Upload
vuongphuc
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI AKTIVITAS ANTIHELMINTIK EKSTRAK AKAR PEPAYA (Carica
papaya L.) TERHADAP CACING Ascaris suum
(STUDI INVITRO)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
SEKENTYA MAURIDHA SASTURI
J 500 140 002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
UJI AKTIVITAS ANTIHELMINTIK EKSTRAK AKAR PEPAYA (Carica
papaya L.) TERHADAP CACING Ascaris suum
(STUDI INVITRO)
PUBLIKASI ILMIAH
oleh :
SEKENTYA MAURIDHA SASTURI
J500140002
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing
dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med
NIK : 1362
ii
HALAMAN PENGESAHAN
UJI AKTIVITAS ANTIHELMINTIK EKSTRAK AKAR PEPAYA (Carica
papaya L.) TERHADAP CACING Ascaris suum
(STUDI INVITRO)
OLEH :
SEKENTYA MAURIDHA SASTURI
J500140002
Telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Penguji
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari .............., ........................ 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Dr. Rochmadina Suci Bestari, M.Sc (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Riandini Aisyah, S. Si, M.Sc (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si, Med. (..............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. DR. Dr. E.M. Sutrisna, M.Kes
NIK: 919
iii
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman/sanksi
apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Surakarta, 14 Februari 2018
Penulis
SEKENTYA MAURIDHA SASTURI
J500140002
1
UJI AKTIVITAS ANTIHELMINTIK EKSTRAK AKAR PEPAYA (Carica
papaya L.) TERHADAP CACING Ascaris suum
(STUDI IN VITRO)
Abstrak
Infestasi cacing Ascaris sp mempunyai dampak serius pada penderita maupun
masyarakat. Prevalensi askariasis masih tinggi, terutama pada anak dan golongan
penduduk kurang mampu dengan sanitasi buruk. Masyarakat Indonesia telah
mengenal obat tradisional yang bisa digunakan untuk melawan cacing, salah
satunya adalah akar tanaman pepaya (Carica papaya L.). Ekstrak akar pepaya
mengandung papain, tannin dan saponin yang memiliki efek antihelmintik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak akar pepaya (Carica papaya
L.) terhadap waktu kematian cacing Ascaris suum. Metode penelitian ini
menggunakan desain penelitian eksperimental laboratorium dengan metode
posttest only with controlled grup design. Subyek penelitian ini adalah cacing
Ascaris suum. Ekstrak akar pepaya dengan konsentrasi 10%, 20% dan 50% diuji
aktivitas antihelmintiknya dengan mencelupkan cacing kedalam larutan perlakuan.
Pengamatan dilakukan setiap 2 jam sekali sampai seluruh cacing mati 100%. Data
penelitian dianalisis secara statistik dengan software statistik for windows. Hasil
penelitian ekstrak akar pepaya konsentrasi 10%, 20% dan 50% memiliki aktivitas
antihelmintik terhadap cacaing Ascaris suum pada studi in vitro, hal ini dibuktikan
dengan hasil nilai p<0,05 pada uji post hoc LSD (Least Significant Diference)
sehingga terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan
kelompok perlakuan. Kesimpulan penelitian ekstrak akar pepaya (Carica papaya
L.) memiliki efek antihelmintik terhadap cacing Ascaris suum.
Kata kunci: Antihelmintik, akar pepaya, Carica papaya L., Ascaris suum
Abstract
Investation of Ascaris sp. have a serious impact on patients and society. The
prevalence of intestinal worms in Indonesia was still very high, especially in poor
communities with bad sanitation. Indonesian people have known traditional
medicine that can be used as anthelmintic, such as papaya roots (Carica papaya
L.). The papaya root extract contains papain, tannin and saponins that have
anthelmintic effects. This research to know investigate the efficacy of papaya roots
extract (Carica papaya L.) on the death of Ascaris suum. This study was an
experimental laboratory with post only controlled group design. The subjects were
Ascaris suum worms. Papaya root extracts with the concentrations of 10%, 20%,
and 50% were tested for their anthelmintic activity by dipping the worms into the
treatment solution. Observations were made every 2 hours until all the worms die
100%. The data were analyzed with statistical software for Windows. Papaya roots
extract had an anthelmintic effect againts Ascaris suum (studi in vitro). The result
of p <0,05 in post-hoc analysis of LSD (Least Significant Diference) so that there
is significant difference between negative control group and treatment group. It was
2
concluded that papaya roots extract has an anthelmintic effect againts Ascaris
suum.
Keywords: Anthelmintik, Papaya root, Carica papaya L., Ascaris suum
1. PENDAHULUAN
Infestasi cacing mempunyai dampak serius pada penderita maupun
masyarakat. Infestasi cacing ditemukan di seluruh dunia terutama daerah
tropis. Penyebab penyakit termasuk golongan cacing yang ditularkan
melalui tanah atau disebut juga soil-transmitted helminths. Infestasi cacing
usus yang ditularkan melalui tanah salah satunya disebabkan oleh Ascaris
lumbricoides. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun
2006, 1 milyar orang terinfestasi Ascaris lumbricoides. Cacing Ascaris
lumbricoides dapat menyerang semua umur dengan prevalensi tertinggi pada
anak, walaupun jarang menyebabkan kematian, namun infestasi cacing
menyebabkan pasien mengalami kekurangan gizi, gangguan pertumbuhan
fisik, mental, kognitif dan intelektual (Tiwow et al., 2013). Pada keadaan
tertentu cacing dewasa juga dapat bermigrasi hingga ke saluran empedu,
appendiks atau bronkus dan dapat menimbulkan keadaan gawat darurat
(Margono, 2011). Infestasi askariasis diterapi dengan obat antihelmintik. Obat-obat
tersebut adalah pirantel pamoat, mebendazol dan albendazol. Ketiga obat
tersebut memiliki efek samping berupa gangguan saluran pencernaan seperti
sakit perut dan diare serta kontraindikasi pada wanita hamil karena memiliki
efek teratogen. Sebagian besar masyarakat juga belum banyak menggunakan
obat cacing secara periodik karena harganya yang kurang terjangkau
(Kuntari, 2008).
Pengobatan alternatif askariasis yang tidak memiliki efek samping
dan kontraindikasi serta terjangkau bagi masyarakat sangat diperlukan.
Sampai saat ini khususnya di pedesaan masih banyak masyarakat yang
melakukan pengobatan dengan obat tradisional yang merupakan
pengetahuan turun-temurun untuk mengobati anak yang kurang nafsu makan
karena kecacingan (Ulya et al., 2014). Penelitian-penelitian juga telah
dilakukan untuk
3
memperoleh manfaat dari berbagai tanaman obat yang ada, salah satunya
adalah tanaman pepaya (Carica papaya L.).
Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Kanthal et al (2015)
evaluasi antihelmintik dari akar papaya (Carica papaya L.) terhadap cacing
tanah India dewasa (Pheritima posthuma) yang memberikan hasil bahwa
akar papaya memiliki efek antihelmintik dikarenakan adanya senyawa aktif
papain, chymopapain, dan glycyl endopeptidase. Dan telah dilakukan
penelitian oleh Agarti et al (2017) aktivitas antihelmintik infusa biji pepaya
(Carica papaya L.) terhadap cacing Ascaris suum yang memberikan hasil
bahwa infusa biji papaya memiliki efek antihelmintik. Efek tersebut
dikarenakan adanya senyawa aktif benzyl isothiocyanat, saponin dan
alkanoid. Akar papaya (Carica papaya L) juga memiliki senyawa saponin,
tannin dan papain yang memiliki efek antihelmintik (Doughari et al., 2007).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian
aktivitas akar pepaya (Carica papaya L.) untuk mengetahui efektivitas dari
penggunaan akar pepaya (Carica papaya L.) sebagai antihelmintik terhadap
Ascaris suum dengan dosis pemakaian yang tepat sehingga akar pepaya
diharapkan mampu menjadi obat antihelmintik yang memiliki khasiat
membunuh infestasi cacing lebih optimal.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental
laboratorium dengan rancangan penelitian posttest only with controlled
group design. Penelitian ini dilaksanakan di Sub Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan
Desember 2017.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak akar pepaya
(Carica papaya L.) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian
cacing Ascaris suum. Hewan uji penelitian ini adalah cacing Ascaris suum
yang memenuhi kriteria inklusi. Bahan uji aktivitas antihelmintik adalah
ekstrak akar pepaya, aquadest, dan pirantel pamoat. Proses pembuatan
ekstrak akar pepaya (Carica papaya L.) melalui metode maserasi di
laboratorium
4
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Selanjutnya dilakukan proses evaporasi untuk menguapkan pelarut etanol
70% menggunakan alat rotavapor sehingga didapatkan ekstark akar pepaya
Carica papaya L. dengan konsentrasi 10%, 20% dan 50%.
Kontrol positif digunakan Pirantel pamoat tablet 125 g sedangkan
kontrol negatif digunakan aquadest. Pembuatan ekstrak akar pepaya
dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Ekstrak akar pepaya diberikan selama 3 hari dengan konsentrasi
10%, 10 gr ekstrak akar pepaya dalam 100ml aquades. Konsentrasi 20%, 20
gr ekstrak akar pepaya dalam 100ml aquades. Konsentrasi 50%, 50 gr
ekstrak akar pepaya dalam 100ml aquades.
Hewan uji diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya.
Perlakuan dilakukan berulang sebanyak 3 kali dan berisi 4 ekor cacing
Ascaris suum dengan cara direndam dalam larutan-larutan tersebut. Becker
glass disiapkan, masing-masing berisi 100 ml ekstrak akar pepaya sesuai
konsentrasi, 100 ml larutan pirantel pamoat sesuai konsentrasi masing-
masing serta 100 ml larutan aquades. Dalam masing-masing becker glass
dimasukkan 4 ekor cacing Ascaris suum. Dilihat apakah cacing mati,
paralisis, atau masih normal setelah diinkubasi. Cacing-cacing tersebut
diusik dengan batang pengaduk. Jika cacing diam, dipindahkan ke dalam air
hangat dengan suhu 50 oC, apabila dengan cara ini cacing tetap diam, berarti
cacing tersebut telah mati, tetapi jika bergerak, berarti cacing hanya
paralisis. Hasil yang diperoleh dicatat setiap dua jam.
5
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Tabel 1. Hasil pengamatan waktu kematian cacing Ascaris suum.
Kelompok Rerata Waktu Kematian
cacing (Jam) + SD
K- 166.5 ± 2.5
K+ 10.67 ± 3.15
Konsentrasi 10% 11.17 ± 0.6
Konsentrasi 20% 8 ± 2.57
Konsentrasi 50% 4.5 ± 1.1
Tabel 2. Ringkasan hasil uji post hoc LSD
No Kelompok Nilai p Keterangan
1 Kontrol Negatif – Kontrol Positif ,000 Berbeda signifikan
2 Kontrol Negatif – Konsentrasi
10% ,000
Berbeda signifikan
3 Kontrol Negatif – Konsentrasi
20% ,000
Berbeda signifikan
4 Kontrol Negatif – Konsentrasi
50% ,000
Berbeda signifikan
6 Kontrol Positif – Konsentrasi
10% ,865
Berbeda tidak signifikan
7 Kontrol Positif – Konsentrasi
20% ,369
Berbeda tidak signifikan
8 Kontrol Positif – Konsentrasi
50% ,049
Berbeda signifikan
10 Konsentrasi 10% – Konsentrasi
20% ,289
Berbeda tidak signifikan
11 Konsentrasi 10% – Konsentrasi
50% ,035
Berbeda signifikan
13 Konsentrasi 20% – Konsentrasi
50% ,244
Berbeda tidak signifikan
6
Keterangan:
K(-): kontrol negatif menggunakan aquades
K(+): kontrol positif dengan pemberian larutan pirantel pamoat konsentrasi
0,5%
konsentrasi 10%: pemberian ekstrak akar pepaya dengan konsentrasi 10%
konsentrasi 20%: pemberian ekstrak akar pepaya dengan konsentrasi 20%
konsentrasi 50%: pemberian ekstrak akar pepaya dengan konsentrasi 50%
3.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antihelmintik
ekstrak akar pepaya (Carica papaya L.) terhadap cacing Ascaris suum
secara in vitro. Pada penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan dengan 3
kali pengulangan. Pengulangan ini bertujuan untuk meyakinkan kebenaran
dari hasil percobaan. Hasilnya diperoleh data rata-rata waktu kematian
cacing setiap pengamatan yang disajikan pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakukan ekstrak
akar pepaya konsentrasi 50% membutuhkan waktu lebih cepat untuk
membunuh cacing dibandingkan kelompok perlakuan kontrol positif
(pirantel pamoat). Pada Grafik 1 ditampilkan rerata waktu kematian cacing
agar dapat mempermudah dalam melihat perbedaan waktu kematian cacing
yang dihasilkan masing-masing kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol negatif didapatkan rata-rata waktu 166,5 ± 2,5
jam atau sekitar 6 hari cacing mati. Kelompok kontrol positif memerlukan
waktu jauh lebih cepat untuk membunuh semua cacing yaitu dengan rata-
rata 10,67 ± 3,15 jam. Kelompok perlakuan pertama, ekstrak akar pepaya
konsentrasi 10% memerlukan waktu untuk membunuh cacing yaitu dengan
rata-rata 11,17 ± 0,6 jam. Kelompok perlakuan kedua, ekstrak akar pepaya
konsentrasi 20% memerlukan waktu untuk membunuh semua cacing yaitu
dengan rata-rata 8 ± 2,57 jam. Kelompok perlakuan ketiga, ekstrak akar
pepaya 50% memerlukn waktu untuk membunuh semua cacing yaitu dengan
rata-rata 4,5 ± 1,1 jam. Perbandingan uji post hoc antara kelompok kontrol negatif
dengan kelompok kontrol positif menunjukkan p<0,05 sehingga kontrol
positif yang
7
dipilih telah sesuai. Perbandingan kelompok kontrol negatif dengan kelompok
perlakuan didapatkan hasil p<0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan signifikan antara kontrol negatif dengan seluruh kelompok
perlakuan yang artinya kelompok perlakuan konsentrasi 10%, 20% dan 50%
mempunyai efek antihelmintik. Hasil uji post hoc antara kontrol positif
dengan kelompok perlakuan konsentrasi 50% menunjukkan angka p<0,05
yang berarti aktivitas antihelmintik ekstrak akar pepaya konsentrasi 50%
berbeda signifikan.
Pirantel pamoat merupakan obat lini pertama yang digunakan pada
penderita askariasis (Syarif & Elysabeth, 2012). Mekanisme pirantel pamoat
dalam membunuh cacing adalah dengan cara menghambat proses depolarisasi
neuromuskuler dalam tubuh cacing, sehingga timbul paralisis neuromuskuler
spastik dan kematian cacing. Selain itu juga menghambat enzim kolinesterase
sehingga meningkatkan kontraksi otot cacing (Pappano, 2012).
Ekstrak akar pepaya dapat menghasilkan aktivitas antihelmintik
terhadap cacing Ascaris suum dikarenakan mengandung senyawa-senyawa
aktif yaitu papain, tannin, dan saponin (Doughari et al, 2007). Senyawa ini
dapat menyebabkan paralisis otot hingga kematian cacing.
Kandungan papain menunjukkan aktivitas proteolitik yang dapat
memecah dan mengurai protein. Akar pepaya mengandung enzim papain
yang dapat mengurai parasit sehingga dapat dijadikan antihelmintik (Ameen
et al., 2012). Mekanisme sistein proteinase pepaya yaitu enzim papain
menjadikan protein pada kutikel sebagai target lalu melemahkan kutikel dan
sebabkan ruptur sehingga terjadi pelepasan jaringan internal yang memicu
kematian cacing atau dengan menyebabkan paralisis pada cacing yang
berujung kematian (Uhlig, 1998; Kanthal at al., 2012).
Tanin termasuk golongan alkaloid merupakan salah satu jenis
senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Mekanisme tanin
membunuh cacing dengan cara masuk ke dalam saluran pencernaan dan
secara langsung menghambat proses pembentukan protein yang dibutuhkan
untuk aktivitas cacing. Zat aktif ini akan menggumpalkan protein pada
dinding cacing
8
sehingga menyebabkan gangguan metabolism dan homeostasis cacing (Ulya
et al., 2014). Senyawa tanin menyebabkan terikatnya enzim-enzim yang
dihasilkan oleh cacing gelang babi untuk penyerapan nutrisi sehingga proses
penyerapan terganggu dan dapat menyebabkan defisiensi nutrisi (Faradila et
al., 2013).
Saponin memiliki efek antihelmintik dengan menghambat kerja
enzim kolinesterase. Penghambatan kerja enzim kolinesterase menyebabkan
penumpukan asetilkolin pada reseptor nikotinik neuromuskular, sehingga
menyebabkan peningkatan kontraksi otot. Kontraksi ini lama-kelamaan akan
menimbulkan paralisis otot hingga berujung pada kematian cacing (Kuntari,
2008). Saponin menyebabkan iritasi selaput lendir pada permukaan tubuh
cacing karena saponin bersifat hemolisis dan hidrolisis. Iritasi pada selaput
lendir mengganggu proses penyerapan makanan menyebabkan kematian pada
cacing (Indriani, 2007).
Kajian kandungan aktif di dalam ekstrak akar pepaya hanya sebatas
kajian pustaka. Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti hanya
menggunakan satu metode ekstraksi yaitu maserasi dan satu spesies cacing
yaitu Ascaris suum. Pada penelitian juga tidak dilakukan uji toksisitas, serta
ketidakpastian waktu ketersediaan cacing pada penelitian ini yang menjadi
permasalahan dalam keseragaman waktu penelitian.
Carica papaya L. merupakan tanaman yang berpotensi menjadi
tanaman obat, dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan medis
dikarenakan efektif, ketersediaan dan keamanannya (Elgadir et al, 2014).
4. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah terdapat
efektifitas antihelmintik ekstrak akar pepaya (Carica papaya .L) terhadap
cacing Ascaris suum.
9
DAFTAR PUSTAKA
Agarti, M. B., Ibrahim, M., Alfiana, S., Sasturi, S. M., & Sutrisna, EM., 2017. The
Activities of Anthelmintic Infusa of Papaya Seeds (Carica papaya L.)
Against Worms Ascaris suum (Study In Vitro). J. Bio. Innov, 6(5), pp. 659-
63.
Argus., Jamaluddin., Khoirulloh., Firdausi., Nilam., Tanwil., 2014. Model
Edukasi Penerapan & Keterampilan Ramuan Papaya Sebagai
Antihelmintik pada Ayam. [Online]
Available at: artikel.dikti.go.id/index.php/PKMM/article/view/463/463
[Accessed 10 September 2017].
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008. Obat Asli Indonesia. [Online]
Available at: http://perpustakaan.pom.go.id
[Accessed 24 Juli 2017].
Brownell, S. A. & Nelson, K. L., 2006. Inactivation of Single-Celled Ascaris suum
Eggs by Low-Pressure UV Radiation. AEM, 72(3), pp. 2178-84.
Dahlan, M.S., 2014. Statitistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat. 6th ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia. pp.110-
7.
Doughari, J. H., Elmahmood, A. M. & Manzara, S., 2007. Studies on the
Antibacterial Activity of Root Extracts of Carica papaya L. Afr. J.
Microbiol. Res., 1(3), pp. 37-41.
Faradila, A. T. E., Agustina, D. B. Aswin.2013. Uji Daya Anthelmintik Ekstrak
Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap Cacing Gelang
(Ascaris suum) secara In Vitro. Skripsi.
Kanthal, L. K., Mondal, P., De, S., Jana, S., Aneela, S., Satyavathi, K. 2012.
Evaluation of Anthelmintic Activity of Carica papaya Latex Using
Pheritima Poshtuma. International Journal of Life Science and Pharma
Research, 2(1). pp 10-2.
10
Koirewoa, A. Y., Fatimawali, F. & Wiyono, W., 2012. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon,
1(1), p. 48.
Kuntari, T., 2008. Daya Antihelmintik Air Rebusan Daun Ketepeng (Cassia alata
L) Terhadap Cacing Tambang Anjing In Vitro. Jurnal Logika, 5(1), pp. 2-
3.
Leles, D., Gardner, S. L., Reinhard, K., Iniguez, A., Araujo, A., 2012. Are Ascaris
lumbricoides and Ascaris suum a Single Species?. Parasit Vectors, 42(5),
p. 42.
Loreille, O. & Bouchet, F., 2003. Evolution of Ascariasis in Human and Pigs: a
Multi-disciplinary Approach. Mem Inst Oswaldo Cruz, 98(1), pp. 39-40.
Tiwow, D., Bodhi, W. & Kojong, N. S., 2013. Uji Efek Antelmintik Ekstrak Etanol
Biji Pinang (Areca catechu) Terhadap Cacing Ascaris lumbricoides dan
Ascaridia galli Secara Invitro. Pharmacon, 2(02), p. 78.