Ubai Fadilah Fst

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    1/86

    ANALISIS PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN

    SOSIAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

    FUZZY C-MEAN CLUSTERINGDAN BIPLOT

    Ubai Fadilah

    PROGRAM STUDI MATEMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M/1432 H

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    2/86

    ANALISIS PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN

    SOSIAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

    FUZZY C-MEAN CLUSTERINGDAN BIPLOT

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Sains

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    Ubai Fadilah

    107094003013

    PROGRAM STUDI MATEMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M /1432 H

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    3/86

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

    BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

    SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

    MANAPUN.

    Jakarta, Juni 2011

    Ubai Fadilah

    107094003013

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    4/86

    PERSEMBAHAN

    Sebuah persembahan kecil, teruntuk kedua orang tuaku, kedua kakakku,

    keempat adik-adikku, keluarga besarku, keluarga besar Bapak Sulaiman,

    dan sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada dan berjuang bersama

    menggapai cita-cita setinggi langit.

    MOTTO

    Berusaha, Berdoa Serta Tawakal Kepada ALLAH

    Allah akan mengangkatorang-orang yang beriman di antara kamu dan

    orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti atas apa

    yang kamu kerjakan

    [QS. Al Mujadilah: 11 ]

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    5/86

    ABSTRAK

    UBAI FADILAH, Analisis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial DiIndonesia Menggunakan Metode Fuzzy C-Mean Clustering dan Biplot. Di bawah

    bimbingan Bambang Ruswandi, M.Statdan Yanne Irene, M.Si.

    Analisis fuzzy c-mean clusteringmerupakan suatu cara untukmengelompokkan data ke dalam suatu cluster tertentu berdasarkan nilaikeanggotaannya. Sedangkan analisis biplot merupakan suatu upaya untuk

    memberikan peragaan secara grafis dari matriks data Xdalam suatu plot. Biplotdikembangkan atas dasar penguraian nilai singular (Singular Value

    Decomposition,SVD).Penelitian ini menggunakan data Penyandang Masalah Kesejahteraan

    Sosial (PMKS) setiap provinsi di Indonesia pada tahun 2009 dan bertujuan untukmelihat permasalahan sosial yang ada pada setiap provinsi di Indonesia.

    Hasil analisis fuzzy c-mean clustering menghasilkan tiga cluster yang

    memiliki karakteristik yang berbeda. Provinsi-provinsi yang berada di cluster 3adalah provinsi Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat merupakan provinsi yangmemiliki penduduk yang tidak sejahtera.Sedangkan hasil analisis biplot

    memperlihatkan bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Baratmerupakan provinsi-provinsi yang memiliki tingkat permasalahan sosial yang

    tinggi.Faktor kemiskinanlah yang menjadi permasalahan terbesa r bagi setiap

    provinsi di Indonesia. Karena sebagian besar permasalahan kesejahteraan sosial

    yang ada disebabkan oleh faktor kemiskinan.

    Kata Kunci:Fuzzy C-Mean Clustering, Biplot, Singular Value Decomposition

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    6/86

    ABSTRACT

    Ubai Fadilah, Analysis of social welfare problem use Fuzzy C-Mean Clusteringand Biplot Method. Under the guidance of Bambang Ruswandi, M.stat and

    Yanne Irene, M.Si.

    Analysis of fuzy c-mean clustering is a revolutionary way to classify thedata into some certain cluster based on the value of the component. Meanwhile,

    biplot analysis is a way to show graphics and matrix of data into certain plots.

    Biplotwas developed on the basis of singular value decomposition (SVD). In thiscase the SVD helps to understand the structure of the data matrix better.

    This research used the data of social welfare problemin every provinces inIndonesia in 2009. This research is also leaded people to see what the problem in

    society is.The result of fuzzy c-mean clustering makes three different types of cluster

    with different characteristics. The group of the provinces in cluster 3 is east java,

    middle java, and west java, is provinces

    that has citizen not prosperous. Whereasthe result of this biplot analysis shows that east java, middle java, and west javaare the most provinces that have the highest problem in social welfare.

    Poverty is considered to be the biggest problem in almost every provincein Indonesia. It is all because most of the social problems are caused by poverty.

    Key words:Fuzzy C-Mean, Biplot, Singular Value Decomposition

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    7/86

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmat-Nya

    kepadaku. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita,

    baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan mengucap syukur alhamdulillah

    berkat rahmat dan izin-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

    penelitian yang berjudul ANALISIS PENYANDANG MASALAH

    KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

    FUZZY C-MEAN CLUSTERINGDANBIPLOT.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Yanne Irene, M.Si, Ketua Program Studi Matematika sekaligus pembimbing 2

    dan Sumainna, M.Si, Sekretaris Program Studi Matematika.

    3. Bambang Ruswandi, M.Stat, selaku pembimbing 1 yang selalu memberikan

    bimbingan, arahan, informasi, dan motivasi terbaik.

    4.

    Seluruh Dosen Program Studi Matematika, terima kasih atas pengajaran dan

    ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

    5.

    Kedua orang tuaku, Bapak dan Emak, yang selalu mendampingi dan

    memberikan dukungan moral dan materil, serta kasih sayang, cinta, dan doa

    yang senantiasa tidak ada henti-hentinya mengalir dalam setiap langkah

    perjalanan hidupku.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    8/86

    6.

    Yusman Ali Syahab, Anwar Ibrahim, Muhammad Zakaria, Umar Al-Katiri,

    Nour Syaidah, dan Nurul Zakiyah. Kakak-kakak dan adik-adikku yang sangat

    aku sayangi.

    7.

    Syarifah Hanifah, alhamdulilah berkat bantuan dan doanya aku bisa

    menapakkan kaki untuk menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8.

    Ibu H. Lala serta Bpk. H. Irawan Prakoso dan Ibu Hj. Mourina dan keluarga

    yang telah membiayai perkuliahanku dari semester 1-8. Alhamdulillah karena

    merekalah aku dapat meneruskan pendidikan yang lebih tinggi.

    9.

    Bpk H. Sofwani dan Ibu Hj. Bahijah serta keluarga, yang telah

    mempertemukanku dengan Hj. Mourina dan selalu memberikan dukungan dan

    semangat.

    10.Dendi Saputra, Alfina Reisya, Ade Puspita, dan Widianingsih, sahabat-sahabat

    yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya.

    11.Teman-teman Matematika Statistika dan Informatik, yang selalu memberikan

    keceriaan, kekompakkan dalam perjalanan menempuh studi di jurusan

    matematika.

    Pada akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

    pada umumnya maupun bagi penulis pada khususnya. Semoga perjuangan dan

    ikhtiar kita selalu diridhoi oleh Allah SWT.

    Wassalamualaikum Wr. Wb,

    Jakarta, 11 Juni 2011

    Penulis

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    9/86

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..... i

    PENGESAHAN SIDANG............... ii

    PERNYATAAN............... iii

    PERSEMBAHAN DAN MOTO.......... iv

    ABSTRAK....................... v

    ABSTRACT..................................... vi

    KATA PENGANTAR ........................................................................... ....... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. .. . ix

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... .. xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ........... xiv

    BAB I PENDAHULUAN.................................................................... ......... 1

    1.1 Latar Belakang................................................................. ............... 1

    1.2 Perumusan Masalah............................................................. ....... 3

    1.3 Pembatasan Masalah ......................................................... .............. 4

    1.4 Tujuan Penelitian............................................................. .................. 4

    1.5 Manfaat Penelitian............................................................................... 4

    BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 5

    2.1 Kesejahteraan Sosial.................................................... .............. 5

    2.1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)................ 6

    2.2 Cluster........................................................................................ 10

    2.2.1 Konsep Dasar .................................................................... 10

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    10/86

    2.2.2 Interpresi Cluster............................................................... 11

    2.3 LogikaFuzzy............................................ ................................................... 12

    2.3.1 Pengertian LogikaFuzzy................................................... 12

    2.3.2Fuzzy C-Mean Clustering................................................. 12

    2.4Matriks Orthogonaldan Orthonormal ..................................... . 13

    2.3 Singular Value Decomposition (SVD)........................................14

    2.3Biplot............................................ .............................................................. 14

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... .. 18

    3.1 Sumber Data................................................ .............................. 18

    3.2 Metode Pengolahan Data......................... ...... 18

    3.3 Metode Analisis Data ................................................... .......... 20

    3.3.1 Tahap-tahap AnalisisBiplot............................................. 20

    3.3.1 Tahap-tahap AnalisisFuzzy C-MeanClustering................ 21

    3.4 Alur Penelitian....................................................................... 23

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... .. 24

    4.1 Analisis Deskriptif......... ............................................................ 24

    4.2 AnalisisFuzzy C-Mean Clustering........................................... . 26

    4.2.1 Hasil AlgoritmaFuzzy C-Mean Clustering...................... 26

    4.2.2 Nilai Fungsi Tujuan........................................................... 27

    4.2.1 Hasil Pengelompokkan ..................................................... 28

    4.2.2 InterprestasiCluster........................................................... 30

    4.3 Analisis Biplot............................................... ............................ 31

    4.3.1 AnalisisBiplotKesejahteraan Sosial di Indonesia ........... 32

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    11/86

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 41

    5.1 Kesimpulan ............................................................................. 41

    5.2 Saran ....................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

    LAMPIRAN ................................................................................................... 46

    BIODATA PENULIS

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    12/86

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1Variabel Penelitian..................................... ...................................... 18

    Tabel 3.2 Objek Penelitian......................................................... ..................... 19

    Tabel 4.1Nilai Fungsi Tujuan............................................................ .. 27

    Tabel 4.2Nilai Fungsi Keanggotaan................................................... . 29

    Tabel 4.3Nilai Pusat Cluster................................................................ 30

    Tabel 4.4Hubungan panjang vektordan ragamnya.......................................... 33

    Tabel4.5Hubungan nilai cosinusdengan nilai korelasi antar variabel .......... 34

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    13/86

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.2 Alur Penelitian ............................... .......................................... 23

    Gambar 4.1Grafik Total PMKS Setiap Provinsi di Indonesia........ 24

    Gambar 4.2Jumlah PMKS tahun 2009............................................ ... 25

    Gambar 4.3 Hasil ploting data..................................... ................................... 26

    Gambar 4.4Nilai Fungsi Tujuan................................................................ . 28

    Gambar4.5Hasil biplotkesejahteraan sosial di Indonesia............................ 33

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    14/86

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 :Data yang Digunakan.............................................................. 46

    Lampiran 2 : Program FCM Clustering ...................................................... 49

    Lampiran 2 :Nilai Fungsi Tujuan.. ............................................................. 50

    Lampiran 4 :Hasil Clustering Menggunakan Metode FCM........................ 51

    Lampiran 5 : ProgramBiplot....................................................................... 52

    Lampiran 6 : Hasil Singular Value Decomposition(SVD) ......................... 62

    Lampiran 7 : Hasil Nilai Singular................................................................ 68

    Lampiran 8 : Tabel Nilai CosinusAntar Variabel ....................................... 69

    Lampiran 9 : Tabel Nilai Korelasi Antar Variabel ...................................... 70

    Lampiran 10 : Tabel Sudut Antar Variabel .................................................. 71

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    15/86

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Baik atau tidaknya suatu pembangunan bukan hanya dilihat dari segi

    fisiknya namun juga harus diimbangi segi nonfisik, di antaranya sejauh mana

    usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial

    sangat penting untuk dievaluasi karena hal ini sangat berpengaruh terhadap

    ekonomi dan stabilitas suatu pemerintahan. Dampak yang ditimbulkan oleh

    kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan sosial adalah melemahnya

    ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik horizontal,

    terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan

    perbatasan.

    Permasalahan kesejahteraan sosial ini memang tidak akan seluruhnya

    dapat diatasi namun hal ini harus dapat ditekan serendah mungkin dan ditangani

    dengan serius untuk mewujudkan pembangunan yang merata ke segala lapisan

    masyarakat. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi

    permasalahan kesejahteraan sosial di antaranya melalui perbaikan sarana sosial

    seperti rehabilitas panti jompo, penyediaan sarana untuk orang cacat, dan lain-

    lain. Informasi mengenai keadaan kesejahteraan sosial ini sangat diperlukan,

    sehingga dibutuhkan suatu analisis untuk melihat sejauh mana setiap provinsi

    mempunyai tingkat kesejahteraan sosial.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    16/86

    Pada beberapa penelitian, misalnya: bidang pendidikan, sosial, ekonomi,

    dan politik sering diperoleh data yang berukuran besar serta variabel yang banyak.

    Tentunya sulit untuk diinterprestasikan secara langsung, sehingga perlu dilakukan

    tahap pereduksian dimensi data. Dalam statistika dikenal suatu analisis data yang

    menggunakan lebih dari satu variabel dan dianalisis secara simultan, yaitu analisis

    multivariat.

    Fuzzy c-mean clustering adalah suatu teknik pengelompokan data yang

    mana keberadaan tiap-tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh nilai

    keanggotaannya. Adapun biplot, merupakan salah satu di antara beberapa teknik

    analisis multivariat yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang

    keragaman variabel, kedekatan antar objek serta keterkaitan variabel dengan objek

    yang dapat digunakan untuk memetakan kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia.

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Nur Tsaniyah Firdausi tahun 2010,

    dalam melihat proyeksi tingkat kemiskinan di Indonesia memberika n kesimpulan

    bahwa provinsi yang mengalami peningkatan tingkat kemisk inan adalah provinsi

    Jawa Barat, dan Sulawesi Utara. Sedangkan pada 27 provinsi lain diproyeksikan

    mengalami penurunan kemiskinan pada tahun 2009 [9]. Penelitian yang telah

    dilakukan oleh Iram Irandha, tahun 2010 dalam menganalisa keluarga miskin

    menggunakan metodefuzzy c-mean clusteringdengan mengelompokkan keluarga

    miskin di wilayah Kecamatan Wonocolo, Surabaya, memberikan kesimpulan

    bahwa keluarga yang memiliki kategori hampir mendekati miskin, mendekati

    miskin, hampir sangat miskin, miskin, dan sangat miskin masing-masing

    berjumlah 15, 26, 28, 10, dan 11 keluarga [4]. Serta penelitian yang telah

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    17/86

    dilakukan oleh Ellan Rohelan, tahun 2003 dalam memetakan permasalahan sosial

    di Jawa Barat menggunakan analisis biplot, memberikan kesimpulan bahwa

    kabupaten Karawang dan Garut memiliki permasalahan sosial yang tinggi pada

    anak terlantar, lansia dan keluarga berumah tak layak huni. Kabupaten Bandung

    dan Cirebon memiliki permasalahan sosial yang tinggi pada permasalahan fakir

    miskin. Sedangkan Kabupaten Bogor memiliki permasalahan sosial yang tinggi

    pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana [10].

    Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk memetakan kondisi

    permasalahan sosial pada set iap provinsi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang

    tersebut, maka penulis membuat penelitian dengan judul ANALISIS

    PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA

    MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEAN CLUSTERING DAN

    BIPLOT.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengelompokan provinsi berdasarkan data penyandang masalah

    kesejahteraan sosial di Indonesia menggunakan metode fuzzy c-mean

    clustering.

    2. Bagaimana posisi relatif provinsi terhadap data penyandang masalah

    kesejahteraan sosial d i Indonesia menggunakan metode biplot.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    18/86

    1.3. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian lebih fokus pada objek yang diteliti, maka dilakukan

    pembatasan masalah, yakni data yang digunakan adalah data kesejahteraan sosial

    di Indonesia tahun 2009.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

    1.

    Mengelompokkan provinsi berdasarkan data penyandang masalah

    kesejahteraan sosial di Indonesia menggunakan metode fuzzy c-mean

    clustering.

    2. Menentukan posisi relatif provinsi terhadap data penyandang masalah

    kesejahteraan sosial d i Indonesia menggunakan metode biplot.

    1.5.

    Manfaat

    Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagi penulis: menambah pemahaman dan pengetahuan penulis mengenai

    analisisfuzzy c-mean clustering dan biplot.

    2. Bagi pemerintah: memberikan informasi mengenai keadaan kesejahteraan

    sosialdengan harapan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

    dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program pelayanan-

    pelayanan sosial yang ada di setiap provinsi di Indonesia.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    19/86

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kesejahteraan Sosial

    Kehidupan masyarakat yang semakin kompleks dewasa ini ditandai

    dengan kemajuan teknologi, industrialisasi, urbanisasi dan berbagai gejolak

    kemasyarakatan menimbulkan banyak masalah sosial. Apabila tidak segera

    ditangani, maka masalah ini akan semakin menyebar dan semakin berdampak

    pada masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu upaya yang terintegrasi dan

    terorganisasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

    Masalah sosial dapat ditimbulkan oleh faktor pelaku maupun faktor

    lingkungan. Faktor-faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dan

    berhubungan, sehingga masalah sosial biasanya kompleks dan tidak mudah

    dipecahkan. Masalah sosial mempunyai berbagai dimensi, baik ekonomi, sosial,

    budaya, biologis, psikologis, spiritual, hukum, maupun keamanan, sehingga

    masalah sosial hanya bisa didekati secara lintas sektor dan berbagai disiplin ilmu.

    Perubahan dan perkembangan masyarakat terjadi secara bervariasi, ada

    yang terjadi secara lambat, namun ada yang terjadi secara cepat. Perubahan dan

    perkembangan masyarakat secara cepat, terutama yang tidak direncanakan dengan

    baik, biasanya menimbulkan masalah sosial. Masyarakat senantiasa berupaya

    menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan tersebut, namun

    biasanya ada sekelompok individu yang tidak mampu melakukannya, sehingga

    berada dalam kesulitan dan masalah.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    20/86

    Permasalahan sosial tentunya haruslah ditangani melalui suatu

    pembangunan kesejahteraan sosial. Agar pembangunan tersebut berhasil, maka

    diperlukan suatu perencanaan yang tepat. Disadari pula bahwa pembangunan

    kesejahteraan sosial memerlukan dukungan dari masyarakat. Usaha dalam

    pembangunan dan peningkatan kesejahteraan sosial di Indonesia merupakan

    tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Masyarakat berperan sebagai

    pelaksana utama, sedangkan pemerintah yang menetapkan regulasi dan

    memberikan fasilitas [6].

    2.1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,

    keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau

    gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi

    kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan

    wajar. Hambatan, kesulitan atau gangguan tersebut dapat berupa

    kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, dan

    bencana alam maupun bencana sosial [6].

    Saat ini Departemen Sosial menangani 19 jenis PMKS, yaitu sebagai

    berikut:

    1.

    Anak Balita Telantar, adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab

    tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa

    kemungkinan: miskin/tidak mampu, salah seorang sakit, salah seorang/kedua-

    duanya, meninggal, anak balita sakit) sehingga terganggu kelangsungan hidup,

    pertumbuhan dan perkembangannya baik secara jasmani, rohani dan sosia l.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    21/86

    2.

    Anak Telantar, adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu,

    orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa

    kemungkinan seperti miskin atau tidak mampu, salah seorang dari orang

    tuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau kedua-duanya meninggal,

    keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/pengampu) sehingga tidak dapat

    terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani dan

    sosial.

    3. Anak Nakal, adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku

    menyimpang dari norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat,

    lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarganya dan orang lain, serta

    mengganggu ketertiban umum, akan tetapi karena usia belum dapat dituntut

    secara hukum.

    4.

    Anak Jalanan, adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan

    sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan

    maupun tempat-tempat umum.

    5.

    Wanita Rawan Sosial Ekonomi, adalah seorang wanita dewasa berusia 18-59

    tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup

    untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

    6. Korban Tindak Kekerasan, adalah seseorang yang mengalami tindak

    kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan

    keluarga atau lingkungan terdekatnya, dan terancam baik secara fisik maupun

    non fisik.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    22/86

    7.

    Lanjut Usia Telantar, adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,

    karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik

    secara jasmani, rohani maupun sosial.

    8.

    Penyandang Cacat, adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau

    mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi

    dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya

    secara layak, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat

    mental dan penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.

    9.

    Tuna Susila, adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan

    sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar

    perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau

    jasa.

    10.

    Pengemis, adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di

    tempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas

    kasihan orang lain.

    11.

    Gelandangan, adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak

    sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta

    tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta

    mengembara di tempat umum.

    12.

    Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) adalah seseorang

    yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa hukuman atau

    masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami

    hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat,

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    23/86

    sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau

    melaksanakan kehidupannya secara normal.

    13.Korban Penyalahgunaan NAPZA, adalah seseorang yang menggunakan

    narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras di

    luar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.

    14.

    Keluarga Fakir Miskin, Menurut BPS kemiskinan dipandang sebagai

    ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

    makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sedangkan

    jika diukur dari segi pendapatan, Bank Dunia mengukur kemisk inan absolut

    sebagai orang yang hidup dengan pendapatan dibawah USD $1 per hari dan

    kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari.

    15.Keluarga Berumah Tidak Layak Huni, adalah keluarga yang kondisi

    perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk

    tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial.

    16.Komunitas Adat Terpencil, adalah kelompok orang atau masyarakat yang

    hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil,

    dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan habitatnya secara sosial

    budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia pada

    umumnya, sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi

    perubahan lingkungan dalam arti luas.

    17.Korban Bencana Alam, adalah perorangan, keluarga atau kelompok

    masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi

    sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang menyebabkan mereka

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    24/86

    mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

    Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana gempa bumi

    tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau

    tsunami, angin kencang, kekeringan, dan kebakaran hutan atau lahan,

    kebakaran permukiman, kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan

    musibah industri (kecelakaan kerja).

    18.Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah seseorang yang dengan

    rekomendasi profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular

    virus HIV sehingga mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS)

    dan hidup telantar.

    19.

    Keluarga Rentan, adalah keluarga muda yang baru menikah (sampai dengan

    lima tahun usia pernikahan) yang mengalami masalah sosial dan ekonomi

    (berpenghasilan sekitar 10% di atas garis kemiskinan) sehingga kurang

    mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga [7].

    2.2 Cluster

    2.2.1 Konsep Dasar

    Analisis cluster merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

    mengklasifikasi objek atau kasus (responden) ke dalam kelompok yang relatife

    homogen, yang disebut cluster. Objek/kasus dalam setiap kelompok cenderung

    mirip satu sama lain dan berbeda jauh (tidak sama) dengan objek dari cluster

    lainnya [12].

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    25/86

    2.2.2 Interprestasi Cluster

    Menginterprestasi suatu cluster meliputi pengkajian mengenai centroids

    yaitu rata-rata nilai objek yang terdapat dalam clusterpada setiap variabel. Nilai

    centroid memungkinkan kita untuk menguraikan setiap cluster dengan cara

    memberikan suatu nama atau label [11].

    Fungsi centroid yang digunakan pada fuzzy c-means adalah sebagai

    berikut:

    (2.1)

    Dengan:

    vfi = pusat cluster.

    = derajat keanggotaan titik ke-kdi cluster ke-i.

    w = pangkat pembobot.

    x = data masukan ke-k.

    Banyak cluster yang bisa dibentuk mungkin didasarkan pada

    pertimbangan teoritis, konseptual, atau pertimbangan praktis. Cluster harus

    diinterprestasikan berdasarkan centroid cluster. Nama suatu cluster akan

    dipengaruhi oleh nama variabel yang besar/tinggi nilai centroid-nya. Artinya

    variabel dengan nilai centroid yang tinggi akan mengilhami nama yang tepat bagi

    suatu cluster[11].

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    26/86

    2.3 Logika Fuzzy

    2.3.1 Pengertian Logika Fuzzy

    Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar-samar. Suatu nilai

    dapat bernilai besar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat

    keanggotaan yang memiliki rentang nilai 0 hingga 1[1].

    LogikaFuzzy merupakan suatu logikayang memiliki nilai kekaburan atau

    kesamaran antara benar atau salah. Dalam teori logika fuzzy suatu nilai bisa

    bernilai benar atau salah secara bersama. Namun berapa besar keberadaan dan

    kesalahan suatu tergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. Logika

    fuzzy menunjukan sejauh mana suatu nilai itu benar dan sejauh mana suatu nilai

    itu salah [1].

    2.3.2

    Fuzzy C-Mean Clusteri ng

    Fuzzy C-Mean Clustering(FCM) adalah suatu teknik pengelompokan data

    yang mana keberadaan tiap-tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh nilai

    keanggotaan. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun

    1981. Konsep dasar FCM, pertama kali adalah menentukan pusat cluster yang

    akan menandai rata-rata untuk tiap-tiap cluster. Pada kondisi awal, pusat cluster

    ini masih belum akurat. Tiap-tiap data memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-

    tiap cluster. Dengan cara memperbaiki pusat cluster dan nilai keanggotaan tiap-

    tiap data secara berulang, maka dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak

    menuju lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada minimalisasi fungsi

    objektif.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    27/86

    Fungsi objektif yang digunakan padafuzzy c-meansadalah sebagai berikut

    [8]:

    (2.2)

    dengan,

    = Pangkat pembobot,

    = Jarak antara data ke pusat cluster,

    (2.3)

    = Data yang dicluster, =

    = Matriks pusat cluster, =

    2.4 Matriks OrthogonaldanOrthonormal

    Dua buah matriks berukuran nx 1, a dan b dikatakan orthogonalsatu sama

    lain jika a b = 0. Lebih jauh, jika a dan b adalah matriks yang dinormalkan (yaitu

    a a = b b = 1) maka keduanya disebut orthonormal. Sebagai contoh,

    a = dan b =

    adalah dua matriks yang saling orthogonal. Jika untuk yang dinormalkan, yaitu

    a dan b maka keduanya bers ifat saling orthonormal [13].

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    28/86

    2.5 Singul ar Value Decompositi on (SVD)

    Metode aljabar linier yang memecah matriks Xberukuran n xp menjadi

    tiga matriks. U adalah matriks orthogonal berukuran n x r, L adalah matriks

    diagonal berisi nilai skalar (eigen value) berukuran r x r, dan A adalah matriks

    berukuran r xp. Maka penguraian matriks tersebut adalah:

    (2.4)

    di mana , , kolom adalah matriks orthonormal yang berisi

    vektor eigen dari , kolom A adalah matriks orthonormal yang berisi vektor

    eigendari , dan adalah matriks diagonal yang mengandung akar kuadrat dari

    nilai eigen matriksX X [2].

    2.6 Biplot

    Biplot adalah salah satu upaya menggambarkan data-data yang ada pada

    tabel ringkasan dalam grafik berdimensi dua. Biplotpertama kali diperkenalkan

    oleh Gabriel pada 1971. Analisis ini dikenal sebagai salah satu teknik statistika

    dengan penyajian melalui grafik yang berasal dari matriks data ke dalam suatu

    plot dengan menggabungkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi kecil.

    Kata bi- menunjukkan dua jenis informasi yang terdapat dalam matriks.

    Baris menunjukkan sampel atau unit sampel, sedangkan kolom menunjukkan

    variabel [3].

    Melalui peragaan secara grafik dari analisis biplot ini diharapkan dapat

    diperoleh informasi tentang:

    1. Kedekatan antar objek. Dua objek dengan karakteristik yang sama akan

    digambarkan sebagai dua titik yang posisinya berdekatan.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    29/86

    2.

    Keragaman variabel. Variabel dengan keragaman kecil digambarkan sebagai

    vektor yang pendek. Begitu pula sebaliknya, variabel dengan keragaman besar

    digambarkan sebagai vektor yang panjang.

    3.

    Korelasi antar variabel. Variabel digambarkan sebagai vektor. Jika sudut dua

    variabel lancip (900) maka korelasi bernilai negatif. Sedangkan jika sudut

    dua variabel siku-siku maka tidak saling berkorelasi.

    4. Keterkaitan variabel dengan objek. Karakteristik suatu objek bisa disimpulkan

    dari posisi relatifnya yang paling dekat dengan suatu variabel. Jika posisi

    objek searah dengan arah vektor variabel maka objek tersebut bernilai di atas

    rata-rata, jika berlawanan maka nilainya di bawah rata-rata, dan jika hampir di

    tengah-tengah maka nilainya mendekati rata-rata [13].

    Analisis biplotd idasarkan pada Singular Value Decomposition(SVD) dari

    matriks data yang sudah terkoreksi terhadap rata-ratanya. Misalnya matriks

    adalah matriks data yang terdiri dari nobjek dan p variabel. Selanjutnya matriks

    dilakukan transformasi terhadap nilai rata-ratanya diperoleh matriks .

    = (2.5)

    Dengan 1 adalah matriks yang semua unsurnya bernilai 1.

    Matriks covarians( ) dari matriks adalah:

    = (2.6)

    Misalnya matriks = [rij], i= 1, 2, , n;j= 1, 2, , padalah matriks korelasi

    dari matriks , maka matriks tersebut dapat ditulis:

    = (2.7)

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    30/86

    Dengan = diag adalah matriks diagonal dengan unsur

    diagonal utama 1/ ; i= 1, 2, ,p.

    Unsur rijjuga merupakan cosinussudut antara vektor variabel ke-idan ke-j :

    cos( ) = rij. (2.8)

    Misalkan matriksXdidefinisikan sebagai:

    =

    =

    = (2.9)

    dan elemen ke-(i,,j) dari matriks dapat ditulis:

    x ij= (2.10)

    merupakan vektor baris ke-idari matriks , i= 1, 2, , ndan hj' merupakan

    vektor baris ke-j dari matriks , j = 1, 2, , p; di mana vektor dan hj

    mempunyai relemen.

    Nilai-nilai dapat digunakan pada kisaran [0,1], tetapi pengambilan pada

    nilai-nilai tertentu, yaitu: = 0 dan = 1 akan berimplikasi penting dalam

    interpretasi biplot[12].

    a.

    Jika = 0, maka = dan = , akibatnya:

    =

    =

    =

    = (2.11)

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    31/86

    sedangkan mempunyai hubungan seperti (2.5), berarti hasil perkalian hi hj

    = , dengan demikian penggandaan titik antara vektor hidan hjakan

    memberikan gambaran covarianantara variabel ke-idan ke-j. Panjang vektor

    |hij| = si, si= menggambarkan keragaman variabel ke-i. Korelasi

    antara variabel ke-i dan ke-j dijelaskan oleh cosinus sudut antara hi dan hj,

    yaitu:

    cos =

    =

    = rij (2.12)

    dengan rijadalah korelasi antara variabel ke- idan ke-j.

    b.

    Jika = 1, maka = dan = , atau = ; = = akibatnya:

    =

    =

    =

    = (2.13)

    Pada keadaan ini jarak Euclid antara dan akan sama dengan jarak

    Euclid antara dan [12].

    Misalnya matriks = , maka:

    jarakEuclidantar objek ke-idan ke-jadalah:

    d (2.14)

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    32/86

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Sumber Data

    Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder mengenai

    penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia tahun 2009. Data tersebut

    diperoleh dari pusat data dan informasi Kementrian Sosial RI. Data ini mencakup

    sejumlah data penyandang masalah kesejahteraan sosial setiap provinsi di

    Indonesia.

    3.2. Metode Pengolahan Data

    Setelah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya akan dilakukan

    pengolahan data. Pengolahan data pada analisis biplot adalah dengan menentukan

    variabel penelitian. Berikut ini adalah variabel-variabel dan objek-objek

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS):

    Tabel 3.1.Variabel Penelitian

    Variabel Keterangan

    X1 Anak Balita Terlantar

    X2 Anak Terlantar

    X3 Anak Nakal

    X4 Anak Jalanan

    X5 Wanita Rawan Sosial Ekonomi

    X6 Korban Tindak Kekerasan

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    33/86

    X7 Lanjut Usia Terlantar

    X8 Penyandang Cacat

    X9 Tuna Susila

    X10 Pengemis

    X11 Gelandangan

    X12 Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan

    X13 Korban Penyalahgunaan Napza

    X14 Keluarga Fakir Miskin

    X15 Keluarga yang Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

    X16 Korban Bencana Alam

    X17 Pekerja Migran Terlantar

    X18 Orang dengan HIV/AIDS

    X19 Keluarga Rentan

    Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 33 provinsi yang ada

    di Indonesia. Berikut adalah objek-objek yang digunakan dalam penelitian ini:

    Tabel 3.2. Objek Penelitian

    Objek Keterangan Objek Keterangan

    P1 Nanggroe Aceh Darussalam P18 Nusa Tenggara Barat

    P2 Sumatera Utara P19 Nusa Tenggara Timur

    P3 Sumatera Barat P20 Kalimantan Barat

    P4 Riau P21 Kalimantan Tengah

    P5 Jambi P22 Kalimantan Selatan

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    34/86

    P6 Sumatera Selatan P23 Kalimantan Timur

    P7 Bengkulu P24 Sulawesi Utara

    P8 Lampung P25 Sulawesi Tengah

    P9 Bangka Belitung P26 Sulawesi Selatan

    P10 Kepulauan Riau P27 Sulawesi Tenggara

    P11 DKI Jakarta P28 Gorontalo

    P12 Jawa Barat P29 Sulawesi Barat

    P13 Jawa Tengah P30 Maluku

    P14 DI. Yogyakarta P31 Maluku Utara

    P15 Jawa Timur P32 Papua Barat

    P16 Banten P33 Papua

    P17 Bali

    3.3. Metode Analisis Data

    3.3.1. Tahap-tahap Analisis Biplot

    1. Buat matriks data

    =

    2. Transformasi matriks menjadi matriks dengan mengurangi nilai data

    matriks dengan rata-ratanya.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    35/86

    Contoh: =

    3. Cari matriks .

    4. Cari nilai eigen dan vektor eigen kemudian urutkan dari yang terbesar.

    5. Cari nilai matriks , , dan .

    6. Buat matriks dan yang dibentuk dari SVD matriks dengan = dan

    = .

    3.3.2. Tahap-tahap Analisis Fuzzy C-MeanClustering

    Dalam algoritma fuzzy c-mean clustering, input data yang akan dicluster

    berupa matriks berukuran n xm(n= jumlah sampel data dan m= atribut setiap

    data). = data sampel ke-i (i = 1, 2, , n), atribut ke-j (j = 1, 2, ..., m).

    Algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan fuzzy

    clustering dengan menggunakan metode fuzzy c-mean clustering adalah sebagai

    berikut [5]:

    1. Tentukan:

    i.

    Jumlah cluster = c

    ii. Pangkat pembobot = w

    iii. Maksimum iteras i = MaxIter

    iv.

    Error terkecil yang diharapkan =

    v. Fungsi objek awal = P0= 0

    vi. Iterasi awal = t= 1

    2.

    Bentuk matriks partisi awal, U, adalah sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    36/86

    3. Hitung pusat cluster untuk matriks partisi tersebut sebagai berikut:

    Dengan:

    vfi = pusat cluster.

    = derajat keanggotaan titik ke-kdi cluster ke-i.

    w = pangkat pembobot.

    x = data masukan ke-k.

    4. Hitung fungsi obyektif pada iterasi ke- t.

    5.

    Perubahan matriks partisi sebagai berikut:

    xij: Sampel data ke-i, atribut ke-j.

    vkj: Pusat cluster ke-kuntuk atribut ke-j.

    w : Pangkat pembobot.

    6. Cek kondisi berhenti:

    Jika t> MaxIter maka berhenti.

    Jika tidak t = t + 1, ulangi langkah ke-3.

    7. Interprestasi cluster.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    37/86

    3.4. Alur Penelitian

    Gambar 3.1Alur penelitian

    Mulai

    Data

    Membuat MatriksX*

    Transformasikan matriksX*

    menjadi matriksX

    Analisis biplot

    AnalisisFuzzy C-Mean

    Clutering

    Lakukan SVD untuk

    mendapatkan matriks U,L, danA

    Interprestasi

    Kesimpulan

    Selesai

    Pembentukan

    cluster

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    38/86

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Setelah dilakukan pengumpulan data, maka pada bab ini dilakukan

    pengolahan dan analisis pada data tersebut. Pengolahan dan analisa dilakukan

    dengan pengelompokan data menggunakana analisisfuzzy c-mean clustering,

    pembentukansingular value decompcosition, dan analisis biplot.

    4.1. Analisis Deskriptif

    Gambar 4.1 memperlihatkan data jumlah jiwa yang tergolong dalam

    penyandang masalah kesejahteraan sosial pada setiap provinsi.

    Gambar 4.1 Grafik total PMKS setiap provinsi di Indonesia

    Pada gambar 4.1 grafik memperlihatkan terdapat 11 provinsi yang

    memiliki jumlah PMKS di atas 1.000.000 orang, yaitu: Jawa Timur (P15), Jawa

    Barat (P12), Jawa Tengah (P13), Nusa Tenggara Timur (P19), Sumatera Utara (P2),

    Papua (P33), Sumatera Selatan (P6), Lampung (P8), Banten (P16), Nusa Tenggara

    Barat (P18), dan Sulawesi Selatan (P26). Secara umum penyebaran jumlah PMKS

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    39/86

    dideskripsikan lebih besar di Pulau Jawa, jika dipersentasekan hampir 56.06%

    PMKS tahun 2009.

    Tiga provinsi dengan jumlah PMKS terbesar pada tahun 2009 adalah Jawa

    Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, masing-masing persentasenya sebesar

    14.67%, 14.56%, dan 13.20% terhadap jumlah PMKS tahun 2009.

    Gambar 4.2 Jumlah PMKS tahun 2009

    Empat permasalahan kesejahteraan sosial yang menjadi permasalahan

    terbesar bagi Indonesia pada tahun 2009, diantaranya keluarga fakir miskin (X14)

    sebesar 17.482.760 jiwa, rumah tidak layak huni (X15) sebesar 5.880.499 jiwa,

    anak terlantar (X2) sebesar 3.176.462 jiwa, dan lanjut usia terlantar (X7) sebesar

    2.994.330 jiwa. Secara persentase, total keempat permasalahan kesejahteraan

    sosial tersebut mencapai 78.68%. Kemiskinan merupakan permasalahan paling

    besar yang dialami Indonesia tahun 2009.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    40/86

    4.2. AnalisisFuzzy C-Mean Cl usteri ng

    Pada penelitian ini penulis menggunakan data 33 provinsi. Data tersebut

    akan dikelompokkan menggunakan metode Fuzzy C-Means Clustering (FCM)

    dengan menentukan jumlah clustersebanyak 3 cluster.

    4.2.1 Hasil Algoritma Fuzzy C-Mean Cl usteri ng

    Fuzzy C-MeanClustering(FCM) menggunakan model pengelompokkan

    fuzzy sehingga data dapat menjadi anggota dari semua kelas atau cluster yang

    terbentuk dengan derajat keanggotaan yang berbeda antara 0 hingga 1.Berikut

    adalah hasil ploting data menggunakan algoritmafuzzy c-means clustering.

    Gambar 4.3.Hasil ploting data

    Gambar 4.3 memperlihatkan posisi 33 provinsi. Terdapat pola

    pengelompokkan pada 33 provinsi,dari 33 objek/provinsi diatas akan terbentuk

    cluster/kelompok data yang memiliki karakteristik yang sama kemudian

    dikelompokan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai

    karakteristik yang berbeda dikelompokan ke da lam kelompok yang lain.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    41/86

    4.2.2 Nilai Fungsi Tujuan

    Pada kondisi awal, pusat cluster masih belum akurat. Tiap-tiap data

    memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster. Dengan cara memperbaiki

    pusat clusterdan nilai keanggotaan tiap data secara berulang, maka pusat cluster

    akan menuju lokasi yang tepat. Perulangan ini didasarkan pada nilai minimum

    fungsi tujuan.

    Tabel 4.1. Nilai Fungsi Tujuan

    IterasiFungsi

    IterasiFungsi

    Tujuan Tujuan

    1 11.43 x 10 13 10.40 x 10

    2 71.73 x 10 14 10.40 x 10

    3 50.16 x 10 15 10.40 x 10

    4 14.25 x 10 16 10.40 x 10

    5 10.53 x 10 17 10.40 x 10

    6 10.41 x 10 18 10.40 x 10

    7 10.40 x 10 19 10.40 x 10

    8 10.40 x 10 20 10.40 x 10

    9 10.40 x 10 21 10.40 x 10

    10 10.40 x 10 22 10.40 x 10

    11 10.40 x 10 23 10.40 x 10

    12 10.40 x 10 24 10.40 x 10

    Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa proses nilai minimum fungsi

    tujuan berhenti ketika iterasi ke-24, nilai minimum fungsi tujuan yang dihasilkan

    adalah 10.40 x 1011.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    42/86

    Gambar 4.4.Nilai Fungsi Tujuan

    Pada gambar 4.4 penurunan nilai fungsi tujuan yang sangat landai terjadi

    antara iterasi awal hingga ke 5. Setelah itu nilai fungsi tujuan mengalami

    penurunan yang relative kecil hingga mendekati angka 10.4 x 1011pada iterasi ke-

    24 dan pada iterasi ke-24 telah didapat nilai minimum dari fungsi tujuan.

    4.2.3 Hasil Pengelompokan

    Penentuan anggota cluster ditentukan berdasarkan nilai fungsi

    keanggotaan yang terbesar, nilai fungsi keanggotaan menunjukkan seberapa besar

    peluang suatu observasi (provinsi) menjadi bagian dari clusterke-c, c= 1, 2, 3.

    Sebagai contoh, berdasarkan tabel 4.2 nilai fungsi keanggotaanProvinsi

    Nangroe Aceh Darussalam pada cluster1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 0.142717,

    0.853917, dan 0.003366. Karena nilai fungsi keanggotaan pada cluster 2 lebih

    besar dari yang lain, maka Provinsi Nangroe Aceh Darussalam lebih besar

    berpeluang menjadi anggota cluster 2. Berikut ini adalah nilai fungsi keanggotaan

    tiap-tiap cluster.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    43/86

    Tabel 4.2.Nilai Fungsi Keanggotaan

    Provinsi

    Nilai Fungsi

    Keanggotaan Provinsi

    Nilai Fungsi

    Keanggotaan

    1 2 3 1 2 3

    P1 0.1427 0.8539 0.0034 P18 0.0991 0.8978 0.0031

    P2 0.1460 0.8351 0.0188 P19 0.3145 0.6412 0.0443

    P3 0.8813 0.1166 0.0021 P20 0.5870 0.4085 0.0045

    P4 0.9301 0.0685 0.0014 P21 0.9957 0.0042 0.0001

    P5 0.9947 0.0052 0.0002 P22 0.9908 0.0089 0.0003P6 0.1419 0.8514 0.0067 P23 0.9601 0.0388 0.0011

    P7 0.9898 0.0099 0.0003 P24 0.9932 0.0066 0.0002

    P8 0.0891 0.9046 0.0063 P25 0.8423 0.1532 0.0045

    P9 0.9514 0.0466 0.0020 P26 0.1291 0.8678 0.0031

    P10 0.9271 0.0703 0.0027 P27 0.9317 0.0669 0.0014

    P11 0.9832 0.0163 0.0005 P28 0.9695 0.0294 0.0011

    P12

    0.0146 0.0211 0.9643 P29

    0.9795 0.0197 0.0007

    P13 0.0061 0.0089 0.9850 P30 0.9911 0.0086 0.0003

    P14 0.9357 0.0626 0.0017 P31 0.9650 0.0336 0.0013

    P15 0.0060 0.0085 0.9855 P32 0.9868 0.0128 0.0004

    P16 0.0516 0.9458 0.0025 P33 0.2321 0.7579 0.0100

    P17 0.9883 0.0114 0.0004

    Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh hasil pengelompokan berdasarkan

    nilai fungsi keanggotaan menggunakan metodefuzzy c-mean clustering:

    1.

    Anggota pada cluster1:

    Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,

    DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

    Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    44/86

    Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan

    Papua Barat.

    2. Anggota pada cluster2:

    Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,

    Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan

    Papua.

    3. Anggota pada cluster3:

    Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

    4.2.4 InterprestasiCluster

    Setelah terbentuk kelompok-kelompok provinsi berdasarkan nilai

    keanggotaannya. Maka tahap selanjutnya adalah melihat karakteristik yang

    dimiliki oleh setiap cluster. Mengisterprestasi atau memberi nama suatu

    clustermeliputi pengkajian mengenai centroid. Nilai centroid memungkinkan kita

    untuk menguraikan setiap clusterdengan cara memberikan suatu nama atau label.

    Tabel 4.3.Nilai Pusat Cluster

    VARIABELCluster

    1 2 3

    X1 23197.69 40656.82 97030.20

    X2 49590.84 149748.87 179838.99

    X3 3349.86 6239.52 9054.90

    X4 1235.76 3920.54 6883.91

    X5 10246.02 58054.98 179962.77

    X6 1759.74 4700.80 5685.92

    X7 33346.59 91726.06 469163.42

    X8 14910.12 33627.19 308005.66

    X9 958.99 1163.12 5317.01

    X10 326.75 1362.00 4123.98

    X11 439.16 758.19 12439.71

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    45/86

    X12 1711.19 7170.40 12786.53

    X13 964.69 1374.92 5482.37

    X14 151553.74 600752.89 2934603.69

    X15 60198.61 236126.34 772189.18

    X16 27819.25 47650.60 239828.20

    X17 3338.10 2740.61 5515.48

    X18 255.94 238.24 3458.91

    X19 15354.08 74812.04 52026.57

    Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata permasalahan kesejahteraan

    sosial untuk setiap cluster. Semua anggota di cluster 1 mempunyai rata-rata

    setiap permasalahan kesejahteraan sosial yang lebih rendah dibandingkan dua

    cluster lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa provinsi-provinsi yang berada di

    cluster1 adalah provinsi-provinsi yang memiliki penduduk sejahtera.

    cluster 2 merupakan cluster yang mempunyai rata-rata setiap

    permasalahan yang relatif lebih lebih tinggi daricluster 1 dan lebih rendah dari

    cluster3.Sehingga dapat dikatakan bahwa provinsi-provinsi yang berada di cluster

    2 adalah provinsi-provinsi yang memiliki penduduk cukup sejahtera.

    cluster 3 merupakan kelompok provinsi-provinsi yang memiliki rata-rata

    setiap permasalah lebih tinggi dibandingkan dua cluster lainnya. Hal ini

    mengindikasikan bahwa provinsi-provinsi yang berada di cluster 3 adalah

    provinsi-provinsi yang memiliki penduduk sejahtera.

    4.3. Analisis Biplot

    Informasi pertama yang dapat ditampilkan dari analisis biplotadalah

    mendapatkan matriks dan . Dengan memperoleh matriks tersebut maka akan

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    46/86

    dengan mudah mendapatkan grafik biplot yang memetakan provinsi terhadap

    variabel kesejahteraan sosial yang diteliti.

    4.3.1 Analisis BiplotKesejahteraan Sosial di Indonesia

    Setelah mendapatkan nilai SVDmaka dengan mudah diperoleh matriks

    dan dengan menggunakan persamaan 2.9.

    Matriks adalah matriks provinsi pada biplot kesejahteraan sosial dan

    matiks adalah matriks variabel kesejahteraan sosial. Dari hasil matriks dan

    tersebut maka diperoleh grafik hasil pemetaan untuk kesejahteraan sosial di

    Indonesia dengan gambar seperti di bawah ini.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    47/86

    Gambar 4.5. Hasil biplotkesejahteraan sosial di Indonesia

    Hasil analisis biplot kesejahteraan sosial disajikan pada gambar 4.5.

    Keragaman data yang mampu diterangkan oleh biplot kesejahteraan sosial di

    Indonesia ini sebesar 98.3 %. Keragaman dimensi 1 sebesar 95.3% dan

    keragaman dimensi 2 sebesar 3.0%.

    Tabel 4.4.Hubungan panjang vektordan variansinya

    Variabel Panjang Variansi Variabel Panjang Variansi

    X18 2.35 1726773.74 X1 101.30 1228468282.40

    X9 3.44 2514448.44 X5 130.76 2887626486.75

    X13 3.45 3470793.94 X19 158.59 3723101677.30

    X3 4.58 21969593.38 X8 246.57 8244175167.95

    X10 5.54 2986998.11 X7 332.28 17131565880.39

    X4 8.65 11253453.51 X16 509.81 13175736217.37

    X12 10.47 31735024.81 X2 586.87 13436827591.69

    X17 10.85 98426287.76 X15 700.92 50527690506.81

    X11 15.23 35694810.73 X14 2080.36 644953469728.93

    X6 16.05 18545292.57

    P1

    P2

    P3P4

    P5

    P6P7

    P8P9

    P10

    P11

    P12

    P13

    P14

    P15

    P16

    P17 P18

    P19

    P20

    P21P22P23P24

    P25

    P26P27P28P29

    P30P31P32

    P33

    X1

    X2

    X3X4X5X6X7

    X8

    X9X10X11X12X13

    X14

    X15X16

    X17X18

    X19

    - 300

    - 200

    - 100

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    Di mensi on 1 ( 95. 3%)

    - 1000 0 1000 2000 3000

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    48/86

    Berdasarkan gambar 4.5 dan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel fakir

    miskin (X14), keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni (X15), dan anak

    terlantar(X2) merupakan tigavektor terpanjangyang menunjukkan bahwa ketiga

    permasalahan tersebut merupakan permasalahan dengan keragaman terbesar dan

    variabel Orang dengan HIV/AIDS(X18) merupakan vektor terpendek yang

    memiliki keragaman terkecil pada setiap provinsi dibandingkan dengan

    permasalahan sosial lainnya. Korelasi panjang vektorterhadap keragaman variabel

    didapat nilai korelasi sebesar 0.924% dengan nilai signifikan sebesar 0.000, yang

    artinya panjang vektordan keragaman variabel berkorelas i signifikan.

    Tabel 4.5.Hubungan nilai cosinusdengan nilai korelasi antar variabel

    Nilai Korelasi Nilai cosinus Sudut

    X3X17 -0.048 0.0709072 85.93

    X17X19 -0.006 0.9942473 6.15

    X14X15 0.919 0.7120048 44.60

    X8X14 0.922 0.9115565 24.28

    X5X7 0.925 0.9993744 2.03

    X5X14 0.931 0.9765726 12.43

    X7X14 0.966 0.9683515 14.45

    Korelasi antar variabel dicerminkan sudut yang dibentuk antar variabel.

    Tabel 4.5 menampilkan urutan nilai korelasi dan sudut yang dibentuk antar

    variabel. Visualisasi dari gambar 4.5 dan tabel 4.5, biplotmemperlihatkan korelasi

    pada variabel X7 dan X14, kedua variabel ini memiliki sudut 14.450, pada uji

    Pearson didapat nilai korelasi sebesar 0.966 dengan nilai signifikan 0.000.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    49/86

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemasalahan lanjut usia terlantar (X7)

    dan keluarga fakir miskin (X14) sangat erat hubungannya.

    Permasalahan anak nakal (X3) dan keluarga rentan (X17) adalah dua

    permasalahan sosial yang memiliki korelasi paling kecil. Pada visualisasi biplot

    (gambar 4.5) tidak begitu tampak, hal ini dikarenakan nilai keragamannya yang

    kecil diperlihatkan pada tabel 4.4 dengan panjang vektoryang kecil pada variabel

    X3dan X17masing-masing adalah 4.58 dan 10.85. Namun pada tabel 4.5 dapat

    diperlihatkan nilai korelasinya yakni sebesar -0.048 dengan sudut 85.930.

    VariabelX14merupakan variabel permasalahan keluarga fakir miskin yang

    memiliki keragaman terbesar dibandingkan variabel lain karena variabel X14

    adalah vektor terpanjang. Hasil dari visualisasi biplot dan nilai korelasinya,

    terdapat banyak sekali permasalahan yang berhubungan terhadap permasalahan

    kemiskinan. Saat ini, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas

    ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

    perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki- laki dan

    perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Kondisi kemiskinan

    ini sangat berhubungan dengan peningkatan jumlah PMKS.

    Bagaimana kemiskinan ini menimbulkan semakin bertambahnya jumlah

    PMKS di Indonesia sesuai data yang diperoleh dari kegiatan kompilasi data

    PMKS 2009. Kemiskinan membuat anak-anak usia sekolah menjadi tidak

    bersekolah, dan putus sekolah. Masyarakat miskin menaruh harapan bahwa

    pendidikan akan membawa perbaikan taraf hidup yang lebih baik. Keterbatasan

    masyarakat miskin untuk mengakses layanan pendidikan dasar terutama

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    50/86

    disebabkan terbatasnya jangkauan fasilitas pendidikan, prasarana dan sarana

    pendidikan, jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar, dan jumlah

    SLTP di daerah perdesaan dan daerah terpencil serta tingginya beban biaya

    pendidikan

    Biaya pendidikan merupakan salah satu bagian yang cukup besar dari

    pengeluaran rumahtangga berpendapatan rendah. Adapun yang mereka keluarkan

    untuk biaya pendidikan bagi rumah tangga yang termasuk berpenghasilan rendah

    yakni biaya pendidikan per anak untuk SD, SLTP dan SLTA. Biaya pendidikan

    tersebut belum termasuk untuk transportasi, membeli seragam, biaya pendaftaran,

    dan pengeluaran lain-lain. Hal ini menyebabkan anak-anak dari keluarga miskin

    menjadi terlantar dalam bidang pendidikan. Banyak anak tidak bersekolah, putus

    sekolah, menjadi pekerja anak, buruh migran, gelandangan, pengemis, dan

    menjadi anak jalanan untuk mencari uang.

    Kemiskinan juga menyebabkan penduduk tidak mampu memiliki rumah

    yang layak huni dari sisi kesehatan. Menurut BPS ada 14 kriteria rumah tidak

    layak huni, antara lain luas lantai atau rumah kurang dari delapan meter persegi,

    lantai masih berupa tanah, berdinding bambu, belum mempunyai jamban, dan

    belum menggunakan penerangan listrik.

    Salah satu kriteria rumah yang layak huni adalah akses sanitasinya. Tidak

    adanya MCK yang memenuhi syarat kesehatan dan rendahnya cakupan air bersih

    (air minum dan mandi) pada rumah tangga tidak layak huni terutama pada

    kawasan pedesaan erat kaitannya dengan rendahnya pengetahuan dan kesadaran

    masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kondisi ini

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    51/86

    mengakibatkan persoalan-persoalan seperti meningkatnya jumlah rumah tangga

    tidak layak huni, menurunya derajat kesehatan kesehatan seperti tingginya angka

    kejadian diare, penyakit kulit, dan penyakit lain akibat rendahnya kualitas air yang

    digunakan.

    Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak masih menjadi persoalan bagi

    masyarakat miskin. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan pangan berkaitan

    dengan rendahnya gizi baik nutrisi maupun kalori, Pada umumnya kesulitan

    pemenuhan pangan ini disebabkan oleh rendahnya daya beli. Permasalahan

    kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk

    miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu. Dari sisi ini terlihat

    bahwa akan banyak balita menjadi terlantar dalam hal asupan gizi, menjadi cacat,

    kecenderungan melahirkan bayi cacat atau lahir dengan resiko penyakit yang

    membahayakan kesehatan ketika dewasa nanti.

    Pada umumnya tingkat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Angka

    kematian bayi (AKB) pada kelompok berpendapatan rendah masih selalu di atas

    AKB masyarakat berpendapatan tinggi. Faktor-faktor ini juga menjadi salah satu

    penyebab meningkatnya jumlah balita terlantar, tingginya kematian balita di

    Indonesia.

    HIV/AIDS di Indonesia adalah sebuah epidemi. Saat ini epidemi HIV ini

    masih terkonsentrasi, dengan tingkat penularan HIV yang rendah pada populasi

    umum, namun tinggi pada populasi-populasi tertentu. Ancaman epidemi telah

    terlihat melalui data infeksi HIV yang terus meningkat khususnya di kalangan

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    52/86

    kelompok berisiko tinggi di beberapa tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan

    bahwa HIV/AIDS telah menjadi ancaman bagi Indonesia.

    Di Indonesia yang dapat mempercepat penyebaran HIV/AIDS antara lain

    meningkatnya penggunaan napza suntik, perilaku berisiko seperti penggunaan

    jarum suntik bersama, tingginya penyakit seksual menular pada anak jalanan,

    serta kurangnya pengetahuan dan informasi pencegahan HIV/AIDS. Tantangan

    yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan program yang secara efektif bisa

    mengatasi faktor risiko ini, termasuk diantaranya harm reductionpada pengguna

    napza suntik. Tantangan lainnya adalah bagaimana menjaga ketersediaan dan

    keterjangkauan obat antiretroviral.Akibat kondisi ini, data PMKS ODHA

    menunjukkan adanya peningkatan dibanding data tahun 2009.

    Antar permasalahan tersebut pun saling berhubungan. Akibat penyakit

    HIV juga berpengaruh langsung terhadap penduduk usia produktif dan para

    pencari nafkah dengan kasus yang terus meningkat. Kematian laki- laki dan

    perempuan pencari nafkah yang disebabkan oleh penyakit tersebut berak ibat pada

    hilangnya pendapatan masyarakat miskin dan meningkatnya jumlah anak

    yatim/piatu, sehingga juga menimbulkan meningkatnya jumlah anak terlantar dan

    balita terlantar.

    Asupan gizi anggota keluarga dalam satu rumahtangga miskin berbeda

    antara perempuan dan anak perempuan dengan laki-laki dan anak laki- laki. Hal ini

    terjadi karena dalam hal makan, budaya masyarakat lebih mendahulukan bapak,

    kemudian anak laki-laki, baru kemudian anak perempuan dan terakhir ibu.

    Buruknya kondisi gizi ibu hamil akibat kebiasaan tersebut mengakibatkan

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    53/86

    tingginya angka kematian ibu pada waktu melahirkan dan setelah melahirkan

    kemudian orang tua (ibu) melahirkan bayi yang cacat, lalu cacat yang terjadi pada

    saat bayi da lam masa pertumbuhan, disamping cacat yang diakibatkan kecelakaan.

    Masyarakat miskin hanya memiliki sedikit pilihan atas pekerjaan yang

    layak dan peluang yang terbatas untuk mengembangkan usaha mereka.

    Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan

    mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang

    kurang seimbang dan kurang kepastian akan keberlanjutannya. Usaha yang

    dilakukan masyarakat miskin juga sulit berkembang karena menghadapi

    persaingan yang tidak seimbang, keterbatasan modal, serta kurangnya ketrampilan

    dan pendidikan. O leh karena itu, masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin

    adalah terbatasnya kesempatan kerja.

    Banyaknya kejadian bencana alam, dan konflik-konflik sosial,

    menyebabkan bertambahnya jumlah korban bencana alam dan bencana sosial.

    Kemiskinan juga menyebabkan mereka menjadi gelandangan, pengemis, buruh

    migran, banyak lanjut usia terlantar dan wanita rawan sosial ekonomi.

    Dalam biplot, kedekatan objek dengan variabel ditunjukkan oleh letak

    objek tersebut terhadap vektor variabel. Jika posisi objek searah dengan arah

    vektor variabel maka objek tersebut bernilai di atas rata-rata, jika berlawanan

    maka nilainya di bawah rata-rata, dan jika hampir di tengah-tengah maka nilainya

    mendekati rata-rata.

    Permasalahan yang paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur (P15),

    Jawa Tengah (P13), dan Jawa Barat (P12) adalah permasalahan keluarga fakir

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    54/86

    miskin (X14), korban penyalahgunaan napza(X13), bekas warga binaan lembaga

    kemasyarakatan(X12), tuna susila(X9), penyandang cacat(X8), lanjut usia terlantar

    (X7), wanita rawan sosial ekonomi(X5), dan anak nakal(X3). Pada gambar 4.5

    terlihat ketiga provinsi tersebut membentuk sudut lancip terhadap permasalahan-

    permasalahan sosial tersebut.

    Permasalahan anak balita terlantar (X1), anak terlantar (X2), anak jalanan

    (X4), korban tindak kekerasan (X6), pengemis (X10), gelandangan (X11), keluarga

    yang tinggal di rumah tak layak huni (X15), korban bencana alam (X16), pekerja

    migran terlantar (X17), orang dengan HIV/AIDS (X18), dan keluarga rentan (X19)

    merupakan permasalahan terbesar bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (P1),

    Sumatera Utara (P2), Sumatera Selatan (P6), Lampung (P8), Banten (P16),Nusa

    Tenggara Timur (P19), Nusa Tenggara Barat (P20), Sulawesi Tengah (P25),

    Sulawesi Selatan (P26), dan Papua (P33). Sedangkan provinsi-provinsi lainnya

    memiliki permasalahan sosial yang tidak terlalu besar.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    55/86

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh suatu kesimpulan

    mengenai kondisi kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia pada tahun 2009.

    Provinsi-provinsi di Pulau Jawa sebagian besar merupakan provinsi dengan

    jumlah PMKS terbesar, yaitu hampir 59.21% PMKS tahun 2009.

    Hasil pengelompokan provinsi-provinsi pada permasalahan PMKS tahun

    2009 dengan metodefuzzy c-meandibentuk 3 kelompok provinsi.

    i.

    Anggota Cluster 1 adalah Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi,

    Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI.

    Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan

    Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi

    Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua

    Barat.Provinsi-provinsi tersebut memiliki karakteristik penduduk yang

    sejahtera.

    ii.

    Anggota Cluster 2 adalah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

    Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa

    Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.Provinsi-provinsitersebut

    memiliki karakteristik penduduk yang cukup sejahtera.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    56/86

    iii.

    Anggota Cluster 3 adalah ProvinsiJawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa

    Timur.

    Provinsi-provinsi tersebut memiliki karakteristik penduduk yang

    tidak sejahtera.

    Permasalahan kemiskinan, keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni

    dan anak terlantar merupakan tiga vektor terpanjang dari vektor-vektor yang lain.

    Hal ini menunjukkan bahwa ketiga permasalahan sosial tersebut merupakan

    permasalahan yang sangat beragam pada setiap provinsi di Indonesia tahun 2009.

    Permasalahan kemiskinanlah yang sebagian besar menjadi penyebab timbulnya

    permasalahan-permasalahan sosial lainnya di Indonesia.

    Dilihat dari posisi relatif provinsi terhadap permasalahan-permasalahan

    sosial yang ada di Indonesia, maka:

    i.

    Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki

    permasalahan-permasalahan sosial yang besar pada permasalahan keluarga

    fakir miskin, korban penyalahgunaan napza, bekas warga binaan lembaga

    kemasyarakatan, tuna susila, penyandang cacat, lanjut usia terlantar,

    wanita rawan sosial ekonomi, dan anak nakal.

    ii.

    Provinsi Sumatera, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Nanggroe

    Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Sulawesi Selatan

    dan Papua adalah provinsi-provinsi yang memiliki permalasahan sosial

    yang besar pada permasalahan anak balita terlantar, anak terlantar, anak

    jalanan, korban tindak kekerasan, pengemis, gelandangan, keluarga yang

    tinggal di rumah tak layak huni, korban bencana alam, pekerja migran

    terlantar, orang dengan HIV/AIDS, dan keluarga rentan.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    57/86

    iii.

    Sedangkan provinsi-provinsi lainnya memiliki permasalahan sosial yang

    tidak terlalu besar.

    Hasil dari pengelompokan dengan fuzzy c-mean clustering tidak jauh

    berbeda dengan hasil pada analisis biplot dalam menerangkan permasalahan-

    permasalahan sosial yang ada di Indonesia pada tahun 2009.

    5.2 SARAN

    Kebijakan dan perencanaan pembangunan Negara Indonesia harus

    dilakukan secara tepat. Termasuk yang berkaitan dengan pembangunan

    kesejahteraan sosial. Program-program yang berhubungan dengan kesejahteraan

    sosial harus terus ditingkatkan. Apalagi berkaitan dengan program-program

    bantuan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dilakukan secara ketat

    dan selektif.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    58/86

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Ahmed, Naveed. 2003.Fuzzy Logic Control Using Matlab Part I. Lahore

    [2] Barker, Kirk. 2005. Singular Value Decomposition Tutorial.

    [3] Gower, J.C. and Hard, D.J. 1996.Biplots. First Edition. Chopman & Hall.

    [4] Irandha, Irma. 2010. Analisa Keluarga Miskin Dengan Menggunakan

    MetodeFuzzy C-Means Clustering. Surabaya.

    [5] Kaymak, Uzay and Setnes, Magne. 2000. Extended Fuzzy Clustering

    Algorithms. Rotterdam, Netherland.

    [6] Kementrian Sosial RI. 2009. Data Penyandang Masalah Kesejahteraan

    Sosial (PMKS)2009.

    http://www.depsos.go.id

    20 maret 2011, pk. 10.00 WIB.

    [7] Komara, Riko. 2010. Petunjuk Teknis Pendataan Penyandang MasalahKesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial

    (PSKS).Serpong, Tangerang Selatan.

    [8] Miyamoto, S., Ichihashi, H., Hondo, K. 2008. Algorithms for Fuzzy

    Clustering. (Methods in c-Means Clustering with Application). Japan.

    [9] Tsaniyah, Nur. F. 2010. Proyeksi Tingkat Kemiskinan Di Indonesia(studi

    kasus: 30 Provinsi). Semarang

    [10] Rohelan, Ellan. 2003. Analisis Permasalahan Sosial Di Provinsi Jawa

    Barat. Bogor.

    [11] Supranton, J. 2004.Analisis Multivariat Arti & Interprestasi. Rineka cipta.

    Jakarta.

    http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=56http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=56http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=56
  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    59/86

    [12] Suranton, Ferry. 2000. Metode Biplot dan Implikasinya Pada Matriks

    Data. Depok

    [13] Susetyo, Budi. 2003.Analisis Peubah Ganda. Institut Pertanian Bogor.

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    60/86

    LAMPIRAN

    Lampiran 1

    Data yang Digunakan

    X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

    P1 27002 87709 1905 517 43743 5607 54451 33457

    P2 128431 340665 7745 2099 94807 1398 157515 58551

    P3 45876 117794 3353 3353 22895 0 69513 25008

    P4 33341 68059 3652 983 20188 808 45399 12524

    P5 28705 50694 13 109 936 309 42191 14964

    P6 43720 128007 1626 1292 14172 539 95479 31991

    P7 35918 68398 1857 649 6846 1876 52221 12339

    P8 14858 36073 8532 2779 94614 233 107457 42877P9 15819 17719 205 33 3659 106 10826 4773

    P10 106957 134076 122 0 73 84 52018 2861

    P11 45433 74077 1416 2751 0 317 46983 21457

    P12 108514 273671 4063 4650 144620 10295 422158 152283

    P13 75434 111449 10231 8027 200537 5005 418562 383647

    P14 12840 13863 844 1200 12499 8808 62854 40027

    P15 107640 157621 12669 7872 193511 1929 565463 382269

    P16 22353 53482 3564 3902 61055 1430 70853 39426

    P17 7188 10176 784 1297 13983 372 39353 8770P18 10894 39166 18705 12764 84759 13944 87076 16092

    P19 84376 492519 5330 12937 88178 18791 220022 38650

    P20 20746 71060 6047 1789 8931 281 67046 16668

    P21 16505 43810 662 31 3097 1621 21185 16879

    P22 10434 19019 3405 375 12398 1208 23479 19621

    P23 22247 62193 8620 499 8618 4111 34787 16196

    P24 22996 65318 5490 566 15523 3352 31300 16301

    P25 25638 61701 13963 4636 31029 3695 31175 46070

    P26 18534 56407 3405 1585 30762 5168 72789 34510P27 9401 25172 6961 2254 9088 362 23811 15210

    P28 2088 7197 530 0 811 877 8484 4927

    P29 4019 16931 725 13 6489 364 9615 8198

    P30 7468 22589 12871 2899 19929 4728 15844 10194

    P31 3003 8369 2323 2570 9466 815 9515 3527

    P32 9828 42016 356 227 1803 254 8709 3103

    P33 58735 399462 3470 355 25209 2156 16197 8572

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    61/86

    Lampiran 1 (Lanjutan)

    X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16

    P1 400 1841 0 1161 1415 529481 143942 19657

    P2 2923 659 748 8717 1662 838363 259096 17232

    P3 394 676 369 1948 890 257412 95161 18917

    P4 2823 236 194 9663 483 253605 60916 59171

    P5 47 508 17 2617 51 133137 50868 34

    P6 945 1164 701 1722 603 596942 176634 4007

    P7 208 209 105 1186 99 120602 38604 8746

    P8 1173 330 235 1926 328 739641 211350 4351

    P9 15 6 6 291 73 28408 11271 145

    P10 1611 206 223 1127 311 74601 17414 1834

    P11 1092 919 1071 586 2421 180660 33789 1413

    P12 3502 2788 34396 10185 5070 2840534 971545 443966

    P13 4817 3939 1576 15246 2562 2888361 594309 187211

    P14 246 448 800 2757 2161 201628 32641 226

    P15 7566 5583 2294 12826 8804 3077188 759839 96608

    P16 901 2281 1342 24695 1422 629318 291267 9491

    P17 392 882 63 1048 1815 134804 40310 4640

    P18 525 628 957 4617 2238 559280 208401 28137

    P19 597 7757 3942 12407 2145 553770 536637 469451

    P20 1419 256 365 702 526 346675 156120 25375

    P21 1521 127 44 261 311 138015 48663 7640

    P22 1047 821 629 1744 580 169418 80740 17305

    P23 3411 215 55 839 468 187768 16979 106293

    P24 1822 61 64 3677 3111 115795 65376 36059

    P25 1350 0 0 469 0 159126 136899 219425

    P26 947 439 146 8174 840 514024 205346 59939

    P27 622 160 4746 320 130 253157 88781 40098

    P28 120 92 186 339 618 70517 70342 3339

    P29 82 14 9 622 29 90573 49716 4160

    P30 815 78 56 3099 4819 144336 85832 26118

    P31 1034 0 94 537 219 56260 55930 1607

    P32 500 0 0 250 78 112093 33621 6785

    P33 2176 0 0 961 2649 487268 252160 6453

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    62/86

    Lampiran 1 (Lanjutan)

    X17 X18 X19

    P1 0 0 0

    P2 197 47 28958

    P3 603 218 7739

    P4 570 186 3216

    P5 79 215 17046

    P6 972 183 276275

    P7 416 14 1938

    P8 226 1 48127

    P9 51 16 664

    P10 56108 438 0

    P11 416 139 0

    P12 4764 4248 23219

    P13 2867 422 40031

    P14 1891 646 105591

    P15 8867 5746 91344

    P16 591 17 65857

    P17 33 148 1655

    P18 5530 8 8162

    P19 13750 105 171311

    P20 1240 3351 107601

    P21 1085 0 3414

    P22 170 6 5978

    P23 4243 110 699

    P24 1212 269 29031

    P25 2576 23 42915

    P26 7700 5 9613

    P27 514 8 13543

    P28 56 14 295

    P29 151 0 843

    P30 516 35 20113

    P31 417 1200 476

    P32 12 283 93

    P33 269 1348 128884

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    63/86

    Lampiran 2

    Program FCM Clustering

    data=A;

    plot(data(:,1),data(:,2),'o')

    [center,U,objFcn]=fcm(data,3);

    figure

    plot(objFcn)

    title('Objective Function Value')

    xlabel('Iteration Count')

    ylabel('Objective Function Value')

    maxU=max(U);

    index1=find(U(1, :) ==maxU);

    index2=find(U(2, :) ==maxU);

    index3=find(U(3, :) ==maxU);

    figure

    line(data(index1,1),data(index1,2),'linestyle',...

    'none','marker','o','color','g');

    line(data(index2,1),data(index2,2),'linestyle',...

    'none','marker','o','color','r');

    line(data(index3,1),data(index3,2),'linestyle',...

    'none','marker','o','color','y');

    hold on

    plot(center(1,1),center(1,2),'ko','markersize',15,'lineWidth',2)

    plot(center(2,1),center(2,2),'ko','markersize',15,'lineWidth',2)

    plot(center(3,1),center(3,2),'ko','markersize',15,'lineWidth',2)

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    64/86

    Lampiran 3

    Nilai Fungsi Tujuan

    Fungsi Tujuan

    Iteration count = 1, obj. fcn = 11426236370857.46300

    Iteration count = 2, obj. fcn = 7172701113970.465800

    Iteration count = 3, obj. fcn = 5015957744215.710000

    Iteration count = 4, obj. fcn = 1425307714071.796900

    Iteration count = 5, obj. fcn = 1053024755669.260000

    Iteration count = 6, obj. fcn = 1040758837512.757900

    Iteration count = 7, obj. fcn = 1040201415707.001800

    Iteration count = 8, obj. fcn = 1040157141875.870600

    Iteration count = 9, obj. fcn = 1040153018496.934600

    Iteration count = 10, obj. fcn = 1040152624821.974700

    Iteration count = 11, obj. fcn = 1040152587068.113600

    Iteration count = 12, obj. fcn = 1040152583443.482400

    Iteration count = 13, obj. fcn = 1040152583095.374300

    Iteration count = 14, obj. fcn = 1040152583061.937900

    Iteration count = 15, obj. fcn = 1040152583058.726400

    Iteration count = 16, obj. fcn = 1040152583058.417200

    Iteration count = 17, obj. fcn = 1040152583058.388100

    Iteration count = 18, obj. fcn = 1040152583058.385300Iteration count = 19, obj. fcn = 1040152583058.384800

    Iteration count = 20, obj. fcn = 1040152583058.385000

    Iteration count = 21, obj. fcn = 1040152583058.384800

    Iteration count = 22, obj. fcn = 1040152583058.385000

    Iteration count = 23, obj. fcn = 1040152583058.384800

    Iteration count = 24, obj. fcn = 1040152583058.384800

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    65/86

    Lampiran 4

    Hasil Clustering Menggunakan MetodeFuzzy C-MeanClustering

    Provinsi

    Kelompok Keanggotaan

    1 2 3

    Nanggroe Aceh Darussalam 0.14272 0.85392 0.00337

    Sumatera Utara 0.14603 0.83514 0.01883

    Sumatera Barat 0.88126 0.1166 0.00214

    Riau 0.9301 0.06848 0.00142

    Jambi 0.99468 0.00516 0.00016

    Sumatera Selatan 0.14189 0.85142 0.00669

    Bengkulu 0.9898 0.00988 0.00032

    Lampung 0.08907 0.90462 0.00631

    Bangka Belitung 0.95137 0.04659 0.00204

    Kepulauan Riau 0.92707 0.07027 0.00267

    DKI Jakarta 0.98322 0.01632 0.00045

    Jawa Barat 0.01459 0.02108 0.96434

    Jawa Tengah 0.00614 0.00886 0.985

    DI. Yogyakarta 0.93574 0.06257 0.00169

    Jawa Timur 0.00603 0.00847 0.9855

    Banten 0.0516 0.94585 0.00255

    Bali 0.98826 0.01137 0.00037

    Nusa Tenggara Barat 0.09912 0.89776 0.00312

    Nusa Tenggara Timur 0.31448 0.6412 0.04433

    Kalimantan Barat 0.58696 0.4085 0.00454

    Kalimantan Tengah 0.99567 0.0042 0.00013

    Kalimantan Selatan 0.99081 0.00894 0.00025

    Kalimantan Timur 0.9601 0.03879 0.00111

    Sulawesi Utara 0.99318 0.00661 0.00021

    Sulawesi Tengah 0.84232 0.15317 0.00452

    Sulawesi Selatan 0.12914 0.86776 0.0031

    Sulawesi Tenggara 0.93173 0.06686 0.00142

    Gorontalo 0.96952 0.02935 0.00112

    Sulawesi Barat 0.97954 0.01973 0.00072

    Maluku 0.99111 0.00864 0.00026

    Maluku Utara 0.96503 0.03363 0.00134

    Papua Barat 0.98679 0.01276 0.00044

    Papua 0.2321 0.75794 0.00996

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    66/86

    Lampiran 5

    ProgramBiplot

    title 'Analisis BIPLOT untuk Kesejahteraan Sosial di Indonesia';

    /***BIPLOT***/PROCIML;

    /***DATA ***/CREATE BIPLOT VAR {K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9

    K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21K22 K23 K24 K25 K26 K27 K28 K29 K30 K31 K32 K33};INFILE 'C:\BIPLOT\biplot data olah2.txt';

    DO DATA;INPUT K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11

    K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21 K22 K23K24 K25 K26 K27 K28 K29 K30 K31 K32 K33;

    APPEND;END;READ ALL INTO MEG;

    CLOSE BIPLOT;print MEG;/*PENYUSUNAN MATRIK GEI*/

    RG=MEG[+,]/19;PRINT RG;RE=MEG[,+]/33;PRINT RE;

    R=MEG[+,+]/627;PRINT R;MRG=REPEAT(RG,19,1);PRINT MRG; /*rataan tiap galur*/MRE=REPEAT(RE,1,33);PRINT MRE; /*rataan tiap lokasi*/

    MR=REPEAT(R,19,33);PRINT MR;/*rataan umum*/MPEG=MEG-MRE-MRG+MR;

    PRINT MPEG;/*matrik pengaruh interaksi*/Z=t(MPEG)*MPEG;Print Z;

    a=eigval(Z); print a;/****SVD****/

    CALL SVD(U,Q,V,MPEG);PRINT U; /*matrik U*/PRINT Q; /*matrik L*/

    PRINT V;/***PENDUGAAN SKOR KOMPONEN***/

    Q=SQRT(DIAG(Q));print Q;MSKE=U*Q;MSKG=V*t(Q);

    PRINT MSKE; /*Skor komponen permasalahan kesejahteraan sosial*/PRINT MSKG; /*skor komponen propinsi*/

    /***Pendugaan Daya Hasil***/MSKE1=MSKE[,1:2]; PRINT MSKE1; /*Lokasi diambil dua komponen*/MSKG1=MSKG[,1:2]; PRINT MSKG1; /*propinsi diambil dua komponen*/

    MDPEG=MSKE1*t(MSKG1);PRINT MDPEG; /*Dugaan Pengaruh Interaksi*/

    MDEG=MRE+MRG-MR+MDPEG; /*kesejahteraan sosial*/print MDEG;

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    67/86

    Lampiran 5 (Lanjutan)

    /*-------------------------------------------------------------------*

    * Name: BIPLOT.SAS *

    * Title: Construct a biplot of observations and variables ** Uses IML. *

    * Doc: http://www.math.yorku.ca/SCS/sssg/biplot.html **-------------------------------------------------------------------*

    * Author: Michael Friendly ** Created: 1 Mar 1989 13:16:36 ** Revised: 22 Jul 1998 11:08:14 *

    * Version: 1.6 ** 1.5 Added dimension labels, fixed problem with dim=3, *

    * Added colors option, Fixed problem with var=_NUM_ ** 1.6 Added power transformation (for log(freq)) *

    * Added point symbols, marker styles (interp=) ** Made ID optional, can be char or numeric ** Fixed bug introduced with ID *

    * ** From `SAS System for Statistical Graphics, First Edition'' ** Copyright(c) 1991 by SAS Institute Inc., Cary, NC, USA *

    *-------------------------------------------------------------------*/

    %macro BIPLOT(data=_LAST_, /* Data set for biplot */var =_NUM_, /* Variables for biplot */

    id =ID, /* Observat ion ID variable */dim =2, /* Number of biplot dimensions */

    factype=SYM, /* Biplot factor type: GH, SYM, or JK */scale=1, /* Scale factor for variable vectors */

    power=1, /* Power transform of response */

    out =BIPLOT, /* Output dataset: biplot coordinates */anno=BIANNO, /* Output dataset: annotate labels */

    xanno=dim1,yanno=dim2,zanno=dim3,

    std=MEAN, /* How to standardize columns: NONE|MEAN|STD*/colors=BLUE RED, /* Colors for OBS and VARS */

    symbols=none none, /* Symbols for OBS and VARS */interp=none vec, /* Markers/interpolation for OBS and VARS */

    pplot=NO, /* Produce printer plot? */

    gplot=YES,haxis=, /* AXIS statement for horizontal axis */

    vaxis=, /* and for vertical axis- use to equate axes */name=biplot);

    %let std=%upcase(&std);

    %let factype=%upcase(&factype);%if &factype=GH %then %let p=0;

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    68/86

    Lampiran 5 (Lanjutan)

    %else %if &factype=SYM %then %let p=.5;

    %else %if &factype=JK %then %let p=1;

    %else %do;%put BIPLOT: FACTYPE must be GH, SYM, or JK. "&factype" is not valid.;

    %goto done;%end;

    %if %upcase("&var") ^= "_NUM_" %then %let var={&var};%if &data=_LAST_ %then %let data=&syslast;

    proc iml;

    start biplot(y,id,vars,out, g, scale);N = nrow(Y);

    P = ncol(Y);%if &std = NONE

    %then Y = Y - Y[:] %str(;); /* remove grand mean */%else Y = Y - J(N,1,1)*Y[:,] %str(;); /* remove column means */

    %if &std = STD %then %do;

    S = sqrt(Y[##,] / (N-1));Y = Y * diag (1 / S );

    %end;

    *-- Singular value decomposition:

    Y is expressed as U diag(Q) V primeQ contains singular values, in descending order;

    call svd(u,q,v,y);

    reset fw=8 noname;

    percent = 100*q##2 / q[##];cum = cusum(percent);c1={'Singular Values'};

    c2={'Percent'};c3={'Cum % '};

    Print "Singular values and variance accounted for",,q [colname=c1 format=9.4 ]

    percent [colname=c2 format=8.2 ]

    cum [colname=c3 format=8.2 ];

    d = &dim ;*-- Assign macro variables for dimension labels;lab = '%let p' + char(t(1:d),1) + '=' + left(char(percent[t(1:d)],8,1)) + ';';

    call execute(lab);/*

    call execute('%let p1=', char(percent[1],8,1), ';');call execute('%let p2=', char(percent[2],8,1), ';');if d > 2 then

    call execute('%let p3=', char(percent[3],8,1), ';');

    */

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    69/86

    Lampiran 5 (Lanjutan)

    *-- Extract first d columns of U & V, and first d elements of Q;

    U = U[,1:d];

    V = V[,1:d];Q = Q[1:d];

    *-- Scale the vectors by QL, QR;

    * Scale factor 'scale' allows expanding or contracting the variablevectors to plot in the same space as the observations;

    QL= diag(Q ## g );

    QR= diag(Q ## (1-g));A = U * QL;

    B = V * QR;ratio = max(sqrt(A[,##])) / max(sqrt(B[,##]));

    print 'OBS / VARS ratio:' ratio 'Scale:' scale;if scale=0 then scale=ratio;

    B = B # sca le;

    OUT=A // B;*-- Create observation labels;id = id // vars`;

    type = repeat({"OBS "},n,1) // repeat({"VAR "},p,1);id = concat(type, id);

    factype = {"GH" "Symmetric" "JK"}[1 + 2#g];print "Biplot Factor Type", factype;

    cvar = concat(shape({"DIM"},1,d), char(1:d,1.));

    print "Biplot coordinates",out[rowname=id colname=cvar f=9.4];

    %if &pplot = YES %then %do;

    call pgraf(out[,{12}],substr(id,5),'Dimension 1', 'Dimension 2', 'Biplot');%end;

    create &out from out[rowname=id colname=cvar];append from out[rowname=id];

    finish;

    start power(x, pow);

    if pow=1 then return(x);if any(x

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    70/86

    Lampiran 5 (Lanjutan)

    /*--- Main routine */

    use &data;read all var &var into y[ c=vars ];

    %if &id = %str() %then %do;id=compress(char(1:nrow(xy),4))`;

    %end;%else %do;

    read all var{&id} into id;

    %end;* read all var &var into y[colname=vars rowname=&id];

    %if &power ^= 1 %then %do;

    y = power(y, &power);%end;

    scale = &scale;run biplot(y, id,vars,out, &p, scale );quit;

    /*----------------------------------*

    | Split ID into _TYPE_ and _NAME_ |*----------------------------------*/

    data &out;set &out;

    drop id;length _type_ $3 _name_ $16;

    _type_ = substr(id,1,3);

    _name_ = substr(id,5);label

    %do i=1 %to &dim;dim&i = "Dimension &i (&&p&i%str(%%))"%end;

    ;

  • 7/25/2019 Ubai Fadilah Fst

    71/86

    Lampiran 5 (Lanjutan)

    /*--------------------------------------------------*

    | Annotate observation labels and variable vectors |

    *--------------------------------------------------*/%*-- Assign colors and symbols;

    %let c1= %scan(&colors,1);%let c2= %scan(&colors,2);

    %if &c2=%str() %then %let c2=&c1;

    %let v1= %upcase(%scan(&symbols,1));

    %let v2= %upcase(%scan(&symbols,2));%if &v2=%str() %then %let v2=&v1;

    %let i1= %upcase(%scan(&interp,1));

    %let i2= %upcase(%scan(&interp,2));%if &i2=%str() %then %let i2=&i1;

    data &anno;set &out;length function color $8 text $16;

    xsys='2'; ysys='2'; %if &dim >2 %then %str(zsys='2';);text = _name_;

    if _type_ = 'OBS' then do; /* Label observations (row points) */color="&c1";

    if "&i1" = 'VEC' then link vec;x = &xanno; y = &yanno;

    %if &dim >2 %then %str(z = &zanno;);%if &v1=NONE %then

    %str(position='5';);

    %else %do;if dim1 >=0

    then position='>'; /* rt justify */else position='

  • 7/25/2019 Ub