Upload
dangdieu
View
234
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN
ASHITABA (Angelica keiskei) DENGAN 5-FLUOROURASIL TERHADAP SEL
KANKER T47D
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi
Oleh:
SAFIRA RIZKY LABETUBUN
K 100 140 203
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN ASHITABA
(Angelica keiskei) DENGAN 5-FLUOROURASIL TERHADAP SEL KANKER T47D
Abstrak
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang menyebabkan kematian terbesar.
Pengobatan kanker dengan kombinasi antara kemoterapi dan kemoprevensi yang bersifat
non toksik dapat meningkatkan sensitifitas sel kanker dan menurunkan toksisitas terhadap
sel normal. Tanaman Ashitaba (Angelica keikei) memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai
IC50 yang poten pada sel HL-60. 5-Fluorourasil merupakan salah satu agen kemoterapi
untuk kanker payudara. Hal ini yang mendasari untuk mengetahui IC50 tanaman Ashitaba
dan CI (Combination Index) dari kombinasi tanaman Ashitaba dengan 5-fluorourasil
terhadap sel T47D. Identifikasi senyawa kimia menggunakan metode kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan n-heksan : etil asetat (7:3) sebagai fase gerak dan silika gel GF254
sebagai fase diam. Uji Sitotoksik menggunakan MTT assay dengan seri konsentrasi
ekstrak etanol daun Ashitaba yaitu 500, 250, 125, µg/mL dan seri konsentrasi 5-
fluorourasil yaitu 100, 50, 25 µg/mL. Konsentrasi kombinasi dibuat dari 1
2 IC50,
3
8 IC50,
1
4
IC50, dan 1
8IC50 dari ekstrak dan obat. Hasil KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
Ashitaba mengandung golongan senyawa flavonoid, kumarin, fenolik, dan terpenoid.
Ekstrak etanol daun Ashitaba mempunyai aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel T47D
dengan nilai IC50 353,86 µg/mL. Uji sitotoksik juga menunjukkan bahwa 5-fluorourasil
mempunyai IC50 terhadap sel T47D sebesar 60,46 µg/mL. Hasil uji kombinasi Ashitaba
dan 5-fluorourasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Ashitaba dan 5-fluorourasil
mempunyai efek sinergis terhadap sel T47D dengan nilai CI 0,54, 0,42, dan 0,28.
Kata Kunci: Ashitaba, 5-fluorourasil, T47D, IC50, CI
2
Abstract
Breast cancer was one of the leading cancers of death. Cancer treatment with a
combination of chemotherapy and non-toxic chemoprevention could increase the
sensitivity of cancer cells and reduce the toxicity of normal cells. Ashitaba plants (Angelica
keiskei) had cytotoxic activity with potent IC50 values in HL-60 cells. 5-Fluorouracil was
one of the chemotherapy agents for breast cancer. This was the basis for knowing IC50 of
Ashitaba plant and CI (Combinaton Index) from combination of Ashitaba plant with 5-
fluorouracil. Identification of chemical compounds used thin layer chromatography with
n-hexane: ethyl acetate (7: 3) as mobile phase and silica gel GF254 as stationary phase. The
cytotoxic assay used MTT assay with series concentration of ethanol extract of Ashitaba
were 500, 250, 125, 62,5 μg/mL and concentration series of 5-fluorouracil were 200, 100,
50, 25 μg/mL. The combination concentration was made from 1
2 IC50,
3
8 IC50,
1
4 IC50 and
1
8
IC50 from extract and drug. The result of KLT show that ethanol extract of Ashitaba leaves
contain compounds class of flavonoid, coumarin, phenolic, and terpenoid. Ethanol extract
of Ashitaba leaves have moderate cytotoxic activity against T47D cells with IC50 353,86
μg/mL. Cytotoxic test also show that 5-fluorouracil has IC50 against T47D cells was 60,46
μg/mL. The result of combination test of Ashitaba and 5-fluorouracil show that ethanol
extract of Ashitaba and 5-fluorouracil have synergistic effect against T47D cells with CI
0,54, 0,42, and 0,28.
Keywords: Ashitaba, 5-fluorouracil, T47D, IC50, CI
3
1. PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian di dunia adalah kanker. Pada tahun 2012,
angka kematian yang disebabkan oleh kanker mencapai 8,2 juta orang. Jenis kanker yang
menyebabkan kematian terbesar adalah kanker hati, paru, perut, kolorektal, dan payudara. Kanker
payudara menempati urutan pertama dalam menyebabkan kematian pada perempuan (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Semua jenis kanker ditandai dengan pertumbuhan sel kanker
yang tak terkendali dan memiliki kemampuan menyerang jaringan lokal dan metastase atau menyebar
ke bagian tubuh yang lain (Dipiro et al., 2016). Pengobatan kanker dengan kombinasi antara
kemoterapi dan kemoprevensi yang bersifat non toksik dapat meningkatkan sensitifitas sel kanker dan
menurunkan toksisitas terhadap sel normal (Jenie nd Meiyanto, 2007). Idealnya secara klinik, obat
yang dikombinasi lebih efisien dibandingkan agen yang tunggal karena memiliki efek sinergis
melawan sel kanker dan toksisitas dapat ditoleransi (CCRC, 2009). Nilai CI (Combination Index)
adalah pengukuran standar efek kombinasi yang menunjukkan efek yang lebih besar (CI<1), kurang
(CI>1) dan efek yang sama (CI=1) (Foucquier and Guedj, 2015). Kombinasi ekstrak herba sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dan 5-fluorourasil memiliki efek sinergis kuat pada sel T47D
(Novitasari, 2016).
Fluorourasil merupakan salah satu agen kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan kanker
payudara (Dipiro et al., 2008). Senyawa 5-Fluorourasil adalah analog pirimidin dan merupakan
antimetabolit antineoplastik yang memblok timidilat sintase yang mengkonversi asam deoksiuridilat
menjadi asam timidilat sehingga sintesis DNA terganggu (Pubchem, 2005). Diketahui IC50 5-
Fluorourasil pada sel kanker T47D sebesar 2,975 µg/mL (Novitasari, 2016).
Beberapa agen kemopreventif berasal dari bahan alam (Aggarwal et al., 2004). Salah satunya
adalah Ashitaba (Angelica keiskei). Tanaman Ashitaba merupakan herbal asia dari golongan keluarga
seledri. Santoangelol, santoangelol-e, 4-hidroksiderisin adalah kalkon yang berada di dalam Ashitaba.
Senyawa kalkon memiliki berbagai aktivitas, seperti antiinflamasi, antibakteri, analgesik,
antileismanial, antiplatelet, antikanker, dan antioksidan (Chavan et al., 2016). Pengobatan sel dengan
kalkon dapat menurunkan viabilitas sel kemudian sel mengalami nekrosis dengan cepat atau
mengaktifkan apoptosis. Namun, hampir tidak ada penelitian terkait proses dan cara kematian sel lebih
lanjut yang disebabkan oleh kalkon (Zhang et al., 2013). Nilai IC50 santoangelol dan 4-hidroksiderisin
pada sel HL-60 adalah 5,9 ± 0,5 dan 5,5±0,3 µM (Akihisa et al., 2012). Hasil penelitian tersebut
menjadi dasar untuk melakukan penelitian tentang sitoksisitas kombinasi ekstrak etanol daun Ashitaba
dengan 5-Fluorourasil terhadap sel kanker T47D.
4
2. METODE
Kategori penelitian adalah metode eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Only with
Control Group.
2.1 KLT
Fase gerak (n-heksan : etil asetat) dioptimasi dengan perbandingan 5:5, 4:6, 2:8, 7:3, didapatkan 7: 3
sebagai perbandingan fase gerak optimal. Setelah hasil elusi sampel didapatkan, di semprot dengan
reagen semprot dan dideteksi pada sinar tampak dan UV366 nm.
2.2 Sterilisasi LAF
Permukaan LAF disemprot dengan etanol 70% dan disterilisasi dengan menyalakan lampu UV
sebelum digunakan selama 30 menit. Alat-alat gelas di sterilisasi dengan dicuci menggunakan
antiseptik, kemudian dibilas dengan air besih dan etanol. Setelah itu, dibiarkan kering dan dibungkus
kertas. Selanjutnya, diautoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.
2.3 Panen Sel
Sel T47D yang sudah konfluen 80%, dibuang medianya dari tissue culture flask dengan pipet pasteur.
Kemudian dicuci dengan 5 ml PBS (Phosphate Buffered Saline). Ditambahkan tripsin-EDTA 400 µL
dan diinkubasi selama 5 menit. Setelah itu, ditambahkan media 5 ml. Diambil 10 µL dan dimasukkan
kedalam hemositometer untuk menghitung jumlah sel. Jumlah sel yang diperlukan yaitu 10000 per
sumuran. Volume pemanenan sel yang perlu ditransfer, dimasukkan kedalam tabung konikal dan
ditambahkan media sampai 10 mL, kemudian dimasukkan 100 µL kedalam masing-masing sumuran
pada plate 96.
2.4 Preparasi Sampel
Ekstrak ditimbang 10 mg dan dilarutkan dengan 100 µL DMSO dan 1 mL media menggunakan vortex
dan/atau sonikator sampai terlarut kemudian ditambah media ad 10 mL. Dibuat larutan stok ekstrak
dan obat dengan masing-masing konsentrasi 500, 250, 125 µg/mL dan 100, 50, 25 µg/mL untuk
pengujian tunggal sedangkan konsentrasi yang digunakan untuk pengujian kombinasi dengan
menghitung 1
2 IC50,
3
8 IC50,
1
4 IC50, dan
1
8 IC50 dari ekstrak dan obat. Setiap sumuran dibuat volume akhir
sebanyak 100 µL untuk setiap seri konsentrasi.
2.5 Uji Sitotoksik dengan MTT assay
Sel T47D yang sudah diberikan perlakuan dan diinkubasi selama 24 jam, didokumentasikan kondisi
sel setiap perlakuan. Setelah itu, dibuang media dan ditambahkan reagen MTT. Formazan yang
berwarna ungu akan terbentuk dari reaksi antara sel hidup dengan MTT (3-(4,5-dimetil tiazol-2il)-2,5-
difeniltetrazoliumbromid). Ditambahkan Larutan SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) 10% dalam HCL
5
0,01 N, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama semalam. Setelah itu di baca pada panjang
gelombang 550 nm dengan ELISA reader. Dihitung IC50 dengan membuat kurva log kosentrasi vs %
sel yang masih hidup (Haryoto et al., 2013) dan CI.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Fitokimia
Setelah dilakukan optimasi fase gerak, kemudian dilakukan penyemprotan pada hasil elusi dengan
reagen semprot. Berikut hasil elusi ekstrak Ashitaba setelah disemprot reagen semprot (Gambar 1):
Gambar 1. Hasil elusi setelah disemprot reagen siroborat pada UV366 nm (A), FeCl3 pada sinar tampak (B),
KOH pada UV366 nm (C), dan anisaldehid-H2SO4 pada UV366 nm (D).
Berdasarkan gambar KLT ekstrak Ashitaba setelah disemprot beberapa reagen semprot diatas
dapat dilihat penjelasannya pada Tabel 1:
Tabel 1. Hasil KLT ekstrak etanol daun Ashitaba
Reagen Golongan
Senyawa Hasil Pustaka
Sitroborat Flavanoid + Berwarna Kuning Kehijauan pada
UV 366 nm (Markham, 1988)
FeCl3 Fenolik +
Bercak berwarna hitam pada
pengamatan sinar tampak (Archana
et al., 2012)
KOH Kumarin + Bercak berwarna biru pada UV
365 nm (Wagner and Bladt, 1996)
Anisaldehid-
H2SO4
Terpenoid,
Steroid +
Berwarna biru-violet, merah,
merah-violet pada UV 256 nm
(Wagner and Bladt, 1996)
(A) (B) (C) (D)
Ashitaba
6
Beragam komponen bioaktif terkandung dalam tanaman Ashitaba atau Angelica keiskei seperti
kalkon berpenilasi, kumarin, dan flavanon (Caesar and Cech, 2016). Salah satu aktivitas dari senyawa
kalkon adalah antikanker (Chavan et al., 2016) dengan menurunkan viabilitas sel sehingga sel
mengalami nekrosis dengan cepat atau mengaktifkan apoptosis. Namun, hampir tidak ada penelitian
lebih lanjut terkait cara dan proses kematian sel (Zhang et al., 2013).
3.2 Uji Sitotoksisitas
Prinsip MTT assay adalah sistem reduktase mereduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-(4,5-
dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid). Pembentukan kristal formazan berwarna ungu dan
tidak larut air tetapi larut dengan penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) oleh suksinat
tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel hidup (CCRC, 2009).
Gambar 2. Pengamatan mikroskopis sel T47D perbesaran 100x dengan perlakuan ektrak etanol daun Ashitaba
dan 5-fluorourasil : kontol sel (A), setelah pemberian MTT (B), Ashitaba 250 µg/mL (C), 5-Fluorourasil 50
µg/mL (D), kombinasi Ashitaba 87,5 µg/mL dan 5-Fluorourasil 22,5 µg/mL, ( ) menunjukkan sel hidup dan ( )
menunjukkan sel mati.
Konsentrasi yang dapat menghambat 50% dari sel kanker disebut dengan nilai IC50. IC50
diperoleh dari grafik log konsentrasi vs % sel hidup. Hasil uji sitotoksik ekstrak etanol daun Ashitaba
dan 5-Fluorourasil dengan menghitung nilai IC50 berdasarkan grafik log konsentrasi vs %sel hidup
(Gambar 3) dapat dilihat pada Tabel 2:
(A) (B)
(D) (E)
(C)
7
Tabel 2. Hasil uji sitotoksik ekstrak etanol daun Ashitaba dan 5-fluorourasil
Senyawa Konsentrasi
(µg/mL)
Log
Konsentrasi
Rata-rata %
sel hidup
Persamaan Regresi
Linier
IC50
(µg/mL)
Ekstrak
Ashitaba
500 2,699 11,863 y = -151,43x +
435,97
R2 = 0,7449
353,86 250 2,398 103,656
125 2,097 103,034
5-Fluorourasil
100 0,155 0,856 y = -156,54x +
328,87
R2 = 0,7683
60,46 50 0,946 92,804
25 0,927 95, 099
Gambar 3. Hubungan log konsentrasi vs %sel hidup ektrak etanol daun Ashitaba dan 5-fluorourasil
Aktivitas sitotoksik dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai IC50 yaitu IC50 <100 µg/mL
merupakan sitotoksik potensial, 100µg/ml <IC50 <1000 µg/ml adalah sitotoksik moderat dan tidak
memiliki aktivitas sitotoksik jika IC50>1000 µg/ml (Prayong et al., 2008). Senyawa yang memiliki
aktivitas sitotoksik yang potensial dapat digunakan sebagai agen antikanker dan senyawa yang
memiliki aktivitas sitotoksik moderat digunakan untuk mencegah atau menghambat sel kanker atau
y = -151.43x + 435.97
R² = 0.74490
50
100
150
0 1 2 3
% S
el H
idu
p
Log Konsentrasi
Ashitaba
y = -156.54x + 328.87
R² = 0.7683
0
50
100
150
0 1 2 3
% S
el H
idup
Log Konsentrasi
5-Fluorourasil
8
sebagai kemoprevensi (Tussanti and Johan, 2014). Oleh karena itu, Ashitaba dapat digunakan sebagai
kemoprevensi dan dapat dikombinasikan dengan obat antikanker yaitu 5-fluorourasil.
Adanya efek sinergis, mendekati aditif atau antagonis dari kombinasi dapat dilihat dari
perhitungan CI (Combination Index). Secara klinik, idealnya lebih efisien obat yang dikombinasi
dibandingkan agen yang tunggal karena memiliki efek sinergis melawan sel kanker dan toksisitas
dapat ditoleransi (CCRC, 2009). Nilai CI pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3:
Tabel 3. Combination Index ekstrak etanol daun Ashitaba dan 5-fluorourasil
CI Obat (µg/mL)
7,5 15 22,5 30
Ekstrak
(µg/mL)
43.75 0.54 1.00 1.44 2.72
87.5 2.50 2.43 2.24 1.67
131.25 2.42 2.46 2.19 1.67
175 3.49 1.26 0.28 0.42
Pada tabel CI diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua konsentrasi Ashitaba dan 5-fluorourasil
menghasilkan efek yang sinergis. Pada konsentrasi ekstrak 43,75 µg/mL dengan obat 7,5 µg/mL dan
konsentrasi ektrak 175 µg/mL dengan konsentrai obat 30 µg/mL menunjukkan efek sinergis dimana
nilai CInya diantara rentang 0,3-0,7. Pada konsentrasi ekstrak 175 µg/mL dengan obat 22,5 µg/mL
memiliki nilai CI pada rentang 0,1-0,3 yang menunjukkan efek sinergis kuat. Sinergisme merupakan
salah satu jenis interaksi yang menghasilkan aktivitas yang lebih besar dari kombinasi dua senyawa
yang berbeda dibandingkan hanya salah satu senyawa saja (Basri and Sandra, 2016).
Menurut Enoki et al., (2010) Ashitaba terbukti mengandung senyawa kalkon. Salah satu
turunan kalkon adalah para hidroksi meta metoksi kalkon (pHmMK). Senyawa pHmMK dapat
meningkatkan efek sitotoksik doksorubisin terhadap sel T47D sehingga menghasilkan efek sitotoksik
yang sinergis. Efek sinergis tersebut disebabkan oleh peningkatan apoptosis dan induksi penangkapan
siklus sel pada fase S dan G2/M pada sel kanker (Arianingrum et al., 2015).
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan IC50 ekstrak etanol daun Ashitaba
dan 5-Fluorourasil masing-masing adalah 353,86 µg/mL dan 60,46 µg/mL. Aktivitas sitotoksik
ekstrak etanol daun Ashitaba dan 5-fluorourasil adalah moderat dan potensial. Kombinasi ekstrak
etanol daun ashita dan 5-fluorourasil memiliki efek sinergis dengan nilai CI sebesar 0,54; 0,42, dan
0,28.
9
PERSANTUNAN
Terimakasih saya ucapkan kepada staf laboratorium Kimia Farmasi dan Biologi Farmasi yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aggrawal B.B., Takada Y. and Oommen O.V., 2004, From Chemoprevention To Chemotherapy:
Common Targets And Common Goals, Expert Opin Investig Drugs, 13(10), 1327-1338.
Akihisa T., Motoi T., Seki A., Kikuchi T., Fukatsu M., Tokuda H., Suzuki N. and Kimura Y., 2012,
Cytotoxic activities and anti-tumor-promoting effects of microbial transformation products of
prenylated chalcones from Angelica keiskei, Chemistry and Biodiversity, 9 (2), 318–330.
Archana P., Samatha T., Chamundeswari. and Ramaswammy N., 2012, Preliminary phytochemical
screening from leaf and seed extracts of Senna alata L. Roxb-an Ethnomedicinalplant,
International Journal of Pharmaceutical and Biological Research, 3(3), 82-89.
Arianingrum R., Sunarminingsih R., Meiyanto E. and Mubarika S., 2015, Synergistic Effect Of Para-
Hidroksi Meta-Metoksi Chalcone (pHmMC)-Doxorubicin Treatments On T47D Breast Cancer
Cells, Indonesian Journal Of Biotechnology, 20 (2), 141-151.
Basri D.F. and Sandra V., 2016, Synergistic Interaction of Methanol Extract from Canarium
odontophyllum Miq . Leaf in Combination with Oxacillin against Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus ( MRSA ) ATCC 33591, International Journal of Microbiology
Caesar L.K. and Cech N.B., 2016, A review of the medicinal uses and pharmacology of Ashitaba,
Planta Medica, 82 (14), 1236–1245.
CCRC, 2009, Prosedur tetap uji kombinasi dengan agen kemoterapi, Cancer Chemoprevention
Research Center Farmasi UGM Yogyakarta, 1–7.
CCRC, 2009, Prosedur tetap Uji Sitotoksik Metode MTT, Cancer Chemoprevention Research Center
Farmasi UGM Yogyakarta, 6–9.
Chavan B.B., Gadekar A.S., Mehta P.P., Vawhal P.K., Kolsure A.K. and Chabukswar A.R., 2016,
Synthesis and Medicinal Significance of Chalcones, Asian Journal of Biomedical and
Pharmaceutical Sciences, 2015, 6, 7.
Dipiro J., Talbert R., Yee G., Matzke G., Wells B. and Posey L., 2008, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, Tujuh., McGraw-Hill, USA.
Dipiro J., Kolesar J., Malone P., Schwinghammer T., Wells B. and Burns M., 2016, Pharmacotherapy
Principles & Practice Fourth Edition, Mc Graw Hill, USA.
Foucquier J. and Guedj M., 2015, Analysis Of Drug Combination: Current Methodological
Landscape, Pharmacology Research & Perspective, 3(3).
Haryoto, Muhtadi, Indrayudha P., Azizah T., Suhendi A. and Haryoto, Muhtadi, Peni Indrayudha,
Tanti Azizah A.S., 2013, Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Tumbuhan Sala (Cynometra
ramiflora Linn) Terhadap Sel HeLa, T47D dan WiDR, Jurnal Penelitian Saintek, 18, 21–28.
Jenie R. I. and Meiyanto E, 2007, Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) dan 5-Fluorourasil pada sel kanker payudara, Majalah Farmasi
Indonesia, 18(2), 81 – 87.
10
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Data dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit
Kanker, Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, (1), 1–5.
Novitasari N., 2015, Potensi Aktivitas Antikanker Kombinasi Ektrak Herba Sambiloto (Andrographis
Paniculata Nees.) Dengan 5-Fluorouracil Terhadap Sel Kanker Hela, Sel Kanker Widr, Dan Sel
Kanker T47d Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya,
Terdapat di: http://repository.unair.ac.id/9389/ [Diakses pada May 15, 2017].
Prayong P., Barusrux S. and Weerapreeyakul N., 2008, Cytotoxic activity screening of some
indigenous Thai plants, Fitoterapia, 79 (7–8), 598–601. Terdapat di:
http://dx.doi.org/10.1016/j.fitote.2008.06.007.
Pubchem, 2005, 5-Fluorouracil, Terdapat di: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5-
Fluorouracil#section=Top [Diakses pada 16 Juni 2017].
Tussanti I. and Johan A., 2014, Sitotoksisitas in vitro ekstrak etanolik buah parijoto ( Medinilla
speciosa , reinw . ex bl .) terhadap sel kanker payudara T47D, 2 (2), 53–58.
Wagner H. and Bladt S., 1996, Plant Drug Analysis A thin Layer Chromatography Atlas, Second
Edi., Springer, New York.
Zhang E., Wang R., Guo S. and Liu B., 2013, An Update on Antitumor Activity of Naturally
Occurring Chalcones, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine