115
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DETERJEN CUCI CAIR SEBAGAI PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI TANAH KAOLIN- NANO BENTONIT SKRIPSI ERVINA OCTAVIANI 1113102000025 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA SEPTEMBER 2017

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DETERJEN CUCI CAIR SEBAGAIPENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI

TANAH KAOLIN- NANO BENTONIT

SKRIPSI

ERVINA OCTAVIANI

1113102000025

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

iiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DETERJEN CUCI CAIR SEBAGAIPENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI

TANAH KAOLIN- NANO BENTONIT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

ERVINA OCTAVIANI

1113102000025

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

iiiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

ivUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

vUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

viUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Ervina Octaviani

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Deterjen Cuci Cair Sebagai Penyuci NajisMughalladzah dengan Variasi Tanah Kaolin-NanoBentonit

Kontak antara manusia dengan hewan penyebab najis mughalladzah tidak hanyabersentuhan dengan anggota tubuh saja, melainkan dapat menempel pada seratpakaian yang sedang dikenakan. Pada penelitian ini dibuat tiga formula deterjencair dengan memvariasikan komposisi tanah sebagai berikut: F1 (Kaolin 10%), F2(Kaolin : Nano bentonit 5%:5%) dan F3 (Nano bentonit 10%). Setelah itudilakukan evaluasi fisika-kimia meliputi organoleptik, pH, viskositas, tinggi danstabilitas busa, bobot jenis, stabilitas emulsi, volume sedimentasi dan pengujiandaya deterjensi. Formula terbaik dari pengujian fisik-kimia, dilanjutkan denganpengujian SNI dan pengujian aktivitas antibakteri. Hasil pengujian menunjukkanbahwa variasi komposisi tanah berpengaruh nyata terhadap sifat fisika-kimia yangdihasilkan. F3 dipilih sebagai formula terbaik dengan pertimbangan hasilpengujian yang paling baik. Hasil pengujian menurut SNI menunjukkan AngkaLempeng Total deterjen F3 telah memenuhi persyaratan, namun pengujian%Bahan Aktif belum memenuhi persyaratan. Hasil pengujian aktivitas antibakteridengan metode difusi cakram menunjukkan deterjen F3 memiliki aktivitasantibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Kata Kunci: Najis mughalladzah, deterjen cuci cair, kaolin, nano bentonit, difusicakram, Staphylococcus aureus

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

viiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Ervina Octaviani

Study Program : Pharmacy

Title : Formulation of Liquid Wash Detergent As aMughalladzah Cleansing Wash with Clay VarietyKaolin-Nano Bentonite

Najis mughalladzah not only cause by body contact between humans and animalswhich cause najis, but can accidentally attached to the clothing fibers that arebeing worn. In this study, three formulas were prepared by varying the claycomposition as follows: F1 (Kaolin 10%), F2 (Kaolin: Nano bentonite 5%: 5%)and F3 (Nano bentonite 10%). The detergent that has been made then evaluatephysical-chemically, the evaluation includes: organoleptic, pH, viscosity, heightand foam stability, species weight, emulsion stability, sedimentation volume anddetergency test. The best formula is chosen from the best result of chemical-physical test, followed by SNI quality and antibacterial activity test. The testresults showed that clay composition variation have a significant effect onphysical-chemical properties. F3 was chosen as the best formula withconsideration of better test result than F1 and F2. Result test of detergent qualityof liquid wash according to SNI showed Total Plate Count of F3 has qualified therequirement, but test requirementfor % Active Agent are not yet qualified. Theresults test of antibacterial activity by disc diffusion method showed F3 detergenthas antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria.

Keywords: Najis mughalladzah, liquid wash detergent, kaolin, bentonite, discdiffusion, Staphylococcus aureus

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

viiiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul

“FORMULASI DETERJEN CUCI CAIR SEBAGAI PENYUCI NAJIS

MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI TANAH KAOLIN-NANO

BENTONIT”. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Rasulullah

SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam

penelitian sampai penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda M. Ifron R dan Ibunda Ismeriza

Zakaria yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, nasihat,

serta dukungan baik moral maupun materil.

2. Kakak dan adik tersayang M. Dede Rosza Eriawan dan M. Dan Irfan telah

memberikan doa serta dukungan baik moral maupun materil.

3. Keluarga besar terkasih keluaraga Abdul Razak dan Zakaria atas do’a,

nasihat, serta dukungan moril maupun materil.

4. Bapak Dr. Muhammad Yanis Musdja, M.Sc dan Bapak Dr. Andria

Agusta, selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan,

ilmu, masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

5. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

ixUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis

selama masa perkuliahan.

9. Teman-teman Tim Sabun Penyuci Najis Mughalladzah:Fandi Akhmad,

Fifi Nur Hidayah, Elok Faikoh, Azumari Khairiady yang telah berjuang

bersama dalam penelitian ini, memberikan motivasi dan bantuan selama

penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan di laboratorium: Aulia Wardahani, Luthfia

Wikhdatul, Ramaza Rizka, Asyraq Fahruzzaman, Aisyah, Puspa

Novadianti, Hasan Asy’ari yang telah memberikan motivasi dan bantuan

selama penelitian.

11. Sahabat Berbagi Kebahagiaan: Bukhoriah Safitri, Ambar Listyorini, Hesti

Sulistiorini dan Zuha Yuliana yang selalu memberikan motivasi dan

bantuan selama perkuliahan hingga selesaianya penelitian ini.

12. Teman-teman Kelompok Biokim: Ghifaril Aziz, Marrisa, Tri Wahyuni,

Putri Agni Kreativita Ivada dan Sri Mardiah Islami, yang telah

memberikan motivasi, bantuan dan kebahagiaan selama perkuliahan.

13. Teman-teman sejawat program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2013

atas persaudaraan dan kebersamaan yang telah terjalin dan memotivasi

penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun selama di bangku

perkuliahan.

14. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di

laboratorium.

15. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Ciputat, 11 September 2017

Penulis

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ervina Octaviani

NIM : 1113102000025

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul :

FORMULASI DETERJEN CUCI CAIR SEBAGAI PENYUCI NAJISMUGHALLADZAH DENGAN VARIASI TANAH KAOLIN-NANO

BENTONIT

Untuk dapat diakses melalui Digital Library Perpustakaan Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatassesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengansebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Tanggal : 15 September 2017

Yang menyatakan,

(Ervina Octaviani)

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xiiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN SAMPUL........................................................................................... iHALAMAN JUDUL ............................................................................................. iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ivHALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................vABSTRAK ............................................................................................................ viABSTRACT ......................................................................................................... viiKATA PENGANTAR ........................................................................................ viiiHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... xiDAFTAR ISI........................................................................................................ xiiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xivDAFTAR GAMBAR ............................................................................................xvDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviBAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................11.1 Latar Belakang .............................................................................................11.2 Rumusan Masalah ........................................................................................41.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................41.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................5BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................62.1 Najis .............................................................................................................62.2 Thaharah ......................................................................................................72.3 Deterjen Cair ................................................................................................82.4 Teknologi Nano Partikel ..............................................................................92.5 Formula Deterjen .......................................................................................102.6 Karakteristik Fisikokimia dan Kinerja Deterjen Cair ................................152.7 Pengujian Aktivitas Antibakteri .................................................................18

2.7.1 Staphylococcus aureus ...................................................................182.7.2 Escherichia coli..............................................................................19

2.8 Komponen Pembentuk Deterjen ................................................................202.8.1 Tanah..............................................................................................202.8.2 Sodium Lauryl Ether Sulfate (SLES).............................................222.8.3 Kokoamid Diethanolamin ..............................................................232.8.4 Etanol .............................................................................................232.8.5 Butylated Hyroxytoluene (BHT) ...................................................242.8.6 Parfum............................................................................................242.8.7 Akuades..........................................................................................24

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................253.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................25

3.1.1 Lokasi Penelitian............................................................................253.1.2 Waktu Penelitian ............................................................................25

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xiiiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................253.2.1 Alat Penelitian................................................................................253.2.2 Bahan Penelitian.............................................................................25

3.3 Prosedur Kerja............................................................................................263.3.1 Penyiapan Alat dan Bahan .............................................................263.3.2 Formulasi Deterjen Cuci Cair ........................................................263.3.3 Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Deterjen Cuci Cair......................273.3.4 Evaluasi Kualitas Deterjen Cuci Cair ............................................293.3.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Deterjen Cuci Cair......................303.3.6 Evaluasi Deterjen Cuci Cair Menurut SNI.....................................313.3.7 Teknik Analisa Data.......................................................................31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................324.1 Formulasi Deterjen Cuci Cair Penyuci Najis .............................................324.2 Hasil Penelitian Pendahuluan.....................................................................354.3 Evaluasi Formulasi Deterjen Cuci Cair Penyuci Najis ..............................37

4.3.1 Pengamatan Organoleptik ..............................................................374.3.2 Pengujian pH..................................................................................374.3.3 Pengujian Viskositas ......................................................................394.3.4 Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa ............................................404.3.5 Pengujian Bobot Jenis ....................................................................424.3.6 Pengujian Volume Sedimentasi .....................................................444.3.7 Pengujian Stabilitas Emulsi............................................................454.3.8 Pengujian Daya Deterjensi .............................................................47

4.4 Enalisa Keputusan Formula Terbaik..........................................................494.5 Evaluasi SNI Deterjen Cuci Cair ...............................................................51

4.5.1 Pengujian Cemaran Mikroba..........................................................514.5.2 Pengujian Persentase Bahan Aktif .................................................52

4.6 Evaluasi Aktivitas Antibakteri ...................................................................53BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................575.1 Kesimpulan ................................................................................................575.2 Saran...........................................................................................................57DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................58LAMPIRAN..........................................................................................................65

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xivUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 2.1 Syarat Mutu Deterjen Cair Menurut SNI ........................................9Tabel 3.1 Formula Deterjen Cuci Cair Variasi Konsentrasi Kaolin – Nano

Bentonit .........................................................................................26Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian Pendahuluan Viskositas dan Stabilitas

Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano bentonit ...................................36Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Organoleptik Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................37Tabel 4.3 Hasil Pengujian Nilai pH Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................38Tabel 4.4 Hasil Pengujian Nilai Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................39Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tinggi Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................41Tabel 4.6 Hasil Pengujian Stabilitas Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................41Tabel 4.7 Hasil Pengujian Bobot Jenis Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................42Tabel 4.8 Hasil Pengujian Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin -

Nano bentonit .................................................................................46Tabel 4.9 Hasil Pengujian Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin - Nano

Bentonit ..........................................................................................48Tabel 4.10 Hasil Terbaik Evaluasi Deterjen Cuci Cair Kaolin – Nano

Bentonit ..........................................................................................51Tabel 4.11 Hasil Pengujian Angka Lempeng Total dari F3.............................52Tabel 4.12 Hasil Pengujian %Bahan Aktif dari F3..........................................53Tabel 4.13 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3 dan Kontrol Basis

Deterjen ..........................................................................................54Tabel 4.14 Gambar Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3 dan Kontrol

Basis Deterjen ................................................................................54Tabel 4.15 Hasil Pengamatan dengan Mikroskop Elektron.............................56

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xvUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Builder Mengikat Ion Kalsium dan Magnesium yang Ada di Air .11Gambar 2.2 Skala pH pada Air ..........................................................................12Gambar 2.3 Molekul dari Bahan Pelembut Tersebar Secara Merata pada

Permukaan Kain .............................................................................14Gambar 2.4 Struktur Kimia Sodium Lauryl Eter Sulfat ....................................22Gambar 2.5 Struktur Kimia Kokoamid Diethanolamin ....................................23Gambar 2.6 Struktur Kimia Etanol ...................................................................23Gambar 2.7 Struktur Kimia BHT.......................................................................24Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano

Bentonit ..........................................................................................39Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Volume Sedimentasi Deterjen Cuci Cair

Kaolin - Nano Bentonit ..................................................................44

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

xviUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Gambar Deterjen Cuci Cair Kaolin Nano Bentonit .......................66Lampiran 2 Hasil Penelitian Pendahuluan.........................................................67Lampiran 3 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik pH Deterjen Cuci Cair

Kaolin – Nano Bentonit .................................................................69Lampiran 4 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Viskositas Deterjen Cuci

Cair Kaolin – Nano Bentonit .........................................................70Lampiran 5 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Tinggi dan Stabilitas Busa

Deterjen Cuci Cair Kaolin – Nano Bentonit ..................................73Lampiran 6 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Bobot Jenis Deterjen Cuci

Cair Kaolin – Nano Bentonit .........................................................75Lampiran 7 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Volume Sedimentasi

Deterjen Cuci Cair Kaolin – Nano Bentonit ..................................79Lampiran 8 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Stabilitas Emulsi Deterjen

Cuci Cair Kaolin – Nano Bentonit .................................................81Lampiran 9 Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Daya Deterjensi Deterjen

Cuci Cair Kaolin – Nano Bentonit .................................................85Lampiran 10 Dokumentasi Evaluasi Deterjen Cuci Cair Kaolin – Nano

Bentonit ..........................................................................................89Lampiran 11 Laporan Hasil Pengujian SNI Deterjen Cuci Cair .........................92Lampiran 12 Hasil PSA (Particle Size Analyzer) Nano Bentonit.......................93Lampiran 13 Certificate Of Analysis Bentonit ....................................................94Lampiran 14 Certificate Of Analysis Kaolin .......................................................95Lampiran 15 Certificate Of Analysis Sodium Lauril Eter Sulfat.........................96Lampiran 16 Certificate Of Analysis Kokoamid Diethanolamin ........................97Lampiran 17 Certificate Of Analysis HPMC.......................................................98Lampiran 18 Lembar Hasil Uji Antibakteri.........................................................99

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

1UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyucikan diri dari kotoran dan najis biasa disebut dengan istilah

thaharah. Bersuci (thaharah) merupakan syarat sah suatu ibadah (Al-Bugha,

2007). Bersuci terbagi menjadi dua bagian, yaitu bersuci dari hadas dan bersuci

dari najis. Bersuci dari hadas adalah membersihkan bagian tertentu dari badan

dengan cara berwudhu, tayamum dan mandi. Sedangkan bersuci dari najis adalah

membersihkan najis pada badan, pakaian dan tempat (Zurinal dan Aminudin,

2008).

Saat ini, perdagangan produk halal selalu meningkat. Hal itulah yang

membuat arah penelitian terkait produk halal saat ini adalah perkembangan

deteksi cepat adanya komponen non-halal dan upaya pencarian alternatif

pengganti komponen non-halal tersebut. Dengan demikian, para peneliti bidang

halal pasti akan bersentuhan dengan berbagai derivat babi (daging, lemak ataupun

gelatin babi). Selain peneliti bidang halal, saat ini dalam kehidupan sehari-hari

anjing dapat dijumpai sebagai hewan kesayangan manusia dan lazim dijumpai

pada masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama muslim. Masih banyak

dijumpai masyarakat Islam yang memanfaatkan anjing sebagai hewan peliharaan

dengan tujuan untuk menjaga rumah ataupun secara tidak langsung berkontak

dengan hewan tersebut misalnya dokter hewan, penggembala/peternak babi

maupun anjing dan lain sebagainya. Menurut hukum Islam, najis yang diakibatkan

oleh babi (termasuk derivat babi) dan air liur anjing, yang mana untuk

menyucikannya digunakan air sebanyak tujuh kali, dan salah satunya harus

menggunakan tanah/debu yang suci (Alwy & Wahidin, 2003).

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, penggunaan

tanah/debu secara langsung untuk proses penyucian najis berat (mughalladzah)

dirasa kurang praktis bagi kehidupan modern. Maka muncullah inovasi untuk

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memformulasikan tanah dalam bentuk sediaan sabun pembersih yang lebih praktis

dalam penggunaanya untuk bersuci.

Di Indonesia, sabun tanah sebagai alternatif untuk menyucikan diri dari

najis mughalladzah sudah pernah diformulasikan oleh beberapa peneliti dalam

bentuk sabun padat dan sabun cair, diantaranya sabun padat An-Mugh oleh

mahasiswa kedokteran hewan IPB (Fizri, 2013) yang telah beredar di pasaran dan

sabun bentonit oleh mahasiswa UGM (Anggraeni, 2014) dan mahasiswa UIN

Jakarta (Mauliana, 2016). Sebelumnya pun, Negara Thailand memproduksi sabun

yang mengandung tanah dan telah dipasarkan sebagai sabun penyuci najis dengan

nilai penjualan mencapai 6-7 kali lipat dibandingkan sabun yang tidak

mengandung tanah. Konsentrasi tanah yang dipergunakan dalam formulasi sabun

penyuci najis di Thailand tersebut berada pada rentang konsentrasi 0,05-95% dan

telah mendapat persetujuan dari Komite Islam Bangkok untuk digunakan sebagai

penyuci najis sesuai dengan peraturan Islam (Dahlan, 2010 dalam Mauliana,

2016).

Hal ini tentunya menarik pihak lain untuk berinvestasi memproduksi

formula sabun tanah yang optimal untuk pengembangan produksi dalam skala

industri serta melakukan riset-riset pengembangan formulasi untuk memproduksi

jenis sabun pembersih lainnya. Karena kontak antara manusia dengan hewan-

hewan najis tersebut tidak hanya sebatas bersentuhan dengan anggota tubuh saja,

melainkan air liur ataupun daging anjing dan babi dapat tanpa sengaja menempel

pada pakaian yang sedang dikenakan. Akan dibutuhkan formulasi sabun

pembersih khusus yang dapat digunakan untuk membersihkan kotoran serta najis

tersebut secara optimal dari serat kain. Sabun pembersih untuk serat kain telah

banyak beredar dan digunakan dipasaran dengan sebutan sabun cuci (laundry

detergent).

Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh

masyarakat, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan dan lain-

lain. Berdasarkan bentuknya deterjen yang beredar di pasaran dapat berupa

deterjen bubuk dan deterjen cair. Pada umumnya kedua jenis deterjen ini memiliki

fungsi yang sama. Hal yang membedakan keduanya adalah bentuknya. Pada

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

awalnya deterjen cair lebih banyak digunakan dalam pembersih alat-alat dapur.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, deterjen cair juga banyak

diaplikasikan untuk kebutuhan industri serta pembersih pakaian. Hal tersebut

dikarenakan deterjen cair lebih mudah cara penanganannya serta lebih praktis

dalam penggunaannya (Ika, 2010).

Dalam penelitian ini, digunakan bentonit dan kaolin sebagai tanah yang

suci. Bentonit merupakan sejenis tanah lempung yang biasanya dijadikan sebagai

adsorben (Susilawati, 2014). Bentonit mempunyai komposisi utama mineral

lempung, sekitar 80% terdiri atas monmorilonit (Gunister 2004 dalam Mauliana,

2016). Kaolin merupakan jenis clay dengan ukuran partikel paling baik, sehingga

dalam penggunaanya akan memiliki luas permukaan aktif yang besar dan akan

meningkatkan kemampuan untuk teradsorbsi kedalam serat pakaian (Puziah,

2013).

Berdasarkan penelitian Angkatavanich pada tahun 2009, menunjukkan

bahwa deterjen yang mengandung bentonit memiliki daya pembusaan yang lebih

tinggi dibandingkan deterjen kaolin. Namun, deterjen cair yang mengandung

bentonit rentan mengalami pengendapan selama penyimpanan dikarenakan

bentonit memiliki kemampuan untuk mengembang dan membentuk koloid jika

dimasukkan kedalam air (Mauliana, 2016). Sehingga reduksi ukuran partikel

bentonit menjadi ukuran nanopartikel diharapkan dapat mengurangi atau bahkan

menghilangkan pengendapan yang terjadi selama penyimpanan.

Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini akan dilakukan formulasi

deterjen cuci cair dengan variasi penggunaan kaolin dan nano bentonit untuk

digunakan sebagai sabun pembersih pakaian untuk thaharah. Penelitian ini juga

bermanfaat untuk mengetahui formulasi optimum dari penggunaan kaolin dan

nano bentonit terhadap hasil evaluasi deterjen yang dihasilkan.

Formulasi yang tepat dalam pembuatan deterjen cair sangat penting untuk

dapat menciptakan produk deterjen cair dengan kualitas yang baik. Karena selain

deterjen dengan daya deterjensi yang baik, konsumen juga menginginkan bentuk

fisik deterjen yang baik.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dari

deterjen cuci cair yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Handi (2008) dalam formulasi sabun cair tanah steril dengan

konsentrasi 10% dihasilkan diemeter daya hambat terhadap bakteri didalam air

liur anjing sebesar 17,73±0,32 mm, selain itu pada penelitian Jeffry (2008) dengan

menggunakan sabun opaque tanah konsentrasi 10% mampu menghilangkan

bakteri air liur anjing pada pencucian ketiga kali. Sehingga diperlukan adanya

pengujian untuk mengetahui efek antibakteri dari deterjen cuci cair yang telah

diformulasikan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil evaluasi sifat fisik – kimia dan kualitas deterjen cuci

cair kaolin – nano bentonit?

2. Apakah reduksi ukuran partikel bentonit menjadi bentuk nano bentonit

dapat mengatasi permasalahan pengendapan dalam formulasi deterjen

cuci cair?

3. Apakah deterjen cuci cair kaolin – nano bentonit memiliki aktivitas

antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri yang biasa terdapat dalam

air liur anjing?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan deterjen cuci cair sebagai

penyuci najis mughalladzah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hasil evaluasi sifat fisik-kimia dan kualitas deterjen cuci

cair kaolin – nano bentonit.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Mengetahui pengaruh reduksi ukuran partikel bentonit menjadi bentuk

nano bentonit dalam permasalahan pengendapan yang terjadi pada

formulasi deterjen cuci cair.

3. Mengetahui aktivitas antibakteri deterjen cuci cair kaolin-nano

bentonit terhadap beberapa jenis bakteri yang biasa terdapat dalam air

liur anjing.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai hasil evaluasi sifat fisik-kimia deterjen cuci cair kaolin-nano

bentonit sehingga dapat menghasilkan deterjen cuci cair yang

berkualitas.

2. Dapat mengatasi permasalahan pengendapan bentonit yang terjadi

dalam formulasi deterjen cuci cair.

3. Memberikan solusi mudah menyucikan serat kain yang dari najis

mughalladzah kepada masyarakat Islam secara praktis dan aman.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

6UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Najis

Najis menurut bahasa adalah segala sesuatu yang kotor dan menjijikan

(Al-Mahfani, 2008). Sedangkan menurut istilah, najis adalah kotoran yang wajib

dihindari dan dibersihkan oleh setiap muslim manakala terkena olehnya (Al-

Qahthani, 2006). Najis dibagi kedalam tiga bagian :

a. Najis Mukhaffafah adalah najis ringan yang dapat dihilangkan hanya

dengan memercikan air (mengusap dengan air pada benda yang

terkena najis). Contoh najis mukhaffafah yaitu air kencing bayi laki-

laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibu (Djamaludin,

2015).

b. Najis Mutawasithah adalah najis sedang yang dapat dihilangkan

dengan cara mencuci sampai warna, bau, rasa, zat dan sebagainya

hilang. Contoh najis mutawasithah adalah bangkai, darah, nanah, dan

lain-lain (Djamaludin, 2015).

c. Najis Mughalladzah merupakan najis berat, yang termasuk najis ini

adalah babi dan air liur anjing. Cara membersihkannya adalah terlebih

dahulu dihilangkan wujud benda najis tersebut, kemudian dibasuh

dengan air sebanyak tujuh kali sampai bersih dan salah satunya

memakai tanah (Sumaji, 2008).

Kenajisan anjing dikategorikan oleh fuqaha sebagai mughalladzah (najis

berat) karena cara penyuciannya yang memerlukan proses samak atau sertu.

Perintah Rasulullah Sallallahu’alaihi Wa Sallam untuk menyucikan bekas yang

diminum oleh anjing adalah dalil utama yang menunjukkan najisnya lidah, air liur

dan mulut anjing.

علیھ وسلم قال صلى هللا إذا شرب الكلب في إناء أحدكم عن أبي ھریرة قال إن رسول هللافلیغسلھ سبعا

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Abu Hurairah, berkata: Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu’alaihi Wa

Sallam bersabda: Apabila Anjing minum pada bejana salah seorang dari kamu,

maka cucilah bejana tersebut tujuh kali (HR Al-Bukhari)

علیھ وسلم طھور إناء أحدكم إذا ولغ ف صلى هللا ن یھ الكلب أ عن أبي ھریرة قال قال رسول هللا

ات أوالھن بالتراب .یغسلھ سبع مر

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Sallallahu’alaihi Wa Sallam telah

bersabda: Sucinya bejana salah seorang dari kamu apabila dijilat oleh anjing

dengan mencucinya tujuh kali yang pertama kali dengan tanah (HR Muslim).

Jika lidah dan mulut dikategorikan sebagai najis, maka sudah tentu

anggota tubuh lainnya, yakni seluruh badannya adalah najis juga (Fatwa Malaysia,

2013).

Jika daging babi adalah najis, maka keseluruhan badan dan anggota tubuh

babi adalah najis juga. Hal ini dikarenakan daging merupakan bagian utama dari

seekor hewan, sehingga jika ia najis, sudah tentu selainnya adalah najis. Kaidah

penyucian diri atau perkara yang terkena najis babi, sebagian ulama berpandangan

adalah sama seperti penyucian najis anjing yaitu dengan menyamaknya dengan

tujuh basuhan air dengan salah satu basuhannya hendaklah disertai dengan tanah,

hal ini dikarena babi diqiyaskan kepada anjing, maka cara penyuciannya juga

mengikuti cara penyucian jilatan anjing (Fatwa Malaysia, 2013 dan Kadir, 2009).

2.2 Thaharah

Menyucikan najis disebut dengan thaharah (bersuci). Menurut istilah ahli

fiqih, thaharah berarti membersihkan hadas atau najis, yaitu najis jasmani seperti

darah, air kencing, dan tinja (Mughniyah, 2002). Thaharah adalah bentuk ritual

karena untuk menetapkan sesuatu suci atau tidak hanyalah berdasarkan

kepercayaan. Debu, tanah, lumpur, keringat dan sejenisnya dalam ilmu fiqih

bukan merupakan benda yang kotor dan bukan termasuk najis. Debu dan tanah

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

justru merupakan salah satu alternatif yang digunakan umat Islam untuk bersuci

apabila tidak ada air (Abatasa, 2012). Beberapa standar thaharah atau yang

menjadi tolak ukur sesuatu dikatakan suci atau bersih harus terhindar dari tiga

sifat, yaitu :

a. Warna. Apabila wujud najis itu sudah tidak terlihat lagi oleh

pancaindra.

b. Bau. Apabila aroma bau yang terdapat dalam najis sudah tidak

tercium.

c. Bentuk atau wujudnya.

Maka dari itu, tiga sifat tersebut harus terpenuhi jika seseorang akan

menghilangkan najis yang merupakan tolak ukur dalam bersuci (Khoirunnisa,

2010).

2.3 Deterjen Cair

Deterjen merupakan molekul amfipatik, yaitu suatu senyawa yang

mengandung gugus polar dan nonpolar, sehingga dikenal juga sebagai surfaktan

karena dapat menurunkan tegangan permukaan air. Berdasarkan gugus

hidrofiliknya, deterjen secara umum diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu;

a. Deterjen ionik, memiliki gugus muatan yang terdiri dari deterjen

anionik bermuatan negatif dan deterjen kationik bermuatan positif.

Deterjen ini efisien untuk memecah ikatan protein-protein.

b. Deterjen nonionik, tidak memiliki muatan, secara umum deterjen ini

lebih baik untuk memecah ikatan lemak-lemak atau lemak-protein

dibandingkan dengan ikatan protein-protein.

c. Deterjen zwitterionik, merupakan kombinasi antara deterjen ionik

dengan deterjen nonionik (Bhairi, 2001).

Deterjen cair merupakan suatu emulsi yang terdiri dari bahan-bahan

dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Untuk memformulasikan komponen-

komponen deterjen cair didalam formula tunggal diperlukan suatu sistem emulsi

dengan karakteristik yang baik. Menurut Schuleller dan Romanowsky, emulsi

dapat distabilkan oleh molekul-molekul surfaktan yang membentuk agregat

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melalui pembentukan lapisan pelindung antara fase terdispersi dan pendispersi

(Fauziah, 2010). Sedangkan menurut Suryani(2000) sistem emulsi mampu

mencampurkan berbagai macam bahan yang memiliki perbedaan kepolaran

kedalam satu campuran yang homogen.

Didalam SNI (06-0475-1996), deterjen cair dikategorikan sebagai

pembersih berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar deterjen dengan

penambahan bahan lain yang diizinkan dan digunakan untuk mencuci pakaian

serta alat dapur, tanpa menimbulkan iritasi kulit. Terdapat dua kelompok deterjen

cair, yaitu yang digunakan dalam pencucian pakaian (kelompok P) dan yang

digunakan dalam pencucian alat-alat dapur (kelompok D). Standar SNI (06-0475-

1996) untuk deterjen cair yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Syarat Mutu Deterjen Cair Menurut SNI (SNI 06-4075-1996)

No. Kriteria SatuanPersyaratan

Jenis P Jenis DBiasa Konsentrat Biasa Konsentrat

1.

Keadaana. Bentukb. Bauc. Warna

---

HomogenKhasKhas

HomogenKhasKhas

HomogenKhasKhas

HomogenKhasKhas

2. pH 25oC - 10 – 12 10 – 12 6 – 8 6 – 83. Bahan aktif % Min. 10 Min. 25 Min. 10 Min.354. Bobot jenis 25% g/ml 1,0 – 1,3 1,2 – 1,5 1,0 – 1,2 1,1 – 1,3

5.Cemaranmikroba: AngkaLempeng Total

Koloni/gMaks1x105

Maks1x105

Maks1x105

Maks1x105

2.4 Teknologi Nano Partikel

Teknologi nano adalah suatu desain, karakterisasi, produksi dan penerapan

struktur, perangkat dan sistem dengan mengontrol bentuk dan ukuran pada skala

nanometer (Park, 2007). Nanoteknologi meliputi penerapan ilmu pengetahuan dan

rekayasa pada skala atom. Hal ini melibatkan konstruksi struktur kecil dan

perangkat dengan memanipulasi masing-masing molekul dan atom yang memiliki

sifat yang unik dan kuat. Struktur ini dapat digunakan dalam bidang kedokteran

dan bioteknologi; energi dan lingkungan; dan telekomunikasi (Einsiedel, 2005).

Nano partikel dapat diproduksi dengan berbagai metode, diantaranya

sintesis plasma, wet-phase processing, presipitasi kimia, sol-gel processing,

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengolahan mekanik, sintesis mechanicochemical, high-energy ball miling,

chemical vapour depsition dan ablasi laser (Park, 2007).

Ada dua metode yang dapat digunakan dalam sintesis nanomaterial, yaitu

secara top down dan bottom up. Top down merupakan pembuatan struktur nano

dengan memperkecil material yang besar. Contoh metode top down adalah dengan

penggerusan dengan alat milling. Sedangkan metode bottom-up merupakan cara

merangkai atom atau molekul dan menggabungkannya melalui reaksi kimia untuk

membentuk nano struktur (Grainer, 2009). Contoh teknologi bottom up yaitu

menggunakan teknik sol-gel, presipitasi kimia, dan aglomerasi fasa gas

(Hofmann, 2005).

Teknologi bottom up dimulai dengan molekul dan bahan aktif yang

dilarutkan dengan pelarut organik kemudian pelarut dihilangkan. Teknologi top

down menggunakan berbagai jenis penggilingan dan teknik homogenisasi.

Teknologi top down lebih populer dibandingkan teknologi bottom up. Top down

dikenal sebagai “nanosizing”, dalam kata lain top down adalah proses yang

memecah kristal partikel besar menjadi potongan-potongan kecil (Khoerunnisa,

2011).

2.5 Formula Deterjen

Menurut Matheson (1996) formula deterjen cair terdiri dari surfaktan,

soap, builder, hydrotopes, other (enzymes, bleach, optical brigtener, parfume,

coloring). Sedangkan menurut Bird (1983) bahwa bahan baku deterjen terdiri atas

surfaktan, builders (zat pembangun), aditif serta enzim.

Dalam Laundry Detergent Ingredients Information Sheet yang diterbitkan

oleh Advocate for the Consumer, Cosmetic, Hygiane and Specialty Products

Industry, formulasi deterjen cuci cair terdiri dari beberapa bahan dibawah ini :

a. Surfaktan

Merupakan bahan pembersih yang bekerja dengan cara

berpenetrasi dan membasahi serat pakaian, melepaskan kotoran dari serat

pakaian dan melarutkan kotoran yang sudah terlepas dan menjaga

kelarutannya dalam cairan pencuci agar tidak menempel kembali ke serat

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pakaian. Surfaktan mengandung hidrokarbon yang bersifat larut air

(hidrofilik) dan hidrokarbon yang tidak larut air (hidrofobik). Menurut

Ilyani (2002), surfaktan berfungsi menurunkan tegangan permukaan air,

sehingga kotoran dapat lepas dari kain. Menurut Hargreaves (2003) ketika

molekul surfaktan berada didalam air, gugus hidrofiliknya berikatan kuat

dengan molekul air (ikatan antar molekul polar), sedangkan gugus

hidrofobiknya (non-polar) mempunyai kecenderungan untuk menjauh dari

molekul air. Gugus hidrofilik surfaktan bergerak ke permukaan air dan

berikatan dengan molekul udara, sehingga membuat tegangan permukaan

air menurun.

b. Builder

Digunakan untuk membantu mendispersikan kotoran dari serta

kain dan mencegah terjadinya redeposisi pada cairan pencuci. Builder

berfungsi meningkatkan efisiensi kinerja surfaktan (Sasser, 2001).

Menurut Wittcof dan Reuben (1980), tujuan penambahan builder adalah

untuk mengkelat ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Builder dalam deterjen akan

melindungi/menghalangi redeposisi kotoran akan kembali ke permukaan

(Fauziah, 2010).

Gambar 2.1 Builder Mengikat Ion Kalsium dan Magnesium yang Ada diAir (“Laundry Detergent”, n.d)

c. Senyawa Pengalkali

Penambahan senyawa ini berfungsi untuk meningkatkan pH dari

produk deterjen yang dihasilkan. Peningkatan pH deterjen akan

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memudahkan proses degradasi kotoran dari permukaan kain. Namun,

peningkatan pH deterjen yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

kerusakan pada kain yang telah dicuci, sehingga peningkatan pH deterjen

juga harus dikontrol secara hati-hati. Pada dasarnya air memiliki pH 7

(netral). Dengan adanya penambahan senyawa pengalkilasi dapat

meningkatkan konsentrasi ion OH-, hal itulah yang menyebabkan

terjadinya peningkatan pH pada daterjen menjadi diatas 7.

Gambar 2.2 Skala pH pada Air (“Laundry Detergent”, n.d)

d. Senyawa Anti Redeposisi

Berfungsi untuk mencegah kotoran yang sudah terlepas dari serat

kain kembali mengalami redeposisi ke permukaan. Senyawa yang umunya

digunakan dalam formulasi deterjen cuci untuk kain katun adalah CMC.

Sedangkan dalam formulasi deterjen cuci untuk kain wol adalah polivinil

pyrrolidone.

e. Enzim

Penggunaan enzim dalam formulasi deterjen untuk meningkatkan

kemampuan deterjen dalam melepaskan kotoran dan menjaga warna kain.

Enzim bersifat sebagai katalis, sehingga jumlah enzim yang diperlukan

dalam formulasi deterjen relatif sedikit. Enzim dalam deterjen dapat

digunakan secara berulang dalam beberapa proses pencucian, hal ini

dikarenakan enzim hanya bersifat sebagai katalis dan tidak ikut mengalami

reaksi. Walaupun demikian, bukan berarti deterjen yang telah digunakan

sebelumnya dapat digunakan kembali secara berulang pada beberapa kali

proses pencucian. Hal ini dikarenakan bahan lain yang ada didalam

deterjen sudah berkurang efektivitasnya karena sudah bercampur dengan

kotoran. Enzim yang umumnya digunakan dalam formulasi deterjen

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah enzim protease (untuk memecah kotoran yang berupa protein),

enzim amilase (untuk memecah kotoran yang berupa karbohidrat) dan

lipase (untuk memecah kotoran yang berupa lemak). Enzim yang

digunakan dalam deterjen harus tahan terhadap sifat-sifat komponen

deterjen terutama senyawa pemutih, aktif pada pH 7 – 10 (alkalin) dan

suhu yang beragam (40 – 65oC) (Hmidet, 2009).

f. Kandungan Aktif Oksigen

Membantu melepaskan kotoran dari serat kain tanpa merusak

warna dari serat kain tersebut. Kandungan aktif oksigen bekerja dengan

cara mengoksidasi kotoran dengan menerima elektron dari partikel kotoran

sehingga menyebabkan ikatan kimia pada partikel rusak. Setelah itu

partikel kotoran akan hancur dan tersuspensi bersama dengan surfaktan.

Senyawa jenis ini yang umumnya digunakan dalam formulasi deterjen

adalah sodium perkarbonat, namun hanya aktif pada suhu diatas 60oC.

g. Antimikroba

Antimikroba yang digunakan dalam formulasi deterjen dapat

bersifat mikrobiosidal (membunuh mikroorganisme) atau bersifat

mikrobiostatik (menghambat pertumbuhan mikroorganisme). Penambahan

bahan ini juga berfungsi menjaga serat kain tetap bersih dari mikroba

sehingga tidak menimbulkan penyakit bagi pemakainya dan mencegah bau

tidak sedap yang disebabkan mikroorganisme. Contoh antimikroba yang

sering digunakan adalah amonium klorida kuartener dan alkohol.

h. Bahan Pelembut Kain

Bahan tambahan ini berfungsi untuk melembutkan kain,

mengurangi listrik statis pada kain sehingga kain tidak saling menempel

dan mencegah terjadinya kerutan pada kain. Bahan pelembut yang

digunakan biasanya merupakan surfaktan kationik yang bersifat polar pada

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bagian kepala dan bersifat nonpolar pada bagian ekor. Bagian nonpolar

yang keluar dari kain yang akan menghasilkan rasa lembut pada kain.

Gambar 2.3 Molekul dari Bahan Pelembut Tersebar Secara Merata padaPermukaan Kain (“Laundry Detergent”, n.d)

i. Pengharum

Pengharum atau parfum digunakan untuk menambahkan wangi

yang menyenangkan kedalam formulasi deterjen. Pengharum juga dapat

menteralisir bau yang tidak sedap dari bahan-bahan kimia didalam

formulasi. Manusia memiliki ratusan reseptor olfaktori yang dapat

berikatan dengan molekul dari pengharum sehingga dapat merasakan

aroma wanginya.

j. Bahan Pencemerlang Optik

Meningkatkan kecerahan warna yang terpantul dari permukaan

kain, sehingga kain terlihat selalu baru. Bahan ini akan menyerap sinar

ultraviolet yang tak terlihat dan mengubahnya menjadi sinar blueviolet

yang dapat terlihat.

k. Pengawet

Pengawet digunakan untuk mencegah kerusakan deterjen selama

proses penyimpanan. Umumnya ditambahkan dalam formulasi deterjen

cair. Penambahan pengawet dalam formulasi digunakan untuk melindungi

bahan-bahan didalam deterjen seperti surfaktan dan enzim yang bersifat

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

biodegradable. Adanya bakteri didalam deterjen akan merusak aktivitas

bahan tersebut.

l. Hidrotrop

Penambahan hidrotrop dalam formulasi bertujuan untuk mencegah

terjadinya pembentukan gel atau pemisahan campuran deterjen cair

menjadi dua lapisan selama proses penyimpanan. Penambahan bahan ini

akan mencegah terbentuknya misel yang akan meningkatkan viskositas

produk deterjen dan menyebabkan terbentuknya fase yang tak terlarut.

Selain itu, hidrotrop berperan dalam proses homogenisasi bahan-bahan

terlarut didalam formulasi, sehingga mempermudah proses penuangan

deterjen saat akan digunakan.

m. Regulator Busa

Mencegah terbentuknya busa yang berlebihan pada saat proses

pencucian menggunakan mesin cuci. Hal ini dikarenakan, mesin cuci akan

mengeluarkan energi mekanik dari pemutaran pada proses pencucian

sehingga akan terbentuklah busa.

2.6 Karakteristik Fisikokimia dan Kinerja Deterjen Cair

a. Organoleptik

Penilaian terhadap produk dapat dilihat secara organoleptik antara

lain dari segi bentuk, bau dan warna. Tidak ada perbedaan antara bahan

dasar jenis sabun maupun deterjen, antara lain:

1. Bentuk : Sabun harus berbentuk cairan.

2. Bau : Memiliki bau khas, sesuai dengan pewangi

yang ditambahkan pada sabun.

3. Warna : Dilihat secara kasat mata, memiliki warna

yang khas. Pewarna yang ditambahkan juga

sesuai dengan keinginan produsen.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Nilai pH

Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman

suatu bahan (Nurhadi, 2012). Pengaturan pH dapat mempengaruhi

stabilitas suatu formula (Lachman, 1986). Salah satu sifat fisik yang

penting adalah derajat keasaman atau pH, sebab dalam formulasi pH dapat

mempengaruhi beberapa faktor salah satunya stabilitas dari sediaan yang

dihasilkan (Allen, 2005). pH pada formulasi deterjen umumnya bersifat

alkali.

b. Viskositas

Didalam Kodeks Kosmetika RI, viskositas didefinisikan sebagai

tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan satu permukaan lain dalam

kondisi yang ditentukan, apabila ruang diantaranya diisi oleh cairan

tersebut (Fauziah, 2010). Definisi lainnya, berupa shearing stress yang

diberikan dalam luasan tertentu sewaktu diberikan kecepatan dalam

gradien normal pada area tersebut (Suryani, 2000). Menurut Shmitt

(1996) viskositas merupakan salah satu parameter penting yang

menunjukkan stabilitas produk maupun untuk penanganan suatu produk

kosmetik dan toiletries selama distribusi produk (Fakhrunnisa, 2015).

Standar Nasioanal Indonesia tidak mencantumkan nilai viskositas yang

harus dipenuhi oleh produk deterjen cair. Stephan Co, yang merupakan

salah satu produsen surfaktan di Amerika menyatakan nilai viskositas

sediaan pembersih cair berada didalam kisaran 500 cP hingga 2000 cP.

c. Bobot Jenis

Bobot jenis atau densitas didefinisikan sebagai berat suatu cairan

per satuan volume (ASTM, 2000). Bobot jenis deterjen cair ditentukan

oleh bobot jenis komponen-komponen penyusunnya. Perbedaan bobot

jenis komponen penyusun sebuah emulsi pada kisaran yang semakin lebar

akan menurunkan stabilitas emulsi tersebut dengan meningkatnya

kecenderungan fenomena creaming (Fauziah, 2010).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Stabilitas Busa

Busa adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam

fase kontinyu yang berupa cairan. Akibat adanya densitas yang signifikan

antara gelembung dan medium cairan, maka sistem akan memisah menjadi

dua lapisan dengan cepat dimana gelembung akan naik ke atas

(Fakhrunnisa, 2015). Busa yang dihasilkan oleh produk deterjen cair juga

harus stabil agar bertahan lebih lama selama proses pencucian berjalan.

Stabilitas busa dikaitkan dengan penurunan volume busa terhadap faktor

aging, yaitu dengan menghubungkan volume busa terhadap waktu. Selain

dipengaruhi oleh jenis surfaktan, stabilitas busa dipengaruhi oleh suhu dan

laju drainase (Stubenrauch, 2003).

e. Volume Sedimentasi

Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume endapan

yang terjadi (Vu) terhadap volume awal dari suspensi sebelum mengendap

(Vo) setelah suspensi didiamkan (Anief, 1993).Volume sedimentasi sangat

dipengaruhi oleh kecepatan sedimentasi. Kecepatan sedimentasi

dipengaruhi oleh kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi,

diameter ukuran partikel dan viskositas medium pendispersi (Ansel, 1989).

f. Stabilitas Emulsi

Prinsi dasar tentang kestabilan emulsi adalah kesetimbangan antara

gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak yang terjadi antar partikel

dalam suatu emulsi. Apabila gaya ini dapat dipertahankan tetap seimbang

atau terkontrol, maka partikel-partikel dalam sistem emulsi dapat

dipertahankan agar tidak bergabung. Fenomena penting lainnya dalam

pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah inversi fase. Inversi fase

meliputi perubahan tipe emulsi (Martin, 1993).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Daya Deterjensi

Proses deterjensi menurut Hargreaves (2003) adalah sebagai

berikut, gugus hidrofobik surfaktan akan berikatan dengan kotoran dan

gugus hidrofilik akan berikatan dengan molekul air, sehingga membawa

kotoran larut dalam air. Sedangkan pada konsentrasi tinggi surfaktan akan

membentuk misel dan kotoran akan dihilangkan dari permukaan kain

dengan melarutkannya dalam bentuk mikro emulsi. Komponen yang

berperan dalam daya deterjensi adalah surfaktan.

2.7 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri merupakan senyawa alami maupun kimia sintetik

yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa yang

dapat membunuh bakteri disebut bakterisidal. Bahan kimia yang tidak membunuh

namun dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik (Madigan,

2009 dalam Juariah, 2014).

Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri

jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang besar. Kriteria

kekuatan antibakteri menurut Nazri (2011) adalah sebagai berikut:

1. Diameter zona hambat 15-20 mm : Daya hambat kuat

2. Diameter zona hambat 10-14 mm : Daya hambat sedang

3. Diameter zona hambat 0-9 mm : Daya hambat lemah

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode

pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi cakram dilakukan dengan

mengukur diemeter zona bening yang merupakan petunjuk adanya respon

penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri. Syarat jumlah

bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL (Hermawan, 2007).

2.7.1 Staphylococcus aureus

Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus sebagai berikut:

Divisi : Protophyta atau Schizophyta

Kelas : Schizomycetes

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang bersifat aerob

atau anaerob fakultatif dan tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung

garam dengan konsentrasi tinggi misal 10%. Staphylococcus aureus memiliki

bentuk bulat dengan diameter 0,7 – 1,2 µm, tersusun atas kelompok-kelompok

yang tidak teratur seperti buah anggur, non motil, tidak membentuk spora, tidak

berkapsul, dinding selnya mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan

dan asam teikoat, dapat tumbuh pada berbagai media pada suasana aerob dan

memproduksi katalase yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini

tumbuh pada suhu optimum 37oC tetapi membentuk pigmen paling baik pada

suhu kamar (20-25oC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai

kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau (Mauliana,

2016).

Berdasarkan penelitian David (2005), jenis bakteri Staphylococcus

merupakan salah satu bakteri yang dapat diisolasi dari rongga mulut anjing (dari

air liur anjing ataupun plak rongga mulut). Sebelumnya telah dilakukan penelitian

oleh Kasempimolpom (2003) yang melakukan isolasi bakteri Staphylococcus

aureus dengan cara mengusap bagian mulut anjing.

2.7.2 Escherichia coli

Klasifikasi bakteri Escherichia coli sebagai berikut:

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif, bentuk batang, memiliki

ukuran 2,4 µm 0,4 hingga 0,7 µm, bergerak, tidak berspora (Greenwood, 2007).

Dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas membranluar, peptidoglikan

dan membran dalam. Peptidoglikan yang terkandung dalam bakteri gram negatif

memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan gram positif. Membran

luarnya terdiri dari lipid, liposakarida dan protein. Peptidoglikan berfungsi

memecah sel lisis, menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel

(Purwoko, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kasempimolporn (2003) dalam

“Journal of the Medical Association of Thailand” menemukan bakteri Escherichia

coli sebagai salah satu bakteri patogen yang terdapat dalam air liur anjng.

Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkultur bakteri air liur anjing dengan

metode swab.

2.8 Komponen Pembentuk Deterjen

2.8.1 Tanah

Berdasarkan zahir hadis, hukum menyamak dengan tanah pada tempat

yang terkena najis mughalladzah, Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi Wa Sallam

tidak memperincikan bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk

menyucikan najis mughalladzah. Ini seolah-olah menunjukkan semua jenis tanah

yang ada diatas muka bumi ini boleh digunakan untuk menyamak. Berdasarkan

Fatwa Malaysia tahun 2006, tanah yang dicampur benda asing tidaklah menjadi

halangan selama ia tidak mengubah keaslian tanah dan suci. Sedangkan dari aspek

tanah yang digunakan, Rasulullah Sallallahu’alaihi Wa Sallam tidak pernah

menyatakan lapisan tanah keberapa yang perlu digunakan, karena pada asasnya

tanah atau pasir adalah suci (Mauliana, 2015).

a. Bentonit

Salah satu tanah yang digunakan dalam formulasi dan pembuatan

sabun untuk menyucikan najis mughalladzah dalam penelitian ini adalah

bentonit. Bentonit merupakan sejenis tanah karena mempunyai komposisi

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

utama mineral lempung (tanah liat). Keberadaan bentonit sangat berlimpah

di Indonesia antara lain tersebar di pulau Jawa, pulau Sumatera, sebagian

pulau Kalimantan Timur dan pulau Sulawesi (Puslitbang Tekmira, 2005).

Bentonit berupa kristal mineral seperti tanah liat, dan dapat diperoleh

dalam bentuk serbuk tak berbau, kuning pucat, atau krem hingga abu-abu,

yang bebas dari pasir. Bentonit sedikit berasa seperti tanah. Dalam bidang

farmasi, bentonit biasa digunakan untuk memformulasi suspensi, gel, dan

sol (Rowe, 2009).

Bentonit merupakan jenis tanah liat dengan proporsi mineral

montmorillonit yang tinggi, yang dihasilkan dari dekomposisi abu

vulkanik. Dengan plastisitas yang tinggi, bentonit sangat menyerap air dan

memiliki susut tinggi dan swelling characteristics (Asad, 2013).

Bentonit yang digunakan dalam penelitian ini berupa serbuk

berukurannano bentonit. Teknologi nano menungkinkan ukuran serbuk

dibuat dalam ukuran 10 – 1000 nm (Mohanraj dan Chen, 2006). Akibat

sifat fisika, kimia dan biologinya mengalami perubahan, bentuk serbuk

nano akan memiliki luas permukaan kontak yang lebih besar dan

meningkatkan kelarutannya dalam bahan pembawa.

b. Kaolin

Kaolin, sering disebut tanah liat Cina, adalah sejenis tanah liat

berkualitas tinggi yang merupakan bahan galian industri yang berasal dari

pelapukan mineral feldspar atau pelapukan batuan granit(Komandoko,

2010).Untuk pembentukan kaolin, maka proses pelapukan atau alterasi

harus bersih dari ion-ion seperti ion Na, K, Ca, Mg dan Fe. Kaolin tidak

menyerap air, sehingga tidak dapat mengembang ketika kontak dengan air

(Nidya, 2008).

Kaolin adalah alumunium silikat hidrat alam yang telah

dimurnikan dengan pencucian dan telah dikeringkan, mengandung bahan

pendispersi. Kaolin berupa serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar,

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan licin (Departemen Kesehatan RI,

1995).

Kaolin secara alami mengandung mineral yang digunakan dalam

formulasi oral dan topikal dibidang farmasi. Kaolin praktis tidak larut

dalam dietil eter, etanol 95%, air, pelarut organik lainnya, asam encer

dingin dan larutan alkali hidroksida. Kaolin merupakan bahan atau

material yang stabil dan tidak beracun (Rowe, 2009).

2.8.2 Sodium Lauril Eter Sulfat

Merupakan surfaktan anionik yang paling banyak digunakan untuk

kosmetika atau produk-produk perawatan diri. SLES mudah mengental dengan

garam dan menunjukkan kelarutan dalam air yang baik. Kesesuaian SLES

terhadap kulit dan mata dapat diterima pada kebanyakan aplikasi dan bisa

ditingkatkan melalui kombinasi dengan surfaktan sekunder yang tidak terlalu

kuat. Di Eropa, Lauril Eter Sulfat (apalagi bentuk garam sodium) paling biasa

digunakan sebagai surfaktan primer dan Lauril Sulfat menduduki peringkat kedua.

Sodium Lauril Sulfat (SLS) lebih mudah menyebabkan iritasi dari pada Sodium

Lauril Eter Sulfat (SLES). SLS lebih baik sifat deterjensinya dari pada SLES,

sedangkan untuk kelarutan dan pembentukan busa SLES lebih baik dari pada

SLS. Pencampuran dengan surfaktan lain dapat mengoptimalkan sifatnya dan

unsur lain dapat digunakan untuk memodifikasi sifatnya (Desmia, 2010).

SLES berbentuk pasta kenal berwarna putih atau kuning cerah, tidak

berbau. Rumus formula C12H26Na2O5S dengan berat molekul 328,38 dan bobot

jenis 1,03 pada suhu 20oC dengan nilai pH 7,5-8,5 (ik.pom.go.id). Rentang SLES

yang digunakan dalam pembuatan sabun antinajis yang telah diformulasi

sebelumnya di Thailand sekitar 12-70%.

Gambar 2.4 Struktur Kimia Sodium Lauryl Eter Sulfat (Fakhrunnisa,

2016)

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.3 Kokoamid Diethanolamin

Merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam satu

sedian kosmetika, kokoamid diethanolamin berfungsi sebagai surfaktan dan zat

penstabil busa. Dietanolamida merupakan zat penstabil busa yang efektif.

kokoamid diethanolamin tidak pedih dimata, mampu meningkatkan tekstur kasar

busa (Suryani, 2002). Apabila digunakan pada konsentrasi lebih dari 4%,

kokoamid diethanolamin dapat mengiritasi kulit (Rowe, 2009). Rentang kokoamid

diethanolamin yang digunakan dalam pembuatan sabun antinajis yang telah

diformulasi sebelumnya di Thailand sekitar 0,5-8%.

Gambar 2.5 Struktur Kimia Kokoamid Diethanolamin (Kristiyana, 2013)

2.8.4 Etanol

Etanol memiliki sinonim alkohol, etil alkohol, etil hydroxide, grain

alkohol, methyl carbinol. Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit mudah menguap,

memiliki bau yang khas dan rasa terbakar. Etanol memiliki rumus molekul C2H6O

dan bobot molekul 46,07. Penggunaanya sebagai pelarut dalam sediaan topikal

sebanyak 60 – 90% sedangkan sebagai pengawet penggunaanya ≥ 10%. Pada

kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi keras dengan bahan pengoksidasi.

Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan

sejumlah sisa aldehida. Larutan etanol tidak sesuai dengan wadah alumunium dan

dapat berinteraksi dengan beberapa obat (Rowe, 2009). Rentang penggunaan

etanol sebagai hidrotope dalam formulasi detergen adalah 0-15% (John, 2004).

Gambar 2.6 Struktur Kimia Etanol (Rowe, 2009)

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.5 Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas lemah. BHT praktis tidak

larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali dan diluete

aqueous asam mineral; sangat larut dalam aseton, benzena, etanol 95%, eter,

metanol, toluen, fixed oils dan minyak mineral. Digunakan sebagai antioksidan

untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02% (Rowe, 2009). Basis sabun

dengan proporsi asam lemak tak jenuh tinggi dan adanya aditif sabun tertentu,

seperti pengaroma, cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif

atmosfer yang tidak diinginkan (Barel, 2009).

Gambar 2.7 Struktur Kimia BHT (Rowe, 2009)

2.8.6 Parfum

Parfum merupakan bahan aditif yang penting pada produk cleansing yang

dapat mempengaruhi penerimaan konsumen. Penggunaan parfum umumnya untuk

menutupi karakterisitik bau dari asam lemak atau fase minyak. Parfum yang

digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan stabilitas atau perubahan produk

akhir (Barel, 2009). Pemberian parfum kedalam deterjen dimaksudkan untuk

memberikan aroma yang menyenangkan dan menutupi bau yang timbul pada saat

pencucian (Gunter dan Lohr, 1987).

2.8.7 Akuades

Akuades adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan. Air

murni ini dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis

terbalik, atau dengan cara yang sesuai (Rowe, 2009).

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

25UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratotium Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Nanotech Herbal

Puspitek Serpong dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 – Agustus 2017.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi neraca digital (And GH-202 & Kern KB),

beaker gelas, cawan penguap, kaca arloji, gelas ukur, hot plate (Ika RH Digital),

termometer, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, homogenizer (Ika RW 20

Digital), pH indikator, pH meter (Horiba F-52), piknometer, vortex, tabung reaksi,

labu ukur, botol plastik, mikropipet, inkubator, autoklaf, Laminar Air Flow,

magnetic stirrer, jarum ose, pinset dan api bunsen.

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi Kaolin dan Bentonit (PT Cortico Mulia

Sejahtera, Banyuwangi), Sodium Lauril Eter Sulfat (PT. Sumber Berlian Kimia,

Jakarta Pusat), Kokoamid Diethanolamin (Cipta Kimia, Surakarta), Etanol 96%,

Sodium Tri Poli Phospat (Cipta Kimia, Surakarta), Hydroxy Propyl Methyl

Cellulosa, Butylated Hydroxy Toluene, Parfum, Akuades, Nutrient Agar, Nutrient

Broth, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Penyiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat sediaan

deterjen cuci cair .

Proses pembuatan nano bentonit dilakukan di Nanotech Herbal Indonesia.

Sampel bentonit diayak dengan ayakan 250 mesh. Hasil ayakan dimasukkan

kedalam tabung (jar) ball mill HEM-E3D untuk digerus selama 30 menit dengan

kecepatan 1000 rpm. Tabung ball mill dan bola penghancur dicuci terlebih dahulu

menggunakan etanol.

3.3.2. Formulasi Deterjen Cuci Cair

Tabel 3.1.Formula Deterjen Cuci Cair Variasi Konsentrasi Kaolin-Nano Bentonit

Fungsi Nama bahan F1 F2 F3Zat aktif sebagaipenyuci najis

KaolinNano Bentonit

10%-

5%5%

-10%

Surfaktan PrimerSodium Lauril EterSulfat

15% 15% 15%

Co-SurfaktanKokoamiddiethanolamin

3% 3% 3%

Builder STPP 5% 5% 5%Suspending Agent HPMC 1% 1% 1%Hidrotope Etanol 96% 5% 5% 5%Antioksidan BHT 0,02% 0,02% 0,02%Agen Pengaroma Parfum 0,25% 0,25% 0,25%Pelarut Akuades 60,55% 60,55% 60,55%

Prosedur Pembuatan Sediaan :

a. Menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan dan menimbang semua

bahan yang diperlukan dalam gram.

b. Mendispersikan bentonit, kaolin dan HPMC dalam akuades 25 ml

menggunakan homogenizer dengan kecepatan 200 rpm (M1).

c. BHT dilarutkan kedalam etanol (M2).

d. Melarutkan sodium lauril eter sulfat, kokoamid diethanolamin, dan M2

kedalam 30 ml akuades bersuhu 40-60oC menggunakan homogenizer

dengan kecepatan 200 rpm (M3).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. M3 dicampurkan kedalam M1 dan diaduk menggunakan homogenizer

berkecepatan 200 rpm.

f. STPP yang sebelumnya telah dilarutkan dalam aquades 5ml ditambahkan

kedalam campuran sedikit demi sedikit sambil tetap diaduk menggunakan

homogenizer.

g. Parfum ditambahkan kedalam sediaan.

3.3.3 Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Deterjen Cuci Cair

Parameter pengujian meliputi:

a. Pengujian Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan melihat secara visual

dan mengamati perubahan yang terjadi pada sediaan, yakni meliputi

penampilan, warna dan bau (Septiani, 2011).

b. Pengujian pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pHmeter.

Elektroda dimasukkan kedalam 1 gram sampel sediaan yang akan

diperiksa. pHmeter dibiarkan selama beberapa menit hingga nilai pada

display pHmeter stabil. Setelah stabil, nilai yang ditunjukkan dicatat

sebagai pH sediaan. Apabila dari dua pengukuran yang terbaca memiliki

selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan pengukuran

(Hidayat, 2006).

c. Pengujian Viskositas

Sampel sebanyak 150 gram disiapkan dalam gelas beaker 250 mL,

kemudian spindle dengan nomor tertentu dan kecepatan tertentu (rpm)

disetel, lalu dicelupkan kedalam sediaan sampai alat menunjukkan nilai

viskositas sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat

viskometer Haake merupakan nilai viskositas sediaan (Suyudi, 2014).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa

Sebanyak 0,3 gram sediaan dilarutkan dalam 30 mL akuades,

kemudian 10 mL larutan tersebut dimasukkan dalam tabung berskala

melalui dinding. Tabung tersebut ditutup kemudian di vorteks selama dua

menit. Tinggi busa yang terbentuk dicatat pada menit ke-0 dan ke-5

dengan skala pengukuran 0,1 cm. Nilai ketahanan busa didapatkan dari

selisih tinggi busa pada menit ke-0 dan ke-5 (Safitri, 2009).ℎ = ℎ 100%e. Pengujian Bobot Jenis

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Piknometer kering

ditimbang dan dicatat beratnya sebagai A, kemudian diisi dengan air

destilasi dan direndam dalam air dingin hingga suhunya mencapai 25oC.

Piknometer berisi air destilasi dikeluarkan dari rendaman dan didiamkan

hingga mencapai suhu ruang untuk ditimbang dan dicatat beratnya sebagai

B. Nilai volume piknometer diperoleh dengan perhitungan berikut:

V piknometer = (B – A)

Hal yang sama dilakukan dengan mengganti air destilasi dengan

sampel uji dan beratnya dicatat sebagai C. Bobot jenis sampel diperoleh

dengan perhitungan berikut: =(SNI 06-4075-1996)

f. Volume Sedimentasi

Deterjen cair dimasukan kedalam gelas ukur 10 mL dan disimpan

pada suhu kamar dan dalam keadaan yang tidak terganggu. Volume

deterjan cair yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Perubahan

volume diukur dan dicatat setiap hari selama 14 hari tanpa pengadukan

hingga tinggi sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akhir (Vu). Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut: F = Vu / Vo(Dharma, 2015)

g. Stabilitas Emulsi

Sejumlah bahan emulsi yang sudah ditimbang seberat 5 gram

dimasukkan kedalam wadah alumunium. Wadah dan bahan tersebut

dimasukkan kedalam oven dengan suhu 45oC selama satu jam kemudian

bersuhu 0oC selama satu jam. Selanjutnya dipanaskan kembali dalam oven

dengan suhu 45oC. Rumus menghitung stabilitas emulsi adalah sebagai

berikut:% = 100%3.3.4 Evaluasi Kualitas Deterjen Cuci Cair

a. Pengujian Daya Deterjensi

Sampel sebanyak 1 ml dilarutkan didalam akuades 99 ml (1% v/v

deterjen), dan digunakan sebagai larutan perendaman. Pengukuran nilai

kekeruhan dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

450 nm. Nilai kekeruhan larutan deterjen 1% dicatat sebagai T1, dengan

menggunakan akuades sebagai standar. Kain putih bersih berbentuk bujur

sangkar dengan luas 25 cm2 direndam dalam larutan pencucian selama 30

menit. Setelah perendaman kain bersih, larutan diukur kekeruhannya lalu

dikurangi dengan T1 dan dinyatakan sebagai OD (Original Dirt).

Kain putih dengan ukuran yang sama direndam dalam larutan zat

pengotor (kecap manis) dengan konsentrasi 10% selama 30 menit,

kemudian ditiriskan didalam larutan perendaman selama 30 menit. Nilai

kekeruhan setelah perendaman kain kotor dinyatakan sebagai T2. Nilai

daya daterjensi dinyatakan sebagai nilai kekeruhan yang dihasilkan.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daya deterjensi dihitung berdasarkan persamaan :

(Lynn, 2005; Fauziah, 2010)

3.3.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Deterjen Cuci Cair

Pengujian aktivitas antibakteri deterjen cuci cair dan analisa kerusakan

morfologi sel bakteri dengan mikroskop elektron dilakukan di Laboratorium

InaCC dan Laboratorium Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Cibinong, Bogor.

a. Uji Aktivitas Antibakteri

Media uji antibakteri yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA)

dua lapis. Lapisan atas merupakan media NA semisolid sebanyak 15 ml,

sedangkan lapisan bawah merupakan media NA padat sebanyak 4 ml.

Untuk membuat seed culture, masing-masing sebanyak 1 lup bakteri target

diinokulasikan pada 5 ml media Nutrient Broth (NB) dan diinkubasi pada

suhu 37oC menggunakan shaker incubator selama 21 jam. Selanjutnya

masing-masing bakteri E.coli InaCC B5 dan S. aureus InaCC B4 seed

culture ditambahkan pada media lapisan atas sebelum dituang keatas

media lapisan bawah (Miyado, 2003).

Uji antibakteri menggunakan teknik difusi cakram (Sulistiyani,

2006). Sebanyak 30 µl sampel diteteskan pada kertas cakram steril 6 mm

secara bertahap. Kertas cakram tersebut kemudian diletakkan pada media

uji. Media cawan agar tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu 4oC

selama 2 jam dan dilanjutkan pada suhu 37oC selama 2 hari. Pengujian

dilakukan sebanyak tiga ulangan. Sampel yang menghasilkan zona hambat

pada media uji dianggap positif memiliki aktivitas antibakteri.

b. Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM)

Scanning Electron Microscopy dilakukan untuk mempelajari

morfologi sel akibat penggunaan senyawa antibakteri (Bunduki, 1995).

Sampel yang digunakan adalah bagian disekitar zona bening hasil

Daya deterjensi = T2 – T1 - OD

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengujian antibakteri. Preparasi sediaan dilakukan dalam dua tahap,

diantaranya: Melakukan fiksasi untuk mematikan sel tanpa mengubah

struktur sel yang akan diamati menggunakan cairan glutaraldehid, setelah

itu disentrifus lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan glutaraldehid

setelah itu direndam beberapa jam. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang

supernatannya dan ditambahkan larutan tannin acid setelah itu direndam

beberapa jam. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan

ditambahkan caccodylate buffer setelah itu direndam selama 10 menit.

Cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan

osmium tetra oksida setelah itu direndam 1 jam. Tahap selanjutnya adalah

pengeringan sampel dengan cara, cairan disentrifus kembali lalu dibuang

supernatannya dan ditambahkan alkohol 50% setelah itu direndam 10

menit. Selanjutnya berturut-turut ditambahkan alkohol 70%, alkohol 80%,

alokohol 95% dan alkohol absolut, setelah itu direndam selama 10 menit.

Cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan t-

butanol setelah itu direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus kembali

lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan butanol setelah itu buat

suspensi dalam butanol. Selanjutnya buat ulasan pada potongan cover slip.

3.3.6 Evaluasi Syarat Mutu Deterjen Cuci Cair Berdasarkan SNI

Pengujian mutu deterjen cuci cair menurut sabun SNI meliputi % bahan

aktif dan cemaran mikroba (Angka Lempeng Total) dilakukan di Laboratorium

Non Pangan, Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu

Barang, Ciracas, Jakarta Timur.

3.3.7 Teknik Analisis Data

Data dari beberapa formula hasil evaluasi berupa pH, viskositas, tinggi

busa, stabilitas busa, bobot jenis, volume sedimentasi, stabilitas emulsi dan daya

deterjensi diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah (one way

ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf kepercayaan

95% (α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara formula dan

hasil pengujian.

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

32UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Formulasi Deterjen Cuci Cair Penyuci Najis

Berdasarkan zahir hadis hokum menyamak dengan tanah pada tempat

yang terkena najis mughallazah, Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi Wa Sallam

tidak memperincikan bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk

menyucikan najis mughalladzah. Ini seolah-olah menunjukkan semua jenis tanah

yang ada di muka bumi ini boleh digunakan untuk menyamak. Imam Al-Sharbini

menyebutkan semua jenis tanah sekalipun debu pasir (Mughni al-Muhtaj, Juzu’1

Halaman 137). Tanah yang dicampur dengan benda asing tidaklah menjadi

halangan asalkan tidak mengubah keaslian tanah dan suci. Dari aspek tanah yang

digunakan, Rasulullah Sallallahu’alaihi Wa Sallam tidak pernah menyatakan

lapisan tanah keberapa yang perlu digunakan, karena pada asasnya tanah atau

pasir adalah suci (Fatwa Malaysia, 2006; Mauliana, 2016).

Pembuatan deterjen cuci cair dalam penelitian ini menggunakan variasi

dua jenis tanah. Penggunaan variasi jenis tanah bertujuan untuk mendapatkan

deterjen cuci cair penyuci najis dengan kualitas dan bentuk fisik deterjen yang

baik. Jenis tanah yang digunakan sebagai penyuci najis dalam formulasi ini adalah

bentonit dan kaolin. Bentonit merupakan sejenis tanah lempung yang biasanya

dijadikan sebagai adsorben (Susilawati, 2014). Bentonit mempunyai komposisi

utama mineral lempung, sekitar 80% terdiri atas monmorilonit (Gunister, 2004

dalam Mauliana, 2016). Kaolin merupakan jenis clay dengan ukuran partikel

paling baik, sehingga dalam penggunaanya akan memiliki luas permukaan aktif

yang besar dan akan meningkatkan kemampuan untuk teradsorbsi kedalam serat

pakaian (Puziah, 2013). Berdasarkan penelitian Angkatavanich (2009),

menunjukkan bahwa deterjen yang mengandung bentonit memiliki daya

pembusaan yang lebih tinggi dibandingkan deterjen kaolin. Namun, deterjen cair

yang mengandung bentonit rmudah mengalami pengendapan selama

penyimpanan dikarenakan mineral montmorilonit yang terkandung dalam bentonit

memiliki kemampuan mengembang dan membentuk koloid jika dimasukkan

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kedalam air (Mauliana, 2016). Sebelumnya peneliti telah melakukan percobaan

dengan memformulasikan deterjen cuci cair menggunakan tanah bentonit, namun

sediaan yang dihasilkan tidak stabil dan cepat mengalami pengendapan, sehingga

dalam penelitian ini dilakukan proses reduksi ukuran tanah bentonit menjadi

ukuran nanobentonit. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Abdou (2013) yang

menunjukkan bahwa reduksi ukuran partikel bentonit menjadi bentuk nano dapat

mengurangi kemampuan pengembangan mineral montmorilonit yang terkandung

didalamnya.

Proses pembuatan nano bentonit dilakukan di Nanotech Herbal Indonesia.

Sampel bentonit diayak dengan ayakan 250 mesh. Hasil ayakan dimasukkan

kedalam tabung (jar) ball mill HEM-E3D untuk digerus selama 30 menit dengan

kecepatan 1000 rpm. Tabung ball mill dan bola penghancur dicuci terlebih dahulu

menggunakan etanol. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang

menempel pada dinding jar dan bola penghancur HEM-E3D. Etanol digunakan

karena bersifat volatil (mudah menguap) sehingga meminimalkan kontaminasi

yang mungkin terjadi selama milling (Muhriz, 2011). Hasil pengujian PSA serbuk

nano bentonit yang dihasilkan adalah 275,1 nm. Secara umum telah disepakati

bahwa nanopartikel merupakan partikel yang memiliki ukuran dibawah 1 mikron

(Martien, 2012). Menurut Tiyaboonchai (2003) nanopartikel merupakan partikel

koloid padat dengan diameter berkisar antara 1 – 1000 nm.

Dalam penelitian ini, konsentrasi tanah yang digunakan adalah 10% pada

masing-masing formulasi. Berdasarkan persetujuan Komite Islam Bangkok tanah

yang dapat digunakan sebagai penyuci najis berada pada rentang 0,05 – 95%.

Untuk F1 menggunakan tanah kaolin dengan konsentrasi 10%, berdasarkan

penelitian Angkatavanich (2009) deterjen dengan kaolin memiliki stabilitas fisik

yang baik dan tidak mengendap selama proses penyimpanan. F3 dalam formulasi

ini menggunakan tanah nano bentonit dengan konsentrasi 10%, berdasarkan

penelitian Angkatavanich (2009) deterjen dengan tanah bentonit cenderung

memiliki viskositas yang tinggi. Sedangkan F2 dalam formulasi ini menggunakan

campuran jenis tanah kaolin dan nano bentonit dengan konsentrasi masing-masing

5%. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan deterjen cair yang stabil selama proses

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyimpanan, viskositas dapat diterima dalam penggunaannya dan memiliki daya

pembusaan yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan tanah kaolin saja.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan deterjen cuci cair kaolin –

nano bentonit meliputi Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES), kokoamid

diethanolamin, etanol 96%, Sodium Tri Poli Phospat (STPP), Hydroxy Propyl

Methyl Cellulosa (HPMC), Butylated Hydroxy Toluene (BHT), parfum (ocean

fresh), akuades.

Dalam formulasi ini surfaktan yang dipilih adalah Sodium Lauril Eter

Sulfat dan kokoamid diethanolamin. Hal ini dikarenakan SLES merupakan

golongan surfaktan anionik yang bersifat biodegradable atau relatif mudah

dirusak oleh mikroorganisme setelah dipakai. SLES pun lebih tidak mengiritasi

kulit dibandingkan SLS (Sodium Lauril Sulfat). Penambahan kokoamid

diethanolamin berfungsi untuk meningkatkan stabilitas busa sabun. Konsentrasi

SLES yang digunakan adalah 15% dan kokoamid diethanolamin3%. Hal ini

dikarenakan jika konsentrasi kokoamid diethanolaminlebih dari 4% akan

mengritasi kulit.

Builder yang dipilih dalam formulasi ini adalah Sodium Tri Poli Phospat

(STPP). Tujuan penambahan builder adalah meningkatkan efisiensi surfakatan

dengan menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. STPP akan terhidrolisa

menjadi PO4 dan P2O7, PO43- bebas dari sodium tripoliphospat mampu mengikat

unsur Mg2+ dan Ca2+ sebagai penyebab kesadahan. Hal ini disebabkan karena

PO43-bebas memiliki kemampuan serangan terhadap senyawa MgCO3 dan CaCO3

membentuk ikatan yang lebih kuat dibanding ikatan dari kedua senyawa, serta

menjadikan unsur-unsur penyebab kesadahan menjadi non aktif (Arnelli, 2010).

Berdasarkan syarat mutu SNI tentang kriteria ekolabel untuk kategori

produk deterjen pencuci sintetik rumah tangga, penggunanaan fosfat maksimum

18%. Dan berdasarkan formulasi Matheson (1996) konsentrasi maksimum builder

adalah 10%. Konsentrasi yang dipilih dalam formulasi ini adalah 5%, karena

penambahan builder dalam sediaan deterjen akan mempengaruhi viskositas

deterjen yang dihasilkan.

HPMC dalam formulasi berfungsi sebagai agen pensuspensi. Hal ini

diperlukan karena adanya bahan kaolin dan bentonit yang bersifat tidak larut air.

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sehingga kaolin dan bentonit akan terdispersi dan tidak mengendap. Konsentrasi

HPMC yang biasa digunakan adalah 0,5 – 5 % (Rowe, 2009). Dalam formulasi ini

konsentrasi yang dipilih adalah 1%.

Dalam penelitian ini juga digunakan penambahan hidrotop dalam

formulasi deterjen. Hidrotop digunakan untuk mencegah pemisahan campuran

deterjen menjadi dua lapisan selama proses penyimpanan. Hidrotop dapat

meningkatkan kelarutan surfaktan dalam air dan menyesuaikan cloud point suatu

formula. Berdasarkan formulasi Matheson (1996) konsetrasi hidrotop diantara 5 –

10%. Hidrotop yang dipilih dalam formulasi ini adalah Etanol 96% dengan

konsentrasi 5%. Etanol 96% bersifat sebagai hidrotop dengan konsentrasi 0 – 15%

(Michael, 1996).

Penambahan BHT dalam formulasi digunakan untuk mencegah komponen

minyak teroksidasi. Karena dalam formulasi ini digunakan komponen minyak

berupa kokoamid diethanolamin dan adanya aditif sabun tertentu seperti

pengaroma yang cenderung menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif atmosfer

yang tidak diinginkan. Mekanisme kerja BHT dengan menekan terjadinya

otoksidasi senyawa organik yang diserang oleh oksigen atmosfer dengan cara

megkonversi radikal peroksi menjadi hidroperoksida. Konsentrasi BHT yang

digunakan sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak adalah 0,02% (Rowe,

2009).

4.2. Hasil Penelitian Pendahuluan

Sebelumnya telah dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan

konsentrasi terbaik dari masing-masing tanah untuk formulasi deterjen F2 agar

mendapatkan deterjen cair dengan viskositas dan daya pembuasaan sediaan yang

paling baik. Parameter pengujian yang dilakukan meliputi pengujian viskositas

dan stabilitas busa. Berikut hasil pengujian viskositas dan stabilitas busa deterjen

dengan berbagai variasi konsentrasi tanah kaolin dan nano bentonit yang

digunakan.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1Hasil Pengujian Pendahuluan Viskositas dan Stabilitas Busa DeterjenCuci Cair Kaolin-Nano Bentonit

CampuranKaolin:Nano

bentonitViskositas

StabilitasBusa Kesimpulan

Kaolin:Nanobentonit (1:9)

2050 cP 89,613 %Viskositas sediaan terlalu

tinggi. Stabilitas busasesuai persyaratan.

Kaolin:Nanobentonit (3:7)

2180 cP 87,88%Viskositas sediaan terlalu

tinggi. Stabilitas busasesuai persyaratan.

Kaolin:Nanobentonit (5:5)

1950 cP 88,81%Viskositas dan stabilitas

busa sesuai denganpersyaratan

Kaolin:Nanobentonit (7:3)

1950 cP 87,553%Viskositas dan stabilitas

busa sesuai denganpersyaratan

Kaolin:Nanobentonit (9:1)

1480 cP 80,013%Viskositas dan stabilitas

busa sesuai denganpersyaratan

Keterangan: Standar Viskositas 500-2000 cP, Standar Stabilitias Busa minimal 60-70%

Standar Nasional Indonesia tidak mencantumkan nilai viskositas yang

harus dipenuhi oleh produk deterjen cair. Stephan Co, yang merupakan salah satu

produsen surfaktan di Amerika menyatakan nilai viskositas sediaan cairan

pembersih berada didalam kisaran 500 cP hingga 2000 cP.

Untuk penentuan perbandingan konsentrasi campuran tanah kaolin-nano

bentonit terbaik untuk formulasi deterjen dilakukan dengan membandingkan

kedua parameter pengujian, yaitu viskositas dan stabilitas busa. Berdasarkan hasil

pengujian viskositas, semakin sedikit konsentrasi nano bentonit dalam campuran

maka viskositas sediaan yang dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini

menunjukkan konsentrasi nano bentonit dalam campuran mempengaruhi

viskositas deterjen yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil pengujian stabilitas busa, deterjen cuci cair kaolin:nano

bentonit dengan perbandingan (1:9) menunjukkan stabilitas busa yang paling baik

yaitu 89,613% dan untuk stabilitas yang paling rendah adalah deterjen cuci cair

kaolin : nano bentonit dengan perbandingan (9:1). Hal ini juga menunjukkan

bahwa konsentrasi nano bentonit dalam formulasi deterjen mempengaruhi

stabilitas busa yang dihasilkan.

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setelah dilakukan evaluasi, hasil pengujian yang terbaik dari kedua

parameter diatas adalah deterjen cuci cair kaolin : nano bentonit dengan

perbandingan (5:5). Pada formulasi deterjen dengan perbandingan konsentrasi

tersebut, dihasilkan deterjen dengan viskositas yang baik dan memiliki

kemampuan stabilitas busa yang tinggi.

4.3. Evaluasi Formulasi Deterjen Cuci Cair Penyuci Najis

4.3.1 Pengamatan Organoleptik

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Organoleptik Deterjen Cuci Cair Kaolin -Nano Bentonit

Organoleptik F1 F2 F3Warna: Putih Krem Cokelat MudaBentuk : Cairan Kental

HomogenCairan Kental

HomogenCairan Kental

Homogen

Bau: Sesuai denganparfum yangdigunakan

(Ocean Fresh)

Sesuai denganparfum yangdigunakan

(Ocean Fresh)

Sesuai denganparfum yangdigunakan

(Ocean Fresh)

Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati secara visual deterjen cair

meliputi bentuk, warna dan bau. Sediaan deterjen cair dengan penambahan kaolin

memiliki warna putih yang menunjukkan warna asli dari serbuk kaolin.

Sedangkan deterjen cair yang mengandung nano bentonit memiliki warna cokelat

muda yang menunjukkan warna asli dari serbuk nano bentonit yang digunakan.

Untuk formula yang menggunakan gabungan dari kedua jenis tanah tersebut

memiliki warna sediaan krem hampir cokelat muda.

4.3.2 Pengujian pH

Salah satu sifat fisik yang penting adalah derajat keasaman atau pH, sebab

dalam formulasi pH dapat mempengaruhi beberapa faktor salah satunya stabilitas

dari sediaan yang dihasilkan (Allen,2005). pH pada formulasi deterjen umumnya

bersifat alkali. Nilai pH deterjen cair sesuai persyaratan SNI (Standar Nasional

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indonesia) adalah 10 – 12. Nilai pH basa pada deterjen akan memudahkan proses

degradasi kotoran dari permukaan kain. Dalam formulasi ini tidak diperlukan

penambahan senyawa pengalkilasi karena kaolin dan bentonit sudah bersifat basa.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Nilai pH Deterjen Cuci Cair Kaolin -Nano BentonitFormula Nilai Ph

F1 10,772 ± 0,049F2 10,484 ± 0,023F3 10,238 ± 0,004

Hasil analisis statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap formula deterjen

cuci cair dengan variasi tanah kaolin – nano bentonit menunjukkan data

terdistribusi dengan normal sehingga dilanjutkan dengan uji statistik metode One

way ANOVA yang menghasilkan nilai sig 0,000 (Sig. <0,05). Hasil ini

menunjukkan variasi tanah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap pH

sediaan deterjen cuci yang dihasilkan. Uji lanjut Tukey HSD antara F1, F2 dan F3

memiliki nilai sig < 0,05 yang berarti ada perbedaan pH yang bermakna antara

ketiga formula tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pH dari tanah yang

digunakan dalam formulasi. Tanah bentonit memiliki pH 9,5 – 10,5 sedangkan

tanah kaolin memiliki pH 4-7,5 (Rowe, 2009). Deterjen yang mengandung

bentonit memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan deterjen dengan kaolin. Hal

ini dikarenakan pada saat bentonit berada pada lingkungan air, maka ion-ion

positif akan meninggalkan matrik bentonit, karena molekul air bermuatan polar

maka molekul air akan tertarik pada matrik bentonit dan kation akan terlepas dari

bentonit (Krisnandi, 2013). Kation yang terdapat dalam bentonit berasal dari

kation basa lemah dan basa kuat. Kation-kation dari basa lemah merupakan asam

yang kuat. Kation ini mampu menarik ion OH- dari molekul air, sehingga

menyisakan H+ yang menyebabkan larutan dapat bersifat asam.

Namun nilai pH yang dihasilkan dari masing-masing formulasi deterjen

cuci cair kaolin – nano bentonit telah memenuhi persyaratan SNI.

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.3 Pengujian Viskositas

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin-NanoBentonit

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin -Nano BentonitFormula Viskositas (Cp)

F1 620F2 730F3 960

Viskositas dapat didefinisikan sebagai shearing stress yang diberikan

dalam luasan area tertentu sewaktu kecepatan dalam gradien normal pada area

tersebut (Suryani, 2002). Viskositas sangat penting untuk stabilitas dan untuk

penggunaan produk deterjen tersebut. Viskositas dari setiap sediaan cair non-

newton itu bervariasi pada setiap kecepatan geser sehingga untuk melihat sifat

alirannya dilakukan pengukuran pada berbagai kecepatan geser (Martin, 2006).

Pada penelitian ini, digunakan spindel R3 dan digunakan kecepatan putar yang

berbeda-beda, yaitu mulai dari 10, 12, 20, 30, 50, 60 dan 100 rpm. Grafik hasil

pengujian viskositas menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan putar dapat

menurunkan nilai viskositas dari deterjen cuci cair. Hal ini sesuai dengan literatur

bahwa semakin besar kecepatan (rpm) yang diberikan, maka akan semakin besar

pula kecepatan geser dan tekanan geser, serta semakin kecil viskositasnya

(Martin, 2006).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0 20 40 60 80 100 120

F1

F2

F3

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viscometer Haake dengan

kecepatan 60 rpm. Untuk produk cairan pembersih viskositas yang diharapkan

berada dalam rentang 500 – 2000 cP (Stephan.Co). Hasil pengujian viskositas

menunjukkan bahwa viskositas deterjen cuci cair kaolin-nano bentonit yang

dihasilkan berkisar antara 620 – 960 cP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

viskositas yang dihasilkan masuk dalam rentang viskositas cairan pembersih yang

diharapkan.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap pengujian viskositas

formula deterjen cuci cair dengan variasi tanah kaolin – nano bentonit

menunjukkan data terdistribusi secara normal dan hasil uji statistik One way

ANOVA menunjukkan nilai Sig < 0,05 yang berarti bahwa variasi jenis tanah

berpengaruh nyata terhadap viskositas sediaan. Uji lanjut Tukey HSD antara F1,

F2 dan F3 memiliki nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan viskositas

yang bermakna antara ketiga formula tersebut.

Nilai viskositas suatu larutan dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi bahan

yang terkandung dalam larutan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian, deterjen

cuci cair dengan kandungan tanah nano bentonit memiliki viskositas yang lebih

besar dibandingkan dengan deterjen cuci cair dengan kandungan tanah kaolin. Hal

ini dikarenakan bentonit mengandung mineral montmorillonit yang dapat

mengembang didalam air sehingga dapat meningkatkan viskositas sediaan

deterjen yang dihasilkan. Surfaktan yang digunakan dalam formulasi ini adalah

Sodium Lauril Eter Sulfat. Sodium Lauril Eter Sulfat merupakan surfaktan yang

berbentuk gel. Shipp (1996) menyatakan bahwa penggunaan SLES dalam

komposisi produk dapat mempengaruhi viskositas yang dihasilkan.

4.3.4 Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa

Parameter yang dapat diukur dan dapat menunjukkan sifat fisik dari suatu

sediaan deterjen cair adalah stabilitas busa. Busa akan menyelubungi kotoran

yang menempel pada kain dan berfungsi sebagai anti redeposisi fisik dengan cara

mencegah materi hasil reaksi antara surfaktan dengan kotoran pada kain segera

mengendap dan dapat mengotori kain cucian kembali. Busa yang dihasilkan oleh

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

produk deterjen cair juga harus stabil agar bertahan lebih lama selama proses

pencucian berlangsung.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tinggi Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin –Nano BentonitFormula Tinggi busa (cm)

F1Menit 0 : 2,266 ± 0,305Menit 5 :1,866 ± 0,305

F2Menit 0 : 2,066 ± 0,208Menit 5 : 1,833 ± 0,152

F3Menit 0 : 2,000 ± 1,000Menit 5 : 1,800 ± 1,000

Deterjen KomersialMenit 0 : 2,166 ± 0,057Menit 5 : 1,966 ± 0,057

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tinggi Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin –Nano BentonitFormula Stabilitas busa (%)

F1 82,146F2 88,810F3 89,983

Deterjen Komersial 90,764

Stabilitas busa merupakan kemampuan busa yang dihasilkan oleh deterjen

cair dengan pengocokan dalam waktu, kecepatan, dan kekuatan tertentu untuk

mempertahankan busa yang terbentuk agar tidak mudah pecah. Pengukuran

dilakukan pada menit ke-0 dan menit ke-5 setelah pengocokan menggunakan

vortex. Pengocokan yang dilakukan menyebabkan udara dalam tabung tersumbat

dan akan terdispersi dalam cairan sabun deterjen. Skala pengukuran yang

digunakan adalah 0,1 cm. Nilai stabilitas busa didapatkan dari selisih tinggi busa

pada menit ke-5 dengan tinggi busa pada menit ke-0. Semakin kecil nilai selisih

tinggi busa tersebut maka semakin besar stabilitas busa yang dihasilkan.

Berdasarkan data pada tabel 4.6, F3 menunjukkan nilai stabilitas busa yang

paling tinggi dibandingkan kedua formula lainnya. Hal ini sesuai dengan

penelitian Angkatavanich (2009) yang menunjukkan bahwa deterjen cair yang

menggunakan jenis tanah bentonit memiliki daya pembusaan paling baik

dibandingkan jenis tanah lainnya. Pembusaan dipengaruhi oleh keberadaan

surfaktan dalam formulasi tersebut. Surfaktan yang digunakan dalam formulasi

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

deterjen ini adalah SLES dan kokoamid dietahnolamin. Surfaktan akan

membentuk suatu lapisan dengan molekulnya teradsorpsi pada permukaan lapisan

tersebut. Bagian polar surfaktan akan berada pada sisi luar lapisan dan

berinteraksi dengan air, sedangkan bagian non-polar akan berinteraksi dengan

udara yang terjebak. Namun terkadang campuran surfaktan saja tidak cukup untuk

memberikan busa yang stabil, karena busa bersifat tidak stabil secara

termodinamik dan mudah pecah atau hilang. Busa mudah hilang karena terjadinya

koalesen dan penipisan (thinning) pada lapisan film akibat kecepatan aliran-aliran

(drainage). Bentonit dapat digunakan untuk mencegah thinning pada busa dengan

meningkatkan viskositas dari sediaan. Selain itu dengan meningkatnya viskositas

akan menghalangi busa untuk saling bergabung satu sama lain (Grace, 2010).

Menurut Dragon (1968) kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila

dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa minimal 60 – 70% (Rozi,

2013;Mauliana, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing formula sudah

memiliki stabilitas busa yang cukup baik. Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov

terhadap data stabilitas busa formula deterjen cuci cair dengan variasi tanah

kaolin–nano bentonit menunjukkan data tidak terdistribusi normal sehingga

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis yang menunjukkan nilai sig 0,048 (sig <

0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan stabilitas busa yang bermakna antara

masing-masing formula deterjen cair kaolin-nano bentonit dan deterjen komersial

yang telah beredar dipasaran. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan komposisi

dari deterjen cuci cair yang diformulasikan dengan deterjen komersial.

4.3.5 Pengujian Bobot Jenis

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Bobot Jenis Deterjen Cuci Cair Kaolin -Nano BentonitFormula Nilai Bobot Jenis(g/cm3)

F1 1,049 ± 0,029F2 1,068 ± 0,024F3 1,035 ± 0,018

Bobot jenis menurut SNI didefinisikan sebagai perbandingan bobot

deterjen cair dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama. Bobot jenis

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

deterjen cair diukur pada suhu yang sama yaitu 25oC dan dengan volume yang

sama dengan menggunakan piknometer.

Nilai bobot jenis suatu bahan dipengaruhi oleh penyusun bahan tersebut

dan sifat fisiknya. Hal tersebut juga berlaku pada deterjen cair yang merupakan

larutan air dan bahan-bahan lain seperti surfaktan dan bahan aktif penyusun

lainnya. Suatu bahan dilarutkan kedalam air dan selanjutnya membentuk suatu

larutan maka densitasnya mengalami perubahan (Gaman dan Sherington, 1990).

Bobot jenis merupakan sifat fisikokimia deterjen cair yang penting untuk

diperhatikan. Bobot jenis deterjen cair akan berpengaruh pada kemampuan

deterjen untuk larut dalam air serta stabilitas emulsi deterjen cair tersebut.

Semakin jauh selisih bobot jenis dari komponen penyusun deterjen akan

menyebabkan penurunan stabilitas emulsi dari deterjen tersebut (Fauziah, 2010).

Berdasarkan syarat mutu SNI (Standar Nasional Indonesia) bobot jenis

produk deterjen cuci cair berkisar antara 1,0 – 1,3 g/ml. Nilai bobot jenis yang

dihasilkan berkisar antara 1,035 – 1,068 g/ml. Hasil uji menunjukkan bahwa

deterjen yang dihasilkan telah memenuhi syarat mutu SNI.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap pengujian bobot jenis

formula deterjen cuci cair dengan variasi tanah kaolin–nano bentonit

menunjukkan data terdistribusi secara normal dan hasil uji statistik One way

ANOVA menunjukkan nilai Sig > 0,05 yang berarti bahwa variasi jenis tanah

tidak berpengaruh nyata terhadap bobot jenis sediaan. Uji lanjut Tukey HSD

antara F1, F2 dan F3 memiliki nilai sig > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan

bobot jenis yang bermakna antara ketiga formula tersebut. Hal ini dikarenakan

nilai bobot jenis antara kaolin dan bentonit tidak terlalu berbeda. Bobot jenis

bentonit berkisar antara 2,4 – 2,8 g/ml (Firdaus, 2009) dan bobot jenis kaolin

berkisar 2,6 – 2,63 g/ml (Tekmira, 2005).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan bobot jenis suatu

campuran adalah jenis dan konsentrasi bahan yang terdapat di dalamnya. Menurut

Gaman dan Sherington (1990) bahan yang dapat meningkatkan bobot jenis

campuran adalah jenis bahan yang memiliki densitas atau bobot jenis yang lebih

tinggi dari air dan sebaliknya bahan yang berdensitas lebih rendah dari air seperti

lemak dan etanol, dapat menurunkan bobot jenis suatu campuran. Adanya etanol

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan kokoamid diethanolamin dalam formulasi deterjen cuci cair ini yang

menyebabkan terjadinya penurunan bobot jenis sediaan mendekati nilai bobot

jenis air.

4.3.6 Pengujian Volume Sedimentasi

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Volume Sedimentasi Deterjen CuciCair Kaolin-Nano Bentonit

Kestabilan fisik suspensi merupakan salah satu parameter utama dalam

memformulasikan suatu suspensi karena masalah yang sering terjadi meliputi

kecepatan sedimentasi yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan penggunaan

suspending agent untuk meningkatkan kestabilan fisik suspensi. Menurut

Anggraeni (2013), pemilihan suspending agent didasarkan pada

karakteristiknyayaitu dapat meningkatkan kekentalan untuk membentuk suspensi

yang ideal, bersifat kompatibel dengan eksipien lain dan tidak toksik (Suena,

2015).

Parameter volume sedimentasi ditunjukkan dengan nilai F yaitu

perbandingan volume partikel-partikel yang mengendap terhadap volume awal

suspensi. Formula deterjen dalam penelitan ini merupakan formula dengan

kombinasi sistem flokulasi dan deflokulasi. Sifat dari sistem deflokulasi yang

muncul pada ketiga formula tersebut adalah sedimen terbentuk lambat, sedangkan

sifat dari sistem flokulasi yang muncul yaitu terbentuk cairan berwarna jernih,

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14F1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,98 0,98 0,98 0,96 0,96 0,96F2 1 1 1 1 1 0,98 0,94 0,93 0,88 0,81 0,63 0,59 0,5 0,4F3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,98 0,98 0,98

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Volu

me

Sedi

men

tasi

Hari

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

partikel membentuk agregat longgar sehingga sedimen dapat diredispersi (Suena,

2015).

Berdasarkan kurva (Gambar 4.2) sediaan F1 mempunyai nilai F =1 yang

berarti bahwa suspensi berada dalam keseimbangan flokulasi dan tidak

menunjukkan adanya supernatan yang jernih pada pendiaman hingga 8 hari,

sedangkan untuk F2 mempunyai nilai hasil pengujian dengan nilai F=1 hanya

hingga waktu penyimpanan sediaan ke 5 hari dan F3 mempunyai nilai hasil

pengujian F=1 hingga waktu penyimpanan ke 11 hari. Hasil pengujian volume

sedimentasi dengan nilai F < 1 pada F1, F2 dan F3 menunjukkan adanya

supernatan jernih dan terdapat partikel-partikel yang mengendap. Pengendapan

partikel dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin besar ukuran partikel maka

akan semakin cepat pengendapan yang terjadi (Rahman, 2011).

Pada penelitian ini volume sedimentasi (F) yang diharapkan adalah yang

paling besar karena suspensi yang ideal memiliki nilai volume sedimentasi yang

paling mendekati 1. Berdasarkan hasil pengujian, ketiga formulasi mengalami

penurunan nilai volume sedimentasi (F), namun F3 merupakan formula yang

mengalami penurunan volume sedimentasi (F) yang paling lambat dan paling

sedikit penurunannya. F2 merupakan formulasi deterjen yang paling cepat dan

paling banyak mengalami penurunan volume sedimentasi (F). Penurunan nilai

volume sedimentasi (F) pada suspensi dengan pelarut air akan meningkat ketika

konsentrasi ion dalam suspensi tersebut meningkat. Adanya penggabungan kaolin

dan bentonit dalam formulasi deterjen dapat meningkatkan konsentrasi ion dalam

suspensi, hal ini dikarenakan mineral montmorilonit dari bentonit memiliki

kemampuan melakukan pertukaran ion dan menarik ion dalam air. Kaolin sendiri

dikelompokkan dalam penukar dan penarik ion yang berasal dari luar dengan

adanya pengaruh air (Alfian, 2016).

4.3.7 Pengujian Stabilitas Emulsi

Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi cairan dalam cairan lain yang

molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling bercampur tapi

berlawanan.Pada suatu sistem emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu

bagian yang terdispersi, bagian kedua disebut media pendispersi yang dikenal

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

juga sebagai fase kontinyu dan bagian ketiga adalah pengemulsi yang berfungsi

menjaga agar fase terdispersi tetap tersuspensi dalam air (McClements, 2004;

Yuliani, 2015). Stabilitas emulsi merupakan sifat fisikokimia yang penting untuk

dianalisa pada suatu sistem emulsi. Stabilitas emulsi dari suatu campuran

menunjukkan tingkat kualitas emulsi tersebut.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin –NanoBentonit

Formula Stabilitas emulsi (%)F1 64,256 ± 0,518F2 64,853 ± 0,228F3 66,310 ± 0,203

Deterjen Komersial 63,829 ± 0,265

Nilai bobot jenis suatu deterjen cair juga mempengaruhi nilai stabilitas

emulsi deterjen cair tersebut. Semakin mendekati nilai bobot jenis air (1 g/ml)

maka nilai stabilitas emulsi deterjen tersebut akan semakin baik. Berdasarkan data

pada tabel 4.7, F3 menunjukkan nilai stabilitas emulsi yang paling tinggi

dibandingkan kedua formula lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian bobot

jenis dari ketiga formula deterjen tersebut. Semakin besar perbedaan bobot jenis

suatu sediaan dari bobot jenis air maka stabilitas emulsinya akan semakin kecil

(Fauziah, 2010).

Pengujian stabilitas emulsi dilakukan dengan menyimpan sediaan kedalam

oven dengan suhu 45oC selama satu jam kemudian sediaan disimpan kedalam

lemari pendingin bersuhu 0oC selama 1 jam. Selanjutnya disimpan kembali dalam

oven dengan suhu 45oC selama 1 jam. Analisis ini dilakukan untuk mengamati

stabilitas emulsi selama penyimpanan karena perubahan suhu yang signifikan.

Percobaan diulang sebanyak tiga kali, pengamatan yang dilakukan dengan

membandingkan perubahan bobot sediaan sebelum dan setelah perlakukan uji.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap hasil pengujian stabilitas

emulsi formula deterjen cuci cair dengan variasi tanah kaolin – nano bentonit

menunjukkan data yang didapat dari hasil pengujian terdistribusi secara normal

dan hasil uji statistik One way ANOVA menunjukkan nilai Sig < 0,05 yang berarti

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bahwa variasi jenis tanah berpengaruh nyata terhadap stabilitas emulsi sediaan.

Uji lanjut Tukey HSD antara F1, F2 dan F3 memiliki nilai sig < 0,05 yang berarti

terdapat perbedaan persen stabilitas emulsi yang bermakna antara ketiga formula

tersebut. Hasil pengujian persen stabilitas emulsi F3 berbeda secara signifikan jika

dibandingkan dengan F1 dan F2. Menurut Waistra (1996) viskositas juga

mempengaruhi stabilitas emulsi suatu sediaan. Kekentalan dapat meningkatkan

stabilitas emulsi karena dapat menghambat proses coalescence (bersatunya misel-

misel). Hal ini sesuai dengan hasil pengujian viskositas sediaan, dimana F3

menunjukkan viskositas yang paling tinggi.

Hasil uji statistik One way ANOVA dan uji lanjut Tukey HSD antara

formulasi F1, F2, F3 dan Deterjen Komersial menunjukkan nuilai Sig < 0,05 yang

berarti varisai tanah yang digunakan pada F2 dan F3 memberikan perbedaan %

stabilitas emulsi yang bermakna antara deterjen penyuci najis yang

diformulasikan dengan deterjen komersial yang telah beredar dipasaran. Hal ini

dikarenakan stabilitas emulsi suatu sediaan juga dipengaruhi oleh surfaktan yang

digunakan. Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan yang memiliki gugus

hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang

terdiri dari air dan minyak (Jatmika, 1998; Yuliani, 2015). Menurut Mason(2006)

konsentrasi surfaktan yang tinggi diperlukan untuk melapisi permukaan globul.

Penggunaan konsentrasi surfaktan yang tinggi mampu menurunkan ukuran globul,

hal ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan adsorbsi surfaktan diantara

permukaan minyak dan air, sehingga mendukung terbentuknya ukuran globul

yang kecil (Salim, 2011).

4.3.8 Pengujian Daya Deterjensi

Deterjensi adalah proses pembersihan permukaan padat dari benda asing

yang tidak diinginkan dengan menggunakan cairan pencuci/perendam berupa

larutan surfaktan. Menurut Hanson (1992) proses deterjensi terjadi melalui

pembentukan misel-misel oleh surfaktan yang mampu membentuk globula zat

pengotor melalui penurunan tegangan antar muka dan dengan dibantu adanya

interaksi elektrostatik antar muatan (Fauziah, 2010).

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin –NanoBentonit

Formula AbsorbansiF1 0,299 ± 0,009F2 0,453 ± 0,058F3 0,616 ± 0,064

Deterjen Komersial 0,564 ± 0,030

Penentuan daya deterjensi dilakukan dengan mengukur nilai kekeruhan

dari larutan deterjen setelah digunakan untuk merendam kain yang telah diberi

pengotor. Pengukuran dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada

panjang gelombang 450 nm. Hasil akhir warna larutan perendaman deterjen yang

telah digunakan untuk merendam kain dengan zat pengotor berupa cairan

berwarna kuning. Berdasarkan hubungan antara warna dengan panjang gelombang

sinar tampak, cairan berwarna kuning diamati pada panjang gelombang 450 – 480

nm.

Daya deterjensi merupakan parameter mutu yang paling penting dalam

formulasi deterjen. Daya deterjensi dapat memperlihatkan kemampuan deterjen

untuk menghilangkan atau membersihkan kotoran yang ada pada serat kain.

Dalam pengujian daya deterjensi pada penelitian ini, digunakan salah satu

deterjen komersial sebagai standar karena didalam SNI tidak adanya standar nilai

daya deterjensi dari suatu produk deterjen. Berdasarkan data pada tabel 4.9, F3

memiliki daya deterjensi paling tinggi dibandingkan kedua formulasi lainnya dan

deterjen komersial. Deterjen F3 merupakan deterjen yang mengandung jenis tanah

nano bentonit. Tanah nano bentonit memiliki ukuran tanah yang lebih kecil

dibandingkan ukuran tanah kaolin. Dalam penelitian Puziah (2013) diketahui

bahwa semua jenis tanah dapat digunakan sebagai produk pembersih dalam Islam.

Semakin kecil ukuran partikel dari jenis tanah yang digunakan sebagai pembersih,

maka akan meningkatkan daya pembersihan dari tanah tersebut. Tanah dengan

ukuran partikel yang kecil akan mudah teradsorbsi kedalam serat kain sehingga

mengurangi kemungkinan tanah tersumbat dalam kain dan merusak permukaan

kain.

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap hasil pengujian daya

deterjensi formula deterjen cuci cair dengan variasi tanah kaolin – nano bentonit

menunjukkan data terdistribusi secara normal dan hasil uji One way ANOVA

menunjukkan nilai Sig < 0,05 yang berarti bahwa variasi jenis tanah berpengaruh

nyata terhadap daya deterjensi sediaan. Uji lanjut Tukey HSD antara F1, F2, dan

F3 memiliki nilai sig < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan daya deterjensi yang

bermakna antara ketiga formula tersebut dikarenakan penggunaan jenis tanah

yang berbeda.

Uji lanjut Tukey HSD antara F2, F3 dan deterjen komersial memiliki nilai

sig > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan daya deterjensi yang bermakna

antara ketiga deterjen tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji daya

deterjensi dari F2 dan F3 memiliki hasil yang sebanding dengan deterjen

komersial yang sudah beredar dipasaran. Kemampuan daya deterjensiyang

dihasilkan dari formula F2 dan F3 diperkirakan karena kandungan clay seperti

kaolin dan montmorilonit dapat melunakkan air akibat kemampuannya menyerap

ion kalsium (Putra dkk, 2016). Sehingga dapat menyingkirkan ion penyebab

kesadahan dari cairan pencuci dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan

surfaktan. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas pencucian. Clay montmorilonit

memiliki nilai tambah lain jika dibandingkan dengan clay kaolin, yaitu dapat

berfungsi sebagai pelembut kain. Komponen ini akan diserap dan difilter kedalam

pakaian selama proses pencucian dan pembilasan.

4.4. Analisa Keputusan Formula Terbaik

Analisa keputusan dilakukan untuk menentukan formulasi terbaik dari

deterjen cuci cair kaolin – nano bentonit yang telah dibuat. Pengambilan

keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang

merupakan sifat fisik dan kimia serta kualitas dari deterjen cair tersebut.

Parameter yang digunakan untuk pengambilan keputusan terbaik adalah pengujian

organoleptis, pH, viskositas, tinggi dan stabilitas busa, bobot jenis, volume

sedimentasi, stabilitas emulsi dan daya deterjensi.

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Organoleptis merupakan penampakan secara visual deterjen cair meliputi

bentuk, warna dan bau. Keadaan organoleptis dari suatu deterjen akan

berpengaruh terhadap penilaian konsumen terhadap produk tersebut.

Derajat keasaman atau pH dalam suatu formulasi dapat mempengaruhi

stabilitas dari suatu sediaan yang dihasilkan. pH pada formulasi deterjen

umumnya bersifat alkali, namun jika nilai pH terlalu basa ditakutkan akan

menimbulkan iritasi saat berkontak langsung dengan kulit. Nilai pH deterjen cair

sesuai persyaratan SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah 10 – 12. Nilai pH

terbaik dari formulasi yang dibuat adalah nilai pH terkecil namun tetap masuk

dalam rentang nilai pH sesuai persyaratan SNI.

Menurut Woolat (1985) pentingnya nilai kekentalan (viskositas) deterjen

cair dikarenakan konsumen pada umumnya mengasosiasikan kekentalan dengan

konsentrasi bahan aktif deterjen (Fauziah, 2010). Viskositas deterjen cair yang

dibuat diharapkan masuk dalam rentang viskositas cairan pembersih menurut

Stephan Co. yaitu 500 – 2000 cP. Viskositas merupakan salah satu permasalahan

yang ingin diatasi, karena pada formulasi deterjen sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Angkatavanich (2009) deterjen yang menggunakan tanah bentonit

memiliki viskositas yang sangat kental dan tidak dapat diterima dari segi

penggunaannya.

Busa yang dihasilkan oleh produk deterjen cair juga harus stabil agar

bertahan lebih lama selama proses pencucian berlangsung. Busa berperan sebagai

anti redeposisi yang mencegah kotoran yang sudah terlepas dari kain kembali

menempel pada serat kain. Kisaran stabilitas busa yang baik minimal 60 – 70%

(Dragon, 1968). Nilai stabilitas busa yang paling baik dari formulasi yang telah

dibuat adalah deterjen dengan nilai stabilitas busa yang paling tinggi.

Bobot jenis menentukan tingkat kelarutan deterjen tersebut terhadap air.

Semakin mendekati nilai bobot jenis air yaitu 1g/ml, maka akan semakin baik

daya kelarutan dari deterjen cair tersebut.

Parameter volume sedimentasi ditunjukkan dengan nilai F yaitu

perbandingan volume partikel-partikel yang mengendap terhadap volume awal

suspensi. Pada penelitian ini volume sedimentasi (F) yang diharapkan adalah yang

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

paling besar karena suspensi yang ideal memiliki nilai volume sedimentasi

mendekati 1.

Stabilitas emulsi mempengaruhi daya umur simpan deterjen. Hal tersebut

karena deterjen akan dapat bekerja dengan baik jika stabilitas emulsinya masih

baik. Nilai stabilitas emulsi yang paling baik dari formulasi yang telah dibuat

adalah deterjen dengan nilai stabilitas emulsi paling tinggi.

Daya deterjensi merupakan parameter utama kualitas deterjen. Hal tersebut

karena daya deterjensi menunjukkan daya kerja suatu deterjen dalam

membersihkan pakaian. Semakin tinggi nilai daya deterjensi suatu deterjen maka

akan semakin baik kualitas deterjen tersebut.

Tabel 4.10 Hasil Terbaik Evaluasi Deterjen Cuci Cair Kaolin –Nano Bentonit

ParameterPengujian F1 F2 F3

HasilTerbaik

Organoleptis Cairan kental Cairan kental Cairan kental SemuaFormula(Homogen) (Homogen) (Homogen)

pH 10,772 10,484 10,238 F3Viskositas 620 Cp 730 cP 960 Cp F1

Stabilitas Busa 82,15% 88,81% 89,98% F3Bobot Jenis 1,049 g/cm3 1,068 g/cm3 1,035 g/cm3 F3

VolumeSedimentasi

0,962 0,4 0,975 F3

Stabilitas Emulsi 64,26% 64,85% 66,31% F3Daya Deterjensi 0,299 A 0,453 A 0,616 A F3

4.5. Evaluasi SNI Deterjen Cuci Cair

Evaluasi SNI deterjen cuci cair dilakukan pada satu formula yang

memiliki hasil evaluasi fisikokimia dan evaluasi kualitas deterjen yang paling

baik. Evaluasi SNI dilakukan di Laboratorium Non Pangan, Balai Pengujian Mutu

Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Ciracas, Jakarta Timur.

4.5.1. Pengujian Cemaran Mikroba

Pengujian angka lempeng total atau cemaran mikroba dilakukan untuk

mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada suatu produk. Hal ini karena

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin 10%)F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin: Nano Bentonit 5%:5%)F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit 10%)

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cemaran mikroba dapat dijadikan salah satu parameter untuk menentukan mutu

suatu produk. Deterjen cair merupakan produk yang penggunaanya berhubungan

erat dengan manusia. Keberadaan mikroba dalam deterjen dapat menempel pada

serat kain yang dicuci. Sehingga parameter ini juga menentukan apakah produk

deterjen cair dapat diterima oleh konsumen.

Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menentukan jumlah

mikroorganisme dalam sampel secara tidak langsung (Fardiaz, 1989). Cara ini

berdasarkan anggapan bahwa setiap sel yang hidup akan berkembang menjadi

satu koloni. Jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan indeks bagi

mikroorganisme dalam sampel dapat hidup.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Angka Lempeng Total dari F3

No. Karakteristik SatuanHasil

Pengujian Persyaratan

1.Angka LempengTotal

Koloni/g <10 Maks. 1x105

Pertumbuhan mikroba dalam suatu produk sabun dapat dipengaruhi oleh

faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain adalah pH dan adanya

keberadaan dari senyawa antimikroba dalam sutu formulasi. Faktor ekstrinsik

antara lain suhu dan kelembaban relatif (Salam, 2003; Gandasasmita, 2009).

Dalam formulasi deterjen kaolin-nano bentonit tidak digunakan senyawa khusus

yang berperan sebagai antimikroba. Salah satu hal yang menyebabkan mikroba

tidak dapat tumbuh pada produk deterjen cair yang dihasilkan adalah karena pH

deterjen yang dihasilkan cenderung basa dan pada proses pembuatannya,

menggunakan akuades yang dipanaskan pada suhu 40 – 60oC. Kondisi ini bukan

merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan mikroba. Mikroba memiliki

pertumbuhan optimum pada pH berkisar 4-8 dan dapat tumbuh optimum pada

suhu 22- 37oC (Stainer,1976; Gandasasmita, 2009).

4.5.2. Pengujian Persentase Bahan Aktif

Surfaktan atau surface active agent merupakan bahan organik yang

berperan sebagai bahan aktif pada deterjen. Surfaktan dapat menurunkan tegangan

permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi, 2003). Kadar

bahan aktif menunjukkan jumlah kandungan bahan aktif permukaan yang

terkandung dalam surfaktan. Semakin banyak kadar bahan aktif dalam surfaktan

maka diharapkan akan semakin baik kinerja surfaktan (Ariawiyana, 2011).

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Persentase Bahan Aktif dari F3

No. Karakteristik Satuan HasilPengujian

Persyaratan

1. Bahan Aktif % 8 Min. 10

Keberadaan bahan aktif dalam deterjen sering dikaitkan dengan

kemampuan daya deterjensi. Deterjensi adalah sifat spesifik yang dimiliki oleh

surfaktan atau zat aktif permukaan untuk membersihkan suatu permukaan dari

kotoran (Rosen, 1978). Tetapi zat aktif permukaan tidak dapat membersihkan

kotoran dari permukaan dengan sempurna tanpa adanya zat-zat lain sebagai

penunjang seperti builder, dan zat aditif lainnya. Sehingga kemampuan daya

deterjensi diartikan lebih khusus sebagai sifat spesifik yang dimiliki oleh zat aktif

permukaan (Arnelli, 2010).

Berdasarkan hasil pengujian, persen bahan aktif dari deterjen cuci cair

nano bentonit yang diformulasikan < 10% sehingga masih kurang dari persyaratan

SNI, namun hasil pengujian daya deterjensi menunjukkan hasil yang tidak

berbeda signifikan dengan deterjen komersial yang telah beredar. Deterjen

komersial yang telah beredar biasanya mengandung 10 – 30% surfaktan (Cross,

1998). Berdasarkan ISO 2271: 1989 kandungan bahan aktif anionik minimal 8%.

Kandungan bahan aktif deterjen cuci cair yang dihasilkan telah sesuai dengan ISO

2271: 1989.

4.6. Evaluasi Aktivitas Antibakteri

Uji potensi aktivitas antibakteri deterjen cuci cair bertujuan untuk

mengetahui kemampuan tanah nano bentonit yang ditambahkan dalam sediaan

deterjen dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat didalam air liur

anjing. Sediaan yang diuji merupakan sediaan formula optimum yang dipilih

berdasarkan hasil pengujian sifat fisiko kimia sebelumnya. Dalam penelitian ini

bakteri yang digunakan adalah E.coli dan S. aureus. Bakteri E.coli dan S. aureus

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan jenis bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang secara alami

terdapat didalam mulut anjing yang sehat.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3 dan Kontrol BasisDeterjen

Sampel

E.coli InaCC B5 S.aureus InaCC B4

ReaksiRata-rata

diameter zonahambat (cm)

ReaksiRata-rata

diameter zonahambat (cm)

Sampeldeterjen cairF3

- 0 + 0,93

Basis deterjencair F3 (Tanpatanah)

- 0 - 0

Tabel 4.14 Gambar Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3 dan KontrolBasis Deterjen

Keterangan: (a) dan (b) Hasil pengujian F3 terhadap bakteri S.aureus; (c) dan (d) Hasilpengujian F3 terhadap E.Coli; (e) dan (f) Hasil pengujian kontrol basis terhadap E.Coli.

(e) (f)

(a) (b)

(c) (d)

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan membandingkan potensi

antibakteri deterjen yang mengandung tanah bentonit dan kontrol basis deterjen.

Kontrol basis merupakan bahan deterjen cair tanpa penambahan tanah nano

bentonit. Kontrol basis ini digunakan sebagai pembanding untuk memastikan

diameter zona hambat yang terbentuk pada pengujian sediaan merupakan aktivitas

akibat dari tanah nano bentonit yang ditambahkan dalam sediaan. Deterjen yang

diujikan sebelumnya diencerkan menggunakan air dengan perbandingan 1:200.

Konsentrasi pengenceran ini sesuai dengan jumlah minimal persen tanah yang

dapat digunakan sebagai penyuci najis menurut Komite Islam Bangkok.

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri pada tabel 4.13, deterjen

cuci cair nanobenonit memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus dan

tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli. Mineral

montmorillonit yang terkandung dalam bentonit memiliki aktivitas antibakteri

yang lebih efektif pada bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif

(Maryan, 2013). Mineral montmorillonit dalam bentonit dapat menempel pada

permukaan sel bakteri sehingga menurunkan permeabilitas sel nya (Dastjerdi,

2010; Maryan, 2013). Menurunnya permeabilitas membran sel dapat

menyebabkan transpor zat kedalam dan keluar sel menjadi tidak terkontrol. Zat

yang berada didalam sel seperti ion organik enzim, asam amino, dan nutrisi dapat

keluar dari sel. Apabila enzim-enzim keluar dari sel bersama dengan zat-zat

seperti air dan nutrisi dapat menyebabkan metabolisme terhambat sehingga

penurunan ATP yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sel,

selanjutnya pertumbuhan sel bakteri menjadi terhambat (Retnowati, 2011). Hasil

pengujian kontrol basis deterjen menunjukkan hasil negatif terhadap pengujian

aktivitas antibakteri, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah bentonit yang

diformulasikan menjadi deterjen cuci cair memiliki aktivitas antibakteri.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.15 Hasil Pengamatan dengan Mikroskop Elektron

Gambar Keterangan Gambar

TYPE JSM-5000, MAG X10.000ACCV 20kV, WIDTH 13.2um

Kontrol sel bakteri Staphylococcusaureus tanpa diberi perlakuan deterjen

cuci cair nano bentonit (F3)

TYPE JSM-5000, MAG X10,000ACCV 20kV, WIDTH 13.2um

Sel bakteri Staphylococcus aureussetelah diberi perlakuan deterjen cuci

cair nano bentonit (F3)

Sel bakteri S.aureus menjadi berubah setelah dilakukan pengujian

antibakteri dengan deterjen cuci cair nanobentonit (F3). Perubahan morfologi sel

S.aureus ditunjukkan dengan perubahan pada sel nya, dimana setelah perlakuan

sel S.aureus mengalami kerusakan. Mekanisme kerusakan dinding sel dapat

disebabkan oleh adanya akumulasi komponen lipofilik yang terdapat pada dinding

sel atau membran sel. Dalam formulasi deterjen pada penelitian ini, salah satu

surfaktan yang digunakan adalah kokoamid dietahanolamin yang diketahui

mengandung beberapa asam lemak tak jenuh. Kandungan asam lemak terbesar

dalam kokoamid diethanolamin adalah asam laurat sekitar 40 – 50% (Rowe,

2009). Kabara (1972) menyatakan bahwa asam-asam lemak terutama asam laurat

dapat menghambat enzim yang terlibat pada produksi energi dan pembentukan

komponen struktural sehingga dapat menganggu pembentukan dinding sel bakteri

(Setyaningsih, 2010).

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

57UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Reduksi ukuran bentonit menjadi nano bentonit dapat mengurangi

pengendapan yang terjadi selama penyimpanan.

2. Variasi komposisi tanah yang digunakan dalam formulasi berpengaruh

nyata (sig<0,05) terhadap sifat fisika kimia deterjen seperti pH,

viskositas, stabilitas busa, volume sedimentasi, stabilitas emulsi dan

daya deterjensi. Variasi komposisi tanah tidak berpengaruh nyata

(sig>0,05) terhadap bobot jenis masing-masing sediaan.

3. Formula optimum deterjen cuci cair diperoleh pada formula dengan

penggunaan tanah nano bentonit dengan konsentrasi 10% (F3).

4. Berdasarkan hasil uji syarat mutu deterjen cuci cair menurut SNI

menunjukkan Angka Lempeng Total sediaan sudah memenuhi syarat,

namun persen bahan aktif sediaan belum memenuhi syarat.

5. Deterjen cuci cair F3 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan optimasi formula untuk meningkatkan persen bahan

aktif dalam sediaan deterjen cuci cair.

2. Perlu dilakukan uji daya antibakteri deterjen cuci cair terhadap jenis

bakteri lain yang terdapat dalam air liur anjing.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Advocate for the Consumer, Cosmetic, Hygiene and Specialty Products Industry

(ACCORD). Laundry Detergent Ingredients Information Sheet.

Abdou et al. 2013. Evaluation of Egyptian Bentonite and Nano-bentonite as

Drilling Mud. Egypt. Egyptian Petroleum Research Institute.

Al-Bugha, M.D. 2007. Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah,

diterjemahkan oleh Muzayin. 261. Jakarta : Mizan Publika.

Al-Mahfani, M.K. 2008. Buku Pintar Shalat. Jakarta : Wahyu Media.

Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf. 2006. Ensiklopedia Shalat Menurut Al-

Qur’an dan As-Sunnah, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghofar E.M. Jakarta :

Pustaka Asy-Syafi’i.

Allen, L.V., Ropovich, N.G. dan Ansel H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical

Dosage Forms and Drug Delivery Systems, Eight Edition. Lippincott

Williams and Wilkins, Baltimore.

Anggraeni DB. 2013. Optimasi Formula Suspensi Siproflokasasin Menggunakan

Kombinasi Pulvis Gummi Arabici (Pga) dan Hydroxypropyl Methylcellulose

(HPMC) dengan Metode Desain Faktorial. Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Angkatavanich et al. 2009. Development of Clay Liquid Detergent for Islamic

Cleansing and the Stability Study. Thailand : International Journal of

Cosmetic Science.

Anief, M. 1993. Farmasetika. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University

Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.

Arnelli. 2010. Subulasi Surfaktan dari Larutan Detergen dan Larutan Detergen

Sisa Cucian Serta Penggunaannya Kembali Sebagai Detergen. Fakultas

MIPA Universitas Diponegoro.

Asad, Md. Abdullah., Shantanu Kar., Mohammad Ahmeduzzaman dan Md.

Raquibul Hassan. 2013. Suitability of Bentonite Clay: an Analytical

Approach, International Journal of Earth Science 2013. Bangladesh :

Science Publishing Group.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ASTM. 2002. Development of the Detergent Industry. www.chemistry.co.nz.

Barel, A.O., Paye,M., dan Maibaich, H.I. 2009. Handbook of Cosmetics Science

and Technology, 3rd Edition. New York : Informa Healthcare USA, Inc.

Bhairi, M. 2001. Detergent A Guide To the Properties and Uses A Detergent In

Biological System. Calbiochem : Nova Biochem Coorperation.

Cross, J. 1998. Anionic Surfactants Analitical Chemistry 2nd Edition. New York:

Marcel Dekker Inc.

Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok : Patent

Cooperation Treaty (PTC).

David et al. 2005. Cultivable Oral Microbiota of Domestic Dogs. Journal of

Clinical Microbiology.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan.

Desmia T.S. 2010. Aplikasi Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) dan Alkil

Poliglikosida (APG) dalam Formulasi Sabun Cair. Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dharma Ni Made. 2015. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi

Suspending Agent PGA dan CMC-Na. Akademi Farmasi Saraswati

Denpasar.

Djamaludin Ar-Ra’uf. 2015. Bulughul Maram Jilid 1. Bandung : Inaba Pustaka.

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan Kanisius. Yogyakarta.

Fakhrunnisa. 2016. Formulasi Sabun Cair Minyak Nilam (Progestemon cablin

Benth.) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 2593.

Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Fauziah, Ika Nuriyana. 2010. Formulasi Deterjen Cair: Pengaruh Konsentrasi

Dekstrin Dan Metil Ester Sulfonat (MES). Bogor : Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Ferdiaz S. 1989. Analisis Mikrobilogi Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Firdaus Ahmad. 2009. Aplikasi Bentonit-Zeolit dalam Meningkatkan Mutu

Minyak Akar Wangi Hasil Penyulingan Derah Kabupaten Garut. Fakultas

MIPA Institut Pertanian Bogor.

Franklin TJ, Snow GA. 2005. Biochemistry and Moleculer Biology of

Antimicrobial Drug Action 6th Edition. New York : Springer Science &

Business Media Inc.

Gaman, P.M, K. M. Sherrington. 1990. The Science of Food 3rd Edition.

Pergamon Press, Oxford.

Gandasasmita, Hangga Damai Putra. 2009. Pemanfaatan Kitosan dan Keragenan

Pada Produk Sabun Cair. Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor.

Grace Felicyta Kartika. 2010. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Carbopol 940

Sebagai Bahan Pengental Terhadap Viskositas dan Ketahanan Busa

Sediaan Shampoo. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Gunister , E. et al. 2004. Effect of Sodium Dodecyl Sulfate on Flow and

Electrokinetic Properties of Na-activated Bentonite Dispersions. Bull.

Mater. Sci 27, (3), 317-322.

Handi, Abdullah. 2008. Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril Sebagai Bahan

Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing. Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor.

Hargreaves, T. 2003. Chemical Formulation : An Overview Surfactant-based

Preparation Used in Everyday Life. Cambridge : RSC Paperbacks.

Hermawan, A., Hana, W dan Wiwiek T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dengan Metode Diffusi Disk. Surabaya: Univerisitas

Airlangga.

Hidayat, Fauzan. 2006. Pengaruh Kombinasi Keragenan dan Sodium Lauryl

Sulfate serta Penambahan Ekstrak Phempis acidula terhadap Karakteristik

Sabun Mandi Cair. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Bogor.

Ilyani, A.S. 2002. Kiat Memilih Deterjen: Banyak Busa Belum Tentu Lebih

Bersih. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jeffry Hakim. 2008. Tanah dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba

Terhadap Air Liur Anjing. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

John W.,et al. 2005. Surface-active Properties of Surfactants.

Juariah, Siti. 2014. Aktivitas Senyawa Antibakteri Bintang Laut (Asteris forbesii)

Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen. Tesis. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Kasempimolporn. 2003. Types of Bacteria in a Dog’s Mouth. Journal of the

Medical Association of Thailand.

Khoerunnisa. 2011. Isolasi dan Karekterisasi Nano Kalsium dari Cangkang

Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) dengan Metode Presipitasi. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Khoirunnisa. 2010. Perilaku Thaharah (Bersuci) Masyarakat Bukit Kemuning

Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”. Jakarta : Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Komandoko, Gamal. 2010. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta :

Pustaka Widyatama.

Kristiyana, Reza. 2013. Optimasi Penambahan Ekstrak Etanol Daun Kemangi

Sebagai Pengganti Triclosan Dalam Menghambat Staphylococcus aureus

dan Eschericia coli Pada Produk Sabun Cuci Tangan Cair. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.

Lachman, L., Lieberman, H.A & Kanig, J.L. 1986. The Theory and Practice of

Industrial Pharmacy, Third Edition. Philadelphia : Lea and Febiger.

Laundry Chemical Formulations E-Book. www.pinoychem.com.

Lynn, J.L. 2005. Detergents and Detergency. Didalam Fereidoon S. (Eds.)

2005.Baileys Industrial Oil and Fat Products From Oil and Fats.New Jersey

: John Wiley & Sons.

Martien, R, et al. 2012. Perkembangan Teknologi Nanopartikel Sebagai Sistem

Penghantaran Obat. Majalah Farmasetik, Vol. 8 No. 1.

Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy 5th edition.

Philadelphia: Lea and Febiger.

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mason, T.G, et al. 2006. Nanoemulsion: Formation, Structure, and Physical

Properties. Journal of Condensed Matter 18: 635-636.

Matheson, K.L. 1996. Surfactant Raw Materials : Classification, Syntesis, uses. In

Soap and Detergent, A Theoritical and Practical Review. USA : AOCS

Press.

Mauliana. 2016. Formulasi Sabun Padat Bentonit dengan Variasi Konsentrasi.

Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Michael John et al. 1996. Alkaline Isotropic Liquid Detergent with Peroxide. WO

1996030484 1.

Mohanraj VJ, Chen.Y.2006. Nanoparticles-a review.Journal of Pharmaceutical

Research.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2015. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta : Lentera.

Muhriz Mohammad et al. 2011. Pembuatan Zeolit Nanopartikel dengan Metode

High Energy Milling. Jurnal Sains dan Matematika. ISSN:0854-0675.

Nazri.,et al. 2011. In Vitro Antibacterial and Radical Scavenging Activities of

Malaysian Table Salad. African Journal of Biotechnology.

Nidya Chitraningrum. 2008. Sifat Mekanik dan Termal pada Bahan Nonkomposit

Epoxy – Clay Tapanuli. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia.

Nurhadi, Siely Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan

Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Bayerinck. Dan Minyak Atsiri.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi.

Puslitbang Tekmira. 2005. Bentonite (Online). http://www.tekmira.esdm.go.id.

Puslitbang Tekmira. 2005. Kaolin (Online). http://www.tekmira.esdm.go.id.

Puziah Hashim, Norrahimah Kassim, Dzulkifly Mat Hashim, Hamdan Jol. 2013.

Study on the Requirement of Clay for Islamic Cleansing in Halal Food

Industry, The Online Journal of Science and Technology. Selangor,

Malaysia : Faculty of Agriculture University Putra Malaysia.

Rahman, IR et al. 2011. Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri Suspensi

Eritromisin dengan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici. Phamracon,

Vol. 12 No. 2.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Retnowati, Yuliana dkk. 2011. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Pada

Media yang Diekspos dengan Infus Daun Sambiloto. Saintek, Vol.6 No. 2.

Rosen. 1978. Surfactant and Interfacial Technology. New York : JohnWiley and

Son, Inc.

Rowe, Raymond C.,Paul J Sheskey dan Sian C Owen. 2099. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Safitri, Devy. 2009. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa pada Formulasi Sabun Padat

Transparan dengan Lendir Lidah Buaya (Aloe barbadendis Mill). Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Salim, N, et al. 2011. Phase Behavioaur, Formation and Characterization of

Palm-Based Esters Formulastion Containing Ibuprofen. Jurnal Nanomedic

Nanotechol Vol. 2 Issue 4: 1-5.

Sasser, S.L. 2001. Consumer Design Making Contest 2001-2002 Study Louide

Loundry Detergent. Texas Agriculture Extension Service.

Septiani, Shanti., Wathoni, Nasrul., dan Mita, Soraya. 2011. Formulasi Sediaan

Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon

Linn.). Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Setyaningsih, Iriani. 2010. Kultivasi dan Karakterisasi Komponen Aktif dan

Nutrisi dari Mikroalga Laut (Chaetoceros gracilis). Disertasi. Institut

Pertanian Bogor.

Shipp, J.J. 1996. Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries

Industry Second Edition. Blackie Academic and Professional. London.

Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI-06-4075-1996: Deterjen Cuci Cair.

Stubenrauch, C., et al. 2003. Tenside Surfactants Detergents: A New

Experimental Technique to Measure the Drainage and Life Time of Foams.

Munchen : Hanser, Deutschland.

Sudaryati Soeka, Yati dan Sulistiani. 2014. Karakterisasi Protease Bacillus

subtilis A1 InaCC B398 Yang Diisolasi Dari Terasi Samarinda. Bidang

Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI.

Suena, Ni Made Dharma Shantini. 2015. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi dengan

Kombinasi Suspending Agent PGA dan CMC-Na. Akademia Farmasi

Saraswati Denpasar Bali.

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suhartono M.T. 2000. Pemahaman Karakteristik Biokimiawi Enzim Protease

dalam Mendukung Industri Berbasis Biteknologi. Bogor : Institut Pertanian

Bogor.

Sumaji, Muhammad Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Solo : Tiga Serangkai.

Suryani, A.,I. Sailah, dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi

Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Susilawati & Nurul Alam Naqiatuddin. 2014. Chemical Activation of Bentonite

Clay and Its Adsorption Properties of Methylene Blue, Jurnal Natural Vol.

14, No. 2, 7-12, September 2014 ISSN 1141-8513. Banda Aceh : Fakultas

MIPA Universitas Syiah Kuala.

Suyudi, Salsabiela Dwiyudrisa. 2014. Formulasi Gel Semprot Menggunakan

Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)

sebagai Pembentuk Gel. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tiyaboonchai W. 2003. Chitosan Nanoparticles:A Promising System for Drug

Delivery. Naresuan Univ. 11(3): 51-66.

Trenggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu

Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Waistra P. 1996. Encyclopedia of Emulsion Technology. Tire Dekkel Inc., New

York.

Wati, Desi Susilo. 2015. Optimasi Formula Sabun Cair Bentonit Sebagai Penyuci

Najis Mughalladzah Menggunakan Kombinasi Minyak Kelapa dan Minyak

Kelapa Sawit Dengan Simplex Lattice Design. Yogyakarta : Fakultas

Farmasi Universitas Gajah Mada.

Yuliani, Aisyah et al. 2015.Optimasi Proses Emulsifikasi Minyak Pala (Myristica

fragrans houtt). Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional

FKPT-TPI ISBN: 978-602-7998-92-6.

Zurinal, Aminudin. 2008. Fiqih Ibadah. Jakarta : Lembaga Penelitian Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Gambar Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Deterjen Cuci Cair

Tanpa Tanah

F1

Deterjen Cuci

Cair Kaolin

10%

F2

Deterjen Cuci

Cair Kaolin :

Nano Bentonit

5% :5 %

F3

Deterjen Cuci Cair

Nano Bentonit

10%

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Penelitian Pendahuluan

Hasil Pengujian Viskositas

Formula RPM Cp % TorqueKaolin : Bentonit(1 : 9)

10 3170 20,512 2190 23,420 2050 32,330 1860 4350 1120 52,160 880 64100 660 64

Kaolin : Bentonit(3 : 7)

10 2940 12,912 2200 14,820 2180 2230 1820 4250 890 51,960 730 63,5100 580 63,5

Kaolin : Bentonit(5:5)

10 2590 31,712 2480 3620 1950 43,930 1460 4450 880 5460 730 63,5100 620 63,5

Kaolin : Bentonit(7 : 3)

10 2590 17,712 2080 21,620 1950 25,930 1460 3650 880 43,960 750 62100 440 62,9

Kaolin : Bentonit(9 : 1)

10 2050 2212 1860 29,720 1480 3630 1250 43,950 880 52,160 730 64100 440 64,1

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa

Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3Kaolin :Bentonit(1 : 9)Menit 0 2,1 cm 1,9 cm 1,8 cmMenit 5 1,9 cm 1,7 cm 1,6 cmStabilitas 90,48% 89,47% 88,89%

BusaKaolin :Bentonit(3 : 7)Menit 0 1,9 cm 1,5 cm 1,6 cmMenit 5 1,7 cm 1,3 cm 1,4 cmStabilitas 89,47% 86,67% 87,50%BusaKaolin :Bentonit(5:5)Menit0Menit 5

2 cm1,8 cm

1,9 cm1,7 cm

2,3 cm2,0 cm

StabilitasBusa

90% 89,47% 86,96%

Kaolin :Bentonit(7 : 3)Menit 0 2,3 cm 2 cm 2,1 cmMenit 5 2 cm 1,8 cm 1,8 cmStabilitas 86,95% 90% 85,71%BusaKaolin :Bentonit(9 : 1)Menit 0 2,1 cm 2,2 cm 2,2 cmMenit 5 1,7 cm 1,7 cm 1,8 cmStabilitas 80,95% 77,27% 81,82%Busa

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik pH Deterjen Cuci CairKaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Percobaan F1 F2 F31 10,829 10,51 10,2432 10,745 10,465 10,234

3 10,742 10,478 10,238

Uji Normalitas pH Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

PengujianpH ,197 9 ,200* ,879 9 ,155

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji ANOVA pH Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

ANOVA

PengujianpH

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,428 2 ,214 214,344 ,000

Within Groups ,006 6 ,001

Total ,434 8

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin :Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Lanjut Tukey HSD pH Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PengujianpH

Tukey HSD

(I) Formula (J) Formula

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

1,000 2,000 ,28767* ,02580 ,000 ,2085 ,3668

3,000 ,53367* ,02580 ,000 ,4545 ,6128

2,000 1,000 -,28767* ,02580 ,000 -,3668 -,2085

3,000 ,24600* ,02580 ,000 ,1668 ,3252

3,000 1,000 -,53367* ,02580 ,000 -,6128 -,4545

2,000 -,24600* ,02580 ,000 -,3252 -,1668

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Viskositas Deterjen Cuci CairKaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Formula RPM Cp % Torque

F110 2150 21,712 1950 24,620 1820 35,130 1260 4450 880 5460 620 63,1100 440 63,2

F210 2590 31,712 2480 3620 1950 43,930 1460 4450 880 5460 730 63,5100 620 63,5

F310 3170 25,912 2980 29,820 2240 42,930 1860 4450 1240 5460 960 67,1100 660 67,3

Uji Normalitas Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Viiskositas ,183 9 ,200* ,893 9 ,213

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin :Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji ANOVA Viskositas Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

ANOVA

VIiskositas

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 180600,000 2 90300,000 55,286 ,000

Within Groups 9800,000 6 1633,333

Total 190400,000 8

Uji Lanjut Tukey HSD pH Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: VIiskositas

Tukey HSD

(I) formula (J) formula

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

1,000 2,000 -110,000000* 32,998316 ,036 -211,24790 -8,75210

3,000 -340,000000* 32,998316 ,000 -441,24790 -238,75210

s2,000 1,000 110,000000* 32,998316 ,036 8,75210 211,24790

3,000 -230,000000* 32,998316 ,001 -331,24790 -128,75210

3,000 1,000 340,000000* 32,998316 ,000 238,75210 441,24790

2,000 230,000000* 32,998316 ,001 128,75210 331,24790

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Tinggi dan Stabilitas BusaDeterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

ℎ = ℎ 100%Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F1Menit 0 2 cm 2,2 cm 2,6 cmMenit 5 1,6 cm 1,8 cm 2,2 cmStabilitas 80% 81,818% 84,615%BusaF2Menit 0 2 cm 1,9 cm 2,3 cmMenit 5 1,8 cm 1,7 cm 2 cmStabilitas 90% 89,473% 86,965%BusaF3Menit 0 2 cm 1,9 cm 2,1 cmMenit 5 1,8 cm 1,7 cm 1,9 cmStabilitas 90% 89,473% 90,476%BusaKomersialMenit 0 2,2 cm 2,1 cm 2,2 cmMenit 5 2 cm 1,9 cm 2 cmStabilitas 90,909% 90,476% 90,909%Busa

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci CairKaolin : Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perhitungan Stabilitas Busa

F1

Percobaan 1

=, 100%

= 80%

Percobaan 2

=,, 100%

= 81,818%

Percobaan 3

=,, 100%

= 84,615%

F2

Percobaan 1

=, 100%

= 90%

Percobaan 2

=,, 100%

= 89,473%

Percobaan 3

= , 100%= 86,965%

F3

Percobaan 1

=, 100%

= 90%

Percobaan 2

=,, 100%

= 89,473%

Percobaan 3

=,, 100%

= 90,476%

Deterjen Komersial

Percobaan 1

= , 100%= 90,909%

Percobaan 2

=,, 100%

= 90,476%

Percobaan 3

= , 100%= 90,909%

Uji Normalitas Stabilitas Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2

dan F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

PengujianStabilitasBusa ,292 9 ,026 ,828 9 ,042

a. Lilliefors Significance Correction

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Normalitas Stabilitas Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2,

F3 dan Deterjen Komersial)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

PengujianStabilitasBusa ,326 12 ,001 ,774 12 ,005

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Kruskal Wallis Stabilitas Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2 dan F3)

Test Statisticsa,b

PengujianStabili

tasBusa

Chi-Square 6,056

Df 2

Asymp. Sig. ,048

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

Uji Kruskal Wallis Stabilitas Busa Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2, F3 dan Deterjen Komersial)

Test Statisticsa,b

PengujianStabili

tasBusa

Chi-Square 6,056

Df 2

Asymp. Sig. ,048

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Bobot Jenis Deterjen CuciCair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

ℎ =Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F1A 12,694 12,74 12,705

B 23,186 22,804 22,583Volume Piknometer 10,492 10,064 9,878C 11,159 10,767 10,235Bobot Jenis 1,063 1,069 1,015F2A 12,74 12,74 12,506B 23,219 22,264 22,85Volume Piknometer 10,479 10,064 10,344C 10,913 10,939 11,132Bobot Jenis 1,041 1,087 1,076F3A 12,74 12,74 12,506B 23,219 22,264 22,85Volume Piknometer 10,479 10,064 10,344C 10,637 10,498 10,856Bobot Jenis 1,015 1,043 1,049

Perhitungan Bobot Jenis

F1

Percobaan 1

=,, = 1,063 g/cm3

Percobaan 2

=,, = 1,069 g/cm3

Percobaan 3

=,, = 1,015 g/cm3

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin :Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F2

Percobaan 1

=,, = 1,041 g/cm3

Percobaan 2

=,, = 1,087 g/cm3

Percobaan 3

=,, = 1,049 g/cm3

F3

Percobaan 1

=,, = 1,015 g/cm3

Percobaan 2

=,, = 1,043 g/cm3

Percobaan 3

=,, = 1,076 g/cm3

Uji Normalitas Bobot Jenis Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Bobotjenis ,144 9 ,200* ,941 9 ,595

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji ANOVA Bobot Jenis Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

ANOVA

Bobotjenis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,002 2 ,001 1,333 ,332

Within Groups ,004 6 ,001

Total ,005 8

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Lanjut Tukey HSD pH Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan

F3)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Bobotjenis

Tukey HSD

(I) Formula (J) Formula

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

1,000 2,000 -,019000 ,019902 ,629 -,08006 ,04206

3,000 ,013333 ,019902 ,789 -,04773 ,07440

2,000 1,000 ,019000 ,019902 ,629 -,04206 ,08006

3,000 ,032333 ,019902 ,307 -,02873 ,09340

3,000 1,000 -,013333 ,019902 ,789 -,07440 ,04773

2,000 -,032333 ,019902 ,307 -,09340 ,02873

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Volume Sedimentasi DeterjenCuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Hasil Pengujian Tinggi Flokulasi yang Terbentuk

Hari ke-Tinggi Suspensi

AwalTinggi Flukolasi

F1 F2 F30 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm1 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm2 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm3 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm4 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm5 8 cm 8 cm 8 cm 8 cm6 8 cm 8 cm 7,8 cm 8 cm7 8 cm 8 cm 7,5 cm 8 cm8 8 cm 8 cm 7,4 cm 8 cm9 8 cm 7,8 cm 7 cm 8 cm10 8 cm 7,8 cm 6,5 cm 8 cm11 8 cm 7,8 cm 5 cm 8 cm12 8 cm 7,7 cm 4,7 cm 7,8 cm13 8 cm 7,7 cm 4 cm 7,8 cm14 8 cm 7,7 cm 3,2 cm 7,8 cm

ℎ = ( )( )Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci CairKaolin : Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil Perhitungan Volume Sedimentasi yang Terbentuk

PengujianHari ke -

Volume Sedimentasi (F)F1 F2 F3

1 1 1 12 1 1 13 1 1 14 1 1 15 1 1 16 1 0,975 17 1 0,937 18 1 0,925 19 0,975 0,875 110 0,975 0,812 111 0,975 0,625 112 0,962 0,587 0,97513 0,962 0,5 0,97514 0,962 0,4 0,975

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (DeterjenCuci Cair Kaolin : Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci CairNano Bentonit)

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Stabilitas Emulsi DeterjenCuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

% ( ) = 1 ( )0 ( ) 100%Formula Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F1W0 5,021 gram 5,015 gram 5,112 gramW1 3,200 gram 3,223 gram 3,311 gramSE (%) 63,732% 64,267% 64,769%F2W0 5,045 gram 5,105 gram 5,124 gramW1 3,273 gram 3,322 gram 3,311 gramSE (%) 64,876% 65,073% 64,617%F3W0 5,169 gram 5,051 gram 5,055 gramW1 3,426 gram 3,340 gram 3,363 gramSE (%) 66,279% 66,125% 66,528%KomersialW0 5,055 gram 5,047 gram 5,054 gramW1 3,242 gram 3,215 gram 3,217 gramSE (%) 64,134% 63,701% 63,652%

Perhitungan Stabilitas Emulsi

F1

Percobaan 1

=,, 100%

= 63,732%

Percobaan 2

=,, 100%

= 64,267%

Percobaan 3

=,, 100%

= 64,769%

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin :Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F2

Percobaan 1

=,, 100%

= 64,876%

Percobaan 2

=,, 100%

= 65,073%

Percobaan 3

=,, 100%

= 64,617%

F3

Percobaan 1

=,, 100%

= 66,279%

Percobaan 2

=,, 100%

= 66,125%

Percobaan 3

=,, 100%

= 66,528%

Deterjen Komersial

Percobaan 1

=,, 100%

= 64,134%

Percobaan 2

=,, 100%

= 63,701%

Percobaan 3

=,, 100%

= 63,652%

Uji Normalitas Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2, dan F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

StabilitasEmulsi ,195 9 ,200* ,929 9 ,471

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2, F3 dan Deterjen Komersial)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

StabilitasEmulsi ,151 12 ,200* ,897 12 ,146

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji ANOVA Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2,

dan F3)

ANOVA

StabilitasEmulsi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 6,699 2 3,349 27,712 ,001

Within Groups ,725 6 ,121

Total 7,424 8

Uji ANOVA Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2,

F3 dan Deterjen Komersial)

ANOVA

StabilitasEmulsi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 10,570 3 3,523 32,551 ,000

Within Groups ,866 8 ,108

Total 11,436 11

Uji Lanjut Tukey HSD Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano

Bentonit (F1, F2 , dan F3)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: StabilitasEmulsi

Tukey HSD

(I) formula (J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1,000 2,000 -,599333 ,283859 ,168 -1,47029 ,27162

3,000 -2,054667* ,283859 ,001 -2,92562 -1,18371

2,000 1,000 ,599333 ,283859 ,168 -,27162 1,47029

3,000 -1,455333* ,283859 ,005 -2,32629 -,58438

3,000 1,000 2,054667* ,283859 ,001 1,18371 2,92562

2,000 1,455333* ,283859 ,005 ,58438 2,32629

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Lanjut Tukey HSD Stabilitas Emulsi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano

Bentonit (F1, F2 , F3 dan Deterjen Komersial)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: StabilitasEmulsi

Tukey HSD

(I) formula (J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1,000 2,000 -,599333 ,268626 ,194 -1,45957 ,26090

3,000 -2,054667* ,268626 ,000 -2,91490 -1,19443

4,000 ,427000 ,268626 ,435 -,43324 1,28724

2,000 1,000 ,599333 ,268626 ,194 -,26090 1,45957

3,000 -1,455333* ,268626 ,003 -2,31557 -,59510

4,000 1,026333* ,268626 ,021 ,16610 1,88657

3,000 1,000 2,054667* ,268626 ,000 1,19443 2,91490

2,000 1,455333* ,268626 ,003 ,59510 2,31557

4,000 2,481667* ,268626 ,000 1,62143 3,34190

4,000 1,000 -,427000 ,268626 ,435 -1,28724 ,43324

2,000 -1,026333* ,268626 ,021 -1,88657 -,16610

3,000 -2,481667* ,268626 ,000 -3,34190 -1,62143

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Daya Deterjensi Deterjen CuciCair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2 dan F3)

Lampiran 1. Sertifikat Bahan Bentonit

Formula Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3F1T1 1,123 1,161 1,204OD 0,006 0,022 0,031T2 1,42 1,492 1,532Daya

0,291 0,309 0,297DeterjensiF2T1 0,31 0,532 0,546OD 0,037 0,062 0,038T2 0,758 1,114 1,012Daya

0,411 0,520 0,428DeterjensiF3T1 0,41 0,33 0,572OD 0,024 0,049 0,031T2 0,64 1,069 1,186Daya

0,575 0,690 0,583DeterjensiKomersialT1 0,014 0,013 0,016OD 0,019 0,013 0,021T2 0,566 0,593 0,63Daya

0,533 0,567 0,593Deterjensi

Rumus Perhitungan Daya deterjensi = T2 – T1 – ODKeterangan :T1 : Absorbansi larutan deterjen 1%OD : Absorbansi larutan deterjen rendaman kain bersih – T1T2 : Absorbansi larutan deterjen rendaman kain kotor

Keterangan : F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin); F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin :Nano Bentonit 5:5); F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Normalitas Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2, dan F3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DayaDeterjensi ,180 9 ,200* ,919 9 ,386

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1,

F2, F3 dan Deterjen Komersial)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

DayaDeterjensi ,193 12 ,200* ,910 12 ,212

Uji ANOVA Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2,

dan F3)

ANOVA

DayaDeterjensi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,151 2 ,075 29,579 ,001

Within Groups ,015 6 ,003

Total ,166 8Uji ANOVA Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit (F1, F2,

F3 dan Deterjen Komersial)

ANOVA

DayaDeterjensi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,177 3 ,059 27,626 ,000

Within Groups ,017 8 ,002

Total ,194 11

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Lanjut Tukey HSD Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit

(F1, F2 , dan F3)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: DayaDeterjensi

Tukey HSD

(I) formula (J) formula

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1,000 2,000 -,154000* ,041220 ,023 -,28048 -,02752

3,000 -,317000* ,041220 ,001 -,44348 -,19052

2,000 1,000 ,154000* ,041220 ,023 ,02752 ,28048

3,000 -,163000* ,041220 ,018 -,28948 -,03652

3,000 1,000 ,317000* ,041220 ,001 ,19052 ,44348

2,000 ,163000* ,041220 ,018 ,03652 ,28948

Uji Lanjut Tukey HSD Daya Deterjensi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit

(F1, F2 , F3 dan Deterjen Komersial)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: DayaDeterjensi

Tukey HSD

(I) formula (J) formula

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1,000 2,000 -,154000* ,037752 ,015 -,27490 -,03310

3,000 -,317000* ,037752 ,000 -,43790 -,19610

4,000 -,265333* ,037752 ,000 -,38623 -,14444

2,000 1,000 ,154000* ,037752 ,015 ,03310 ,27490

3,000 -,163000* ,037752 ,011 -,28390 -,04210

4,000 -,111333 ,037752 ,071 -,23223 ,00956

3,000 1,000 ,317000* ,037752 ,000 ,19610 ,43790

2,000 ,163000* ,037752 ,011 ,04210 ,28390

4,000 ,051667 ,037752 ,550 -,06923 ,17256

4,000 1,000 ,265333* ,037752 ,000 ,14444 ,38623

2,000 ,111333 ,037752 ,071 -,00956 ,23223

3,000 -,051667 ,037752 ,550 -,17256 ,06923

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Dokumentasi Evaluasi Deterjen Cuci Cair Kaolin-Nano Bentonit(F1, F2 dan F3)

Pengujian Tinggi dan Stabilitas Busa

F1 (Deterjen Cuci Cair Kaolin) F2 (Deterjen Cuci Cair Kaolin : NanoBentonit (5:5))

F3 (Deterjen Cuci Cair Nano Bentonit)

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian Volume Sedimentasi

Volume Sedimentasi Deterjen Cuci Cair F1, F2 dan F3 Setelah Penyimpanan 14

Hari

Pengujian Daya Deterjensi

F3 F2 F1

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Larutan T1 dari F1, F2, F3 dan Deterjen Komersial

Larutan Perendaman Kain Bersih dari F1, F2, F3 dan Deterjen Komersial

Larutan T2 dari F1, F2, F3 dan Deterjen Komersial

F1 F2 F3 Komersial

F1 F2 F3 Komersial

F1 F2 F3 Komersial

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Laporan Hasil Pengujian SNI Deterjen Cuci Cair

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil PSA (Partcle Size Analyzer) Nano Bentonit

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Certificate Of Analysis Bentonit

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Certificate Of Analysis Kaolin

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Certificate Of Analysis Sodium Lauril Eter Sulfat

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Certificate Of Analysis Kokoamid Diethanolamin

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Certificate Of Analysis HPMC

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37330/1/ERVINA... · kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Lembar Hasil Uji Antibakteri