA : Andre Hotmartahan (11000014)

SEKRETARIS : Ervina Pratiwi Simangunsong (11000020)

Anggota Kelompok : Agung Pranata (11000015)

Inggrid Feby Silaban (11000017)

Maria Priskila S (11000011)

Yolanda A A S (11000012)

Hosanna Anissa Silaban (11000016)

Ricky Pakpahan (11000013)

Martha Sihombing (11000018)

Fernando Siregar (11000019)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

Respiratory System Page 1

Page 2: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Pemicu

Seorang Laki-laki umur 50 tahun,datang berobat ke poliklinik Paru, dengan keluhan sesak nafas , disertai batuk berdahak. Gejala ini sudah dialami penderita selama 10 tahun ini dan bila makan obat terasa sesak nafas berkurang tetapi kambuh kembali bila tidak memakan obat. Dahak kental,bewarna kehijauan. Pasien bekerja sebagai PNS, Perokok berat 1 hari dapat menghabiskan 20 batang rokok kretek.

Physic diagnostik dijumpai :bernafas dengan bibir mencucur ( pursed lip breathing), barrel chest. Palpasi stem fremitus melemah di kedua lapangan paru.

Perkusi : dijumpai hipersonor pada kedua paru. Auskultasi : suara pernafasan ekspirasi memanjang dengan suara tambahan ronki kering.

Apa yang dialami oleh pasien?

More Info:

Chest X-Ray : letak diafragma rendah, kedua lapangan paru tampak gambaran pembuluh darah bertambah disertai gambaran jantung pendulum.

Spirometri : FEV1 50%,FVC 70%. Laboratorium : Leukosit 14.000.

Unfamiliar Terms

Barrel Chest : Diameter antero - posterior dan transversal sebanding/ keadaanrongga dada yang membesar akibat udara terperangkap di paru.

Pursed lip breathing : Sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu danekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

Jantung Pendulum : Apex jantung menjorok ke bawah, biasannya di sebabkanoleh LVH diama LVH ini bisa terjadi karna adannya obstruksi di bronkus yang ikut memperberat kerja jantung hingga terjadilah LVH dan membentuk gambaran jantung pendulum.

parenkim : Jaringan Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapatdiseluruh organ. Pada paru merupakan Jaringan Interstisial/jaringan diantara alveolus-alveolus.

FEV1 ,FVC : Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) adalah volume udara yang dapat

dikeluarkan dari inspirasi maksimal dalam detik pertama. Kapasitas vital paksa (FVC) dari paru-paru adalah volume udara yang dapat

secara paksa diusir dari paru-paru dari inspirasi maksimal kepada berakhirnya maksimal.

Interpretasi

FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80%

Respiratory System Page 2

Page 3: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :

Gangguan restriksi      : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi

Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai

prediksi.

Prosedur pengukuran

Pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

5-Langkah Pendekatan Interpretasi Spirometri

Langkah 1: Mulailah dengan melihat kapasitas vital paksa (FVC) untuk menentukan apakah itu dalam kisaran normal.

Langkah 2: Selanjutnya, lihatlah volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1) untuk melihat apakah itu dalam batas normal.

Langkah 3: Jika FVC dan FEV1 keduanya normal, berhenti di langkah ini - tes spirometri normal.

Langkah 4: Jika FVC dan / atau FEV1 yang menurun, ada kemungkinan kuat dari penyakit paru-paru dan Anda harus pergi ke Langkah 5.

Langkah 5: Jika Langkah 4 menunjukkan adanya penyakit paru-paru, melihat secara dekat% diperkirakan untuk FEV1/FVC. Jika% diperkirakan untuk FEV1/FVC adalah 69% atau kurang (<0,70 sesuai dengan Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif), penyakit paru-paru obstruktif sangat mungkin. Sebuah nilai 85% atau lebih besar adalah sugestif dari penyakit paru-paru restriktif.

Masalah

Sesak Nafas disertai batuk berdahak selama 10 tahun. Bernafas dengan bibir mencucur Adanya barrel chest,berdahak kental dan kehijauan, palpasi strem fremitus , hipersonor

pada kedua paru, ekspirasi memanjang dengan suara tambahan ronki kering.

Analisa Masalah

OS Mengalami obstruksi saluran nafas yang dipicu oleh riwayatnya sebagai seorang perokok berat, yang menyebabkan gangguan-gangguan pada pernafasan seperti sesak nafas, bernafas dengan bibir mencucur dan gejala lainnya.

Hipotesa

PPOK(Penyakit Paru Obstruksi Kronik) Emfisema Bronkitis Kronik

Respiratory System Page 3

Page 4: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Learning ISSUE

1. Diagnosa Banding batuk berdahak kronik 2. Perbedaan obstruksi dan konstriksi pada penyakit paru 3. PPOK

- Definisi- Etiologi- Epidemiologi- Faktor resiko

4. Patofisiologi PPOK5. Fisik Diagnostik dan Gejala Klinis6. Pemeriksaan Penunjang7. Klasifikasi 8. Penatalaksanaan9. Komplikasi dan Prognosis.

Pembahasan

1. Diagnosa Banding batuk berdahak kronik

Penyakit Keterangan PPOK Penyakit paru yang berlangsung lama dan

ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi umumnya.

Gejalanya: Batuk dengan produksi sputum, sesak nafas, terdengar wheezing, barrel chest.

Asma Umumnya diagnosis asma tidak sulit , terutama bila dijumpai gejala klasik seperti sesak nafas, batuk dan mengi. Serangan asma dapat timbul berulang-ulang dengan masa remisi diantaranya.

Gejala bervariasi dari hari ke hari Gejala pada malam / dini hari Alergi, rhinitis, dan / atau eksim juga

hadir. Sebagian besar karna sumbatan aliran

udara yang reversibel. Bronkitis Kronik Bronkitis kronik ditandai dengan batuk

kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun.

Gejala utama batuk disertai sputum biasanya didapatkan pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya dimulai dengan batuk pagi hari, lama-lama disertai mengi dan menurunnya kemampuan kegiatan jasmani. Pada stadium lanjut dapat ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pulmonal.

Emfisema Paru Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, pada emfisema tidak pernah ada masa remisi, Penderita

Respiratory System Page 4

Page 5: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

selalu sesak dalam kegiatan jasmani. TB Paru Penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya: batuk > 3 minggu yang kadang

disertai dengan darah, sesak nafas, nyeri dada, demam, keringat malam, Anoreksia dan Malaise.

Pneumonia Infeksi pada jaringan paru ( parenkim ) yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur.

Gejalanya: demam tinggi, nyeri dada, pernafasan cuping hidung, sesak nafas, batuk dengan produksi sputum dan Anoreksia.

2. Perbedaan penyakit paru yang di sebabkan karena obstruktif dan restriktif.

Obstruktif RestriktifMerupakan gangguan konduksi jalan napas atau asinus Biasanya ditandai dengan menurunnya kemampuan menghembuskan udara

Ditandai dengan peningkatan kekakuan paru atau toraks atau keduannya yang menyebabkan penurunan keregangan, penurunan VT,VC dan TLC.

Penyebab obstuktif aliran udara kronik adalah bronchitis kronik, bronkiektasis dan fibrosis kistik

Penyebab berdasarkan patologisnya : penyebab ekstrapulomonal : menyebabkan hipoventilasi alveolar dan intra pulmonal : gangguan pleura dan pneumotoraks

Gambaran klinis : pada emfisema predominan mencakup kecenderungan diafragma menjadi tipis,datar,dan berbentuk tong (barel chest)karena udara terperangkap dan peningaktan besar TLC dan,RV : terdapat riwayat dispnea usaha lama namun dengan batuk dan produksi sputum yang minimal,pasien juga dapat mengalami hipoksemia,hiperkapnia,cor pulmonale

Fail chest : terjadi akibat fraktur banyak tulang iga, biasanya luka disebabkan oleh cedera roda setir selama kecelakaan bermotor.fail chest menyebabkan rongga toraks menjadi tidak stabil. Rongga toraks menjadi lemas selama inspirasi sebagai akibat dari tekanan intar pleura yang negative dan selama ekspirasi bagian yang lemas itu menonjol keluar.

Gambaran klinis pada bronchitis predominan : mencakup kecenderungan pasien menjadi gemuk, namun diameter anteroposterior dada normal atau hanya sedikit meningkat terdapat riwayat merokok sigaret yang lama infeksi pernafasan saluaran atas,batuk,dan produksi sputum. Khususnya selama musim dingin hipoksemia,hiperkapnia,dan polisitemia yang memberikan gambaran blue bloater

Gambaran klinis nya : kifoskoilosis adalah keadaan dimana terjadinya angulasi vertebrata kea rah posterior dan lateral ( bungkuk ), menyebabkan pola ventilasi restriktif.

Penyebab awalnya karena adanya benda asing yang masuk ke saluran nafas sehingga akan terjadi sekresi mucus yang berlebihan yang nantinya akan menutupi seluruh saluran nafas

Karena infeksi yang nanti nya akan menyebabkan bronkospasme pada saluran nafas

Ratio FEV1/FVC <70% Ratio FEV1/FVC >85%

Respiratory System Page 5

Page 6: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

3. PPOK Definisi

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udaradi saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

Bronkitis kronikBronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang bronchial

secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut.

EmfisemaSuatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus

terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.

Respiratory System Page 6

Page 7: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Etiologi

Etiologi Bronkitis Faktor lingkungan :

º Merokokº Pekerjaanº Polusi udaraº Infeksi

Faktor host :º usiaº jenis kelamin º penyakit paru yang sudah ada

Etiologi Emfisema :º Merokokº Polusi udaraº Defisiensi α1-antitripsin (faktor genetik)

Epidemiologi

The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan, jumlah penderita PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik mencapai 56, 6 juta penderita dengan angka prevalensi 6,3 persen.

Sementara itu, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita dengan prevalensi 5,6 persen. Kejadian meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok (90% penderita COPD adalah smoker atau ex-smoker)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Di Amerika Serikat dibutuhkan dana sekitar 32 juta US$ dalam setahun untuk menanggulangi penyakit ini, dengan jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang meninggal. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok, 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif (BPS, 2001). Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar.

Seiring dengan majunya tingkat perekomian dan industri otomotif, jumlahkendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Selain mobil-mobil baru,

mobil tua yang mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat, banyak beroperasi di jalanan. Gas buang dari kendaraan tersebut menimbulkan polusi udara. Tujuh

puluh sampai delapan puluh persen pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat.

Faktor Resiko a. Faktor pejamu (host)

Faktor pejamu (host) meliputi genetik, hiper responsif jalan napas dan pertumbuhan paru. Faktor genetik yang utama adalah kurangnya alfa 1 antitripsin, yaitu suatu serin protease inhibitor. Hiperesponsif jalan napas juga dapat terjadi akibat pajanan asap rokok atau polusi.

Respiratory System Page 7

Page 8: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Pertumbuhan paru dikaitan dengan masa kehamilan, berat lahir dan pajanan semasa anak-anak. Penurunan fungsi paru akibat gangguan pertumbuhan paru diduga berkaitan dengan risiko mendapatkan PPOK.

b. Perilaku (Kebiasaan) Merokok

Asap rokok merupakan faktor risiko terpenting terjadinya PPOK. Prevalens tertinggi terjadinya gangguan respirasi dan penurunan faal paru adalah pada perokok. Usia mulai merokok, jumlah bungkus pertahun dan perokok aktif berhubungan dengan angka kematian. Tidak seluruh perokok menjadi PPOK, hal ini mungkin berhubungan dengan faktor genetik. Perokok pasif dan merokok selama hamil juga merupakan faktor risiko PPOK.

c. Faktor Lingkungan (Polusi Udara) Polusi udara terdiri dari polusi di dalam ruangan (indoor) seperti asap rokok, asap kompor,

briket batu bara, asap kayu bakar, asap obat nyamuk bakar, dan lain-lain), polusi di luar ruangan (outdoor), seperti gas buang industri, gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan, kebakaran hutan, gunung meletus, dan lain-lain, dan polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun).

Pajanan yang terus menerus oleh gas dan bahan kimia hasil industri merupakab faktor risiko lain PPOK. Peran polusi luar ruangan (outdoor polution) masih belum jelas tapi lebih kecil dibandingkan asap rokok. Sedangkan polusi dalam ruangan (indoor polution) yang disebabkan oleh bahan bakar biomassa yang digunakan untuk keperluan rumah tangga merupakan faktor risiko lainnya. Riwayat infeksi berat semasa anak–anak berhubungan dengan penurunan faal paru dan meningkatkan gangguan pernapasan saat dewasa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hiperesponsif jalan napas dan infeksi virus. Status sosioekonomi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PPOK kemungkinan berkaitan dengan polusi, ventilasi yang tidak adekuat pada rumah tinggal, gizi buruk atau faktor lain yang berkaitan dengan sosioekonomi.

4. Patofisiologi PPOK

Respiratory System Page 8

Obstruksi lumen

Jari-jari saluran nafas berkurang

Peningkatan resistensi saluran nafas

Hipersekresi mukus(banyak dan kental)

Menyumbat saluran nafas

RR meningkat

Menghalangi keluaarnya udaradispnea susah makan BMI

hipertrofikel mukosa bronkus +peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet

banyak spesies oksigen reaktif

merokok

kerja pernafasan meningkat

Page 9: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

5. Fisik Diagnostik dan Gejala Klinis

Respiratory System Page 9

Diperlukan tekanan intra thorakal untuk ekspirasi

Penekanan bronkus

Ekspirasi sulit ekspirasi panjang

melebarkan duktus alveolaris

frag.jar.elastis interviolarDaya recoil

komp.dengan naiknya vol.ispirasi

Nadi

beberapa alveolus gabung

hipoksia

gangguan difusi O2 dan CO2

Area difusi berkurangBarrel chest

udara dipaksa keluar dari saluran yang sempit

Udara terperangkap dalam alveoli vokal fremitus melemah

Pengambangan paru berlebihan

Faktor risiko :

Usia > 40 tahun Riwayat pajanan : asap rokok, polusi

udara, polusi tempat kerja Sesak nafas yang bertambah saat aktivitas Batuk kronik (produksi sputum kronik) Keterbatasan aktivitas

pemeriksaan fisik *

Curiga PPOK

Fasilitas spirometri (-)

Foto toraks

Fasilitas spirometri (+)

VEP1/KVP < 70% post bronkodilator

PPOK secara klinis

Normal

PPOK derajat I/II/III/IV

Bukan PPOK

Page 10: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Anamnesis:

a. Ada faktor risiko

Usia (pertengahan) Riwayat pajanan

º Asap rokokº Polusi udaraº Polusi tempat kerja

b. Gejala:

Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.

Batuk kronik .= Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan.

Berdahak kronik = Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk.

Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak. Tabel 1. Skala Sesak

Skala sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitasskala 0 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas beratskala 1 Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau

naik tangga satu tingkatskala 2 Berjalan lebih lambat karena merasa sesakskala 3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah

beberapa menitskala 4 Sesak bila mandi atau berpakaian

Pemeriksaan fisik.

Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi ada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan bentuk anatomi toraks.

Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagaiberikut:

Inspeksi- Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)- Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)- Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas- Pelebaran sela iga

Respiratory System Page 10

Faktor risiko :

Usia > 40 tahun Riwayat pajanan : asap rokok, polusi

udara, polusi tempat kerja Sesak nafas yang bertambah saat aktivitas Batuk kronik (produksi sputum kronik) Keterbatasan aktivitas

pemeriksaan fisik *

Curiga PPOK

Fasilitas spirometri (-)

Foto toraks

Fasilitas spirometri (+)

VEP1/KVP < 70% post bronkodilator

PPOK secara klinis

Normal

PPOK derajat I/II/III/IV

Bukan PPOK

Page 11: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Perkusi- Hipersonor

Auskultasi- Fremitus melemah,- Suara nafas vesikuler melemah atau normal- Ekspirasi memanjang- Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)- Ronki

6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan faal paru.

Mengukur berapa banyak udara yg dapat masuk di dalam paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru pada pemeriksaan ini, pasien bernafas ke sebuah mouthpiece yg terhubung dgn spirometer. Kemudiah hasil diprint yg disebut spirogram.

Radiologi (foto toraks)

Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paruberupa hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan bronkovaskuler mmeningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternalmelebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masihnormal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya ataumenyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien (GOLD, 2009).

Bakteriologi

Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kulturresistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilihantibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakanpenyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK.

7. Klasifikasi

Respiratory System Page 11

Page 12: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Derajat Klinis Faal ParuGOLD 1Ringan

Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru mulai menurun

FEV₁ ≥ 80% prediksi

GOLD 2Sedang

Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batukdan produksi sputum. Pada derajat in biasanya pasien mulai merasakan kesehatannya

50% ≤ FEV₁ < 80 % prediski

GOLD 3Berat

Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangaan eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitaas hidup

30% ≤ FEV₁ < 50% prediksi

GOLD 4Sangat Berat

Gejala di atas ditambah tanda – tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memeburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa

FEV₁ < 30% prediksi

8. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan :

- Mengurangi gejala- Mencegah eksaserbasi berulang- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru- Meningkatkan kualiti hidup penderita

Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :1. Edukasi2. Obat - obatan3. Terapi oksigen4. Nutrisi5. Rehabilitasi

Edukasi

Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi.pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.

Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :

Ringan- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok- Segera berobat bila timbul gejala

Respiratory System Page 12

Page 13: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Sedang- Menggunakan obat dengan tepat- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini- Program latihan fisik dan pernapasan

Berat- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan- Penggunaan oksigen di rumah

2. Obat - obatan

a. BronkodilatorDiberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan

dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).Macam - macam bronkodilator :- Golongan antikolinergik

Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).

- Golongan agonis beta - 2Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat

sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.

- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena

keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.

- Golongan xantinDalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama

pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.

b. AntiinflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,

berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :- Lini I : amoksisilin ,makrolid- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat ,sefalosporin ,kuinolon ,makrolid baru

d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N -

asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin

e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan

eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.

Respiratory System Page 13

Page 14: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

3. Terapi OksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan

kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.

Manfaat oksigen- Mengurangi sesak- Memperbaiki aktiviti- Mengurangi hipertensi pulmonal- Mengurangi vasokonstriksi- Mengurangi hematokrit- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri- Meningkatkan kualiti hidup

Penatalaksanaan PPOK

Tahap terapi pada PPOK yang stabilTahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6 puff 4 x sehari, tunjukkan cara

penggunaan yang tepat, advis pasien tentang pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yg mungkin timbul (mulut kering & rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20% step 2.

Tahap 2 : Tambahkan β-agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis pasien ttg pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yg mungkin timbul (takikardi, tremor) jika tidak ada perkembangan: hentikan β-agonis, jika ada perbaikan tapi kecil step 3.

Tahap 3: Tambah teofilin,mulai dari 400 mg/hari dlm bentuk sustained released, sesuaikan dosis setiap interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10-15 μg/ml, pantau ESO

Respiratory System Page 14

Page 15: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

takikardi, tremor, nervous, efek GI; jika tidak ada perbaikan hentikan teofilin dan go to step 4

Tahap 4: Coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer (perbaikan ≥ 20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (< 10 μg sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid inhalasi jika pasien tidak berespon baik kembali ke steroid oral.

9. Komplikasi dan Prognosis.Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :

1. Gagal napas

Gagal napas kronik

Gagal napas akut pada gagal napas kronik

2. Infeksi berulangPada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan

terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah

3. Kor pulmonalDitandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung kanan.

PrognosisSecara keseluruhan untuk pasien PPOK bergantung pada keparahan obstruksi aliran

udara. Pasien dengan PEV1 < 0,8 L mempunyai angka mortalitas tahunan -25%. Pasien dengan kor pulmonal, hiperkapnia, kebiasaan merokok, dan penurunan berat badan memiliki prognosis buruk. Kematian biasanya terjadi akibat infeksi, gagal nafas akut, embolus paru, atau aritmia jantung. Terapi jangka oksigen jangka panjang merupakan satu – satunya terapi yang terbukti memperbarui angka harapan hidup

Respiratory System Page 15

Page 16: tutorial ppok

[ ] Kelompok 2

Kesimpulan

Pasien laki-laki umur 50 tahun ini menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, periksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya yang menunjukkan tanda dan gejala klinis dari PPOK.

Pasien digolongkan pada PPOK Derajat II (Sedang) dengan Pengobatan yang dilakukan pada pasien adalah berdasarkan derajat penyakitnya.

Daftar Pustaka

Dorland, W. (2012). kamus Saku kedokteran DORLAND; Ed.28. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). PATOFISIOLOGI, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia, Ed. 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

W.Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid 1; Ed.5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PDPI. 2002.PPOK;Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia.Jakarta: PDPI

http://www.gp-training.net/protocol/respiratory/copd/spirometry.htm

Respiratory System Page 16