116
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KECOMBRANG (Etlingera elatior) DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN DAN UJI PENGHAMBATAN ENZIM α- GLUKOSIDASE SECARA IN VIVO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi AFRA FITRIANITA NIM : 1112102000047 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2016

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

  • Upload
    lethuan

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN KECOMBRANG (Etlingera

elatior) DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN DAN

UJI PENGHAMBATAN ENZIM α- GLUKOSIDASE

SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AFRA FITRIANITA

NIM : 1112102000047

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2016

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN KECOMBRANG (Etlingera

elatior) DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN DAN

UJI PENGHAMBATAN ENZIM α- GLUKOSIDASE

SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AFRA FITRIANITA

NIM : 1112102000047

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2016

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar

Nama : Afra Fitrianita

NIM : 1112102000047

Tanda Tangan :

Tanggal : 19 September 2016

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Afra Fitrianita

Program Studi : Farmasi

Judul :Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak Etanol 70% Daun

Kecombrang (Etingera elatior) dengan Metode Induksi Aloksan

dan Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo

Kecombrang telah diketahui efektif sebagai inhibitor α-glukosidase secara in

vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penurunan kadar

glukosa darah dengan metode induksi aloksan dan penghambatan enzim α-

glukosidase secara in vivo dari ekstrak etanol 70% daun kecombrang. Pada

metode induksi aloksan, hewan uji diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB

secara intraperitoneal. Ekstrak etanol 70% daun kecombrang diberikan dengan

variasi dosis yaitu 1 mg/kg BB, 10 mg/kg BB, dan 100 mg/kg BB selama 21 hari.

Pada uji penghambatan enzim α-glukosidase secara in vivo, hewan uji dibebankan

sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan ekstrak etanol 70% daun kecombrang dosis 100

mg/kg BB. Hasil statistik pada uji dengan metode induksi aloksan menunjukkan

kelompok dosis 1, 10 dan 100 mg/kg BB berbeda secara bermakna dengan kontrol

negatif (p0,05) dan tidak bebeda secara bermakna jika dibandingkan dengan

kontrol positif (p0,05). Ekstrak etanol 70% daun kecombrang dosis 100 mg/kg

BB menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang terkuat dibandingkan dosis

1 dan 10 mg/kg BB dengan presentase penurunan glukosa darah mencapai

76,62% pada hari ke-21. Sedangkan, pada uji penghambatan enzim α-glukosidase

secara in vivo menunjukkan dosis 100 mg/kg BB berbeda secara bermakna

dengan kontrol negatif pada menit ke-30 dan 60 (p0,05). Hal ini menunjukkan

ekstrak etanol 70% daun kecombrang memiliki kemampuan menurunkan kadar

glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan dan efektif sebagai penghambat

enzim α-glukosidase secara in vivo.

Kata kunci : Kecombrang, Antihiperglikemik, Aloksan, Inhibitor α-glukosidase

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Afra Fitrianita

Programme of Study : Pharmacy

Title : Effect Antihyperglycaemic Assay of 70% Ethanol Extract

of Kecombrang Leaves (Etlingera elatior) with Induction

Alloxan Method and In vivo Inhibition of α-glucosidase

Assay.

Etlingera elatior has known effective as inhibitor of -glucosidase in vitro. The

objective of the study is to investigate anti-hypergycaemia potential of 70%

ethanol extract of Etlingera elatior in alloxan induced diabetic rats and to in vivo

confirmatory its α-glucosidase inhibitory activity. On the procedure of alloxan

induction method, rats was induced by administration of alloxan monohydrate

(150 mg/kg i.p), the ethanol extract of E. elatior at a dose 1, 10, and 100 mg/kg of

body weight were administrated at a single dose per day to diabetes induced rats

for a period of 21 days. On the procedure of inhibitory of -glucosidase assay, the

sucrose tolerance test was performed in normal rats using potential dose of the

extract 100 mg/kg. The statistical data from induction alloxan method assay

indicated treatment with various doses was different significantly with negative-

control (p0,05), whereas compared with positive-control was not different

significantly (p0,05). The maximum reduction of blood glucose level in alloxan

induced diabetic rats was produced by dose 100 mg/kg BB as much as 76,62%.

The in vivo inhibition of α-glucosidase studies demonstrated extract of E. elatior

(100 mg/kg) was different significantly with negative-control at minute-30 and 60

(p0,05). These results suggest that Etlingera elatior extract has blood glucose

lowering effect in alloxan induced diabetic rats and in vivo α-glucosidase

inhibitory activity.

Keyword: Etlingera elatior, Antihyperglycaemic, Alloxan, Inhibitor of α-

glucosidase

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Allah SWT, yang atas ijinnya sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Yardi, Ph.D, Apt.selaku pembimbing pertama dan bapak Drs.

Ahmad Musir. M.Sc, Apt. selaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mebimbing dan

mengarahkan, memberikan ilmu dan saran sejak proposal, pelaksanaan

penelitian sampai penyusunan skripsi.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt. selaku ketua program studi farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

4. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

5. Ayah dan ibu, serta adik-adik saya Adila Desi Daria dan Amalia Dafa

Fauziya yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat serta

dukungannya baik moral maupun material yang tak terhingga.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

hingga penulis dapat menyelesaikan sudi di Program Studi Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Temen seperjuangan, room mate dan partner saya dalam berbagai hal

Umi Kulsum yang selalu bersama saya terutama di masa-masa sulit

penelitian.

8. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2012 khususnya “Tulip

Family” Umi Kulsum, Remawati, Ani Kurniawati, Yuli Andriani, Rifa

Arifah Rahmah, Hana Youlanda, Resha Adriana Putri, Elsa Rahmi,

dan Lilis Hermawati yang selalu memberikan semangat.

9. Teman-teman seperjuangan penelitian farmakologi Umi Kulsum, Kak

Arum 2011, Rifatul Mughniyah, Pipit Fitriyah, Kak desi 2010, Nita

Fitriani, Ade Rachma, Denny Bachtiar, Afina Almas Ghasani, Tania

Rizky Amalia, dan Nursetyowati Rahayu yang saling menguatkan satu

sama lain.

10. Semua pihak yang tidak dimuat dihalaman ini, tetapi amal baiknya

semoga dicatat Allah SWT.

Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada mereka

semua. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna namun demikian

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang

berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, September 2016

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Afra Fitrianita

NIM : 1112102000047

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL 70% DAUN

KECOMBRANG (Etlingera elatior) DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN

DAN UJI PENGHAMBATAN ENZIM α- GLUKOSIDASE SECARA IN VIVO

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyatan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 19 September 2016

Yang menyatakan,

( Afra Fitrianita )

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v

ABSTRAK ……………………………………………………………... vi

ABSTRACT …........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......... x

DAFTAR ISI ………………………………………………………….... xi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3 Hipotesis ................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.5 Manfaat penelitian..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

2.1 Tanaman Kecombrang (Etlingera elatior) ............................... 6

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................... 6

2.1.2 Morfologi ................................................................... 6

2.1.3 Sinonim ...................................................................... 7

2.1.4 Kandungan Kimia ...................................................... 7

2.1.5 Kegunaan Secara Tradisional .................................. 8

2.1.6 Review Literatur …………………………………….. 8

2.2 Tinjauan Hewan Coba ............................................................... 9

2.3 Simplisia .................................................................................... 10

2.3.1 Pengertian Simplisia .................................................... 10

2.3.2 Tahapan Pembuatan Simplisia .................................... 10

2.4 Teknologi Ekstrak ...................................................................... 12

2.4.1 Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak ................................ 12

2.4.2 Tahap Pembuatan Ekstrak .......................................... 12

2.4.3 Metode Ekstraksi ......................................................... 13

2.5 Diabetes Mellitus ........................................................................ 15

2.5.1 Definisi ........................................................................ 15

2.5.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus...................................... 15

2.5.3 Gejala Klinik ............................................................... 17

2.5.4 Diagnosis...................................................................... 17

2.5.5 Terapi Diabetes Mellitus ............................................. 18

2.5.5.1 Terapi Tanpa Obat ....................................... 18

2.5.5.2 Terapi Dengan Obat ...................................... 19

2.6 Aloksan ....................................................................................... 21

2.7 Glibenklamid .............................................................................. 23

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8 Akarbosa ………………………………………………………. 24

2.9 Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ............................... 25

2.8.1 Metode Reduksi .......................................................... 25

2.8.2 Metode Kondensasi .................................................... 26

2.8.3 Metode Enzimatik ...................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 28

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 28

3.2.1 Alat .............................................................................. 28

3.2.2 Bahan ........................................................................... 28

3.2.2.1 Tanaman Uji ................................................. 28

3.2.2.1 Hewan Uji ..................................................... 28

3.2.2.2 Bahan Uji ...................................................... 29

3.2.2.3 Bahan Kimia ................................................. 29

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................ 29

3.3.1 Determinasi Tanaman ……………………………….. 29

3.3.2 Pembuatan Simplisia ………………………………… 29

3.3.3. Ekstraksi .................................................................... 30

3.3.4 Penapisan Fitokimia …................................................ 30

3.3.5 Pengujian Parameter Spesifik & Non Spesifik ........... 31

3.3.6 Penetapan Dosis dan Penyiapan Bahan........................ 32

3.3.7 Uji Pendahuluan Induksi Aloksan................................ 33

3.3.8 Pengelompokkan Hewan Uji....................................... 34

3.3.8.1Uji dengan Metode Induksi Aloksan…….... 34

3.3.8.2 Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara

in vivo………………………………………. 35

3.3.9 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

……………………………………………………… 35

3.3.10 Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo

…………………………………………………..……….. 37

3.3.11 Pemeriksaan Kadar Gula Darah.................................. 37

3.3.12. Analisis Data............................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 39

4.1 Determinasi Tanaman………………………………………...... 39

4.2 Ekstraksi………………………………………………………... 39

4.3 Penapisan Fitokimia…………………………………………..... 40

4.4 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik………............. 41

4.5 Uji Pendahuluan Induksi Aloksan …………………………….. 42

4.6 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan ……... 42

4.7 Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo ……… 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………….……………….......... 54

5.1 Kesimpulan …………………………………………………...... 54

5.2 Saran ……………………………………………………............ 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 55

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kecombrang (Etlingera elatior) ........................................... 6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Aloksan ....................................................... 21

Gambar 2.3 Struktur Kimia Glibenklamid ............................................... 23

Gambar 2.4 Struktur Kimia Akarbosa....................................................... 24

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Uji

dengan Metode Induksi Alokan ........................................... 49

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Penurunan Kadar Glukosa Darah pada uji

penghambatan enzim -glukosidase .................................... 53

Gambar 5.1 Kecombrang (Etlingera elatior) ........................................... 73

Gambar 5.2 Serbuk Simplisia Daun Kecombrang .................................... 73

Gambar 5.3 Botol Maserasi ...................................................................... 73

Gambar 5.4 Filtrasi Maserat...................................................................... 73

Gambar 5.5 Pemekatan Ekstrak................................................................. 73

Gambar 5.6 Ekstrak Kental ...................................................................... 73

Gambar 5.7 Uji Kadar Air ........................................................................ 73

Gambar 5.8 Uji Kadar Abu ....................................................................... 73

Gambar 5.9 Desikator .............................................................................. 73

Gambar 5.10 Sediaan ekstrak etanol 70% daun kecombrang ………….... 73

Gambar 5.11 Sediaan Na CMC 0,5% ......................................................... 73

Gambar 5.12 Sukrosa .................................................................................. 73

Gambar 5.13 Penimbangan Berat Badan Hewan......................................... 74

Gambar 5.14 Hewan Uji ………………………......................................... 74

Gambar 5.15 Aloksan Monohidrat ……………......................................... 74

Gambar 5.16 Larutan Aloksan dalam Saline ….......................................... 74

Gambar 5.17 Menyonde Bahan Uji ……………........................................ 74

Gambar 5.18 Glukometer ……………………........................................... 74

Gambar 5.19 Validasi Alat Glukometer ………......................................... 74

Gambar 5.20 Uji Alkaloid …………….………......................................... 75

Gambar 5.21 Uji Flavonoid ………….………........................................... 75

Gambar 5.22 Uji Fenol …………….……….............................................. 75

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.23 Uji Saponin …………….………......................................... 75

Gambar 5.24 Uji Antrakuinon ……….……….......................................... 76

Gambar 5.25 Uji Steroid/Trterpenoid .………........................................... 76

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus .................................... 18

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan pada Metode Induksi Aloksan .............. 34

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase

secara in vivo……………………………………………….. 35

Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi ....................................................................... 40

Tabel 4.2 Hasil PenapisanFitokimia ……….......................................... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Parameter Spesifik & Non Spesifik ………............ 41

Tabel 4.4 Kadar Glukosa Darah Uji Pendahuluan Dosis Aloksan …..... 42

Tabel 4.5 Rerata Kadar Glukosa Darah pada Uji Metode Induksi Aloksan

……………………………………………………………...... 46

Tabel 4.6 Presentase penurunan kadar glukosa darah pada Uji Metode

Induksi Aloksan …………………………………….……...... 49

Tabel 4.7 Rerata Kadar Glukosa Darah pada Uji Penghambatan Enzim α-

glukosidase secara in vivo ……………….………………...... 52

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Determinasi Daun Kecombrang (Etlingera elatior)... 61

Lampiran 2 Surat Keterangan Kesehatan Hewan ………...................... 62

Lampiran 3 Sertifikat Glibenklamid…………....................................... 63

Lampiran 4 Sertifikat Aloksan Monohidrat........................................... 64

Lampiran 5 Alur Pembuatan Ekstrak ……............................................. 65

Lampiran 6 Skema Pengelompokan Hewan Uji dengan Metode

Induksi Aloksan ................................................................. 66

Lampiran 7 Skema Pengelompokan Hewan Uji Penghambatan enzim

glukosidase secara in vivo..................................................... 67

Lampiran 8 Alur Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi

Aloksan ................................................................................ 68

Lampiran 9 AlurUji Inhibitor Alfa Glukosidase secara in vivo dengan

Metode Toleransi S1ukrosa.....................................................69

Lampiran 10 Perhitungan Dosis ……....................................................... 70

Lampiran 11 Gambar Bahan dan Kegiatan Penelitian............................... 73

Lampiran 12 Hasil Penapisan Fitokimia ................................................... 75

Lampiran 13 Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu............. 77

Lampiran 14 Hasil Pengukuran Glukosa Darah pada Metode Induksi

Aloksan ………………………………………………........ 78

Lampiran 15 Presentase Penurunan Kadar kadar glukosa darah pada Metode

Induksi Aloksan…………….............................................. 79

Lampiran 16 Hasil Statistika Uji dengan Metode Induksi Aloksan.......... 80

Lampiran 17 Hasil Pengukuran Glukosa Darah pada Uji Penghambatan

Enzim α- glukosidase secara in vivo …….......................... 84

Lampiran 18 Presentase Penurunan Kadar kadar glukosa darah padaUji

Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo............ 85

Lampiran 19 Hasil Statistika Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase

secara in vivo……………………………….………............ 86

Lampiran 20 Foto Kadar Glukosa Darah ……........................................... 91

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme pada karbohidrat,

lemak dan protein yang terjadi akibat adanya insufisiensi pada produksi hormon

insulin atau insensitifitas reseptor sel terhadap hormon insulin ataupun karena

keduanya sehingga menghasilkan suatu manifestasi klinis yang khas berupa

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) (Dipiro et al., 2008).

Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), pada tahun 2015

terdapat 415 juta orang di dunia yang menderita diabetes mellitus dan

diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 642 juta penderita

di tahun 2040. Selain itu, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

proporsi penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 mengalami

peningkatan menjadi 6,8% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia

(Riskesdas, 2013).

Terdapat dua tipe utama diabetes mellitus, yaitu tipe I dikenal dengan

IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dimana terjadi kerusakan pankreas

yang berat, produksi insulin tidak ada atau minimal, sehingga mutlak memerlukan

insulin dari luar tubuh., sedangkan tipe II dikenal dengan NIDDM (Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus) dimana terjadi kekurangan insulin, tetapi tidak

seberat pada diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 2 selain kekurangan insulin, juga

disertai dengan resistensi insulin. Dari sekian banyak kasus, diabetes tipe 2

merupakan tipe diabetes yang lebih umum dan lebih banyak penderitanya

dibandingkan diabetes tipe 1. Penderita diabetes tipe 2 diketahui mencapai 90-

95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes yang ada di Indonesia (Depkes

RI, 2005).

Obat-obat antidiabetes yang tersedia saat ini terbilang mahal, ditambah

lagi dengan pengobatan diabetes mellitus yang membutuhkan terapi jangka

panjang. Hal ini tentunya akan memberatkan pasien dari segi ekonomi. Oleh

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karena itu, banyak masyarakat yang saat ini mencurahkan perhatiannya pada

terapi herbal sebagai terapi komplementer untuk penanganan diabetes mellitus.

Indonesia sendiri tercatat sebagai negara mega biodiversity kedua setelah

Brasil, bahkan beberapa ilmuwan Biologi menempatkan Indonesia sebagai negara

mega biodiversity peringkat pertama apabila keanekaragaman hayati habitat

lautnya ikut diperhitungkan disamping keanekaragaman hayati daratan

(Kementerian Riset dan Teknologi, 2010). Tentunya, Indonesia memiliki banyak

tumbuhan obat yang potensial sebagai obat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian

ilmiah untuk menjamin khasiat dan keamanan dari tumbuhan potensial tersebut.

Salah satu tumbuhan yang berasal dari Indonesia adalah kecombrang.

Kecombrang dapat dijumpai dikawasan Asia Tenggara. Secara tradisional,

tumbuhan ini umumnya dimanfaatkan untuk kebutuhan kuliner (Maimulyanti et

al., 2015).

Penelitian ilmiah mengenai kemampuan kecombrang sebagai antidiabetes

belum banyak. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tumbuhan

kecombrang efektif sebagai inhibitor enzim α-glukosidase secara in vitro (P.

Puttarak et al., 2014). Akan tetapi, publikasi ilmiah mengenai aktivitas daun

kecombrang sebagai inhibitor enzim α-glukosidase secara in vivo belum pernah

ada. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan uji penghambatan enzim

α-glukosidase pada ekstrak etanol 70% daun kecombrang secara in vivo,

menggunakan hewan uji tikus dengan metode uji toleransi sukrosa.

Pada penelitian ini, selain melakukan uji penghambatan pada enzim α-

glukosidase secara in vivo, juga akan dilakukan dengan metode yang berbeda

yakni dengan metode induksi aloksan.

Sebagai agen diabetogenik, aloksan dapat menyebabkan hiperglikemia

melalui destruksi pada sel beta pankreas. Salah satu mekanisme aloksan dalam

mendestruksi pankreas adalah dengan menghasilkan spesi oksigen reaktif yang

merupakan senyawa radikal bebas pada sel beta pankreas (Radenkovic et al.,

2015).

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penelitian sebelumnya menunjukkan daun kecombrang (Etlingera

elatior) memiliki aktivitas antioksidan yang paling kuat diantara famili

Zingiberaceae dan tertinggi diantara bagian tanaman kecombrang lainnya (Chan,

2007).

Antioksidan memiliki peran penting dalam penanganan diabetes mellitus.

Keterlibatan antioksidan terhadap penyakit diabetes mellitus dikarenakan

kemampuannya yang dapat menetralkan senyawa radikal bebas dan menekan stres

oksidatif yang terjadi selama hiperglikemia (Khan et al., 2015). Stres oksidatif

dapat menyebabkan disfungsi dan gangguan apoptosis pada sel pankreas

sehingga berakibat pada percepatan kematian sel pankreas (A. Hosseini et al.,

2015). Tidak hanya itu, stres oksidatif juga dapat menyebabkan kerusakan

multiorgan dan memicu berkembangnya komplikasi pada diabetes mellitus (Wei

wei et al., 2007).

Berbagai penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tumbuhan yang

memiliki daya antioksidan dapat menekan stres oksidatif dan mampu menurunkan

kadar glukosa darah pada diabetes antara lain manggis (Garcinia mangostana L.),

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan delima (Punica granatum)

(Pasaribu et al., 2012; Prameswari et al., 2014; Aboonabi et al., 2014)

Daun kecombrang memiliki kandungan senyawa bioaktif diantaranya

flavonoid, fenolik, alkaloid, dan saponin (Handayani et al., 2014). Asam

klorogenat yang merupakan senyawa fenolik diketahui menjadi senyawa paling

dominan pada daun kecombrang diikuti oleh flavonoid quersetin (Chan EWC,

2009). Asam klorogenat diketahui terlibat dalam metabolisme glukosa dengan

cara meningkatkan uptake glukosa, menghambat ouput glukosa hepatik dan

menunda absorbsi glukosa di intestinal (Shengxi et al., 2013). Sedangkan

quersetin dapat menurunkan kadar glukosa darah dikarenakan kemampuan

antioksidannya yang dapat menurunkan stress oksidatif dan mempertahankan

integritas sel pankreas (Abdelmoaty at al., 2010).

Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak bergantung pada

tingkat kepolaran dan konsentrasi pelarut yang digunakan selama ekstraksi

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Gaedcke et al., 2003). Penggunaan etanol 70% sebagai pelarut dikarenakan

sifatnya yang agak lebih polar. Selain itu, pelarut campuran alkohol dan air ini

dinilai tidak toksik dan dapat menimalisasi pertumbuhan mikroorganisme selama

ekstraksi (Depkes RI, 2000 dan Gaedcke et al., 2003).

Aloksan dapat digunakan untuk menghasilkan model diabetes tipe 1

maupun 2, yang bergantung pada dosis aloksan ketika induksi (Etuk, 2010). Pada

penelitian sebelumnya menunjukkan induksi aloksan dosis tunggal 150 mg/kg

secara intraperitoneal menghasilkan model hewan dengan peningkatan kadar

glukosa darah namun dengan kadar keton yang rendah dalam darahnya (Yakubu

et al., 2010). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan induksi aloksan

dengan dosis 150 mg/kg BB pada tikus jantan putih Sprague dawley untuk

menghasilkan kondisi diabetes yang serupa dengan diabetes mellitus tipe 2.

Demikianlah hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian uji

aktivitas antihiperglikemia ekstrak etanol 70% daun kecombrang pada hewan

coba tikus jantan Sprague dawley yang diinduksi aloksan dan uji penghambatan

enzim alfa glukosidase secara in vivo.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian ekstrak etanol 70% daun kecombrang dapat

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus Sprague dawley yang diinduksi

aloksan dan efektif sebagai penghambat enzim -glukosidase secara in vivo?

1.3 Hipotesis

Ekstrak etanol 70% daun kecombrang dapat menurunkan kadar glukosa

darah tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan dan efektif sebagai inhibitor

-glukosidase secara in vivo.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun

kecombrang terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus Sprague dawley yang

diinduksi aloksan dan efektif sebagai inhibitor -glukosidase secara in vivo.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Secara Teoritis

Menambah data ilmiah tentang daun kecombrang sebagai tumbuhan obat

yang berkhasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah.

1.5.2 Secara Metodologi

Metode induksi aloksan dan metode uji toleransi sukrosa yang digunakan

pada penelitian ini dapat diterapkan juga pada tumbuhan lainnya sebagai metode

pengujian aktivitas antihiperglikemia.

1.5.3 Secara Aplikatif

Daun kecombrang dapat dijadikan sebagai tumbuhan obat yang dapat

menurunkan kadar glukosa darah oleh masyarakat.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman kecombrang adalah sebagai berikut (United States

Department of Agriculture, 2016) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae Gambar 2.1 Kecombrang

Genus : Etlingera Giseke ( sumber : Chan et al., 2011 )

Spesies : Etlingera elatior (Jack) R.M Sm.

2.1.2 Morfologi

Tanaman kecombrang merupakan jenis tanaman tahunan yang berbentuk

semak dan berumpun dengan tinggi 1-3 m. Tanaman ini mempunyai batang semu,

tegak, berpelepah, membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal,

lanset, ujung dan pangkal runcing dengan tepi rata, panjang daun sekitar 20-30

cm dan lebar 5-15 cm, pertulangan dan menyirip dan berwarna hijau. Bunga

kecombrang merupakan bunga majemuk yang berbentuk bongkol dengan panjang

tangkai 40-80 cm. Panjang benang sari 7,5 cm dan berwarna kuning. Putiknya

kecil dan putih. Mahkota bunganya bertaju, berbulu jarang dan warnanya merah

jambu. Buah kecombrang berbentuk kotak atau bulat telur dengan warna putih

atau merah jambu. Bijinya kecil dan berwarna coklat. Akarnya berbentuk serabut

dan berwarna kuning gelap (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

2000).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3 Sinonim

Kecombrang memiliki beberapa nama latin, seperti Alpinia elatior,

Elettaria speciosa, Nicolaia elatior, Nicolaia speciosa dan Phaeomeria speciosa

(Chan EWC, 2009). Nama-nama daerah lain tanaman ini yaitu Kala (Gayo),

Puwar Kijung (Minangkabau), Kecombrang (Jawa Tengah), Honje (Sunda),

Atimengo (Gorontalo), Katimbang (Makasar), Salahawa (Seram), Petikala

(Ternate dan Tidore) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).

Selain itu, kecombrang juga memiliki nama asing diantaranya Kantan (Malaysia)

dan Kaalaa (Thailand) (Subramanion Jo Thy Lachumy et al., 2010).

2.1.4 Kandungan Kimia

Penapisan fitokimia dari ekstrak metanol daun kecombrang diketahui

mengandung flavonoid, fenolik, alkaloid dan saponin (Handayani, 2014). Pada

penelitian sebelumnya, diketahui senyawa fenolik pada daun kecombrang

diantaranya asam kafeoilquinat yang meliputi asam 3-O-kafeoilquinat, asam 5-O-

kafeoilquinat (asam klorogenat) dan asam metil ester 5-O-kafeoilquinat serta

flavonoid diantaranya isoquersitrin, quersitrin, dan (+)-katekin. Dari keenam

senyawa yang telah teridentifikasi tersebut, diketahui bahwa asam klorogenat

menjadi senyawa yang paling dominan dalam daun kecombrang dengan jumlah

294 ± 53 mg/100 g, diikuti oleh quersetin yakni isoquersetin dan quersitrin

dengan jumlah masing-masing 117 ± 32 mg/100 g dan 79 ± 19 mg/100 g (Chan

EWC, 2009). Kandungan total fenol pada daunnya diketahui tertinggi diantara

bagian tumbuhan lainnya yakni sebesar 3.550 mg GAE/100 g (Chan et al., 2007).

Pada ekstrak metanol 80% bunga kecombrang diketahui mengandung flavonoid,

terpenoid, saponin, tanin dan karbohidrat (Subramanion Jo Thy Lachumy et al.,

2010). Pada rhizomenya ditemukan tanin, senyawa fenolik, flavonoid dan

terpenoid (Puttarak et al., 2014). Sedangkan pada batangnya ditemukan alkaloid,

katekin, senyawa fenolat, flavonoid dan saponin (Susilowati, 2011).

Selain itu, kecombrang juga memiliki kandungan minyak atsiri pada daun,

batang, bunga, rhizome dengan presentasi masing-masing 0.0735%, 0.0029%,

0.0334% dan 0.0021%. Komponen minyak atsirinya yang paling dominan

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diantaranya (E)- farnesen, -pinen, 1,1-dodekanadiol diasetat, sikloodekan dan

(E)-dekan (Faridahanim Mohd Jaafar et al., 2007).

2.1.5 Kegunaan Secara Tradisional

Secara tradisional, bunga kecombrang berkhasiat sebagai obat penghilang

bau badan, memperbanyak air susu ibu dan pembersih darah (Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, 2000). Dekoksi pada buahnya digunakan untuk

mengobati sakit telinga sedangkan dekoksi daunnya digunakan untuk

menyembuhkan luka (Chan et al., 2011). Daun kecombrang bersama dengan

herbal aromatik lainnya digunakan sebagai deodorant alami (Chan et al., 2007).

2.1.6 Review Literatur

Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol E. elatior beserta lima

fraksinya diantaranya fraksi heksana, kloroform, etil asetat, butanol dan air

diketahui memiliki kemampuan inhibisi terhadap enzim -glukosidase secara in

vitro dengan presentase inhibisi berkisar 28,36 hingga 99,79% pada konsentrasi

25 g/mL (P. Puttarak et al., 2014). Berdasarkan uji aktivitas antioksidan dengan

metode ABTS menunjukkan ekstrak etanol daun kecombrang memiliki daya

antioksidan yang lebih kuat dibandingkan bagian bunganya dengan nilai IC50

sebesar 42,5899 bpj (Verawati et al., 2014). Pada penelitian uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan ekstrak metanol daun

kecombrang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat diantara famili

Zingiberaceae dan paling tertinggi dibandingkan bagian tanaman kecombrang

lainnya seperti bunga dan rhizomenya, dengan nilai AEAC (Ascorbic acid

equivalent antioxidant capacity) 3.750 mg AA/100 g (Chan et al., 2007).

Pada penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa daun kecombrang

memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri gram positif, efektif

sebagai inhibitor tirosinase, dan memiliki efek sitoktoksik pada sel HeLa (Chan et

al., 2007; Chan et al., 2008; Chan et al., 2011). Bunganya pun memiliki

kemampuan sebagai antibakteri dengan spektrum luas yang efektif terhadap

bakteri gram positif maupun gram negatif (Chan et al., 2011; Lachumy et al.,

2010). Disamping itu, bunganya juga memiliki aktivitas sebagai antifungi,

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antioksidan dan juga sebagai agen hepatoprotektif (Chan et al., 2011;

Subramanion Jo Thy Lachumy et al., 2010; Maimulyanti et al., 2015). Pada

rhizomenya efektif sebagai antiinflamasi dan antioksidan (Puttarak., 2014 dan

Habsah et al., 2004). Sedangkan pada batangnya diketahui memiliki aktivitas

sebagai analgetik dan antiinflamasi (Susilowati et al., 2011).

2.2 Tinjauan Hewan Coba

Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan

percobaan pada berbagai penelitian. Berikut ini merupakan taksonominya (Sharp

et al., 1998):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Orde : Rodentia

Suborde : Myomorpha

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : norvegicus

Menurut Malole dan Pramono, terdapat tiga galur tikus putih yang

memiliki kekhususan untuk digunakan sebagai hewan percobaan antara lain

Wistar, long evans, dan Sprague dawley (Widiartini et al., 2013). Pada

eksperimen ini akan digunakan tikus jantan putih galur Sprague Dawley.

Pertumbuhan dan perkembangbiakan tikus galur Sprague Dawley lebih cepat

dibandingkan galur Wistar. Selain itu, secara morfologi tikus galur Sprague

dawley memiliki kepala yang kecil dan ekor yang ukurannya sama dengan

panjang tubuhnya (Chusadama et al., 2015). Tikus Sprague dawley dipilih karena

memiliki sifat yang tenang dan mudah dikendalikan dibandingkan jenis tikus

lainnya (Fauzi Mohd, 2009).

Pola diet tikus adalah nutrisi lengkap dan tidak memerlukan suplemen.

Asupan makanan sebaiknya diberikan sekitar 10% dari berat badannya dan asupan

air sekitar 10-20 mL/100 g BB/hari (Widiartini et al., 2013 dan SAGE Labs,

2015).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Simplisia

2.3.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang dimanfaatkan sebagai obat dan belum

mengalami proses atau pengolahan apapun kecuali pengeringan (Depkes RI,

2000).

2.3.2 Tahapan Pembuatan Simplisia (Depkes RI, 1985)

a. Pengumpulan bahan baku

Pengumpulan daun dilakukan dengan cara memilih daun yang tua atau

muda kemudian dipetik dengan tangan satu persatu.

b. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan

asing lainnya dari bahan simplisia.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia dengan menggunakan air yang bersih.

d. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Tujuannya adalah untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan

penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau dengan alat perajang

khusus sehingga diperoleh irisan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis

irisan maka semakin cepat penguapan air sehingga mempercepat waktu

pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan

berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap sehingga

mempengaruhi komposisi, bau dan rasa.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dengan adanya

pengeringan dapat mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik

sehingga penurunan mutu atau kerusakan pada simplisia dapat dicegah. Adanya

kadar air yang masih tersisa pada simplisia dapat menjadi media pertumbuhan

bagi kapang dan jasad renik lainnya. Selain itu, dengan adanya enzim tertentu

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel mampu menguraikan senyawa aktif meskipun sesaat setelah sel

tersebut mati ataupun selagi bahan simplisia tersebut masih mengandung air

dengan kadar tertentu. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu

pengeringan alami (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-

anginkan) dan pengeringan buatan (menggunakan instrumen).

f. Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih tertinggal

pada simplisia kering.

g. Penyimpanan

Ada kalanya simplisia dapat mengalami perubahan warna ketika disimpan.

Hal tersebut bisa menjadi indikator telah terjadi perubahan kimia pada senyawa

aktifnya yang bisa disebabkan karena pengaruh cahaya matahari yang mampu

meningkatkan suhu sehingga mempercepat reaksi-reaksi kimia yang dapat

mengubah susunan kimia senyawa aktif simplisia. Adanya oksigen udara juga

turut berperan dalam reaksi oksidasi pada simplisia yang mengandung enzim

oksidase.

Oleh karena itu, wadah penyimpanan simplisia harus tidak beracun dan

tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi

serta penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain itu,

wadah juga harus mampu melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran

dan serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau

mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat

menurunkan mutu simplisia. Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan

pada suhu kamar (15o sampai 30

o C), tempat sejuk (5

o sampai 15

o C) atau tempat

dingin (0o sampai 5

o C), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut.

Kelembaban diruang penyimpanan diusahakan serendah mungkin untuk

mencegah terjadinya penyerapan uap air.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Teknologi Ekstrak

2.4.1 Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia dari simplisia nabati

ataupun hewani dengan menggunakan pelarut cair (Depkes RI, 2000).

Ekstrak merupakan massa kental yang diperoleh dari kegiatan ekstraksi,

kemudian semua atau sebagian pelarutnya diuapkan sehingga tersisa massa atau

serbuk yang kemudian diperlakukan sehingga memenuhi kriteria baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 2000).

2.4.2 Tahap Pembuatan Ekstrak (Depkes RI, 2000)

a. Pembuatan serbuk simplisia

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk

simplisia kering (penyerbukan). Simplisia diserbukkan hingga mencapai

derajat kehalusan tertentu. Semakin halus serbuk simplisia maka proses

ekstraksi makin efekif dan efisien. Akan tetapi hal tersebut dapat

menyulitkan pada saat tahap filtrasi.

b. Pemilihan pelarut yang sesuai

Ada beberapa faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan pelarut diantaranya selektivitas, kemudahan bekerja dengan

pelarut tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan aman.

Dalah memilih pelarut, sebaiknya memilih pelarut yang mampu

melarutkan hampir seluruh metabolit sekunder yang terkandung. Namun

demikian, penggunaan pelarut dibatasi oleh kebijakan dan peraturan

pemerintah. Sampai saat ini sesuai dengan aturan yang berlaku pelarut

yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya.

Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana, toluen, kloroform, dan aseton,

umumnya digunakan untuk tahap separasi dan tahap pemurnian

(fraksinasi). Khusus untuk metanol, sebaiknya penggunaannya dihindari

karena sifatnya yang toksik.

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Pemisahan dan pemurnian

Tujuannya adalah untuk memisahkan semaksimal mungkin

senyawa yang tidak dikehendaki dengan senyawa target, sehingga

diperoleh ekstrak yang lebih murni.

d. Pemekatan / penguapan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan ekstrak kental atau pekat

yang tidak sampai kering dengan cara menguapkan pelarut.

e. Pengeringan

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan ekstrak berupa serbuk.

f. Menghitung Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh

dengan simplisia awal.

2.4.3 Metode Ekstraksi (Depkes RI, 2000)

2.4.3.1 Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

1. Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi dengan cara merendam simplisia pada

suhu ruang dan menggunakan pelarut yang sesuai disertai dengan pengadukan

atau pengocokan beberapa kali. Setelah diperoleh maserat pertama, dapat

dilakukan maserasi kembali dengan menambahkan pelarut, kegiatan ini lebih

dikenal dengan remaserasi.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna

(Exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruang. Prinsip

perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan pada suatu bejana silinder, yang

pada bagian bawahnya terdapat sekat berpori kemudian pelarut cair dialirkan pada

serbuk hingga mengalami kejenuhan dan selanjutnya digantikan dengan pelarut

baru (Depkes RI, 2000).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ekstraksi Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi berdasarkan temperatur titik didih pelarut yang

digunakan, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut yang terbatas dan relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. Untuk mendapatkan ekstraksi yang

sempurna, umumnya dilakukan proses pengulangan pada residu pertama hingga

3-5 kali (Depkes RI, 2000).

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan alat khusus dimana sampel dengan

pelarut berada terpisah. Panas akan digunakan untuk menguapkan pelarut dan

uapnya akan naik ke atas menuju tempat sampel. Dengan adanya pendingin balik,

maka uap tersebut akan menjadi cair dan melarutkan sampel, kemudian akan

kembali ke tempat pelarut awal. Proses ini akan berulang (ekstraksi kontinu)

sehingga terjadi ekstraksi yang sempurna (Depkes RI, 2000).

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yakni umumnya

dilakukan pada temperatur 40-50o C (Depkes RI, 2000).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur yakni 96 o

-98o C) selama waktu tertentu yakni 15-20 menit (Depkes RI, 2000).

e. Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan

temperatur hingga mencapai titik didih air (Depkes RI, 2000).

2.3.3.2 Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa yang mudah menguap

seperti minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia menggunakan uap air.

Metode ini berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap

dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran (uap air dari ketel dan uap senyawa

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kandungan) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah

sempurna atau memisah sebagian (Depkes RI, 2000).

2.5 Diabetes Mellitus

2.5.1 Definisi

Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme pada karbohidrat,

lemak dan protein yang terjadi akibat adanya insufisiensi pada produksi hormon

insulin atau insensitifitas reseptor sel terhadap hormon insulin ataupun karena

keduanya sehingga menghasilkan suatu manifestasi klinis yang khas berupa

peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) (Dipiro, 2008).

2.5.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum, diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi:

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit

populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keselurahan

populasi. Pada DM tipe 1 terjadi gangguan produksi insulin sebagai

akibat adanya serangan autoimun yang secara selektif menghancurkan

sel-sel pankreas sehingga secara langsung mengakibatkan defisiensi

sekresi insulin. Selain itu, pada DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon

yang berlebihan oleh sel-sel pulau Langerhans. Secara normal,

hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada

penderita DM tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi

walaupun pada kondisi hiperglikemia. Hal inilah yang dapat

memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari

keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami

ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapat terapi insulin (Depkes RI,

2005).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes tipe ini merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih

banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1. Penderita DM

tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes,

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

umumnya berusia diatas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini populasi

penderita DM tipe 2 dikalangan remaja dan anak-anak diketahui

meningkat. Penyebab DM tipe 2 merupakan multifaktor yang belum

sepenuhnya terungkap secara jelas (Depkes RI, 2005).

Berbeda dengan DM tipe 1, pada penderita DM tipe 2 tidak terjadi

defisiensi sekresi insulin yang bersifat absolut akan tetapi terjadi

kekurangan insulin yang tidak seberat DM tipe 1 yang disertai dengan

kegagalan pada sel dalam merespon insulin atau yang dikenal sebagai

“Resistesi Insulin”. Dengan demikian, dalam penanganannya tidak

memerlukan terapi pemberian insulin (Depkes RI, 2005).

3. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (GDM = Gestasional Diabetes

Mellitus) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul

selama masa kehamilan dan biasanya berlangsung hanya sementara

(Depkes RI, 2005). Menurut Association College of Clinical

Pharmacy, GDM pada wanita hamil umumnya terjadi pada trimester

ketiga (ACCP, 2013). GDM dapat pulih beberapa saat setelah

melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang

dikandung seperti timbulnya malformasi kongenital, peningkatan berat

badan bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal.

Selain iu, wanita yang memiliki riwayat GDM, memiliki risiko yang

tinggi untuk menderita diabetes kembali di masa depan. Namun,

dengan adanya kontrol metabolisme yang ketat dapat mengurangi

risiko-risiko tesebut (Depkes RI, 2005).

4. Pra-diabetes

Pra-diabetes merupakan suatu kondisi dimana kadar gula darah

seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes. Kondisi pra-

diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan

stroke. Namun pengaturan diet dan olahraga yang baik dapat

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mencegah atau menunda timbulnya diabetes. Ada dua tipe kondisi pra-

diabetes, yaitu:

a. Impaired Fasting Glucose (IFG) yaitu keadaan dimana kadar

glukosa darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl

sedangkan normalnya <100 mg/dl)

b. Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa

Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah

seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal

tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam kondisi

diabetes. Diagnosa IGT ditetapkan apabila kadar glukosa darah

sesorang 2 jam setelah mengonsumsi 75 gram glukosa per oral

berada di antara 140-199 mg/dL (Depkes RI, 2005).

2.5.3 Gejala Klinik

Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain

poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia

(banyak makan dan mudah lapar). Selain itu, sering pula muncul keluhan

penglihatan kabur, koordinasi gerak tubuh terganggu, kesemutan pada

tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali mengganggu (pruritis),

dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes RI, 2005).

Pada DM tipe 1 ditemukan gejala tipikal namun berbeda dengan

DM tipe 2, gejala tipikal umumnya hampir tidak ada. DM tipe 2 seringkali

muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun

kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi

(Depkes RI, 2005).

2.5.4 Diagnosis

Jika terdapat keluhan khas DM seperti poliuria, polifagia,

polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya serta berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah

sewaktu 200 mg/ dL dan kadar gula darah puasa 126 mg/dL maka hal

tersebut sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM (Depkes RI,

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2005). Cara lain untuk mendiagnosis DM ialah dengan uji toleransi

glukosa oral dimana dikatakan DM jika kadar glukosa darah 2 jam setelah

pemberian 75 g glukosa secara oral mencapai 200 mg/dL. Cara ini

dinilai lebih sensitif dan spesifik dibandingkan pemeriksaan kadar gula

darah puasa, hanya saja kekurangannya ialah tidak praktis untuk

diaplikasikan (ACCP, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2 jam

setelah makan

Normal < 100 mg/dL < 140 mg/dL

Pra-diabetes 100-125 mg/dL -

Diabetes ≥126 mg/dL ≥200 mg/dL

( sumber: Depkes RI, 2005 )

Jika tidak terdapat keluhan yang khas, maka pemeriksaan kadar

gula darah perlu diulangi, minimal satu kali lagi yang dilakukan dihari lain

untuk menguatkan diagonsis DM (Depkes RI, 2005).

2.5.5 Terapi Diabetes Mellitus

2.5.5.1 Terapi Tanpa Obat

a. Pengaturan Diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan kecukupan gizi baik yang

terdiri dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%. Selain itu,

dengan melakukan penurunan berat badan telah terbukti mampu mengurangi

resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel terhadap stimulus glukosa.

Selain jumlah kalori, asupan kolesterol tetap dibutuhkan, namun tidak lebih dari

300 mg per hari. Asupan serat diusahakan setidaknya 25 g per hari untuk

menghambat penyerapan lemak dan membantu mengatasi rasa lapar yang kerap

dirasakan oleh penderita DM (Depkes RI, 2005).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Olahraga

Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula

darah tetap normal. Selain itu, olahraga akan memperbanyak jumlah dan

meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan

penggunaan glukosa. Olahraga yang dianjurkan pada prinsipnya bukan

merupakan olahraga yang berat akan tetapi berupa olahraga ringan namun

dilakukan secara teratur misalnya lari pagi, berenang, bersepeda dan lain

sebagainya (Depkes RI, 2005).

2.5.5.2 Terapi dengan Obat

a. Terapi Insulin

Insulin merupakan terapi utama untuk penderita DM tipe 1. Pada DM tipe

1, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas mengalami kerusakan akibat serangan

autoimun sehingga menyebabkan gangguan pada produksi insulin, sebagai

gantinya maka penderita DM tipe 1 membutuhkan insulin eksogen untuk

membantu agar metabolisme karbohidrat tetap berjalan dengan normal (Depkes

RI, 2005).

b. Terapi Obat Hipoglikemia Oral

Obat-obat hipoglikemia oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien DM tipe II. Obat hipoglikemia oral dapat diberikan secara

tunggal maupun kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen obat hipoglikemia

oral harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta

kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit penyerta dan

komplikasi yang ada sehingga pemilihan obat hipoglikemik oral menjadi tepat dan

tentunya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan (Depkes RI, 2005).

Berikut merupakan obat hipoglikemia oral diantaranya:

1. Golongan Sulfonilurea

Obat hipoglikemia oral ini bekerja dengan merangsang sekresi insulin

di kelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel

langerhans pankreas masih dapat berproduksi (Depkes RI, 2005).

Sulfonilurea terdiri dari dua generasi. Generasi pertama diantaranya

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tolbutamida, asetoheksamida, tolazamida, dan klopropamida. Akan tetapi

penggunaannya kini telah digantikan oleh generasi kedua yang dinilai 100

kali lebih kuat dibandingkan generasi sebelumnya. Sulfonilurea generasi

kedua meliputi glibenklamida, glipizid, dan glimepirid (Ghilman, 2012).

Namun semua golongan sulfonilurea ini umumnya dapat menyebabkan

hipoglikemia dan meningkatkan berat badan (ACCP, 2013).

2. Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Obat golongan ini memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan

golongan sulfonilurea yakni dengan cara meningkatkan sintesis dan

sekresi insulin dari kelenjar pankreas. Umumnya obat golongan ini

digunakan dalam bentuk kombinasi dengan obat antidiabetik oral lainnya.

Obat yang termasuk dalam golongan meglitinida dan turunan fenilalanin

ialah Repaglinida dan Nateglinida (Depkes, 2005)

3. Biguanida

Obat hipoglikemia oral golongan biguanida bekerja langsung pada

hati (hepar) dengan cara menurunkan produksi glukosa di hati

(glukoneogenesis). Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak

merangsang sekresi insulin sehingga tidak menimbulkan hipoglikemia.

Satu-satunya senyawa biguanida yang masih digunakan hingga saat ini

adalah metformin karena frekuensi terjadinya asidosis laktat rendah

asalkan tidak melebihi 1700 mg/hari (Depkes RI, 2005). Efek samping

yang umum dirasakan saat mengonsumsi metformin adalah gangguan pada

gastroinsetinal sehingga pemberiaannya harus bersamaan dengan makanan

(ACCP, 2013).

4. Golongan Tiazolidindion (TZD)

Senyawa golongan tiazolidindion bekerja dengan cara

meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan berikatan pada

PPAR (Peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot,

jaringan lemak dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Selain itu,

TZD juga menurunkan kecepatan glikoneogenesis (Depkes RI, 2005).

Obat yang termasuk golongan tiazolidindion diantaranya rosiglitazon dan

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pioglitazon. Namun pada tahun 2010, FDA U.S. membatasi penggunaan

rosiglitazon terkait dengan keamanannya terhadap kardiovaskular dimana

menyebabkan peningkatan kejadian infark miokardia dan kematian terkait

dengan kardiovaskular (ACCP, 2013).

5. Golongan inhibitor -Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor -glukosidase seperti akarbosa dan

miglitol bekerja dengan cara menghambat enzim -glukosidase yang

terdapat pada dinding usus halus sehingga dapat mengurangi pencernaan

dan absorbsi dari karbohidrat kompleks yang tentunya dapat mengurangi

kadar glukosa postprandial pada penderita diabetes mellitus (Depkes RI,

2005). Obat ini tidak menstimulasi pelepasan insulin, sehingga tidak

menyebabkan hipoglikemia (Ghilman, 2012). Namun, obat ini hanya

dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan saja dan

tidak mempengaruhi setelahnya (Depkes RI, 2005). Selain itu, inhibitor -

glukosidase juga dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal sehingga

perlu diberikan bersama dengan makanan (Ghilman, 2012).

2.6 Aloksan

Gambar 2.2 Struktur Kimia Aloksan

( sumber: Lenzen, 2008 )

Aloksan bersifat hidrofilik dan tidak stabil dengan waktu paruh yang

sangat singkat yakni sekitar 1,5 menit pada pH netral dan suhu 37o

C dan dapat

lebih lama lagi jika dengan temperatur yang lebih rendah (Szkudelski, 2001).

Aloksan sebaiknya disimpan pada suhu penyimpanan 2-8o C (Sigma aldrich,

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2016). Karena sifatnya yang hidrofilik maka aloksan tidak dapat melewati

membran sel secara bebas kecuali dengan adanya transporter spesifik. Bentuk

molekul aloksan yang menyerupai glukosa menyebabkan transporter spesifik

glukosa yakni GLUT2 yang terdapat pada membran sel dapat menerima

senyawa glukomimetik ini dan mentranspornya ke dalam sitosol. Oleh karena hal

tersebut, maka aloksan bersifat tidak toksik terhadap sel yang tidak

mengekspresikan transporter ini (Lenzen, 2008).

Aloksan dapat merusak sel-sel pankreas melalui beberapa proses

diantaranya oksidasi pada gugus –SH essensial, penghambatan kerja enzim

glukokinase, pembentukan radikal bebas dan menyebabkan gangguan pada

homeostasis ion kalsium pada intraseluler (Szkudelski, 2001). Oleh sebab itu,

aloksan sering digunakan untuk menginduksi penyakit diabetes mellitus pada

hewan uji coba. Sebagai agen diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara

intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya

65 mg/kg BB, sedangkan dosis untuk intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3

kalinya (Szkudelski, 2001). Berdasarkan penelitian terdahulu, rute intraperitoneal

merupakan rute yang paling banyak digunakan pada hewan coba tikus dengan

kisaran dosis 150 mg/kg BB-200 mg/kg BB, akan tetapi nilai ini tidak mutlak.

Dosis aloksan dibawah 150 mg/kg BB dinilai tidak cukup untuk menginduksi

diabetes sedangkan dosis diatas 200 mg/kg BB berhasil menginduksi diabetes

namun menimbulkan mortalitas sebesar 10%. Hewan uji harus dipuasakan

sebelum diinjeksi aloksan karena hewan yang puasa akan lebih rentan mengalami

hiperglikemia. Hal ini mengingat dengan adanya glukosa dapat berkompetisi

dengan aloksan untuk berikatan pada transporter GLUT2 sehingga membatasi

penyerapan aloksan ke dalam sel pankreas (Etuk, 2010; Szkudelski, 2001;

Radenkovic et al., 2015).

Setelah pemberian aloksan, akan terjadi empat fase fluktuasi kadar glukosa

darah. Fase pertama, yakni 30 menit setelah injeksi aloksan akan terjadi

peningkatan sekresi insulin dalam waktu singkat sehingga menyebabkan

hipoglikemia secara singkat pula. Fase kedua akan terjadi peningkatan kadar

glukosa darah disertai dengan penurunan kadar insulin plasma yang terjadi sekitar

satu jam setelah pemberian aloksan dan bertahan selama kurang lebih 2-4 jam.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fase ketiga, terjadi fase hipoglikemia kembali yang terjadi 4-8 jam setelah

pemberian aloksan dan akan bertahan selama beberapa jam. Keadaan

hipoglikemia ini terkadang sangat parah hingga menyebabkan kejang dan bahkan

fatal tanpa pemberian glukosa. Terakhir, pada fase keempat ini akan dicapai

kondisi hiperglikemia yang menetap yakni pada 24-48 jam setelah injeksi aloksan

(Lenzen, 2008). Guna mencegah terjadinya hipoglikemia parah setelah injeksi

aloksan maka hewan uji dapat diberikan larutan dekstrosa 5% dalam botol

minumnya selama 24 jam penuh (Radenkovic et al., 2015).

Selanjutnya, kadar glukosa darah diperiksa untuk mengkonfirmasi apakah

aloksan sudah cukup untuk dapat menginduksi hiperglikemia. Umumnya,

pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan sekitar 48-72 jam setelah injeksi

aloksan karena pada kisaran waktu tersebut kondisi hiperglikemia yang menetap

telah tercapai bahkan kadar glukosa darah akan maksimal setelah 72 jam pasca

injeksi aloksan. Kadar glukosa darah pada tikus yang melebihi 140 mg/dL dapat

menegakkan diagnosis diabetes yang diinduksi oleh aloksan, mengingat kadar

normal glukosa darah pada tikus berkisar antara 50-135 mg/dL (Radenkovic et al.,

2015).

2.7 Glibenklamid

Gambar 2.3 Struktur kimia Glibenklamid

( sumber: Sweetman, Sean C., 2009)

Glibenklamid termasuk obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea

generasi kedua yang diberikan secara oral untuk pengobatan diabetes melitus tipe

2 (Sweetman, Sean C., 2009). Glibenklamid diketahui 200 kali lebih poten

dibandingkan sulfonilurea generasi pertama yakni tolbutamid (Kar, Autosh,

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007). Dosis awalnya adalah 2,5 – 5 mg perhari, disesuaikan setiap 7 hari secara

bertahap hingga dosis mencapai 15 mg perhari (Suherman, 2007).

Untuk mencapai kadar optimal didalam plasma, glibenklamid akan lebih

efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Obat ini cepat diserap dalam

saluran pencernaan. Meskipun waktu paruhnya pendek yakni 4 jam, namun efek

hipoglikemianya berlangsung selama 12-24 jam sehingga cukup diberikan satu

kali sehari. Sekitar 50% dari dosis diekskresikan melalui urin dan 50% lainnya

melalui empedu (Suherman, 2007). Efek samping yang umumnya terjadi adalah

hipoglikemia dan peningkatan berat badan (ACCP, 2013).

Glibenklamid memiliki warna putih atau hampir putih dan berbentuk

serbuk kristal. Glibenklamid praktis tidak larut didalam air, agak sedikit larut

dalam alkohol dan metil alkohol serta susah larut dalam diklorometan.

Penyimpanannya sebaiknya didalam wadah yang kedap udara (Sweetman, Sean

C., 2009).

2.8 Akarbosa

Gambar 2.4 Struktur kimia Akarbosa

( sumber: Sweetman, Sean C., 2009)

Akarbosa merupakan obat golongan inhibitor -glukosidase. Inhibitor -

glukosidase secara kompetitif menghambat enzim -glukosidase (maltase,

isomaltase, sukrase dan glukoamilase) yang ada diusus halus sehingga

menghambat pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks (Dipiro et al., 2008).

Menurut Taylor (1990), akarbosa memiliki afinitas yang lebih besar terhadap

sukrase dibandingkan glukoamilase dan alfa amilase yang ada dipankreas

(Mohamed et al., 2013). Akarbosa secara efektif mengurangi pencernaan

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan

kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes (Depkes RI, 2005). Akarbosa

dapat menurunkan kadar glukosa darah setelah makan (postprandial) sebesar 40

hingga 50 mg/dL, akan tetapi kadar glukosa darah puasa relatif tidak berubah

dengan pemberian obat ini (Dipiro et al., 2008).

Awalnya, akarbosa diberikan dengan dosis awal yang sangat rendah yakni

25 mg, kemudian ditingkatkan secara bertahap (selama lebih dari beberapa bulan)

hingga mencapai dosis maksimum yakni 50 mg 3 kali sehari untuk pasien dengan

berat badan 60 kg atau 100 mg 3 kali sehari untuk pasien dengan berat badan >

60 kg (Dipiro et al., 2008). Akarbosa sebaiknya diberikan segera sebelum makan

(Sweetman, Sean C., 2009).

Secara farmakokinetik, mayoritas bentuk aktifnya tidak berubah berada

didalam lumen gastroinstestinal dan memperlihatkan aktivitas farmakologinya

sebagai inhibitor -glukosidase. Obat ini dimetabolisme oleh enzim pencernaan

yang ada di usus dan flora usus, selanjutnya metabolitnya akan dieksresi melalui

urin dan feses (Sweetman, Sean C., 2009).

Secara organoleptis, akarbosa merupakan serbuk higroskopis, amorf dan

berwarna putih atau kekuningan. Akarbosa bersifat sangat mudah larut dalam air

(Sweetman, Sean C., 2009).

2.9 Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

2.9.1 Metode Reduksi

Metode reduksi adalah metode tertua yang memanfaatkan sifat reduktor

dari glukosa. Metode ini dinilai kurang spesifik karena dapat menyebabkan bias

akibat keberadaan agen pereduksi kuat lainnya sehinga memberikan hasil

pengukuran kadar glukosa darah yang terlalu tinggi. Sekalipun hal ini dapat

diatasi dengan melakukan proses tertentu yang dapat meniadakan pengaruh agen

pereduksi lainnya. Namun, metode ini tetap tidak disarankan dan saat ini sudah

banyak ditinggalkan (McMillin, 1990).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9.2 Metode Kondensasi

Prinsip dari metode ini adalah reaksi kondensasi antara gugus aldehida

pada glukosa dengan senyawa aromatik sehingga menghasilkan produk berwarna.

Reaksi kondensasi yang paling umum digunakan adalah reaksi o-toluidin dengan

glukosa yang dapat membentuk glukosamin berwarna hijau intens yang dapat

dideteksi secara spetrofotometri untuk mengukur konsentrasi glukosa. Keberadaan

aldosa lain juga dapat bereaksi, namun hanya mannosa dan galaktosa yang

diketahui mampu menghasilkan produk berwarna dalam jumlah yang besar.

Sedangkan, kedua jenis gula ini tidak ditemukan pada darah dan reaksinya tidak

signifikan. O-toluidin bersifat korosif dan toksik sehingga metode ini mulai

ditinggalkan (McMillin, 1990).

2.9.3 Metode Enzimatik

Metode enzimatik merupakan metode pengukuran kadar glukosa darah

yang paling sering digunakan saat ini. Enzim yang paling sering digunakan adalah

enzim heksokinase.

Reaksi yang terjadi pada metode yang menggunakan enzim heksokinase

terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah glukosa akan bereaksi dengan

ATP menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP yang dikatalisis oleh enzim

heksokinase. Tahap kedua adalah reaksi oksidasi glukosa-6-fosfat dan reduksi

NADP+

menjadi 6-fosfoglukonat dan NADPH yang dikatalisis oleh enzim

glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Peningkatan NADPH diukur dengan

spektrofotometri pada panjang gelombang 340 nm (Dohnal, Kalousova, dan Zima,

2010).

Glukometer merupakan alat pengukur kadar glukosa darah secara

enzimatik. Pada strip glukometer sudah mengandung suatu oksidoreduktase

bersama-sama dengan koenzim atau kofaktor atau enzim penyerta yang sesuai dan

suatu mediator yang bergantung pada prinsip pengukuran yang dipilih (fotometri

atau elektrokimia). Mediator biasanya merupakan suatu senyawa kimia organik

atau anorganik kecil yang memiliki dua bentuk yakni bentuk teroksidasi dan

tereduksi, serta umumnya dapat bereaksi dengan cepat untuk mendonorkan atau

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menerima elektron. Mekanisme reaksi yang terjadi pada pengukuran kadar

glukosa darah dengan glukometer adalah sebagai berikut:

a. Oksidoreduktase akan mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi

glukonolakton sehingga akan menghasilkan pelepasan elektron.

b. Elektron yang dilepaskan akan ditransfer ke mediator dan menyebabkan

terjadinya reduksi pada mediator.

c. Mediator akan teroksidasi kembali dan mengirimkan elektron ke elektroda

(pada pengukuran secara elektrokimia) atau ke indikator sehingga akan

menghasilkan warna tertentu (pada pengukuran secara fotometri) (Hones

et al., 2008).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I dan Animal House

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dimulai dari bulan Desember hingga Juli 2016.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas

(Pyrex), blender (Maspion), kapas, kertas saring (Whatman No. 4), alumunium

foil, timbangan analitik (KERN), alkoholmeter, vacuum rotary evaporator

(EYELA), lemari pendingin (Liebherr Medline), freezer (General Gensui), oven

(Memmert), tanur (Thermolyne), krus porselen, botol timbang, pipet, kertas

perkamen, cawan penguap, hot plate (Cimarec), lumpang-alu, vortex (Hettich Eba

20), timbangan hewan (AND GH-202 dan Wiggen Hauser), kandang tikus beserta

tempat makan dan minum, sonde oral, gunting bedah, jarum suntik (Terumo),

glukometer (GlucoDr), strip glukometer (GlucoDr), sarung tangan dan masker.

3.2.2 Bahan

3.2.2.1 Tanaman Uji

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

kecombrang (Etlingera elatior) pada bagian daunnya yang masih berusia muda

ataupun yang sudah tua. Daun segar kecombrang diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro) pada tanggal 21 Desember 2015.

3.2.2.2 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur Sprague dawley yang berumur 2-3 bulan dengan berat 150-200 g yang

diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.2.3 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol 70% daun kecombrang

(Etlingera elatior) dan sebagai pembanding (kontrol positif) yakni Glibenklamid

(Indofarma) dan Akarbosa (Bayer) .

3.2.2.4 Bahan Kimia

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah etanol 70%

(diperoleh dari pengenceran etanol 96% (Brataco) dengan aquades), Aloksan

monohidrat (Sigma Aldrich), glukosa, larutan saline normal steril (NaCl 0.9%),

Na CMC, aquades, eter, dan reagent untuk skrining fitokimia diantaranya FeCl3

10%, pereaksi Meyer (mengandung gabungan senyawa HgCl2 dan KI), pereaksi

Dragendroff (mengandung senyawa Bi(NO3)3 dan KI), pereaksi Lieberman

Burchard (mengandung asam asetat glasial dan asam sulfat pekat), serbuk Mg,

HCl 2N, dan amonia encer.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Determinasi Tanaman

Sampel daun kecombrang dibawa ke Pusat Penelitian Biologi Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor pada tanggal 21 Desember

2015 untuk dideterminasi bahwa sampel adalah spesies Etlingera elatior dan

famili Zingiberaceae.

3.3.2 Pembuatan simplisia

Pembuatan simplisia diawali dengan pengumpulan daun segar kecombrang

sebanyak 6 kg, daun yang diambil adalah daun yang muda dan tua, yang diperoleh

dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika Bogor pada tanggal 21

Desember 2015 pukul 09.00 WIB, kemudian daun disortasi basah, lalu dilakukan

pencucian dengan menggunakan air mengalir. Selanjutnya, daun dikering-

anginkan hingga benar-benar kering kemudian disortasi kembali, lalu dihaluskan

hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang dan disimpan didalam wadah yang

kering, tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya matahari.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3 Ekstraksi

Sebanyak 900 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah botol

gelap, lalu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.

Selama maserasi, botol maserasi sesekali dikocok. Maserasi dilakukan berulang

kali hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak yang ditandai dengan warna

maserat yang tampak jernih. Maserat yang diperoleh, difiltrasi dengan

menggunakan kapas dan kertas saring kemudian filtratnya dipekatkan dengan

menggunakan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh, dihitung untuk mendapatkan hasil

rendemennya.

Presentase rendemen =

x 100%

3.3.4 Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi Flavonoid

Menurut Harborne (1987), identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan 2 mg serbuk magnesium dan 3 tetes asam klorida pekat.

Hasil positif adanya flavonoid jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga

(Darmawi et al., 2015).

b. Identifikasi senyawa fenolik

Menurut Harborne (1987), identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan beberapa tetes FeCl3 10%. Jika terbentuk warna hijau, merah

atau ungu maka positif mengandung senyawa fenolik (Darmawi, et al., 2015).

c. Identifikasi Steroid/Terpenoid

Menurut Harborne (1987), identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara

ekstrak ditambahkan dengan 3 tetes pereaksi Lieberman-Burchard (asam asetat

glasial dan asam sulfat pekat). Uji positif triterpenoid memberikan warna merah

atau ungu dan uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru (Darmawi et

al., 2015).

d. Identifikasi alkaloid

Beberapa miligram ekstrak kental dilarutan dalam 10 mL campuran

aquades dan asam klorida 2 N (9:1), kemudian dipanaskan diatas penangas air

selama 2 menit. Selanjutnya didinginkan dan disaring. Filtrat yang didapat

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan sebagai larutan percobaan yang akan dilakukan sebagai berikut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995):

1. Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes

Mayer, hasil positif dengan terbentuknya endapan putih.

2. Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes

Dragendorf, hasil positif dengan terbentuknya endapan jingga coklat.

e. Identifikasi Saponin (Uji busa)

Ekstrak ditambahkan dengan 2 mL aquades kemudian dikocok secara kuat.

Hasil positif saponin ditunjukkan dengan terbentuknya jika terbentuk busa yang

stabil selama 10 menit (Tiwari et al., 2011) .

f. Identifikasi Antrakuinon

Ekstrak ditambahkan dengan 10 ml asam sulfat kemudian dipanaskan lalu

disaring selagi panas. Filtrat ditambahkan kloroform lalu dikocok. Lapisan

kloroform dipipet dan dipindahkan ke tabung reaksi lain lalu ditambahkan

amonia encer. Hasil positif mengandung antrakuinon jika terjadi perubahan

warna pada larutan (Ayoola et al., 2008).

3.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

3.3.5.1 Parameter Spesifik

Uji parameter spesifik meliputi identitas dan organoleptis. Pada identitas

meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian

tumbuhan yang digunakan, dan nama tumbuhan Indonesia). Pada organoleptis

meliputi deskripsi bentuk (padat, serbuk-kering, kental, cair dll), warna (kuning,

coklat, dll), dan bau (aromatik, tidak berbau, dll) menggunakan panca indera

(Depkes RI, 2000).

3.3.5.2 Parameter Non Spesifik

a. Penetapan kadar air (Metode Gravimetri)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara sebanyak kurang lebih 3 gram

ekstrak dimasukkan dan ditimbang dalam krus porselen yang telah ditara.

Selanjutnya, ekstrak dikeringkan pada suhu 105o C selama 5 jam dan ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara

dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% Kadar air =

b. Penetapan kadar abu total

Kurang lebih 2-3 gram ekstrak ditimbang seksama kemudian dimasukkan

kedalam krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara. Selanjutnya, dipijarkan

perlahan-lahan di dalam tanur dengan suhu 600o C hingga arang habis atau

menjadi abu, lalu didinginkan dan ditimbang (Depkes RI, 2000). Berdasarkan

buku monografi ekstrak tumbuhan (2004), kadar abu total tidak lebih dari 16,6%.

% Kadar abu total =

3.3.6 Penetapan dosis dan penyiapan bahan

1. Aloksan monohidrat

Aloksan monohidrat diberikan dalam dosis tunggal intraperitoneal 150

mg/kg BB. Adapun dosis untuk tikus adalah 30 mg/200 g BB tikus. Aloksan

monohidrat dibuat dalam bentuk larutan dengan cara melarutkan aloksan

monohidrat dalam larutan salin normal steril (larutan NaCl 0,9%). Pada prosedur

pembuatannya, mula-mula aloksan monohidrat ditimbang kemudian dimasukkan

ke dalam tabung reaksi yang bagian luarnya telah dilapisi dengan alumunium foil.

Selanjutnya, ditambahkan dengan larutan salin normal steril (larutan NaCl 0,9%)

lalu divortex hingga larut.

2. Larutan sukrosa

Dosis sukrosa yang diberikan untuk menginduksi hiperglikemia

postprandial adalah 4 g/kg BB (Mohamed et al., 2015).

3. Ekstrak etanol 70% daun kecombrang

Dosis ekstrak etanol 70% daun kecombrang disiapkan dalam 3 besaran

dosis kelipatan 10 yakni 1 mg/kg BB sebagai dosis terkecil, 10 mg/kg BB sebagai

dosis menengah, dan 100 mg/kg BB sebagai dosis terbesar. Masing-masing dosis

ekstrak etanol 70% daun kecombrang akan diberikan kepada hewan coba dalam

bentuk suspensi dengan Na CMC 0,5%.

Dalam hal pembuatan, ekstrak etanol 70% daun kecombrang dengan dosis

yang berbeda dibuat dengan prosedur yang serupa. Mula-mula ekstrak kental

ditimbang sesuai dengan kebutuhan pada setiap dosis. Selanjutnya, Na CMC

ditimbang lalu dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam lumpang sambil

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikembangkan dengan aquades bersuhu 60o C sebanyak 20 kali dari bobot Na

CMC (Rowe et al., 2009), lalu diaduk terus sampai terbentuk mucilago. Setelah

itu, ekstrak ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam Na CMC yang telah

mengembang (mucilago) lalu diaduk terus menerus hingga ekstrak terdispersi

merata. Selanjutnya, ditambahkan aquades hingga mencapai volume yang

diinginkan.

4. Glibenklamid

Glibenklamid diberikan dalam bentuk suspensi dengan Na CMC sesuai

dosis oral efektif pada manusia 5 mg/ 60 kg BB (Suherman, 2007) yang kemudian

dikonversikan ke dosis hewan berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh

(HED) menjadi 0,1 mg/ 200 g BB tikus.

5. Akarbosa

Akarbosa diberikan dalam bentuk suspensi dengan Na CMC sesuai dosis

oral efektif pada manusia 50 mg/60 kg BB (Sweetman, Sean C., 2009) yang

dikonversikan ke dosis hewan berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh

HED, yaitu 1,0 mg/200 g BB tikus.

3.3.7 Uji pendahuluan induksi aloksan

Uji pendahuluan bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah dosis aloksan

150 mg/kg BB (Radenkovic et al., 2015) tepat untuk menginduksi diabetes

mellitus tanpa menimbulkan mortalitas pada hewan coba. Jika berhasil, maka

dosis aloksan 150 mg/kg BB diaplikasikan dalam penelitian untuk menginduksi

diabetes.

Jumlah hewan yang digunakan pada uji pendahuluan ini adalah tiga ekor.

Mulanya, tiga ekor hewan diaklimatisasi selama satu minggu. Selama

aklimatisasi, hewan diberi makan, minum dan ditimbang berat badannya secara

rutin. Tikus diberi pakan tikus sebanyak 10% dari bobot badannya, yaitu sekitar

15-20 gram/ekor/hari. Sedangkan air minum diberikan secara ad libitum dan

pergantian air minum dilakukan setiap hari (Widiartini et al., 2013).

Setelah aklimatisasi, hewan uji dipuasakan selama 12 jam dan diukur

kadar glukosa darah puasanya dengan glukometer (Al-Noory et al., 2013).

Kemudian tiga ekor hewan diinduksi aloksan secara intraperitoneal dengan dosis

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

150 mg/kg BB. Empat jam setelah induksi aloksan, diberikan larutan glukosa 5%

dalam botol minumnya. Selanjutnya, ditunggu selama 72 jam (3 hari) untuk

menstabilkan hiperglikemia pada tikus (Radenkovic et al., 2015). Hewan

dinyatakan hiperglikemia jika kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dL

(Gabriel et al., 2014). Pada setiap pemeriksaan kadar glukosa darah, hewan harus

dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu (Al-Noory et al., 2013).

3.3.8 Pengelompokan hewan uji

3.3.8.1 Uji dengan metode induksi aloksan

Hewan uji tikus putih jantan galur Sprague dawley dibagi secara acak

menjadi 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor

sesuai dengan syarat WHO (WHO, 2000).

Tabel 3.1 Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan

Kelompok hewan Perlakuan Jumlah

tikus

1 (Kontrol normal) Diberi Na CMC 0,5% 5

2 (Kontrol negatif) Diinduksi aloksan lalu diberi Na

CMC 0,5%

5

3 (Kontrol positif ) Diinduksi aloksan lalu diberi

suspensi glibenklamid

5

4 (Ekstrak kecombrang dosis

rendah)

Diinduksi aloksan lalu diberi

suspensi ekstrak Etlingera

elatior 1 mg/kg BB

5

5 (Ekstrak kecombrang dosis

sedang)

Diinduksi aloksan lalu diberi

suspensi ekstrak Etlingera

elatior 10 mg/kg BB

5

6 (Ekstrak kecombrang dosis

tinggi)

Diinduksi aloksan lalu diberi

suspensi ekstrak Etlingera

elatior 100 mg/kg BB

5

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.8.2 Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo

Hewan uji tikus putih jantan galur Sprague dawley dibagi menjadi 3

kelompok perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor hewan

yakni kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis

ekstrak yang potensial dari hasil uji dengan metode induksi aloksan.

Tabel 3.2 Kelompok perlakuan pada uji penghambatan enzim α-glukosidase

secara in vivo

Kelompok hewan Perlakuan Jumlah

tikus

1 (Kontrol positif) Diberikan larutan akarbosa lalu

dibebankan dengan sukrosa 4 g/kg

BB secara oral

5

2 (Kontrol Negatif) Diberikan Na CMC 0,5% lalu

dibebankan dengan sukrosa 4 g/kg

BB secara oral

5

3 (Dosis ekstrak etanol 70%

daun kecombrang yang

potensial dari hasil uji

dengan metode induksi

aloksan yakni dosis 100

mg/kg BB)

Diberikan suspensi ekstrak daun

kecombrang 100 mg/kg BB lalu

dibebankan dengan sukrosa 4 g/kg

BB secara oral

5

3.3.9 Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

a. Semua tikus jantan galur Sprague dawley diaklimatisasi selama satu

minggu terlebih dahulu. Selama aklimatisasi, semua tikus diberi pakan

sebanyak 10 % dari berat badannya dan minum serta ditimbang berat

badannya secara rutin.

b. Sebelum diinduksi aloksan, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama

12 jam namun tetap mendapatkan akses untuk minum (Al-Noory et al.,

2013).

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa sebelum

diinduksi dengan aloksan.

d. Kemudian larutan aloksan dengan dosis tunggal 30 mg/ 200 g BB

diinjeksikan secara intraperitoneal kepada tikus kelompok perlakuan 2-

6.

e. Hewan uji diberikan larutan glukosa 5% dalam botol minumnya setelah

4 jam diinduksi aloksan untuk mencegah hipoglikemia fatal akibat

induksi aloksan (Radenkovic et al., 2015).

f. Kadar glukosa darah diperiksa 72 jam setelah injeksi aloksan

(Radenkovic et al., 2015). Namun, sebelum diperiksa kadar glukosa

darahnya, hewan uji harus dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu

(Al-Noory et al., 2013).

g. Hewan uji dengan kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dL

dinyatakan mengalami hiperglikemia dan dapat digunakan dalam

penelitian (Gabriel et al., 2014).

h. Pasca dinyatakan hiperglikemia, bahan uji mulai diberikan secara oral

menggunakan alat sonde oral sesuai perlakuan masing-masing

kelompok seperti yang tertera pada tabel 3.1.

i. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 21 hari dengan

frekuensi pemberian satu kali dalam sehari (Radenkovic et al., 2015).

Selama perlakuan, seluruh hewan tetap mendapatkan akses makan dan

minum serta ditimbang berat badannya secara rutin. Tikus diberi pakan

sebanyak 10% dari bobot badannya, yaitu sekitar 15-20 gram/ekor/hari.

Sedangkan air minum diberikan secara ad libitum dan pergantian air

minum dilakukan setiap hari (Widiartini et al., 2013).

j. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ini dilakukan setiap minggu

yakni pada hari ke-7, 14 dan 21 (Radenkovic et al., 2015). Setiap

pemeriksaan kadar glukosa darah, hewan uji harus dipuasakan selama

12 jam terlebih dahulu (Al-Noory et al., 2013).

k. Setelah perlakuan selama 21 hari, semua kelompok hewan diterminasi

dengan inhalasi eter.

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.10 Uji Penghambatan Enzim α-glukosidase secara in vivo (Mohamed et

al., 2015)

a. Semua tikus jantan galur Sprague dawley diaklimatisasi selama satu

minggu terlebih dahulu. Selama aklimatisasi, semua tikus diberi pakan

sebanyak 10 % dari berat badannya dan minum serta ditimbang berat

badannya secara rutin.

b. Hewan uji dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu.

c. Selanjutnya, sampel darah diambil dari ekor tikus untuk diperiksa kadar

glukosa darah puasanya sebelum perlakuan.

d. Bahan uji diberikan sebanyak satu kali kepada masing-masing kelompok

sesuai dengan tabel kelompok perlakuan dengan metode toleransi sukrosa.

e. 10 menit setelahnya, hewan uji dibebankan sukrosa dengan dosis 4 g/kg

BB secara oral.

f. Kadar glukosa darah diperiksa pada 30, 60, dan 120 menit pasca

dibebankan sukrosa.

g. Setelah pengujian selesai, hewan diterminasi dengan inhalasi eter.

3.3.11 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan sampel berupa darah yang

diambil dari ekor tikus. Mulanya, ekor tikus dibersihkan terlebih dahulu dengan

kapas beralkohol 70% lalu dibuat torehan melintang pada ekor tikus dengan

menggunakan gunting bedah. Selanjutnya, tetesan darah dari ekor tikus

ditempatkan pada strip glukosa yang telah dimasukkan ke dalam alat glukometer.

10 detik kemudian, nilai glukosa darah hewan akan muncul pada alat glukometer

dengan satuan mg/dL.

3.3.12 Analisa Data

a. Presentase penurunan kadar glukosa darah

Presentase penurunan kadar glukosa darah (%) dihitung dengan rumus:

% Penurunan kadar glukosa darah =

x 100%

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan :

Go : Kadar glukosa darah sebelum diberikan sediaan uji

Gt : Kadar glukosa darah setelah diberikan sediaan uji

b. Presentase penuruna nilai Area Under Curve (AUC)

AUC (mg/dL) = GD0 + GD30 x 0,5 + GD30 + GD60 x 0,5 +

2 2

GD60 + GD120 x 1

2

Keterangan : GD0, 30, 60, 120 : Glukosa darah pada menit ke-0, 30, 60, 120

Presentase penurunan kadar glukosa darah (%) dihitung dengan rumus:

% Penurunan nilai AUC =

x 100%

c. Uji Statistik

Data kadar glukosa darah yang diperoleh diolah secara statistik

menggunakan program SPSS 21.0 (Statistical Program for Social Science). Kadar

glukosa darah dianalisa normalitas dan homogenitas menggunakan uji distribusi

normal (Kolmogorov-Smirnov) dan uji homogenitas (Uji Levene). Apabila data

terdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis satu varian

satu arah (ANOVA) untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antar kelompok.

Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata

terkecil (BNT). Apabila data yang diperoleh dinyatakan tidak terdistribusi normal

atau tidak homogen, maka uji dilanjutkan dengan analisis non parametik (Uji

Kruskal-Wallis) untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antar kelompok dan

jika terdapat perbedaan bermakna, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kebun Raya Bogor. Determinasi ini bertujuan

untuk memastikan kesesuaian spesies dan famili dari tanaman yang akan diteliti.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman

kecombrang (Etlingera elatior) famili Zingiberaceae. Surat pernyataan hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

4.2 Ekstraksi

Sebanyak 6 kg daun kecombrang segar diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika Bogor (Balittro) pada tanggal 21 Desember 2015.

Daun yang dikumpulkan merupakan bagian daun yang muda dan tua. Daun

tersebut kemudian disortasi, dicuci, dikering-anginkan, disortasi kembali, dan

dihaluskan hingga diperoleh 900 gram serbuk daun kecombrang (Etlingera

elatior). Serbuk daun kecombrang diekstraksi dengan metode maserasi. Prinsip

dari metode ini adalah mengekstraksi zat aktif dari tanaman dengan cara

merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut atau cairan penyari yang sesuai

pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya (Depkes RI, 2000). Metode maserasi

dipilih karena pengerjaannya yang mudah, peralatannya sederhana, dan tanpa

menggunakan panas sehingga faktor kerusakan pada zat aktif mampu

diminimalkan. Maserasi dilakukan 13 kali pengulangan dengan menggunakan

pelarut etanol 70% sebanyak 11 liter hingga dihasilkan maserat yang berwarna

lebih bening dibandingkan maserat awal. Pemilihan pelarut etanol 70% karena

pelarut campuran 70% alkohol dan 30% air ini memiliki sifat agak lebih polar.

Selain itu, etanol 70% bersifat tidak toksik dan dapat menimalisasi pertumbuhan

mikroorganisme selama ekstraksi (Depkes RI, 2000 dan Gaedcke et al., 2003).

Selanjutnya, maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan vacuum

rotary evaporator agar terjadi pemisahan antara zat aktif dengan pelarut

berdasarkan perbedaan titik didihnya. Proses pemekatan menggunakan suhu

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rendah yakni kurang lebih 45o

C agar tidak merusak kandungan zat aktif.

Ekstraksi daun kecombrang menghasilkan ekstrak kental sebanyak 116 gram

dengan rendemen 12,89%.

Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi

No. Jenis Hasil

1. Daun kecombrang segar 6 kg

2. Serbuk simplisia 900 g

3. Ekstrak kental 116 g

4. Rendemen 12,89%

4.3 Penapisan Fitokimia

Tabel 4.2 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun kecombrang

Identifikasi Tes Hasil Keterangan

Alkaloid Dragendorf Tidak terdapat

endapan berwarna

jingga

-

Mayer Terbentuk kabut

awan putih

-

Antrakuinon Terbentuk warna

hijau pada lapisan

kloroform

+

Saponin Busa Terbentuk busa yang

stabil

+

Fenol FeCl3 Terbentuk warna

hijau kehitaman

+

Flavonoid Shinoda (Mg) Terbentuk warna

kuning

+

Steroid/Triterpenoid Liebermann-Burchard Terbentuk warna

hijau

+

Keterangan: (+) Memberikan hasil positif, (-) Memberikan hasil negatif

Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa

apa saja yang terkandung dalam ekstrak etanol 70% daun kecombrang.

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia (Tabel 4.2), ekstrak etanol 70% daun

kecombrang positif mengandung senyawa antrakuinon, saponin, fenol, flavonoid

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan steroid. Menurut Handayani (2014), pada daun kecombrang juga mengandung

senyawa alkaloid, namun pada skrining fitokimia ini senyawa alkaloid tidak

terdeteksi. Hal ini kemungkinan karena adanya variasi tempat tumbuh yang

menyebabkan jenis dan jumlah kandungan fitokimia berbeda pada tumbuhan yang

tumbuh disuatu daerah tertentu dengan daerah lainnya.

4.4 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Parameter Persyaratan Ekstrak kental Etanol 70% Daun

Kecombrang

Parameter

spesifik

Identitas - Nama latin tumbuhan : Etlingera elatior

Bagian tumbuhan : Daun

Nama Indonesia : Kecombrang

Organoleptis - Bentuk : Kental dan lengket

Warna : Coklat kehitaman

Bau : Aromatik

Parameter

Non spesifik

Kadar air Tidak lebih dari

10%

6,2834 %

Kadar abu Tidak lebih dari

16%

12,9219 %

Pemeriksaan parameter spesifik berupa identitas dan organoleptis.

Sedangkan parameter non spesifik yang dilakukan adalah penentuan kadar air dan

kadar abu. Penentuan kadar air berkaitan dengan masa simpan ekstrak

dikarenakan adanya kandungan air pada ekstrak dapat menjadi media

pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Materia Medika Indonesia VI (1995)

persyaratan kadar air pada ekstrak tidak lebih dari 10%. Sedangkan, penentuan

kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang berasal dari proses

awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak, baik yang berasal dari tanaman

secara alami maupun kontaminan selama proses pembuatan simplisia. Dalam

buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat (2004), kadar abu total pada ekstrak

tidak boleh lebih dari 16,67%. Berdasarkan hasil yang tertera pada tabel 4.3,

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diketahui bahwa ekstrak etanol 70% daun kecombrang memenuhi persyaratan

kadar air dan kadar abu.

4.5 Uji Pendahuluan Dosis Aloksan

Uji pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah dosis aloksan 150

mg/kg BB berdasarkan studi literatur dari Journal of Pharmacological and

Toxicological Methods (2015) efektif menghasilkan kondisi hiperglikemia tanpa

menyebabkan kematian pada hewan uji.

Tabel 4.4 Kadar glukosa darah hewan uji pendahuluan dosis aloksan

Kelompok Kadar glukosa darah puasa

pra-induksi

Kadar glukosa darah puasa

pasca induksi

Aloksan 150 mg/kg

BB

1 100 165

2 126 161

3 125 492

Berdasarkan hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa semua tikus yang

diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB i.p mengalami hiperglikemia yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa > 140 mg/dL tanpa

menyebabkan kematian pada hewan uji tikus. Oleh karena itu, dosis aloksan 150

mg/kg BB i.p diaplikasikan pada penelitian.

4.6. Uji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak

etanol 70% daun kecombrang terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus

jantan galur Sprague dawley yang diinduksi aloksan. Percobaan ini menggunakan

enam kelompok yang terbagi menjadi kelompok I sebagai kontrol normal (Na

CMC 0,5%), kelompok II sebagai kontrol negatif (Na CMC 0,5%), kelompok III

sebagai kontrol positif (glibenklamid dosis 0,1 mg/200 g BB), kelompok IV

sebagai kelompok perlakuan dosis rendah 1 mg/kg BB, kelompok V sebagai

kelompok perlakuan dosis sedang 10 mg/kg BB dan kelompok VI sebagai

kelompok perlakuan dosis tinggi 100 mg/kg BB.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kondisi diabetes pada hewan uji diperoleh melalui induksi aloksan

monohidrat dengan dosis 150 mg/kg BB i.p. Aloksan lebih dipilih sebagai agen

diabetogenik dibandingkan streptozotocin karena streptozotocin dapat

mengakibatkan toksiksitas pada organ selain pankreas yakni hati dan ginjal (Etuk

et al., 2010). Rute administrasi aloksan secara intraperitoneal lebih dipilih karena

lebih mudah dan untuk mencegah efek toksik dan kematian hewan dengan

pemberian aloksan melalui intravena (Radenkovic et al., 2015). Rute

intraperitoneal umumnya digunakan pada berbagai penelitian dengan rentang

dosis aloksan antara 150 hingga 200 mg/kg BB. Pemilihan dosis 150 mg/kg BB

didasarkan pada rekomendasi dari Journal of Pharmacological and Toxicological

Methods (2015) dan diperkuat dengan uji pendahuluan sebelumnya yang

membuktikan bahwa induksi diabetes dengan aloksan secara intraperitoneal

dengan dosis 150 mg/kg BB berhasil menyebabkan hiperglikemia dan tidak

menimbulkan mortalitas pada hewan coba.

Menurut Sunil Kumar et al (2011), aloksan mampu mendestruksi sel

pankreas sehingga menyebabkan berkurangnya sekresi insulin dan menghasilkan

kondisi hiperglikemia. Dalam mendestruksi sel beta pankreas, aloksan bekerja

dengan dua mekanisme independen (Radenkovic et al., 2015). Pertama, aloksan

berperan sebagai inhibitor glukokinase yang dapat mengurangi oksidasi glukosa

dan pembentukan ATP sehingga mensupresi sekresi insulin (Radenkovic et al.,

2015). Kedua, aloksan mampu menghasilkan spesi oksigen reaktif yang dapat

mengakibatkan nekrosis pada sel pankreas, sehingga meyebabkan penurunan

fungsi sintesis maupun sekresi insulin (Radenkovic et al., 2015 dan Szkuldelski et

al., 2001).

Aloksan dapat menghasilkan kondisi diabetes yang serupa dengan diabetes

melitus tipe 1 ataupun tipe 2. Hal tersebut bergantung pada pemilihan dosis

aloksan yang digunakan ketika induksi (Etuk et al., 2010). Perbedaan hewan

dengan diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 terletak pada kadar keton dalam

darahnya. Hewan dengan diabetes tipe 1 menunjukkan kadar keton dalam darah

yang tinggi yakni ≥ 1,5 mM, sedangkan pada hewan dengan diabetes tipe 2

menunjukkan kadar keton dalam darahnya negatif atau terdeteksi namun dalam

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jumlah minimal (Federiuk et al., 2004 dan Radenkovic at al., 2015). Induksi

aloksan pada dosis menengah diketahui dapat menghasilkan model hewan dengan

diabetes melitus tipe 2 (Federiuk et al., 2004). Pada penelitian sebelumnya

menunjukkan induksi aloksan dosis tunggal 150 mg/kg secara intraperitoneal

menghasilkan model hewan dengan peningkatan kadar glukosa darah dan kadar

keton dalam darah yang rendah (Yakubu et al., 2010).

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah

puasa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah hewan yang tidak

dipengaruhi oleh keberadaan makanan. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

dilakukan sebelum hewan diinduksi aloksan, sesudah diinduksi aloksan, dan hari

perlakuan ke-7, 14 dan 21. Pemeriksaan kadar glukosa darah hewan menggunakan

alat glukometer. Keuntungan pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan alat

ini adalah pengukurannya yang cepat, mudah, akurat dan hanya membutuhkan

volume darah yang sedikit (Hones et al., 2008).

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus galur Sprague

dawley jantan berumur 2-3 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Alasan

menggunakan tikus sebagai hewan uji dikarenakan hewan ini sensitif terhadap

aloksan, mudah penanganannya baik dalam pemeliharaan maupun ketika

pemberian perlakuan serta karakteristik metabolisme dan kadar glukosa darah

normalnya yang cenderung mirip dengan manusia (Radenkovic et al., 2015 dan

Azhari et al., 2015). Tikus jantan lebih dipilih karena aktivitas hormonalnya yang

lebih stabil dibandingkan tikus betina. Pemilihan tikus galur Sprague dawley

dikarenakan galur ini lebih susceptible untuk diinduksi diabetes secara

intraperitoneal dibandingkan galur Nude (Abu et al., 2009). Selain itu, Sprague

dawley juga memiliki sifat yang tenang dan mudah dikendalikan dibandingkan

jenis tikus lainnya (Fauzi Mohd, 2009).

Sebelum penelitian dimulai, seluruh hewan uji diaklimatisasi selama satu

minggu terlebih dahulu, agar hewan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

sekitarnya termasuk dengan kondisi kandang, pakan dan minumnya.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebelum diinduksi aloksan, hewan uji harus dipuasakan selama 12 jam

terlebih dahulu karena keberadaan glukosa dapat menghambat uptake aloksan

oleh sel beta pankreas (Radenkovic et al., 2015).

Pasca induksi aloksan, hewan uji tidak secara langsung mengalami

hiperglikemia secara persisten. Akan tetapi, hewan uji akan mengalami empat fase

fluktuasi kadar glukosa darah terlebih dahulu. Salah satu diantaranya ialah fase

ketiga yang merupakan titik krusial dimana dapat terjadi hipoglikemia yang fatal

hingga berakibat kematian setelah 4-8 jam diinduksi aloksan (Lenzen et al., 2008).

Oleh karena itu, untuk mengatasi hipoglikemia tersebut, hewan uji diberikan

larutan glukosa 5% dalam botol air minumnya (Radenkovic et al., 2015).

Hewan yang telah diinduksi aloksan kemudian diperiksa kadar glukosa

darah puasanya untuk mengkonfirmasi hewan tersebut mengalami hiperglikemia.

Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan pada hari ke-3 pasca induksi

aloksan dikarenakan untuk mendapatkan kondisi hiperglikemia yang telah stabil.

Menurut Radenkovic (2015), peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan

akan tercapai pada 72 jam pasca induksi aloksan. Hal ini dikarenakan degranulasi

pada sel pankreas baru akan terjadi sekitar 12-48 jam setelah induksi aloksan

(Lenzen et al., 2008).

Hewan yang telah diinduksi aloksan dinyatakan memenuhi kriteria inklusi

apabila mengalami hiperglikemia yang ditandai dengan kadar glukosa darah puasa

lebih dari 140 mg/dL pada hari ke-3 pasca induksi aloksan (Gabriel et al., 2014).

Setelah dinyatakan hiperglikemia, maing-masing 5 ekor hewan tersebut dipilih

untuk kelompok 2-6.

Pada hari berikutnya pasca dinyatakan hiperglikemia, hewan uji diberikan

bahan uji sesuai dengan kelompok perlakuannya. Pemberian bahan uji dilakukan

setiap hari selama 21 hari berturut-turut secara peroral dengan frekuensi

pemberian satu kali sehari.

Pada penelitian ini, dipilih glibenklamid sebagai kontrol positif karena

mekanisme kerja glibenklamid yang dapat menstimulasi sekresi insulin dari sel

pankreas yang masih dapat berproduksi (Dipiro et al., 2008). Hal tersebut sesuai

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan metode induksi aloksan, dimana aloksan dengan dosis rendah hingga

menengah diketahui dapat merusak sel pankreas secara parsial (Etuk et al.,

2010). Dalam kondisi demikian, sel pankreas masih dapat memproduksi insulin

namun terjadi penurunan sekresi insulin sehingga insulin yang disekresi tidak

mampu meregulasi glukosa yang ada. Dosis glibenklamid yang digunakan ialah

0,1 mg/200 g BB. Dosis tersebut merupakan dosis oral efektif pada manusia (5

mg/kg BB) yang sudah dikonversi ke dosis tikus.

Pada kelompok bahan uji ekstrak etanol 70% daun kecombrang

menggunakan tiga besaran dosis kelipatan 10 yakni dimulai dari dosis 1 mg/kg

BB, 10 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB. Dosis tersebut merupakan dosis skrining

untuk mengetahui pada kisaran dosis berapakah ekstrak etanol 70% daun

kecombrang berefek menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi

aloksan. Pemilihan dosis 1 mg/kg BB sebagai dosis rendah agar mendapatkan

gambaran penurunan kadar glukosa darah pada dosis yang mendekati dosis

glibenklamid 0,1 mg/200 g BB dan diharapkan menghasilkan efek yang

sebanding dengan glibenklamid.

Tabel 4.5 Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa pada Uji Metode

Induksi Aloksan

Kelompok Rerata kadar glukosa darah puasa SD

Pra-induksi H-0 (Pasca

Induksi)

H-7 H-14 H-21

KN 103,816,07 10716,35 97,67,43 109,814,49 109,610,64

K (-) 114,4 6,06 165,826,73 171,428,55 175,428,26 185,434,41

K (+) 1179,11 442,896,03 184,667,12 126,834,60 92,819,40

Dosis I 115,87,42 15518,06 135,411,97 1165,56 99,610,47

Dosis II 104,224,93 196,826,37 147,424,62 11112,62 91,622,67

Dosis III 106,211,98 472,291,22 186,880,81 13334,27 110,421,78

Keterangan :

KN = Kontrol Normal D I = Dosis Rendah (1 mg/kg BB)

K (-) = Kontrol Negatif D II = Dosis Sedang (10 mg/kg BB)

K (+) = Kontrol Positif D III = Dosis Tinggi (100 mg/kg BB)

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil rerata kadar glukosa darah puasa, diketahui kadar

glukosa darah puasa hewan uji pasca induksi aloksan menunjukkan peningkatan

yang nyata dibandingkan kadar glukosa darah pra-induksi. Kadar glukosa darah

puasa hewan uji pasca induksi aloksan berkisar antara 140 hingga 450 mg/dL.

Kadar glukosa darah yang bervariasi ini kemungkinan disebabkan karena adanya

perbedaan respon fisiologis pada masing-masing tikus terhadap aloksan meskipun

aloksan diberikan dalam dosis yang sama.

Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pada hari ke-0 (pasca

induksi aloksan), 7, 14, dan 21 selanjutnya dianalisa secara statistik dengan

program SPSS versi 21. Analisa statistik digunakan untuk menganalisa dan

membandingkan kadar glukosa darah hewan uji pada kelompok kontrol dengan

kelompok dosis uji.

Sebagai analisa awal, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan

metode Kolmogorof Smirnov dan uji homogenitas dengan metode uji Levene

statistic terlebih dahulu.

Berdasarkan uji normalitas Kolmogorof Smirnov, diketahui kadar glukosa

darah dari enam kelompok perlakuan pada hari ke-7, 14 dan 21 terdistribusi

normal. Akan tetapi, kadar glukosa darah pada hari ke-0 menunjukkan nilai

signifikansi 0,05 yang artinya tidak terdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan

uji homogenitas, diketahui hanya kadar glukosa darah pada hari ke-21 saja yang

dinyatakan homogen.

Dengan data kadar glukosa darah yang tidak terdistribusi normal dan tidak

bervariansi homogen, maka syarat uji Oneway Anova (uji parametrik) tidak

terpenuhi. Sebagai alternatifnya, analisa dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis

(uji non parametrik) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar

glukosa darah. Apabila terdapat perbedaan kadar glukosa darah secara bermakna

(p<0,05) maka dilanjutkan dengan melakukan analisa Post Hoc dengan uji Mann-

Whitney untuk menentukan kelompok manakah yang memberikan nilai yang

berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada uji Kruskal Wallis, kadar glukosa darah pada hari ke 0, 7, 14 dan 21

diketahui berbeda secara bermakna (p0,05). Dengan demikian, maka uji

dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Berdasarkan uji Man-Whitney menunjukkan adanya perbedaan kadar

glukosa darah yang bermakna (p0,05) antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok perlakuan dosis rendah, sedang dan tinggi setelah masa perlakuan

selama 21 hari. Dengan demikian, maka pemberian ekstrak etanol 70% daun

kecombrang pada dosis rendah, sedang dan tinggi mampu menurunkan kadar

glukosa darah pada hewan uji yang diinduksi aloksan.

Berdasarkan uji Mann Whitney juga diketahui bahwa kadar glukosa darah

antara kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi

pada hari ke-7, 14 dan 21 tidak berbeda secara bermakna (p0,05). Hal tersebut

menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol positif dengan kelompok dosis

rendah, sedang dan tinggi mempunyai efek yang sebanding dalam menurunkan

kadar glukosa darah. Meskipun antara kelompok kontrol positif dengan kelompok

dosis uji memiliki efek penurunan kadar glukosa darah yang sebanding namun

berdasarkan presentase penurunan kadar glukosa darah setelah perlakuan selama

21 hari diketahui bahwa kelompok kontrol positif (glibenklamid 0,1 mg/200 g

BB) menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang paling besar diantara

kelompok dosis uji.

Diantara kelompok dosis uji, kelompok dosis tinggi (100 mg/kg BB)

menunjukkan penurunan kadar glukosa darah paling besar dengan presentase

sebesar 76,62% pada hari ke-21, kemudian diikuti kelompok dosis sedang (10

mg/kg BB) dan terakhir kelompok dosis rendah (1 mg/kg BB) dengan presentase

masing-masing sebesar 53,45% dan 35,74 % pada hari ke-21. Hal tersebut

menunjukkan efek penurunan kadar glukosa darah pada ekstrak etanol 70% daun

kecombrang bergantung pada dosis (dose-dependent), dimana semakin besar dosis

ekstrak maka efeknya dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang

diinduksi aloksan juga semakin besar.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6 Presentase Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Uji dengan

Metode Induksi Aloksan

Kelompok Perlakuan Waktu (hari)

Ke-7 Ke-14 Ke-21

Kontrol Positif 58,31% 71,36 % 79,04%

Dosis rendah 1 mg/kg BB 12,64% 25,16% 35,74 %

Dosis sedang 10 mg/kg BB 25,10% 43,59% 53,45%

Dosis tinggi 100 mg/kg BB 60,44% 71,83 % 76,62%

Gambar 4.1 Grafik rerata penurunan kadar glukosa darah pada uji dengan metode

induksi aloksan

Mekanisme ekstrak etanol 70% daun kecombrang dalam menurunkan

kadar glukosa darah pada hewan uji tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga

kemampuannya ini berasal dari keterlibatan senyawa utama yang dikandungnya.

Menurut Chan (2009), kandungan senyawa metabolit sekunder pada daun

kecombrang didominasi oleh asam klorogenat sebesar 294±53 mg/100 g, diikuti

oleh flavonoid quersetin yakni isoquersitrin dan quersitrin masing-masing

sebesar117 ± 32mg/100 g dan 79 ± 19 mg/100 g.

Menurut Shengxi (2013), asam klorogenat terlibat dalam metabolisme

glukosa yakni dengan memperbaiki mekanisme seluler dalam uptake glukosa,

mengaktivasi AMPK yang dapat meningkatkan ekspresi dan translokasi GLUT-4

0

100

200

300

400

500

0 3 7 14 21 Kad

ar g

luk

osa

darah

pu

asa

(m

g/d

L)

Waktu pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (Hari ke-)

Grafik rerata penurunan kadar glukosa darah puasa

pada uji denga metode induksi aloksan

Kontrol Normal

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis 1 mg/kg BB

Dosis 10 mg/kg BB

Dosis 100 mg/kg BB

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga meningkatkan uptake glukosa dijaringan perifer, menghambat ekspresi

dan aktivitas glukosa-6-fosfatase hepatik sehingga menurunkan glukoneogenesis

dihati, menghambat kerja enzim -glukosidase, dan meningkatkan konsentrasi

GIP (peptida insulinotropik yang responsif terhadap glukosa).

Quersetin pun mampu menurunkan kadar glukosa darah dikarenakan daya

antioksidannya yang dapat mengikat dan menetralisir senyawa radikal bebas yang

terbentuk selama hiperglikemia berlangsung (Abdelmoaty et al., 2010). Pada

kondisi hiperglikemia akan terjadi pembentukan spesi oksigen reaktif (senyawa

radikal bebas) dengan jumlah yang melebihi kapasitas antioksidan endogen

sehingga menyebabkan stres oksidatif yang dapat mengganggu apoptosis dan

disfungsi sel beta pankreas (Khan et al., 2015 dan A. Hosseini et al., 2015). Tidak

hanya itu, stres oksidatif juga dapat menyebabkan kerusakan multiorgan yang

dapat memicu terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus (Wei wei et al., 2007).

Terapi quersetin diketahui mampu mempertahankan integritas sel beta pankreas

melalui stimulasi sel-sel progenitor di pankreas untuk berdiferensiasi membentuk

sel pulau langerhans baru (Rifaai et al., 2012).

Senyawa-senyawa kimia lainnya pada daun kecombrang yang terlarut

dalam pelarut etanol 70% tidak menutup kemungkinan juga memiliki peran dalam

menurunkan kadar glukosa darah. Meski dengan mekanisme aksi yang berbeda,

senyawa-senyawa tersebut kemungkinan secara sinergis terlibat dalam

menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji.

4.7 Uji penghambatan enzim -glukosidase secara in vivo

Menurut P. Puttarak (2014) menunjukkan bahwa kecombrang efektif

sebagai inhibitor -glukosidase secara in vitro. Oleh karena itu, untuk

mengkonfirmasi apakah efek tersebut juga terjadi secara in vivo maka dilakukan

uji penghambatan kerja enzim -glukosidase secara in vivo dengan metode

toleransi sukrosa menggunakan hewan uji tikus galur Sprague dawley.

Pada penelitian ini menggunakan tiga kelompok perlakuan yakni kontrol

positif, kontrol negatif dan kelompok dosis uji. Pada kelompok dosis uji

menggunakan dosis potensial yang diperoleh dari hasil uji dengan metode induksi

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aloksan. Berdasarkan uji metode induksi aloksan, dosis ektrak etanol 70% daun

kecombrang 100 mg/kg BB menunjukkan presentase penurunan kadar gula darah

paling besar, sehingga dosis tersebut digunakan sebagai dosis uji.

Inhibitor -glukosidase diketahui dapat menghambat peningkatan kadar

glukosa darah postprandial dengan cara menghambat kerja enzim -glukosidase

yang ada di intestinal (Manaharan et al., 2011). Pada prinsipnya, enzim -

glukosidase bertanggung jawab dalam pemecahan oligosakarida atau disakarida

menjadi monosakarida sehingga dapat diabsorbsi (Chandalia et al., 2012). Enzim

-glukosidase utama yang terdapat di intestinal diantaranya glukoamilase,

sukrase, maltase dan dekstrinase. Inhibitor enzim -glukosidase memiliki afinitas

yang lebih tinggi terhadap enzim-enzim tersebut dibandingkan dengan substrat

disakarida ataupun oligosakarida (Offermanns et al., 2008).

Pada penelitian ini, menggunakan inhibitor enzim α-glukosidase yakni

Akarbosa sebagai kontrol positif. Akarbosa diketahui memiliki afinitas yang

tinggi terhadap enzim sukrase (Offermanns et al., 2008). Efektivitas kerja

akarbosa bergantung pada jenis karbohidrat yang dikonsumsi. Akarbosa dapat

efektif dengan diet karbohidrat kompleks. Namun, akarbosa menjadi tidak berefek

dengan diet tinggi glukosa dan frukstosa karena monosakarida tersebut tidak lagi

membutuhkan proses pemecahan oleh enzim -glukosidase (Chandalia et al.,

2012).

Pemilihan sukrosa karena sukrosa termasuk ke dalam golongan disakarida

dan bukan monosakarida. Hal ini sesuai dengan mekanisme kerja dari enzim -

glukosidase yang hanya dapat mengkonversi substrat berupa disakarida seperti

halnya sukrosa.

Penelitian ini berlangsung selama 120 menit. Awalnya, masing-masing

tikus pada tiap kelompok dipuasakan selama 12 jam. Hal ini untuk memperoleh

kadar glukosa darah yang seragam pada masing-masing tikus sebelum diberikan

perlakuan. Berbeda dengan metode induksi alokan, sediaan uji diberikan terlebih

dahulu sebelum terjadi efek hiperglikemia postprandial yang diakibatkan

pemberian sukrosa secara oral. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah efek

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penghambatan pada enzim -glukosidase terjadi sehingga dapat mencegah

peningkatan kadar glukosa darah postprandial.

Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-0, 30, 60 dan

120. Selanjutnya, data kadar glukosa darah kelompok kontrol positif, kontrol

negatif dan dosis uji pada menit tersebut dianalisa secara statistik menggunakan

program SPSS versi 21.

Tabel 4.7. Rerata Kadar Glukosa Darah pada Uji Penghambatan Enzim -

glukosidase secara in vivo

Waktu

(menit)

Rerata kadar glukosa darah (mg/dL) SD

Kontrol Positif Kontrol Negatif Dosis Uji

0 80,2± 19,46 84,8±23,25 103,2±14,88

30 109,6 ± 8,53 165,8±6,8 139,4±16,59

60 93,2± 19,29 179,2±10,8 131±8,45

120 87 ± 17,37 104,4±8,08 103,2±25,9

Langkah awal adalah memeriksa syarat Oneway Anova diantaranya data

wajib terdistribusi normal dan harus bervariansi homogen. Berdasarkan hasil uji

normalitas Kolmogorof Smirnov menunjukkan bahwa data kadar glukosa darah

pada menit ke-0, 30, 60 dan 120 terdistribusi normal. Selain itu, berdasarkan uji

homogenitas menunjukkan bahwa data kadar glukosa darah pada menit ke-0, 30,

60 dan 120 bervariansi homogen.

Karena data kadar glukosa darah terdistribusi dan bervariansi homogen,

maka syarat uji Oneway Anova (uji parametrik) terpenuhi. Dari hasil uji Oneway

Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar glukosa darah di

menit ke-30 dan 60 (p0,05). Untuk mengetahui kelompok manakah yang

memberikan perbedaan secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda

Nyata Terkecil).

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Grafik rata-rata penurunan kadar glukosa darah pada uji

penghambatan enzim -glukosidase

Pada hasil uji uji BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan bahwa kadar

glukosa darah puasa kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan

kelompok dosis uji pada menit ke-30 dan 60 (p0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi penghambatan peningkatan kadar glukosa darah secara signifikan

oleh kelompok dosis uji.

Selain itu, pada hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) diketahui kelompok

kontrol positif dengan kelompok dosis uji pun juga menunjukkan perbedaan

secara bermakna (p0,05). Meskipun demikian, kelompok dosis uji menunjukkan

penghambatan pada kenaikan kadar glukosa darah yang terlihat dari menurunnya

kadar glukosa darah pada menit ke-30 dan 60. Hal sebaliknya justru terjadi pada

kelompok kontrol negatif dimana terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada

menit ke-30 dan 60. Selain itu, kelompok dosis uji juga menunjukkan penurunan

nilai AUC (Area under curve) dengan presentase 12,5%. Dengan demikian, maka

dosis ekstrak 100 mg/kg BB efektif sebagai penghambat enzim -glukosidase

secara in vivo.

0

50

100

150

200

0 30 60 120

Kad

ar g

luk

osa

darah

(m

g/d

L)

Waktu pemeriksaan kadar glukosa darah (menit ke-)

Grafik rerata kadar glukosa darah pada uji

penghambatan enzim α-glukosidase secara in vivo

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis uji

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ekstrak etanol 70% daun kecombrang dosis 1, 10 dan 100 mg/kg BB dapat

menurunkan kadar glukosa darah hewan uji yang diinduksi aloksan, dengan

presentase penurunan glukosa darah paling besar dihasilkan oleh dosis 100

mg/kg BB sebesar 76,62% pada hari ke-21.

2. Ekstrak etanol 70% daun kecombrang dosis 100 mg/kg efektif menghambat

enzim α-glukosidase secara in vivo dengan kadar glukosa darah yang berbeda

secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif pada menit ke-30 dan 60

(p0,05).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek pemberian daun

kecombrang terhadap gambaran histologi pankreas hewan uji yang diinduksi aloksan.

Selain itu, perlu dilakukan penelitian dengan dosis yang lebih bervariasi untuk

menentukan dosis yang optimal.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

A Hosseini, R. Shafiee-Nick, A. Ghorbani. 2015. Pancreatic beta cell protection or

regeneration with phytotherapy. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences

vol. 51, no. 1.

Abdelmoaty, et al. 2010. Confirmatory studies on the antioxidant and antidiabetic

effect of quercetin in rats. Indian Journal of Clinical Biochemistry; 25 (2) 188-

192.

Abu, Abeeleh., Bani Ismail, Zuhair., Alzaben, Khalid R., Abu Halaweh, Sami A., Al-

Essa, Mohamed K. 2009. Induction of Diabetes Mellitus in Rats using

Intraperitoneal Streptozotocin: A Comparison Between 2 Strains of Rats.

European Journal of Scietific Research, 32(3), 398-402.

American Collage of Clinical Pharmacy. 2013. Pharmacotherapy Review Program

for Advanced Clinical Pharmacy Practice. United States: American Collage of

Clinical Pharmacy.

Al-Norry, et al. 2013. Antihyperlipidemic effects of ginger extracts in alloxan-

induced diabetes and propylthiouracil-induced hypothyroidism in (rats).

Pharmacognosy Research Vol 5 Issue 3.

Ayoola, GA., et al. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of

Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern

Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research; 7 (3): 1019-1024.

Azhari, et al. 2015. Uji Aktivitas Serbuk Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus

(Jacq.) P. Kumm) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Model Hewan

Hiperkolesteromia-Diabetes. Galenika Journal of Pharmacy Vol. 3 (1) : 42–48.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid I. Jakarta: Badan

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Halaman 167-168.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Monografi Ekstrak

Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia.

Chan, et al. 2007. Antioxidant and antibacterial activity of leaves of Etlingera species

(Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia. Food Chemistry 104: 1586–1593.

Chan, et al. 2008. Antioxidant and tyrosinase inhibition properties of leaves and

rhizomes of ginger species. Food Chemistry 109: 477–483.

Chan, et al. 2011. Phytochemistry and Pharmacological Properties of Etlingera

elatior: A Review. Pharmacognosy Journal; 3(22): 6-10.

Chan EWC. 2009. Bioactivities and chemical constituents of leaves of some Etlingera

species (Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia. Tesis Monash University

Sunway Campus, Malaysia.

Chandalia, Tripathy dan Das Kumar. 2012. RSSDI Textbook of Diabetes Mellitus. JP

Medical Ltd.

Chusadama, et al. 2015. Experimental Pharmacology. India: BookRix.

Darmawi, et al. 2015. Aktivitas Antihiperglikemia dari Ekstrak Etanol dan n-Heksan

Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray) pada Tikus Putih Jantan.

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid

VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition.

New York: Mc graw Hill.

Dohnal, Kalousova dan Zima. 2010. Comparison of Three Methods for

Determination of Glucose. Prague Medical Report Vol. 111 No. 1, p. 42–54

Eliakim-Ikechukwu dan Obri. 2009. Histological changes in the pancreas following

administration of ethanolicextract of Alchornea cordifolia leaf in Alloxan-

induced diabetic Wistar rats. Nigerian Journal of Physiological Science Vol. 24

No.2 153-155.

Etuk, E.U. 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture and

Biology Journal of North America, 1(2): 130-134.

Faridahanim Mohd Jaafar, et al. 2007. Analysis of essential oils of leaves, stems,

flowers and rhizomes of Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith. The Malaysian

Journal of Analytical Sciences, 11(1): 269-273.

Fauzi Mohd. 2009. Pengklasifikasian Sperma Normal dan Abrormal daripada

Suspensi Sperma Tikus Galur Sprague-Dawley. USM. Tesis

Federiuk, et al. 2004. Induction of Type-1 Diabetes Mellitus in Laboratory Rats by

Use of Alloxan: Route of Administration Pitfalls, and Insulin Treatment.

Comparative Medicine American Association for Laboratory Animal Science.

Gabriel, et al. 2014. Evaluation of methanol extract of Gongronema latifolium leaves

singly and in combination with glibenclamide for anti-hyperglycemic effects in

alloxan-induced hyperglycemic rats. J Intercult Ethnopharmacol Vol 3 Issue 3.

Gaedcke, F. & Steinhoff, B.2003. Herbal Mesdicinal Products. Scientific and

Regulatory Basis for Development, Quality Assurance and Marketing

Authorisation. Medpharm Scientific publisher, Balogh International, Inc.

Gilman, Goodman Alfred. 2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi.

Jakarta: EGC.

Habsah M, Nordin HL, Faridah A, Abdul Manaf A, Mohamad Aspollah S, Kikuzaki

H, et al . 2004. Antioxidative constituents of Etlingera elatior. J Nat Prod; 68:

285-8.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Handayani. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga dan Daun

Patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) Menggunakan Metode DPPH.

Pharm Sci Res; 1(2): 86-93.

Hones, J., Muller, P., dan Surridge, N. 2008. The technology behind glucose meters:

Test strips. Diabetes technology and therapeutics, 10 (1), 10-26.

Http://www.sagereserchlabs.com/research-models/outbred-rats/sprague-dawley-

outbred-rat. 6 Juli 2016

International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition.

International Diabetes Federation.

Kementerian Riset dan Teknologi. 2010. Direktori Penelitian Asing di Indonesia.

Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi.

Khan et al., 2015. Role of antioxidant in oxidative stress and diabetes mellitus.

Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 2015; 3(6): 217-220.

Lenzen, S. 2008. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin-Induced Diabetes.

Diabetologia. Vol. 51: 216-226.

Maimulyanti, et al. 2015. Chemical composition, phytochemical and antioxidant

activity from extract of Etlingera elatior flower from Indonesia. Journal of

Pharmacognosy and Phytochemistry; 3(6): 233-238.

Manaharan, et al. 2011. Flavonoid isolated from Syzygium aqueum extract as

potential antihyperglycaemic agents. Food Chemistry.

McMillin, J.M. 1990. Blood Glucose. Dalam H.K Walker, W.D. Hall, dan J.W. Hurst

(ED.). Clinical Methods: The History, physical, and Laboratory (hal 662-665).

(Ed. Ke-3). Boston: Butterworths., 663.

Mohamed, et al. 2013. Evaluation of -Glucosidase Inhibitory Effect of 50%

Ethanolic Standardized Extract of Orthosiphon stamineus Benth in Normal and

Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Hindawi Publishing Corporation

Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.

Ong, et al. 2013. Anti-diabetic and ti-lipidemic effects of chlorogenic acid are

mediated by ampk activation. Biochemical Pharmacology 85 (2013) 1341–

1351.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Offermanns, et al. 2008. Encyclopedia of Molecular Pharmacology. Springer

sciences and business media.

P. Puttarak, et al. 2014. Anti a-glucosidase, anti a-amylase, anti-oxidation, and anti-

inflammation activities of Etlingera elatior rhizome. Journal of Chemical and

Pharmaceutical Research; 6(12): 885-891.

Pasaribu, et al. 2012. Uji ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana

L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Journal of Pharmaceutics and

Pharmacology, 2012 Vol.1 (1): 1-8.

Prameswari, et al. 2014. Uji efek ekstrak air daun pandan wangi terhadap penurunan

kadar glukosa darah dan histopatologi tikus diabetes mellitus. Jurnal Pangan

dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.16-27.

Radenkovic, et al. 2015. Experimental diabetes induced by alloxan and

streptozotocin: The current state of the art. Journal of Pharmacological and

Toxicological Methods.

Rifaai RA, et al. 2012. Effect of quercetin on the endocrine pancreas of the

experimentally induced diabetes in male albino rats: a histological and

immunohistochemical study. Diab Metab; 3 (3):1-11.

Rowe, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.

Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.

Sharp.P.E, La Regina, MC. 1998. The Laboratory Rat. Washington: CRC Press.

Subramanion Jo Thy Lachumy, et al. 2010. Pharmacological activity, phytochemical

analysis and toxicity of methanol extract of Etlingera elatior (torch ginger)

flowers. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine 769-774.

Shengxi, et al. 2013. Roles of Chlorogenic Acid on Regulating Glucose and Lipid

Metabolism: A Review. Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based

Complementary and Alternative Medicine.

Suherman, Suharti K. 2007. Insulin dan antidiabetik oral. Dalam: Gunawan, S.g., R.

Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth

Edition. London: Pharmaceutical Press.

Szkudelski. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in Cells of

The Rat Pancreas. Physiology Research; 50: 536-554.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, G., dan Kaur, H. 2011. Phytochemical screening and

extraction: A review. International Pharmaceutical Sciencia, 1(1); 98-106.

United States Department of Agriculture, Natural Resources Conservation Service.

2016. The PLANTS Database (http://plants.usda.gov, 21 March 2016). National

Plant Data Team, Greensboro, NC 27401-4901 USA.

Verawati. 2014. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun dan bunga kecombrang

(Etlingera elatior) dengan metode ABTS dan identifikasi senyawa aktif dengan

KG-SM. Universitas Pancasila. Skrispsi

Wei wei, et al. 2009. Oxidative stress, diabetes, and diabetic complications.

Hemoglobin, 33(5): 370–377.

Widiartini, et al. 2013. Pengembangan Usaha Produksi Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Tersertifikasi dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Hewan

Laboratorium. Universitas Diponegoro.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicines. Geneva: World Health

Organization.

Yakubu, et al. 2010. Anti-diabetic activity of aqueous extract of Cochlospermum

planchonii root in allxan-induced diabetic rats. Cameron Journal of

Experimental Biology Vol. 06, 91-100.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Daun Kecombrang (Etlingera elatior)

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Hewan

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Sertifikat Glibenklamid

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Sertifikat Aloksan Monohidrat

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Alur Pembuatan Ekstrak

Pengumpulan daun kecombrang segar di Balittro

pada tanggal 21 Desember 2015 sebanyak 6 kg

Daun disortasi basah, dicuci dengan air mengalir

dan dikeringkan selama 4 hari

Disortasi kembali, diperkecil ukurannya dan

diserbukkan dengan blender

900 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan

etanol 70% lalu difiltrasi

Filtrat Residu

Ekstrak kental (116 gram)

Parameter spesifik

1. Identitas

2. Organoleptis

(bentuk,

warna dan

bau)

Parameter non

spesifik

1. Kadar air

2. Kadar abu

Penapisan fitokimia

1. Alkaloid

2. Flavonoid

3. Saponin

4. Fenol

5. Steroid/triterpenoid

6. Antrakuinon

Di determinasi

Dipekatkan

dengan vacuum

rotary evaporator

Remaserasi sebanyak 13 kali

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Skema Pengelompokkan Hewan Uji dengan Metode Induksi

Aloksan

b

Disiapkan 30 ekor tikus

putih jantan galur Sprague

dawley dengan bobot 150-

200 g

Diaklimatisasi dalam

kondisi percobaan selama 1

minggu

Dikelompokkan secara acak

menjadi 6 kelompok

5 ekor tikus kelompok kontrol

normal

5 ekor tikus kelompok kontrol

negatif

5 ekor tikus kelompok kontrol

positif

5 ekor tikus kelompok dosis

rendah (1 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok dosis

menengah (10 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok dosis

tinggi (100 mg/kg BB)

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Skema Pengelompokkan Hewan Uji Penghambatan Enzim α-

glukosidase secara in vivo

Disiapkan 15 ekor tikus

putih jantan galur Sprague

dawley dengan bobot 150-

200 g

Diaklimatisasi dalam

kondisi percobaan selama 1

minggu

Dikelompokkan secara acak

menjadi 3 kelompok

5 ekor tikus kelompok dosis

uji potensial (suspensi ekstrak

etanol 70% daun kecombrang

100 mg/kg BB)

5 ekor tikus kelompok kontrol

positif (Akarbosa 1 mg/200 g

5 ekor tikus kelompok kontrol

negatif (Na CMC 0,5%)

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. AlurUji Antihiperglikemia dengan Metode Induksi Aloksan

Persiapan tikus dipuasakan selama 12 jam lalu ukur kadar

glukosa darah puasanya sebelum diinduksi aloksan

Kontrol

normal

Kontrol

negatif

Kontrol

positif

Dosis

rendah

Dosis

menengah

Dosis

tinggi

Suspensi Na

CMC 0,5% Induksi aloksan dosis tunggal 30 mg/200 g BB tikus secara intraperitoneal

Diberikan larutan glukosa 5% dalam botol minumnya setelah 4 jam

Setelah 72 jam pasca injeksi aloksan, kadar glukosa darah diukur. Hewan uji

dengan kadar glukosa darah > 140 mg/dL digunakan dalam penelitian.

Suspensi

Na CMC

0,5 %

Glibenklam

id 0,1

mg/200 g

Dosis

ekstrak 1

mg/kg BB

Dosis

ekstrak 10

mg/kg BB

Dosis

ekstrak 100

mg/kg BB

Ukur kadar glukosa darah puasa pada hari ke-0, 7, 14 dan 21. Setiap pemeriksaan kadar glukosa darah

puasa, hewan dipuasakan selama12 jam terlebih dahulu

Analisis data

Kadar glukosa

darah diukur

Suspensi Na

CMC 0,5%

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Alur Uji Penghambatan Enzim -Glukosidase secara in vivo

dengan Metode Toleransi Sukrosa

Tikus dipuasakan selama 12 jam

terlebih dahulu

Kelompok dosis uji potensial

(dosis ekstrak etanol 70%

daun kecombrang 100 mg/kg

BB)

Kelompok kontrol positif

(Akarbosa 1 mg/200 g)

Ukur kadar glukosa darah

puasa sebelum perlakuan

Ekstrak etanol 70% daun

kecombrang 100 mg/kg BB

Akarbosa 1 mg/kg BB

10 menit pasca perlakuan,

dibebankan sukrosa 4 g/kg BB

Ukur kadar glukosa darah

pada menit ke-30,60 dan 120

pasca dibebankan sukrosa

Kelompok kontrol negatif

(Na CMC 0,5%)

Na CMC 0,5%

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Perhitungan Dosis

A. Dosis ekstrak daun kecombrang (Etlingera elatior)

1. Dosis rendah = 1 mg/kg BB

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka dosis 1 mg/kg BB = 0,2 mg/ 200

g BB

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 0,2

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

0,2 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

2. Dosis menengah = 10 mg/kg BB

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka dosis 10 mg/kg BB = 2 mg/ 200 g

BB

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 2

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

2 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

3. Dosis tinggi = 100 mg/kg BB

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka dosis 100 mg/kg BB = 20 mg/

200 g BB

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 20

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

20 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

B. Dosis Aloksan Monohidrat

Mengacu pada Journal of Pharmacological and Toxicological Methods

(2015), maka dosis tunggal aloksan yang diberikan secara

intraperitoneal adalah 150 mg/kg BB. Untuk satu ekor tikus dengan

berat 200 g maka dosis aloksan menjadi 30 mg/200 g BB.

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 30

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

30 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Dosis Glibenklamid

Dosis efektif oral untuk manusia= 5 mg/ 60 kg BB

HED (mg/kg) = Dosis hewan (mg/kg) x 𝐾𝑚 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝐾𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎

5 mg/60 kg BB = Dosis hewan (mg/kg) x 6

37

Dosis hewan (mg/kg) = 0,083

0,162 mg/kg

Dosis hewan = 0,1 mg/ 200 g BB

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 0,1

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

0,1 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

D. Dosis Akarbosa

HED (mg/kg) = Dosis hewan (mg/kg) x 𝐾𝑚ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝐾𝑚𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎

50 mg/60 kg BB = Dosis hewan (mg/kg) x 6

37

Dosis hewan (mg/kg) = 0,83

0,162 mg/kg

Dosis hewan = 1,0 mg/ 200 g BB

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

= 1

𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

1 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

E. sLarutan Sukrosa

Dosis sukrosa adalah 4 g/kg BB, maka dosis sukrosa untuk satu ekor

tikus dengan berat badan 200 g adalah 800 mg/200 g.

VAO = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

=

800 𝑚𝑔

200𝑔𝐵𝐵𝑋 200 𝑔

800 𝑚𝑔/𝑚𝐿

= 1 mL

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Gambar Bahan dan Kegiatan Penelitian

Gambar 5.1 Daun

Kecombrang

Gambar 5.2 Serbuk

simplisia daun

kecombrang

Gambar 5.3 Botol

Maserasi

Gambar 5.4 Filtrasi

maserat

Gambar 5.5 Pemekatan

eskstrak

Gambar 5.6 Ekstrak

kental

Gambar 5.7 Uji Kadar

Air

Gambar 5.8 Uji Kadar Abu Gambar 5.9 Desikator

Gambar 5.10 Sediaan

ekstrak etanol 70% daun

kecombrang

Gambar 5.11 Sediaan Na

CMC 0,5%

Gambar 5.12 Sukrosa

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.13

Penimbangan berat

badan hewan

Gambar 5.14 Hewan uji Gambar 5.15 Aloksan

Monohidrat

Gambar 5.16 Larutan

Aloksan dalam Saline

Gambar 5.17 Menyonde

bahan uji

Gambar 5.18 Glukometer

Gambar 5.19 Validasi

alat glukometer

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun

Kecombrang (Etlingera elatior)

No

.

Identifikasi

Golongan

Senyawa

Perlakuan Gambar Hasil Ket.

1. Alkaloid Ekstrak + 1 mL

etanol 70% + 1

mL HCl 2N + 9

mL aquades →

dipanaskan

selama 2

menit→

didinginkan →

disaring →

filtrate dibagi

menjadi 2 tabung

ditambahkan

masing-masing

dengan pereaksi

mayer dan

dragendorf

Gambar 5.20 Uji

alkaloid

- Tidak terbentuk

endapan putih

dengan

penambahan

reagen mayer

dan kuning

dengan

penambahan

reagen

dragendorf

2. Flavonoid Ekstrak + etanol

70% + serbuk

Mg + HCl pekat

Gambar 5.21 Uji

flavonoid

+ Terbentuk warna

kuning

3. Fenol Ekstrak + etanol

70% + FeCl3

10%

Gambar 5.22 Uji

fenol

+ Terbentuk warna

hijau kehitaman

4. Saponin Ekstrak + etanol

70% + 2 mL

aquades →

dikocok kuat

Gambar 5.23 Uji

saponin

+ Terbentuk busa

yang tidak hilang

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Antrakuinon Ekstrak + etanol

70% + 10 mL

asam sulfat →

dipanaskan →

disaring selagi

panas →filtrat +

kloroform →

dikocok →

lapisan

kloroform

dipipet → +

amonia encer

Gambar 5.24 Uji

antrakuinon

+ Terbentuklapisan

berwarna hijau

6. Steroid/Triterp

enoid

Ekstrak + etanol

70% + 3 tetes

pereaksi

Lieberman

Burchard

Gambar 5.25 Uji

steroid/triterpenid

+ Terbentuk warna

hijau

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu

Ekstrak Etanol 70% Daun Kecombrang (Etlingera elatior)

1. Perhitungan Rendemen

Berat ekstrak = 116 g

Berat simplisia = 900 g

% Rendemen = Berat ekstrak

Berat simplisia x 100%

= 116 g

900 g x 100%

= 12,89 %

2. PerhitunganKadar Air

W1 (Berat ekstrak) = 2,5814 g

W2 (Berat ekstrak setelah dioven) = 2,4192 g

% Kadar air = 𝑊1−𝑊2

𝑊1 x 100%

= 2,5814−2,4192

2,5814 x 100%

= 6,2834 %

3. Perhitungan Kadar Abu

W1 (Bobot cawan + Ekstrak setelah pemanasan) = 29,1004 g

W0 (Bobot cawan kosong) = 28,8060 g

B (Bobot sampel awal) = 2,2783 g

% Kadar abu = 𝑊1−𝑊0

𝐵 x 100%

= 29,1004 −28,8060

2,2783 x 100%

= 12,9219 %

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Glukosa Darah pada Metode Induksi

Aloksan

Kelompok Perlakuan Hari ke-

0 7 14 21

Kontrol

Normal

1 126 108 126 108

2 95 94 116 117

3 122 95 93 104

4 103 102 118 123

5 89 89 96 96

Rata-rata 107 97,6 109,8 109,6

Kontrol

Negatif

1 157 169 178 183

2 207 211 215 240

3 146 140 143 147

4 177 187 186 188

5 142 150 154 169

Rata-rata 165,8 171,4 175,2 185,4

Kontrol

Positif

1 351 120 102 69

2 343 162 107 89

3 571 287 172 118

4 480 140 97 82

5 469 214 156 106

Rata-rata 442,8 184,6 126,8 92,8

Dosis Rendah

1 mg/kg BB

1 187 154 115 93

2 148 123 117 114

3 147 137 125 95

4 150 127 112 89

5 143 136 111 107

Rata-rata 155 135,4 116 99,6

Dosis Sedang

10 mg/kg BB

1 193 151 112 56

2 199 183 117 93

3 172 114 89 88

4 180 147 120 105

5 240 142 117 116

Rata-rata 196,8 147,4 111 91,6

Dosis Tinggi

100 mg/kg BB

1 486 149 109 80

2 589 319 186 126

3 481 111 98 96

4 333 152 142 132

5 472 203 130 118

Rata-rata 472,2 186,8 133 110,4

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Presentase penurunan kadar glukosa darah pada metode

induksi aloksan

A. Glibenklamid (Kontrol Positif)

Hari ke-7 = 442,8−184,6

442,8 x 100% = 58,31%

Hari ke-14 = 442,8−126,8

442,8 x 100% = 71,36 %

Hari ke-21 =442,8−92,8

442,8 x 100% = 79,04%

B. Dosis rendah Etlingera elatior

Hari ke-7 = 155−135,4

155 x 100% = 12,64%

Hari ke-14 = 155−116

155 x 100% = 25,16%

Hari ke-21 =155−99,6

155 x 100% =35,74 %

C. Dosis sedang Etlingera elatior

Hari ke-7 = 196,8−147,4

196,8 x 100% = 25,10%

Hari ke-14 = 196,8−111

196,8 x 100% = 43,59%

Hari ke-21 =196,8−91,6

196,8 x 100% = 53,45%

D. Dosis tinggi Etlingera elatior

Hari ke-7 = 472,2−186,8

472,2 x 100% = 60,44%

Hari ke-14 = 472,2−133

472,2 x 100% = 71,83 %

Hari ke-21 =472,2−110,4

472,2 x 100% = 76,62%

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Hasil Statistika Uji dengan Metode Induksi Aloksan

1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

terhadap kadar glukosa darah tiap kelompok perlakuan

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah terdistribusi normal

atau tidak.

Hipotesis :

Ho = Data kadar glukosa darah terdistribusi normal

Ha = Data kadar glukosa darah tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Data kadar glukosa darah pada hari ke-7, 14 dan 21

terdistribusi normal, sedangkan pada hari ke-0 tidak

terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah homogen atau

tidak

Hipotesis :

Ho = Data kadar glukosa darah bervariasi homogen

Ha = Data kadar glukosa darah tidak bervariasi homogen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

hari0 hari7 hari14 hari21

N 30 30 30 30

Normal Parametersa,b Mean 256.60 153.87 128.63 114.90

Std. Deviation 156.093 52.541 31.823 38.288

Most Extreme Differences

Absolute .258 .199 .207 .201

Positive .258 .199 .207 .201

Negative -.147 -.108 -.106 -.114

Kolmogorov-Smirnov Z 1.413 1.090 1.133 1.101

Asymp. Sig. (2-tailed) .037 .186 .153 .177

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Keputusan: Kadar glukosa darah pada hari ke-21 bervariansi

homogen, sedangkan hari ke-0, 7 dan 14 tidak

bervariasi homogen.

2. Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskal-Wallis digunakan jika pada uji normalitas dan uji

homogenitas atau salah satunya tidak terpenuhi.

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara

bermakna pada data kadar glukosa darah semua kelompok

perlakuan.

Hipotesis :

Ho=Data kadar glukosa darah tidak berbeda secara

bermakna

Ha =Data kadar glukosa darah berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

hari0 3.096 5 24 .027

hari7 4.267 5 24 .006

hari14 3.660 5 24 .013

hari21 .997 5 24 .441

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Data kadar glukosa darah pada hari ke-0, 7, 14 dan 21

berbeda secara bermakna.

3. Uji Mann Whitney

Uji Man-Whitney merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila

hasil pengujian dengan metode Kruskal-Wallis menunjukkan adanya

perbedaan nilai secarabermakna. Tujuan uji ini adalah untuk menentukan

kelompok manakah yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna

dengan kelompok lainnya.

Kelompok Kelompok Probabilitas

0 7 14 21

KN K (-) 0,009* 0,009* 0,009* 0,009*

K (+) 0,009* 0,009* 0,465 0,175

D1 0,009* 0,009* 0,917 0,117

D2 0,009* 0,009* 0,917 0,117

D3 0,009* 0,009* 0,175 0,675

K (-) KN 0,009* 0,009* 0,009* 0,009*

K (+) 0,009* 1,000 0,076 0,009*

D1 0,754 0,028* 0,009* 0,009*

D2 0,117 0,251 0,009* 0,009*

D3 0,009* 0,917 0,059 0,009*

K (+) KN 0,009* 0,009* 0,465 0,175

K (-) 0,009* 1,000 0,076* 0,009*

D1 0,009* 0,175 0,625 0,402

D2 0,009* 0,465 0,917 0,917

D3 0,465 0,917 0,602 0,209

Test Statisticsa,b

hari0 hari7 hari14 hari21

Chi-Square 25.557 15.387 10.694 15.668

df 5 5 5 5

Asymp. Sig. .000 .009 .058 .008

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D1 KN 0,009* 0,009* 0,917 0,117

K (-) 0,754 0,028* 0,009* 0,009*

K (+) 0,009* 0,175 0,625 0,402

D2 0,028* 0,347 1,000 0,530

D3 0,009* 0,251 0,602 0,251

D2 KN 0,009* 0,009* 0,917 0,117

K (-) 0,117 0,251 0,009* 0,009*

K (+) 0,009* 0,465 0,917 0,917

D1 0,028* 0,347 1,000 0,530

D3 0,009* 0,347 0,346 0,175

D3 KN 0,009* 0,009* 0,175 0,675

K (-) 0,009* 0,917 0,059 0,009*

K (+) 0,465 0,917 0,602 0,209

D1 0,009* 0,251 0,602 0,251

D2 0,009* 0,347 0,346 0,175

*Berbeda secara bermakna

Kesimpulan:

1. Pada hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa kadar glukosa

darah puasa kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna

dengan kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi setelah masa

perlakuan selama 21 hari (p<0,05).

2. Pada hari ke-7, 14 dan 21 kelompok kontrol positif tidak berbeda

secara bermakna dengan kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi

(p>0,05).

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Pengukuran Glukosa Darah pada Uji Penghambatan

Enzim -glukosidase secara in vivo

Kelompok Perlakuan Menit ke-

0 30 60 120

Kontrol

Positif

1 51 100 65 60

2 92 118 114 102

3 101 118 85 82

4 72 110 95 89

5 85 102 107 102

Rata-

rata

80,2±19,46 109,6 ± 8,5 93,2±19,29 87±17,37

Kontrol

Negatif

1 98 170 188 115

2 103 175 186 104

3 70 165 183 102

4 51 158 161 93

5 102 161 178 108

Rata-

rata

84,8±23,25 165,8±6,8 179,2±10,8 104,4±8,08

Dosis Uji

(100 mg/kg

BB)

1 107 113 123 103

2 84 152 136 84

3 113 143 135 92

4 120 135 121 148

5 92 154 140 89

Rata-

rata

103,2±14,88 139,4±16,59 131±8,45 103,2±25,9

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Presentase penurunan kadar glukosa darah pada uji

penghambatan enzim -glukosidase

Kelompok Area Under Curve

Kontrol (+) 188,25

Kontrol (-) 290,7

Dosis Uji (Ekstrak etanol 70% kecombrang 100 mg/kg BB) 245,35

% = 𝑨𝑼𝑪 𝑲(−)− 𝑨𝑼𝑪 𝑺𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒖𝒋𝒊

𝑨𝑼𝑪 𝑲 (−) x 100 %

A. Akarbosa (Kontrol Positif)

%= 290,7− 188,25

290,7 x 100%

= 35,24 %

B. Dosis Uji (Ekstrak etanol 70% daun kecombrang 100 mg/kg BB)

% = 290,7− 254,35

290,7 x 100%

= 12,5 %

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Hasil Statistika Uji penghambatan enzim -glukosidase secara

in vivo

1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

terhadap kadar glukosa darah tipa kelompok perlakuan

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah terdistribusi normal

atau tidak.

Hipotesis :

Ho = Data kadar glukosa darah terdistribusi normal

Ha = Data kadar glukosa darah tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Menit_0 Menit_30 Menit_60 Menit_120

N 15 15 15 15

Normal Parametersa,b Mean 89.40 138.27 134.47 98.20

Std. Deviation 20.780 26.029 38.569 19.117

Most Extreme

Differences

Absolute .150 .182 .137 .181

Positive .101 .182 .110 .181

Negative -.150 -.168 -.137 -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .580 .704 .531 .700

Asymp. Sig. (2-tailed) .889 .704 .940 .711

Keputusan : Data kadar glukosa darah pada menit ke- 0, 30, 60 dan

120 terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah homogen atau

tidak

Hipotesis :

Ho = Data kadar glukosa darah bervariasi homogen

Ha = Data kadar glukosa darah tidak bervariasi homogen

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

Menit_0 .991 2 12 .400

Menit_30 1.826 2 12 .203

Menit_60 1.611 2 12 .240

Menit_120 1.430 2 12 .277

Keputusan: Kadar glukosa darah pada menit ke-0, 30, 60 dan 120

bervariansi homogen.

2. Uji ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data kadar glukosa darah semua kelompok perlakuan.

Hipotesis :

Ho=Data kadar glukosa darahtidakberbeda secara bermakna

Ha =Data kadar glukosa darah berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Menit_0

Between Groups 1481.200 2 740.600 1.947 .185

Within Groups 4564.400 12 380.367

Total 6045.600 14

Menit_30

Between Groups 7905.733 2 3952.867 30.037 .000

Within Groups 1579.200 12 131.600

Total 9484.933 14

Menit_60

Between Groups 18580.133 2 9290.067 49.644 .000

Within Groups 2245.600 12 187.133

Total 20825.733 14

Menit_120

Between Groups 944.400 2 472.200 1.358 .294

Within Groups 4172.000 12 347.667

Total 5116.400 14

Keputusan : Data kadar glukosa darah pada menit ke 30 dan 60 berbeda secara

bermakna.

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) merupakan uji lanjutan yang

dilakukan apabila hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan nilai

secara bermakna. Tujuan uji ini adalah untuk menentukan kelompok

manakah yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan

kelompok lainnya.

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean

Differe

nce (I-

J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Menit_0

Kontrol Positif Kontrol Negatif -4.600 12.335 .716 -31.48 22.28

Dosis Uji -23.000 12.335 .087 -49.88 3.88

Kontrol Negatif Kontrol Positif 4.600 12.335 .716 -22.28 31.48

Dosis Uji -18.400 12.335 .162 -45.28 8.48

Dosis Uji Kontrol Positif 23.000 12.335 .087 -3.88 49.88

Kontrol Negatif 18.400 12.335 .162 -8.48 45.28

Menit_30

Kontrol Positif

Kontrol Negatif -

56.200*

7.255 .000 -72.01 -40.39

Dosis Uji -

29.800*

7.255 .001 -45.61 -13.99

Kontrol Negatif Kontrol Positif 56.200* 7.255 .000 40.39 72.01

Dosis Uji 26.400* 7.255 .003 10.59 42.21

Dosis Uji

Kontrol Positif 29.800* 7.255 .001 13.99 45.61

Kontrol Negatif -

26.400*

7.255 .003 -42.21 -10.59

Menit_60

Kontrol Positif

Kontrol Negatif -

86.000*

8.652 .000 -104.85 -67.15

Dosis Uji -

37.800*

8.652 .001 -56.65 -18.95

Kontrol Negatif Kontrol Positif 86.000* 8.652 .000 67.15 104.85

Dosis Uji 48.200* 8.652 .000 29.35 67.05

Dosis Uji

Kontrol Positif 37.800* 8.652 .001 18.95 56.65

Kontrol Negatif -

48.200*

8.652 .000 -67.05 -29.35

Menit_120 Kontrol Positif Kontrol Negatif -17.400 11.793 .166 -43.09 8.29

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis Uji -16.200 11.793 .195 -41.89 9.49

Kontrol Negatif Kontrol Positif 17.400 11.793 .166 -8.29 43.09

Dosis Uji 1.200 11.793 .921 -24.49 26.89

Dosis Uji Kontrol Positif 16.200 11.793 .195 -9.49 41.89

Kontrol Negatif -1.200 11.793 .921 -26.89 24.49

*Berbeda secara bermakna

Kesimpulan:

1. Pada hasil uji BNT menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

puasa kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan

kelompok dosis uji (100 mg/kg BB) pada menit ke -30 dan 60

(p<0,05).

2. Kelompok kontrol positif berbeda secara bermakna dengan

kelompok uji (100 mg/kg BB) pada menit ke 30 dan 60 (p<0,05).

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Foto kadar glukosa darah

a. Uji dengan metode induksi aloksan

Kelompok Kadar glukosa darah (Hari ke-)

0 7 14 21

Kontrol Normal 1

2

3

4

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Kontrol Negatif 1

2

3

4

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Kontrol Positif 1

2

3

4

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Dosis 1 mg/kg BB 1

2

3

4

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Dosis 10 mg/kg BB 1

2

3

4

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Dosis 100 mg/kg BB 1

2

3

4

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

b. Uji penghambatan enzim -glukosidase

Kelompok Pemeriksaan kadar glukosa darah (Menit ke-)

30 60 120

Kontrol

Positif

1

2

3

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

5

Kontrol

Negatif

1

2

3

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

5

Dosis uji

(100 mg/kg

BB

1

2

3

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37354/1/AFRA... · sukrosa 4 g/kg BB dan diberikan. e. kstrak etanol 70%

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

5