Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta
indicajus) TERHADAP Aphis craccivora TANAMAN
KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)
ULFA HARDIANTI
1602406096
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
ii
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta
indicajus) TERHADAP Aphis craccivora TANAMAN
KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
ULFA HARDIANTI
1602406096
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
iii
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta
indicajus) Terhadap Aphis craccivora Pada Tanaman
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.)
Nama : Ulfa Hardianti
Nim : 1602406096
Program Studi : Agroteknologi
Tanggal Ujian : 26 Agustus 2020
Menyetujui :
Pembimbing II, Pembimbing I,
Mutmainnah, S.P., M.Si. Rahman Hairuddin, S.P.M. Si.
Mengesahkan
Ketua Program Studi Agroteknologi, Dekan Fakultas Pertanian,
I Nyoman Arnama, S.P., M.Si. Rahman Hairuddin, S.P.,M.Si.
Tanggal : Tanggal :
iv
iv
v
v
vi
vi
ABSTRAK
Ulfa Hardianti, 2020. Pengaruh ekstrak daun mimba terhadap hama kutu daun
(Aphis craccivora) tanaman kacang tunggak (Vigna ungiculata L.) (dibimbing
oleh Rahman Hairuddin dan Mutmainnah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun mimba
dengan berbagai dosis terhadap hama kutu daun ( Aphis craccivora) tanaman
kacang tunggak (Vigna ungiculata L.). Dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, di jalan Lamaranginang, Kelurahan
Batupasi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Waktu penelitian berlangsung
mulai dari bulan Desember sampai Maret 2020. Metode penelitian ini
mengunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 6 perlakuan 4 ulangan
dan setiap ulangan terdiri 2 tanaman jumlah keseluruhan 24 unit dan 48 tanaman.
Setiap tanaman diberi 10 hama kutu daun kemudian di kendalikan dengan
pemberian ekstrak daun mimba yaitu P0: Kontrol, P1: ekstrak daun mimba 20
ml/ltr air, P2 : ekstrak daun mimba 40 ml/ltr air, P3: ekstrak daun mimba 60 ml/ltr
air, P4 : ekstrak daun mimba 80 ml/ltr air dan P5: ekstrak daun mimba 100 ml/ltr
air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas serangan hama kutu daun
tertinggi pada perlakuan P4 (80 ml ekstrak daun mimba/liter air) yaitu mencapai
nilai rata-rata 205, sedangkan intesitas kerusakan serangan hama kutu daun
tertinggi pada perlakuan P2 (40 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan intesitas
rata-rata serangan yaitu 147,17. Hal ini diduga pada saat penyemprotan hama kutu
daun aktif menghisap daun tanaman sehingga mengakibatkan daun tanaman
rusak.
Kata kunci : daun mimba, kutu daun, kacang tunggak.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna atas
Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul ”Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A.juss)
Terhadap Aphis craccivora Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata)”.
Penyusunan skripsi ini tentu tidak terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu
tidaklah berlebihan bila melalui kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan
hati mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hanafie Mahtika, M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo,
2. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo sekaligus Dosen pembimbing I,
3. I Nyoman Arnama, S.P., M.Si,. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Mutmainnah, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bantuan berupa dorongan ilmu dan wawasan serta cara berfikir
yang skematis dalam upaya memecahkan berbagai kebutuhan seejak awal
pembuatan proposal ini sampai selesai
5. Segenap dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan ilmu, nasihat dan bantuan
lainnya yang bersifat membangun,
6. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang
yang selalu tercurah selama ini,
7. Seluruh teman-teman Mahasiswa Fakultas Pertanian terkhusus Mahasiswa
Program Studi Agroteknologi angkatan 2016 yang telah memberi support,
bantuan dan kerja sama yang baik dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
viii
Penulis sadar bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, namun
penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada kita semua. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran serta kritikan yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Palopo, September 2020
Ulfa Hardianti
ix
ix
RIWAYAT HIDUP
Ulfa Hardianti, lahir di Lamasi tanggal 26 September 1997,
di Dusun Purworejo, Desa Setiarejo, Kecamatan Lamasi,
Kabupaten Luwu. Anak pertama dari 2 bersaudara dari
pasangan Musliman dengan Sakiyem Jenjang pendidikan
formal yang pernah dilalui SDN 277 sambirejo Tamat
Tahun 2009, SMPN 1 Lamasi Tamat Tahun 2013, SMAN 1
lamasi Tamat Tahun 2016. Kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo.
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KETERANGAN HASIL SIMILARITY CHECK SKRIPSI ............................ iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ........................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan penelitian ............................................................................ 2
1.4 Manfaat penelitian .......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .................................................................................... 4
2.2 Penelitian yang Relevan .................................................................. 12
2.3 Kerangka Pikir ................................................................................. 13
2.4 Hipotesis .......................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu .......................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 15
3.3 Metode Percobaan .......................................................................... 15
3.4 Metode Pelaksanaan ....................................................................... 15
3.5 Parameter Pengamatan..................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBASANAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 19
xi
xi
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN ................................................................................. 23
5.2 SARAN ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
LAMPIRAN ..................................................................................................... 26
xii
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 1 .................................................................................. 28
2. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 1 ................................................................ 28
3. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 2 ................................................................................... 28
4. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 2 ................................................................ 29
5. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 3 ................................................................................... 29
6. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 3 ................................................................ 29
7. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 4 .................................................................................. 30
8. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 4 ................................................................ 30
9. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 1 ................................................................................... 30
10. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 1 ................................................................ 31
11. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 2 ................................................................................... 31
12. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 2 ................................................................ 31
13. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 3 ................................................................................... 32
14. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 3 ................................................................ 32
15. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 4 ................................................................................... 32
16. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis
craccivora) Pada Pengamatan 4 ................................................................ 33
xiii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tanaman Mimba ....................................................................................... 8
2. Pohon Tanaman Mimba ............................................................................ 8
3. Skema Kerangka Fikir .............................................................................. 14
4. Diagram Rata-rata Presentase Aplikasi Ekstrak Daun Mimba terhadap
Populasi Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
Tanaman Kacang Tunggak ....................................................................... 19
5. Diagram Rata-rata Presentase Aplikasi Ekstrak Daun Mimba terhadap
Populasi Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
Tanaman Kacang Tunggak ....................................................................... 20
6. Denah Penelitian ....................................................................................... 27
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Denah Penelitian ....................................................................................... 27
2. Data Primer yang Telah Diolah ................................................................ 28
3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 34
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) merupakan tanaman
kacang-kacangan yang berasal dari Afrika, Asia Tenggara dan India. Budidaya
kacang tunggak dapat dilakukan diseluruh daearah tropis dan subtropis seperti
Afrika, Asia, Australia, India, Karibia dan Amerika serika bagian selatan. Kacang
tunggak (Vigna unguiculata L.) adalah sejenis tanaman legum yang polong dan
bijinya biasa disayur. Tanaman ini relatif tahan kering dan biasa ditanam di
perkarangan sebagai cadangan makanan. Kacang tunggak banyak variasi
bentuknya. Di Jawa kacang-kacang ini dikenal dengan beberapa nama seperti
kacang dadap, kacang landes, kacang tunggak, dan juga kacang otok serta kacang
tolo (Yuwono, 2015).
Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
mengandung kalsium tinggi dan harganya pun relative terjangkau. Kacang
tunggak memiliki kandungan protein sebanyak 22,9 gram, lemak 1,1 gram,
karbohidrat 61,6, dan kalsium 77,0 miligram. Kacang tunggak juga memiliki
kandungan vitamin B1 lebih tinggi dibandingkan kacang hiaju.
Kebutuhan akan kacang tunggak terus meningkat dari tahun ke tahun
menurut data pusat statistik (BPS) tahun 2010 - 2012 produksi kacang tunggak
terus menurun. Produksi kacang tunggak pada tahun 2012mengalami penurunan
sebesar 0,96 persen dari 843,15 ribu ton menjadi 8,13 ribu ton (BPS 2013), pada
tahun 2013 produksi kavang tunggak mengalami peningkatan sebesar 0,47% yang
mencapai 847,16 ribu ton, akan tetapi jumlah produksi kacang tunggak ini masih
jauh lebih rendah dari kebutuhan kacang tunggak yang mencapai 2,5 juta ton
pertahun. Pmerintah terpaksa memasok kacang tunggak impor sebesar 70-80%
yaitu sekitar 1,9 juta ton demi menckupi kebutuhan kacang tunggak dalam negeri
(BPS 2013).
Hal ini disebabkan oleh sistem pertanian yang masih menggunakan
pestisida sintesis sehingga perlu lagi dikembangkan sistem pertanian yang bersifat
menggunakan pestida nabati, salah satunya adalah menggunakan bahan alamai
yang ada disekitar. Hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang
2
ditawarkan yaitu menggunakan “bahan-bahan alami” untuk mengusir atau
menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman, tanpa harus
mematikannya, sehingga siklus ekosistem masih tetap terjaga. Oleh karena itu,
dikembangkanlah model pertanian bernuansa ekologis dan ramah lingkungan
dengan menggunakan pestisida berbahan organik atau alamiah.
Sebagai solusi dalam penanggulangan hama secara alami dan terpadu
yang diolah secara alami dan bersifat multiguna. Tidak hanya digunakan untuk
pemberantasan hama tetapi lebih di titik beratkan pada pencegahan dan
perlindungan tanaman serta mengkondisikan tanaman agar resisten (kebal)
terhadap serangan hama apapun. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem
pengendalian hama dan hanya digunakan bila diperlukan.
Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun
mimba. Menurut Promosiana dkk (2014), daun dan biji mimba mengandung
bahan aktif “Azadiracthin”, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama
penghisap. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko
dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat
keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan
pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai
pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan
pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun
yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh aplikasi ekstrak daun mimba terhadap populasi hama
kutu daun pada tanaman kacang tunggak?
2. Berapakah tingkat konsentrasi ekstrak daun mimba yang efektif dalam
mengendalikan tingkat presentase kematian serangan hama kutu daun pada
tanaman kacang tunggak?
1.3 Tujuan Penelitan
Berdasarkan Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun mimba terhadap hama kutu daun?
3
2. Mengetahui konsentrasi optimal dari ekstrak daun mimba yang efektif
mengendalikan hama kutu daun?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang manfaat ekstrak daun
mimba terhadap hama kutu daun pada tanaman kacang tunggak.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat dan mahasiswa dalam mengembangkan
budidaya tanaman kacang tunggak dengan menggunakan pestisida yang
ramah lingkungan.
3. Sebagai referensi dan pertimbangan peneliti selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.)
Umumnya tanaman kacang tunggak dapat ditanam dilahan pada musim
kemarau, namun dapat juga ditanam diarea persawahan. Kacang tunggak memiliki
sifat yang lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan dengan jenis kacang-
kacangan lainnya. Kacang tunggak banyak ditanam secara tunpangsari dengan
tanaman pangan antara lain dengan sorgum, jagung, cantel, dan ubi kayu
(Ismayanti dan Harijono, 2015).
Tanaman kacang tunggak merupakan jenis kacang-kacangan yang
memiliki protein nabati dengan jumlah yang berlimpah di Indonesia. Kandungan
protein kacang tunggak adalah 22.90% sedangkan kacang kedelai 34.90% dan
kacang hijau 22.20%. Data ini mennunjukan bahwa kacang tunggak merupakan
kacang berprotein tinggi kedua setelah kacang kedelai (Rosida 2013).
Kacang tunggak termasuk dalam kategori bahan pangan, bahan baku
industri, dan pakan. Kacang tunggak memiliki produksi biji yang cukup tinggi,
dapat mencapai 1,5-2 ton/ha sesuai dengan jenisnya, lahan, periode tanam,dan
cara pemeliharaannya. Diberbagai Negara seperti Amerika bagian Selatan, Timur
Tengah, Afrika, Asia, dan seluruh daerah Tropis dan Subtropis kacang tunggak
dijadikan sebagai sumber makanan yang bergizi (Yuwono 2015).
Keunggulan kacang tunggak adalah memiliki kadar lemak yang lebih
rendah sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari penggunaan produk
berlemak. Kancang tunggak memiliki kandungan vitamin B1 lebih tinggi
dibandingkan kacang hijau.Asam amino yang penting dari protein kacang tunggak
adalah kandungan asam amino lisin, asam aspartat dan glutamate. Setiap 100 gr
biji kacang tunggak matang mengandung 22 gr protein, 51 gr karbohidrat, 1,5 gr
lemak, 10 gr air, 3,7 gr karbion, 3,7 gr vitamin, 104 mg kalsium, dan nutrisi serta
energi sekitar 1420 kj/100 gr. Setiap 100 gr biji kacang tunggak muda
mengandung 7,9 gr karbohidrat, 3 gr protein, 0,2 gr lemak, 88,3 gr air, 0,6 gr
karbon, 1,6 gr vitamin, dan energy sekitar 155 kj/100 gr (Masauna dkk, 2013).
5
Kacang tunggak mempunyai pertumbuhan vegetatif lebih cepat dibanding
tanaman kacang-kacangan lain, dapat digunakan sebagai penutup tanah dan
toleran terhadap cekaman kekeringan, dapat tumbuh dilahan yang kesuburannya
rendah dan mampu beradaptasi diberbagai jenis lahan, sehingga memungkunkan
tanah ini dikembangkan dilahan kering atau lahan kritis dalam usaha konserfasi
dan diversifikasi pangan. Dilahan sawah maupun lahan tegal, tanaman kacang
tunggak ditanam secara monokultur maupun tumpangsari dengan jagung, ubi
kayu, padi gogo, cabe atau kapas (Sayekti et al 2012)
Adapun klasifikasi dari tanaman kacang tunggak menurut Fachruddin
(2018)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Lenguminoseae
Supfamili : Papilionidae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna unguiculata L.
a. Morfologi Tanaman kacang Tunggak
Morforlogi tanaman kacang tunggak menurut (Adrian, 2014).) yaitu:
1) Biji
Kacang tunggak memiliki biji dengan ukuran, bentuk dan warna yang
bervariasi.. Berat 100 biji antara 10 hingga 25 gram. Kacang tunggak memiliki
panjang biji berkisar antara 2-12 mm dan memiliki hilum berwarna putih yang
dikelilingi oleh cincin berwarna hitam.
2) Batang
Tanaman kacang tunggak memiliki batang yang berbuku-buku, setiap
buku-buku menghasilkan satu tangkai daun. Kacang tunggak termasuk dalam
tanaman yang toleran terhadap kekeringan dan sangat respon terhdap pemberian
6
air. Batang kacaang tunggak dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu
bentuk tegak, agak tegak, atau menjalar.
3) Daun
Daun kacang tunggak memiliki letak helai daun yang berseling yang terdiri
atas tiga helai daun. Daun kacang tunggak berwarna hijau dengan bentuk oval dan
memiliki panjang berkisar 7-16cm, dan lebar 5-10 cm dengan panjang tangkai
daun 6-15 cm .
4) Akar
Akar tanaman kacang tunggak masuk pada kedalaman tanah antara 30-60
cm. Akar dari tanaman kacang tunggak dapar bersimbiosis dengan bakteri
Rizhobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas dari udara yang kemudian menjadi
bintil-bintil akar.
5) Bunga
Kacang tunggak memiliki bunga dengan bentuk tanda, dalam satu tanda 6-
12 kuncup bunga dan tangkai bunga yang pendek. Bagian-bagian bunganya terdiri
dari kelopak, mahkota, benang sari, dan kepala sari. Buahnya berwarna hijau saat
masih muda dan berwarna coklat setelah tua, dengan ukuran panjang buah 8 –10
cm dengan lebar 0,8 – 1 cm yang berisi 8 – 20 biji. Kacang tunggak memiliki
letak polong yang bervariasi, tangkai polong yang tidak panjang menyebabkan
polong-polong yang terbentuk terletak dalam tanaman sedangkan tangkai polong
yang panjang dapat menyebabkan polong terlihat diatas tanama (Adrian, 2014).
b. Syarat tumbuh tanaman kacang tunggak
Syarat agar tanaman kacang tunggak tumbuh baik menurut Fachruddin
(2018) adalah sebagai berikut:
1) Ketinggian
Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran
rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1.500 m di atas
permukaan laut (dpl) dan optimum pada ketinggian sampai 500 m dpl. Tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah baik berpasir maupun
bertekstur berat .
7
2) Iklim
Basah dengan curah hujan masing-masing lebih kecil 600 mm dan 100-
1500 mm tahun-1. Kacang tunggak termasuk dalam tanaman jangka pendek
Kacang tunggak termasuk tanaman hari pendek berbunga pada periode
penyeninaran lebih rendah.
3) Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak
berkisar antara 25°C sampai 30°C. Di bawah suhu 15°C mengakibatkan tanaman
tidak tumbuh normal bahkan dapat mati karena embun beku. Suhu di atas 35°C
dapat mengakibatkan kerontokan bunga dan polong.
4) Tanah (pH)
Faktor tanah yang sangat bagus untuk pertumbuhan tanaman kacang
tunggak adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung
bahan organik, sistem draenasenya baik, serta tingkat kemasaman tanah (pH)
yaitu antara 5-6. Bila derajat kemasamannya dibawah 5, tanaman kacang tunggak
masih dapat tumbuh dengan cukup baik di tanah tersebut.
2. Daun mimba
Tanaman mimba termasuk dalam family Meliaceae, tanaman ini
merupakan tanaman asli Afrika Asia, diAsia tanaman ini banyak terdapat di India,
Burhan, Cina selatan, dan Indonesia (Anonimous 2015). Pohon mimba sendiri
dapat dimanfaakant sebagai insektisida, pupuk, dan pakan ternak. Menurut
Tjitrosoepomo (2016) berdasarkan taksonominya mimba tergolong dalam:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dycotiledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica.
Mimba (A.indica) merupakan tanaman dengan batang tegak dan didukung
oleh akar tunggang. Permukaan batangnya kasar, berkayu dan memiliki kulit kayu
8
yang tebal. Tinggi tanaman mimba bisa mencapai 30 meter dengan diameter
batang mencapai 2-5 meter dan diameter kanopi mencapai 10 meter. Tanaman
mimba tumbuh tahunan dan selalu hijau sepanjang tahun. Mimba terdiri dari
akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat,
permukaan kasar, dan berwarna coklat. Daun majemuk, letak berhadapan, bentuk
lonjong, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan
menyirip,panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan
berwarna hijau. Buah bulat telur dan berwarna hijau. Biji bulat, diameter 1 cm,dan
berwarna putih. Mimba tumbuh baik di daerah panas, di ketinggian 1-700 meter
dari permukaan laut dan tahan tekanan air (Kardinan, 2011 dalam Andiani, 2017).
Gambar 1.Tanaman Daun Mimba Gambar 2. Pohon Mimba
Tumbuhan yang berasal dari alam dan berpotensi sebagai pestisida nabati
umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen).
Daun mimba merupakan pestisida nabati yang bahan aktif utamanya ialah
azadirachtin berfungsi sebagai penghambat daya reproduksi, perkawinan,
komunikasi seksual dan juga menghambat pembentukan kitin. Selain azadirachtin,
tanaman mimba juga mengandung senyawa aktif meliantriol dan salanin
berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji atau buah. Mimba efektif
mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati
tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga
mandul karena dapat mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga
(Kardinan, 2014)
9
Senyawan azadiracthin berperan sebagai edyson blocker atau zat yang
dapat menghambat kerja hormone ecdyson, yaitu suatu hormone yang berfungsi
dalam proses metamorphoses serangga. Serangga akan terganggu pada proses
pergantian kulit, ataupun proses dari perubahan telur menjadi larva, atau dari
larvaa menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya
kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Sudarmo, 2015).
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti feedant) yang
mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya
sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam pengunaan pestisida nabati dari
mimba, seringkali seketika setelah disemprot (knock dwon), namun memerlukan
beberpa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah
disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dengan keadaan
sakit.
Nimbin berperan sebagai anti mikro organisme anti virus, bakterisida,
fungsida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit
tanaman.
3. Hama Aphis Craccivora
Kutu daun (Hemiptera: Aphididae) adalah hama utama pada tanaman
kacang-kacangan dan telah dilaporkan di semua benua kecuali Antartika. Spesies
ini menyebabkan kerugian secara kualitatif dan kuantitatif pada produksi kacang
panjang. Kerusakannya disebabkan oleh imago dan nimfa kutu daunyang makan
secara bergerombol pada daun, tunas, polong dan bunga kacang panjang Serangan
mampu menurunkan produksi sebesar 65,78% (Kuswanto et al. 2017).
Klasifikasi hama kutu daun (Aphis Craccivora):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Homoptera
Family : Aphididae
Genus : Aphis
Species : Aphis Craccivora K.
10
Kutu daun berbentuk seperti buah peer, panjang sekitar 1,8-2,3 mm dan
lunak, bagian mulut terdiri atas jarum yang tajam untuk menusuk tanaman
dan mengisap cairan. Kutu daun hidup secara bergerombol pada daun dan
tunas muda.Perkembangbiakannya ada dua macam, yaitu secara seksual dan
aseksual parthenogenesis. Aphis dewasa dapat menghasilkan 2-20 anak setiap
hari dan bila keadaan baik daur hidupnya mencapai 2 minggu (Pracaya, 2018).
Kutu daun adalah hama yang memiliki sifat polifag, hama ini memiliki
inang yang beragam seperti kacang-kacangan, tomat, jeruk, kapas, alpukat, cabai,
ketimun, labu siam, kentang, bayam, dan seledri. (Bambang, 2014).
Hama kutu daun memiliki serangan yang dapat mengakibatkan tanaman
menjadi kerdil dan pertumbnuhannya terhambat bahkan dapat menyebabkan
tanaman layu dan mati. Hama ini mempunyai empat tahap pergantian kulit nimfa
dengan bentuk yang hampir sama, dengan waktu perkembangan instar nimfa
berserlang 1–3 hari sehingga lama perkembangan semua nimfa adalah 4-12 hari
(Mardiningsih dan Deciyanto, 2018).
Nimfa dapat menjadi serangga dewasa yang memiliki sayap ataupun
serangga tanpa sayap. Waktu perkembangbiakan kutu daun dewasa adalah 2-3
hari. Hama kutu daun dewasa tanpa sayap memiliki ukuran panjang 2-3 mm,
dengan warna keabuan atau hijau muda dan pada bagian kepala berwarna hitam
serta garis hitam pada belakang abdomen. Sedangkan hama dewasa bersayap
(alatae) memiliki ukuran panjang 2,3-3,5, dengan warna gelap pada bagian
rongga dada dan kepala, sayap berwarna coklat serta memiliki garis hitam pada
abdomen. Serangga yang memiliki sayap adalah serangga betina yang berguna
dalam menghasilakan keturunan (Dixon, 2015).
4. Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan dasar tumbuhan
sehingga mudah dibuat, dan bersifat mudah terurai di alam sehingga pestisida ini
aman bagi lingkungan, manusia, dan ternak.
Pestisida nabati atau disebut juga pestisida alami adalah pestisida yang
dibuat dengan bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan, dengan bahan dasar yang
11
berasal dari tumbuhan. pestisida nabati ini relatif aman bagi lingkungan, mudah
dibuat dengan kemampuan terbatas.
Pestisida nabati dapat pula dibuat dengan teknologi sederhana oleh
kelompok atau perorangan. Pestisida nabati dibuat secara alami dengan larutan
hasil ditumbuk yang berupa batang, daun dan akar. Apabila dibandingkan dengan
pestisida kimia, penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan pestisida
sintetis/kimia (Safitri, 2018).
Selain ramah lingkungan Pestisida nabati mempunyai harga yang
ekonomis karena bahan dasarnya muda ditemukan, salah satunya adalah daun
mimba yang masih hijau. Senyawa yang terkandung dalam daun mimba adalah
azadiracthin seperti salanin, nimbin, meliantriol, saponin, flavonoid serta tanin.
Bahan aktif Senyawa “azadiracthin„ dalam pestisida nabati untuk mengendalikan
ulat dan hama penghisap (Manaf et al. 2005; Subiyakto 2009 dalam Saenong
2016).
Menurut Musyahadah dkk. (2015), fungsi pestisida nabati dapat sebagai;
Penghambat nafsu makan (anti feedant), Penolak (repellent), Penarik (atractant),
Menghambat perkembangan, Pengaruh langsung sebagai racun dan Mencegah
peletakan telur..
a. Keunggulan pestisida nabati
1. Tidak menimbulkan efek negatif
2. Relatif aman bagi manusia danternak karena residunya muda hilang.
3. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman.
4. Bahan yang digunakan nilainya murah atau tidak sulit untuk dijumpai dari
sumberdaya disekitar dan bisa dibat sendiri.
6. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian
khususnya pestisida sintesis/kimiawi
7. Memiliki pengaruh yang cepat yaitu menurunkan nafsu makan serangga hama,
walaupun jarang mneyebabkan kematian.
8. Murah dan muda dibuat petani.
b. Kelemahan pestisida nabati
12
1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus
lebih sering.
2. Daya racunnya rendah tidak langsung mematikan serangga.
3. Produksinya belum bisa dilakukan dalam skala besar karena keterbatasan
bahan baku.
4. Kurang praktis.
5. Mudah rusak dan tidak tahan sinar matahari
2.2 Hasil Penelitian yang Relavan
Dalam bagian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai
revelensai dengan penelitian ini.
Menurut penelitian Mastura dan Nuriana (2018), jurnal yang berjudul
PotensiI Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica) Seebagai Pestisida Alami
Terhadap Hama Penghisap Pada Tanaman Kakao (Theobbroma cacaoL). Dari
hasil penelitian tentang potensi ekstrak daun mimba (Azadirachta indica)sebagai
pestisida alami terhadap hama pengisap pada tanaman kakao (Theobbromacacao
L) di Desa Padang Langkat Kecamatan Gebang tahun 2017, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. Ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) memiliki
potensi sebagai pestisida alami untuk membasmi hama kutu putih (Planococcus
minor) pada tanaman kakao (Theobbroma cacao L).
Menurut penelitian Agustin dkk (2016), jurnal yang berjudul Efektivitas
Ekstrak Daun Mimba(Azadirachta indica Juss) Terhadap Pertumbuhan Koloni
Alternaria porri Penyebab Peyakit Bercak Ungu Pada Bawang Wageki (Allium x
wakegi Araki) Secara In vitro.Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini maka dapat disimpulkan Ekstrak daun mimba mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan koloni A. porri secara In vitro. Ekstrak daun mimba
konsentrasi 0,4% memiliki daya hambat sebesar 3,17%, konsentrasi 0,6%
memiliki daya hambat sebesar 6,78%, konsentrasi 0,8% memiliki daya hambat
sebesar 24,46% dan konsentrasi 1% memiliki daya hambat sebesar 43,33% yang
merupakan perlakuan efektif dalam menghambat koloni A. porri.
13
2.3 Kerangka Fikir
Pembudidayaan tanaman kacang tunggak tidak terlepas dari masalah
diantaranya adalah masalah serangan hama dan penyakit. Salah satu hama
utama yaitu kutu daun menyerang daun dan batang tanaman mengakibatkan daun
mengkerut dan keriting. Umumnya petani menggunakan pestisida sintetik untuk
mengurangi serangan hama kutu daun, petani melakukan strategi berupa
peningkatan konsentrasi dosis insektisida. Pola aplikasi seperti ini tentu akan
meningkatkan residu pestisida dalam produk yang dihasilkan. Dengan demikian,
petani disarankan untuk beralih dalam pengendalian secara hayati menggunakan
ekstrak daun mimba yang mangandung senyawan azadiracthin yang umum
terdapat pada daun tanaman mimba. Selain itu, pestisida nabati pun ramah
lingkungan karna residunya lebih redah dibandingkan pestisida sintetik.
Pembuatan pestisida relatif mudah karna menggunakan alat dan bahan yang
sederhana. Penggunaan pestisida nabati secara teratur dengan kosentrasi yang
baik dapat mengurangi serangan hama kutu daun pada tanaman produksi,
sehingga produksi tanaman kacang tunggak meningkat.
14
Gambar 3. Skema Gambar Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
1. Diduga terdapat pengaruh aplikasi ekstrak daun mimba terhadap populasi
hama kutu daun pada tanaman kacang tunggak.
2. Diduga terdapat konsentrasi ekstrak daun mimba yang efektif dalam
mengendalikan tingkat presentase kematian serangan hama kutu daun pada
tanaman kacang tunggak.
Tanman Kacang Tunggak
(Vigna unguiculata L.)
Data Produksi Kacang Tunggak
Serangan Hama Aphis
Pengendalian Hama Ramah Lingkungan
Pestisida Nabati
Ekstra Daun Mimba
P0 =
Kontrol
Mengurangi Serangan
Hama Kutu Daun
P1 =
Ekstra
Daun
mimba
20 ml/l
P4 =
Ekstra
Daun
mimba
80 ml/l
P3 =
Ekstra
Daun
mimba
60 ml/l
P2 =
Ekstra
Daun
mimba
40 ml/l
P5 =
Ekstra
Daun
mimba
100 ml/l
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan II Fakultas Pertanian kampus
II Universitas Cokroaminoto Palopo, Jalan. Lamaraginang, Kelurahan Batupasi,
Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada
bulan Desember sampai Maret 2020.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak,
pupuk kandang sapi, daun mimba, air, dan sabun detergen.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Cangkul, parang, pisau,
timbangan, blender, gelas ukur, penyaring, bambu, handsprayer, alat tulis,
pengaduk, ember, sungkup, label perlakuan, papan penelitian, dan kamera.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan.
Adapun perlakuan yang digunakan antara lain :
P0 = kontrol
P1 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 20 ml/liter air
P2 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 40 ml/liter air
P3 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 60 ml/liter air
P4 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 80 ml/liter air
P5 = Ekstra daun mimba dengan konsentrasi 100 ml/liter air
Data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam. Jika
terdapat hasil analisis yang menunjukkan perbedaan nyata maka akan dilanjutkan
uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
3.4 Metode Pelaksanaan
1. Pembuatan Pestisida Nabati Daun Mimba
Pembuatan esktrak daun mimba dilakukan dengan cara:
1) Mengumpulkan daun mimba sebanyak 3 kg, yang dimana daun mimba harus
dalam keadaan segar.
16
2) Setelah itu dilakukan metode pencucian yang dimana metode pencucian
dilakukan agar daun mimba ini menjadi bersih.
3) Lalu daun mimba tersebut dipotong – potong agar lebih mudah dihancurkan
dalam proses penumbukan menggunakan lumpang alu,
4) Setelah proses penumbukan daun mimba selesai kemudian dicampurkan
dalam 1 liter air, setelah itu difermentasikan selama 12 jam.
5) Langkah berikutnya disaring, setelah disaring kemudian ditambahkan
detergen 1/2 sendok makan. Larutan daun mimba sebagai pestisida nabati
sudah dapat diaplikasikan ketanaman kacang tunggak sesuai dengan
konsentrasi persatu liter air yang telah ditentukan pada tiap perlakuan.
2. Persiapan Lahan Tanam
Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu membersihkan gulma yang
berada dilahan tempat penelitian tersebut dengan menggunakan cangkul. Setelah
lahan bersih dari gulma langkah selanjutnya yaitu melakukan penggemburan
tanah. Penggemburan tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau dibajak
sedalam 20 cm. Selanjutnya dibuatkan parit atau saluran air selebar 30 cm dengan
kedalaman 25 cm. kemudian dibuatkan bedengan dengan tinggi bedengan yaitu 30
cm, panjang bedengan 70 cm dan lebar bedengan 40 cm dengan jarak tanam 30
cm x 30 cm dan setiap bedengan terdapat 2 tanaman kacang tunggak. Pupuk dasar
diberikan 1 minggu sebelum penanaman pada setiap bedengan dengan tujuan
untuk memperbaiki stuktur tanah, baik fisik, kimia atau biologi.
3. Seleksi Benih
Benih kacang tunggak terlebih dahulu dilakukan penyeleksian benih yang
normal dan sehat dengan cara perendaman benih kedalam air bersih. Setelah itu
akan diketahui benih yang normal untuk bisa di tanam, yaitu benih yang
tenggelam dan tidak tergenang pada permukaan air.
4. Penanaman
Terlebih dahulu bedengan ditandai sesuai dengan denah yang telah
ditentukan yaitu dengan cara membagi setiap bedengan secara acak, masing-
masing bedengan terdapat 2 tanaman. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal
dengan ukuran jarak tanam 30 cm, lubang tanam diisi dengan 2-3 benih kacang
tunggak.
17
5. Pemeliharaan
Pemeliharan adalah hal yang penting. Sehingga sangat berpengaruh
terdapat hasil yang akan diperoleh. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
peyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan
berlebihan, maka perlu melakukan pengurangan air, tetapi sebaliknya bila musim
kemarau tiba harus menambah air demi kecukupan tanaman kacang tunggak yang
ditanam. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari. Tahap selanjutnya yaitu
penjarangan, dilakukan 2 minggu setelah penanaman, caranya mencabut tanaman
yang tumbuh berlebihan dan terlalu rapat. Selanjutnya tahapan yang dilakukan
adalah penyulaman, yaitu tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru.
Cara sangat mudah yaitu tanaman yang mati terserang penyakit diganti
dengantanaman yang baru. Jika perlu dilakukan penggemburan tanah 2 minggu
sekali atau disesuaikan dengan kondisi perkembangan gulma yang tumbuh
disekitartanaman.
6. Penyungkupan Tanaman
Sebelum dilakukan inokulasi hama, terlebih dahulu dilakukan penyukupan
tanaman pada tiap bedengan dengan ukuran sungkup panjang 60 cm, lebar 40 cm
dan tinggi 50 cm. Penyungkupan ini bertujuan agar hama yang di inokulasi tidak
berpindah inangan pada waktu penelitian berlangsung terhadap uji efektivitas
ekstrak daun mimba sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama kutu
daun pada tanaman kacang tunggak.
7. Inokulasi Hama
Inokulasi hama dilakukan 2 hari setelah penyungkupan tanaman selesai
dimulai dengan pengambilan sampel dari daun tanaman budidaya yang terserang
hama kutu daun, selanjutnya sampel tersebut diaplikasikan dengan cara
melekatkan pada batang dan daun tanaman kacang tunggak umur 21 hari setelah
tanam (HST) atau sudah memiliki 6-12helai daun. Inokulasi dilakukan pada pagi
atau sore hari
8. Aplikasi Pestisida Ekstrak Daun Mimba
Pengaplikasian ekstrak daun mimba diberikan sesuai perlakukan masing
masing. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyemprotkan eksrak ketanaman
18
kacang tunggak dengan menggunakan handsprayer. Penyemprotan ekstak daun
mimba dilakukan pada sore hari dalam selang waktu 1 minggu sekali.
3.5 Parameter Pengamatan
Adapun parameter yang diamati selama penelitian ini sebagai berikut :
1. Mortalitas Aphis
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Direktorat
Perlindungan Hortikultura, (2011):
M
Dimana; M =Mortalitas
n =Jumlah Serangga yang Mati
N =Total Serangga Uji
2. Intesitas Kerusakan (%)
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Direktorat
Perlindungan Hortikultura, (2011):
I =
Keterangan ; I = Intensitas serangan
a = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang terserang
b = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sehat
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Presentasi Mortalitas Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
Hasil dari pengamatan dan sidik ragam mortalitas serangan hama kutu
daun menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun mimba memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap serangan hama kutu daun (Aphis
craccivora) pada tanaman kacang tunggak.
Gambar 4. Diagram Rata-rata Persentasi Aplikasi Ekstrak Daun mimba terhadap
Populasi Mortalitas serangan Hama Kutu Daun Aphis craccivora Pada
Tanaman Kacang Tunggak
Hasil diagram di atas menyatakan bahwa penggunaan ekstak daun mimba
menunjukkan mortalitas serangan hama kutu daun tertinggi pada perlakuan P4 (80
ml ekstarak daun mimba/liter air) dengan rata-rata 205%, selanjutnya P3 (60 ml
ekstrak daun mimba/liter air) dengan rata-rata 185%, disusul P1 (20 ml ekstrak
daun mimba/liter air) dengan rata-rata 167,5%, kemudian hasil selanjutnya pada
P2 (40 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan rata-rata 167,5% dan P0 (kontrol)
dengan rata-rata 130%, sedangkan mortalitas serangan terendah berada pada P5
(100 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan nilai rata-rata 135%.
130
167.5 167.5 185
205
135
0
50
100
150
200
250
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Mo
rtal
itas
Kutu
Dau
n (
%)
Perlakuan
20
2. Intensitas Serangan Hama
Hasil dari pengamatan dan sidik ragam intensitas serangan hama kutu
daun menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun mimbaa
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terdadap serangan hama kutu
daun (Aphis craccivora) pada tanaman kacang tunggak.
Gambar 5. Diagram Rata-rata Persentasi Aplikasi Ekstrak Daun mimbaa terhadap
Populasi Intensitas serangan Hama Kutu Daun Aphis craccivora Pada
Tanaman Kacang Tunggak
Terlihat bahwa penggunaan ekstak daun mimba menunjukkan intensitas
serangg tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (40 ml ekstrak daun mimba/liter air)
dengan rata-rata intensitas serangan 174,17%, disusul P1 (20 ml ekstrak daun
mimba/liter air) dengan rata-rata intensitas serangan 162,72%, disusul P5 (100 ml
ekstrak daun mimba/liter air) dengan rata-rata intensitas serangan 152,59%,
kemudian hasil tertinggi selanjutnya terdapat pada P3 (60 ml ekstrak daun
mimba/liter air) dengan rata-rata intensitas serangan 151,5276%, selajutnya P0
(kontrol) dengan nilai rata-rata intensitas serangan 151,50%, Sedangkan intensitas
serangan terendah berada pada P4 (80 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan
rata-rata intensitas serangan 149,50%.
151.50
162.72
174.17
151.52 149.50
152.59
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
175.00
180.00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Inte
nsi
tas
Ker
usa
kan
(%
)
Perlakuan
21
4.2 Pembahasan
Dari hasil sidik ragam pemberian ekstrak daun mimba terhadap populasi
hama kutu daun pada tanaman kacang tunggak memberikan pengaruh tidak nyata
pada semua parameter yaitu pada parameter mortalitas kutu daun dan parameter
intensitas serangan hama kutu daun.
Hasil parameter mortalitas serangan hama kutu daun menunjukkan perlakuan
serangan tertinggi pada P4 (80 ml ekstrak daun mimba/liter air) yaitu mencapai
nilai rata-rata 205%%, sedangkan mortalitas serangan terendah berada pada P0
(kontrol) dengan nilai rata-rata 130%. Hal ini karena dalam daun mimba
mengandung senyawan Salanin yang berperan sebagai penurun nafsu makan (anti
feedant) yang mengakibatkan daya rusak kutu daun sangat menurun, seperti yang
dikemukakan oleh dikemukakan oleh Sudarmo (2015), bahwa dimana residu
pestisida dapat menyebabkan aktivitas makan serangga menurun dan juga
menunjukkan penurunan aktivitas gerakan seperti menjadi lambat dan akhirnya
mati.
Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa keuntungan yang
sekaligus menjadi kelemahannya. Salah satu diantaranya adalah bahan aktif
pestisida nabati cepat terurai sehingga residunya relatif tidak mencemari
lingkunga dan produk pertanian relatif aman dikomsumsi. Namun karena sifatnya
yang mudah terurai maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal pestisida
nabati harus lebih sering di aplikaikan dari pestisida kimia (Nasrun dan Nuryani,
2007).
Hasil parameter intensitas serangan hama kutu daun tertinggi ditunjukkan
pada perlakuan P2 (40 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan rata-rata intensitas
serangan 174,17%, Sedangkan intensitas serangan terendah berada pada P4 (80
ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan rata-rata intensitas serangan 149,50%.
Pengaplikasian dan dosis kurang maksimal sehingga intensitas serangan
meningkat ini disebabkan pada saat penyemprotan ekstrak daun mimba terjadi
perubahan iklim seperti pengaruh curah hujan yang tinggi serta hama kutu daun
yang sangat aktif menghisap pada daun kacang tunggak yang menyebabkan daun
kacang tunggak menguning lalu terjadi bercak pada daun sehingga mengakibatkan
daun kacang tunggak berlubang. Oleh karena itu pestisida dalam daun mimba
22
tidak maksimal untuk membasmi hama kutu daun. Sesuai dengan pernyataan
Waha (2010) menambahkan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi setelah
aplikasi seperti curah hujan yang tinggi serta tingginya intensitas matahari yang
mengakibatkan terurainya bahan aktif ekstrak daun mimba kurang efektif
sehingga meningkatkan intensitas serangan hama kutu daun pada tanaman kacang
tunggak.
Pemberian ekstrak daun mimba memberikan pengaruh yang tidak nyata
terhadap semua parameter pengamatan karena hal ini disebabkan dosis yang
diaplikasikan pada penelitian ini belum mencukupi untuk menghentikan serangan
dari hama kutu daun kerena kandungan yang terdapat dalam daun mimba
langsung terurai jika terkena sinar matahari yang berlebihan dan juga bisa
disebabkan setelah aplikasi terkena air hujan sehingga larutan daun mimba larut
dalam air hujan dan langsung jatuh ketanah dan belum mempengaruhi pola
makan hama kutu daun. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kardinan (2017), jika
hama kutu daun memakan daun tanaman maka hama tersebut akan kehilangan
selera makannya dan tanaman tidak akan terganggu bahkan jika ekstrak daun
mimba digunakan dalam kosentrasi yang tidak terlalu tinggi, biasa menjadi racun
perut yang sangat ampuh untuk membunuh hama.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak daun mimba berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter
pengamatan hal ini disebabkan dosis yang diaplikasikan pada penelitian ini belum
mencukupi untuk menghentikan serangan dari hama kutu daun pada tanaman
kacang tunggak. Mortalitas serangan hama kutu daun tertinggi pada perlakuan P4
(80 ml ekstrak daun mimba/liter air) yaitu mencapai nilai rata-rata 205% ,
sedangkan intesitas kerusakan serangan hama kutu daun tertinggi pada perlakuan
P2 (40 ml ekstrak daun mimba/liter air) dengan intesitas rata-rata serangan yaitu
174,17%. Hal ini diduga pada saat penyemprotan hama kutu daun aktif menghisap
daun tanaman sehingga mengakibatkan daun tanaman rusak.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh konsentrasi serta
frekuensi penyemprotan ekstrak daun mimba yang digunakan pada tanaman
kacang tunggak dilapangan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, A. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata L.) dengan Pemberian beberapa Dosis Abu Janjang Kelapa
Sawit. http://repository.uin-suska.ac.id/825/. Diakses tanggal 20 Juni
2020.
Andani, K. 2017. Efektivitas Fraksi Ekstrak Daun Mimba (Azadirachata indica
Juss.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici Syd.) pada
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Lapangan. Fakultas
Pertanian Unversitas Lampung. Bandar Lampung.
Agustin, S, Asrul, Rosmini. 2016. Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha
indica A. Juss) Terhadap Pertumbuhan Koloni Altenaria porri Penyebab
Penyakit Bercak Ungu Pada Bawang Wageki (Allium x wageki Araki)
Secaara In vitro. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universita Tadulako. Palu.
Annimous, 2015.Tanaman Obat Indonesia.IPTEKnet sentra Informasi
IPTEK.http://www.iptek.net.id
Aswan, 2011.Pengaruh Frekwensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Kacang Tunggak, (Online), http://www.scribd.com/doc/254422764
/ Farid Aswan.
Bambang A. 2014. Mortalitas Aphis Craccivora Koch. Pada Balsamo Pada
Tanaman Kacang Tunggak. Skripsi Universitas Bengkulu; Bengkulu.
BPS 2013. Prduksi Sayuran di Indonesia. Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jendral Holtikultura.
Direktorat Bina Produksi Holtikutura. 2011. Pedoman Penerapan PHT Pada
Agribisnis Tanaman Cabai. Departemen Ketahanan Pangan. Yogjakarta.
Dixon, 2015. Monografi Penyakit Penting pada Tanaman Cabai dan
Pengendaliannya. Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Fachruddin, L. 2018. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Ismayanti, Mega dan Harijono. 2015./Formulasi Mpasi Berbasis Tepung
Kecambah Kacang tunggak dan tepung Jagung Dengan metode Linear
Programmig. Jurnal Pangan Dan Agroindustri..
Kardinan,A.2014. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kardinan, A., 2017. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 4.
Kuswanto, Soetopo L, Afandhi A, Waluyo B. 2017. Perakitan Varietas Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth) Toleran Hama
25
Aphid dan Berdaya Hasil Tinggi. Laporan penelitian. Malang: Fakultas
pertanian, Universitas Brawijaya.
Mardiningsih, T.L. dan Deciyanto S. 2018. Biologi Aphis craccivora pada
tanaman nilam dan preferensinya pada beberapa tanaman rempah
dan obat. Dalam Hadisusanto S. et al. (Eds) Biologi Menuju Milenium
III. Fak Biologi UGM, Yogyakarta.
Masauna, E.D, H.LJ. Tanasaleh dan H.Hetharie.2013. Study Of Damage Caused
by the Prominent Pest Attack on Vigna ungiculata. Jurnal Budidaya
Pertanian.
Mastura dan Nuriana. 2018. Pontesi Ekstrak Daun Mimba (Azadirachra indica)
Sebagai Pestidia Alami Terhadap Hama Penghisap Pada Tanaman
Kakao (Theobbroma cacao L.) Program Studi Pendidkan Kimia dan
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Samudra
Musyahadah, N., Hasriani, N., Hendra, M. 2015. Uji Efektifitas Ekstrak Daun
Tigaron (Crateva religiosa G. Forst.) Terhadap Mortalitas Ulat Buah
(Helicoverpa armigera.) (Lepidoptera: Noctuidae) Di Laboratorium.
Nasrun dan Nuryani. 2007. Pengaruh Pestisida Nabati terhadap Pengendalian
Hama Pada Tanaman Hortikultura. Karya Ilmiah Universitas Jambi.
Jambi.
Pracaya. 2018. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik.
Kanisius.Yogyakarta.
Promosiana A, Indartiyah N, Tahir M, Watini L, Hartono B, Martha D, Tobing
P.L, Hermami A dan J. Waludin. 2014. Tanaman Biofarmaka sebagai
Biopestisida.
Rosida, D.F, Hardiyanti, Q dan Murtiningsih (Ed). 2013. Kajian Dampak
Subtitusi Kacang Tunggak Pada Kualitas Fisik da Kimia Tahu. Fakultas
Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur.
Saenong, M. S. 2016. Tumbuhan IndONESIA Potensial Sebagai Insektisida
Nabati untuk Mengendalikan Hama Kubang Bubuk Jagung (Sitophilus
spp.) Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Safitri, Yulia. 2018. Pengaruh Campuran Ekstrak Daun Babadotan Dan Rimpang
Kunyit Terhadap Mortalitas Dan Aktivitas Makan Ulat Krop
(Crocidolomia pavonana F.) Pada Tanaman Sawi Caisim (Brassica
juncea L.). Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.
Sayekti, R, S., Djoko, P. dan Toekidjo. 2012. Karakteristik Delapan Aksesi
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L,. Walp) Asal Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sudarmo, S. 2015. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisiu. Jakarta
26
Sunaryono, H.H. 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Tjitrosoepomo, G. 2016. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press.Yogyakarta.477 hlm.
Tjahjani A dan Rahayu 2003 Pengaruh Ekstrak Daun Mimba Dan Daun Sirih
Terhadap Antranoksa Pada Buah Cabai Merah (Capsium
Annum).Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida
Nabati: Bogor.
Waha, Maria Goreti. 2010. Sehat Dengan Mengkudu. Gapoktan Harapan Mukti.
Yuwono, S. 2015. Kacang Tunggak (Vigna unguiculara L.) Universitas
Brawijaya. Malang
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Denah Penelitian
U
B T
S
Keterangan:
P0 = Kontrol
P1 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 20 ml/1 liter air
P2 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 40 ml/1 liter air
P3 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 60 ml/1 liter air
P4 = Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 80 ml/1 liter air
P5 = Ekstra daun mimba dengan konsentrasi 100 ml/1 liter air
P5U4 P3U1
P2U1
P4U1
P5U3
P0U2
P5U2
P1U2
P4U2
P2U2
P0U3
P4U3
P2U3
P3U3
P0U1 P3U4
P4U4
P1U4
P5U1
P3U2 P1U3 P2U4 P0U4
P1U1
29
Lampiran 2. Data Primer yang Telah Diolah
Tabel 1a. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
(%) Pada Pengamatan 1
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 60 120 100 130 410 102.5
P1 80 90 80 115 365 91.25
P2 70 120 180 100 470 117.5
P3 130 50 100 130 410 102.5
P4 115 95 100 135 445 111.25
P5 130 110 100 110 450 112.5
Total 585 585 660 720 2550 637.5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 1b. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 1
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 887.50 177.50 0.20tn
2,90 4,56
Kelompok 3 1068.75 356.25 0.41tn
3,29 5,42
Galat 15 13175.00 878.33
Total 47 15131.25
Keterangan : KK : 402,35% ; tn : tidak berbeda nyata
Tabel 2a. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
(%) Pada Pengamatan 2
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 60 180 330 180 750 187.5
P1 180 220 235 170 805 201.25
P2 180 245 230 115 770 192.5
P3 210 120 140 110 580 145
P4 215 200 190 165 770 192.5
P5 355 295 255 355 1260 315
Total 1200 1260 1380 1095 4935 1233.75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 2b. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 2
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 32660.94 6532.19 1.40tn
2,90 4,56
Kelompok 3 3539.06 1179.69 0.25tn
3,29 5,42
Galat 15 70045.31 4669.69
Total 47 106245.31
Keterangan :KK : 666.88; tn : tidak berbeda nyata
30
Tabel 3a. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
(%) Pada Pengamatan 3
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 190 150 250 90 680 170
P1 275 205 235 165 880 220
P2 210 200 175 135 720 180
P3 230 180 290 280 980 245
P4 195 180 205 230 810 202.5
P5 190 150 225 135 700 175
Total 1290 1065 1380 1035 4770 1192.5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 3b. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 3
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 8693.75 1738.75 0.59tn
2,90 4,56
Kelompok 3 7143.75 2381.25 0.81tn
3,29 5,42
Galat 15 44193.75 2946.25
Total 47 60031.25
Keterangan :KK : 538.80 ; tn : tidak berbeda nyata
Tabel 4a. Rata-rata Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
(%) Pada Pengamatan 4
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 130 100 110 180 520 130
P1 95 210 145 220 670 167.5
P2 120 155 195 200 670 167.5
P3 190 170 210 170 740 185
P4 155 195 295 175 820 205
P5 60 130 230 120 540 135
Total 750 960 1185 1065 3960 990
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 4b. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 4
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 8275.00 1655.00 0.57tn
2,90 4,56
Kelompok 3 8512.50 2837.50 0.98tn
3,29 5,42
Galat 15 43212.50 2880.83
Total 47 60000.00
Keterangan :KK : 584.74 ; tn : tidak berbeda nyata
31
Tabel 5a. Rata-rata Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 1
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 140.97 176.43 136.06 100.00 553.46 138.37
P1 132.83 146.43 116.44 159.82 555.51 138.88
P2 100.00 117.86 102.10 116.67 436.62 109.16
P3 110.43 152.17 114.54 133.94 511.07 127.77
P4 149.13 113.11 143.59 123.33 529.17 132.29
P5 136.05 158.57 150.37 150.00 594.99 148.75
Total 769.41 864.57 763.09 783.76 3180.83 795.21
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 5b. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 1
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 1813.00 362.60 0.83tn
2,90 4,56
Kelompok 3 553.29 184.43 0.42tn
3,29 5,42
Galat 15 6574.61 438.31
Total 47 8940.89
Keterangan :KK : 254.49 ; tn : tidak berbeda nyata
Tabel 6a. Rata-rata Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora)
(%) Pada Pengamatan 2
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 145.83 133.86 166.43 153.03 599.16 149.79
P1 153.78 137.41 92.78 120.28 504.25 126.06
P2 141.11 109.97 125.76 158.61 535.45 133.86
P3 135.54 128.00 166.51 176.89 606.95 151.74
P4 170.00 141.64 142.49 139.10 593.23 148.31
P5 178.46 153.03 100.00 119.05 550.54 137.63
Total 924.73 803.92 793.97 866.96 3389.58 847.39
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 6b. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 2
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 1061.93 212.39 0.39tn
2,90 4,56
Kelompok 3 925.66 308.55 0.57tn
3,29 5,42
Galat 15 8091.87 539.46
Total 47 10079.45
Keterangan :KK : 273.50; tn : tidak berbeda nyata
32
Tabel 7a. Rata-rata Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 3
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 162.37 159.07 140.91 161.90 624.25 156.06
P1 135.00 159.23 140.68 111.28 546.19 136.55
P2 158.92 179.95 159.43 125.12 623.42 155.86
P3 92.00 129.86 111.27 143.59 476.72 119.18
P4 160.00 140.96 122.37 121.82 545.14 136.29
P5 160.00 145.96 61.11 144.21 511.28 127.82
Total 868.29 915.02 735.77 807.93 3327.00 831.75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 7b. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 3
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 2211.27 442.25 0.61tn
2,90 4,56
Kelompok 3 1504.15 501.38 0.69tn
3,29 5,42
Galat 15 10837.26 722.48
Total 47 14552.69
Keterangan :KK : 319.47 ; tn : tidak berbeda nyata
Tabel 8a. Rata-rata Intesitas Serangan Hama Kutu Daun (Aphis craccivora) (%)
Pada Pengamatan 4
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 181.39 127.39 143.97 153.26 606.01 151.50
P1 182.03 181.21 112.44 175.19 650.87 162.72
P2 170.02 183.18 176.92 166.54 696.67 174.17
P3 172.25 134.97 148.84 150.00 606.07 151.52
P4 165.80 172.01 120.25 139.93 598.00 149.50
P5 182.00 172.85 109.80 145.70 610.35 152.59
Total 1053.50 971.62 812.22 930.61 3767.96 941.99
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 8b. Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan Hama Kutu Daun
(Aphis craccivora) Pada Pengamatan 4
SK DB JK Kt F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 5 926.80 185.36 0.46tn
2,90 4,56
Kelompok 3 2523.49 841.16 2.10tn
3,29 5,42
Galat 15 6018.26 401.22
Total 47 9468.55
Keterangan :KK : 223.71 ; tn : tidak berbeda nyata
33
Lampiran 3. Dokumentasi Peneliatian
Gambar 1. Proses perbersihan Lahan Penelitian Tanaman Kacang Tunggak
Gambar 2. Proses Pengolahan Lahan Penelitian dan Pembentukan Bedengan
Gambar 3. Proses Penanaman Benih Kacang Tunggak Dilahan Penelitian
34
Gambar 4. Proses Penyulaman Kacang Tunggak Dilahan Penelitian
Gambar 5. Proses Pemasangan Sungkup Dilahan Penelitian Pada Tanaman
Kacang Tunggak
Gambar 6.Proses Pembuatan Ekstrak Daun Mimba Untuk Mengendalikan Hama
Kutu Daun Pada Tanaman Kacang Tunggak
35
Gambar 7. Proses Inokulasi Hama Kutu Daun Pada Tanaman Kacang Tunggak
Gambar 8. Proses Pengaplikasian Ekstrak Daun Mimba Pada Tanaman Kacang
Tunggak Untuk Menekan Populasi Hama Kutu Daun
Gambar 9. Proses Pengamatan Dan Pengambilan Data Pada Tanaman Kacang
Tunggak Dan Hama Kutu Daun Dilahan Penelitian
36
Gambar 10. Serangga Uji Hama Aphis Craccivora (Kutu Daun) Pada Tanaman
Kacang Tunggak
Gambar 11. Daun Kacang Tunggak Berlubang Akibat Serangan Hama Kutu Daun
Gambar 12. Proses Panen Kacang Tunggak Dilahan Penelitian