Tutorial Staad Pro Part 5

Embed Size (px)

Citation preview

  • TUTORIAL STAAD PRO PART 5

    Mendefinisikan Beban Kombinasi

    Setelah kita selesai menempatkan semua beban-beban ke struktur yaitu beban pelat lantai,

    beban pelat atap, beban dinding & beban hidup, maka langkah selanjutnya adalah

    mendefinisikan beban kombinasi yang merupakan kolaborasi dari beban-beban tersebut

    diatas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Dari menu page, klik tab General kemudian klik tab Load. Jika nanti keluar kotak

    dialog Set Active Primary Load Case, klik cancel. Setelah itu pergilah kekotak

    dialog Loads-Whole Structure yang ada disamping kiri layar tampilan anda, kemudian

    klik New Load.

    2. Setelah itu akan keluar kotak dialog Create New Load. Anda klik radio button New Load

    Combination (Manual), kemudian isi pada kotak text box Title dengan nama BEBAN KOMBINASI, jika sudah lanjutkan dengan mengklik OK!.

    3. Akan keluar kotak dialog Define Combination. Isi factor beban dengan nilai1.2,

    kemudian lanjutkan dengan menyeleksi beban berat sendiri, beban mati pelat & beban

    dinding dengan cara mengklik satu persatu beban tersebut sambil menahan tombol Ctrl di

    keyboard anda. Lanjutkan dengan menekan tombol > , agar beban yang terseleksi berpindah

    ke frame Load Combination

  • 4. Jika sudah, maka dengan cara yang sama lakukan juga untuk beban hidup pelat, tapi

    dengan catatan ubah dulu nilai factor beban dengan 1.6. Sehingga secara keseluruhan

    menjadi seperti dibawah ini. Lanjutkan dengan mengklik OK!

  • Ok!. sekarang semua beban berikut dengan kombinasinya telah kita definisikan semuanya.

    Langkah berikutnya adalah menyiapkan parameter desain sebelum melakukan analisa

    struktur.

    Menyiapkan Parameter Desain

    1. Dari menu page, klik tab Analysis/Print, maka otomatis akan keluar kotak

    dialog Analysis/Print Commands. Pastikan pilihan No Print pada frame PrintOption.

    Tekan Add kemudian lanjutkan dengan meng klik Close.

    2. Kembali lagi ke menu page. Sekarang klik tab Design kemudian klik tabConcrete. Maka

    di menu pages disebelah kanan layar tampilan anda akan keluar kotak dialog Concrete

    Design-Whole Structure. Pada kotak scrool boxCurrent Code, pilih code

    desain ACI (catatan : kita pilih ACI karena code desain ini sudah sangat mirip dengan

    SKSNI). Jika sudah, maka lanjutkan dengan meng klik Select Parameter.

  • 3. Akan keluar kotak dialog Parameter Selection. Pindahkan semua parameter desain ke

    Available Parameter yang ada di lajur sebelah kiri dengan cara meng klik tombol

  • 5. Ulangi untuk Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec, Reinf danTrack. Hasil

    akhirnya seperti gambar dibawah. Klik OK untuk menutup kotak dialog

    Adapun penjelasan dari parameter yang kita pilih adalah sebagai berikut :

    - Clb, Cls, Clt = Jarak decking (selimut beton) pada bagian samping, atas dan bawah (

    diambil = 4 cm).

    - Fcmain = Kuat tekan beton ( direncanakan K-250 = 250 Mpa = 254,929 Kg/cm2).

    - Fymain = Kuat tarik baja untuk tulangan utama ( direncanakan menggunakan mutu baja U-

    39 = 3900 kg/cm2).

    - Fysec = Kuat tarik baja untuk tulangan sengkang ( menggunakan mutu baja U-24 = 2400

    kg/cm2).

    - Maxmain = ukuran maksimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi

    tulangan utama maksimum yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan maksimum yang diperbolehkan adalahD16

  • - Minmain = ukuran minimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi tulangan

    utama minimum yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi

    tulangan minimum yang diperbolehkan adalah D12

    Nb : sebenarnya saya inginya pakai besi D13, tapi karena di STAAD hanya menyediakan

    besi tulangan dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, & 60, maka saya ambil saja

    yang mendekati yaitu ukuran 12. Nanti akan ada verivikasi lagi.

    - Minsec = ukuran minimum besi tulangan sengkang yg digunakan (batasan dimensi tulangan

    minimum sengkang yang didesain oleh STAAD). - untuk perencanaan ini kita gunakan besi

    tulangan minimum sengkang yang diperbolehkan adalah 8

    - Reinf = Paramer tulangan spiral atau sengkang untuk kolom

    - Track = Mode Output

    Mendefinisikan Parameter Desain

    1. Sekarang klik Define Parameters.

    2. Kita ubah dulu satuan input yang digunakan ke Kg.cm (caranya seperti yang sudah kita

    bahas di posting sebelumnya)

    2. Definisikan semua parameter dengan nilai-nilai yang sudah kita tentukan seperti diatas.

    Caranya klik tab Clb. Isi nilai Clb yaitu 4 cm. Klik Add untuk melanjutkan.

  • 3. Ulangi langkah ke 2 diatas untuk Cls & Clt (jangan lupa setelah anda menginputkan nilai,

    klik Add lho ya.hehehe).

    4. Selanjutnya secara berurutan masukan

    nilai Fc, Fymain, Fysec, Maxmain,Minmain, Minsec sebagai berikut

  • 5. Selanjutnya klik tab reinf. lalu klik 0 (Tied Column), lalu klik Add

  • 6. Terakhir klik tab Track, lalu klik 1, lanjutkan dengan dengan menekan Addkemudian

    klik Close

    7. Nah sekarang apabila anda melihat pada kotak dialog Concrete Design-Whole Structure,

    akan tampak list parameter yang telah ditentukan dengan diawali tanda tanya yang berarti

    parameter tersebut belum didefinisikan ke batang.

  • 8. Definisikan parameter concrete ke batang. Caranya dari kotak dialogConcrete

    Design (lihat gambar diatas). Klik radio button Assign To Viewpada frame Assignment

    Method kemudian parameter CLB 4. Klik Assign

    9. Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya kecuali parameter Reinf.

    10 Untuk parameter REINF, Pilih semua kolom. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name. Jika anda melalui

    fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai berikut.

    - Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select Group

    akan keluar group-group batang yang sudah kita definisikan sebelumnya (kalau tidak salah

    ada di postingan Part-2silahkan dilihat lagi).

  • - Klik G5: KOLOM, jika sudah maka secara otomatis elemen kolom akan terseleksi semua

    (lihat gambar dibawah). Jangan di close dulu kotak dialog Select Groups nya. Kemudian

    beralih dulu kekotak dialog Concrete Design. KlikAssign to Selected Beams > klik REINF

    0 > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah

    akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.

    11. Jika sudah, close kotak dialog Select Groups

    12. Sampai saat ini anda telah mempunyai parameter desain untuk semua elemen dengan

    material beton. selanjutnya berikan perintah desain struktur dengan cara klik

    design Commands.

    13 Akan keluar kotak dialog desain Commands. Klik tab Design Beams kemudian klik Add

  • 14. Lakukan hal yang sama untuk tab Design Column dan tab Take Off. KlikClose untuk

    menutup dialog

    15. Maka pada kotak dialog Concrete Design perintah desain akan ditampilkan dengan

    diawali simbol tanda tanya, yang artinya perintah tersebut belum didefinisikan ke batang.

    16. Beri perintah desain batang dengan cara

    Pilih semua beam. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name. Jika anda melalui fasilitas ini, maka caranya

    adalah sebagai berikut.

    - Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialogSelect

    Group akan keluar group-group batang yang sudah kita definisikan sebelumnya. Pilih semua

    elemen batang kecuali G5: KOLOM. Maka otomatis semua elemen batang akan terseleksi

    kecuali elemen kolom

    17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign. Maka akan

    keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.

    Klik Yes.

  • 18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang bagian kolomnya.

    Pilih G5: KOLOM pada kotak dialog Select Groups. sehingga semua kolom teseleksi

    semua

    19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > KlikAssign. Maka akan

    keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.

    Klik Yes.

  • 20. OK! Semua parameter sudah kita definisikan semua. sekarang kita tinggal melakukan

    analisa strukturnya.(untuk itu mari kita berdoa dulu agar pada waktu proses analisa struktur tidak ada yang error atau input kita tidak ada yang salah nantinya hehehe.)

    21. Bismillahirrohmanirrohim!

    22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga dengan menekan Ctrl + F5.

    Jika sudah maka akan keluar kotak dialog Select Analyze Engine. Anda klik STAAD

    Analyze kemudian klik Run

    Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang error, sehingga

    runningnya berjalan sukses.Klik done untuk menutup kotak dialog

    Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)

  • Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) & Gaya Axial, bisa anda

    akses pada menu toolbar Result

    Dari kiri kekanan adalah :

    Fx = Axial Force.

    Fy = Shear Y Force.

    Fz = Shear Z Force.

    Mx = Torsion (Momen torsi).

    My = Bending Y Moment.

    Mz = Bending Z Moment.

    Plate Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan pelat pada geometri

    struktur kita).

    Solid Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan solid pada geometri

    struktur kita).

    Deflection (Menampilkan defleksi struktur).

    Mode Shape.

    Animate (Untuk menampilkan struktur dalam modus animasi)

    Result setup (Untuk mensetting dan menampilkan hasil analisa hitungan dari

    pembebanan tertentu).

    1. Menampilkan Diagram Moment (Mz)

    2. Menampilkan Diagram Lintang (Shear Y Force)

  • 3. Menampilkan Diagram Axial (Shear Y Force)

    - Klik kanan pada area kosong di layar utama anda. Pilih Labels. Kemudian klik tab Scales.

    Atur skala diagram gaya axial dengan nilai 1000 kg per cm (intinya adalah biar digram

    grafiknya tidak terlalu besar). Hilangkan centang pada kotakApply Immediately. Klik OK.

    - Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :

  • 4. Menampilkan Desain Tulangan

    Untuk menampilkan desain tulangan, cukup dengan mengklik ganda salah satu

    elemen/batang yang ingin ditampilkan hasil tulangannya.

    Misalkan saja saya ingin menampikan hasil tulangan dari balok dan kolom seperti gambar

    dibawah ini.

    4.1. Hasil tulangan dari balok yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa balok di

    desain untuk tumpuan kiri (atas/bawah) 2D16, Lapangan 2D16 dan tumpuan kanan

    (atas/bawah) 2D16. Sedangkan sengkangnya 8 buah besi 8dengan jarak 226 mm

  • Verivikasi : Kalau dengan keadaan seperti,

    biasanya saya desain dengan tulangan menerus (langsung), yaitu tumpuan dan lapangan saya

    samakan baik atas maupun bawahnya 2/2 D16. Sengkang pakai 8-150 (tump), 8-

    200 (Lap) hehehe.tapi eitz tunggu dulu anda jangan bilang kalau saya asal main tebak dan ndak ilmiahjustru kalau menurut saya ini adalah sebuah justifikasi, dan justifikasi itu tergantung sama engineernya masing-masing (biasanya tergantung sama pengalaman dan

    teori yang dimiliki). Alasan yang sedikit ilmiah tapi sedikit maksa ( jowo, baca : mekso)

    adalah karena faktor reduksi yang dimiliki oleh STAADadalah ACI, jadi belum disesuaikan

    dengan SKSNI, misalkan saja kita ambil contoh pada desain tulangan utamanya. ACI 318-

    99 memberikan reduction factor untuk tulangan lentur (phi bending tension) adalah

    = 0.9 sedangkan SKSNI dengan nilai faktor = 0.8. Jadi apabila desain dari STAAD dengan

    code desain ACI dikonversikan ke SKSNI maka akan diperoleh 0.9/0.8 = 1.125.Nahdari faktor ini akan diperoleh faktor kombinasi beban 1.125 x (1.2DL + 1.6LL) sehingga menjadi

    = 1.35DL + 1.8LL.

    Nah browsekarang lihat dengan mengganti kombinasi beban 1.2DL + 1.6LLmenjadi 1.35DL + 1.8LL (meningkatan faktor kombinasi beban) akan menjadikan

    desain STAAD sesuai dengan SKSNI. Tapi ingat ini hanya untuk penyesuaian salah satu

    parameter. yaitu faktor reduksi lentur balok, sedangkan parameter lain belum

    dipertimbangkan dalam konversi ini. hehehe.jadi wajar aja kan kalau saya mengasumsikan hasil yang sedikit berlebih dari hasil yang diberikan oleh STAAD Pro. (Tapi ya itusekali lagi kita harus bisa membuktikan dengan hitungan biar lebih pasti hehehe)

    4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa kolom di

    desain dengan bar size (diameter tulangan) = 12 dan Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau

    dengan kata lain 8D12. dengan As perlu = 900mm2

  • Verifikasi : mari sekarang kita cek. As perlu = 900mm2. sedangkan desain tulangan = 8D12

    = 8 ( 1/4 x 3.14 x 122 ) = 904.32 m2 > 900 m2 (OK!). Nahuntuk tulangan kolom

    biasanya saya pilihkan diameter yang lebih besar daripada tulangan balok. Untuk kasus ini

    saya ambil tulangan dengan diameter 16.

    Luas penampang D16 = 1/4 x 3.14 x 162

    = 200.96 m2.

    As required = 900 m2

    Sehingga jumlah tulangan D16 yang harus dipasang = 900/200.96 = 4.47 ------dibulatkan

    menjadi 5 buah tulangan D16.-------tapi agar pembagiannya merata maka saya ambil 6D16

    Untuk keperluan desain tulangan sengkang, anda bisa mengakses data tegangan geser

    melalui menu tab Shear Bending.

    4.3 Untuk mengetahui seberapa besar defleksi yang terjadi pada elemen struktur, bisa anda

    akses melalui menu tab Deflection

  • 4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses melalui menuSTAAD

    Output. Klik icon yang saya lingkari pakai warna merah seperti tergambar dibawah ini.

    Maka laporan hitungan secara lengkap akan keluar secara otomatis.

  • Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)

    Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Grafis.

    1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing

    2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana pada

    frame Selected terdapat list dari kasus pembebanan yang telah didefinisikan.

    3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban atau semuanya. Untuk

    kasus ini kita akan konsentrasi ke beban kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4,

    kemudian klik tombol < . Klik OK

    4. Maka tampilan STAAD akan menjadi seperti gambar dibawah ini, dengan

    pagemenu Node dan Tab Displacement aktif. Dimana pada bagian data area ditampilkan

    tabel Node Displacement. Dan pada Screen Area ditampilkan struktur terdeformasi dengan

    skala tertentu

  • 5. Sekarang kita akan cari tahu dimana letak balok atau kolom yang mengalami kegagalan

    struktur (FAIL)

    Untuk Balok

    - Seleksi semua elemen struktur balok. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Nameyang semua langkah-

    langkahnya sudah kita bahas diatas

    - Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

  • - Klik tab Sorting, kemudian pilih Moment-Z, ceklist Absolute Values. Lanjutkan dengan

    memilih List from High To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab

    Loading, (jangan di klik ok dulu)

    - Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga

    hanya BEBAN KOMBINASI saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected).

    Klik OK!

    - Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang

    mengalami momen lentur yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Sekarang

  • anda lihat di kotak tersebut, ternyata element balok 56, 20, 14 & 57 menempati urutan teratas

    balok yang mengalami lentur terbesar.

    Nah sekarang pertanyaannya.hayo dimana letak balok itu???..Udah gak perlu pakai hitungan yang njelimet dan ruwet untuk mengetahui letak 4 balok tersebut. silahkan jawab di

    luar kepala..

    Nich jawabannya :

    Pasti posisinya pada balok yang saya kasih tanda X warna merah itu dech. kalau ndak gitu paling-paling yang saya kasih tanda X warna biru. Cuman kalau melihat geometri

    struktur dan pembebanan yang bekerja, saya condong ke balok yang saya kasih tanda X

    warna merah. Lho.la kok bisa? apa alasannya?.

    Alasannya :

    Balok yang bertanda X merah, memiliki bentang yang cukup besar ( L = 6m), tanpa

    ada kolom penyangga dibawahnya. Semakin panjang bentang, maka resiko defleksi

    akan semakin besar pula. Selain itu tepat ditengah bentang (titik ekstrim), balok

    tersebut mengalami beban terpusat dari beban balok anak(grid) yang menyangga

    beban dinding setinggi 3.6 m atau sekitar 900 kg/m dan beban mati pelat lantai.

  • Balok bertanda X biru sebenarnya juga mengalami kondisi yang sama. tapi tetap saja

    naluri saya mengatakan kalau balok yang bertanda X merahmengalami kegagalan

    lentur yang paling parah daripada balok bertanda X biru (hehehekayak dosen aja wkwkwwkwk.). OK! sekarang mari kita buktikan apakah balok dengan nomor 56, 20, 14 & 57 berada pada posisi tersebut

    6. Klik kanan pada layar tampilan anda. Pilih Labels. Maka otomatis akan keluar kotak

    dialog Diagrams. Anda centang Beam Numbers pada frame Beams, klik OK

    - Nahternyata benarkan prediksi saya kalau letak balok yang mengalami momen lentur terbesar terletak pada posisi tersebut hehehe..

  • 7. Sekarang klik ganda salah satu dari balok tersebut. Misalkan saja balok no 20. Klik tab

    Concrete. Sekarang anda lihat disitu tulangan bawah balok tidak keluar (berarti ada

    kemungkinan balok tersebut mengalami kegagalan struktur/FAIL)

    8. Sekarang cari informasi lebih lanjut dari balok no 20 ini, melalui menu STAAD Output.

    Anda bisa mengaksesnya dengan menekan tombol mirip calculator (yang saya lingkari pakai

    warna merah)

    Nah.sekarang baru ketahuan kalau balok no.20 Gagal/FAIL

    - Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53. Balok-balok yang saya

    sebutkan ini adalah balok yang diawal tadi saya tandai dengan X merah dan X biru.

    Kemungkinan gagal lentur dari balok-balok ini sangat tinggi sekali.

    Nahsekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengatasi agar balok tersebut tidak FAIL.

    Ada dua cara yang bisa kita lakukan :

  • 1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom penyangga tepat ditengah

    bentang dari balok tersebut (khususnya balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga kemungkinan

    dimensi baloknya bisa diperkecil karena disesuaikan dengan lebar bentangnya.

    2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas dikarenakan untuk alasan

    kebutuhan ruang, sehingga dikhawatirkan dengan adanya kolom tersebut malah akan

    mengganggu pemandangan dan ruang toko menjadi terkesan sempit. Maka mau tidak mau

    kita harus memperbesar dimensi balok.

    OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang depan toko. maka solusi

    diambil adalah memperbesar dimensi balok.

    Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga H = 1/10 x 600 = 60

    cm, lebar balok diambil 1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm, jadi dimensi baloknya adalah 30/60.

    9. Sekarang kita akan definisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD. Caranya dari page menu

    General, klik tab Property, kemudian pada menu page sebelah kanan, klik Define, Lanjutkan

    dengan memasukan dimensi balok melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.

    10. Sekarang Assign balok yang sudah kita definisikan tadi ke elemen no 56, 14, 57, 28, 20,

    47, 48, 2, 8 & 53. Untuk jelasnya lihat balok yang saya kasih tanda X (merah) dan X (biru)

    pada gambar dibawah (bisa toh caranya..jadi saya gak perlu ngulang-ngulang lagi hehehe..)

  • 11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok tersebut, apakah masih

    FAIL atau tidak?. Jika masih FAIL, maka balok perlu didimensi ulang. Silahkan Anda

    bereksplorasi sendiri.

    Sekedar sebagai catatan :

    Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih tidak memenuhi (FAIL).

    Dan baru ketika saya memasukan balok dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil (alias

    tidak FAIL). Tapi lha masak baloknya sebesar itu toh..lha kalau baloknya sebesar itu berarti spase vertikal ruang tinggal 3.80 0.90 = 3.1 mhmmmm..jadi pendek ya kalau untuk ukuran ruko. tapi tidak apalahcobalah tanya ke arsiteknyakira-kira elevasi plafondnya berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.

    Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu dengan mengubah ukuran

    kolom yang saya blok pakai warna hijau ini dengan ukuran 40/40, sehingga baloknya bisa

    diperkecil menjadi 30/60. Coba deh kalau gak percaya. nih hasilnya penulangan dari balok

    30/60 tersebut (lihat gambar bawah).

  • Lho kok bisa???

    Ok! disini saya tidak akan serta merta untuk menjawab..silahkan untuk dipecahkan sendiri.

    Jika belum ketemu jawabannya jangan segan-segan untuk bertanya kepada

    sayahehehehehe..Cuman pesan saya adalah :

    Pemilihan model struktur yang tepat dan sesuai, adalah lebih penting dari ketelitian perhitungan struktur itu sendiri

    Materi Tambahan :

    - Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya ketebalan strukturnya

    ditampilkan anda bisa klik kanan dilayar tampilan. Pilih Labels, kemudian klik

    tab Structure. Pilih Full section > kemudian klik OK. Maka hasilnya akan seperti dibawah

    ini :

  • Mencari Kolom Yang Mengalami Gaya Aksial Terbesar

    - Seleksi semua elemen kolom. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name yang semua langkah-langkahnya sudah

    kita bahas diatas

    - Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

  • - Klik tab Sorting, kemudian pilih Axial Force, ceklist Absolute Values. Lanjutkan dengan

    memilih List from High To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab

    Loading, (jangan di klik ok dulu)

    - Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga

    hanya BEBAN KOMBINASI saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected).

    Klik OK!

  • - Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang

    mengalami gaya Axial yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.