Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN BIOFILM EKSTRAK
ETANOL DAUN KIRINYU (Chromolaena odorata (L.) R. M.
King & H. Rob.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Mayke Evi Aviantina
NIM : 158114045
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN BIOFILM EKSTRAK
ETANOL DAUN KIRINYU (Chromolaena odorata (L.) R. M.
King & H. Rob.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Mayke Evi Aviantina
NIM : 158114045
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu mencurahkan rahmat dan Roh KudusNya
Bapak, Mamak, Mbak, dan Adikku tercinta
Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, dan
penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
naskah skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol
Daun Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. Rob.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus” dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta serta selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran, masukan, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk menggunakan semua fasilitas yang ada di
laboratorium selama penelitian, serta selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak ilmu, saran, masukan, motivasi, bantuan
dan bimbingannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran, masukan, dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, dan semangat dalam menjalani
perkuliahan.
6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., Bapak Yohanes Wagiran dan Mbak
Intan, yang telah membantu dalam proses penelitian di laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama proses
perkuliahan.
8. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
infomasi dan pelayanannya selama proses perkuliahan.
9. Bapakku Fabianus Edy Suntoro, mamakku Caesilia Suwarti, mbakku
Emmaculata Marianne Eva Dianita, dan adikku Benediktus Yudha Edy
Setiawan, yang senantiasa menyayangi, mencintai dengan tulus serta selalu
memberikan doa, dukungan, semangat, dan segalanya.
10. Teman karib “Anak Soto Gentong” Ida, Santi, Aza, Morita, Berta yang
selalu membantu penulis dalam proses perkuliahan.
11. Rekan skripsi, Felis, Vero, dan Diana yang memberikan dukungan dan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Rekan-rekan seperjuangan FSMB 2015 dan seluruh FARSADHAR 2015
yang telah memberikan banyak pengalaman dan kenangan indah selama
proses perkuliahan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam hal isi dan tata bahasa. Oleh karenanya penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
informasi serta ilmu bagi perkembangan dunia kefarmasian.
Yogyakarta, 15 April 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sudah resisten terhadap
banyak antibiotik. Salah satu penyebab resistensi tersebut adalah adanya
pembentukan biofilm. Ekstrak etanol daun kirinyu (Chromolaena odorata (L.) R.
M. King & H. Rob) diketahui memiliki efek antibakteri terhadap S. aureus,
sehingga diharapkan memiliki efek penghambatan biofilm. Penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan aktivitas penghambatan biofilm ekstrak etanol daun
kirinyu terhadap S. aureus, serta menguji senyawa yang ada pada ekstrak etanol
daun kirinyu yang diduga memiliki aktivitas penghambatan antibiofilm.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode
microtiter broth dilution with crystal violet assay. Parameter yang digunakan
adalah optical density (OD) dan persentase penghambatan biofilm. Biofilm
diinduksi dengan penambahan glukosa 1%. Konsentrasi ekstrak etanol daun
kirinyu yang diuji adalah 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8 mg/mL. Uji tabung juga
dilakukan untuk mengetahui senyawa fitokimia yang ada pada ekstrak etanol daun
kirinyu.
Semua konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyu yang digunakan pada
penelitian ini memiliki aktivitas penghambatan biofilm pada S. aureus, dengan
persentase penghambatan terkecil pada konsentrasi 0,05 mg/mL yaitu sebesar
64,636±0,022% dan persentase penghambatan terbesar pada konsentrasi 0,2
mg/mL yaitu sebesar 87,399±0,041%. Pada uji tabung didapatkan ekstrak etanol
daun kirinyu mengandung senyawa flavonoid, fenol, alkaloid, terpenoid, dan
tanin.
Kata kunci : Staphylococcus aureus, biofilm, daun, Chromolaena odorata (L.) R.
M. King & H. Rob.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Staphylococcus aureus are the bacteria that was resistant to many
antibiotics. One of the causes is the presence of biofilm formation. Ethanol extract
of kirinyu leaves (Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. Rob) is known to
have an antibacterial effect on S. aureus, so that is expected to have biofilm
inhibitory effects. This study aims to prove the inhibitory activity of biofilm of
ethanol extract of kirinyu leaves against S. aureus, and to test the compounds
present in the ethanol extract of kirinyu leaves which are presumed to have
antibiofilm inhibitory activity.
This study was an experimental study using the microtiter broth dilution
method with crystal violet assay. The parameters used were optical density (OD)
and the percentage of biofilm inhibition. Biofilm was induced by adding 1%
glucose. The concentration of ethanol extract of the kirinyu leaves tested was
0,05; 0,1; 0,2; 0,4; and 0,8 mg/mL. The tube test was also conducted to determine
the phytochemical compounds present in the ethanol extract of kirinyu leaves.
All concentrations of the ethanol extract of kirinyu leaves used in this
study had biofilm inhibition activity on S. aureus, with the smallest percentage
inhibition at a concentration of 0,05 mg/mL which was 64,636±0,022% and the
largest percentage inhibition at a concentration of 0,2 mg/mL that is equal to
87,399±0,041%. In the tube test, the ethanol extract of kirinyu leaves contained
flavonoids, phenols, alkaloids, terpenoids, and tannins.
Keyword : Staphylococcus aureus, biofilm, leaves, Chromolaena odorata (L.) R.
M. King & H. Rob.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 9
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
LAMPIRAN ........................................................................................................... 27
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Uji Post Hoc Tukey ....................................................................... 14
Tabel II. Persentase Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu ......... 15
Tabel III. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kirinyu ........................ 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah penggunaan 96-well plate uji pertumbuhan biofilm ................. 6
Gambar 2. Denah penggunaan 96-well plate uji aktivitas penghambatan
biofilm ................................................................................................. 7
Gambar 3. Uji pertumbuhan biofilm S. aureus .................................................... 11
Gambar 4. Hasil pengukuran Optical Density ..................................................... 13
Gambar 5. Simplisia kering daun kirinyu ........................................................... 29
Gambar 6. Penetapan kadar air (a) volume air awal (b) volume air akhir ........... 29
Gambar 7. Ekstrak etanol daun kirinyu................................................................ 30
Gambar 8. Larutan uji ekstrak etanol daun kirinyu konsentrasi 0,8; 0,4; 0,2 ;
0,1; 0,05 mg/mL (dari kiri ke kanan) ................................................. 30
Gambar 9. Media TSB pada uji pertumbuhan biofilm (a) sebelum inkubasi,
(b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d) setelah dibilas
lalu diberi etanol ................................................................................. 32
Gambar 10. Media TSB + S. aureus pada uji pertumbuhan biofilm (a) sebelum
inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d) setelah
dibilas lalu diberi etanol ..................................................................... 32
Gambar 11. Media TSB + Glukosa 1% + S. aureus pada uji pertumbuhan
biofilm (a) sebelum inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah
pewarnaan, dan (d) setelah dibilas lalu diberi etanol ......................... 33
Gambar 12. EEDK 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8 mg/mL (dari atas ke bawah
berurutan) pada uji penghambatan biofilm (a) sebelum inkubasi,
(b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d) setelah dibilas
lalu diberi etanol ................................................................................ 33
Gambar 13. Kontrol pertumbuhan; kontrol negatif; kontrol positif (dari atas
ke bawah berurutan) pada uji penghambatan biofilm (a) sebelum
inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d)
setelah dibilas lalu diberi etanol ........................................................ 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 14. Hasil Uji Flavonoid pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 41
Gambar 15. Hasil Uji Fenol pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 41
Gambar 16. Hasil Uji Alkaloid pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 42
Gambar 17. Hasil Uji Terpenoid pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 42
Gambar 18. Hasil Uji Saponin pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 43
Gambar 19. Hasil Uji Tanin pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji ............................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kirinyu ................................................ 27
Lampiran 2. Surat Legalitas Analisis Data Secara Statistik .................................. 28
Lampiran 3. Simplisia Kering Daun Kirinyu, Penetapan Kadar Air,
Ekstrak Etanol Daun Kirinyu, dan Larutan Uji Ekstrak
Etanol Daun Kirinyu ........................................................................ 29
Lampiran 4. Data Optical Density (OD) Uji Pertumbuhan Biofilm
Staphylococcus aureus ...................................................................... 31
Lampiran 5. Dokumentasi Uji Pertumbuhan Biofilm dan Uji
Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu ...................... 32
Lampiran 6. Data Optical Density (OD) Uji Penghambatan Biofilm Ekstrak
Etanol Daun Kirinyu Terhadap Staphylococcus aureus .................. 35
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Dengan SPSS .............................................. 36
Lampiran 8. Hasil Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung .................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme oportunistik yang
dapat menyebabkan infeksi berat (European Centre for Disease and
Control/ECDC, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas
Yuzuncu Yil Turki, S. aureus resisten terhadap penicillin (100%), erythromycin
(17,7%), rifampicin (14%), gentamycin (13,8%), dan clindamycin (11,1%)
(Ragbetli et al., 2016). S. aureus yang resisten terhadap oxacillin atau sering
disebut MRSA (Methycillin Resistance Staphylococcus aureus) telah menjadi
penyebab paling banyak dari antimikroba yang resisten terhadap penyakit infeksi
terkait perawatan kesehatan di seluruh dunia (ECDC, 2015). Di Indonesia,
prevalensi MRSA di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 2012 sebesar
45,3% (Erikawati et al., 2016). Menurut Foster (2017), perkembangan resistensi
S. aureus disebabkan adanya bermacam-macam mutasi gen yang dilakukan oleh
bakteri tersebut yang dapat melindungi dirinya dari molekul yang bersifat
menghambat.
S. aureus adalah bakteri yang mampu membentuk biofilm. Pertumbuhan
biofilm pada S. aureus diatur secara ketat oleh faktor genetik yang kompleks
(Archer et al., 2011). Biofilm berbeda dengan planktonic growth. Perbedaan dari
keduanya adalah biofilm menunjukkan sel pada bakteri yang berkumpul menjadi
satu membentuk gumpalan dan tidak bergerak. Pada planktonic growth, sel pada
bakteri bergerak lebih bebas seakan-akan seperti berenang (Berlanga and
Guerrero, 2016). Biofilm pada bakteri dapat menyebabkan resistensi pada
antibakteri karena terjadi pertukaran genetik, perbedaan pada komposisi sel, dan
beragam protein yang dimiliki oleh bakteri sehingga dapat bereaksi secara
berbeda-beda terhadap agen bakterisida (Singh et al., 2017).
Roy et al. (2018) mengatakan bahwa pertumbuhan biofilm dapat
dihambat dengan menggunakan antibiotik yang memiliki kemampuan untuk
melewati matriks biofilm. Salah satu antibiotik yang efektif digunakan adalah
antibiotik golongan aminoglikosida (Zhou et al., 2018). Daptomycin efektif
digunakan sebagai terapi infeksi pada kateter akibat biofilm (Meije et al., 2014)
dan Vancomycin sebagai terapi infeksi pernapasan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ventilator (Palmer et al., 2008). Streptomycin juga merupakan antibiotik golongan
aminoglikosida yang efektif dalam menghambat pembentukan biofilm (Saroj and
Rather, 2013).
Pada era ini, sudah ada penelitian mengenai penggunaan tanaman sebagai
antibiofilm. Tanaman jambu (Psidium guajava) memiliki efek antibiofilm
terhadap bakteri Streptococcus mutans yang menyebabkan plak pada gigi
(Gomashe et al., 2014). Penelitian tentang penggunaan tanaman sebagai agen
antibiofilm sudah mulai banyak di tingkat dunia. Di Indonesia, penelitian
mengenai penggunaan tanaman sebagai agen antibiofilm masih kurang atau jarang
ditemukan.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, termasuk jenis-
jenis tanaman. Salah satunya tanaman kirinyu (Thamrin et al., 2013). Tanaman
kirinyu dapat tumbuh pada ketinggian 1.000-1.800 m di atas permukaan laut (dpl),
sedangkan di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0-500 m dpl) seperti
di perkebunan karet dan kelapa serta di padang penggembalaan (Thamrin et al.,
2013). Menurut Chakraborty et al. (2011), kirinyu memiliki aktivitas
farmakologis yaitu sebagai antihelmintik, antimalaria, analgesik, antiinflamasi,
antipiretik, antispasmodik, antimikobakterial, insektisida, antioksidan, fungisidal,
agen diuretik, dan antibakteri.
Hanphakphoom et al. (2016) mengatakan bahwa ekstrak etanol daun
kirinyu memiliki aktivitas baik sebagai antimikroba termasuk pada bakteri S.
aureus. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa aktivitas antimikroba dari ekstrak
daun kirinyu dipengaruhi oleh jumlah total senyawa fenol dan flavonoid yang
dihasilkan. Penelitian tersebut telah menganalisis kandungan senyawa fitokimia
dari ekstrak kirinyu yang didapat dari maserasi menggunakan HPLC (High-
Performance Liquid Chromatography). Hasil dari analisa tersebut adalah bahwa
ekstrak etanol 95% dari daun kirinyu mampu menghasilkan ekstrak dengan
kandungan fenol dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut
lain (air, metanol, dan heksan) dan dari bagian tanaman lain (akar dan batang).
Slobodnikova et al. (2016) telah meninjau bahwa senyawa fitokimia dalam
ekstrak tanaman secara umum yang berperan sebagai antibiofilm adalah flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan tanin. Flavonoid dan tanin akan menurunkan daya lekat bakteri dan dapat
menghambat sintesis protein bakteri (Kining et al., 2015). Daun kirinyu juga
memiliki senyawa germacrene D (golongan terpenoid) yang sudah diteliti oleh
Yahya et al. (2014b) dan diduga memiliki efek antibiofilm pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa di Selangor, Malaysia.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa
ekstrak etanol daun kirinyu memiliki efek antibakteri pada S. aureus yang dapat
ditindaklanjuti pada efek antibiofilmnya. Maka pada penelitian ini akan digunakan
pelarut etanol 95% untuk membuat ekstrak daun kirinyu. Ekstrak etanol daun
kirinyu tersebut akan diteliti apakah memiliki aktivitas penghambatan biofilm dan
akan dihitung berapa persentase penghambatan biofilm yang dimiliki terhadap
bakteri S. aureus. Setelah itu akan dilakukan uji tabung untuk melihat senyawa
apa saja yang ada di dalam ekstrak etanol daun kirinyu.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan : alat-alat gelas (Pyrex), platform shaker
(Innova™ 2100), rotary evaporator (Buchi Switzerland Tipe R-210 dan R-300),
autoclave (ALP Co., Ltd., Japan Model KT-40), corong buchner, pompa vakum
(GAST Model DOA-P504-BN), magnetic stirrer, Microplate 96 Well Flat Bottom
(Iwaki), oven (WTB Binder 7200 Tipe 33053099003100 dan Memmert 30-1060),
incubator (Memmert dan Heraeus Tipe B.5050), kertas saring, labu destilator
(Schott Duran), pemanas destilator (M. Topo® Tipe MS-E103), microplate
reader (Benchmark), vortex (Gallenkamp Spinmix), jarum ose, bunsen, neraca
analitik (Ohaus PA213), blue and yellow tip, micropipet (Gilson), nephelometer
(BD Phoenix Spec), dan Biological Safety Cabinet/BSC (ESCO Model LA2-3A1-
E/Class II A2 Serial: 2016-95067).
Bahan-bahan yang digunakan : daun kirinyu, kultur murni bakteri S.
aureus ATCC 25923 (Oxoid), media Nutrient Agar/NA (Oxoid), media Nutrient
Broth/NB (Merck), media Trypticase Soy Broth/TSB (BD), glukosa (Merck),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
etanol (Merck), Dimetyl sulfoxide/DMSO (Merck), antibiotik Streptomycin
sulphate (Phapros), aquadest steril, dan crystal violet (Merck).
Pengumpulan dan Determinasi Bahan Uji
Bahan uji berupa simplisia daun kirinyu kering didapatkan dari LPUBTN
(Lembaga Pendamping Usaha Buruh Tani) Sleman, Yogyakarta. Bahan uji
dideterminasi di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Penyerbukkan Bahan Uji
Simplisia kering daun kirinyu diserbuk dengan menggunakan alat
penyerbuk. Kemudian serbuk diayak dengan menggunakan ayakan dengan nomor
mesh 40 karena dibutuhkan serbuk yang agak kasar. Setelah diayak serbuk
disimpan di tempat kering dan tertutup.
Penetapan Kadar Air Bahan Uji
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluen menurut
Farmakope Herbal Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Prosedur: pereaksi toluen jenuh air dibuat terlebih dahulu dengan cara mengocok
toluene P dengan sedikit air kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Sebanyak
10 gram serbuk simplisia daun kirinyu dan 200 mL toluen jenuh air dimasukkan
ke dalam labu. Toluen jenuh air dimasukkan ke tabung penerima melalui
pendingin sampai leher alat penampung dari labu dipanaskan selama 15 menit.
Setelah toluen mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan kurang lebih
2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes per detik selama 5 menit. Setelah selesai,
tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang dan kemudian volume air dibaca
setelah air dan toluen terpisah.
Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
% Kadar Air =
Volume air (mL) x 100%
Bobot simplisia yang ditimbang (g)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Ekstrak etanol daun kirinyu dibuat dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 95% dengan perbandingan 1:10 (b/v) (Asomugha et
al., 2015). Maserasi dilakukan dua kali (remaserasi) dengan total waktu 48 jam.
Maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator
pada suhu 50°C selama kurang lebih 40 menit sampai didapatkan ekstrak kental.
Setelah itu ekstrak diletakkan dalam cawan porselin dan dimasukkan ke oven
untuk menghilangkan pelarut yang tersisa sampai dicapai bobot tetap.
Hasil ekstrak (rendemen) yang didapatkan dihitung menggunakan rumus:
% Rendemen =
Bobot ekstrak kental x 100%
Bobot serbuk kering yang diekstrak
Pembuatan Larutan Uji
Larutan stok 8 mg/mL dibuat dengan cara menimbang ekstrak kental
daun kirinyu sebanyak 40 mg kemudian dilarutkan dengan DMSO 100% dalam
labu ukur 5 mL. Kemudian diencerkan dengan aquadest steril hingga didapatkan
seri konsentrasi 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8 mg/mL.
Pembuatan Kontrol Negatif dan Positif
Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 10%. Kontrol positif yang
digunakan adalah larutan Streptomycin 512 µg/mL (Pratiwi et al., 2015).
Streptomycin ditimbang sebanyak 2,56 mg dan dilarutkan dengan DMSO 10%
pada labu ukur 5 mL.
Pembuatan Subkultur Bakteri
Media NA dibuat sebanyak 50 mL dan media NB 30 mL. Larutan dibagi
ke dalam NA 2 tabung dan NB 2 tabung lalu disterilisasi dengan autoclave selama
15 menit pada suhu 121°C. Setelah media steril dan dingin, kultur murni bakteri S.
aureus diosekan ke permukaan media NA dan diinokulasikan ke dalam media
NB. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pembuatan Media Biofilm
Media pertumbuhan biofilm dibuat dengan menggunakan media
Trypticase Soy Broth (TSB) ditambah dengan glukosa 1%. Media TSB dibuat
sebanyak 30 mL, kemudian larutan disterilisasi dengan autoclave selama 15 menit
pada suhu 121°C. Media TSB steril ditambahkan dengan glukosa 1%.
Preparasi Suspensi Bakteri Uji
Subkultur S. aureus yang telah dibuat dalam media NB dan diinkubasi
selama 24 jam diukur konsentrasinya dengan nephelometer kemudian diencerkan
dengan menggunakan media TSB + glukosa 1% dan disetarakan dengan larutan
standar Mac Farland 0,5 yang setara dengan 1,5 x 108 CFU/mL.
Induksi dan Uji Pertumbuhan Biofilm
Suspensi bakteri uji dan media TSB + glukosa 1%, suspensi bakteri uji
dan media TSB, serta media TSB saja dimasukkan ke dalam 96-well plate
sebanyak 200 µL. Lalu 96-well plate ditutup dan diinkubasi selama 48 jam pada
suhu 37°C. Setelah itu 96-well plate dibilas dengan air dan dikeringkan selama 10
menit. Lalu diberi kristal violet 1% sebanyak 125 µL, didiamkan selama 15 menit
dan dibilas dengan air. Tambahkan 200 µL etanol 96% dan diukur OD (Optical
Density) dengan microplate reader pada panjang gelombang 595 nm.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 1. Denah penggunaan 96-well plate uji pertumbuhan biofilm
Keterangan :
Media TSB + Glukosa 1% + S. aureus
Media TSB + S. aureus
Media TSB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm
Suspensi bakteri yang berisi bakteri S. aureus dan media TSB + glukosa
1% dimasukkan ke dalam 96-well plate sebanyak 100 µL, kemudian masukkan
larutan uji ekstrak etanol 95% daun kirinyu sebanyak 100 µL ke dalam 96-well
plate yang sudah berisi media dan bakteri tersebut. Kontrol positif berisi 100 µL
suspensi bakteri dan 100 µL antibiotik Streptomycin. Kontrol negatif berisi 100
µL suspensi bakteri dan 100 µL DMSO 10%. Lalu 96-well plate yang sudah terisi
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C. Setelah itu 96-well plate dibilas
dengan air dan dikeringkan selama 10 menit. Lalu diberi kristal violet 1%
sebanyak 125 µL, didiamkan 15 menit dan dibilas dengan air. Kemudian
ditambahkan 200 µL etanol 96% dan diukur OD pada panjang gelombang 595
nm. Persentase penghambatan biofilm dapat dihitung dengan rumus :
% Penghambatan =
ODkontrol – ODuji
x 100%
ODkontrol
(Pratiwi et al., 2015).
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 2. Denah penggunaan 96-well plate uji aktivitas penghambatan biofilm
Keterangan :
EEDK 0,8 mg/mL EEDK 0,05 mg/mL
EEDK 0,4 mg/mL Kontrol pertumbuhan
EEDK 0,2 mg/mL Kontrol negatif
EEDK 0,1 mg/mL Kontrol positif
Skrining Fitokimia
a. Uji Flavonoid
Lima mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi larutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
timbal (II) asetat beberapa tetes. Pembentukan endapan warna kuning
menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari, et al, 2011).
b. Uji Fenol
Lima mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
beberapa tetes larutan FeCl3 1%. Perubahan warna menjadi hijau kebiruan
menunjukkan adanya fenol (Odutayo, et al, 2017).
c. Uji Alkaloid
Ekstrak dilarutkan dengan HCl encer dan disaring. Fitrat dimasukkan ke
tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes reagen Dragendroff. Pembentukan
endapan merah menunjukkan adanya alkaloid (Tiwari, et al, 2011).
d. Uji Terpenoid
Ekstrak dilarutkan dengan 2 mL kloroform hingga larut dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan hati-hati 3 mL H2SO4
pekat. Warna coklat kemerahan di antarmuka kedua larutan yang tidak
bercampur menunjukkan adanya terpenoid (Odutayo, et al, 2017).
e. Uji Saponin
Satu mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
aquadest kemudian digojok. Busa yang muncul dan dapat bertahan secara
konsisten menunjukkan adanya saponin (Odutayo et al., 2017).
f. Uji Tanin
Lima mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3
tetes larutan FeCl3 5%. Pembentukan endapan berwarna hitam kehijauan
menunjukkan adanya tanin (Odutayo et al., 2017).
Tatacara Analisis Data
Hasil dianalisis dengan menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui
distribusi data. Data terdistribusi normal jika didapatkan nilai p > 0,050.
Homogenitas data diuji dengan uji Levene’s Test dengan taraf kepercayaan 95%.
Data homogen jika nilai p > 0,050. Jika data terdistribusi tidak normal dan/atau
tidak homogen, data uji dengan uji Kruskall-Wallis dengan taraf kepercayaan
95%. Jika ditemukan perbedaan yang bermakna (nilai p < 0,050) maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann-Whitney. Jika data terdistribusi normal dan
homogen dilakukan uji one way anova dengan taraf kepercayaan 95%. Jika
ditemukan perbedaan yang bermakna (nilai p < 0,050) maka dilanjutkan dengan
uji Post Hoc Tukey. Nilai p < 0,050 pada uji Post Hoc menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna antar konsentrasi larutan uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kirinyu yang
dibuat ekstrak kental. Daun kirinyu didapatkan dari LPUBTN Sleman,
Yogyakarta. Bahan uji dideterminasi di Laboratorium Kebun Tanaman Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Determinasi dilakukan untuk
mengetahui apakah bahan yang didapatkan adalah benar bahan yang dikehendaki
untuk diuji. Berdasarkan hasil determinasi, terbukti bahwa bahan yang diuji
adalah tanaman dengan nama spesies Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H.
Rob. (Lampiran 1).
Penetapan Kadar Air dan Ekstraksi
Penetapan kadar air mengacu pada Farmakope Herbal Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) yaitu dengan metode destilasi
toluen. Serbuk daun kirinyu yang ditimbang adalah 10,0005 g dan volume air
yang didapatkan adalah 0,5 mL sehingga kadar air dari serbuk daun kirinyu
tersebut adalah 4,99975%. Persyaratan kadar air dalam syarat mutu simplisia yaitu
≤10% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Kadar air simplisia
daun kirinyu yang didapatkan dari penelitian ini sudah memenuhi persyaratan
mutu simplisia yaitu <10%. Kadar air dalam simplisia yang berlebih akan
memudahkan pertumbuhan mikroba, jamur, dan mikroorganisme lainnya
(Sulistyani, 2018).
Pembuatan ekstrak etanol daun kirinyu dilakukan dengan metode
maserasi. Maserasi adalah metode yang paling cocok digunakan untuk senyawa
yang bersifat termolabil karena tidak melalui pemanasan yang dapat mendegradasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
senyawa tersebut (Pandey and Tripathi, 2014). Menurut penelitian Chiejina dan
Onaebi (2016), beberapa senyawa yang ada di dalam ekstrak daun kirinyu yang
didapat dari maserasi dan diuji dengan uji tabung adalah flavonoid, alkaloid,
fenol, tanin, dan terpenoid. Flavonoid adalah golongan senyawa yang tidak tahan
panas dan mudah teroksidasi pada suhu tinggi (Hassan dan Laily, 2014) begitu
pula dengan golongan senyawa terpenoid (Turek and Stintzing, 2013), maka
dipilihlah metode yang tepat yaitu metode maserasi. Maserasi dilakukan sebanyak
dua kali (remaserasi) selama 2 x 24 jam. Setelah didapatkan ekstrak kental,
dilakukan penetapan bobot tetap untuk memastikan sudah tidak ada pelarut di
dalam ekstrak dengan cara dimasukkan ke oven. Bobot tetap diperoleh jika
perbedaan pada dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama 1
jam tidak lebih dari 0,5 mg (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Ekstrak kental yang dihasilkan dari remaserasi adalah 48,0593 g. Rendemen yang
didapatkan adalah sebesar 19,170%. Pada penelitian Hanphakphoom et al. (2016),
rendemen dari ekstraksi daun C. odorata dengan pelarut etanol 95% yang
didapatkan adalah sebesar 8,42%. Hasil tersebut berbeda karena terdapat
perbedaan lama ekstraksi yaitu pada Hanphakphoom et al. (2016) menggunakan
durasi 24 jam dan pada penelitian ini digunakan ekstraksi remaserasi dengan total
durasi 48 jam. Semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin tinggi rendemen
yang dihasilkan karena semakin besar kesempatan untuk berinteraksi antara
simplisia dengan pelarut sehingga senyawa akan lebih banyak berpindah ke
pelarut yang menyebabkan rendemen akan bertambah (Kristian et al., 2016).
Uji Pertumbuhan Biofilm
Penelitian ini menggunakan media TSB dengan tambahan glukosa 1%
untuk menginduksi biofilm bakteri S. aureus. Penambahan glukosa tersebut akan
meningkatkan ekspresi gen IcaABCD yang akan memediasi pembentukan PIA
(Polysaccharide Intercellular Adhesion). PIA tersebut merupakan salah satu
komponen biofilm yang berperan penting dalam proses penempelan antar sel
bakteri (You et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hasil uji pertumbuhan biofilm S. aureus dapat dilihat pada grafik berikut
dengan membandingkan antara media TSB tanpa glukosa dan bakteri, media TSB
dengan bakteri tanpa glukosa serta media TSB dengan glukosa dan bakteri.
Gambar 3. Uji pertumbuhan biofilm S. aureus Keterangan : Media = TSB; B = bakteri S. aureus; G = glukosa 1%
Pertumbuhan biofilm menurut Nyenje et al. (2013) dapat diketahui
dengan membandingkan ODcut dan ODperlakuan. ODcut didapatkan dari OD pada
kontrol negatif ditambahkan dengan 3 kali standar deviasi dari OD kontrol negatif
tersebut. Pada penelitian tersebut, kontrol negatif berisi media broth. ODcut
kemudian dibandingkan dengan ODperlakuan yaitu OD dari pertumbuhan pada
media dengan glukosa 1%.
Menurut Singh et al. (2017), biofilm yang terbentuk dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. ODperlakuan ≤ ODcut = non-biofilm-former (NBF)
2. ODcut < ODperlakuan ≤ 2 x ODcut = weak biofilm-former (WBF)
3. 2 x ODcut < ODperlakuan ≤ 4 x ODcut = moderate biofilm-former (MBF)
4. ODperlakuan > 4 x ODcut = strong biofilm-former.
Pada penelitian ini, hasil perhitungan ODcut adalah sebesar 0,122 dan ODperlakuan
adalah 2,472 sehingga kategori pertumbuhan biofilm S. aureus yang didapatkan
adalah strong-biofilm former. Jika ODcut dibandingkan dengan OD dari
pertumbuhan pada media tanpa glukosa yaitu 0,888 maka akan menghasilkan
strong-biofilm former juga. Menurut Novoa et al. (2018), Staphylococcus aureus
ATCC 25923 merupakan strain yang dapat membentuk biofilm pada kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kuat. Penelitian Knobloch et al. (2002) menunjukkan bahwa pada media TSB
yang ditambahkan glukosa 1% menghasilkan jumlah strain terbanyak yang positif
membentuk biofilm yaitu sebanyak 49 strain S. aureus, dibandingkan dengan
media TSB saja dan TSB ditambah glukosa 2% + sukrosa 2%. Lu et al. (2014)
menggunakan media TSB yang ditambahkan glukosa 1% pada penelitiannya
mengenai aktivitas eradikasi biofilm dari madu tipe Manuka pada beberapa strain
S. aureus, salah satunya S. aureus ATCC 25923. Costa et al. (2015) juga
menggunakan media TSB dengan tambahan glukosa 1% untuk pengujian
antibiofilm pada bakteri S. aureus ATCC 25923. Oleh karena itu, pada penelitian
aktivitas penghambatan biofilm ekstrak etanol daun kirinyu terhadap S. aureus ini
digunakan tambahan glukosa 1% pada media TSB.
Uji Aktivitas Penghambatan Biofilm
Uji aktivitas penghambatan biofilm ekstrak etanol daun kirinyu terhadap
bakteri S. aureus dilakukan dengan metode microtiter broth dilution dan diwarnai
dengan crystal violet 1%. Pratiwi et al. (2015) dan Novoa et al. (2018) juga
menggunakan crystal violet 1% pada penelitiannya terhadap biofilm S. aureus.
Crystal violet dapat mengikat komponen seluler bakteri melalui interaksi ionik
(Coffey and Anderson, 2014), yaitu dengan mengikat molekul pada permukaan
yang bermuatan negatif non spesifik seperti polisakarida dan eDNA dalam
matriks seluler (Shukla and Rao, 2017).
Ekstrak etanol daun kirinyu yang diuji adalah sebanyak 5 varian
konsentrasi. Konsentrasi terbesar yang digunakan untuk uji penghambatan biofilm
yaitu 0,8 mg/mL diadopsi dari MIC (Minimum Inhibitory Concentration) pada
penelitian Omokhua et al. (2017). Penelitian tersebut melakukan uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol C. odorata pada beberapa bakteri, salah satunya pada
bakteri S. aureus dan menghasilkan MIC yaitu 0,78 mg/mL. Pemilihan variasi
konsentrasi ekstrak daun kirinyu didasarkan pada penelitian Ding et al. (2017)
bahwa untuk menentukan penghambatan biofilm, konsentrasi yang digunakan
adalah sub-MIC yaitu pada 1/2, 1/4, 1/8, dan 1/16 x MIC. Pemilihan tersebut
ditujukan untuk memastikan bahwa konsentrasi yang digunakan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mempengaruhi pertumbuhan bakteri planktonic, yaitu bakteri pada fase uniseluler
yang dapat menyebar dan membuat koloni secara bebas (Berlanga and Guerrero,
2016). Varian konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05; 0,1; 0,2;
0,4; dan 0,8 mg/mL.
Selain itu penelitian ini menguji juga aktivitas antibiotik Streptomycin
dengan konsentrasi 512 µg/mL dalam menghambat biofilm sebagai kontrol
positif. Menurut Saroj dan Rather (2013), Streptomycin pada konsentrasi sub-MIC
memiliki mekanisme menghambat quorum sensing pada bakteri yang berpengaruh
pada penghambatan biofilm. Menurut Udo et al. (2003), Streptomycin memiliki
MIC sebesar >1024 µg/mL terhadap bakteri S. aureus. Pada penelitian Pratiwi et
al. (2015) juga yang menggunakan Streptomycin 512 µg/mL sebagai kontrol
positif yang dapat menghambat pembentukan biofilm.
Pengukuran penghambatan biofilm ditunjukkan dari nilai OD yang
diukur menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 595 nm sesuai
dengan panjang gelombang yang dapat diserap oleh crystal violet (Sun et al.,
2007). Pada penentuan OD, jika tingkat kekeruhan media uji menurun maka nilai
OD yang dihasilkan akan semakin kecil. Tingkat kekeruhan pada media uji
tersebut menandakan seberapa banyak biofilm yang masih ada.
Gambar 4. Hasil pengukuran Optical Density
Data OD yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dilihat pada grafik di
atas. Kontrol pertumbuhan menghasilkan nilai OD yang paling besar menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kepekatan paling tinggi. Kontrol negatif menghasilkan nilai OD yang tidak
berbeda jauh dengan kontrol pertumbuhan, artinya bahwa kontrol negatif yang
berisi DMSO 10% tidak memiliki efek penghambatan biofilm. Pada pemberian
kelima ekstrak etanol daun kirinyu, nilai OD yang dihasilkan menurun sangat
signifikan jika dibandingkan dengan OD kontrol pertumbuhan yang menandakan
adanya pengaruh pemberian ekstrak terhadap penghambatan biofilm. Kontrol
positif memiliki nilai OD paling kecil yang artinya Streptomycin 512 µg/mL
memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penghambatan biofilm.
Data OD yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara statistik. Hasil
analisis statistik uji Shapiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi normal yaitu
nilai p > 0,050. Uji Levene menunjukkan nilai p > 0,050 yang berarti data
homogen. Uji yang dilakukan selanjutnya adalah one way anova dengan taraf
kepercayaan 95% dan menghasilkan nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan
yang bermakna pada data penelitian (p < 0,050), selanjutnya dilakukan uji Post
Hoc Tukey. Hasil analisis uji Post Hoc Tukey dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Hasil Uji Post Hoc Tukey
K Pertum. KN
EEDK
0,05
EEDK
0,1
EEDK
0,2
EEDK
0,4
EEDK
0,8 KP
K Pertum. - BTB BB BB BB BB BB BB
KN BTB - BB BB BB BB BB BB
EEDK 0,05 BB BB - BB BB BB BB BB
EEDK 0,1 BB BB BB - BTB BTB BTB BTB
EEDK 0,2 BB BB BB BTB - BTB BTB BTB
EEDK 0,4 BB BB BB BTB BTB - BTB BTB
EEDK 0,8 BB BB BB BTB BTB BTB - BTB
KP BB BB BB BTB BTB BTB BTB -
Keterangan : K Pertum. = Kontrol Pertumbuhan; KN = Kontrol Negatif (DMSO 10%);
EEDK 0,05-0,8 = Ekstrak Etanol Daun Kirinyu konsentrasi 0,05-0,8 mg/mL; KP =
Kontrol Positif (Streptomycin 512 µg/mL); BTB = Berbeda Tidak Bermakna; BB =
Berbeda Bermakna
Hasil Uji Tukey menunjukkan bahwa kontrol pertumbuhan dan kontrol
negatif yang berisi DMSO 10% adalah berbeda tidak bermakna yang artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bahwa pelarut DMSO 10% yang dipakai tidak memberikan efek penghambatan
pada uji yang dilakukan. Ekstrak etanol daun kirinyu pada konsentrasi 0,05-0,8
mg/mL menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan kontrol pertumbuhan yang
berarti bahwa ada aktivitas penghambatan biofilm pada pemberian kelima
konsentrasi ekstrak. Kontrol positif menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan
kontrol pertumbuhan yang artinya Streptomycin 512 µg/mL memiliki aktivitas
penghambatan biofilm. Ekstrak etanol daun kirinyu pada konsentrasi 0,1-0,8
mg/mL dan kontrol positif menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna yang
artinya jika dibandingkan antar konsentrasi mulai dari konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4;
dan 0,8 mg/mL serta kontrol positif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
pada penghambatan biofilm, atau dapat diartikan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8
mg/mL memiliki efek yang relatif sama dengan kontrol positif pada
penghambatan biofilm S. aureus. Ekstrak etanol daun kirinyu pada konsentrasi
0,05 mg/mL menunjukkan berbeda bermakna jika dibandingkan dengan semua
perlakuan, hal tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,05 mg/mL
memiliki aktivitas penghambatan biofilm jika dibandingkan dengan kontrol
pertumbuhan dan kontrol negatif namun persentase penghambatannya memiliki
selisih yang besar jika dibandingkan dengan persentase penghambatan konsentrasi
yang lain dan kontrol positif.
Aktivitas penghambatan biofilm ekstrak etanol daun kirinyu terhadap
bakteri S. aureus dapat diketahui melalui persentase penghambatan terhadap
formasi biofilm. Persentase penghambatan biofilm ekstrak etanol daun kirinyu
dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Persentase Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Konsentrasi Sampel (mg/mL) Penghambatan Biofilm (%)
EEDK 0,05 64,636 ± 0,022
EEDK 0,1 87,039 ± 0,044
EEDK 0,2 87,399 ± 0,041
EEDK 0,4 85,402 ± 0,064
EEDK 0,8 85,971 ± 0,027
Kontrol Positif 0,512 90,707 ± 0,026
Keterangan : EEDK = Ekstrak Etanol Daun Kirinyu, Kontrol Positif = Streptomycin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada penelitian ini, persentase penghambatan biofilm terbesar terletak
pada konsentrasi 0,2 mg/mL yaitu sebesar 87,399±0,041%. Persentase
penghambatan biofilm terkecil terletak pada konsentrasi 0,05 mg/mL yaitu
sebesar 64,636±0,022%. Hasil persentase penghambatan biofilm ekstrak etanol
daun kirinyu masih berada di bawah kontrol positif (Streptomycin 512 µg/mL).
Persentase penghambatan biofilm antibiotik Streptomycin 512 µg/mL terhadap S.
aureus adalah sebesar 90,707±0,026%. Pada konsentrasi ekstrak etanol 0,1; 0,2;
0,4; dan 0,8 mg/mL memiliki persentase penghambatan biofilm yang hampir sama
sehingga dapat diartikan bahwa adanya peningkatan konsentrasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap efek penghambatan biofilm dari ekstrak
etanol daun kirinyu. Hal tersebut disebabkan adanya kemungkinan kejenuhan
protein reseptor dalam berikatan dengan senyawa yang ada dalam ekstrak etanol
daun kirinyu. Menurut Le dan Otto (2015), protein reseptor berperan dalam proses
pensinyalan atau quorum sensing pada ekspresi gen bakteri yang berperan dalam
pembentukan biofilm. Abrams et al. (2009), mengatakan bahwa jumlah reseptor
yang tersedia untuk berinteraksi dengan senyawa dapat mempengaruhi efek
senyawa tersebut. Jika reseptor yang tersedia banyak tetapi senyawa yang
menempati sedikit maka hanya sedikit efek yang terjadi (peningkatan konsentrasi
dapat menambah efek). Sebaliknya, jika reseptor yang tersedia sedikit tetapi
senyawa yang akan menempati banyak (konsentrasi besar) maka reseptor akan
mengalami kejenuhan (peningkatan konsentrasi senyawa tidak akan menambah
efek). Kejenuhan reseptor menyebabkan senyawa tidak mampu lagi menghambat
quorum sensing pada ekspresi gen yang berperan dalam pembentukan biofilm.
Pada penelitian ini ada kemungkinan terjadinya kejenuhan reseptor yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyu tidak bisa lagi
menambah aktivitas penghambatan biofilm S. aureus. Namun hal tersebut perlu
dibuktikan lebih lanjut.
Penelitian sebelumnya mengenai C. odorata sebagai agen antibiofilm
telah dilakukan oleh Yahya et al. (2014b) terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Penelitian tersebut meneliti aktivitas antibiofilm ekstrak etanol C.
odorata pada dua kondisi yaitu aerobic dan anaerobic menggunakan Colony
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Forming Unit (CFU) dengan hasil akhir jumlah koloni sel biofilm per mL bakteri
yang masih hidup setelah diberikan ekstrak C. odorata. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak etanol C. odorata memiliki aktivitas antibiofilm
terhadap bakteri P. aeruginosa yang ditandai dengan nilai CFU perlakuan ekstrak
C. odorata lebih kecil dibandingkan dengan nilai CFU kontrol pertumbuhan, baik
pada kondisi aerob maupun anaerob.
Biofilm dapat terbentuk dan berkembang melalui tiga tahapan yaitu
perlekatan/adhesion, pematangan/maturation, dan diferensiasi/differentiation
(Ahmad et al., 2014). Senyawa fitokimia dari ekstrak tanaman dapat berperan
sebagai agen antibiofilm dengan mengganggu proses dari tahapan-tahapan
tersebut (Rezanka et al., 2012). Menurut Yasir et al. (2018), mekanisme utama
senyawa antibiofilm adalah mendegradasi komponen polisakarida dan matriks
biofilm (extracellular polymeric substance/EPS), mengganggu sistem pensinyalan
sel bakteri (quorum sensing/QS), mengganggu potensial membran dari sel yang
tertanam di dalam biofilm, menghambat sistem alarmone (sistem yang mengatur
sejumlah besar ekspresi gen yang penting dalam pembentukan biofilm), dan
mengganggu regulasi gen yang bertanggung jawab dalam pembentukan serta
transportasi protein pengikat.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa senyawa yang berperan
sebagai agen antibiofilm dari daun Carica papaya L. (Kining et al., 2015) dan
sabut Cocos nucifera Linn. (Viju et al., 2013) adalah flavonoid, fenol, dan tanin.
Payne et al. (2012) mengatakan bahwa senyawa polifenol tannic acid dapat
menghambat pembentukan biofilm S. aureus. Onsare dan Arora (2014) serta
Manner et al. (2013) menyatakan bahwa flavonoid memiliki potensi
penghambatan serta dapat mengganggu pembentukan biofilm S. aureus.
Flavonoid dan tanin memiliki mekanisme penghambatan biofilm yaitu dengan
menghambat intercellular adhesion yaitu IcaA dan IcaD pada S. aureus (Lee et
al., 2013). Ica tersebut akan memediasi pembentukan PIA yang merupakan
komponen penting dalam pembentukan biofilm (You et al., 2017). Jika
intercellular adhesion tersebut dihambat maka pembentukan PIA akan terhambat
yang berarti pembentukan komponen biofilm pun akan terganggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa
fitokimia pada ekstrak etanol daun kirinyu. Skrining tersebut dilakukan secara
kualitatif yaitu dengan uji tabung. Hasil dari uji tabung yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Senyawa Fitokimia Hasil Keterangan
Flavonoid + terbentuk endapan warna kuning
Fenol + terbentuk warna hijau kebiruan
Alkaloid + terbentuk endapan warna merah
Terpenoid + terbentuk warna cokelat di antarmuka
Saponin - tidak terbentuk busa
Tanin + terbentuk endapan warna hitam kehijauan
Berdasarkan uji tabung yang dilakukan pada penelitian ini, ekstrak etanol daun
kirinyu mengandung senyawa flavonoid, fenol, alkaloid, terpenoid, dan tanin.
Hasil tersebut selaras dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Chiejina dan Onaebi (2016) serta Vijayaraghavan et al., (2013)
melalui skrining fitokimia yang telah dilakukan, menyatakan bahwa ekstrak etanol
daun C. odorata mengandung senyawa tanin, alkaloid, flavonoid, fenol, dan
terpenoid. Afolayan et al. (2015) juga menyatakan bahwa ekstrak etanol 95%
daun C. odorata mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid.
Ekstrak etanol daun kirinyu yang didapatkan dalam penelitian ini
menunjukkan adanya aktivitas penghambatan biofilm pada bakteri S. aureus. Jika
ditinjau dari hasil skrining fitokimia yang dilakukan, senyawa flavonoid dan tanin
yang ditemukan dalam ekstrak etanol daun kirinyu ini diduga memiliki aktivitas
dalam menghambat biofilm S. aureus. Menurut Hanphakphoom et al. (2016),
senyawa flavonoid yang ada di dalam daun kirinyu adalah quercetin dan rutin.
Hasil tersebut dapat dikaitkan dengan mekanisme dari senyawa flavonoid dan
tanin yang ada pada tanaman Alnus japonica yang dapat menghambat biofilm
yaitu dengan menghambat ekspresi gen IcaA serta IcaD pada bakteri S. aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang dapat menghambat sintesis PIA dan menyebabkan pembentukan biofilm
menjadi terganggu (Lee et al., 2013).
Penelitian sebelumnya mengenai aktivitas antibiofilm C. odorata pada
bakteri S. aureus belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang
dilakukan terhadap bakteri lain. Penelitian Yahya et al. (2014b) menunjukkan
bahwa ekstrak etanol dan kloroform C. odorata mempunyai aktivitas antibiofilm
pada bakteri P. aeruginosa serta hasil isolasi senyawa pada C. odorata dengan
GC-MS menunjukkan bahwa senyawa yang banyak didapatkan dari ekstrak etanol
daun kirinyu adalah germacrene D. Mekanisme germacrene D dalam
menghambat biofilm bakteri belum diketahui dengan pasti sehingga germacrene
D merupakan senyawa yang diduga sebagai agen antibiofilm. Pada penelitian
selanjutnya, Yahya et al. (2014a) menyatakan bahwa terjadi perubahan profil
protein sitoplasma ketika dilakukan pemisahan protein pada biofilm P. aeruginosa
yang telah diberi ekstrak kloroform C. odorata menggunakan elektroforesis gel
poliakrilamida-sodium deodesil sulfat (SDS-PAGE). Protein sitoplasma
merupakan bagian penting di dalam biofilm, sehingga perubahan profil protein
sitoplasma tersebut diduga terlibat dalam aksi antibiofilm C. odorata. Chusri et al.
(2012) juga melakukan penelitian aktivitas biofilm isolat Staphylococcus
epidermidis dari beberapa resep obat tradisional di Thailand untuk penyembuhan
luka akibat infeksi bakteri yang salah satu resepnya yaitu THR-SK011
mengandung tanaman C. odorata. Resep THR-SK011 tersebut menunjukkan
adanya aktivitas biofilm namun tidak terlalu besar sehingga oleh peneliti tersebut
tidak dibahas lebih lanjut.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun kirinyu
memiliki aktivitas penghambatan biofilm terhadap bakteri S. aureus. Golongan
senyawa yang ada di dalam ekstrak etanol daun kirinyu juga telah diuji secara
kualitatif. Namun pada penelitian ini belum diketahui golongan senyawa yang
spesifik dalam ekstrak etanol daun kirinyu yang berperan sebagai agen
antibiofilm, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa
spesifik dalam ekstrak etanol daun kirinyu yang berperan sebagai agen
antibiofilm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Semua konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyu yang digunakan pada
penelitian ini memiliki aktivitas penghambatan biofilm pada bakteri S. aureus.
Persentase penghambatan biofilm terkecil ekstrak etanol daun kirinyu yang
diperoleh terhadap S. aureus adalah pada konsentrasi 0,05 mg/mL yaitu sebesar
64,636±0,022% dan persentase penghambatan biofilm terbesar pada konsentrasi
0,2 mg/mL yaitu sebesar 87,399±0,041%. Skrining fitokimia melalui uji tabung
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kirinyu mengandung senyawa flavonoid,
fenol, alkaloid, terpenoid, dan tanin.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dilakukan pengujian senyawa
fitokimia secara spesifik yang berperan sebagai agen antibiofilm dengan uji KLT
(Kromatografi Lapis Tipis) pada ekstrak etanol daun kirinyu dan pengujian
aktivitas penghancuran biofilm (breakdown) ekstrak etanol daun kirinyu pada
bakteri S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, A. C., Pennington, S. S., and Lammon, C. B., 2009. Clinical Drug
Therapy: Rationales for Nursing Practice, 9th
edition, Wolters Kluwer
Health, Lippincott Williams & Wilkins. 16.
Afolayan, M., Fatokun, O., Olajide, O., Akolade, J., Fagbohun, A., and
Orishadipe, A., 2015. Comparative Phytochemical, Antioxidant and
Antibacterial Potentials of The Stem, Roots, and Leaves Extract of
Chromolaena odorata L. (King and Robinson). J. Pharm. Biol. Sci., 3 94),
202-207.
Ahmad, I., Husain, F. M., Maheshwari, M., and Zahin, M., 2014. Medicinal Plants
and Phytocompounds: A Potential Source of Novel Antibiofilm Agents.
Antibiofilm Agents, 205-232.
Archer, N. K., Mazaitis, M. J., Costerton, J. W., Leid, J. G., Powers, M. E., and
Shirtliff, M. E., 2011. Staphylococcus aureus Biofilms : Properties,
Regulation, and Roles in Human Disease. Virulence, 2 (5), 445-459.
Asomugha, R. N., Ezejiofor, A. N., Okafor, P. N., and Ijeh, I. I., 2015. Acute and
Cytotoxicity Studies of Aqueous and Ethanolic Leaf Extract of
Chromolaena odorata. Pak. J. Biol. Sci., 18 (1), 46-49.
Aswathi, P. V., and Dhivya, R., 2017. Qualitative Phytochemical Screening and
Mosquito Repellency of Chromolaena odorata (Asteraceae) Leaf Extract
Against Adults of Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae). IAJPS, 4
(03), 698-705.
Berlanga, M, and Guerrero, R., 2016. Living Together in Biofilms: The Microbial
Cell Factory and Its Biotechnological Implications. Microb. Cell Fact.,
15(165), 1-11.
Cascon, O., Touchet, S., Miller, D. J., Gonzalez, V., Faraldos, J. A., and
Allemann, R. K., 2012. Chemoenzymatic Preparation of Germacrene
Analogues. Chem. Commun., 2012 (48), 9702-9704.
Chakraborty, A. K., Rambhade, S., and Patil, U. K., 2011. Chromolaena odorata
(L.) : An Overview. Journal of Pharmacy Research, 4 (3), 573-576.
Chiejina, N. V., and Onaebi, C. N., 2016. Phytochemical Constituents and
Antifungal Properties of Chromolaena odorata L. and Moringa oleifera
Lam on Fungal Rot of Cucumber (Cucumis sativus L.) Fruit. Asian J.
Plant Sci., 15 (1-2), 35-41.
Chusri, S., Sompetch, K., Mukdee, S., Jansrisewangwong, S., Srichai, T.,
Maneenoon, K., Limsuwan, S., and Voravuthikunchai, S. P., 2012.
Inhibition of Staphylococcus epidermidis Biofilm Formation by
Traditional Thai Herbal Recipes Used for Wound Treatment. Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine,
doi:10.1155/2012/159797, 1-8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Coffey, B. M., and Anderson, G. G., 2014. Biofilm Formation in The 96-well
Microtiter Plate. Methods Mol Biol., 1149, 631-641.
Costa, G. M., Endo, E. H., Cortez, D. A. G., Nakamura, T. U., Nakamura, C. V.,
and Filho, B. P. D., 2015. Effect of Plant Extracts on Planktonic Growth
and Biofilm of Staphylococcus aureus and Candida albicans.
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci, 4 (6), 908-917.
Ding, W. Y., Li, Y. H., Lian, H., Ai, X. Y., Zhao, Y. L., Yang, Y. B., Han, Q.,
Liu, X., Chen, X. Y., and, He, Z., 2017. Sub-Minimum Inhibitory
Concentrations of Rhubarb Water Extracts Inhibit Streptococcus suis
Biofilm Formation. Frontiers in Pharmacology, 8 (425), 1-9.
Erikawati, D., Santosaningsih, D., dan Santoso, S., 2016. Tingginya Prevalensi
MRSA Pada Isolat Klinik Periode 2010-2014 di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang, Indonesia. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29 (2), 149-156.
European Centre for Disease and Control (ECDC), 2015. Staphylococcus aureus.
Antimicrobial Resistance Surveillance in Europe 2015.
Feoktistova, M., Geserick, P., and Leverkus, M., 2016. Crystal Violet Assay for
Determining Viability of Cultured Cells. Cold Spring Harbor Protocols.
Foster, T. J., 2017. Antibiotic Resistance in Staphylococcus aureus Current Status
and Future Prospects. FEMS Microbiology Reviews, 1-19.
Gomashe, A. V., Sharma, A. A., and Kasulkar, A., 2014. Investigation of Biofilm
Inhibition Activity and Antibacterial Activity of Psidium guajava Plant
Extracts against Streptococcus mutans Causing Dental Plaque. Int. J.
Microbiol. App. Sci., 3 (9), 335-351.
Hanphakphoom, S., Thophon, S., Waranusantigul, P., Kangwanrangsan, N., and
Krajangsang, S., 2016. Antimicrobial Activity of Chromolaena odorata
Extract Against Bacterial Human Skin Infections. Modern Applied
Science,10 (2), 159-171.
Hassan, M. N., and Laily, A. N., 2014. Uji Kandungan Flavonoid dan
Perbandingan Aktivitas Antoksidan Pada Ekstrak Etanol Simplisia Bunga
Pepaya Gantung Saat Kuncup dan Mekar. J. Skrining Bioaktif, 1 (1), 1-15.
Jasmine, R., Selvakumar, B. N., and Daisy, P., 2011. Investigating The
Mechanism of Action of Terpenoids and The Effect of Interfering
Substances on An Indian Medicinal Plant Extract Demonstrating
Antibacterial Activity. IJPSR, 2 (2), 19-24.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Farmakope Herbal Indonesia.
Suplemen II. Edisi I. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kining, E., Falah, S., dan Nurhidayat, N., 2015. Aktivitas Antibiofilm Ekstrak Air
Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Bakteri Pseudomonas
aeruginosa secara In Vitro. Current Biochemistry, 2 (3), 150-163.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Knobloch, J. K. M., Horstkotte, M. A., Rohde, H., and Mack, D., 2002.
Evaluation of Different Detection Methods of Biofilm Formation in
Staphylococcus aureus, Med Microbiol Immunol, 191 (2002), 101-106.
Kristian, J., Zain, S., Nurjanah, S., Widyasanti, A., and Putri, S. H., 2016.
Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga
Melati Putih Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent
Extraction). Jurnal Teknotan, 10 (2), 34-43.
Le, K. Y., and Otto, M., 2015. Quorum-sensing Regulation in Staphylococci – An
Overview. Frontiers in Microbiology, 6 (1174), 1-8.
Lee, J. H., Park, J. H., Cho, H. S., Joo, S. W., Cho, M. H., and Lee, J., 2013. Anti-
biofilm Activities of Quercetin and Tannic Acid Against Staphylococcus
aureus. Biofouling, 29 (5), 491-499.
Lu, J., Turnbull, L., Burke, C. M., Liu, M., Carter, D. A., Schlothauer, R. C.,
Whitchurch, C. B., and Harry, E. J., 2014. Manuka-type Honeys Can
Eradicate Biofilms Produced by Staphylococcus aureus Strains With
Different Biofilm-forming Abilities. PeerJ 2:e326; doi 10.7717/peerj.326.
Manner, S., Skogman, M., Goeres, D., Vuorela, P., and Fallarero, A., 2013.
Systematic Exploration of Natural and Synthetic Flavonoids for the
Inhibition of Staphylococcus aureus Biofilms. Int. J. Mol. Sci., 2013 (14),
19434-19451.
Meije, Y., Almirante, B., Pozo, J. L. D., Martin, M. T., Fernandez-Hidalgo, N.,
Shan, A., Basas, J., Pahissa, A., and Gavalda, J., 2014. Daptomycin is
Effective as Antibiotic-lock Therapy in a Model Staphylococcus aureus
Catheter-related Infection. Journal of Infection, 2014, 1-5.
Merritt, J. H., Kadouri, D. E., and O’Toole, G. A., 2015. Growing and Analyzing
Static Biofilms. Curr Protoc Microbiol, 1-29.
Metzler, A., 2016. Developing a Crytal Violet Assay to Quantify Biofilm
Production Capabilities of Staphylococcus aureus. Honors Research Thesis,
Department of Animal Sciences The Ohio State University, 1-15.
Novoa, M. G. A., Moreno, M. I., Velazquez, O. A. S., Gomez, J. P. G., Medina, P.
J. G., and Lomeli, M. G., 2018. Biofilm Formation by Staphylococcus
aureus Isolated From Food Contact Surface in the Dairy Industry of Jalisco,
Mexico. Journal of Food Quality, 2018, 1-8.
Nyenje, M. E., Green, E., and Ndip, R. N., 2013. Evaluation of the Effect of
Different Media and Temperature on the Suitability of Biofilm Formation
by Enterobacter cloacae Strain Isolated from Food Samples South Africa.
Molecules, 2013 (18), 9582-9593.
Odutayo, F., Ezeamagu, C., Kabiawu, T., Aina, D., and Mensah-Agyei, G., 2017.
Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Chromolaena
odorata Leaf Extract Against Selected Microorganism. JAMPS, 13 (4), 1-9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Omokhua, A. G., McGaw, L. J., Chukwujekwu, J. C., Finnie, J. F., and Staden, J.
V., 2017. A Comparison of The Antimicrobial Activity an In Vitro Toxicity
of A Medicinally Useful Biotype of Invasive Chromolaena odorata
(Asteraceae) With A Biotype Not Used In Traditional Medicine. South
African Journal of Botany, 108 (2017), 200-208.
Onsare, J. G., and Arora, D. S., 2014. Antibiofilm Potential of Flavonoids
Extracts From Moringa oleifera Seed Coat Against Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, and Candida albicans. Journal of Applied
Microbiology, doi:10.1111/jam.12701.
Palmer, L. B., Smaldone, G. C., Chen, J. J., Baram, D., Duan, T., Monteforte, M.,
Varela, M., Tempone, A. K., O’Riordan, T., Daroowalla, F., and Richman,
P., 2008. Aerosolized Antibiotics and Ventilator-associated
Tracheobronchitis in The Intensive Care Unit. Crit Care Med, 36 (7), 2008-
2013.
Pandey, A., and Tripathi, S., 2014. Concept of Standardization, Extraction and Pre
Phytochemical Screening Strategies For Herbal Drug. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry, 2 (5), 115-119.
Paraje, M. G., 2011. Antimicrobial Resistance in Biofilms. FORMATEX, 736-744.
Payne, D. E., Martin, N. R., Parzych, K. R., Rickard, A. H., Underwood, A., and
Boles, B. R., 2012. Tannic Acid Inhibits Staphylococcus aureus Surface
Colonization in an IsaA-Dependent Manner. Infection and Immunity, 81
(2), 496-504.
Pratiwi, S. U. T., Lagendijk, E. L., Weert, S., Idroes, R., Hertiani, T., Hondel, C.
V., 2015. Effect of Cinnamomum burmannii Nees ex Bl. and Massoia
aromatic Becc. Essential Oil on Planktonic Growth and Biofilm Formation
of Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus In Vitro.
International Journal of Applied Research in Natural Product. 8 (2). 1-13.
Ragbetli, C., Parlak, M., Bayram, Y., Guducuoglu, H., and Ceylan, N., 2016.
Evaluation of Antimicrobial Resistance in Staphylococcus aureus Isolates
by Years. Interdisciplinary Perspectives on Infectious Disease, 2016, 1-4.
Rezanka, T., Cejkova, A., and Masak, J., 2012. Naturan Products: Strategic Tools
for Modulation if Biofilm Formation. In : Studies in Natural Products
Chemistry, 269-303.
Roy, R., Tiwari, M., Donelli, G., and Tiwari, V., 2018. Strategies For Combating
Bacterial Biofilms: A Focus on Anti-biofilm Agents and Their
Mechanisms of Action. Virulence, 9 (1), 522-554.
Rumbaugh, K. P., and Armstrong A., 2014. The Role of Quorum Sensing in
Biofilm Development. Antibiofilm Agents, 97-113.
Saroj, D. S., and Rather, P. N., 2013. Streptomycin Inhibits Quroum Sensing in
Acinetobacter burmanii. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 57 (4),
1926-1929.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Singh, S., Singh, S. K., Chowdhury, I., and Singh, R., 2017. Understanding the
Mechanism of Bacterial Biofilms Resistance to Antimicrobial Agents. The
Open Microbiology Journal, 11, 53-62.
Slobodnikova, L., Fialova, S., Rendekova, K., Kovac, J., and Mucaji, P., 2016.
Antibiofilm Activity of Plant Polyphenols. Molecules, 21 (1717), 1-15.
Shukla, S. K., and Rao, T. S., 2017. An Improved Crystal Violet Assay for
Biofilm Quantification in 96-Well Microtiter Plate. bioRxiv, 1-10.
Shukla, V., and Bhathena, Z., 2016. Broad Spectrum Anti-Quorium Sensing
Activity of Tannin-Rich Crude Extracts of Indian Medicinal Plants.
Scientifica, 2016, 1-8.
Sulistyani, N., 2018. Modul 006: Pengembangan Sediaan Obat Tradisional.
Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 10-24.
Sun, W., Han, J. Y., Li, Q. J., and Jiao, K., 2007. Spectrophotometric and
Voltammetric Studies on The Interaction of Heparin With Crystal Violet
and Its Analytical Application. S. Afr. J. Chem., 2007 (60), 42-46.
Taganna, J. C., Quanico, J. P., Perono, R. M. G., Amor, E. C., and Rivera, W. L.,
2011. Tannin-rich Fraction From Terminalia catappa Inhibits Quorum
Sensing (QS) in Chromobacterium violaceum and The QS-controlled
Biofilm Maturation and LasA Staphylolytic Activity in Pseudomonas
aeruginosa. Journal of Ethnopharmacology, 134 (2011), 865-871.
Thamrin, M., Asikin, S., and Willis, M., 2013. Tumbuhan Kirinyu Chromolaena
odorata (L.) (Asteraceae : Asterales) Sebagai Insektisida Nabati Untuk
Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura. J. Litbang Pert., 32 (3),
112-121.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., and Kaur, H., 2011. Phytochemical
Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica
Sciencia, 1 (1), 98-106.
Turek, C., and Stintzing, F. C., 2013. Stability of Essential Oils: A Review.
Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 12, 40-53.
Udo, E. E., Al-Sweih, N., and Noronha, B. C., 2003. A Chromosomal Location of
The MupA Gene in Staphylococcus aureus Expressing High-level
Mupirocin Resistance. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 51, 1283-
1286.
Ugwoke, C. E. C., Orji, J., Anze, S. P. G., and Ilodibia, C. V., 2017. Quantitative
Phytochemical Analysis and Antimicrobial Potential of The Ethanol and
Aqueous Extracts of The Leaf, Stem, and Root of Chromolaena odorata
(Asteraceae). IJPPR, 9 (2), 207-214.
Velavan, S., 2015. Phytochemical Techniques-A Review. World Journal of
Science and Research, 1 (2), 80-91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Vijayaraghavan, K., Ali, S. M., and Maruthi, R., 2013. Studies On Phytochemical
Screening Antioxidant Activity of Chromolaena odorata and Annona
squamosa. International Journal of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology, 2 (12), 7315-7321.
Viju, N., Satheesh, S., and Vincent, S. G. P., 2013. Antibiofilm Activity of
Coconut (Cocos nucifera Linn.) Husk Fibre Extract. Saudi Journal of
Biological Sciences, 2013 (20), 85-91.
Yahya, M. F. Z. R., Ibrahim, M. S. A., and Hamid, U. M. A., 2014a.
Electrophoretic Protein Separation Reveals the Possible Antibiofilm
Mechanism of Chromolaena odorata Chloroform Extracts Against
Pseudomonas aeruginosa: A Preliminary Investigation. Journal of Applied
Biological Science, 8 (2), 55-61.
Yahya, M. F. Z. R., Ibrahim, M. S. A., Zamawi, W. M. A. W. M., and Hamid, U.
M. A., 2014b. Biofilm Killing Effects of Chromolaena odorata Extracts
against Pseudomonas aeruginosa. Research Journal of Phytochemistry, 8
(3), 64-73.
Yasir, M., Willcox, M. D. P., and Dutta, D., 2018. Action of Antimicrobial
Peptides Against Bacterial Biofilms. Materials, 2018 (3), 1-15.
You, Y., Xue, T., Cao, L., Zhao, L., Sun, H., and Sun, B., 2014. Staphylococcus
aureus Glucose-Induced Biofilm Accessory Proteins, GbaAB, Influence
Biofilm Formation in a PIA-Dependent Manner. Int. J. Med. Microbiol.,
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijmm.2014.04.003.
Zhou, J. W., Hou, B., Liu, G. Y., Jiang, H., Sun, B., Wang, Z. N., Shi, R. F., Xu,
Y., Wang, R., and Jia, A. Q., 2018. Attenuation of Pseudomonas
aeruginosa Biofilm by Hordenine: A Combinatorial Study With
Aminoglycoside Antibiotics. Appl Microbiol Biotechnol,
https://doi.org/10.1007/s00253-018-9315-8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kirinyu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 2. Surat Legalitas Analisis Data Secara Statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 3. Simplisia Kering Daun Kirinyu, Penetapan Kadar Air, Ekstrak
Etanol Daun Kirinyu, dan Larutan Uji Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Gambar 5. Simplisia kering daun kirinyu
(a) (b)
Gambar 6. Penetapan kadar air (a) volume air awal (b) volume air akhir
Perhitungan Persentase Kadar Air
Selisih volume = volume akhir – volume awal = 0,9 mL – 0,4 mL = 0,5 mL
Bobot serbuk daun Kirinyu = 10,0005 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Gambar 7. Ekstrak etanol daun kirinyu
Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
Gambar 8. Larutan uji ekstrak etanol daun kirinyu konsentrasi 0,8;
0,4; 0,2 ; 0,1; 0,05 mg/mL (dari kiri ke kanan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 4. Data Optical Density (OD) Uji Pertumbuhan Biofilm
Staphylococcus aureus
Perlakuan Replikasi OD Rata-rata SD
Media TSB
1 0,104
0,092 0,010 2 0,087
3 0,086
Media TSB +
Bakteri
1 0,935
0,888 0,043 2 0,851
3 0,879
Media TSB +
Glukosa 1% +
Bakteri
1 2,492
2,472 0,121 2 2,581
3 2,342
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 5. Dokumentasi Uji Pertumbuhan Biofilm dan Uji Penghambatan
Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
a. Uji Pertumbuhan Biofilm
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 9. Media TSB pada uji pertumbuhan biofilm (a) sebelum
inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d) setelah
dibilas lalu diberi etanol
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 10. Media TSB + S. aureus pada uji pertumbuhan biofilm
(a) sebelum inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan
(d) setelah dibilas lalu diberi etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 11. Media TSB + Glukosa 1% + S. aureus pada uji pertumbuhan
biofilm (a) sebelum inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan,
dan (d) setelah dibilas lalu diberi etanol
b. Uji Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12. EEDK 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8 mg/mL (dari atas ke bawah
berurutan) pada uji penghambatan biofilm (a) sebelum inkubasi, (b)
setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan
(d) setelah dibilas lalu diberi etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 13. Kontrol pertumbuhan; kontrol negatif; kontrol positif (dari
atas ke bawah berurutan) pada uji penghambatan biofilm (a) sebelum
inkubasi, (b) setelah inkubasi, (c) setelah pewarnaan, dan (d) setelah
dibilas lalu diberi etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 6. Data Optical Density (OD) Uji Penghambatan Biofilm Ekstrak
Etanol Daun Kirinyu Terhadap Staphylococcus aureus
Perlakuan Replikasi OD Rata-rata SD
Kontrol
Pertumbuhan
1 2,492
2,472 0,121 2 2,581
3 2,342
Kontrol
Negatif
1 2,398
2,361 0,089 2 2,260
3 2,426
EEDK 0,05
mg/mL
1 0,867
0,873 0,022 2 0,898
3 0,855
EEDK 0,1
mg/mL
1 0,271
0,320 0,044 2 0,357
3 0,332
EEDK 0,2
mg/mL
1 0,358
0,311 0,041 2 0,282
3 0,293
EEDK 0,4
mg/mL
1 0,380
0,358 0,064 2 0,286
3 0,409
EEDK 0,8
mg/mL
1 0,350
0,345 0,027 2 0,316
3 0,370
Kontrol
Positif
1 0,206
0,229 0,026 2 0,223
3 0,257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik dengan SPSS
a. Uji Normalitas
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai Kontrol Pertumbuhan
.234 3 . .979 3 .721
Kontrol Negatif .327 3 . .872 3 .302
Kontrol Positif .253 3 . .964 3 .637
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml
.279 3 . .939 3 .523
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml
.274 3 . .945 3 .547
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml
.336 3 . .856 3 .257
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml
.299 3 . .915 3 .434
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml
.235 3 . .978 3 .716
b. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.569 7 16 .056
c. Uji Oneway Anova
ANOVA
nilai
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 19.022 7 2.717 675.614 .000 Within Groups .064 16 .004
Total 19.087 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
d. Uji Post Hoc Tukey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: nilai
(I) kelompok (J) kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Tukey HSD
Kontrol Pertumbuhan
Kontrol Negatif .110333 .051783 .437 -.06895 .28961
Kontrol Positif 2.243000* .051783 .000 2.06372 2.42228
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.598333* .051783 .000 1.41905 1.77761
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.151667* .051783 .000 1.97239 2.33095
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.160667* .051783 .000 1.98139 2.33995
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.113333* .051783 .000 1.93405 2.29261
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.126333* .051783 .000 1.94705 2.30561
Kontrol Negatif Kontrol Pertumbuhan -.110333 .051783 .437 -.28961 .06895
Kontrol Positif 2.132667* .051783 .000 1.95339 2.31195
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.488000* .051783 .000 1.30872 1.66728
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.041333* .051783 .000 1.86205 2.22061
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.050333* .051783 .000 1.87105 2.22961
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.003000* .051783 .000 1.82372 2.18228
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.016000* .051783 .000 1.83672 2.19528
Kontrol Positif Kontrol Pertumbuhan -2.243000* .051783 .000 -2.42228 -2.06372
Kontrol Negatif -2.132667* .051783 .000 -2.31195 -1.95339
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.644667* .051783 .000 -.82395 -.46539
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.091333 .051783 .650 -.27061 .08795
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml -.082333 .051783 .750 -.26161 .09695
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.129667 .051783 .261 -.30895 .04961
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.116667 .051783 .373 -.29595 .06261
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -1.598333* .051783 .000 -1.77761 -1.41905
Kontrol Negatif -1.488000* .051783 .000 -1.66728 -1.30872
Kontrol Positif .644667* .051783 .000 .46539 .82395
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .553333* .051783 .000 .37405 .73261
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .562333* .051783 .000 .38305 .74161
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml .515000* .051783 .000 .33572 .69428
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .528000* .051783 .000 .34872 .70728
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.151667* .051783 .000 -2.33095 -1.97239
Kontrol Negatif -2.041333* .051783 .000 -2.22061 -1.86205
Kontrol Positif .091333 .051783 .650 -.08795 .27061
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.553333* .051783 .000 -.73261 -.37405
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .009000 .051783 1.000 -.17028 .18828
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.038333 .051783 .994 -.21761 .14095
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.025333 .051783 1.000 -.20461 .15395
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.160667* .051783 .000 -2.33995 -1.98139
Kontrol Negatif -2.050333* .051783 .000 -2.22961 -1.87105
Kontrol Positif .082333 .051783 .750 -.09695 .26161
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.562333* .051783 .000 -.74161 -.38305
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.009000 .051783 1.000 -.18828 .17028
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.047333 .051783 .980 -.22661 .13195
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.034333 .051783 .997 -.21361 .14495
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.113333* .051783 .000 -2.29261 -1.93405
Kontrol Negatif -2.003000* .051783 .000 -2.18228 -1.82372
Kontrol Positif .129667 .051783 .261 -.04961 .30895
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.515000* .051783 .000 -.69428 -.33572
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .038333 .051783 .994 -.14095 .21761
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .047333 .051783 .980 -.13195 .22661
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .013000 .051783 1.000 -.16628 .19228
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.126333* .051783 .000 -2.30561 -1.94705
Kontrol Negatif -2.016000* .051783 .000 -2.19528 -1.83672
Kontrol Positif .116667 .051783 .373 -.06261 .29595
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.528000* .051783 .000 -.70728 -.34872
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .025333 .051783 1.000 -.15395 .20461
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .034333 .051783 .997 -.14495 .21361
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.013000 .051783 1.000 -.19228 .16628
LSD Kontrol Pertumbuhan
Kontrol Negatif .110333* .051783 .049 .00056 .22011
Kontrol Positif 2.243000* .051783 .000 2.13322 2.35278
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.598333* .051783 .000 1.48856 1.70811
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.151667* .051783 .000 2.04189 2.26144
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.160667* .051783 .000 2.05089 2.27044
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.113333* .051783 .000 2.00356 2.22311
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.126333* .051783 .000 2.01656 2.23611
Kontrol Negatif Kontrol Pertumbuhan -.110333* .051783 .049 -.22011 -.00056
Kontrol Positif 2.132667* .051783 .000 2.02289 2.24244
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.488000* .051783 .000 1.37822 1.59778
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.041333* .051783 .000 1.93156 2.15111
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.050333* .051783 .000 1.94056 2.16011
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.003000* .051783 .000 1.89322 2.11278
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.016000* .051783 .000 1.90622 2.12578
Kontrol Positif Kontrol Pertumbuhan -2.243000* .051783 .000 -2.35278 -2.13322
Kontrol Negatif -2.132667* .051783 .000 -2.24244 -2.02289
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.644667* .051783 .000 -.75444 -.53489
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.091333 .051783 .097 -.20111 .01844
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml -.082333 .051783 .131 -.19211 .02744
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.129667* .051783 .023 -.23944 -.01989
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.116667* .051783 .039 -.22644 -.00689
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -1.598333* .051783 .000 -1.70811 -1.48856
Kontrol Negatif -1.488000* .051783 .000 -1.59778 -1.37822
Kontrol Positif .644667* .051783 .000 .53489 .75444
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .553333* .051783 .000 .44356 .66311
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .562333* .051783 .000 .45256 .67211
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml .515000* .051783 .000 .40522 .62478
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .528000* .051783 .000 .41822 .63778
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.151667* .051783 .000 -2.26144 -2.04189
Kontrol Negatif -2.041333* .051783 .000 -2.15111 -1.93156
Kontrol Positif .091333 .051783 .097 -.01844 .20111
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.553333* .051783 .000 -.66311 -.44356
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .009000 .051783 .864 -.10078 .11878
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.038333 .051783 .470 -.14811 .07144
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.025333 .051783 .631 -.13511 .08444
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.160667* .051783 .000 -2.27044 -2.05089
Kontrol Negatif -2.050333* .051783 .000 -2.16011 -1.94056
Kontrol Positif .082333 .051783 .131 -.02744 .19211
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.562333* .051783 .000 -.67211 -.45256
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.009000 .051783 .864 -.11878 .10078
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.047333 .051783 .374 -.15711 .06244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.034333 .051783 .517 -.14411 .07544
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.113333* .051783 .000 -2.22311 -2.00356
Kontrol Negatif -2.003000* .051783 .000 -2.11278 -1.89322
Kontrol Positif .129667* .051783 .023 .01989 .23944
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.515000* .051783 .000 -.62478 -.40522
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .038333 .051783 .470 -.07144 .14811
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .047333 .051783 .374 -.06244 .15711
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .013000 .051783 .805 -.09678 .12278
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.126333* .051783 .000 -2.23611 -2.01656
Kontrol Negatif -2.016000* .051783 .000 -2.12578 -1.90622
Kontrol Positif .116667* .051783 .039 .00689 .22644
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.528000* .051783 .000 -.63778 -.41822
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .025333 .051783 .631 -.08444 .13511
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .034333 .051783 .517 -.07544 .14411
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.013000 .051783 .805 -.12278 .09678
Games-Howell
Kontrol Pertumbuhan
Kontrol Negatif .110333 .086579 .870 -.36207 .58274
Kontrol Positif 2.243000* .071332 .003 1.64818 2.83782
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.598333* .070905 .007 .99210 2.20457
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.151667* .074268 .002 1.61556 2.68778
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.160667* .073660 .002 1.61479 2.70654
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.113333* .079004 .001 1.62478 2.60189
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.126333* .071497 .003 1.53571 2.71696
Kontrol Negatif Kontrol Pertumbuhan -.110333 .086579 .870 -.58274 .36207
Kontrol Positif 2.132667* .053453 .001 1.71733 2.54800
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml 1.488000* .052882 .003 1.06025 1.91575
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml 2.041333* .057313 .000 1.67641 2.40626
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml 2.050333* .056522 .000 1.67870 2.42196
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml 2.003000* .063329 .000 1.65567 2.35033
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml 2.016000* .053674 .001 1.60503 2.42697
Kontrol Positif Kontrol Pertumbuhan -2.243000* .071332 .003 -2.83782 -1.64818
Kontrol Negatif -2.132667* .053453 .001 -2.54800 -1.71733
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.644667* .019720 .000 -.74850 -.54084
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.091333 .029616 .269 -.26697 .08431
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml -.082333 .028056 .292 -.24378 .07911
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.129667 .040036 .275 -.40805 .14871
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.116667* .021754 .045 -.22983 -.00350
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -1.598333* .070905 .007 -2.20457 -.99210
Kontrol Negatif -1.488000* .052882 .003 -1.91575 -1.06025
Kontrol Positif .644667* .019720 .000 .54084 .74850
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .553333* .028573 .002 .37200 .73467
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .562333* .026953 .001 .39672 .72794
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml .515000* .039271 .013 .22544 .80456
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .528000* .020311 .000 .42002 .63598
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.151667* .074268 .002 -2.68778 -1.61556
Kontrol Negatif -2.041333* .057313 .000 -2.40626 -1.67641
Kontrol Positif .091333 .029616 .269 -.08431 .26697
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.553333* .028573 .002 -.73467 -.37200
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .009000 .034852 1.000 -.17260 .19060
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.038333 .045060 .976 -.28963 .21296
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.025333 .030013 .976 -.19971 .14904
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.160667* .073660 .002 -2.70654 -1.61479
Kontrol Negatif -2.050333* .056522 .000 -2.42196 -1.67870
Kontrol Positif .082333 .028056 .292 -.07911 .24378
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.562333* .026953 .001 -.72794 -.39672
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml -.009000 .034852 1.000 -.19060 .17260
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.047333 .044050 .930 -.29981 .20514
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml -.034333 .028474 .892 -.19510 .12643
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.113333* .079004 .001 -2.60189 -1.62478
Kontrol Negatif -2.003000* .063329 .000 -2.35033 -1.65567
Kontrol Positif .129667 .040036 .275 -.14871 .40805
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.515000* .039271 .013 -.80456 -.22544
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .038333 .045060 .976 -.21296 .28963
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .047333 .044050 .930 -.20514 .29981
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml .013000 .040331 1.000 -.26180 .28780
Eks. Kirinyu 0.8 mg/ml
Kontrol Pertumbuhan -2.126333* .071497 .003 -2.71696 -1.53571
Kontrol Negatif -2.016000* .053674 .001 -2.42697 -1.60503
Kontrol Positif .116667* .021754 .045 .00350 .22983
Eks. Kirinyu 0.05 mg/ml -.528000* .020311 .000 -.63598 -.42002
Eks. Kirinyu 0.1 mg/ml .025333 .030013 .976 -.14904 .19971
Eks. Kirinyu 0.2 mg/ml .034333 .028474 .892 -.12643 .19510
Eks. Kirinyu 0.4 mg/ml -.013000 .040331 1.000 -.28780 .26180
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 8. Hasil Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung
(a) (b)
Gambar 14. Hasil Uji Flavonoid pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji
(a) (b)
Gambar 15. Hasil Uji Fenol pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu (a)
sebelum diuji dan (b) setelah diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(a) (b)
Gambar 16. Hasil Uji Alkaloid pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu (a)
sebelum diuji dan (b) setelah diuji
(a) (b)
Gambar 17. Hasil Uji Terpenoid pada Ekstrak Etanol Daun
Kirinyu (a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(a) (b)
Gambar 18. Hasil Uji Saponin pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(a) sebelum diuji dan (b) setelah diuji
(a) (b)
Gambar 19. Hasil Uji Tanin pada Ekstrak Etanol Daun Kirinyu (a)
sebelum diuji dan (b) setelah diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas
Penghambatan Biofilm Ekstrak Etanol Daun Kirinyu
(Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. Rob.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus” bernama
Mayke Evi Aviantina, lahir di Gisting, Lampung pada
tanggal 25 Maret 1997. Penulis akrab dipanggil Evi
yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
pasangan Fabianus Edy Suntoro dan Caesilia Suwarti.
Penulis mengawali masa pendidikan di TK Fransiskus
Gisting (2001-2003), SD Fransiskus Gisting (2003-2009), SMP Xaverius Gisting
(2009-2012) dan SMA Xaverius Pringsewu (2012-2015). Penulis melanjutkan
pendidikan sarjana di Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif
dalam kegiatan antara lain tergabung dalam UKF Paduan Suara Fakultas Veronica
(2016/2017), dalam kepanitiaan di kampus sebagai anggota divisi dana dan usaha
kegiatan Pharmacy Badminton Tournament (2016) serta menjadi koordinator
divisi konsumsi kegiatan PHARMALYMPIC (2017). Penulis terlibat juga dalam
tim pada program Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat
yang dibiayai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2017).
Selain itu, penulis juga tergabung dalam Keluarga Mahasiswa/i dan Pelajar
Katolik Sumatera bagian selatan Yogyakarta (KMPKS Yogyakarta) dan pernah
menjabat sebagai pengurus yaitu sebagai anggota divisi hubungan masyarakat
(2016/2017) serta wakil ketua eksternal (2017/2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI