Upload
nguyenhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIBIOFILM IN VITRO MINYAK
ATSIRI HERBA KEMANGI TERHADAP BAKTERI
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, DAN
Staphylococcus aureus
SKRIPSI
MOHAMMAD AL FATTAH
NIM.1111102000053
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
Juni 2015
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIBIOFILM IN VITRO MINYAK
ATSIRI HERBA KEMANGI TERHADAP BAKTERI
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, DAN
Staphylococcus aureus
SKRIPSI
MOHAMMAD AL FATTAH
NIM.1111102000053
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
Juni 2015
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibiofilm minyak atsiri dari
herba kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak atsiri herba kemangi diperoleh
dengan menggunakan metode destilasi uap-air. Metode uji aktivitas antibiofilm
herba kemangi yang digunakan adalah microtitter plate assay. Hasil uji aktivitas
antibiofilm yang dilakukan menunjukkan minyak atsiri dari kemangi mampu
mencegah, menghambat, dan menghancurkan biofilm dari bakteri Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus. Aktivitas terbaik
minyak atsiri kemangi terjadi pada proses penghancuran biofilm Staphylococcus
aureus dengan persentase penghancuran 58,10% pada konsentrasi 0,25% (v/v).
Aktivitas terbaik minyak atsiri kemangi dilakukan optimasi dengan menggunakan
respon surface analysis (RSA). Hasil optimasi RSA menunjukan kondisi
penghancuran biofilm bakteri Staphylococcus aureus dengan perlakuan
konsentrasi 0,25%, suhu 50oC, dan waktu kontak ekstrak dengan biofilm 48
menit. Kondisi aktivitas terbaik minyak atsiri dilakukan uji kembali untuk
dibandingkan dengan kontrol positif (Biorem). Hasil uji menunjukan persentase
penghancuran biofilm dengan minyak atsiri dan Biorem bereturut-turut adalah
65,79% dan 75,59%. Berdasarkan penelitian ini, minyak atsiri herba kemangi
memiliki potensi sebagai antibiofilm.
Kata Kunci : Minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum L.), antibiofilm,
microtitter plate assay, respon surface analysis (RSA)
Nama : Mohammad Al Fattah ProgramStudi : Farmasi Judul : UJI AKTIVITAS ANTIBIOFILM IN VITRO MINYAK
ATSIRI HERBA KEMANGI TERHADAP BAKTERI Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus aureus
vii
ABSTRACT
This study was conducted to test the antibiofilm activity of herbs basil essential
oils (Ocimum americanum L.). Herb basil essential oil was obtained by hydro
distillation. Microtitter plate method was used to test antibiofilm activity of herb
basil essential oil. Antibiofilm activity test results have shown that herbs basil
essential oil was able to prevent, inhibit, and destroy biofilm of bacteria
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, and Staphylococcus aureus. The best
activity of herbs basil essential oil occurred in the process of Staphylococcus
aureus’s biofilm destruction with the 0.25% v/v concentration. The percentage of
Staphylococcus aureus’s biofilm destruction was 58.10%. The best activity of
herbs basil essential oils was optimized by using response surface analysis (RSA).
The result of the RSA optimization at the best condition of Staphylococcus
aureus’s biofilm destruction process was by using 0.25% of herb basil essential
oil at the temperature of 50oC, and using 48 minutes for contacting time of
essential oil with the biofilm. The optimal condition of herbs basil essential oils
was tested to compare the antibiofilm activity with the control positive (Biorem) .
The test results showed the percentage of biofilm destruction of essential oils and
Biorem in a row were 65.79% and 75.59%. Based on this research, herbs basil
essential oil has potential as an antibiofilm.
Key Word : Minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum L.), antibiofilm,
microtitter plate assay, respon surface analysis (RSA)
Nama : Mohammad Al Fattah Study Program : Pharmacy Title : IN VITRO ANTIBIOFILM ACTIVITY TEST OF
HERB BASIL ESSENTIAL OIL TO BACTERIA Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, AND Staphylococcus aureus
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan atas
kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
hari akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibiofilm in Vitro Minyak Atsiri
Herba Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
dan Staphylococcus aureus” ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya,
mendidik dan membimbing, memberikan secercah harapan, dan mendoakan yang
terbaik kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Yardi, Ph. D., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Eka Putri, M. Sc., Apt. dan Bapak Novik Nurhidayat, Ph.D sebagai
Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik
penulis.
ix
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan
berkah dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin.
5. Ibunda tercinta Hj. Ellya Dewi yang selalu memberikan cinta dan kasih
sayang, semangat, dukungan, doa, dan nasihatnya yang tak akan pernah
mampu penulis membalas itu semua. Penulis hanya bisa berdo’a kepada
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan
segala kebesaran-Nya mengasihi dan melindungi Ibunda tercinta,
melimpahkan rezeki, dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat
kelak. Aamiin
6. Firda, Resky, dan Rika sebagai teman seperjuangan penelitian biofilm di
LIPI Bogor yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
7. Adit, Ambar, Ana, Askandari, Elsa, Faradhila, Khaerunisa, Miyadah, dan
Niekha sebagai teman yang seperjuangan yang selalu memberikan
semangat, dukungan, dan kebersamaan selama kuliah di farmasi ini dan
semoga terus berlanjut hingga seterusnya.
8. Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 “Effervescence” yang
selalu memberikan warna baru dalam hidup penulis, kebersamaan yang
begitu indah, dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga.
9. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala
bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu,
dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini.
Jakarta, 17 Juni 2015
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1. Infeksi ............................................................................................ 4
2.2. Biofilm ........................................................................................... 4
2.2.1. Tahap Perkembangan Biofilm ............................................ 4
2.2.2. Resistensi Biofilm Terhadap Antibiotik ............................. 5
2.3. Kontrol Biofilm .............................................................................. 7
2.4. Kultur Biofilm in Vitro Static Microtiter Plate Assays ................. 8
2.5. Tanaman Kemangi (Ocimum americanum Linn.) ......................... 9
2.5.1. Klasifikasi ........................................................................... 9
2.5.2. Sinonim ............................................................................ 10
2.5.3. Morfologi.......................................................................... 10
2.5.4. Kandungan Kimia............................................................. 10
2.5.5. Khasiat dan Kegunaan ...................................................... 11
xii
2.6. Sitral ............................................................................................. 11
2.7. Destilasi Uap ................................................................................ 12
2.8. Tinjauan Bakteri Uji ................................................................... 12
2.8.1. Escherichia coli ................................................................ 12
2.8.2. Pseudomonas aeruginosa ................................................. 13
2.8.3. Staphylococcus aureus ..................................................... 13
2.9. Gas Chromatography-Mass Spectrophotometer (GC-MS) ......... 14
2.10. Analisis Respon Permukaan (Respon Surface Analysis) .......... 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 16
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 16
3.2.1. Alat .................................................................................... 16
3.2.2. Bahan ................................................................................. 16
3.3. Ekstraksi Minya Atsiri ................................................................. 17
3.4. Penetuan Komponen Minyak Atsiri ............................................. 17
3.5. Penyiapan Larutan Uji ................................................................. 18
3.6. Pembuatan Media ......................................................................... 18
3.7. Kultur Escherichia coli ................................................................ 19
3.8. Kultur Pseudomonas aeruginosa ................................................. 20
3.9. Kultur Staphylococcus aureus ..................................................... 20
3.10. Penyiapan Suspensi Bakteri Uji ................................................. 21
3.11. Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri Uji ....................................... 21
3.12. Uji Antibiofilm Minyak Atsiri Herba Kemangi ......................... 21
3.12.1. Uji Aktivitas Pencegahan Biofilm ................................... 21
3.12.2. Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm .............................. 22
3.12.3. Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm ............................... 23
3.13. Analisa Data Uji Terseleksi ....................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 25
4.1. Hasil ............................................................................................. 25
4.1.1. Determinasi........................................................................ 25
4.1.2. Hasil Penyiapan Sampel .................................................... 25
4.1.3. Analisis Komponen Kimia dengn GCMS ......................... 25
4.1.4. Hasil Kultur Bakteri .......................................................... 26
4.1.5. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri ............................ 28
xiii
4.1.6. Hasil Uji Aktivitas Antibiofilm ......................................... 29
4.1.7. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus ... 31
4.1.8. Hasil Uji Aktivitas Terseleksi Penghancuran Biofilm ...... 31
4.2. Pembahasan .................................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46
LAMPIRAN ...................................................................................................... 49
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri ................. 26
Tabel 4.2. Kultur Bakteri Escherichia coli ....................................................... 26
Tabel 4.3. Kultur Bakteri Pseudomonas aeruginosa ........................................ 27
Tabel 4.4. Kultur Bakteri Staphylococcus aureus............................................. 27
Tabel 4.5. Uji Kultur Bakteri Staphylococcus aureus ...................................... 28
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Mekanisme Pembentukan Biofilm .................................................... 4
Gambar 2.2. Resistensi Biofilm Terhadap Antibiotik ........................................... 6
Gambar 2.3. Tumbuhan Kemangi .......................................................................... 9
Gambar 2.4. Struktur Kimia Sitral ....................................................................... 11
Gambar 4.1. Grafik Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri ........................................ 29
Gambar 4.2. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Kemangi Terhadap Bakteri
Escherichia coli ............................................................................... 29
Gambar 4.3. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Kemangi Terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa ............................................................... 30
Gambar 4.4. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Kemangi Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus .................................................................... 30
Gambar 4.5. Densitas Optik Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus ...... 31
Gambar 4.6. Contour plot Persentase Penghancuran Biofilm dari Perbandingan
Suhu dengan Konsentrasi. ............................................................... 32
Gambar 4.7. Contour plot Persentasi Penghancuran Biofilm dari Perbandingan
Waktu Kontak dengan Suhu............................................................ 32
Gambar 4.8. Grafik Hasil Uji Aktivitas Terseleksi Minyak Atsiri Kemangi ...... 33
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alur Kerja ........................................................................................ 49
Lampiran 2. Hasil Determinasi ............................................................................ 53
Lampiran 3. Hasil Destilasi Minyak Atsiri Herba Kemangi ................................ 54
Lampiran 4. Alat dan Bahan ................................................................................ 55
Lampiran 5. Hasil Pembuatan Larutan Uji .......................................................... 57
Lampiran 6. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri Uji .................................... 57
Lampiran 7. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Escherichia coli ........................... 58
Lampiran 8. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Pseudomonas aeruginosa ............ 59
Lampiran 9. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Staphylococcus aureus ................. 60
Lampiran 10. Hasil Uji Statistika Aktivitas Pencegahan Biofilm Escherichia
coli…….. ........................................................................................ 61
Lampiran 11. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghambatan Biofilm
Escherichia.coli ............................................................................. 64
Lampiran 12. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghancuran Biofilm
Escherichia.coli ............................................................................. 67
Lampiran 13. Hasil Uji Statistika Aktivitas Pencegahan Biofilm Pseudomonas
aeruginosa ..................................................................................... 69
Lampiran 14. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghambatan Biofilm Pseudomonas
aeruginosa ..................................................................................... 72
Lampiran 15. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghancuran Biofilm Pseudomonas
aeruginosa ..................................................................................... 75
Lampiran 16. Hasil Uji Statistika Aktivitas Pencegahan Biofilm Staphylococcus
aureus…. ........................................................................................ 78
Lampiran 17. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghambatan Biofilm
Staphylococcus aureus .................................................................. 81
Lampiran 18. Hasil Uji Statistika Aktivitas Penghancuran Biofilm Staphylococcus
aureus….. ....................................................................................... 84
Lampiran 19. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Menggunakan Respon
Surfacce Analysis .......................................................................... 87
Lampiran 20. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Staphylococcus aureus
Pada Kondisi Respon Surface Analysis ......................................... 88
Lampiran 21. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Kondisi optimal ......... 90
Lampiran 22. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran Kondisi Optimal Biofilm
Staphylococcus aureus .................................................................. 91
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme patogen yang
mampu menyebabkan sakit (Potter et al, 2005). Mikroorganisme mampu
berdiferensiasi dan berkembang dengan cara yang kompleks dalam
membentuk morfologi baru yang tumbuh pada permukaan dikenal sebagai
biofilm (O’toole et al, 2000).
Bakteri memiliki dua formasi kehidupan, yaitu fomasi sel planktonik
bebas dan biofilm. Sekitar 99% bakteri berada dalam bentuk biofilmnya dan
hanya 1 % dalam bentuk planktonik. Diperkirakan 65% kasus infeksi
berkaitan dengan biofilm. Penting untuk menangani permasalahan biofilm
karena bakteri biofilm yang tumbuh dapat menyebabkan infeksi kronis yang
resisten terhadap terapi antibiotik dan stressor lainnya (Paraje, 2011).
Indonesia adalah negara megabiodiversity yang kaya akan tumbuhan
obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan (Pers, 2010). Salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia
adalah kemangi (Ocimum americanum L) (Umar, 2011). Minyak atsiri
merupakan komponen utama pada kemangi (Sarma et al, 2011). Senyawa
minyak atsiri kemangi yang paling utama adalah kamfor, metil sinamat, dan
sitral (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994, Verma & Kotyal, 2012). Minyak
atsiri kemangi juga mengandung metil kavikol, linalool, eugenol, metil
eugenol, dan limonene (Shadia et al, 2007 & J. Wungsintaweekul et al,
2009).
Strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah biofilm
adalah dengan menggabungkan agen antimikroba dengan zat yang mampu
merusak lapisan permukaan pertumbuhan bakteri. Permasalahan biofilm
dapat dikendalikan dengan strategi antimikroba secara kimia, fisika, dan
biologi (Cortés et al, 2011). Minyak atsiri herba kemangi dalam hal ini
digunakan sebagai zat kimia yang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan bakteri biofilm.
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian yang dilakukan oleh Thaweboon & Thaweboon pada
tahun 2009, berkaitan dengan pemanfaatan minyak atsiri kemangi sebagai
antibakteri dan antibiofilm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
minyak atsiri kemangi selain mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans, Lactobacillus casei, dan pertumbuhan jamur Candida
albicans dalam bentuk planktoniknya, minyak atsiri juga menunjukkan
aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur tersebut dalam
bentuk biofilmnya. Penelitian uji aktivitas antibakteri dari minyak atsiri
kemangi yang lain dilakukan oleh Wungsintaweekul et al tahun 2009 dan
Parida et al tahun 2014. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan minyak
atsiri kemangi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Aspergillus flavus,
Bacillus subtilis, Escherichia coli, Mycobacterium phlei, Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis dan antijamur terhadap Candida albicans, Candida parapilosis,
Candida tropicalis.
Hasil penelitian uji antibakteri minyak atsiri kemang sebelumnya
menunjukkan adanya aktivitas minyak atsri terhadap bakteri planktonik
Escherchia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus.
Namun, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya yaitu permasalahan infeksi
lebih banyak disebabkan oleh bakteri dalam formasi biofilm dan ketiga
bakteri tersebut dapat membentuk biofilm sebagai mekanisme pertahanannya
(Bjarnsholt et al, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan belum
adanya laporan mengenai aktivitas antibiofilm minyak atsiri kemangi
terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus, sehingga dilakukanlah penelitian uji aktivitas
antibiofilm in vitro minyak atsiri herba kemangi terhadap bakteri Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2. Perumusan masalah
Belum adanya informasi mengenai aktivitas antibiofilm minyak atsiri
kemangi terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus.
1.3. Tujuan Penelitian
Mendapatkan data dan informasi dari kemampuan minyak atsiri herba
kemangi dalam mencegah, menghambat dan menghancurkan biofilm bakteri
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
cukup dari pemanfaatan minyak atsiri herba kemangi sebagai antibiofilm
bakteri.
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh mikroorganisme patogen yang
mampu menyebabkan sakit (Potter et al, 2005). Infeksi disebabkan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang
menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi (Dorland, 1998).
Mikroorganisme penyebab terjadi infeksi adalah bakteri, virus, jamur
dan protozoa. Mikroorganisme dapat masuk ke tubuh inangnya melalui
saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan rongga mulut (Pratiwi,
2008).
2.2. Biofilm
Biofilm merupakan bentuk dari pola hidup multiseluler mikroba dan
didefinisikan sebagai komunitas bakteri yang terorganisir, saling
berkomunikasi dan melekat pada permukaan inert atau hidup.
Mikroorganisme dalam biofilm terdapat di dalam matriks polimer yang
diproduksinya sendiri dengan bahan utamanya eksopolisakarida. Matriks
biofilm tersusun atas polisakarida, protein dan DNA yang berasal dari
mikroba (Paraje, 2011).
2.2.1. Tahap Perkembangan Biofilm
Gambar 2.1. Mekanisme pembentukan biofilm (Ranganathan, 2014)
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Perekatan Bakteri ke Permukaan
Bakteri planktonik bebas menuju suatu permukaan dan
melekat. Penempelan awal ini didasarkan pada daya tarik fisik dan
gaya elektrostatik tetapi belum ada penempelan secara kimia
(Paraje, 2011).
2. Perekatan Bakteri Secara Permanen
Beberapa dari sel reversibel yang teradsorpsi ini mulai
membuat persiapan untuk penempelan yang lebih kuat dengan
membentuk struktur tetap yang kemudian secara permanen
mengikat ke permukaan (Paraje, 2011).
3. Pembentukan Koloni
Sel-sel perintis biofilm akan memproduksi dan membuat
sel anakan yang akan membentuk mikrokoloni di permukaan
beberapa jam kemudian setelah penempelan permanen (Paraje,
2011).
4. Akumulasi Sel Biofilm
Biofilm yang terbentuk akan semakin banyak dan mulai
menghasilkan matriks polimer di sekitar mikrokoloni sebagai
langkah untuk penempelan yang ireversibel (Paraje, 2011).
5. Pelepasan Biofilm
Pada tahap berikutnya biofilm yang sudah matang akan
pecah dan sel-sel bakteri dibebaskan kemudian dapat menyebar ke
lokasi lain untuk membentuk biofilm yang baru (Paraje, 2011).
2.2.2. Resistensi Biofilm Terhadap Antibiotik
Satu aspek terpenting dari pembentukan biofilm bakteri
adalah peningkatan resistensi mikroba terhadap antibiotik dan
stressor lainnya. Sifat struktural dan karakteristik sel biofilm
menghasilkan resistensi terhadap agen antimikroba dan stressor
lainnya yang berkaitan dengan mekanisme perlindungan dan
pertahanan dari kondisi lingkungan yang buruk.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2. Resistensi Biofilm Terhadap Antibiotik (Keller, 2014)
Faktor intrinsik dari resistensi merupakan bagian dari
perkembangan biofilm yang disebabkan dari struktur biofilm dan
sifat fisiologi hasil dari perubahan pola hidup biofilm. Pengaruh
dari beberapa faktor intrinsik biofilm yang berbeda mempengaruhi
resistensi antibiotik telah diidentifikasi. Berikut ini adalah
mekanisme pertahanan yang menyebabkan resistensi :
1. Matriks biofilm dapat bertindak sebagai penghalang difusi
Biofilm sebagai penghalang difusi fisik untuk
mencegah antibiotik mencapai target. Antibiotik mampu
menembus struktur campuran eksopolisakarida, DNA, dan
protein untuk mencapai target tetapi tidak mampu mencapai
konsentrasi efektif disemua bagian (Paraje, 2011).
2. Pembentukan lingkungan mikro dalam biofilm
Menipisnya jumlah nutrisi dan oksigen di dalam biofilm
dapat menyebabkan aktivitas metabolisme diubah dan
menyebabkan perlambatan pertumbuhan bakteri (Paraje, 2011).
3. Diferensiasi menjadi sel persister
Persister sel dianggap tidak tumbuh atau tumbuh
lambat, dan juga memiliki kerentanan yang sangat berkurang
terhadap antibiotik. Dalam teori persister, rute dari subpopulasi
kecil bakteri dalam biofilm berdiferensiasi menjadi sel aktif,
mampu bertahan terhadap pengobatan antibiotik yang ekstrim
karena perubahan genetik yang stabil (Paraje, 2011).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Peningkatan produksi tekanan oksidatif
Tekanan oksidatif yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara jumlah oksidan, seperti radikal
bebas, peroksida dan oksida nitrat, dengan antioksidannya.
Gangguan keseimbangan prooksidan-antioksidan menyebabkan
kelebihan produksi senyawa oksigen reaktif (SOR) yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada komponen seluler, termasuk
DNA, protein dan lipid. Bakteri akan membentuk senyawan
antioksidan sebagai respon fisiologis terhadap SOR, sehingga
bakteri dapat beradaptasi terhadap tekanan oksidatif yang
menyebabkan perubahan metabolik yang cepat. Enzim utama
yang terlibat dalam system pertahanan antioksidan dan
detoksifikasi SOR adalah superoksida dismutase (SOD) dan
katalase (CAT) (Paraje, 2011).
5. Aksi antagonis antibiotik dan mekanisme degradasi aktif di
beberapa bagian biofilm
Microenvironments dapat melawan aksi dari antibiotik
dengan mekanisme degradasi aktif dibeberapa bagian biofilm.
Bakteri saling berkomunikasi dan mengaktifkan gen-gen
tertentu sehingga menghasilkan enzim atau toksin yang dapat
mendegradasi antibiotik (Paraje, 2011).
2.3. Kontrol Biofilm
Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme
hidup yang terdapat pada suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi Biocidal
agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Strategi yang dilakukan dalam mengkontrol
biofilm dapat dengan menggunakan metode kimia, fisika, dan biologi (Rai,
2013).
a. Fisik ; metode dengan sterilisasi panas merupakan cara yang paling
dipercaya dan banyak digunakan. Sterilisasi panas dibagi dua yaitu
metode panas kering dan panas basah (Pratiwi, 2008).
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Kimia ; metode yang dilakukan dengan menggunakan suatu bahan kimia
yang dapat membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Senyawa
kimia antibiofilm ini dapat menghambat quorum sensing sehingga
mengganggu pertukaran sinyal kimia antara sel-sel dalam sebuah proses
dan dapat merusak matriks biofilm sel-sel bakteri dalam koloni, sehingga
mendegradasi matriks yang menyebabkan pelepasan sel dari koloni dan
pembebasan sel ke lingkungan (Pratiwi, 2008 & Rai, 2013).
c. Biologi (Bakteriofage) ; Strategi dengan memanfaatkan virus tertentu
yang menginfeksi bakteri. Virus akan menghancurkan bakteri dengan
cara masuk ke sel inang dan melekat pada reseptor spesifik pada
permukaan bakteri, termasuk lipopolisakarida, protein, atau bahkan
flagella. Sehingga bakteri akan mati dan terjadinya penurunan biofilm
(Esperanza et al, 2011).
2.4. Kultur Biofilm in Vitro dengan Metode Static Microtiter Plate Assays
Metode ini dirancang untuk mengukur kemampuan mikroba yang dapat
menempel ke permukaan abiotik dalam waktu inkubasi berkisar 1-2 jam
sebagai inisiasi penempelan awal ke permukaan yang sudah dapat dinilai,
sedangkan untuk waktu inkubasi lebih lama dari 20 jam memungkinkan
untuk mengukur pembentukan biofilm (Bjarnsholt et al, 2011).
Keuntungan utama dari metode ini adalah hasil penepelan yang relatif
tinggi, memungkinkan perlindungan untuk bakteri yang kurang sempurna
dalam penempelan atau evaluasi perbedaan efek dari perlakuan atau senyawa
pada penempelan atau pembentukan biofilm. Kekurangan dari metode
mikrotiter adalah sulit dalam mempelajari struktur biofilm atau sifat
resistensi antimikroba. Hal ini disebabkan sulitnya dalam menvisualisasikan
biofilm secara mikroskopis dan dalam membedakan antara sel-sel hidup dan
bahan matriks diwarnai dengan pewarna (Bjarnsholt et al, 2011).
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5. Tumbuhan Kemangi (Ocimum americanum Linn)
(Sumber : Koleksi Pribadi)
Gambar 2.3. Tumbuhan Kemangi (Ocimum americanum L.)
2.5.1. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2002).
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Tubiflorae
Family : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species :Ocimum americanum L.
2.5.2. Sinonim
Ocimum americanum L. di kenal dengan hoary basil, wild
basil, dan lemon basil. Indonesia: kemangi, selasih putih. Malaysia:
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
selaseh, kemangi, ruku-ruku. Thailand: Maenglak. (Siemonsma et al,
1994; Pitojo, 1996).
2.5.3. Morfologi
Karakteristik kemangi yaitu perawakan : herba tegak/semak,
tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum, tinggi 0,3 m-1,5 m;
batang : batang pokok tidak jelas, bercabang banyak, hijau, berambut
atau tidak; daun : tunggal, berhadapan, helaian daun bulat elips
memanjang, ujung meruncing-runcing, tangkai daun 0,25-3 cm,
pangkal bangun pasak sampai membulat, dikedua permukaan
berambut halus, berbintik-bintik, tepi daun bergerigi lemah –
bergelombang rata; bunga : susunan majemuk berkarang/tandan,
terminal, 2,5-14 cm, diketiak daun ujung, daun pelindung elip/bulat
telur, panjang 0,5-1 cm; kelopak : berjumlah 5 saling berlekatan
membentuk bibir, 1 membentuk bibir atas, bentuk bulat telur 2-3,5mm,
1 bibir buah membentuk 4 gigi, sisi luar berambut kelenjar, ungu atau
hijau; mahkota : berbibir, 3 bibir atas, 2 bibir bawah, panjang tabung
1,5-2mm, cuping mahkota 3-5mm, putih; benang sari : berjumlah 4,
tersisip di dasar mahkota, ada 2 yang panjang; putik : kepala putik
bercabang dua, tidak sama; buah : kelopak ikut menyusun buah, buah
tegak dan tertekan. (Sudarsono et al, 2002).
2.5.4. Kandungan Kimia
Ocimum americanum L. mengandung senyawa kimia alami
antara lain, minyak atsiri, karbohidrat, alkaloid, senyawa fenolik,
fitosterol, tanin, lignin, pati, saponin, flavonoid, terpenoid dan
antrakuinon. Minyak atsiri merupakan komponen kimia utama pada
Ocimum americanum L (Dhale et al, 2010; Sarma et al, 2011).
Senyawa kimia minyak atsiri yang paling utama pada kemangi adalah
kamfor, metil sinamat, sitral, metil cavikol, linalool, eugenol, metil
eugenol, dan limonene (Siemonsma et al, 1994; Verma et al, 2012;
Shadia et al, 2007; J. Wungsintaweekul et al, 2009).
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.5. Khasiat dan Kegunaan
Hasil penelitian yang telah ada menyebutkan bahwa minyak
atsiri dari kemangi memiliki efek antibakteri, antituberkolosis,
antijamur, dan antibiofilm (Sabra et al, 2007; Ntezurubanza et al,1986 ;
Thaweboon, 2009).
2.6. Sitral
Gambar 2.4. Struktur Kimia Sitral (Hamdard, 2007)
Sitral adalah salah satu komponen minyak atsiri yang banyak
ditemukan dalam berbagai tanaman aromatik dan memiliki bau lemon yang
khas. Sitral atau 3,7-dimetil-2,6 octadienal merupakan campuran dari dua
monoterpen asiklik yaitu geranial (trans-sitral atau sitral A) dan neral (cis-
sitral atau sitral B) dengan rumus molekul C10H16O (Chaimovitsh et al, 2010
& Shahzadi et al, 2014).
Sitral telah diketahui memiliki aktivitas sebagai antijamur, antibakteri,
dan insektisida. Sitral disebutkan juga merupakan senyawa alelopati aktif
(Chaimovitsh et al, 2010).
Sejumlah turunan monoterpene sendiri menunujukkan kemampuan
yang efektif sebagai kemoprevensi dan kemoterapi kanker pada tingkat sel
hewan uji maupun dalam uji klinis pada manusia. Senyawa terpen tak jenuh
mampu mengikat spesies oksigen aktif in vivo untuk memberikan epoksida
intermediet yang dapat mengalkilasi DNA, protein, dan bimolekular lainnya
(Assidqi, 2012).
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7. Destilasi uap
Distilasi uap merupakan suatu metode untuk isolasi minyak atsiri dari
bahan tanaman. Bahan tanaman ditempatkan dalam alembik untuk diekstraksi
dengan uap-air tanpa menggunakan maserasi dalam air. Uap air dikeluarkan
melewati tanaman dari bagian dasar alembik lalu menuju ke atas. Uap yang
bercampur dengan minyak atsiri mengalir melalui saluran kolom dan
kemudian dikondensasikan sebelum didekantasi dan dikumpulkan dalam
suatu tabung. Minyak atsiri yang massa jenisnya lebih ringan daripada air
akan membentuk dua fase yang tidak bercampur yang dapat dengan mudah
dipisahkan. Prinsip dari teknik ini adalah menggabungkan kesetaraan tekanan
uap dengan dengan tekanan lingkungan di sekitar 100°C sehingga komponen
volatil dengan titik didih mulai dari 150-300°C dapat menguap pada suhu
yang mendekati titik didih air (Y. Li et al, 2014).
2.8. Tinjauan Bakteri Uji
2.8.1. Escherichia coli
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli (Todar, 2008)
Escherichia coli adalah bakteri batang Gram negatif fermentatif
dengan panjang 0,4–0,7 μm, lebar 1–3 μm, dan dapat berupa satu
individu maupun berpasangan (Gyles et al. 2010; Songer dan Post
2005). Bakteri ini dapat menyebabkan diare enterik/hemoragik, infeksi
saluran kemih (ISK) dan sepsis/meningitis (Kaper, 2004).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8.2. Pseudomonas aeruginosa
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa (Holt et al, 1994)
Bakteri berbentuk batang, berukuran 0,6-2 μm, bergerak aktif
dengan flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub), tidak berspora,
tidak mempunyai selubung, dan bersifat Gram negatif. Bakteri ini
dapat menyebabkan infeksi pada luka, meningitis, dan infeksi saluran
air kemih (ISK) akibat pemakaian kateter dan alat-alat medis yang
ditumbuhi biofilm bakteri (Jawetz, et al, 1996).
2.8.3. Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Stapylococcus aureus (Rosenbach, 1884)
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat Gram
positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah
anggur (Jawetz, 2005). Bakteri ini ditemukan secara alami pada kulit
dan dalam nasofaring dari tubuh manusia. Bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi lokal pada kulit, hidung, uretra, vagina dan
saluran pencernaan (Haris, 2002).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9. Gas Chromatography-Mass Spectrophotometer (GC-MS)
Kromatografi gas merupakan salah satu metode pemisahan yang
berdasarkan partisi cuplikan antara fase gerak yang berupa gas pembawa
dan fase diam yang menahan cuplikan secara selektif (Sastrohamidjojo
dan Pranowo, 1985). Metode spektrometri massa didasarkan pada
pengubahan molekul netral menjadi ion-ion bermuatan positif dan
memisahkannya berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan
elektron (m/e) (Hendayana, 1994).
Pemisahan komponen senyawa dengan menggunakan GC
(Chromatography Gas) terjadi di dalam kolom dengan melibatkan dua
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah zat di dalam kolom
sedangkan fase gerak adalah gas pembawa (Helium atau Hidrogen). GC
(Chromatography Gas) adalah teknik pemisahan dimana larutan yang
mudah menguap dan stabil terhadap pemanasan akan bermigrasi melalui
kolom yang merupakan fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung
pada rasio distribusinya. Pada umumnya larutan akan terelusi berdasarkan
pada peningkatan titik didihnya (kecuali jika terjadi interaksi khusus
antara solut dengan fase diam). Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua
interaksi yang mungkin terjadi antara larutan dengan fase diam. Fase gerak
yang berupa gas akan mengelusi larutan dari ujung kolom yang akan
dihantarkan ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat bertujuan
untuk menjamin bahwa larutan akan menguap dan akan cepat terelusi,
suhu yang digunakan 50-350⁰C (Sudjadi, 2007).
2.10. Analisis Respon Permukaan (Respon Surface Analysis)
Optimasi adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mendapatkan
kondisi dari suatu penerapan prosedur untuk menghasilkan respon terbaik.
Optimasi mengacu pada peningkatkan kinerja sistem, proses, atau produk
hasil yang maksimal (Bezerra et al. 2008).
Metodologi respon permukaan adalah kumpulan teknik matematika
dan statistik yang didasarkan pada kecocokan dari model empiris dengan
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
data eksperimen yang diperoleh dalam kaitannya dengan desain
eksperimental. Desain eksperimental adalah seperangkat spesifik
eksperimen ditentukan oleh matriks penyusunnya dengan kombinasi
tingkat yang berbeda dari variabel yang diteliti (Bezerra et al. 2008).
Tahap penerapan RSM sebagai teknik optimasi yaitu
Pemilihan variabel independen yang menghasilkan efek paling utama
pada wilayah eksperimental, sesuai dengan tujuan penelitian.
Pemilihan desain eksperimental dan melaksanakan eksperimen sesuai
dengan matriks eksperimental yang dipilih.
Pengolahan secara matematika dan statistik dari data eksperimen yang
diperoleh dicocokan ke fungsi polinomial.
Evaluasi kecocokan model.
Verifikasi dari kebutuhan dan kemungkinan untuk melakukan
perubahan data ke wilayah yang optimal.
Memperoleh nilai optimum untuk masing-masing variabel (Bezerra et
al, 2008).
16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Maret sampai dengan Mei 2015 di
Laboratorium Genetika, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Peralatan gelas, jarum ose, kapas, kain kasa, kertas saring, spatula,
mikropipet, bunsen, pinset, alumunium foil, plastik wrap, neraca analitik,
autoklaf, oven, inkubator, microwave, Laminar Air flow (LAF), lemari
pendingin, vial, vortex, microtiterplate flat-bottom polystyrene 96 wells,
iMark Bio-Rad microplate reader.
3.2.2. Bahan
1) Tanaman
Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah
herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang didapat di
Kampung Grogol. Kemangi dipanen pada umur 3 bulan dengan
kondisi tanah gembur, tanpa pestisida, dan pengairan dilakukan
menggunakan air hujan dan air kali di dekat kebun. Tanaman ini
telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Cibinong,
Bogor.
2) Bahan Uji
Aquadest, DMSO (Dimethy Sulfoxide), Heterotrof Agar
(HTR Agar), Heterotrof Cair (HTR Cair), Eosin Methyl Blue
Agar (EMB), Pseudomonas Isolation Agar (PIA), Etanol 70%,
Etanol 96%, Kristal violet 1%.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3) Bakteri Uji
Escherichia coli DM6101 dan Pseudomonas aeruginosa
PMG203 didapatkan dari koleksi laboratorium mikrobiologi
kesehatan LIPI Cibinong dan Staphylococcus aureus didapatkan
dari hasil isolasi dari kulit manusia yang dilakukan di
laboratorium mikrobiologi kesehatan LIPI Cibinong, Bogor.
3.3. Ekstraksi Minyak Atsiri
Herba kemangi (batang, daun, dan bunga tanpa akar) diambil dalam
keadaan segar kemudian ditimbang sebanyak 25 kg. Herba kemangi
selanjutnya dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan bahan asing yang
menempel. Herba kemangi yang sudah dicuci bersih lalu dirajang dan
dikeringkan dalam suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung
selama 48 jam untuk mengurangi kadar airnya. Proses selanjutnya adalah
destilasi minyak atsiri dengan menggunakan metode destilasi uap air.
Destilasi minyak atsiri dilakukan selama 4 jam. Minyak atsiri yang telah
didapatkan dibebas-airkan dengan penambahan natrium sulfat (Na2SO4)
anhidrat untuk menghilangkan kadar airnya. Minyak atsiri yang masa
jenisnya berbeda dengan air sehingga akan membentuk dua fase yang tidak
bercampur dapat dipisahkan (Parida et al, 2014). Minyak atsiri yang
dihasilkan dihitung nilai rendemennya berdasarkan perbandingan volume
minyak yang dihasilkan dari penyulingan dengan bobot sampel.
3.4. Penentuan Komponen Minyak Atsiri
Komponen kimia penyusun minyak atsiri dianalisa dengan
menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS, Agilent
19091S-433), kolom (30m x 250 m x 0,25 mm), gas pembawanya adalah
Helium dengan kecepatan aliran gas 0.5 mL/menit dan tekanan kolom 1,1
psi. Suhu kolom diprogram dari 50⁰C sampai 250⁰C dengan 2 tahap
kenaikan. Volume injeksi yang digunakan 1µL dengan metode split (1:20).
Pada tahap awal suhu kolom dibuat konstan 50⁰C selama 5 menit, lalu
dinaikkan sampai 80⁰C dengan kecepatan kenaikan 2⁰C/menit. Pada 80⁰C
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
suhu dipertahankan selama 1 menit dan selanjutnya dinaikkan menjadi 250⁰C
dengan kecepatan 4⁰C/menit. Kondisi pada suhu 250⁰C ini dipertahankan
selama 4,5 menit. Suhu injektor selama analisis berlangsung diprogram
konstan pada suhu 225⁰C, sedangkan suhu detektor (Elektron Impact) dibuat
konstan pada suhu 250⁰C. Proses analisa ini memakan waktu 68 menit.
Spektrum massa masing-masing puncak senyawa hasil kromatogram GC-MS
selanjutnya dibandingkan dengan spektrum massa autentik yang ada pada
bank NIST (National Institute of Standard Technology) library (Sulianti, Sri
Budi., 2008).
3.5. Penyiapan Larutan Uji
Minyak atsiri diencerkan dengan DMSO 9,8% steril. Serial
konsentrasi minyak atsiri yang dibuat adalah 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%.
Campuran minyak atsiri dengan DMSO di vortex selama 5 menit untuk
mencampurkannya.
3.6. Pembuatan Media
1) Heterotrof Agar (HTR Agar)
Media Heterotrof Agar dibuat dengan melarutkan 15 g Bacto
Agar, Pepton 15 g, Tripton, 3 g, NaCl 5 g, dan K2HPO4 2,5 g dalam 1 L
aquadest dengan cara dipanaskan menggunakan microwave dan
dihomogenkan dengan sesekali digoyangkan.
Larutan media disterilisasi dengan autoclave pada 121ºC, 15
menit. Media ini digunakan sebagai media peremajaan Escherichia coli
dan Pseudomonas aeruginosa.
2) Heterotrof Cair (HTR Cair)
Media Heterotrof cair dibuat dengan melarutkan Pepton 15 g,
Tripton, 3 g, NaCl 5 g, K2HPO4 2,5 g, dan Glukosa 2.5 g dalam 1 L
aquadest dengan cara dipanaskan menggunakan microwave dan
dihomogenkan dengan sesekali digoyangkan.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Larutan media disterilisasi dengan autoclave pada 121ºC, 15
menit. Media ini digunakan sebagai media untuk menumbuhkan biofilm
bakteri uji.
3) Eosin methyl Blue Agar (EMB Agar)
Media Eosin methyl Blue Agar (EMB Agar) dibuat dengan
melarutkan media EMB Agar 24 g dalam 1 L aquades dengan cara
dipanaskan menggunakan microwave dan dihomogenkan dengan sesekali
digoyangkan.
Larutan media disterilisasi dengan autoclave pada 121ºC, 15
menit. Media ini digunakan sebagai media differensiasi untuk
Escherichia coli.
4) Luria Bertani Agar (LB)
Media LB dibuat dengan melarutkan melarutkan Bacto Agar 2,25
g, Yeast ekstrak 0,75 g, Tripton, 1,5 g, dan NaCl 0,75 g dalam dalam 150
ml aquadest. dengan cara dipanaskan menggunakan microwave dan
dihomogenkan dengan sesekali digoyangkan.
Larutan disterilisasi dengan autoclave pada 121ºC, 15 menit.
Media ini digunakan sebagai peremajaan Staphylococcus aureus.
5) Pseudomonas Isolation Agar (PIA)
Media Pseudomonas Isolation Agar (PIA) dibuat dengan
melarutkan media PIA 4,5 g dan Bacto Agar dalam 1 L aquadest dengan
cara dipanaskan menggunakan microwave dan dihomogenkan dengan
sesekali digoyangkan.
Larutan disterilisasi dengan autoclave pada 121ºC, 15 menit.
Media ini digunakan sebagai selektif untuk Pseudomonas aeruginosa.
3.7. Kultur Escherichia coli
Escherichia coli diinokulasi pada media Eosin Metyl Blue Agar
dengan metode streak dan diinkubasi selama 24 Jam pada suhu 37o C. Bakteri
hasil inokulasi selanjutnya diberikan pewarnaan Gram untuk melihat bentuk
mikroskopisnya.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.8. Kultur Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa ditumbuhkan pada media PIA dengan
metode streak dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Bakteri hasil
inokulasi selanjutnya diberikan pewarnaan Gram untuk melihat bentuk
mikroskopisnya.
3.9. Kultur Staphylococcus aureus
a) Isolasi Bakteri
Permukaan kulit digoreskan dengan menggunakan ose, kemudian
ose tersebut digoreskan ke media Brain Heart Infusion (BHI). Inkubasi
media BHI selama 24 jam pada suhu 37oC. Bakteri hasil inokulasi
selanjutnya diberikan pewarnaan Gram. Bakteri yang memiliki
karakteristik Gram positif dan berbentuk Staphylococcus dikarakterisasi
menggunakan H2O2 3%, media pelarut fosfat, media Klingler Iron Agar
(KIA), dan susu skim 20%.
b) Karakterisasi dengan Penambahan H2O2 3%
Satu ose bakteri uji digoreskan pada kaca objek, selanjutnya
ditambahkan satu tetes H2O2 3%.
c) Karakterisasi Bakteri dengan Media Pelarut Fosfat
Media Brain Heart Infusion ditambahkan Ca3(PO4)2 dan NaCl
sebagai media selektif untuk Staphylococcus aureus. Media dimasukkan
ke dalam cawan petri dan tunggu hingga mengeras. Satu ose bakteri
diambil dengan menggunakan ose berbentuk jarum lalu ose tersebut
ditusukkan ke media fosfat yang sudah mengeras. Inkubasi media selama
24 jam pada suhu 370C.
d) Karakterisasi Bakteri dengan Media Klingler Iron Agar (KIA)
Media KIA dibuat dalam tabung reaksi dengan posisi tegak. Satu
ose bakteri diambil dengan menggunakan ose berbentuk jarum lalu ose
tersebut ditusukkan ke dalam media.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e) Karakterisasi Bakteri dengan Susu Skim 20%
Susu skim dibuat dengan konsentrasi 20%, setelah itu susu
disterilisasi dengan cara pasteurisasi selama 30 menit pada suhu 90oC.
Sebanyak 2 ose kultur bakteri disuspensikan dalam 1 mL aquadest dalam
tabung appendorf dan divortex untuk menghomogenkannya. Susu hasil
pasteurisasi sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 500 µL kultur bakteri uji. Inkubasi selama 24 jam pada suhu
37oC.
3.10. Penyiapan Suspensi Bakteri
Bakteri uji diremajakan pada media padat dan diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37oC. Hasil inokulan diambil sebanyak satu ose lalu
dimasukkan ke dalam media heterotrof cair dan diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37oC. Susepensi bakteri diukur dengan menggunakan
spektrofotometer dengan densitas optik 600nm (Bjarnsholt et al, 2011).
3.11. Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri Uji
Suspensi bakteri sebanyak 200 µL dimasukkan ke dalam mikroplat.
Mikroplat ditutup dan diinkubasi pada 37oC dengan waktu 24, 48, 72, dan 96
jam. Setelah diinkubasi, isi mikroplat dikeluarkan dan dicuci dengan air.
Mikroplat selanjutnya diberikan pewarna dengan cara dimasukkan 200 µL
larutan kristal violet 1% dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang.
Pewarna dicuci dengan air dan dibiarkan kering pada suhu ruang. Setelah
mikroplat kering, sebanyak 200 µL Etanol 96% dimasukkan ke dalam
mikroplat dan inkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Mikroplat
selanjutnya diukur menggunakan microplate reader pada densitas optik
595nm (Bjarnsholt et al, 2011).
3.12. Uji Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Herba Kemangi
3.12.1. Uji Aktivitas Pencegahan Penempelan Biofilm
Sebanyak 200 µL seri konsentrasi minyak atsri yang sudah
dibuat sebelumnya dimasukkan ke dalam mikroplat, selanjutnya
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mikroplat ditutup dan diinkubasi pada suhu 27ºC selama 1 jam.
Setelah diinkubasi, seluruh isi mikroplat dikeluarkan dan dimasukkan
200 µL suspensi bakteri ke dalam mikroplat yang tadi lalu mikroplat
ditutup dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan waktu 24, 48, 72, dan
96 jam (Bjarnsholt et al, 2011). Mikroplat yang sudah diinkubasi
dikeluarkan isinya dan dicuci dengan air. Mikroplat diberikan
pewarna dengan cara dimasukkan sebanyak 200 µL larutan kristal
violet 1% dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Pewarna
selanjutnya dicuci dengan air bersih dan dibiarkan kering pada suhu
ruang. Setelah mikroplat kering, sebanyak 200 µL etanol 96%
dimasukkan kedalam mikroplat dan diinkubasi selama 15 menit pada
suhu ruang. Setelah itu mikroplat diukur pada densitas optik 595nm
menggunakan microplate reader (Bjarnsholt et al, 2011). Pengujian
dilakukan triplo dan persentase penghambatan biofilm dihitung
dengan menggunakan rumus berikut (Nikolić et al. 2014):
*Ket : DO (Densitas Optik)
3.12.2. Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Biofilm
Suspensi bakteri dicampurkan dengan minyak atsiri.
Konsentrasi suspensi bakteri-minyak atsiri dibuat menjadi 0,25%,
0,5%, 0,75%, dan 1% dan suspensi bakteri saja sebagai kontrol
negatif. Sebanyak 200 µL suspensi uji dan suspensi bakteri
dimasukkan ke dalam mikroplat, mikroplat ditutup dan diinkubasi
pada 37o C dengan waktu waktu 24, 48, 72, dan 96 jam. Setelah
diinkubasi, isi mikroplat dikeluarkan dan dicuci dengan air. Mikroplat
diberikan pewarna dengan cara dimasukkan 200 µL larutan kristal
violet 1% dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Pewarna
selanjutnya dicuci dengan air bersih dan dibiarkan kering pada suhu
ruang. Setelah mikroplat kering, sebanyak 200 µL etanol 96%
dimasukkan ke dalam mikroplat dan diinkubasi selama 15 menit pada
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
suhu ruang. Mikroplat diukur menggunakan microplate reader pada
densitas optik 595nm (Bjarnsholt et al, 2011). Pengujian dilakukan
triplo dan persentase penghambatan biofilm dihitung dengan
menggunakan rumus berikut (Nikolić et al. 2014):
*Ket : DO (Densitas Optik)
3.12.3. Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm
Suspensi bakteri sebanyak 200 µL dimasukkan ke dalam
mikroplat, mikroplat ditutup, dan diinkubasi pada 37oC dengan waktu
24, 48, 72, dan 96 jam. Mikroplat yang sudah diinkubasi dikeluarkan
isinya lalu sebanyak 200 µL seri konsentrasi minyak atsiri
dimasukkan ke dalam mikroplat, kontrol negatif diisikan DMSO 9.8%
dan kontrol positif diisikan dengan Biorem, mikroplat ditutup dan
diinkubasi pada suhu dan waktu yang sudah ditentukan. Setelah
diinkubasi, isi mikroplat dikeluarkan, dicuci dengan air, dan mikroplat
diberikan pewarna. Pewarnaan dilakukan dengan cara dimasukkan
sebanyak 200 µL larutan kristal violet 1% dan diinkubasi selama 15
menit pada suhu ruang. Pewarna dicuci dengan air bersih dan
dibiarkan kering pada suhu ruang. Setelah mikroplat kering,
dimasukkan sebanyak 200 µL etanol 96% kedalam mikroplat dan
diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Setelah itu mikroplat
diukur pada densitas optik 595nm menggunakan microplate reader
(Bjarnsholt et al, 2011). Pengujian dilakukan triplo dan persentase
penghambatan biofilm dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Nikolić et al. 2014):
*Ket : DO (Densitas Optik)
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.13. Analisa Data Uji Terseleksi
Metode analisis respon permukaan digunakan untuk membuat
kerangka uji dan mengolah data hasil uji terseleksi, Selanjutnya akan
didapatkan konsentrasi, waktu dan suhu optimal dari minyak atsiri herba
kemangi untuk diuji dan dibandingkan dengan kontrol positif (Bezerra et al,
2008).
25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Determinasi
Hasil determinasi sampel tumbuhan dari Herbarium Bogoriense
LIPI bogor pada tanggal 29 Desember 2014 membuktikan bahwa
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar jenis
Ocimum americanum L., suku Lamiaceae, Kemangi. (lampiran 2)
4.1.2. Hasil Penyiapan Sampel
Herba kemangi basah dengan bobot 25 kg yang sudah
dikeringkan lalu ditimbang dan didapatkan berat kering sebanyak 20
kg. Herba kemangi selanjutnya dilakukan proses destilasi. Minyak
atsiri yang didapat dari hasil destilasi 20 kg herba kemangi adalah 35
mL. Rendemen minyak atsiri kemangi yang didapatkan yaitu 0,18 %
v/b (lampiran 3).
4.1.3. Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi dengan GCMS
Gambar 4.1. Spectrum GCMS Minyak Atsiri Kemangi
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1. Hasil Analisis GCMS Komponen Kimia Minyak Atsiri
NO Waktu
Retensi
Area
(%) Komponen
Kualitas Kesamaan
Senyawa
1 23,620 2,644 linalool 93
2 26,673 0,727 Citronellal 91
3 30,314 4,587 cis-Geraniol 93
4 30,939 31,737 β-Sitral 97
5 31,453 1,863 (Z)-Nerol 91
6 32,220 43,940 Sitral 96
7 36,158 0,185 Copaene 97
8 36,370 0,369 Geranyl Acetat 90
9 37,711 1,476 Caryophyllene 99
10 38,211 1,165 Trans-,alpha,-Bergamotene 91
11 38,857 0,398 Humulene 99
12 40,565 0,161 beta-Bisabolene 98
13 41,618 3,300 Cis-alpha-Bisabolene 90
4.1.4. Hasil Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Tabel 4.2. Kultur Bakteri Escherichia coli
Koloni Pertumbuhan Penampakan Mikroskopis
Perbesaran 100x
Koloni hitam dengan pinggiran
berwarna emas metalik pada EMB
Gram negatif, batang pendek sedikit
oval, susunan tidak teratur
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3. Kultur Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Koloni Pertumbuhan Penampakan Mikroskopis
Perbesaran 100x
Koloni tumbuh pada media PIA
menghasilkan warna kehijauan
Gram negatif, batang pendek, warna
kemerahan
Tabel 4.5. Kultur Bakteri Staphylococcus aureus murni
Koloni Pertumbuhan Bakteri Uji
S.aureus no 6
Penampakan Mikroskopis
Perbesaran 100x
Koloni padat, bulat, halus, dan
berwarna putih kekuningan
Gram positif, warna ungu kemerahan,
berkelompok tidak teratur
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4. Uji Kultur Bakteri Staphylococcus aureus
Uji H2O2 3% Uji pada Media Pelarut Fosfat
Menghasilkan gelembung yang banyak
pada kaca objek no 6 Melarutkan fosfat paling banyak
Uji pada Media KIA (Kingler Iron
Agar) Koagulasi Susu Skim 20%
Terdapat warna kehitaman di titik
tempat penusukan tabung no 6
Penggumpalan dan pengendapan
sempurna dari susu pada tabung no 6
4.1.5. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri
Pertumbuhan biofilm bakteri uji yang diinkubasi pada suhu
37oC selama 72 jam dapat dilihat pada grafik di bawah. Densitas optik
suspensi bakteri uji yang digunakan 0,2.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.1. Grafik Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri Uji
(OD595nm)
4.1.6. Hasil Uji Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Herba Kemangi
Uji aktivitas antibiofilm minyak atsiri terhadap biofilm
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus
aureus. Grafik persentase hasil uji aktivitas antibiofilm minyak atsiri
dapat diliat pada gambar dibawah.
Gambar 4.2. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Terhadap Bakteri
Escherichia coli
0.324
0.467
0.829
De
nsi
tas
Op
tik
Bio
film
(O
D59
5)
Pencegahan Penghambatan Penghancuran
1.00% 40.68 41.28 14.64
0.75% 27.66 36.87 22.68
0.50% 20.24 35.47 23.92
0.25% 13.63 34.07 21.92
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
PER
SEN
TASE
AK
TIV
ITA
S A
NTI
BIO
FILM
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Gambar 4.4. Aktivitas Antibiofilm Minyak Atsiri Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Pencegahan Penghambatan Penghancuran
1.00% 34.89 36.69 15.14
0.75% 34.74 41.59 34.4
0.50% 34.14 42.94 41.13
0.25% 20.54 40.47 42.66
0
10
20
30
40
50
60
PER
SEN
TASE
AK
TIV
ITA
S A
NTI
BIO
FILM
Pencegahan Penghambatan Penghancuran
1.00% 16.41 41.53 46.41
0.75% 28.75 51.95 53.67
0.50% 34.64 53.69 54.11
0.25% 43.06 54.41 58.1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
PER
SEN
TASE
AK
TIV
ITA
S A
NTI
BIO
FILM
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.7. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Staphylococcus aureus
Uji pertumbuhan biofilm Staphylococcus aureus dilakukan
berdasarkan perbedaan waktu pertumbuhan. Densitas optik bakteri
yang digunakan sebagai inisiasi untuk penumbuhan biofilm adalah
0,5 (DO = 0,5) dan suhu inkubasi bakteri adalah 37 oC.
Gambar 4.5. Densitas Optik Pertumbuhan Biofilm
Staphylococcus aureus (OD595nm)
4.1.8. Hasil Uji Aktivitas Terseleksi Penghancuran Biofilm
Staphylococcus aureus
Uji aktivitas terseleksi penghancuran biofilm Staphylococcus
aureus dibuat berdasarkan perbandingan konsentrasi dengan suhu,
konsentrasi dengan waktu kontak, dan waktu kontak dengan suhu.
Konsentrasi yang dibuat 0,25%, 0,625%, dan 1%. Suhu yang
digunakan 250C, 37
0C, dan 50
0C. Waktu kontak ekstrak dengan
biofilm yang dilakukan adalah 30 menit, 60 menit, dan 90 menit.
Hasil contour plot respon surface dapat dilihat pada gambar 4.6 dan
4.7.
0.30
0.87
0.75
0.46
De
nsi
tas
Op
tik
Bio
film
(D
O59
5)
Waktu inkubasi (jam)
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.6. Contour plot Persentase Penghancuran Biofilm dari
Perbandingan Suhu dengan Konsentrasi
Gambar 4.7. Contour plot Persentase Penghancuran Biofilm dari
Perbandingan Waktu Kontak dengan Suhu
Contour plot di atas menunjukkan aktivitas penghancuran biofilm
Staphylococcus aureus berdasarkan perbandingan pengaruh
konsentrasi dengan suhu dan waktu kontak dengan suhu. Hasil
pengolahan data dengan menggunakan respon surface analysis
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi, suhu, dan waktu kontak
terbaik untuk penghancuran biofilm Staphylococcus aureus. Saat data
kondisi optimal untuk penghancuran biofilm sudah didapatkan, maka
selanjutnya dilakukan kembali uji pada kondisi optimal penghancuran
biofilm untuk dibandingkan dengan Biorem sebagai kontrol positif
penghancuran biofilm.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil uji aktivitas optimal minyak atsiri kemangi yang
dibandingkan dengan kontrol positif yaitu Biorem dan kontrol
pelarut minyak atsiri dengan DMSO 9,8%.
Gambar 4.8. Grafik Hasil Uji Aktivitas Terseleksi Minyak
Atsiri Kemangi
4.2. Pembahasan
Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan
masyarakat Indonesia adalah Ocimum americanum atau yang lebih dikenal
dengan kemangi (Umar, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thaweboon & Thaweboon tahun
2009, menunjukkan bahwa minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas
antimikroba yang juga mampu dalam menghancurkan biofilm dari bakteri
Streptococcus mutans di mulut. Hasil penelitian lain yang telah ada juga
menyebutkan bahwa minyak atsiri dari kemangi memiliki efek antibakteri,
antituberkolosis, dan antijamur (Sabra et al, 2007; Ntezurubanza et al,1986;
Wungsintaweekul et al, 2009; Parida et al, 2014).
Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah minyak atsiri
dari herba kemangi (Ocimum americanum L.), dan telah di determinasi di
Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Bogor.
Minyak atsiri herba kemangi didapat dengan cara destilasi uap-air
dengan menggunakan destilasi uap-air yang prosesnya dilakukan selama 4
Ekstrak 0.25% DMSO 9.8% Biorem 0.25%
Series1 65.88 2.74 75.59
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Per
sen
tase
Akt
ivit
as P
engh
ancu
ran
Perlakuan Uji
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jam. Metode destilasi uap dipilih karena merupakan salah satu metode yang
sudah lama disetujui dan resmi untuk isolasi minyak atsiri dari bahan tanaman
(Y. Li et al, 2014). Metode ini juga sudah dilakukan oleh Parida et al tahun
2014 untuk mengekstraksi minyak atsiri dari daun kemangi. Hasil rendemen
minyak atsiri kemangi yang didapat pada penelitian Parida et al adalah 0.2%
v/b sedangkan penelitian yang saat ini dilakukan menghasilkan rendemen
yang lebih rendah yaitu 0,18 % v/b. Perbedaan dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan yaitu suhu udara dan tanah, intensitas cahaya dan kondisi
kelembaban. Sintesis metabolit sekunder sangat berkaitan dengan jumlah
cahaya yang dapat diterima oleh tumbuhan. Namun, faktor lingkungan
sepertinya yang paling berpengaruh pada akumulasi total minyak atsiri
(Shadia et al. 2007).
Minyak atsiri yang didapat selanjutnya dianalisis komponen kimianya
dengan menggunakan GCMS (Gas Chromatography-Mass
Spectrophotometer). Tujuannya adalah untuk mengetahui komponen-
komponen kimia yang terdapat didalam minyak atsiri. Hasil analisis kimia
minyak atsiri menunjukkan terdapat 13 komponen senyawa didalamnya.
Senyawa yang paling dominan diantaranya Sitral (43,94%) dan β-Sitral (
31,737%). Hasil jumlah komponen kimia yang didapat lebih rendah
dibandingkan jumlah komponen minyak atsiri pada penelitian Parida et al
tahun 2014 yang menunjukkan terdapat 18 komponen kima dari minyak
atsirinya. Perbedaan jumlah komponen ini kemungkinan penyebabnya sama
dengan perbedaan jumlah rendemen minyak atsiri yang sebelumnya dibahas.
Perbedaan ini juga kemungkinan dapat terjadi akibat perbedaan teknik
analisis komponen kimia yang dilakukan oleh Parida et al tahun 2014 yang
menggunakan kormatografi gas-cair sedangkan pada penelitian ini
menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa. Meskipun jumlah
komponen berbeda tetapi komponen utama dan jumlah komponen utama dari
minyak atsiri kemangi pada penelitian Parida dan yang saat ini dilakukan
hampir sama. Komponen utama dari kedua penelitian ini adalah sitral dan β-
sitral dengan kadar pada penelitian Parida et al masing-masing yaitu 47,18%
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan 36,57% sedangkan pada penelitian ini didapatkan kadar masing-masing
yaitu 43,94% dan 31,73%.
Minyak atsiri kemangi yang digunakan memiliki komponen kimia
terbesarnya yaitu sitral. Sitral merupakan monoterpen yang sudah diketahui
memiliki aktivitas farmakologi, termasuk didalamnya sebagai antibakteri,
antijamur, antibakteri, insektisida, dan antibiofilm (Lima et al. 2012; Kalia,
2015; Chaimovitsh et al, 2010). Sitral sebagai antibiofilm dengan
menghambat quorum sensing (QS) sehingga pembentukan biofilm terhambat.
Pada penelitian oleh Dalleau tahun 2007, menunjukkan sitral dapat
menghambat secara signifikan dari aktivitas metabolik ragi yang termasuk
dalamnya Candida albicans biofilm ketika ditambahkan pada konsentrasi
kurang dari 2,25 mg/mL pada saat awal pertumbuhan biofilm jamur.
Mekanisme yang mungkin terjadi saat penghambatan QS yaitu persaingan
pengikatan molekul sinyal pada reseptor, degradasi sinyal enzimatik seperti
pada asil homoserine lakton (AHL) acylases (Sistem komunikasi sel-sel yang
memungkinkan untuk mengkoordinasikan ekspresi gen), dan penghambatan
penerimaan molekul sinyal (Verbel et al, 2012). Sitral sebagai antibakteri dan
antibiofilm dapat mengikat oksigen saat didalam tubuh untuk membuat
epoksida intermediet yang dapat mengalkilasi DNA, protein dan sejumlah
biomolekular yang lainnya (Kalia, 2015 & Saddiq, 2010). Selain itu pada
penelitian yang dilakukan Thaweboon tahun 2012, menunjukkan minyak
atsiri kemangi secara keseluruhan juga dapat bekerja sebagai antibiofilm
dengan cara menghancurkan biofilm dari Streptococcus mutans yang sudah
terbentuk.
Minyak atsiri dibuat serial konsentrasi uji 1%, 0,75%, 0,5%, dan
0,25% v/v. Serial konsentrasi dibuat dengan mengencerkan minyak atsiri
dengan DMSO 9,8%. DMSO digunakan karena merupakan pelarut yang
dapat melarutkan hampir semua senyawa polar maupun non polar dan dapat
digunakan sebagai pengencer ekstrak. Pelarut DMSO merupakan pelarut
organik dan tidak bersifat bakterisidal hingga konsentrasi 10%. DMSO
direkomendasikan digunakan sebagai pelarut minyak atsiri (Assidqi, 2012 &
Thaweboon, 2009).
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penelitian ini minyak atsiri dilakukan uji aktivitas antibiofilm
terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus menggunakan metode Microtitter Plate Biofilm
Assay. Pengujian ini dilakukan terhadap tiga aktivitas antibiofilm yaitu
pencegahan pertumbuhan biofilm, penghambatan pertumbuhan biofilm dan
penghancuran biofilm.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa yang didapat dari koleksi laboratorium
mikrobiologi LIPI dan Staphylococcus aureus hasil isolasi. Ketiga bakteri
yang digunakan ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Escherichia
coli merupakan flora normal di dalam usus tetapi dapat menjadi patogen jika
jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar
usus. Escherichia coli dapat menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan
beberapa kasus diare, sepsis bila bakteri dapat memasuki aliran darah, infeksi
saluran kemih, dan penyebab utama meningitis pada bayi (Jawetz et al,
1996). Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada luka,
membentuk nanah yang berwarna biru hijau, meningitis, dan infeksi saluran
air kemih akibat pemakaian kateter dan alat-alat medis yang ditumbuhi
biofilm bakteri (Jawetz, et al, 1996). Infeksi oleh Staphylococcus aureus
ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia,
mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, dan osteomielitis (Ryan
et al, 1994; Warsa, 1994).
Bakteri uji dikultur pada media padat untuk diamati bentuk
morfologinya. Bakteri Escherichia coli ditumbuhkan pada media EMB
(Eosin Methyl Blue Agar) dan dilakukan pewarnaan Gram untuk melihat
bentuk mikroskopisnya. Hasil dari inokulan menunjukkan ciri khas dari
Escherichia coli yaitu pada media EMB menghasilkan warna metalik emas
dan bentuk mikroskopis terlihat batang pendek sedikit oval, susunan tidak
teratur, dan berwarna kemerahan. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
ditumbuhkan pada media PIA (Pseudomonas Isolation Agar) dan dilakukan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pewarnaan Gram untuk melihat bentuk mikroskopisnya. Hasil dari inokulan
menunjukkan ciri dari Pseudomonas aeruginosa yaitu pada media PIA
inokulan yang terbentuk menghasilkan warna hijau yang merupakan ciri
khasnya dan bentuk mikroskopisnya batang pendek, warna kemerahan, dan
tidak teratur. Hasil dari inokulan Staphylococcus aureus menunjukkan ciri
khasnya yaitu secara makroskopis koloni padat, bulat, halus, dan berwarna
putih kekuningan dan secara mikroskopis sel yang berbentuk bulat berwarna
ungu dan berkoloni seperti buah anggur. Uji biokimia dilakukan untuk
memastikan bahwa inokulan adalah spesies Staphylococcus aureus dengan
menggunakan larutan H2O2 3%, media pelarut fosfat, media KIA, dan susu
skim 20%. Bakteri hasil inokulasi dapat dipastikan Staphylococcus aureus
jika pada uji H2O2 3% menghasilkan gelembung gas yang banyak, uji dengan
susu skim 20% menyebabkan menggumpalnya susu, positif melarutkan fosfat
pada media fosfat, dan terdapatnya titik kehitaman pada dasar penusukan di
media KIA. Dari keseluruhan uji yang dilakukan terhadap tujuh jenis bakteri
yang diuga Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa bakteri nomor 6
positif merupakan Staphylococcus aureus.
Setelah semua bakteri uji dipastikan sesuai, maka selanjutnya
dilakukan uji pembentukan biofilm. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bakteri uji yang digunakan dalam membentuk biofilm. Suspensi
bakteri dengan densitas optik 0.2 (DO600) pada masing-masing bakteri
dimasukkan ke dalam mikroplat yang berbeda dan diinkubasi pada suhu 370C
selama 72 jam. Densitas optik biofilm Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphylococcus aureus yang terbentuk masing-masing
adalah 0,324, 0,66, dan 0,829. Grafik pertumbuhan dapat dilihat pada gambar
4.1. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dapat membentuk biofilm yang baik,
sehingga metode dan bakteri yang digunkan sudah cocok dan dapat
digunakan untuk uji aktivitas antibiofilm.
Uji aktivitas antibiofilm minyak atsiri dilakukan terhadap pencegahan,
penghambatan, dan penghancuran biofilm Escherichia coli. Data persentase
pencegahan biofilm Escherichia coli pada gambar 4.2. Grafik pada gambar
menunjukkan grafik eksponensial dimana terjadi peningkatan aktivitas
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pencegahan biofilm seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri.
Hasil tertinggi ditunjukan pada konsentrasi 1% dengan persentase
pencegahan sebesar 40,68% dan yang terendah pada konsentrasi 0,25%
dengan persentase pencegahan 13,63%. Hasil uji statistik pencegahan biofilm
Escherichia coli dapat dilihat pada lampiran 10. Uji normalitas menunjukkan
data pencegahan biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan pada uji
homogenitas menunjukkan data pencegahan biofilm tidak terdistribusi
homogen (p ≤ 0,05) sehingga dilanjutkan ke uji Kruskal Wallis. Hasil uji
Kruskal Wallis (p ≤ 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
pada data uji pencegahan biofilm Escherichia coli sehingga dilanjutkan ke uji
Post Hoc untuk melihat perbedaanya. Hasil uji post hoc menunjukkan
densitas optik kontrol negatif berbeda secara bermakna terhadap masing-
masing konsentrasi uji.
Persentase aktivitas penghambatan Eschercia coli dapat dilihat pada
gambar 4.2. Grafik pada gambar menunjukkan grafik eksponensial dimana
terjadi peningkatan aktivitas penghambatan biofilm seiring dengan
meningkatnya konsentrasi minyak atsiri. Penghambatan biofilm tertinggi
ditunjukkan pada konsentrasi 1% dengan persentase penghambatan sebesar
41,28% dan yang terendah pada konsentrasi 0,25% dengan persentase
pencegahan 34,07%. Hasil uji statistik penghambatan biofilm Escherichia
coli dapat dilihat pada lampiran 11. Uji normalitas menunjukkan pencegahan
biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan pada uji homogenitas
menunjukkan penghambatan biofilm terdistribusi homogen (p ≥ 0,05).
Sehingga analisa dilanjutkan dengan uji Anova. Hasil uji Anova (p ≤ 0,05)
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada data uji penghambatan
biofilm Escherichia coli sehingga dilanjutkan ke uji post hoc untuk melihat
perbedaanya. Hasil uji Post Hoc menunjukkan densitas optik kontrol negatif
berbeda secara bermakna terhadap masing-masing konsentrasi uji.
Uji terakhir terhadap Escherichia coli yaitu penghancuran biofilm.
Persentase aktivitas penghancuran Eschercia coli dapat dilihat pada gambar
4.2. Grafik pada gambar menunjukkan grafik dengan skema sigmoid, dimana
aktivitas terbaik berada di tengah yaitu pada konsentrasi 0,5% dengan
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
aktivitas penghancuran 23,92% dan turun kembali pada konsentrasi 0,25%
dengan persentase aktivitas penghancuran sebesar 21,92%. Aktivitas
penghancuran tersendah pada konsentrasi 1% dengan aktivtas penghancuran
sebesar 14,64%. Hasil uji statistik penghancuran biofilm Escherichia coli
dapat dilihat pada lampiran 12. Hasil uji normalitas menunjukkan pencegahan
biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan pada uji homogenitas
menunjukkan pencegahan biofilm terdistribusi homogen (p ≥ 0.05) sehingga
memenuhi persyataran untuk uji Anova. Hasil uji Anova (p ≥ 0.05)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Uji aktivitas antibiofilm minyak atsiri selanjutnya dilakukan terhadap
pencegahan, penghambatan, dan penghancuran biofilm Pseudomonas
aeruginosa. Persentase pencegahan biofilm Pseudomonas aeruginosa pada
gambar 4.3. Grafik pada gambar menunjukkan peningkatan aktivitas
pencegahan biofilm seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri.
Pencegahan biofilm tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi 1% dengan
persentase pencegahan sebesar 34,89% dan yang terendah pada konsentrasi
0,25% dengan persentase pencegahan 20,54%. Hasil uji statistik pencegahan
biofilm Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada lampiran 13. Hasil uji
normalitas menunjukkan pencegahan biofilm Pseudomonas aeruginosa
terdistribusi normal (p ≥ 0,05) tetapi uji homogenitas (p ≤ 0,05)
menunjukkan pencegahan biofilm Pseudomonas aeruginosa tidak
terdistribusi homogen, sehingga analisa dilanjutkan dengan uji Kruskal-
Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis (p ≤ 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan
yang bermakna, maka dilakukan uji post hoc. Hasil uji post hoc menunjukkan
densitas optik kontrol negatif berbeda secara bermakna terhadap masing-
masing konsentrasi uji.
Persentase aktivitas penghambatan biofilm Pseudomonas aeruginosa
dapat dilihat pada gambar 4.3. Grafik pada gambar menunjukkan grafik
dengan skema sigmoid, dimana aktivitas terbaik berada di tengah yaitu pada
konsentrasi 0,5% dengan aktivitas penghambatan sebesar 42,94% dan turun
kembali pada konsentrasi 0,25% degan persentase aktivitas penghambatan
sebesar 40,47%. Aktivitas penghambatan terendah pada konsentrasi 1%
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan aktivtas penghancuran sebesar 36,69%. Hasil uji statistik
penghambatan biofilm Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada lampiran
14. Hasil uji normalitas menunjukkan pencegahan biofilm terdistribusi
normal (p ≥ 0,05) dan pada uji homogenitas menunjukkan pencegahan
biofilm terdistribusi homogen (p ≥ 0,05) sehingga dilanjutkan ke uji Anova.
Hasil uji Anova (p ≤ 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
sehingga dilanjutkan ke uji post hoc. Hasil uji post hoc menunjukkan densitas
optik kontrol negatif berbeda secara bermakna terhadap masing-masing
konsentrasi uji.
Uji terakhir terhadap Pseudomonas aeruginosa adalah uji
penghancuran biofilm. Persentase aktivitas penghancuran Pseudomonas
aeruginosa dapat dilihat pada gambar 4.3. Grafik pada gambar menunjukkan
peningkatan aktivitas penghancuran biofilm seiring dengan menurunnya
konsentrasi minyak atsiri. Penghancuran biofilm tertinggi ditunjukkan pada
konsentrasi 0,25% dengan persentase penghancuran sebesar 42,66% dan yang
terendah pada konsentrasi 1% dengan persentase penghancuran biofilm
sebesar 15,14%. Hasil uji statistik penghancuran biofilm Pseudomonas
aeruginosa yang dapat dilihat pada lampiran 15. Hasil uji normalitas
menunjukkan penghancuran biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan pada
uji homogenitas menunjukkan penghancuran biofilm terdistribusi homogen (p
≥ 0,05) sehingga dilanjutkan uji Anova. Hasil uji Anova (p ≤ 0,05)
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi uji.
Selanjutnya, dilakukan uji post hoc yang menjelaskan tentang perbandingan
densitas optik antar perlakuan uji. Hasil uji Post Hoc menunjukkan densitas
optik kontrol negatif berbeda secara bermakna terhadap masing-masing
konsentrasi uji.
Uji aktivitas antibiofilm minyak atsiri yang terakhir dilakukan
terhadap pencegahan, penghambatan, dan penghancuran biofilm
Staphylococcus aureus. Persentase aktivitas pencegahan biofilm
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar 4.4. Grafik pada gambar
menunjukkan peningkatan aktivitas pencegahan biofilm seiring dengan
menurunnya konsentrasi minyak atsiri. Pencegahan biofilm tertinggi
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ditunjukan pada konsentrasi 0,25% dengan persentase pencegahan sebesar
43,06% dan yang terendah pada konsentrasi 1% dengan persentase
pencegahan biofilm sebesar 16,41%. Hasil uji statistik pencegahan biofilm
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada lampiran 16. Hasil uji normalitas
menunjukkan pencegahan biofilm Staphylococcus aureus terdistribusi normal
(p ≥ 0,05) dan uji homogenitas menunjukkan pencegahan biofilm
Staphylococcus aureus terdistribusi homogen (p ≥ 0,05), sehingga dilanjutkan
uji Anova. Hasil uji Anova (p ≤ 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan yang
bermakna. Sehingga dilanjutkan dengan uji post hoc yang menjelaskan
tentang perbandingan densitas optik antar perlakuan uji. Hasil uji post hoc
menunjukkan bahwa minyak atsiri kemangi dapat mencegah biofilm
Staphylococcus aureus secara bermakna.
Persentase aktivitas penghambatan biofilm Staphylococcus aureus
dapat dilihat pada gambar 4.4. Grafik pada gambar menunjukkan peningkatan
aktivitas penghambatan biofilm seiring dengan menurunnya konsentrasi
minyak atsiri. Penghambatan biofilm tertinggi ditunjukan pada konsentrasi
0,25% dengan persentase penghambatan sebesar 54,41% dan yang terendah
pada konsentrasi 1% dengan persentase penghambatan biofilm sebesar
41,53%. Hasil uji statistik penghambatan biofilm Staphylococcus aureus
dapat dilihat pada lampiran 17. Hasil uji normalitas menunjukkan pencegahan
biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan pada uji homogenitas
menunjukkan pencegahan biofilm tidak terdistribusi homogen ( p ≤ 0,05),
sehingga dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis (p ≤ 0,05)
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada perbedaan konsentrasi
uji sehingga dilanjutkan uji post hoc yang. Hasil uji post hoc menunjukkan
bahwa minyak atsiri kemangi dapat menghambat pertumbuhan biofilm
Staphylococcus aureus secara bermakna terhadap kontrol negatif.
Uji antibiofilm yang terakhir dilakukan terhadap Staphylococcus
aureus adalah aktivitas penghancuran biofilmnya. Persentase aktivitas
penghancuran biofilm Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar 4.4.
Grafik menunjukan aktvitas yang sama seperti aktivitas pencegahan dan
penghambatan biofilm Staphylococcus aureus sebelumnya. Grafik pada
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gambar menunjukkan peningkatan aktivitas penghancuran biofilm seiring
dengan menurunnya konsentrasi minyak atsiri. Penghancuran biofilm
tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi 0,25% dengan persentase
penghancuran sebesar 58,10% dan yang terendah pada konsentrasi 1%
dengan persentase penghancuran biofilm sebesar 46,41%. Hasil uji statistik
penghancuran biofilm Staphylococcus aureus dapat dilihat pada lampiran 18.
Hasil uji normalitas menunjukkan penghancuran biofilm terdistribusi normal
(p ≥ 0,05) dan pada uji homogenitas menunjukkan penghancuran biofilm
terdistribusi homogen (p ≥ 0,05) sehingga dilanjutkan uji Anova. Hasil uji
Anova (p ≤ 0,05) menunjukkan aktivitas penghancuran biofilm berbeda
secara bermakna, sehingga dilanjutkan ke uji post hoc. Hasil uji post hoc
menunjukkan bahwa minyak atsiri kemangi dapat menghancurkan biofilm
Staphylococcus aureus secara bermakna terhadap kontrol negatif.
Setelah didapatkan hasil uji aktivitas antibiofilm kemangi, maka
penelitian dilanjutkan untuk menguji aktivitas terbaik dari aktivitas
antibiofilm minyak atsiri kemangi. Aktivitas antibiofilm terbaik kemangi
yang paling baik dapat dilihat pada persentase aktivitas penghancuran biofilm
Staphylococcus aureus. Hasil persentase penghancuran biofilm tertinggi
terjadi pada biofilm bakteri Staphylococcus aureus yaitu 58,1%. Nilai
penghancuran tersebut jauh di atas nilai aktivitas antibiofilm pada perlakuan
yang lain. Hal ini yang menjadi dasar pemilihan aktivitas penghancuran
biofilm Staphylococcus aureus untuk dilakukan optimasinya.
Sebelum melakukan optimasi, dilakukan uji penumbuhan biofilm
untuk mencari waktu pertumbuhan biofilm terbaik dengan waktu lebih cepat.
Hasil dari penumbuhan biofilm dapat dilihat pada gambar 4.5. Hasil
pertumbuhan biofilm terbaik memiliki densitas optik sebesar 0,87 dengan
waktu inkubasi 48 jam.
Metode Response Surface Analysis (RSA) digunakan untuk
merancang dan mengolah data penghancuran biofilm. Faktor yang digunakan
untuk optimasi biofilm adalah konsentrasi, suhu dan waktu kontak.
Rancangan optimasi yang didapatkan dari RSA sebanyak 20 perlakuan uji
yang dapat dilihat pada lampiran 20. Setelah didapatkan hasil densitas optik
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari 20 perlakuan uji RSA, data dimasukan ke dalam rancangan dan akan
diplotkan untuk didapatkan contour plot yang menunjukkan perbandingan
aktivitas dengan faktor uji yang digunakan.
Hasil contour plot ini digunakan untuk mengetahui suhu, konsentrasi
dan waktu yang optimal dalam menghasilkan aktivitas antibiofilm yang
paling baik. Hasil contour plot dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7.
Pengaruh konsentrasi pada contour plot menunjukkan bahwa semakin kecil
konsentrasi menunjukkan aktivtias penghancuran biofilm yang semakin baik
pada Staphylococcus aureus dibandingkan dengan konsentrasi yang besar.
Selain konsentrasi, pengaruh suhu dan juga waktu kontak memiliki peranan
dalam proses penghancuran biofilm. Semakin tinggi suhu dan lamanya waktu
kontak ekstrak dengan biofilm dapat menyebabkan penghancuran biofilm
oleh minyak atsiri kemangi yang semakin baik. Peningkatan suhu dapat
menyebabkan terganggunya kestabilan lapisan biofilm yang terbentuk dari
polisakarida, protein, dan DNA sehingga menyebabkan semakin mudahkan
minyak atsiri untuk masuk ke bagian dalam biofilm bakteri. Waktu kontak
yang lama akan menyebabkan minyak atsiri yang dapat masuk kedalam
biofilm bakteri akan semakin banyak sehingga akan dapat menghancurkan
biofilm bakteri tersebut. Warna yang ada pada contour plot menunjukkan
aktivitas penghancuran biofilm. Data RSA yang didapatkan menunjukkan
perlakuan uji optimal minyak atsiri untuk menghancurkan biofilm
Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 0,25%, suhu degradasi 50oC,
dan waktu kontak 0.79 jam (48 menit).
Hasil uji terseleksi penghancuran biofilm Staphylococcus aureus yang
didapat dari RSA dilakukan uji statistik yang dapat dilihat pada lampiran 18.
Hasil uji normalitas menunjukkan penghancuran biofilm terdistribusi normal
(p ≥ 0.05) dan pada uji homogenitas menunjukkan penghancuran biofilm
terdistribusi homogen (p ≥ 0.05) sehingga dilanjutkan uji Anova. Hasil uji
Anova (p ≤ 0.05) menunjukkan aktivitas optimasi penghancuran biofilm
berbeda secara bermakna, Sehingga dilanjutkan ke uji post hoc. Hasil uji post
hoc menunjukkan bahwa minyak atsiri kemangi dapat menghancurkan
biofilm Staphylococcus aureus secara bermakna terhadap kontrol negatif.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persentase optimasi penghancuran biofilm Staphylococcus aureus
dapat dilihat pada gambar 4.8. grafik pada gambar menunjukkan bahwa
kontrol positif (Biorem) memiliki persentase penghancuran biofilm yang
lebih baik dengan 75,59% sedangkan minyak atsiri menghancurkan 65.79%.
sedangkan DMSO 9.8% hampir tidak memiliki aktivitas penghancuran
karena penghancurannya hanya sebesar 2.73%. Meskipun persentase
penghancuran biofilm optimal minyak atsiri lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol positif. Namun, perbedaan yang tidak terlalu jauh
menunjukkan bahwa minyak atsiri mempunyak potensi yang sangat baik
untuk dikembangkan sebagai penghancur biofilm dari bakteri Stapylococcus
aureus.
45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas pencegahan, penghambatan,
dan penghancuran biofilm Escherichia coli dengan persentase aktivitas
tertinggi pada konsentrasi berturut-turut yaitu 1%, 1%, dan 0,5%.
2. Minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas pencegahan, penghambatan,
dan penghancuran biofilm Pseudomonas aeruginosa dengan
persentase aktivitas tertinggi pada konsentrasi berturut-turut yaitu 1%,
0.5%, dan 0,5%
3. Minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas pencegahan, penghambatan,
dan penghancuran biofilm Staphylococcus aureus dengan persentase
aktivitas tertinggi pada konsentrasi 0,25%
4. Aktivitas optimal minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum
L.) dari penelitian ini ditunjukan pada aktivititas penghancuran biofilm
dari Staphylococcus aureus. Kondisi optimal minyak atsiri herba
kemangi untuk penghancuran biofilm Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi 0,25%, suhu 500C dan waktu kontak ekstrak 48 menit
dengan menghasilkan persentase penghancuran biofilm sebesar
65,79%.
5.2 SARAN
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi senyawa aktif
spesifik dan mekanisme kerja dari minyak atsiri herba kemangi (Ocimum
americanum L.) sebagai antibiofilm.
46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Assidqi, et al. 2012. Potensi Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia Hirta)
Sebagai Antibakteri terhadap Aeromonas Hydrophila Secara in Vitro.
Surabaya. Journal of Marine and Coastal Science - Universitas Airlangga.
Hal 113-124
Bezerra et al. 2008. Response surface methodology (RSM) as a tool for
optimization in analytical chemistry. Elsevier. Hal 965-977
Bjarnsholt et al. 2011. Biofilm Infections, Springer-Verlag. New York. Hal : 251-
255
Chaimovitsh et al. 2010. Microtubules are An Intracellular Target of The Plant
Terpene Citral. The Plant Journal. Vol 61 Hal 399-408
Cortés et al. 2011. Biofilm Formation, Control and Novel Strategies for
Eradication. Department of Restorative Dentistry. Brazil. Formatex. Hal
896-905
Dhale et al. 2010. Premliminary Sreening of Antibacterial and Phytochemical
Studies of Ocimum americanum Linn. Journal of Ecobiotechnology. ISSN
2077-0464. Hal 11-13
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal 555
Fardiaz, et al. 1981. Masalah keamanan pangan dalam hubungannya dengan
mikrobiologi veteri-neri. Kumpulan makalah Kongres Nasional
Mikrobiologi ke III. Jakarta. Hal : 307 - 310.
Haris et al. 2002. An Introduction to Staphylococcus aureus, and Techniques for
Identifying and Quantifying S.aureus Adhesins in Relation to Adhesion to
Biomaterials Review. European Cells and Materials Vol. 4. Hal 39-60.
ISSN 1473-2262
Hendayana, S., 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi kesatu, IKIP Press.
Semarang. Hal. 219 dan 243.
Holt, J.G. et al. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, Ninth
Edition, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, USA.
Jawetz. E., J. Melnick, L. Adelberg, E.A. 1995. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan, Edisi 16. Alih Bahasa oleh Dr. H. Tonang. Jakarta : EGC
Jawetz. E., J. Melnick, L. Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan, Gramedia, Jakarta.
Jawetz. E., J. Melnick, L. Adelberg, E.A. 2005. Microbiologi Untuk Profesi
Kesehatan. Terjemahan Huriati dan Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Kalia, Vipin Chandra. 2015. Quorum Sensing Vs Quorum Quenching : A Battle
with No End in Sight.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kaper et al. 2004 Phatogenic Escherchia coli. Department of Microbiology and
Immunology, and the Department of Pediatrics, University of Maryland
School of Medicine, Baltimore. Maryland 21201, USA
Keller et al, 2014. Oral Biofilm : Entry and Immune System Response. Inside
Dentistry
Kunarso, Djoko Hadi, 1987. Beberapa Catatan Tentang Bakteri Salmonella.
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Laut, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta. ISSN 0216-1877
Lima, et al. 2012 Anti-Candida albicans Effectiveness of Citral and Investigation
of Mode of Action. Pharmaceutical Biologi. 50(12):1536-41. doi:
10.3109/13880209.2012.694893.
Nikolić, et al. 2014. Antibacterial and Anti-biofilm Activity of Ginger (Zingiber
officinale (Roscoe)) Ethanolic Extract. Laboratory of Microbiology,
Department of Biology and Ecology, Faculty of Science, University of
Kragujevac. Kragujevac J. Sci. 36 129-136
Ntezurubanza L, Scheffer JJ, Looman A. Composition of the essential oil of
Ocimum americanum grown in Rawanda. Pharm Weekbl Sci 1986; 7: 273-
6.
O'Toole et al. 2000. Biofilm formation as microbial development. Annu Rev
Microbiology. Vol 54 Hal 49-79
Paraje, M.G. et al. 2011. Antimicrobial resistance in biofilms. Argentina.
Formatex. Hal 736-744
Pers., 2010. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia. PusatInformasi
Kehutanan Republik Indonesia.
Pitojo, Setijo. 1996. Kemangi dan Selasih. Trubus Agriwidya : Unggara.
Potter & perry. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta. EGC. hal : 933
– 942
Pratiwi, Sylvia. T. 2008. Mikrobologi Farmasi. Jakarta : Erlangga
Rai, Ravishankar. 2013. Microbial Biofilms and Ttheir Control by Various
Antimicrobial Strategies. Department of Studies in Microbiology,
University of Mysore. India. Formatex
S. Dalleau et al. 2007. In Vitro Activity of Essential oils and Their Major
Component Againt Candida albican Yeasts Growing Planktionically and
as Biofilm. Munich. European Society of Clinical Microbiology
Sarma dan Babu. 2011. Pharmacognostic and Phytochemical Studies of Ocimum
americanum. J. Chem. Pharm. Res., 3(3) : 337 – 347.
Sastrohamidjojo et al.1985. Kromatografi. Edisi kesatu. Penerbit Liberti.
Yogyakarta, hal. 6-8, 23, 26, 27, 46, 53-55, 92 dan 97.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Shadia, El-Aziz, Omer, & Sabra. 2007. Chemical Composition of Ocimum
americanum Essential Oil and Its Biological Effects Againts, Agrotis
ipsilon, (Lepidoptera : Noctuidae). Resech journal of Agriculture and
Biological Sciences, 3 (6) : 740-747.
Shahzadi et al. 2014. Synthesis of 3, 7-Dimethyl-2, 6-Octadienal Acetals from
Citral Extracted from Lemon Grass, Cymbopogon citrates L. Journal
Antiviral & Antiretroviral. Vol 6:1
Siemonsma, J.S dan Pliuek, Kasem. 1994. Plants Resources of South-East Asia
No.8 Vegetables. Bogor, Indonesia. Hal. 218-220.
Sousa et al. 2012. Computational Approaches to Standard-compliant Biofilm
Data for Reliable Analysis and Integration. Journal of Integrative
Bioinformatics.
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Danatus, I.A., Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II. Yogyakarta : Pusat Studi Obat Tradisional, pp :136 –
8.
Sudjadi . 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Sulianti,Sri Budi. 2008. Studi Fitokimia Ocimum spp : Komponen Kimia Minyak
Atsiri Kemangi dan Ruku-Ruku. Berita Biologi 9(3). Bidang Botani, Pusat
Penelitian Biologi-LIPI.
Thaweboon, Sroisiri., & Thaweboon, Boonyanit. 2009. In Vitro Antimicrobial
Activity of Ocimum americanum L. Essential Oil Against Oral
Microorganisms. Southeast Asian J Trop Med Public Healt, Vol. 40 No. 5
Todar, K. 2008. Online Text Book of Bacteriology. University of Wisconsin-
Madison Department of Bacteriology.
Verber, et al. 2014. Composition, Anti-quorum Sensing and Antimicrobial Activity
of Essential Oil from Lippia alba. Colombia. Brazilian Journal of
Microbiology 45. Hal 759-767
Verma & Kothiyal. 2012. Pharmacological Activities of Different Species of
Tulsi. International Journal of Biopharm & Phytochemical Research; Vol.
1 (1). Hal: 21-37.
Y. Li et al. 2014. Essential Oils as Reagents in Green Chemistry,
SpringerBriefs in Green Chemistry for Sustainability, DOI 10.1007/978-3-
319-08449-7_2
LAMPIRAN
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Alur Kerja
a. Escherichia coli
Herba Kemangi (Ocimum americanum L)
Destilasi Minyak Atsiri
Escherichia coli
Identifikasi Herba Kemangi
Pembuatan Suspensi Bakteri dan
Pengukuran OD bakteri
Analisis Data dan
Pembacaan dengan Microplate Reader
Inkulasi Bakteri Escherichia coli
Media EMB dan Heterotrof
Analisis Komponen Kimia
dengan GCMS
Uji Pencegahan
Biofilm
Uji Penghancuran
Biofilm
Uji Penghambatan Biofilm
Pembuatan Seri Konsentrasi
(0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%)
Uji Pertumbuhan Biofilm
Escherichia coli
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Pseudomonas aeruginosa
Uji Pencegahan
Biofilm
Herba Kemangi (Ocimum americanum L)
Destilasi Minyak Atsiri
Pseudomonas aeruginosa
Identifikasi Herba Kemangi
Pembuatan Suspensi Bakteri
dan Pengukuran OD bakteri
Analisis Data dan
Pembacaan dengan Microplate Reader
Inokulasi Bakteri Pseudomonas
aeruginosa di Media PIA dan
Heterotrof
Analisis Komponen
Kimia dengan GCMS
Uji Penghancuran
Biofilm Uji Penghambatan
Biofilm
Pembuatan Seri Konsentrasi
(0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%)
Uji Pertumbuhan Biofilm
Pseudomonas aeruginosa
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Staphylococcus aureus
Analisis Data dan
Pembacaan dengan Microplate Reader
Uji Pencegahan
Biofilm
Uji Penghancuran
Biofilm
Uji Penghambatan
Biofilm
Optimasi Aktivitas
terseleksi
Herba Kemangi (Ocimum americanum
L)
Destilasi Minyak Atsiri
Staphylococcus aureus
Identifikasi Herba Kemangi
Pembuatan Suspensi Bakteri
dan Pengukuran OD Bakteri
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Staphylococcus aureus
Inokulasi di Media Heterotrof
Analisis Komponen
Kimia dengan GCMS
Pembuatan Seri Konsentrasi
(0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%)
Uji Pertumbuhan Biofilm
Staphylococcus aureus
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Pewarnaan Gram
Penyiapan reagen pewarnaan Gram
(Kristal violet, safranin, lugol, dan etanol 70%)
Tambahkan kirstal violet 1 tetes, lalu diamkan 1
menit, setelah itu dibilas dengan air
Isolat bakteri digorekan pada kaca objek dan ditetesi dengan NaCl
fisiologis. Diamkan kaca objek beberapa saat hingga NaCl kering lalu
difiksasi di atas bunsen
Tambahkan lugol 1 tetes dan diamkan selama 1
menit, setelah itu bilas dengan air
Tambahkan safranin 1 tetes dan diamkan selama 1 menit,
setelah itu bilas dengan etanol dan dikering-anginkan
Pengamatan dengan mikroskop
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Hasil Determinasi
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Hasil Destilasi Minyak Atsiri Herba Kemangi
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Alat dan Bahan
Timbangan Analitik
Mikroskop
Mikropipet
Inkubator Microwave
Spectrophotometer
Mikroplate Reader
Laminar Air Flow
Oven
Vortex Autoklaf Microplate
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
GC-MS Destilasi Mikro Tip
BIOREM
Etanol 96% Bahan Pewarnaan Gram
Minyak Atsiri Kemangi Media HTR Kristal Violet 1%
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Hasil Pembuatan Larutan Uji
1. Minyak Atsiri 100%
2. Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri
Lampiran 6. Hasil Uji Pertumbuhan Biofilm Bakteri Uji.
Bakteri Uji Absorbansi
1 2 3 Rata-Rata
Escherichia coli 0,427
0,246
0,299
0,324
Pseudomonas aerginosa 0,645 0,680 0,655 0,660
Staphylococcus aureus 0,756 0,905 0,826 0,829
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Escherichia coli
a. Densitas Optik Pencegahan Biofilm Escherichia coli
b. Densitas Optik Penghambatan Biofilm Escherichia coli
c. Densitas Optik Penghancuran Biofilm Escherichia coli
Perlakuan Absorbansi
% Pencegahan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,161 0,179 0,159 0,166 -
Ekstrak 1% 0,095 0,097 0,104 0,099 48,68
Ekstrak 0,75% 0,118 0,122 0,121 0,120 27,66
Ekstrak 0,5% 0,114 0,142 0,142 0,133 20,24
Ekstrak 0,25% 0,147 0,145 0,139 0,144 13,63
Perlakuan Absorbansi
% Penghambatan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,161 0,179 0,159 0,166 -
Ekstrak 1% 0,092 0,104 0,097 0,098 41,28
Ekstrak 0,75% 0,100 0,101 0,114 0,105 36,87
Ekstrak 0,5% 0,098 0,101 0,123 0,107 35,47
Ekstrak 0,25% 0,112 0,109 0,108 0,110 34,07
Perlakuan Absorbansi
% Penghancuran 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,195 0,130 0,160 0,161 -
Ekstrak 1% 0,134 0,136 0,144 0,138 14,64
Ekstrak 0,75% 0,130 0,123 0,122 0,125 22,68
Ekstrak 0,5% 0,113 0,124 0,132 0,123 23,92
Ekstrak 0,25% 0,128 0,138 0,114 0,127 21,65
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Pseudomonas aeruginosa
a. Densitas Optik Pencegahan Biofilm Pseudomonas aeruginosa
b. Densitas Optik Penghambatan Biofilm Pseudomonas aeruginosa
c. Densitas Optik Penghancuran Biofilm Pseudomonas aeruginosa
Perlakuan Absorbansi
% Pencegahan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,442 0,431 0,451 0,441 -
Ekstrak 1% 0,260 0,295 0,307 0,287 34,89
Ekstrak 0,75% 0,291 0,280 0,293 0,288 34,74
Ekstrak 0,5% 0,292 0,288 0,292 0,291 34,14
Ekstrak 0,25% 0,373 0,341 0,338 0,351 20,54
Perlakuan Absorbansi
% Penghambatan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,321 0,292 0,279 0,297 -
Ekstrak 1% 0,176 0,190 0,172 0,179 39,69
Ekstrak 0,75% 0,260 0,183 0,178 0,174 41,59
Ekstrak 0,5% 0,167 0,166 0,176 0,170 42,94
Ekstrak 0,25% 0,187 0,184 0,160 0,177 40,47
Perlakuan Absorbansi
% Penghancuran 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,237 0,210 0,207 0,218 -
Ekstrak 1% 0,198 0,188 0,169 0,185 15,14
Ekstrak 0,75% 0,106 0,154 0,169 0,143 34,40
Ekstrak 0,5% 0,110 0,140 0,135 0,128 41,13
Ekstrak 0,25% 0,140 0,122 0,113 0,125 42,66
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Hasil Uji Antibiofilm Terhadap Staphylococcus aureus
a. Densitas Optik Pencegahan Biofilm Staphylococcus aureus
b. Densitas Optik Penghambatan Biofilm Staphylococcus aureus
c. Densitas Optik Penghancuran Biofilm Staphylococcus aureus
Perlakuan Absorbansi
% Pencegahan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,256 0,235 0,222 0,237 -
Ekstrak 1% 0,186 0,201 0,209 0,199 16,41
Ekstrak 0,75% 0,140 0,172 0,196 0,169 28,75
Ekstrak 0,5% 0,141 0,152 0,173 0,155 34,64
Ekstrak 0,25% 0,140 0,133 0,133 0,135 43,06
Perlakuan Absorbansi
% Penghambatan 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,318 0,215 0,158 0,230 -
Ekstrak 1% 0,113 0,130 0,141 0,135 41,53
Ekstrak 0,75% 0,112 0,110 0,110 0,111 51,95
Ekstrak 0,5% 0,109 0,098 0,113 0,107 53,69
Ekstrak 0,25% 0,093 0,096 0,126 0,105 54,41
Perlakuan Absorbansi
% Penghancuran 1 2 3 Rata-Rata
Kontrol (-) 0,095 0,826 0,756 0,844 -
Ekstrak 1% 0,411 0,427 0,519 0,099 46,41
Ekstrak 0,75% 0,378 0,356 0,439 0,101 53,67
Ekstrak 0,5% 0,388 0,296 0,478 0,103 54,11
Ekstrak 0,25% 0,264 0,329 0,468 0,107 58,10
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Aktivitas Pencegahan Biofilm Escherichia
coli
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik uji pencegahan
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 10.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .13233
Std. Deviation .024697
Most Extreme
Differences
Absolute .140
Positive .129
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .541
Asymp. Sig. (2-tailed) .931
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 10.2. Hasil uji homogenitas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
6.071 4 10 .010
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm tidak bervariasi homogen (p ≤
0,05), sehingga dilanjutkan ke uji Kruskal Wallis.
c. Uji Kruskal Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna dari data densitas
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm berbeda secara
bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 10.3. Hasil uji Kruskal Wallis
Absorbansi
Chi-Square 12.255
df 4
Asymp. Sig. .016
Kesimpulan : Densitas biofilm berbeda secara bermakna (p ≤ 0,05), sehingga
dilakukan pengujian dengan uji post hoc.
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .067667* .007542 .000 .05086 .08447
0.75 .046000* .007542 .000 .02919 .06281
0.5 .033667* .007542 .001 .01686 .05047
0.25 .022667* .007542 .013 .00586 .03947
1 Kontrol Negatif -.067667* .007542 .000 -.08447 -.05086
0.75 -.021667* .007542 .017 -.03847 -.00486
0.5 -.034000* .007542 .001 -.05081 -.01719
0.25 -.045000* .007542 .000 -.06181 -.02819
0.75 Kontrol Negatif -.046000* .007542 .000 -.06281 -.02919
1 .021667* .007542 .017 .00486 .03847
0.5 -.012333 .007542 .133 -.02914 .00447
0.25 -.023333* .007542 .011 -.04014 -.00653
0.5 Kontrol Negatif -.033667* .007542 .001 -.05047 -.01686
1 .034000* .007542 .001 .01719 .05081
0.75 .012333 .007542 .133 -.00447 .02914
0.25 -.011000 .007542 .175 -.02781 .00581
0.25 Kontrol Negatif -.022667* .007542 .013 -.03947 -.00586
1 .045000* .007542 .000 .02819 .06181
0.75 .023333* .007542 .011 .00653 .04014
0.5 .011000 .007542 .175 -.00581 .02781
Kesimpulan : Densitas optik pencegahan biofilm berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05).
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Biofilm
Escherichia coli
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalalitas distribusi data densitas optik aktivitas
penghambatan biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak terdistribusi
normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 11.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .11720
Std. Deviation .026879
Most Extreme
Differences
Absolute .281
Positive .281
Negative -.174
Kolmogorov-Smirnov Z 1.087
Asymp. Sig. (2-tailed) .188
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas penghambatan
biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 11.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.349 4 10 .055
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm bervariasi
homogen (p ≥ 0,05). sehingga dilanjutkan dengan uji Anova
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : untuk melihat data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm antar
konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm berbeda secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 11.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .009 4 .002 28.387 .000
Within Groups .001 10 .000
Total .010 14
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm berbeda secara
bermakna (p ≤ 0,05), sehingga dilanjutkan uji post hoc
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji post hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .068667* .007388 .000 .05221 .08513
0.75 .061333* .007388 .000 .04487 .07779
0.5 .059000* .007388 .000 .04254 .07546
0.25 .056667* .007388 .000 .04021 .07313
1 Kontrol Negatif -.068667* .007388 .000 -.08513 -.05221
0.75 -.007333 .007388 .344 -.02379 .00913
0.5 -.009667 .007388 .220 -.02613 .00679
0.25 -.012000 .007388 .135 -.02846 .00446
0.75 Kontrol Negatif -.061333* .007388 .000 -.07779 -.04487
1 .007333 .007388 .344 -.00913 .02379
0.5 -.002333 .007388 .759 -.01879 .01413
0.25 -.004667 .007388 .542 -.02113 .01179
0.5 Kontrol Negatif -.059000* .007388 .000 -.07546 -.04254
1 .009667 .007388 .220 -.00679 .02613
0.75 .002333 .007388 .759 -.01413 .01879
0.25 -.002333 .007388 .759 -.01879 .01413
0.25 Kontrol Negatif -.056667* .007388 .000 -.07313 -.04021
1 .012000 .007388 .135 -.00446 .02846
0.75 .004667 .007388 .542 -.01179 .02113
0.5 .002333 .007388 .759 -.01413 .01879
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm berbeda secara bermakna (p ≥
0,05).
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran Biofilm Escherichia
coli
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik aktivitas
penghancuran biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 12.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .13487
Std. Deviation .020325
Most Extreme
Differences
Absolute .239
Positive .239
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z .925
Asymp. Sig. (2-tailed) .360
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas penghancuran
biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 12.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.305 4 10 .130
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm bervariasi homogen (p ≥
0,05), sehingga dapat dilanjutkan uji Anova
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk melihat data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm terdapat
perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak berbeda secara
signifikan
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm berbeda secara signifikan
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0.05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0.05 Ho ditolak
Tabel 12.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .003 4 .001 2.889 .079
Within Groups .003 10 .000
Total .006 14
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak berbeda
secara bermakna (p ≥ 0,05), sehingga tidak dilanjutkan ke uji post hoc
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Aktivitas Pencegahan Biofilm Pseudomonas
aeruginosa
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik uji pencegahan
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 13.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .33160
Std. Deviation .063289
Most Extreme
Differences
Absolute .252
Positive .252
Negative -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .975
Asymp. Sig. (2-tailed) .298
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas pencegahan
biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 13.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.976 4 10 .035
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm tidak bervariasi homogen (p ≤
0,05). sehinggat dilanjutkan uji Kruskal Wallis
c. Uji Kruskal Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna dari data densitas
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm berbeda secara
bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 13.3. Hasil uji Kruskal Wallis
Absorbansi
Chi-Square 11.053
df 4
Asymp. Sig. .026
Kesimpulan : Data densitas optis biofilm berbeda secara bermakna (p ≤ 0,05)
sehingga dilakukan uji post hoc.
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .154000* .012260 .000 .12668 .18132
0.75 .153333* .012260 .000 .12602 .18065
0.5 .150667* .012260 .000 .12335 .17798
0.25 .090667* .012260 .000 .06335 .11798
1 Kontrol Negatif -.154000* .012260 .000 -.18132 -.12668
0.75 -.000667 .012260 .958 -.02798 .02665
0.5 -.003333 .012260 .791 -.03065 .02398
0.25 -.063333* .012260 .000 -.09065 -.03602
0.75 Kontrol Negatif -.153333* .012260 .000 -.18065 -.12602
1 .000667 .012260 .958 -.02665 .02798
0.5 -.002667 .012260 .832 -.02998 .02465
0.25 -.062667* .012260 .000 -.08998 -.03535
0.5 Kontrol Negatif -.150667* .012260 .000 -.17798 -.12335
1 .003333 .012260 .791 -.02398 .03065
0.75 .002667 .012260 .832 -.02465 .02998
0.25 -.060000* .012260 .001 -.08732 -.03268
0.25 Kontrol Negatif -.090667* .012260 .000 -.11798 -.06335
1 .063333* .012260 .000 .03602 .09065
0.75 .062667* .012260 .000 .03535 .08998
0.5 .060000* .012260 .001 .03268 .08732
Kesimpulan : Data pencegahan biofilm berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05).
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Biofilm
Pseudomonas aeruginosa
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik penghambatan
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak terdistribusi
normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 14.1. Hasil uji normalitas
Densitas optik
N 15
Normal Parametersa Mean .19940
Std. Deviation .052112
Most Extreme
Differences
Absolute .372
Positive .372
Negative -.225
Kolmogorov-Smirnov Z 1.439
Asymp. Sig. (2-tailed) .032
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik penghambatan biofilm
Hipotesis :
Ho : data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm bervariasi homogen
Ha : data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 14.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.861 4 10 .194
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm bervariasi homogen (p ≥
0,05), sehingga dapat dilakukan uji Anova
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk melihat data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm antar
konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak berbeda secara
signifikan
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm berbeda secara signifikan
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 14.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .036 4 .009 47.667 .000
Within Groups .002 10 .000
Total .038 14
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm berbeda secara
bermakna (p ≤ 0,05), sehingga dilanjutkan ke uji post hoc
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .118000* .011239 .000 .09296 .14304
0.75 .123667* .011239 .000 .09863 .14871
0.5 .127667* .011239 .000 .10263 .15271
0.25 .120333* .011239 .000 .09529 .14537
1 Kontrol
Negatif -.118000
* .011239 .000 -.14304 -.09296
0.75 .005667 .011239 .625 -.01937 .03071
0.5 .009667 .011239 .410 -.01537 .03471
0.25 .002333 .011239 .840 -.02271 .02737
0.75 Kontrol
Negatif -.123667
* .011239 .000 -.14871 -.09863
1 -.005667 .011239 .625 -.03071 .01937
0.5 .004000 .011239 .729 -.02104 .02904
0.25 -.003333 .011239 .773 -.02837 .02171
0.5 Kontrol
Negatif -.127667
* .011239 .000 -.15271 -.10263
1 -.009667 .011239 .410 -.03471 .01537
0.75 -.004000 .011239 .729 -.02904 .02104
0.25 -.007333 .011239 .529 -.03237 .01771
0.25 Kontrol
Negatif -.120333
* .011239 .000 -.14537 -.09529
1 -.002333 .011239 .840 -.02737 .02271
0.75 .003333 .011239 .773 -.02171 .02837
0.5 .007333 .011239 .529 -.01771 .03237
Kesimpulan : Data densitas optik control negatif dengan aktivitas penghambatan biofilm
berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05).
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran Biofilm
Pseudomonas aeruginosa
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik penghancuran
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak terdistribusi
normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 15.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .15987
Std. Deviation .041021
Most Extreme
Differences
Absolute .153
Positive .153
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .591
Asymp. Sig. (2-tailed) .876
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik penghancuran biofilm
Hipotesis :
Ho : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm bervariasi homogen
Ha : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 15.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.697 4 10 .227
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm bervariasi homogen (p ≥
0,05), sehingga dilanjutkan ke Anova
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk melihat data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm terdapat
perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak berbeda secara
signifikan
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm berbeda secara signifikan
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 15.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .020 4 .005 12.075 .001
Within Groups .004 10 .000
Total .024 14
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm berbeda secara
bermakna (p ≤ 0,05), sehingga dilanjutkan uji post hoc
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .033000 .016413 .072 -.00357 .06957
0.75 .075000* .016413 .001 .03843 .11157
0.5 .089667* .016413 .000 .05310 .12624
0.25 .093000* .016413 .000 .05643 .12957
1 Kontrol
Negatif -.033000 .016413 .072 -.06957 .00357
0.75 .042000* .016413 .028 .00543 .07857
0.5 .056667* .016413 .006 .02010 .09324
0.25 .060000* .016413 .004 .02343 .09657
0.75 Kontrol
Negatif -.075000
* .016413 .001 -.11157 -.03843
1 -.042000* .016413 .028 -.07857 -.00543
0.5 .014667 .016413 .393 -.02190 .05124
0.25 .018000 .016413 .298 -.01857 .05457
0.5 Kontrol
Negatif -.089667
* .016413 .000 -.12624 -.05310
1 -.056667* .016413 .006 -.09324 -.02010
0.75 -.014667 .016413 .393 -.05124 .02190
0.25 .003333 .016413 .843 -.03324 .03990
0.25 Kontrol
Negatif -.093000
* .016413 .000 -.12957 -.05643
1 -.060000* .016413 .004 -.09657 -.02343
0.75 -.018000 .016413 .298 -.05457 .01857
0.5 -.003333 .016413 .843 -.03990 .03324
Kesimpulan : Data densitas optik control penghancuran biofilm berbeda secara bermakna
(p ≥ 0,05).
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Aktivitas Pencegahan Biofilm
Staphylococcus aureus
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik uji pencegahan
pembentukan biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 16.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .17927
Std. Deviation .039791
Most Extreme
Differences
Absolute .165
Positive .165
Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z .640
Asymp. Sig. (2-tailed) .807
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm terdistribusi normal (p ≥ 0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas pencegahan
biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 16.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.447 4 10 .289
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm bervariasi homogen (p ≥ 0,05),
sehingga dapat dilanjutkan ke Anova
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : untuk melihat data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm antar
konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm berbeda secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 16.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .019 4 .005 15.964 .000
Within Groups .003 10 .000
Total .022 14
Kesimpulan : Data densitas optik pencegahan biofilm berbeda secara bermakna (p ≤
0,05), sehingga dilanjutkan uji post hoc
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji post hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .039000* .014145 .020 .00748 .07052
0.75 .068333* .014145 .001 .03682 .09985
0.5 .082333* .014145 .000 .05082 .11385
0.25 .102333* .014145 .000 .07082 .13385
1 Kontrol Negatif -.039000* .014145 .020 -.07052 -.00748
0.75 .029333 .014145 .065 -.00218 .06085
0.5 .043333* .014145 .012 .01182 .07485
0.25 .063333* .014145 .001 .03182 .09485
0.75 Kontrol Negatif -.068333* .014145 .001 -.09985 -.03682
1 -.029333 .014145 .065 -.06085 .00218
0.5 .014000 .014145 .346 -.01752 .04552
0.25 .034000* .014145 .037 .00248 .06552
0.5 Kontrol Negatif -.082333* .014145 .000 -.11385 -.05082
1 -.043333* .014145 .012 -.07485 -.01182
0.75 -.014000 .014145 .346 -.04552 .01752
0.25 .020000 .014145 .188 -.01152 .05152
0.25 Kontrol Negatif -.102333* .014145 .000 -.13385 -.07082
1 -.063333* .014145 .001 -.09485 -.03182
0.75 -.034000* .014145 .037 -.06552 -.00248
0.5 -.020000 .014145 .188 -.05152 .01152
Kesimpulan : Data densitas optik control negatif dengan pencegahan biofilm berbeda
secara bermakna (p ≥ 0,05).
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghambatan Biofilm
Staphylococcus aureus
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik penghambatan
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak terdistribusi
normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 17.1. Hasil uji normalitas
Absorbansi
N 15
Normal Parametersa Mean .13747
Std. Deviation .058594
Most Extreme
Differences
Absolute .276
Positive .276
Negative -.224
Kolmogorov-Smirnov Z 1.069
Asymp. Sig. (2-tailed) .203
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : Untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas penghambatan
biofilm
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas penghambatan biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Tabel 17.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5.658 4 10 .012
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm tidak bervariasi homogen (p
≤ 0,05), sehingga dilakukan uji Kruskal Wallis
c. Uji Kruskal Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna dari data densitas
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data densitas optik aktivitas pencegahan biofilm berbeda secara
bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 17.3. Hasil uji Kruskal Wallis
Absorbansi
Chi-Square 11.120
df 4
Asymp. Sig. .025
Kesimpulan : Densitas biofilm berbeda secara bermakna (p ≤ 0,05) sehingga
dilanjutkan dengan pengujian dengan uji post hoc.
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .095667* .030558 .011 .02758 .16375
0.75 .119667* .030558 .003 .05158 .18775
0.5 .123667* .030558 .002 .05558 .19175
0.25 .125333* .030558 .002 .05725 .19342
1 Kontrol Negatif -.095667* .030558 .011 -.16375 -.02758
0.75 .024000 .030558 .450 -.04409 .09209
0.5 .028000 .030558 .381 -.04009 .09609
0.25 .029667 .030558 .355 -.03842 .09775
0.75 Kontrol Negatif -.119667* .030558 .003 -.18775 -.05158
1 -.024000 .030558 .450 -.09209 .04409
0.5 .004000 .030558 .898 -.06409 .07209
0.25 .005667 .030558 .857 -.06242 .07375
0.5 Kontrol Negatif -.123667* .030558 .002 -.19175 -.05558
1 -.028000 .030558 .381 -.09609 .04009
0.75 -.004000 .030558 .898 -.07209 .06409
0.25 .001667 .030558 .958 -.06642 .06975
0.25 Kontrol Negatif -.125333* .030558 .002 -.19342 -.05725
1 -.029667 .030558 .355 -.09775 .03842
0.75 -.005667 .030558 .857 -.07375 .06242
0.5 -.001667 .030558 .958 -.06975 .06642
Kesimpulan : Data densitas optik penghambatan biofilm berbeda secara bermakna (p ≥
0,05).
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran Biofilm
Staphylococcus aureus
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik penghancuran
biofilm.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak terdistribusi
normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 18.1. Hasil uji normalitas
Densitas optik
N 15
Normal Parametersa Mean .48567
Std. Deviation .200853
Most Extreme
Differences
Absolute .249
Positive .249
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .963
Asymp. Sig. (2-tailed) .312
Kesimpulan : data densitas optik penghancuran biofilm terdistribusi normal (p ≥
0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optik aktivitas penghancuran
biofilm
Hipotesis :
Ho : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm bervariasi homogen
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ha : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak bervariasi homogen
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 18.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.653 4 10 .638
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm bervariasi homogen (p ≥
0,05).
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : untuk melihat data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm antar
konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesa :
Ho : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm tidak berbeda secara
signifikan
Ha : data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm berbeda secara signifikan
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 18.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .497 4 .124 18.240 .000
Within Groups .068 10 .007
Total .565 14
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm berbeda
secara bermakna (p ≤ 0,05).
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif 1 .391667* .067370 .000 .24156 .54178
0.75 .453000* .067370 .000 .30289 .60311
0.5 .456667* .067370 .000 .30656 .60678
0.25 .490333* .067370 .000 .34022 .64044
1 Kontrol Negatif -.391667* .067370 .000 -.54178 -.24156
0.75 .061333 .067370 .384 -.08878 .21144
0.5 .065000 .067370 .357 -.08511 .21511
0.25 .098667 .067370 .174 -.05144 .24878
0.75 Kontrol Negatif -.453000* .067370 .000 -.60311 -.30289
1 -.061333 .067370 .384 -.21144 .08878
0.5 .003667 .067370 .958 -.14644 .15378
0.25 .037333 .067370 .592 -.11278 .18744
0.5 Kontrol Negatif -.456667* .067370 .000 -.60678 -.30656
1 -.065000 .067370 .357 -.21511 .08511
0.75 -.003667 .067370 .958 -.15378 .14644
0.25 .033667 .067370 .628 -.11644 .18378
0.25 Kontrol Negatif -.490333* .067370 .000 -.64044 -.34022
1 -.098667 .067370 .174 -.24878 .05144
0.75 -.037333 .067370 .592 -.18744 .11278
0.5 -.033667 .067370 .628 -.18378 .11644
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm berbeda secara bermakna (p ≥ 0,05).
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Menggunakan
Response Surface Analysis
Hasil optimasi aktivitas penghancuran
Tabel 19.1. Hasil Optimasi Aktivitas Penghancuran biofilm
No Suhu Konsentrasi
Waktu
Kontak % Degradasi
1 25 1 0,5 3,005
2 25 1 1,5 52,277
3 25 0,625 1 48,454
4 25 0,25 0,5 26,230
5 25 0,25 1,5 52,484
6 37,5 1 1 64,717
8 37,5 0,625 1 55,153
9 37,5 0,625 1 61,653
10 37,5 0,625 1 61,838
11 37,5 0,625 1 56,267
12 37,5 0,625 1 55,153
13 37,5 0,625 1 52,089
14 37,5 0,625 0,5 64,129
15 37,5 0,625 1,5 47,970
7 37,5 0,25 1 67,038
16 50 1 0,5 55,216
17 50 1 1,5 64,094
20 50 0,625 1 67,563
18 50 0,25 0,5 68,448
19 50 0,25 1,5 66,667
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 20. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Staphylococcus
aureus Pada Kondisi Respon Surface Analysis
a. 250C, dan waktu kontak 30 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,122 0,125 0,119 0,122 -
Ekstrak 0,25% 0,08 0,08 0,09 0,083 31,693
Ekstrak 1% 0,106 0,122 0,127 0,118 3,005
b. Pada suhu 25 0C dan waktu kontak 60 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,312 0,287 0,276 0,291 -
Ekstrak 0,625% 0,14 0,155 0,155 0,15 48,453
c. Pada suhu 250C dan waktu kontak 90 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,350 0,323 0,294 0,322 -
Ekstrak 0,25% 0,134 0,16 0,165 0,153 52,484
Ekstrak 1% 0,077 0,164 0,22 0,153 52,277
d. Pada suhu 370C dan waktu kontak 30 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,316 0,287 0,264 0,289 -
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ekstrak 0,625% 0,077 0,083 0,151 0,103 64,129
e. Pada suhu 370C dan waktu kontak 60 menit
Perlakuan
Densitas Optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,336 0,376 0,366 0,359 -
Ekstrak 0,25% 0,066 0,121 0,168 0,118 67,038
Ekstrak 0,625% 0,151 0,167 0,165 0,161 55,153
Ekstrak 0,625% 0,062 0,174 0,177 0,137 61,652
Ekstrak 0,625% 0,06 0,174 0,177 0,137 61,838
Ekstrak 0,625% 0,158 0,163 0,15 0,157 56,267
Ekstrak 0,625% 0,151 0,166 0,166 0,161 55,153
Ekstrak 0,625% 0,166 0,174 0,176 0,172 52,089
Ekstrak 1% 0,069 0,153 0,158 0,126 64,716
f. Pada suhu 370C dan waktu kontak 90 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,263 0,270 0,280 0,271 -
Ekstrak 0,625% 0,133 0,144 0,146 0,141 47,970
g. Pada suhu 500C dan waktu kontak 30
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,370 0,436 0,375 0,393 -
Ekstrak 0,25% 0,112 0,132 0,128 0,124 68,447
Ekstrak 1% 0,150 0,179 0,199 0,176 55,216
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h. Pada suhu 500C dan waktu kontak 60 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,451 0,390 0,387 0,409 -
Ekstrak 0,25% 0,128 0,138 0,132 0,132 67,563
i. Pada suhu 500C dan waktu kontak 90 menit
Perlakuan
Densitas optik
% Penghambatan
1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,301 0,300 0,333 -
Ekstrak 0,25% 0,101 0,112 0,098 0,103 66,666
Ekstrak 1% 0,076 0,12 0,139 0,111 64,094
Lampiran 21. Hasil Uji Aktivitas Penghancuran Biofilm Kondisi optimal
Kondisi optimal : Pada suhu 50oC, konsentrasi 0,25%, waktu kontak 48 menit
Tabel 21.1. Data uji aktivitas penghambatan biofilm kondisi optimal
Perlakuan Densitas Optik
%
Penghancuran 1 2 3
Rata-
Rata
Kontrol (-) 0,894 0,913 0,86 0,889
Ekstrak 0,25% 0,329 0,290 0,291 0,236 65,879
DMSO 9,8% 0,91 0,868 0,816 0,864 2,737
Kontrol (+) 0,200 0,215 0,236 0,217 75,590
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 22. Hasil Uji Statistik Aktivitas Penghancuran Kondisi Optimal
Biofilm
a. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov
Tujuan : Untuk melihat normalitas distribusi data densitas optik penghancuran
biofilm pada kondisi optimal.
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
terdistribusi normal
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 22.1. Hasil uji normalitas
Densitas optik
N 12
Normal Parametersa Mean .56850
Std. Deviation .324797
Most Extreme
Differences
Absolute .277
Positive .270
Negative -.277
Kolmogorov-Smirnov Z .959
Asymp. Sig. (2-tailed) .316
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi
optimal terdistribusi normal (p ≥ 0,05)
b. Uji Homogenitas (Levene)
Tujuan : untuk melihat homogenitas dari data densitas optik penghancuran biofilm
pada kondisi optimal
Hipotesis :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
bervariasi homogen
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
tidak bervariasi homogen
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 22.2. Hasil uji homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.922 3 8 .473
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm pada kondisi optimal
bervariasi homogen (p ≥ 0,05).
c. Uji One-Way ANOVA
Tujuan : Untuk melihat data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada
kondisi optimal antar konsentrasi terdapat perbedaan secara bermakna atau
tidak.
Hipotesa :
Ho : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
biofilm tidak berbeda secara signifikan
Ha : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi optimal
biofilm berbeda secara signifikan
Pengambilan Kesimpulan :
Bila signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Bila signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Tabel 22.3. Hasil uji One-Way ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.153 3 .384 408.867 .000
Within Groups .008 8 .001
Total 1.160 11
Kesimpulan : Data densitas optik aktivitas penghancuran biofilm pada kondisi
optimal berbeda secara bermakna (p ≤ 0,05), sehingga dapat
dilanjutkan ke uji post hoc.
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Post Hoc
(I) Konsentrasi (J) Konsentrasi
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol Negatif Minyak Atsiri 0.25% .585667* .025032 .000 .52794 .64339
DMSO 9.8% .024333 .025032 .359 -.03339 .08206
Kontrol Positif .672000* .025032 .000 .61428 .72972
Minyak Atsiri
0.25%
Kontrol Negatif -.585667* .025032 .000 -.64339 -.52794
DMSO 9.8% -.561333* .025032 .000 -.61906 -.50361
Kontrol Positif .086333* .025032 .009 .02861 .14406
DMSO 9.8% Kontrol Negatif -.024333 .025032 .359 -.08206 .03339
Minyak Atsiri 0.25% .561333* .025032 .000 .50361 .61906
Kontrol Positif .647667* .025032 .000 .58994 .70539
Kontrol Positif Kontrol Negatif -.672000* .025032 .000 -.72972 -.61428
Minyak Atsiri 0.25% -.086333* .025032 .009 -.14406 -.02861
DMSO 9.8% -.647667* .025032 .000 -.70539 -.58994
Kesimpulan : Data densitas optik penghancuran biofilm berbeda secara signifikan (p ≥
0,05).