Upload
vokhanh
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur atas rida Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul “Ritual
Bedekeh Suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada Era
Globalisasi” dapat diselesaikan. Tidak lupa peneliti mengucapkan salawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi terakhir, Muhammad SAW, sebagai suri teladan
bagi umat manusia.
Penulisan disertasi melalui proses yang panjang, banyak kendala dan
permasalahan dalam penyelesaiannya. Disertasi ini akhirnya dapat diselesaikan atas
bantuan dari berbagai pihak, baik morel maupun materiel. Oleh karena itu, atas
segala bantuan yang diberikan, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang terhormat berikut.
Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.A., yang berkenan menjadi
promotor dan dengan penuh dedikasi, tanggung jawab moral, dan keilmuan beliau
membimbing sehingga penulis termotivasi terus menerus untuk merampungkan
disertasi ini. Secara tulus mendalam penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M,Hum. selaku kopromotor I yang dengan penuh
kebijaksanaan memberikan dorongan dan koreksi selama bimbingan berlangsung.
Ucapan terima kasih yang tidak kalah nilainya juga penulis ucapkan kepada Dr.
Pudentia MPSS, selaku kopromotor II yang telah banyak meluangkan kesempatan
dan petunjuk-petunjuk penulisan yang sangat berarti selama bimbingan. Kolaborasi
beliau bertiga telah banyak membantu penulis dalam membuka wawasan pemikiran
dalam penyusunan proposal sampai penyelesaian disertasi. Dengan penuh
vi
kesabaran dan rasa kekeluargaan mereka memberikan banyak ilmu dan pengalaman
hidup.
Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D. KEMD,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S.(K), Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Udayana;
Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Asisten Direktur II Program Pascasarjana
Universitas Udayana; Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D; Dekan Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis dalam mengikuti pendidikan Program Doktor di Universitas
Udayana.
Prof.Dr.Ni Luh Sutjiati Beratha,M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya.
Prof. Dr. Phil.I Ketut Ardana, M.A. sebagai Ketua Program Doktor Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Dr. I Ketut Setawan,M.Hum.
sebagai Sekretaris Program Doktor Kajian Budaya, atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis menempuh pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana.
Semua dosen Program Studi Kajian Budaya, atas segala ilmu yang diberikan
dan petunjuk arahan dalam perkuliahan, yaitu Prof. Dr. I Gde Widja, M.A., Prof.
Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Prof. Dr. I Gede Semadi Astra, Prof. Dr. I Made
Suastika, S.U., Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan,
S.U., Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A., Prof. Dr. A.A. Ngr. Anom Kumbara,
M.A., Prof. Dr. Aron Mbete., Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A., Prof. Dr. I Wayan
Rai S. M.A., Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., Prof. Dr. I Ketut Nehen,
S.E., M.Ec., Prof. Dr. I Made Sukarsa, S.E., M.S., Dr. Putu Sukardja, M.Si., Dr. I
vii
Gde Mudana, M.Si., Dr. I. B. Gde Pujaastawa, M.A., Dr. I Nyoman Dhana, M.A.,
Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna., Dr. Industri Ginting Suka, M.S., Dr. Ni Made
wiasti, M.Hum., dan Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S. Ilmu yang diberikan akan
direfleksikan pada yang memerlukan dalam aktivitas penelitian.
Seluruh civitas akademika Pelita Indonesia Pekanbaru, Direktur Dr. Teddy
Chandra, S.E, M.Si, dan seluruh dosen serta staf yang telah memberikan izin tugas
belajar, staf dan Bupati serta pegawai Kantor Bupati Bengkalis yang telah
memberikan izin dalam penelitian, Narasumber Penelitian Batin Gelimbing Bapak
Amiruddin dan Hendri yang telah meluangkan waktu untuk penelitian, Dinas
Pendidikan Bengkalis, Ketua ATL dan staf Riau Bapak Dr. Al Azhar, serta semua
pihak dalam pencarian data penelitian. Selain itu, juga Ketua ATL Provinsi Bali
Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan
Nasional, dan Ketua ATL, Dr. Pudentia MPSS, M.A., yang telah memberikan
kesempatan dalam mengikuti program-program ATL sekaligus Program Sandwich-
S3 di University de’Orientale di Napoli, Italy; Prof. Dr. Antonia Soriente sebagai
pembimbing dan dosen bahasa dan Sastra Indonesia di Departemen Studi Asia,
Afrika, dan Mediterranean Sea di Universitas Napoli’L”orientale’; teman-teman
kuliah di University de’Orientale di Napoli; Alfonso, Mirriam, Dario, Valeria
Memoli, Guisseppe, dan Mario, dan teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang banyak membantu dan memberikan dukungan moral saat
menuntut ilmu dan tinggal di Napoli.
viii
Seluruh pegawai administrasi Program Studi Kajian Budaya, yaitu I Putu
Wayan Sukaryawan, S.T., Dra. Ni Luh Witari, Cok Istri Murniati, S.E., Ni Wayan
Aryati, S.E., I Putu Hendrawan, I Nyoman Candra, I Ketut Budiastra, I Made
Kurniawan Gria, Ni Komang Juliartini I Gusti Putu Taman, S.H., dan A.A. Ayu
Indrawati. Selain itu, juga seluruh pegawai kantor pusat Program Pascasarjana
Universitas Udayana, yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada
penulis yang berkaitan dengan urusan administrasi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada para pejabat instansi
pemerintahan Kabupaten Bengkalis dan Provinsi Riau atas segala bantuan dan
kemudahan yang telah diberikan selama proses penelitian ini dilaksanakan. Bapak
Amiruddin atau Batin suku Akit yang telah banyak membantu penulis dalam
penelitian ini. Demikian pula seluruh informan yang telah memberikan banyak
informasi dan kemudahan selama kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya sekaligus mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas hal-hal yang tidak berkenan selama kegiatan penelitian ini
dilakukan.
Teman-teman angkatan 2012 Kajian Budaya sebagai teman diskusi dalam
mengasah ketajaman analisis dan memperluas wawasan keilmuan: Bambang, Sri
Ratna, Dayu Trisnawati, Gek Mas Dewa Ayu, Bli Wirata, Nyoman Sila, Sukerna,
Ari, Purnaya, Ardini, Pageh, sahabat yang setia memberikan dukungan dan
semangat; Derinta, Gung Widi, Hasni, Mbak Novena, dan semua teman angkatan
2012 Kajian Budaya serta semua mahasiswa ATL baik di UPI, UI, Unud, UGM
maupun USU.
ix
Orang tua penulis, yaitu Karji Harjono dan Mujiyem yang sangat berjasa
dalam hidup penulis, jerih payah, dukungan, serta doa tulus yang mengantarkan
penulis melalui tahap demi tahap menyelesaikan pendidikan sampai akhir. Mereka
berdua telah menjadi guru yang baik bagi penulis dan menanamkan ajaran moral,
etika, dan agama. Saudara penulis, Pri, Nur, Tini, Doko, Arwan, dan semua
ponakan yang telah memberikan dukungan moral dan doa menghantarkan penulis
dapat menyelesaikan disertasi ini. Penulis paham dan mengerti dari pandangan mata
atas kegundahan, kekhawatiran, dan kesedihan setiap penulis melakukan aktivitas
kegiatan perkuliahan, penelitian, dan penulisan dalam menyelesaikan disertasi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada pihak terkait yang telah
memberikan izn tugas belajar dan pihak pihak terkait yang telah banyak membantu
demi lancarnya pendidikan.Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua mahasiswa, baik di UNRI, UT, Stikom Pelita Indonesia, STIE Pelita
Indonesia, UIR, UIN, SMK Muhammadiyah, keluarga besar SMA N Rupat dan
semua kolega dosen berserta keluarga besar Muhammadiyah yang memberikan
dukungan dan doa untuk dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Semoga amal
dan perbuatan yang kalian berikan dan dukungan mendapat pahala dari Yang
Kuasa.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada Stephen John Kyne
yang banyak membantu dalam penulisan ini dan meluangkan waktu untuk diskusi
dan menyediakan tempat dan banyak membantu dalam translete ke dalam bahasa
Inggris. Begitu juga pihak-pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
baik itu dosen undangan, teman diskusi dan dosen luar yang telah meluangkan
x
waktu serta tenaga baik berupa bantuan materiil dan non materiil pada penulis.
Terima kasih banyak atas partisipasi dan dukungan yang telah diberikan semoga
kebaikan dari semua pihak dapat imbalan dari Tuhan Maha Esa.
Akhirnya, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
menyelesaikan studi ini. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
bidang seni budaya dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya dalam
mengeksplorasi tradisi lisan sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Di atas
segalanya, kepada Tuhan yang Mahakuasa penulis memanjatkan doa agar
anugerah-Nya dilimpahkan untuk kita semua.
Penulis telah berupaya menyempurnakan disertasi ini dan tidak menutup
kemungkinan adanya kekurangan. Penulis menerima koreksi dan pemikiran -
pemikiran dalam upaya menyempurnakan disertasi ini. Akhirnya, hanya kepada
Allah SWT penulis berserah diri dan mohon ampun atas segala kesalahan. Kepada-
Nya jugalah penulis menyerahkan semua pihak berikut segala bentuk bantuannya
dalam penyusunan disertasi ini. Semoga disertasi ini memberikan manfaat bagi
banyak kalangan. Amin Ya Rabbal’Alamin.
Denpasar, Desember 2016
Penulis.
ABSTRAK
xi
Ritual bedekeh sangat erat kaitannya dengan tradisi dan adat istiadatmasyarakat suku Akit. Suku Akit menggunakan sistem pengetahuan, kepercayanpresepsi sebagai bagian dari kebudayaan dan tradisi mereka terhadap konsep sehatdan sakit serta penyebab sakit tersebut. Suku Akit dan masyarakat pendukungnyatelah memiliki pengetahuan lokal (local knowlegde) dan kearifan lokal (localwisdom) dalam mengatasi masalah kesehatan dan cara mengobatinya apabilamasyarakat mengalami gangguan kesehatan.
Penelitian ini membahas tradisi ritual bedekeh suku Akit di Pulau RupatKabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Tradisi ini masih tetap dipraktikkan olehmasyarakat suku Akit, tetapi keberadaan sekarang semakin terpinggirkan olehfaktor intern dan ekstern. Pelaksanaan ritual bedikie banyak mengandung kearifanlokal, simbol, nilai, dan dampak bagi kehidupan masyarakat pendukungnya.
Penelitian ritual bedekeh oleh bomoh pada suku Akit di Pulau RupatKabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dirancang sesuai dengan paradigma keilmuankajian budaya (cultural studies). Sebagai landasan analisis, digunakan teorihegemoni, teori praktik, dan teori wacana relasi kuasa dan pengetahuan. Data dalampenelitian ini dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara mendalam, studipustaka, dan dokumentasi.
Berdasarkan telaah dan metode analisis pelaksanaan upacara ritualmempunyai tahap-tahap yang harus dilakukan sebagai berikut Pertama,pemeriksaan, yaitu pemeriksaan perlengkapan upacara ritual dipimpin oleh Batindan Bomoh menentukan waktu untuk mengadakan ritual.Kedua, penyerahan, yaituBomoh menyerahkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam upacarapelaksanaan ritual, Ketiga, tegak bomoh, yaitu berlangsungnya upacara ritualpengobatan oleh bomoh. Faktor yang memengaruhi semakin terpinggirnya ritualbedekeh suku Akit di Desa Hutan Panjang, Kecamatan Rupat, KabupatenBengkalis, Provinsi Riau adalah relasi kuasa dalam konversi agama, stigma negatifbahwa orang Akit terkenal dengan ilmu sihir, perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi dalam sistem pengobatan modern dan pengaruh pendidikan formal dannonformal dalam berbagai jenjang dan cara berpikir manusia. Implikasi dariketerpinggiran ritual bedekeh adalah sikap terbuka suku Akit melalui kontakbudaya (akulturasi) dengan kebudayaan lain, penyederhanaan praktik ritual olehbomoh dalam dimensi waktu, dan semakin menguatnya identitas suku Akit. Upayayang dilakukan sebagai langkah strategis pewarisan ritual bedekeh secara intern danekstern. Profesi bomoh dianggap sangat membantu dan masih dibutuhkan untukpengobatan, pemerintah diharapkan memberikan bantuan kepada profesi bomohdari segi pendanaan (tunjangan) agar lebih fokus terhadap profesi sebagai pengobattradisional.
Kata kunci: bedikie, bomoh, suku Akit, keterpinggiran, pewarisan
ABSTRACT
The Bedekeh ritual is closely associated with the traditions and customs ofthe tribal community Akit. The Akit uses a system of knowledge, belief and
xii
perception as a part of their culture and traditions, and this system allows them todistinguish the concept of healthy and sick as well as the cause of the pain. The Akitcommunity have localized knowledge and accumulated wisdom that is brought tobear in addressing health problems.
This study discusses the tradition of bedekeh ritual by Akit on RupatIslandin Bengkalis Riau Province. This tradition is still practiced by the Akit, acommunity that is now even more marginalized due to various internal and externalfactors, which are documented as part of this research. The Bedekeh ritual containsmuch symbolism and represents the accumalted wisdom of the bomoh and thevalues of the community.
The research into the bedekehritual by Akit bomoh on Rupat Island has beenundertaken in accordance with the scientific methodology required of culturalstudies. As the cornerstone of the analysis, hegemony theory, practice theory, andtheoretical discourse of power relations and knowledge have been utilized.
Data was collected through observation, interviews, literature review, anddocumentation. Based on a review and analysis methods implementation of ritualceremonies, is has been observed that the bedekeh ritual has several obligatorystages: (1) A ceremonial ritual led by the Bomoh to determine when to hold a ritual(2) Determination of the equipment needed in the ritual, and handling over theequipment and materials (3) The bomoh undertakes the treatment rituals with anassistant and a musician, usually on drums. There are a number of factors affectingthe growing marginalization of ritual treatment by bomoh of the Akit in tribesituated in the village of Forest Long District on Rupat Island. Firstly, is the effectof religious conversions by some members of the Akit. Secondly, there is thenegative stigma that people from other communities associated with witchcraft.And thirdly, the development of science and technology in the treatment of healthissues; including the influence of formal and informal education on Akit communityand those they come into contact with. The implications of the marginalizationbedekeh ritual include a more open attitude by others trough contact with the Akit,a form of acculturation that is two-way; a simplification of ritual practices by thebomoh as time progresses; and the strengthening of the Akit ethnic identity. Effortsare being made as a strategic move by bomoh to encure the bedekeh ramins part ofAkit culture due to various internal and external. Bomoh consider bedekehcontinues to helpful for treatment of health issues. There is expectation that theIndonesia government is expected to provide assistance (by way of funding) to thebomoh to allow them to focus on their profession as traditional healers.
Keywords: bedikie, bomoh, Akit tribe, marginalization, inheritance
RINGKASAN DISERTASI
Disertasi in imerupakan hasil kajian terhadap sebuah realitas budaya yang
terjadi di kalangan suku Akit pada era globalisasi, yaitu keterpinggiran ritual
bedekeh oleh bomoh pada suku Akit. Dalam perspektif kajian budaya, penelitian ini
mengangkat realitas lapangan yang empiris berkaitan dengan permasalahan
xiii
globalisasi kebudayaan. Salah satu tradisi suku Akit adalah ritual bedekeh yang
dilakukan oleh bomoh. Bedekeh merupakan tradisi pengobatan yang bersumber dari
ajaran leluhur dan hal itu dilaksanakan ketika masyarakat Akit sedang
membutuhkan jasa pengobatan yang merupakan mencari atau melihat suatu
penyakit pada diri seseorang. Ritual ini mengandung berbagai unsur mistis, bahkan
mereka meyakini adanya kaitan penyembuhan yang dilakukan langsung oleh jin-
jin atau roh leluhur tertentu, sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan masyarakat.
Ritual bedekeh tidak sekadar sebagai stimulate of emotion, tetapi menjaga
keselarasan antarmanusia dengan manusia dan manusia dengan kosmos. Dalam
menjaga keselarasan manusia diingatkan akan hakikat kemanusiaannya bahwa ada
kekuatan-kekuatan lain di luar kemampuan jangkauan pikiran manusia.Suku Akit
dan masyarakat pendukungnya telah memiliki pengetahuan lokal (local knowlegde)
dan kearifan lokal (local wisdom) dalam mengatasi berbagai masalah dalam
komunitasnya, terutama masalah kesehatan dan cara mengobatinya apabila
masyarakat mengalami gangguan kesehatan.
Ritual bedekeh dalam era modern memberikan warna tersendiri dalam ranah
budaya bangsa masa kini sebagai alternatif penyembuhan terhadap penyakit. Pada
era modernisasi, perkembangan dan majunya ilmu pengetahuan serta teknologi
sangat pesat, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan berakibat pada
bergesernya tradisi dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pergeseran budaya
dan tradisi mencakup adatistiadat, agama, seni, dan berbagai ragam budaya yang
ada. Dengan demikian, sebagai budaya dan tradisi yang telah menjadi kekayaan
bangsa Indonesia, penting untuk didorong dan diupayakan penelitian budaya di
samping pengkajian tradisi lokal agar terhindar dari kemerosotan nilai dan ancaman
kepunahan.
Penelitian ini difokuskan pada tiga pokok permasalahan ritual bedekeh oleh
bomoh suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Pertama,
mengapa ritual bedekeh suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi
Riau semakin terpinggirkan. Kedua,bagaimana implikasi keterpinggiran ritual
bedekeh suku Akit di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada era
xiv
global. Ketiga, bagaimana strategi pelestarian pewarisan ritual bedekeh suku Akit
di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada era global.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, mengetahui, memahami,
menganalisis, dan mengkritisi fenomena ritual bedekeh pada era globalisasi. Di
samping itu, juga ingin mengetahui dan memahami fenomena budaya lokal suku
Akit dalam perspektif kajian budaya. Tujuan lainnya adalah mengungkapkan latar
belakang terjadinya keterpinggiran ritual bedekeh. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami ritual pengobatan dan faktor yang
memengaruhi keterpinggiran ritual pengobatan. Di samping itu, juga mengatahui
implikasi dari keterpinggiran ritual bedekeh dan strategi yang dapat dilakukan
dalam sistem pelestarian pewarisan ritual pengobatan oleh bomoh pada suku Akit
di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada era globalisasi dalam
khazanah kebudayaan masyarakat pendukungnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun
praktis. Manfaat teoretis temuan yang dihasilkan penelitian ini memberikan
kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kajian budaya,
terutama yang berkaitan dengan keberadaan ritual bedekeh pada era globalisasi.
Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan,
tidak saja di bidang kajian budaya, tetapi juga secara meluas dan bersifat
multidisipliner. Di pihak lain manfaat praktis penelitian ini merupakan upaya
intelektual dalam memberikan proses pemahaman, pencerahan, dan emansipatoris
yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi sosial budaya melalui suatu
proses ilmiah. Di samping itu, memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan
kehidupan masyarakat dalam hal ritual pengobatan dan bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran kepada pemerintah dalam konteks penggalian nilai-nilai budaya
lokal.
Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, digunakan
metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya yang bersifat kritis,
interdisipliner, dan multidimensional. Adapun data diperoleh melalui studi
kepustakaan, studi dekomentasi, observasi, dan wawancara. Setelah dilakukan
verifikasi, data kemudian dianalisis dengan beberapa teori yang relevan, seperti
xv
teori hegemoni, teori praktik, teori wacana relasi kuasa dan pengetahuan dan tradisi
lisan.
Pelaksanaan bedekeh mempunyai tahap-tahap yang harus dilakukan sebagai
berikut. Pertama, pemeriksaan, yaitu pemeriksaan perlengkapan yang akan
dibutuhkan dalam upacara ritual oleh perangkat adat yang dipimpin oleh Batin,
Bomoh dibantu oleh asisten dan menentukan waktu yang tepat untuk mengadakan
ritual dengan cara menilik (meramal). Kedua, penyerahan, yaitu Bomoh
menyerahkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam upacara pelaksanaan
ritual sebelum upacara dilakukan, semua peralatan dan perlengkapan berserta
tempat sesajen. Ketiga, tegak bomoh, yaitu berlangsungnya upacara ritual
pengobatan oleh bomoh dibantu asistennya seorang penabuh gendang.
Ritual bedekeh oleh bomoh dijumpai dalam dua sistem, yaitu sistem
penatalaksanaan pengobatan dan sistem perawatan kesehatan. Tahap pertama
terdiri atas (1) metode pengobatan yang dilakukan, (2) mencari sebab-sebab
terjadinya suatu penyakit (mendiagnosis penyakit), dan (3) penentuan sarana
pengobatan. Kedua, sistem perawatan kesehatan meliputi (1) penentuan penyebab
penyakit dan (2) tindakan terapi ditekankan pantangan-pantangan yang harus
dipatuhi oleh si sakit. Pelaksanaan ritual bedekeh merupakan suatu kegiatan yang
sarat akan makna, memiliki suatu kekuatan tertentu, religi dan mencerminkan
identitas diri suku Akit yang menggambarkan sebuah kompleksitas sebuah ritual.
Ritual bedekeh mengandung ideologi yang menjadi panutan suku Akit.
Ideologi tersebut terbagi dalam dua bagian, yakni ideologi kosmologi dan ideologi
religius. Ideologi kosmologi ritual bedekehterkait dengan konsepsi suku Akit
mengenai proses penciptaan makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos
(manusia), sedangkan ideologi religius terkait dengan konsepsi suku Akit mengenai
hubungan manusia dengan leluhur Akit dan Tuhan. Totalitas ritual bedekehyang
dipraktikkan suku Akit terakumulasi dalam bentuk simbol-simbol yang sarat
makna, yakni makna religius, makna sakralitas, makna keharmonisan, makna
peduli terhadap alam, makna identitas, makna pengendalian sosial, dan makna
kebersamaan.
xvi
Eksistensi ritual bedekeh belakangan ini mengalami keterpinggiran oleh
tekanan faktor internal dan eksternal. Hegemoni negara melalui undang-undang
desa, membawa dampak yang rumit bagi kelangsungan hidup suku Akit karena
kedudukan pemimpin Akit diganti oleh kepala desa. Di samping itu, juga
menggiring umat manusia pada pola kesamaan budaya atau homogenitas budaya
yang menentang nilai-nilai dan identitas kelompok. Berbagai alasan-alasan
hegemoni mayoritas, kelompok minoritas suku Akit tidak mendapatkan jaminan
kebebasan beragama karena tidak mengikuti satu dari “agama-agama resmi karena
Akit (penganut agama lokal) yang dianggap “tidak beragama”. Melayu telah
melakukan konversi massal kepada Islam, bahkan menjadikan Islam sebagai
identitas dirinya dan mengatakan bahwa Melayu identik dengan Islam.
Kelompok Islam atas nama ideologi Islam mainstream yang mendasarkan
pada kebenaran tunggal dan menolak tradisi lokal ritual bedekeh karena dianggap
mengandung ajaran animisme yang bersifat syirik, musrik, dan sesat. Kondisi yang
demikian mengidentifikasi bahwa proses hegemoni dan dominasi ideologi Islam
mainstream dan modernisasi terhadap tradisi lokal ritual bedekeh suku Akit.
Stereotip terhadap orang suku Akit sering diposisikan sebagai area terluar (periferi)
dan menempatkan pada posisi yang rendah dan derajat sosial terendah dalam
hierarkhi ‘dunia Melayu’. Mereka dianggap bukan bagian dari apa yang disebut
kaum aristokrat Melayu sebagai ‘umat’ (nation of Islam) untuk menyebut bangsa
Melayu yang ‘homogen’. Mereka dianggap bukan umat karena tidak menjalankan
adat Melayu, tidak memeluk agama Islam, berbahasa dan berdialek Melayu, serta
berpenampilan seperti lazimnya orang Melayu kebanyakan yang ada di bumi
Melayu. Konstruksi struktur sosial yang demikian masih memengaruhi masyarakat
Melayu hingga sekarang. Hal ini justru akan merusak marwah yang yang
merupakan simbol-simbol terpenting dalam citra kehidupan orang Melayu.
Masuknya pengobatan modern ke Indonesia seiring dengan ekspansi negara
Barat ke negara-negaraTimur, termasuk Indonesia pada umumnya dan suku Akit
pada khususnya. Dunia kedokteran modern yang bersifatrasional mereduksi
keberadaan bomoh/dukun yang non rasional. Lembaga-lembaga kesehatan modern,
seperti dokter, rumah sakit, puskesmas, klinik, obat modern dan lain-lain perlahan-
xvii
lahan dan akan berkembang menggeser kedudukan pengobatan tradisional.
Pendidikan modern juga mengajarkan bahwa pengobatan modern adalah
pengobatan yang terbaik. Peraturan dan kebijakan negara melegitimasi bahwa
metode pengobatan yang diakui adalah pengobatan modern mengakibatkan
keberadaan bomoh/dukun dan praktik pengobatan tradisional justru akan semakin
tersisih.
Pendidikan dan pengetahuan teknologi, informasi, dan modernitas yang
melanda suku Akit juga menjadi penyebab keterpinggiran ritual bedekeh.
Pendidikan formal dapat mengalihkan kebiasaan berperilaku mereka sehari-hari,
khususnya kebiasaan masyarakat Akit dalam memperlakukan hal-hal mistis atau
yang berhubungan dengan alam gaib. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang mengedepankan nilai ekonomi, logika rasional cenderung
menggeser keberadaan tradisi lisan di masyarakat.
Otonomi daerah dengan sistem pemerintahan desa membawa dampak di
kalangan masyarakat adat Akit, yaitu bergesernya kedudukan Batin diambil alih
oleh kepala desa dengan segenap aparat jajarannya di Desa Hutan Panjang,
Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Akibat pergeseran yang
terjadi tersebut, tradisi ritual bedekeh mengalami keterpinggiran dan kesenjangan
budaya, padahal tradisi ritual bedekeh ini berpotensi dan relevan bagi penguatan
relegi, identitas, kebersamaan, solidaritas, dan pengembangan sumber daya
manusia yang unggul dalam hal tradisi lisan pada suku Akit. Selain hal tersebut,
faktor keterpinggiran juga terjadi karena minimnya pendapatan seorang bomoh
Pekerjaan sebagai bomoh semata-mata untuk mengabdikan diri sebagai
panggilan jiwa yang bertolak belakang dengan keadaan generasi muda sekarang.
Generasi muda sekarang semua diukur dengan uang sehingga profesi sebagai
bomoh justru tidak diminati. Profesi sebagai bomoh tidak memiliki standar upah
yang jelas, tidak bisa menentukan jumlah penghasilan atau upah, bergantung pada
keiklasan tidak terkait dengan nominal uang, tetapi terkait dengan kepuasaan
individu.
Implikasi dari keterpinggiran ritual bedekeh adalah sikap terbuka dan
transformasi nilai-nilai yang bersumber dari luar konteks budaya lokal suku Akit
xviii
yang terjadi melalui kontak budaya (akulturasi) dengan kebudayaan lain,
penyederhanaan praktik ritual oleh bomoh dalam dimensi waktu dan sikap terbuka
masyarakat Akit,tetapi perubahan tersebut tidak memengaruhi makna praktik
ritual. Perubahan tersebut merupakan bentuk adaptasi yang direncanakan atas
kehendak bomoh terhadap perkembangan zaman. Hal lain adalah semakin
menguatnya identitas suku suku Akit yang sampai saat ini masih menjalankan ritual
bedekeh oleh bomoh sebagai ciri atau identitas mereka pada komunitas suku Akit.
Pada kondisi zaman sekarang yang serba canggih maka ritual pengobatan
oleh bomoh juga akan menyesuaikan dengan keadaan sekarang. Berdasarkan
temuan yang didapatkan dilapangan bahwa dengan adanya arus globalisasi yang
melanda suku Akit telah terjadi ketepinggiran ritual pengobatan oleh bomoh. Dalam
era globalisasi, tradisi ritual bedekeh tidak bisa dipungkiri pasti akan menggalami
berbagai pembaruan, penyesuaian atau bahkan mungkin, akan hilang dikalangan
masyarakat pendukungnya. Dalam menghadapi pembaruan, perubahan,
penyesuaian, atau kepunahan diperlukan sikap dan langkah-langkah antisipasi.
Kalaupun terjadi pembaruan, penyesuaian, ataupun perubahan diharapkan tidak
sampai menyangkut roh budaya (inner cultural) sehingga kekuatan nilai, makna
yang terkandung dalam tradisi ritual bedekeh tetap ada.
Tradisi ritual bedekeh oleh bomoh di pulau Rupat tidak akan hidup jika tidak
mengalami transformasi dimana terdapat penyesuaian antara tradisi dengan
modernisasi yang merupakan sebuah kewajaran karena kebudayaan merupakan
sebuah aspek yang akan senantiasa mengalami dinamika. upaya yang dilakukan
sebagai langkah strategis pewarisan ritual bedekeh yaitu secara intern dan ekstern.
Hal ini bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Akit dari faktor
yang menyebabkan keterpinggiran suatu tradisi budaya suku Akit di Pulau Rupat
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau di era globalsebagai bentuk kebudayaan untuk
dimanfaatkan, dikembangkan, diberdayakan, di lindungi dan dijaga dari
kepunahannya.
Untuk menghindari keterpinggiran ritual bedekeh suku Akit akibat
hegemoni ideologi tertentu, posisi penulis memberikan pembelaan terhadap ritual
bedekeh sekaligus menyarankan kepada pemerintah supaya memberikan ruang
xix
publik selebar lebarnya terhadap ritual bedekeh untuk tumbuh dan dipraktikkan
dalam masyarakat pendukungnya serta memperhatikan profesi dari seorang bomoh.
Pembelaan ini merupakan sebuah keharusan, mengingat ritual bedekeh memiliki
kearifan lokal, ideologi, makna, dan mengandung nilai moral yang bisa
mewujudkan nilai kebersamaan suku Akit sekaligus penanda identitas suku
tersebut.
Pewarisan tradisi lisan bedekeh penting dilakukan dengan beberapa
pertimbangan, pertama tradisi lisan bedekeh telah mengalami keterpinggiran
karena adanya pengaruh globalisasi; kedua pemimpin ritual yaitu batin sebagai
pemimpin ritual umumnya sudah lanjut usia salah satu mereka akan meninggal
dunia sehingga pengetahuannya akan turut hilang tanpa mewariskan kepada
generasi muda. Pewarisan yang dilakukan oleh suku Akit bersifat internal dan
pewarisan eksternal. Pewarisan internal adalah pewarisan tradisi lisan dilakukan
secara kolektif oleh suku Akit untuk memenuhi kondisi-kondisi tertentu yang
mempengaruhi dan menentukan keberlangsungan adat dan kebiasaan hidup suku
Akit dalam ritual, antara lain bomoh mewariskan keahliannya kepada generasi
muda. Sedangkan faktor eksternal terkait dengan adanya bantuan atau intervensi
dari pemerintah setempat seperti melalui kebijakannya agar suatu tradisi lisan bisa
bertahan.
Hasil temuan baru penelitian,profesi bomoh sangat membantu dan masih
dibutuhkan untuk pengobatan, pemerintah diharapkan memberikan bantuan dari
segi pendanaan (tunjangan) terhadap profesi bomoh sebagai bagian pengobat
tradisional. Ritual bedekeh merupakan salah satu pengobatan alternatif bagi dunia
kesehatan terutama dalam hal pengobatan.
Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya problematik empirik yang belum
tergali secara mendalam terkait dengan keterpinggiran ritual bedekeh oleh bomoh
pada era globalisasi, maka saran dan rekomendasi dapat disampaikan. Pertama,
tenaga pengobatan medis modern mendukung peran bomoh melalui praktek
pengobatan di pemukiman yang jauh dari puskesmas induk sehingga kerjasama
yang baik akan menghadirkan keharmonisan dalam masyarakat, kedua pemerintah
melakukan pembinaan terhadap bomoh dan upaya-upaya untuk melestarikan
xx
profesi bomoh dalam pengobatan tradisional harus mampu berperan aktif dalam
usaha pelestarian budaya masyarakat lokal dengan membuat kebijakan dan
peraturan daerah tentang pelestarian budaya dan perencanaan pendanaan secara
berkelanjutan khususnya budaya dan tradisi yang masih berfungsi dalam
masyarakat pendukungnya, ketiga Pemerintah daerah melalui instansi terkait
hendaknya memberikan dukungan pembinaan agar masyarakat lokal dapat
mengembangkan dirinya guna menjaga dan mempertahankan identitas budaya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
...........................................................................................................
...........................................................................................................
i
SAMPUL DALAM
...........................................................................................................
xxi
...........................................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
...........................................................................................................
...........................................................................................................
iii
LEMBAR PENGUJI
...........................................................................................................
...........................................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
...........................................................................................................
...........................................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH
...........................................................................................................
...........................................................................................................
vi
ABSTRAK
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xi
ABSTRACT
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xii
RINGKASAN
DISERTASI
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xiii
xxii
DAFTAR ISI
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xxi
DAFTAR TABEL
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xxiii
DAFTAR GAMBAR
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xxiv
GLOSARIUM
...........................................................................................................
...........................................................................................................
xxv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... ..... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoretis ....................................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP., LANDASAN TEORETIS, DAN
MODEL PENELITIAN..................................................................... 12
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 12
2.2 Konsep ......................................................................................................... 18
xxiii
2.2.1 Ritual ......................................................................................................... 19
2.2.2 Bomoh........................................................................................................ 22
2.2.3 Pengobatan Tradisional.............................................................................. 24
2.2.4 Suku Akit .................................................................................................. 25
2.2.5 Keterpinggiran .......................................................................................... 26
2.2.5 Era Globalisasi .......................................................................................... 27
2.2.6 Tradisi Lisan ............................................................................................. 30
2.3 Landasan Teori ............................................................................................. 34
2.3.1 Teori Hegemoni ........................................................................................ 31
2.3.2 Teori Praktik .............................................................................................. 41
2.3.3 Teori Wacana Kuasa dan Pengetahuan ..................................................... 45
2.4 Model Penelitian ........................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 51
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................... 51
3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................... 53
3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................. 53
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 54
3.5 Teknik Penentuan Informan ......................................................................... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 56
3.6.1 Observasi ................................................................................................... 56
3.6.2 Wawancara ................................................................................................ 56
3.6.3 Dokumentasi ............................................................................................. 57
3.7 Teknik Analisis Data .................................................................................... 58
3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian ............................................................... 59
BAB IV GAMBARAN UMUM SUKU AKIT ................................................ 60
4.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 60
4.2 Demografi .................................................................................................... 62
4.3 Sosial Budaya ............................................................................................... 65
4.4 Pemerintahan................................................................................................. 68
xxiv
4.5 Sejarah Suku Akit ........................................................................................ 81
4.6 Asal Usul Sejarah Bedekeh .......................................................................... 81
4.7 Ritual Bedekeh .............................................................................................. 91
BAB V KETERPINGGIRAN RITUAL BEDEKEH .................................... 121
5.1 Relasi Kuasa dalam Konversi Agama oleh Pemerintah ............................... 123
5.2 Stereotip tentang Akit dalam Pandangan Melayu......................................... 137
5.3 Masuknya Sistem Pengobatan Modern ........................................................ 144
5.4 Pendidikan dan Kemajuan Teknologi ........................................................... 149
5.5 Pergeseran Kedudukan Bomoh Karena Undang-Undang Desa .................... 155
5.6 Pendapatan Bomoh yang Minim .................................................................. 162
BAB VI IMPLIKASI KETERPINGGIRAN RITUAL BEDEKEH ............. 166
6.1 Munculnya Sikap Terbuka Masyarakat Akit ............................................... 168
6.2 Penyederhanaan Ritual Bedekeh ................................................................... 172
6.3 Semakin Menguatnya Identitas Suku Akit ................................................... 175
BAB VII STRATEGI PEWARISAN .............................................................. 180
7.1 Pewarisan Tradisi Lisan Secara .................................................................... 185
7.2 Makna Pewarisan Tradisi Lisan ................................................................... 202
7.3 Refleksi ........................................................................................................ 207
BAB VIII PENUTUP ........................................................................................ 210
8.1 Simpulan ...................................................................................................... 210
8.2 Temuan Penelitian ....................................................................................... 211
8.3 Saran ........................................................................................................... 212
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR INFORMAN
xxv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Hutan Panjang Berdasarkan
Umur
...........................................................................................................
...........................................................................................................
63
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Desa Hutan Panjang
...........................................................................................................
...........................................................................................................
64
Tabel 4.3 Jumlah Pemeluk Desa Hutan
Panjang
...........................................................................................................
...........................................................................................................
65
Tabel 4.4 Jumlah Sarana Ibadah di Desa Hutan
Panjang
...........................................................................................................
...........................................................................................................
66
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan di Suku Akit Hutan Panjang
...........................................................................................................
...........................................................................................................
67
xxvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Peta Pulau
Rupat
...........................................................................................................
...........................................................................................................
60
Gambar 4.2 Peta Desa Hutan Panjang
...........................................................................................................
...........................................................................................................
61
xxvii
Gambar 4.3 Struktur Kepemimpinan Suku Akit
...........................................................................................................
...........................................................................................................
69
Gambar 4.4 Bale Pengobatan
...........................................................................................................
...........................................................................................................
97
Gambar 4.5 Peneliti Berpartisipasi Membuat
Ancak
...........................................................................................................
...........................................................................................................
99
Gambar 4.6 Peneliti Mengamati Lilin Lebah
...........................................................................................................
...........................................................................................................
100
Gambar 4.7 Pakaian
Bomoh
...........................................................................................................
...........................................................................................................
112
Gambar 7.1 Wawancara dengan Kepala Suku
...........................................................................................................
...........................................................................................................
187
xxviii
GLOSARIUM
akit : suatu kelompok sosial yang berdiam merupakan suku asliyang mendiami wilayah Pulau Rupat tepatnya di daerahHutan Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis,Provinsi Riau
ancak : talam dibuat dari anyaman (bambu, daun, atau lidi nyiur)untuk tempat barang yang disajikan kepada roh (hantu dansebagainya)
antan : asisten pemimpin adat yang bertugas membantu, baik darisegi adat maupun dalam pemerintahan desa
antu : roh atau arwah yang meninggalkan badan karena kematian
batin : sesorang yang memimpin suatu kelompok masyarakat atauyang mempunyai kelebihan dan dituakan dalammasyarakat
bedekeh : suatu kegiatan yang unik, bersifat khas yang sarat akanmakna, memiliki suatu kekuatan tertentu, dan juga
xxix
mencerminkan identitas diri dan dilakukan olehsekelompok masyarakat untuk pengobatan.
bertih : beras yang disangrai di kuali sampai kulitnya pecahmeletup
bomoh : orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit,mengobati, memberikan jampi-jampi dan mantra, dankonon diantaranya melakukan kegiatannya lewatkemampuan tenaga gaib atau ahli penyembuhantradisional dalam masyarakat Melayu.
cerdik pandai : seseorang yang memiliki sikap hidup terus-menerusmeningkatkan kemampuan mengetahui dan memahamisesuatu
dakhat : bagian permukaan bumi yang padat atau tanah yang tidakdigenangi air
datok : gelar kehormatan bagi orang yang dianggap tinggi atauyang dituakan
dulang : tempat atau wadah untuk meletakkan sesuatuhumah : salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama
jangka waktu tertentu
jakrah : asisten pemimpin adat yang berhubungan dengan ketentuanadat
kemenyan : getah (eksudat) kering, yang dihasilkan dengan menorehbatang pohon kemenyan
kekhamat : suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis danpsikologis kepada pihak lain, baik berupa barang maupuntempat suci
kulan : sebuah tempat untuk meletakkan sesuatu yang terbuat daritempurang kelapa
laot : kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengansamudra atau yang memisahkan benua satu dan lainnya
lancang : perahu besar kerajaan yang digunakan sebagai kendaraanair oleh raja-raja Melayu Riau
oang : sebutan untuk manusia atau orang
xxx
pawang : orang yang mempunyai keahlian istimewa yang berkaitandengan ilmu gaib, seperti dukun, mualim perahu, pemburu,dan penjinak binatang
pondok : rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu
santet : upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarakjauh dengan menggunakan ilmu hitam.
tetau : meminta izin kepada penunggu hutan untuk menebangpohon-pohon di tempat yang akan dijadikan kebun
tutus : tali pengikat untuk orang yang meninggal yang diikatkanpada kain kafan untuk membungkus mayat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bedekeh, bedikie atau berdeker merupakan salah satu pengobatan suku
Akit. Bedekeh ini merupakan pengobatan besar atau ritual pengobatan sakral.
Bedekeh ada dua jenis, yaitu upacara pengobatan (bedekekh=bedekie,beobat) dan
upacara penyembuhan korban/tolak bala (bedekeh bebedak). Ritual bedekeh pada
suku Akit diperkirakan sudah ada sejak suku Akit mendiami wilayah Rupat.
Bedekeh berarti berzikir dan berpikir, yaitu bagaimana berpikir terhadap cara
pengobatan penyakit yang ada pada suku Akit untuk mengusir roh-roh jahat
penyebab penyakit pada kehidupan suku Akit.
Semua penyakit menurut oang Akit (orang Akit) diyakini disebabkan oleh
gangguan roh-roh gaib atau antu (hantu), gangguan dari para leluhur Akit serta
perlakuan orang lain (disantet), dan kutukan. ”Persepsi sakit sangat dipengaruhi
oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya dan bersifat
subjektif” (Sarwono,1993). Foster dan Anderson (1986:63) yang telah melakukan
penelitian sebelumnya di tempat yang lain menyatakan bahwa sakit disebabkan
oleh adanya agen (perantara), baik berupa makluk supranatural (makluk gaib atau
dewa), makluk bukan manusia (hantu, roh leluhur atau roh jahat), maupun makluk
manusia (tukang sihir atau tenung).
Ritual bedekeh diadakan untuk tujuan (1) mengobati sakit yang melanda
desa seperti panas, dingin, demam, dan penyakit lainnya, (2) memberikan makan
binatang buas yang mengamuk, (3) melanggar adat, (4) membuang sial dari desa
2
karena ada yang berbuat salah atau bersih kampung, (5) mengangkat pemimpin
Akit (batin atau bomoh) yang baru, dan (6) membuang pantang atau membersihkan
tempat oleh batin/bomoh karena melanggar pantangan. Djamari (1993:36)
mengatakan bahwa ritual ditinjau dari dua segi yaitu tujuan (makna) dan cara. Dari
segi tujuan, ada ritual yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan; ada ritual
yang bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan
rahmat; dan ada yang bertujuan meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan.
Bedekeh merupakan tradisi pengobatan yang bersumber dari ajaran leluhur
dan hal itu dilaksanakan ketika masyarakat Akit sedang membutuhkan jasa
pengobatan yang merupakan mencari atau melihat suatu penyakit pada diri
seseorang. Ritual ini mengandung berbagai unsur mistis, bahkan mereka meyakini
adanya kaitan penyembuhan yang dilakukan langsung oleh jin-jin atau roh leluhur
tertentu, sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan masyarakat. Giddens (2003: 48-
50) mengemukakan tradisi merupakan adat atau kebiasaan (custom or habit), yang
merupakan penanda identitas baik secara pribadi maupun kolektif masyarakat
pendukungnya. Identitas adalah penciptaan konstansi dalam perjalanan waktu, yang
menghubungkan masa lalu dengan masa depan masyarakat pewarisnya dengan
realitas identitas sosial yang lebih luas, dalam hal ini disebut dengan perhatian
psikologis.
Ritual bedekeh mengandung ideologi yang menjadi panutan suku Akit.
Ideologi tersebut terbagi dalam dua bagian, yakni ideologi kosmologi dan ideologi
religius. Ideologi kosmologi ritual bedekeh terkait dengan konsepsi suku Akit
mengenai proses penciptaan makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos
3
(manusia), sedangkan ideologi religius terkait dengan konsepsi suku Akit mengenai
hubungan manusia dengan leluhur Akit dan Tuhan. Ritual bedekeh tidak sekadar
sebagai stimulate of emotion, tetapi menjaga keselarasan antarmanusia dan
hubungan manusia dengan kosmos. Dalam menjaga keselarasan manusia
diingatkan akan hakikat kemanusiaannya bahwa ada kekuatan-kekuatan lain di luar
kemampuan jangkauan pikiran manusia.
Foster (1986: 305) mengatakan bahwa konsepsi tentang esensi Tuhan, roh
leluhur, dan roh alam juga sama seperti apa yang dikonsepsikan dalam diri manusia
sebagai makluk individu, makluk sosial, dan makluk berbudaya. Adanya suatu
kekuatan di luar kemampuan manusia merupakan watak asli manusia. Kerangka
pemahaman hubungan manusia-lingkungan inilah yang menjadi dasar bagi
masyarakat non-barat untuk memandang dan menjelaskan penyakit, mengapa
peranan penyembuh sangat kuat diterima secara luas daripada peranan dokter
(Foster & Anderson, 1986:151). Kumbara (2010: 438) menyatakan bahwa masalah
kesehatan dapat ditinjau dari segi sosial dan kebudayaan karena ternyata pandangan
dan konsepsi tentang sehat-sakit tidak selalu sama antara satu masyarakat dan
masyarakat lainnya. Seperangkat kepercayaan, pengetahuan, aturan-aturan, dan
praktik bedekeh merupakan sistem kesehatan komunitas suku Akit.
Ritual bedekeh pada suku Akit memiliki empat komponen penting dalam
melakukan ritual mulai dari merancang, yaitu menyediakan tempat dalam ritual,
meramu sebagai bagian dari keyakinan terhadap leluhur serta roh-roh leluhur dalam
meminta obat, menjemput bomoh sebagai pemimpin upacara ritual, dan
pelaksanaan bedekeh oleh bomoh dalam pengobatan pada pasien. Pelaksanaan
4
ritual bedekeh merupakan suatu kegiatan yang sarat makna, memiliki suatu
kekuatan tertentu, religi, dan mencerminkan identitas diri dari suku Akit yang
menggambarkan sebuah kompleksitas sebuah ritual. Hamidy (2009:21--22)
mengatakan bahwa dalam setiap tradisi sering dijumpai upacara-upacara dan
bentuk ritual lainnya sebagai pengiring kehidupan pada suatu daerah. Dimana
peristiwa kehidupan biasanya telah berlangsung dengan upacara-upacara. Setiap
upacara akan meliputi ruang, waktu, dan tempat pelaksanaan, teks (pesan-pesan
upacara), pelaku, dan peserta upacara. Hal demikian yang menggambarkan
keberadaan ritual bedekeh yang melibatkan berbagai unsur dalam komunitas suku
Akit.
Ritual bedekeh dipimpin langsung oleh pemimpin suku Akit (batin) dengan
dibantu oleh bomoh kecik (kecil), bomoh menengah, dan bomoh besar (batin) serta
penabuh gendang (pebayun) untuk mengetahui penyebab serta mengobati penyakit
pada suku Akit. Suku Akit dan masyarakat pendukungnya telah memiliki
pengetahuan lokal (local knowlegde) dan kearifan lokal (local wisdom) dalam
mengatasi berbagai masalah dalam komunitasnya, terutama masalah kesehatan dan
cara mengobatinya apabila masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Hal-hal
yang terkait dengan tradisi lisan dapat diaktualisasikan ke dalam sastra dan seni
pertunjukan, religi dan upacara, pengetahuan tradisional serta sistem kognitif
lainnya, manusia dan lingkungannya, dan sebagainya (Pedoman KTL, 2009: 15--
27).
Batin dan bomoh berperan dalam siklus kehidupan suku Akit, baik yang
terkait dengan kegiatan pertanian, melaut, upacara-upacara adat dan ritual, serta
5
kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya terkait dengan adat dan tradisi pada suku Akit.
Dewasa ini batin telah diambil alih oleh kepala desa sesuai dengan undang-undang
Desa. Peran batin dalam suku Akit sangat besar karena selain menjaga tradisi dan
adat istiadat, batin juga menjadi pemimpin dalam ritual bedekeh. Keberadaan batin
semakin terpinggirkan karena telah digantikan oleh Kepala Desa yang tidak harus
dari pemimpin Akit. Sebelum ada Undang-Undang Desa, posisi batin menjabat dua
sekaligus yaitu sebagai kepala suku Akit dan sebagai pemimpin dalam ritual
bedekeh.
Sebagai kepala suku, batin selalu menjaga keharmonisan warga sukunya
dengan kendali adat. Batin dibantu oleh jakrah untuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan ketentuan adat. Pembantu batin yang kedua adalah antan yang
membantu, baik dari segi adat maupun dalam pemerintahan desa. Hal inilah peran
dari batin/bomoh, jakrah dan antan dalam menjalankan roda adat sehari-hari dalam
kehidupan Akit. Di samping jakrah dan antan yang tak kalah pentingnya juga
berperan dalam kehidupan suku Akit adalah bomoh atau dapat dikategorikan orang
yang mempunyai pengetahuan mendalam dengan masalah spiritual dan
pengobatan. Bomoh biasa disebut dengan dukun. Bomoh sangat dihargai karena
mengetahui bidang-bidang khusus dalam ilmu gaib dan pengobatan.
Pengaruh globalisasi dan ajaran agama Islam yang diyakini masyarakat
Melayu di Provinsi Riau ikut memengaruhi keberadaan ritual-ritual tradisi yang
dimililki masyarakat Akit. Pengobatan modern dengan epistemologi modern
(Barat-modern) yang mengedepankan rasionalitas dalam hal pengobatan hadir pada
suku Akit melalui program dinas kesehatan sebagai pemerataan pembangunan. Hal
6
ini berimplikasi kepada kehidupan masyarakat tradisional menyebabkan kaburnya
nilai-nilai tradisional masyarakat. Menurut Giddens (2003:67), globalisasi
membawa prinsip budaya modernitas sehingga memunculkan berbagai
permasalahan sosial dalam peradaban manusia. Hal ini mengancam eksistensi
budaya lokal akan menjadi rusak, bahkan mengantarkan budaya lokal menuju
kepunahan. Kondisi ini mempercepat semakin terpinggir tradisi-tradisi lisan di Riau
begitu juga dengan keberadaan ritual bedekeh. Selain dari faktor perubahan zaman,
lahirnya generasi baru yang telah terpengaruh oleh pendidikan modern juga ikut
memberikan pengaruh negatif pada pelaksanaan ritual bedekeh.
Tradisi bedekeh mewarnai kehidupan suku Akit sebagai bagian dari
kearifan lokal yang dapat diperhitungkan sebagai realitas nilai budaya dalam
kehidupan global. Sistem pengobatan tradisional biayanya ditentukan sesuai
kemampuan keluarga si sakit dan biasanya bomoh tidak meminta imbalan, berbeda
dengan pengobatan modern yang berobat dokter, bidan dan puskesmas yang ada di
wilayah suku Akit. Sistem medis tradisional pada bedekeh menggunakan bahan-
bahan yang masih ada yang akan digunakan mengobati si sakit. Bomoh melibatkan
dan warga suku Akit melibatkan diri mencari waktu yang tepat kapan dilakukan
ritual dan mantra apa yang akan dibacakan serta kapan kesediaan keluarga untuk
dilakukan ritual. Bomoh dalam masyarakat suku Akit, disamping mereka
mempunyai peranan sosial tertentu juga merupakan suatu sistem budaya
masyarakat yang keberadaannya sesuai dengan kebutuhan dan pemikiran
masyarakat.
7
Pengobatan tradisonal melalui ritual bedekeh pada suku Akit seharusnya
mendapat perhatian dari dinas kesehatan sebagai pengobatan alternatif. Hal ini
dipertegas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36, Tahun 2009 tentang
Kesehatan mencakup pengobatan alternatif. Dalam undang-undang tersebut
digunakan konsep pengobatan tradisional. Pada Pasal 1 butir 16 dinyatakan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan seseorang secara turun-
temurun yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan tradisonal dan pengobatan alternatif
merupakan dua terminologi yang sama untuk menyebutkan satu sistem pengobatan
di luar pengobatan modern yang berasal dari barat. Badan kesehatan dunia (WHO)
menyebut hal tersebut dengan traditionl medicine atau pengobatan tradisional. Ada
juga yang menyebutkannya dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous
medicine, dan alternative medicine. (Agoes, 1996:59).
Ritual bedekeh bagi peneliti dianggap penting dengan harapan hasil
penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan pengobatan
alternatif untuk pengobatan dan penyembuhan. Selain itu, juga bermanfaat bagi
pengembangan budaya dan pewarisnya. Keterpinggiran ritual bedekeh karena
hadirnya pengobatan modern yang mengedepankan rasionalitas serta bergesernya
kedudukan batin sebagai pemimpin suku Akit secara perlahan mempengaruhi
keberadaan ritual bedekeh yang seharusnya pemerintah harus melindungi sebagai
kekayaan tradisi Indonesia. Dengan demikian, sebagai budaya serta tradisi yang
telah menjadi kekayaan bangsa Indonesia, penting untuk didorong dan diupayakan
8
penelitian budaya di samping pengkajian tradisi lokal agar terhindar dari
kemerosotan nilai dan ancaman kepunahan. Sibarani (2012:103) menjelaskan
bahwa kebudayaan lokal adalah kebudayaan komunitas pada suatu tempat tertentu
yang didasarkan ada tidaknya daerah (lokasi) yang mendukung kebudayaan itu.
Kebudayaan yang ada tersebut merupakan kebiasaan yang secara turun-temurun
diwariskan sebagai pedoman hidup.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa banyak hal yang terkandung
dalam tradisi ritual bedekeh oleh bomoh yang perlu dikaji lebih mendalam dan
ditinjau dari aspek kebudayaan. Penulis merasa tertarik mengetahui tradisi ritual
bedekeh oleh bomoh suku Akit di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau. Hal tersebut penting karena tradisi ini masih dibutuhkan oleh suku Akit pada
zaman yang serba modern walaupun banyak tekanan oleh faktor intern dan ekstern.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut
(1) Mengapakah ritual bedekeh suku Akit di Pulau Rupat, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau semakin terpinggirkan?
(2) Bagaimanakah implikasi keterpinggiran ritual bedekeh suku Akit di
Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada era global?
(3) Bagaimanakah strategi pelestarian pewarisan ritual bedekeh suku Akit
di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada era global?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan itu adalah seperti berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Seacara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami,
menganalisis, dan membangun kesadaran kritis fenomena ritual bedekeh pada era
globalisasi. Persoalan tersebut dianalisis secara kritis tentang ritual pengobatan dan
faktor yang memengaruhi keterpinggiran ritual pengobatan. Di samping itu, juga
implikasi dari keterpinggiran ritual bedekeh dan strategi yang dilakukan dalam
sistem pelestarian pewarisan ritual pengobatan oleh Bomoh pada suku Akit di Pulau
Rupat Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini secara khusus
bertujuan sebagai berikut.
(1) Untuk mengetahui, memahami, menganalisis, dan mengkritisi alasan
semakin terpinggirkan ritual bedekeh suku Akit di Pulau Rupat,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada era global.
(2) Untuk mengetahui, memahami, menganalisis, dan mengkritisi implikasi
keterpinggiran ritual bedekeh suku Akit di Pulau Rupat, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau pada era global.
10
(3) Untuk mengetahui, memahami, menganalisis, dan mengkritisi strategi
pelestarian pewarisan ritual bedekeh pada suku Akit di Pulau Rupat,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada era global.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat secara teoretis dan
manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis bermanfaat dan menambah pembendaharaan
serta memenuhi kebutuhan dunia akademik sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti
dan disiplin ilmu yang terkait. Hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangkan
wawasan keilmuan kajian budaya (cultural studies) tentang keterpinggiran ritual
pengobatan dan strategi pelestarian ritual bedekeh dalam pengobatan penyakit pada
masyarakat, dalam hal ini suku Akit.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut.
(1) Kalangan akademisi dan masyarakat ilmiah kajian budaya tentang ritual
pengobatan penyakit yang dilakukan oleh suku Akit. Hasil penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian
11
selanjutnya mengenai pengobatan penyakit yang dilakukan oleh suku
Akit.
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dan Pemerintah
Indonesia dalam pembuatan kebijakan (policy) bidang kebudayaan,
khususnya keberadaan ritual bedekeh yang dilakukan oleh suku Akit
sebagai perwujudan kearifan lokal. Selain itu, juga mampu melindungi
keberadaan warisan budaya bangsa.
(3) Bagi masyarakat luas, terutama Indonesia pada umumnya dan
masyarakat suku Akit pada khususnya bermanfaat untuk memberikan
pengetahuan ritual bedekeh dan keterpinggiran ritual dalam pengobatan
penyakit karena dampak globalisasi pada suku Akit di Pulau Rupat,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
(4) Untuk ilmu pengetahuan agar dapat memberikan sumbangan terhadap
dunia pendidikan dalam tradisi lisan. Di samping itu, dapat memberikan
kontribusi dalam lingkungan pendidikan sebagai muatan lokal dalam
pengenalan budaya lokal.