Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP
AIR GAMBUT DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe)
DAN WARNA DI PARIT SUNGAI RAYA DALAM
Nuniek Sismiarty 1 Indah Budiastutik2 Asmadi3
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak. e-mail : [email protected]
Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak
Dosen Poltekes
Abstrak – Air sangat penting untuk kesehatan manusia dan mempengaruhi semua
aspek kehidupan. Masyarakat di sekitar parit Sungai Raya Dalam menggunakan
air gambut sebagai alternatif air bersih. Air gambut mengandung kadar besi (Fe)
dan intensitas warna yang tinggi sehingga tidak layak dipakai untuk keperluan
sehari – hari karena akan berdampak buruk bagi kesehatan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektifitas intalasi pengolahan lengkap air gambut di
parit Sungai Raya Dalam untuk menurunkan kadar Fe dan warna. Metode yang
digunakan adalah melalui proses netralisasi, koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan
ultrafiltrasi. Penelitian ini bersifat eksperimen semu yang menggunakan desain
penelitian one group pretest – posttest design with control. Analisis data
menggunakan uji statistik T-Test. Hasil pengukuran laboratorium dari hasil
pengolahan menunjukkan adanya penurunan kadar besi (Fe) sebelum pengolahan
5,60 mg/l saat air surut menjadi 0,13 mg/l dengan efektifitas penurunan 97,6%
dan 6,29 mg/l saat air pasang menjadi 0,23 mg/l dengan efektifitas penurunan
96,1%. Warna sebelum pengolahan adalah 1202,31 PtCO saat air surut menjadi
21,13 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,1% dan 1338,38 PtCO saat air
pasang menjadi 22,25 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,2%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah hasil olahan air gambut parit Sungai Raya Dalam
menggunakan instalasi pengolahan lengkap dapat menghasilkan air bersih yang
layak pakai sesuai dengan standar mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air,
dimana baku mutu air untuk kadar besi (Fe) tidak melebihi 1,0 mg/L dan warna
maksimum sebesar 50 PtCo.Saran bagi masyarakat yang menggunakan air yang
mengandung air gambut sebaiknya di lakukan pengolahan secara sederhana
dengan penambahan bahan penjernih seperti PAC dan tawas agar menjadi air
bersih yang layak pakai.
Kata Kunci : Air Gambut, Filtrasi, Kadar Besi (Fe), Intensitas Warna dan
Ultrafiltrasi
TEST OF THE EFFECTIVENESS OF PEAT WATER TREATMENT
INSTALLATION IN REDUCING THE IRON CONCENTRATION (Fe)
AND COLOUR IN PARIT SUNGAI RAYA DALAM
Abstrack – Water is essential to human health and it effect all facets of life. It is
pertained to a group of residents in Parit Sungai Raya Dalam neighborhood who
use peat water as an alternative of clean water. Peat water contains both iron (Fe)
2
and high colour intensity so that it is not suitable for daily activities. It is
recognized that peat water may cause some negative effect for health. Based on
the background before hand, the purpose of this research was to find out the
effectiveness of the peat water treatment installation in Parit Sungai Raya Dalam
in reducing the iron concentration (Fe) and its colour. There were some processes
applied in this procedure namely, neutralization process, coagulation,
sedimentation, filtration and ultrafiltration. In line with the purpose, this research
was conducted by employing a pre experimental design with one group pretest-
posttest design with control. The data gathered were analyzed by using statistical
T-test. Based on the laboratory test results,it was found that there was a
decreasing iron value before treatment as in 5,60 mg/l to 0,13 mg/l when the water
concentrated at low tide with its effectiveness decline 97,6%. A decreasing iron
value was 6,29 mg/l to 0,23 mg/l when the water concentrate at high tide. Its
effectiveness decline was 96,1%. The colour before treatment at low tide as was
1202,31 PtCO to 21,14 PtCO with 98,1% effectiveness decline, and the colour
before treatment at high tide was 1338,38 PtCO to 22,25 PtCO with 98,2%
effectiveness decline. The findings showed that the result of the peat water
treatment installation can produce a feasible clean water based on the quality
standars of the regulation of the health Minister of the Republic of Indonesia
No.416/Menkes/Per/IX/1990 about requirements and Monitoring of Water
Quality where the quality standards for iron concentration (Fe) should not exceed
0,2 mg/l and the maximum colour is 50 PtCO. As a result,it is recommended that
the society can use peat water with water purification material (PAC) and alum
water treatment for feasible clean water.
Keywords : Peat water, Filtration,Iron (Fe), Colour Intensity and Ultrafiltration.
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu
sumber yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Sebagian besar
zat pembentuk tubuh manusia terdiri
dari air, oleh karena itu manusia
tidak dapat hidup tanpa air. Selain itu
air juga digunakan untuk mencuci,
memasak, mandi dan untuk
keperluan lainnya seperti
pengairan, pertanian, perikanan,
pembangkit listrik dan sebagainya
(Asmadi, 2011).
Pelayanan air bersih di Indonesia
masih rendah. Perusahaan penyedia
air bersih PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) hanya mampu
memasok kebutuhan di kota – kota
saja dengan kuantitas yang juga
masih kecil, sehingga masyarakat
sering mengalami kesulitan
mendapatkan air bersih. Akibatnya,
sebagian besar masyarakat yang
tidak terjangkau oleh pelayanan air
bersih, umumnya menggunakan air
tanah atau air permukaan untuk
keperluan hidupnya sehari – hari
(Rahman, 2004).
Salah satu sumber air permukaan
yang banyak dimanfaatkan sebagai
3
air bersih bagi masyarakat luas
adalah air gambut. Air gambut
merupakan air permukaan dari tanah
bergambut yang banyak terdapat di
daerah berawa atau dataran rendah
terutama di daerah Sumatera dan
Kalimantan. Air gambut memiliki
ciri yang mencolok yaitu intensitas
warna yang tinggi. Warna air gambut
biasanya merah kecoklatan, warna
ini menandakan air gambut
mengandung zat organik tinggi. Air
gambut juga mengandung besi (Fe)
dan mangan (Mn) dengan kadar
cukup tinggi, rasanya asam, keruh,
memiliki pH rendah (2 – 5), dan
memiliki tingkat kesadahan yang
rendah (Asmadi, 2011).
Air gambut tergolong air yang
tidak memenuhi persyaratan air
bersih yang telah ditetapkan oleh
Permenkes RI Nomor:
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air. Ada beberapa
persyaratan mengenai kualitas air,
baik air minum maupun air bersih.
Adapun persyaratan tersebut yaitu
persyaratan fisik, kimia,
mikrobiologi, dan radioaktivitas.
Beberapa unsur yang tidak
memenuhi persyaratan adalah
dengan adanya warna, kekeruhan dan
bau pada air gambut akan
mengurangi efektifitas usaha
desinfeksi, karena mikroba
terlindung oleh zat padat
tersuspensi,baik yang bersifat
anorganik maupun yang organik
(Sutrisno, 1991).
Masyarakat yang menggunakan
air gambut untuk kebutuhan sehari –
hari dapat beresiko mengalami
gangguan kesehatan. pH rendah pada
air gambut menyebabkan air terasa
asam yang dapat menimbulkan
kerusakan gigi dan sakit perut. Air
gambut juga mengandung besi (Fe)
dan mangan (Mn) dengan kadar yang
cukup tinggi sehingga dapat
menyebabkan keracunan dan
menimbulkan berbagai penyakit.
Kelebihan zat besi (Fe) bisa
menyebabkan keracunan dimana
terjadi muntah, kerusakan usus,
penuaan dini hingga kematian
mendadak. Selain itu juga dapat
menimbulkan berbagai penyakit
diantaranya kanker, sirosis ginjal,
dan diare. (Suprihanto,1994;
Said, 2008).
Keterbatasan akan air bersih
telah menjadi masalah penting bagi
masyarakat Indonesia, begitu juga
4
dengan masyarakat Sungai Raya
Dalam. Masyarakat yang tidak
mendapatkan cakupan air bersih,
memilih air gambut menjadi
alternatif air bersih. Masyarakat di
daerah sekitar Sungai Raya Dalam
biasanya menggunakan air dari parit
Sungai Raya Dalam untuk mandi,
mencuci dan keperluan sehari – hari.
Hasil pengujian awal terhadap
kadar besi (Fe) dan warna air gambut
yang berasal dari air parit Sungai
Raya Dalam diperoleh hasil yang
sangat tinggi melebihi standar baku
mutu air bersih berdasarkan
Permenkes RI Nomor:
416/MenKes/Per/IX/1990 sehingga
peggunaan air tersebut untuk
keperluan sehari – hari tanpa
pengolahan oleh masyarakat akan
berdampak buruk bagi kesehatan.
Maka dari itu, penting sekali
dilakukan pengolahan pada air
gambut terlebih dahulu sebelum
digunakan.
Teknologi konvensional yang
umumnya digunakan dalam
pengolahan air yang mengandung zat
organik alam yang tinggi meliputi
netralisasi, koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi dan ultrafiltrasi.
Metode ini dapat menghasilkan air
bersih mendekati kualitas air yang
ditetapkan Depkes RI.
Berdasarkan data yang
didapatkan dari Puskesmas
Sungai Raya Dalam yaitu data
tentang penyakit yang berhubungan
dengan air diketahui bahwa penyakit
diare merupakan salah satu penyakit
yang memiliki rata – rata cukup
tinggi diderita oleh masyarakat di
sekitar parit Sungai Raya Dalam.
Selain diare, penyakit lain yang
timbul akibat kurangnya air bersih
adalah scabies. Oleh karena itu,
untuk menghindari terjadinya
penyakit yang berhubungan dengan
air gambut, maka air gambut yang
akan digunakan hendaknya diolah
terlebih dahulu agar dapat menjadi
air bersih yang layak pakai.
Selain itu, untuk mempercepat
program pemerintah dalam mencapai
target MDGs tahun 2015 yaitu
memperluas pelayanan air bersih
kepada masyarakat maka dilakukan
penelitian tentang uji efektifitas
kinerja instalasi pengolahan lengkap
air gambut dalam menurunkan kadar
besi (Fe) dan warna di Sungai Raya
Dalam sehingga diperoleh air gambut
sebagai alternatif air bersih yang
5
layak pakai masyarakat dalam
kehidupan sehari – hari.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat
eksperimen semu (quasi experimen)
yang menggunakan desain penelitian
one group pretest – posttest design
with control, yaitu setiap percobaan
dikenakan perlakuan dengan dua kali
pengukuran, yaitu sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan
pada bulan September 2014 –
Februari 2015. Lokasi pengambilan
sampel di Parit Sungai Raya Dalam
dan lokasi penelitian di
Unit Laboratorium Kesehatan
Prov. Kalbar.
Objek Penelitian dan Sampel
Objek penelitian dan sampel
dalam penelitian ini adalah air
gambut yang bersumber dari parit
Sungai Raya Dalam yang diambil
saat pasang dan surut sebelum dan
sesudah pengolahan. Perhitungan
sampel dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus pengulangan :
t(r – 1) ≥ 15 = (t - 1) (r – 1) ≥ 15
Dimana t= banyaknya kelompok
perlakuan; r= jumlah replikasi/
pengulangan. Maka :
(2 - 1) (r – 1) ≥ 15
1 (r – 1) ≥ 15
(r – 1) ≥ 15
r ≥ 16
Jumlah pengulangan untuk tiap
perlakuan adalah 16 kali.
Jumlah sampel = (r + 1) t
= (16 + 1) 2
= 34
Banyaknya sampel yang diuji 34
sampel. Pengambilan sampel akan
dilakukan pada satu titik, dengan
pengulangan 16 kali sebelum
pengolahan saat air pasang dan surut,
dan 16 kali setelah pengolahan pada
saat air pasang dan surut.
Tahapan Penelitian
1. Alat : Bak penampungan/ tangki,
batang pengaduk, ember, gelas/
wadah, kertas label, gergaji pipa,
lem, penyambung pipa wadah
sampel (botol), pH meter, pipa
PVC, pompa/ blower aquarium,
pompa air, selang, stop kran,
timbangan, 1 unit membran UF,
1 unit tabung media filter (FRD),
1 unit pompa air, dan 2 buah bak
penampung/ tangki fiber.
6
2. Bahan :Air gambut, Soda Ash,
Tawas, Mangan Zeolit, Karbon
Aktif, dan Pasir Silika.
3. Pengambilan Sampel Air :
Sampel air gambut diambil
menggunakan botol sampling
yang terlebih dahulu dibilas
dengan sampel tersebut sebanyak
3 kali. Botol ditenggelamkan
hingga kedalaman kira – kira
20 cm dari permukaan air. Jika
sudah terisi penuh botol diangkat,
ukur pH kemudian botol ditutup
rapat dan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa.
4. Prosedur Kerja Pengolahan Air
Gambut :
a. Penentuan Dosis
Soda ash (netralisasi).
Sampel air gambut dimasukkan
masing – masing 1 Liter ke
dalam 5 buah becker glass
yang berukuran 1000 ml,
kemudian ukur pH air tersebut.
Tambahkan soda ash 0,1 gr;
0,2 gr; 0,3 gr; 0,4 gr; 0,5 gr ke
masing – masing gelas becker
yang berisi air ( Contoh : untuk
0,2 gr/1 liter artinya untuk
menjernihkan 1000 liter air di
perlukan 0,2 gr soda ash ).
Ukur pH dan lihat pH masing –
masing yang mendekati pH
netral (pH = 7).
Tawas (koagulan). Sampel
air gambut dimasukkan masing
– masing 1 Liter ke dalam
5 buah becker glass yang
berukuran 1000 ml, kemudian
tambahkan soda ash 0,2 gr.
Setelah itu, tambahkan tawas
0,1 gr; 0,2 gr; 0,3 gr; 0,4 gr; 0,5
gr ke masing – masing gelas
becker yang berisi air. Proses
koagulasi melalui Jar Test
dilakukan dengan kecepatan
pengadukan 200 rpm dengan
waktu 1 menit. Pengendapan
dilakukan selama 40 – 45
menit. Dilihat tingkat
kekeruhan dengan melihat
terbentuknya flok.
b. Pengolahan Air Gambut
- Proses pencampuran bahan.
Sampel air gambut di
masukan ke dalam 2 ember
yang berukuran 10 liter.
Kemudian tambahkan ke
dalam ember 1 soda ash
sebanyak 0,2 gr aduk hingga
merata dan ember ke
2 tambah tawas sebanyak
0,2 gr aduk hingga rata.
- Proses sedimentasi.
7
Ukur pH sampel air gambut.
Sampel air gambut disedot
dengan pompa air kapasitas
30 liter/menit. Setelah itu,
sampel masuk ke dalam bak
penampungan (250 liter)
bersamaan dengan larutan
soda ash dan larutan tawas.
Di dalam bak terjadi
pengadukan hidrolis. Setelah
penambahan bahan koagulan
(tawas), akan terjadi
pembentukan flok yang biasa
disebut dengan proses
flokulasi. Kemudian terjadi
proses proses sedimentasi/
pengendapan (waktu tinggal
yang efektif adalah selama
60 menit).
- Proses Filtrasi.
Setelah proses pengendapan
dilakukan, air dari bak
penampungan awal dialirkan
dengan pompa ke dua ke
dalam tabung filtrasi untuk
kemudian dilanjutkan dengan
proses filtrasi dengan media
karbon aktif, mangan zeolit
dan pasir silika untuk
memisahkan endapan yang
sudah membentuk flok – flok.
- Proses Ultrafiltrasi
Dari proses filtrasi,
selanjutnya air masuk ke
dalam unit membran
ultrafiltrasi dan kemudian
ditampung ke dalam bak
penampungan akhir untuk
proses mendapatkan air
bersih. Sampel air hasil
olahan diuji ke laboratorium
untuk diperiksa kadar besi
(Fe) dan intensitas warna.
Teknik analisa data yang
digunakan adalah analisa secara
deskriptif dan menggunakan Uji
T-Test, yaitu membandingkan
sebelum dan sesudah pengolahan.
Hasil pengukuran kadar besi
(Fe) dan warna pada air gambut parit
Sungai Raya Dalam yang telah
dianalisa dibandingkan dengan baku
mutu Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang air bersih, dimana kadar besi
(Fe) tidak melebihi 1,0 mg/l, dan
8
warna maksimum diperbolehkan
50 PtCO.
Untuk menguji efektifitas dari
alat pengolahan lengkap dalam
menurunkan kadar besi (Fe) dan
warna pada air gambut menggunakan
rumus :
Efektifitas = (A - B) x 100 %
A
Keterangan :
A = intensitas kadar besi (Fe) /
intensitas warna sebelum
perlakuan
B = intensitas kadar besi (Fe) /
intensitas warna setelah
perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Pendahuluan Penelitian
Uji pendahuluan pemeriksaan sampel
air gambut dilakukan di
Unit Laboratorium Kesehatan
Prov. Kalbar dan diperoleh hasil
seperti pada tabel 1.
Pada tabel 1. dapat dilihat hasil
pemeriksaan karakteristik awal
air gambut parit Sungai Raya Dalam.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut dapat dinyatakan bahwa
kadar besi (Fe) dan intensitas warna
untuk air gambut parit Sungai Raya
Dalam tidak memenuhi standar baku
mutu air bersih menurut Permenkes
RI Nomor: 416/MenKes/Per/IX/1990
sehingga penggunaan air gambut
tersebut untuk keperluan sehari –
hari tanpa pengolahan oleh
masyarakat sekitar akan berdampak
buruk bagi kesehatan.
Uji pendahuluan melalui Uji
Jar Test terhadap dosis bahan kimia
yang akan ditambahkan ke dalam
pengolahan air gambut menjadi air
bersih dilakukan juga di
Unit Laboratorium Kesehatan
Prov. Kalbar. Berdasarkan hasil Uji
Jar Test yang telah dilakukan,
didapatkan dosis optimum pada soda
ash dan tawas. Soda ash dengan
dosis0,2 mg dapat menetralkan pH
yang sebelumnya 5,4 menjadi 7,8.
Tawas dengan dosis 0,2 mg dapat
menghasilkan air yang jernih dalam
waktu pengendapan selama 60 menit.
Pasir silika, mangan zeolit dan
karbon aktif sebagai media di dalam
9
filtrasi ganda dan membran
ultrafiltrasi untuk menurunkan kadar
besi (Fe) dan warna pada air gambut
yang sebelumnya tidak memenuhi
standar dan berbahaya bisa menjadi
air bersih yang layak pakai bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat
sehari – hari.
Proses Penelitian
Pengambilan sampel air gambut
dilakukan sebelum dan setelah
pengolahan pada saat air pasang dan
surut. Pengambilan sampel akan
dilakukan pada satu titik, dengan
pengulangan 16 kali sebelum
pengolahan dan 16 kali setelah
pengolahan.
Sampel air gambut sebelum
proses pengolahan merupakan
sampel air yang tidak diberikan
perlakuan apa pun yang diambil pada
saat air pasang dan surut. Sampel air
gambut setelah proses pengolahan
adalah sampel yang diambil pada
saat air pasang dan surut setelah
melewati proses instalasi pengolahan
lengkap yaitu melalui tahapan proses
netralisasi, koagulasi, sedimentasi,
filtrasi dan ultrafiltrasi.
Proses netralisasi bertujuan
untuk melakukan perubahan derajat
keasaman (pH) air gambut yang
bersifat asam menjadi netral. Proses
netralisasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara penambahan
sodium carbonat (Na2CO3) atau di
kenal dengan nama “Soda Ash”.
Penambahan bahan kimia berupa
soda ash ini selain bertujuan untuk
menjadikan pH air gambut yang
bersifat asam menjadi netral juga
untuk membantu efektifitas proses
selanjutnya, yaitu agar proses
koagulasi – flokulasi dapat berjalan
baik dan efektif karena proses
koagulasi dapat berjalan efektif pada
pH 6.
Proses koagulasi dan flokulasi
adalah suatu proses pemisahan
partikel – partikel halus penyebab
kekeruhan dari dalam air. Proses
koagulasi sendiri adalah proses
pembubuhan dan pencampuran
bahan koagulan dengan air yang
diolah, sementara proses flokulasi
10
yaitu dilakukan setelah proses
koagulasi. Bahan koagulan yang
yang digunakan pada penelitian ini
adalah Aluminium sulfat (Alum),
Al2(SO4)3.18 H2O atau lebih dikenal
dengan nama tawas.
Sampel air gambut yang telah
dicampur dengan larutan soda ash
(proses netralisasi) dan larutan tawas
(proses koagulasi) akan terjadi
pengadukan hidrolis. Setelah itu,
akan terjadi proses flokulasi dan
kemudian terjadi proses
pengendapan yang biasa disebut
dengan proses sedimentasi.
Tujuan proses sedimentasi
(pengendapan) ini adalah pemisahan
air dan suspensi dimana air menjadi
bentuk yang lebih jernih dan
suspensi menjadi larutan yang lebih
pekat. Dengan kata lain, air akan
berada dipermukaan atas terpisah
dari gangguan suspensi lainnya yang
membentuk endapan di dasar tangki,
sehingga pada akhirnya air yang
meninggalkan tangki/bak ini berada
dalam kondisi jernih.
Setelah proses pengendapan
dilakukan, air dari bak penampungan
awal disedot dengan pompa ke ke
dalam tabung filtrasi untuk kemudian
dilanjutkan dengan proses filtrasi.
Proses filtrasi bertujuan untuk
menyaring air hasil dari proses
koagulasi – flokulasi – sedimentasi
sehingga dihasilkan air bersih dengan
kualitas tinggi. Tabung filter yang
digunakan didalam penelitian ini
adalah tabung filter dengan media
yang digunakan yaitu pasir silika,
mangan zeolit dan karbon aktif.
Filter mangan zeolit berfungsi untuk
menyaring atau menghilangkan zat
besi (Fe) atau mangan (Mn) yang ada
dalam air serta menghilangkan
padatan tersuspensi. Filter karbon
aktif (arang) berfungsi untuk
menghilangkan kandungan zat
organik, bau, rasa serta polutan
mikro lainnya. Selain itu, filter
karbon aktif ini juga berfungsi untuk
menyaring partikel partikel kotoran
yang belum tersaring pada filter
mangan zeolit. Dari filter karbon
aktif, air dialirkan ke membran
ultrafiltrasi untuk menghasilkan air
bersih yang layak pakai.
Proses membran ultrafiltrasi
(UF) merupakan upaya pemisahan
dengan membran untuk proses
mendapatkan air bersih. Sifat
membran yang sangat selektif telah
terbukti mampu rnemisahkan
berbagai kontaminan dari dalam air
11
sehingga diperoleh air yang bersih,
baik secara fisik, kimia maupun
biologi dan bahkan aman untuk
dikonsumsi sesuai dengan standar
kualitas air menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor:
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air bersih.
Pengukuran Kadar Besi (Fe)
Pengukuran Fe (kadar besi)
dilakukan dengan menggunaan
proses instalasi pengolahan air
gambut lengkap dengan pengulangan
sebanyak 16 kali dan selisih waktu
pengambilan 15 Menit., dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan pada tabel 2 diketahui
rata – rata hasil pengukuran besi
yaitu 0,13 mg/l dengan efektifitas
97,7% pada saat air surut dan 0,23
m/l dengan efektifitas 96,3% pada
saat air pasang.
Pada Gambar 3 dapat dilihat
penurunan kadar besi (Fe) pada saat
air pasang dan surut melalui proses
pengolahan dengan menggunakan
instalasi pengolahan lengkap air
gambut sangat besar. Tingkat kadar
besi (Fe) awal sebelum pengolahan
pada saat surut rata – rata adalah
5,61 mg/l dan pada saat pasang rata –
rata adalah 6,29 mg/l, setelah
dilakukan pengolahan menjadi
0,13 mg/l dengan efektifitasnya
97,7% pada saat air surut dan
12
0,23 mg/l pada saat air pasang
dengan efektifitas 96,3% setelah
dilakukan 16 (enam belas) kali
pengulangan. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa kadar besi (Fe)
dari proses instalasi pengolahan
lengkap air gambut ini telah
memenuhi standar baku mutu air
untuk air bersih menurut Permenkes
RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990.
Pengukuran Intensitas Warna
Pengukuran intensitas warna
dilakukan dengan menggunaan
proses instalasi pengolahan air
gambut lengkap dengan pengulangan
sebanyak 16 kali dan selisih waktu
pengambilan 15 Menit, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 3. diketahui
rata – rata hasil pengukuran warna
yaitu 21,13 PtCo dengan efektifitas
98,28% saat air surut dan 22,25 PtCo
dengan efektifitas 98,35% pada saat
air pasang.
Pada Gambar 4. dapat dilihat
penurunan intensitas warna pada saat
air surut dan pasang melalui proses
pengolahan dengan menggunakan
instalasi pengolahan lengkap air
gambut sangat besar. Intensitas
warna sebelum pengolahan pada
keadaan surut adalah rata – rata
1225,88 PtCO dan pada saat pasang
adalah rata – rata 1351,38 PtCO,
setelah dilakukan pengolahan
menjadi rata – rata 21,13 PtCO
dengan efektifitasnya 98,28% pada
saat surut dan 22,25 PtCO saat
13
pasang dengan efektifitas 98,35%
setelah dilakukan 16 kali
pengulangan. Berdasarkan hasil ini
menunjukkan bahwa intensitas warna
dari proses instalasi pengolahan
lengkap air gambut ini telah
memenuhi standar mutu air untuk air
bersih yaitu tidak melebihi 50 PtCO
menurut standar mutu warna
Permenkes RI. Nomor:
416/Menkes/Per/IX/1990.
Pembahasan
1. Penurunan Kadar Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur
kimia yang dapat mempengaruhi
kualitas air. Kadar besi (Fe) yang
terlalu tinggi di dalam air dapat
menyebabkan air berwarna dan
berbau. Sekalipun besi (Fe)
diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam
dosis besar dapat merusak dinding
usus dan menyebabkan kematian.
Upaya penurunan kadar besi (Fe)
pada air gambut parit Sungai Raya
Dalam adalah dengan proses instalasi
pengolahan lengkap air gambut yang
terdiri dari penambahan bahan kimia,
proses filtrasi dengan tiga media,
salah satunya media mangan zeolit
yaitu mineral yang dapat menukar
elektron sehingga dapat
mengoksidasi besi dan proses
membran ultrafiltrasi (UF).
Hasil pengukuran laboratorium
menunjukkan bahwa hasil kadar besi
(Fe) yang terkandung di dalam air
gambut parit Sungai Raya Dalam
pada saat sebelum diberikan
perlakuan adalah rata – rata
5,61 mg/l pada saat air surut dan rata
– rata 6,29 mg/l pada saat air pasang.
Kadar besi (Fe) lebih tinggi pada saat
air pasang daripada air surut
disebabkan karena pada keadaan
pasang, seluruh air mengalir dan
menjadi satu pada badan air sehingga
air buangan limbah rumah tangga
dan industri di sekitar parit yang
memungkinkan mengandung
pencemar logam menjadi satu
dengan air baku yang ada di parit
Sungai Raya Dalam.
Setelah dilakukan pengolahan
air menggunakan proses instalasi
pengolahan air gambut, kadar besi
(Fe) pada air gambut parit Sungai
Raya Dalam tersebut mengalami
penurunan yang signifikan, dengan
hasil rata – rata 0,13 mg/l pada saat
air surut dan 0,23 mg/l pada saat air
pasang, dengan nilai rata – rata
efektifitas 97,7% saat air surut dan
96,3 % saat air pasang. Berdasarkan
14
hasil uji ini, terlihat bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada
penurunan kadar besi (Fe) antara air
saat surut dan air saat pasang setelah
pengolahan dengan instalasi
pengolahan lengkap air gambut.
Baku mutu air bersih untuk
kadar besi (Fe) berdasarkan
Permenkes RI. Nomor:
416/Menkes/Per/IX/1990, kadar besi
(Fe) maksimum adalah 1,0 mg/l.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa air
parit Sungai Raya Dalam dari segi
kadar besi (Fe) sudah dapat
dikatakan layak sebagai air bersih
karena sudah di bawah standar
maksimum yang diperbolehkan dan
tercantum di dalam Permenkes RI
No. 416/Menkes/Per/IX/1990.
2. Pengukuran Intensitas Warna
Air gambut parit Sungai Raya
Dalam berwarna coklat kemerahan,
sehingga perlu di lakukan
pengolahan. Warna coklat
kemerahan pada air gambut
merupakan akibat dari tingginya
kandungan zat organik (bahan
humus) terlarut terutama dalam
bentuk asam dan turunannya. Asam
humus tersebut berasal dari
dekomposisi bahan organik seperti
daun, pohon, atau kayu (Kusnaedi,
2006). Pengolahan yang dilakukan
pada air gambut di parit Sungai Raya
Dalam adalah dengan proses instalasi
pengolahan air gambut yang terdiri
dari penambahan bahan kimia,
proses sedimentasi, proses filtrasi
dan membran ultrafiltrasi (UF).
Pengukuran warna pada air
gambut parit Sungai Raya Dalam
dilakukan dengan 16 kali
pengulangan, dari hasil pengukuran
diperoleh hasil kontrol sebelum
pengolahan adalah rata – rata
1351,38 PtCO pada saat air pasang
dan rata – rata 1225,88 PtCO saat air
surut. Setelah pengolahan dengan
proses instalasi pengolahan lengkap
air gambut, diperoleh rata – rata
warna adalah 22,25 PtCO pada saat
air pasang dengan rata – rata
efektifitas 98,35% dan rata – rata
warna 21,13 PtCO saat air surut
dengan rata – rata efektifitas 98,28%.
Berdasarkan hasil uji efektifitas
penurunan intensitas warna saat air
pasang dan surut menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada penurunan intensitas
warna antara saat air pasang dan
surut setelah pengolahan dengan
instalasi pengolahan lengkap air
15
gambut. Penurunan warna pada saat
air pasang lebih baik daripada saat
surut disebabkan karena debit air saat
air pasang lebih besar daripada saat
air surut.
Standar baku mutu air bersih
untuk warna berdasarkan Permenkes
RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990,
warna maksimum diperbolehkan
adalah 50 PtCO. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa air gambut parit Sungai Raya
Dalam dari segi warna yang
sebelumnya mencapai rata – rata
1338,38 PtCO pada saat air pasang
dan 1202,31 PtCO saat air surut bisa
diturunkan menjadi hanya sekitar dua
puluhan ptCO saja dengan metode
instalasi pengolahan lengkap air
gambut. Intensitas warna yang
dihasilkan dari proses ini
menunjukkan bahwa air olahan
berupa air gambut dari parit Sungai
Raya Dalam sudah layak digunakan
sebagai air bersih karena sudah di
bawah standar maksimum yang
diperbolehkan dan tercantum di
dalam Permenkes RI
Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat – syarat kualitas air.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kadar besi (Fe) air gambut di
Parit Sungai Raya Dalam sebelum
proses pengolahan pada saat air
pasang dengan rata – rata sebesar
6,29 mg/l dan saat surut dengan
rata – rata 5,60 mg/l. Setelah
proses pengolahan saat air pasang
dengan rata – rata sebesar 0,23
mg/l dan saat surut dengan rata –
rata 0,13 mg/l.
2. Intensitas warna air gambut di
Parit Sungai Raya Dalam sebelum
proses pengolahan pada saat air
pasang dengan rata – rata sebesar
1338,38 ptCo dan saat surut
dengan rata - rata 1202,31 ptCo.
Setelah proses pengolahan saat air
pasang dengan rata – rata sebesar
22,25 ptCo dan saat surut dengan
rata – rata 21,13 ptCo.
3. Efektifitas kinerja instalasi
pengolahan lengkap air gambut
dalam penurunan kadar besi (Fe)
setelah pengolahan adalah rata –
rata 96,1% pada saat air pasang
dan 97,6% pada saat surut.
Efektifitas kinerja instalasi
pengolahan lengkap air gambut
dalam penurunan intensitas warna
setelah pengolahan adalah rata –
16
rata 98,2% pada saat air pasang
dan 98,1% saat surut.
4. Ada perbedaan penurunan kadar
besi (Fe) dan warna sebelum dan
setelah menggunakan pengolahan
lengkap pada air gambut pada saat
pasang dan surut, dengan nilai
penurunan kadar besi (Fe) 0,23
mg/l pada saat pasang dan surut
0,13 mg/l. Warna pada saat air
pasang 22,25 ptCo dan surut
21,13 ptCo.
Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya,
sebaiknya dilakukan pengukuran
pada setiap tahapan –
tahapan olahan, yaitu dari setelah
proses netralisasi, koagulasi
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan
setelah proses ultrafiltrasi, dengan
maksud untuk mengetahui
seberapa besar penurunan –
penurunan kadar parameter yang
akan diuji pada setiap tahapan –
tahapannya sampai diperoleh air
bersih yang layak pakai.
2. Bagi masyarakat, apabila ingin
menggunakan air gambut untuk
kebutuhan sehari – hari sebaiknya
dilakukan pengolahan secara
sederhana dengan penambahan
bahan penjernih seperti PAC dan
tawas terlebih dahulu untuk
menjadi air bersih yang layak
pakai sehingga terhindar dari
berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2011., Teknologi
Pengolahan Air Minum, Gosyen
Publishing, Yogyakarta.
Kusnaedi, 2006, Mengolah Air
Gambut Dan Air Kotor Untuk
Air Minum, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rahman, Abdur dan Hartono, Budi,
2004. Penyaringan Air Tanah
Dengan Zeolit Alami Untuk
Menurunkan Kadar Besi Dan
Mangan, Departemen Kesehatan
Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Indonesia.
Sutrisno, 1991, Teori dan praktek
irigasi, PAU Ilmu Teknik,
UGM, Yogyakarta.
Suprihanto, 1994, Pengolahan Air
Gambut, LPPM ITB Dan
DirektoratPenyehatan Air,
Ditjen PPM &PLP.Depkes RI.,
Jakarta.
Said, N.I, 2008, Teknologi
Pengolahan Air Minum (Teori
dan Pengalaman Praktis),
17
Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT).
Jakarta.