74
UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG DIJUAL DI PASAR ANDUONOHU KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari OLEH : ASTRIANI ASRA P00341014006 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2017

UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG ... Kualitatif...360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Vitamin

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • UJI KUALITATIF KLORIN PADA BERAS PUTIH YANG DIJUAL

    DI PASAR ANDUONOHU KOTA KENDARI

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

    Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    OLEH :

    ASTRIANI ASRA

    P00341014006

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    2017

  • RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    Nama : Astriani Asra

    Nim : P00341014006

    Tempat, dan Tgl lahir : Ambalodangge, 24 Juni 1996

    Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri 1 Punggaluku, tamat tahun 2008

    2. SMP Negeri 4 Kendari, tamat tahun 2011

    3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan, tamat tahun 2014

    4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

    Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

  • ABSTRAK

    Astriani Asra (P00341014006) Uji Kualitatif Klorin Pada Beras Putih Yang Dijual

    Di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Pembimbing I Muhaimin S. Kp,Ns,M.Sc,

    Pembimbing II Satya Darmayani S.Si,M.Eng (xv + 43 halaman + 9 daftar gambar +

    4 daftar tabel + 8 daftar lampiran). Beras merupakan bahan makanan pokok bagi

    sebagian besar rakyat Indonesia. Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan

    yang dilarang adalah Klorin digunakan sebagai pemutih beras, agar beras berstandar

    medium terlihat seperti beras super dengan harga yang tinggi. Tujuan penelitian ini

    untuk mengidentifikasi ciri fisik pada beras putih yang berklorin dan menganalisis

    kandungan klorin menggunakan uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan

    di Pasar Anduonohu. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif

    dengan menggunkan Metode Eksperimen yaitu Uji Reaksi Warna, Uji Nyala Api dan

    Uji Pengendapan. Sampel yang diambil adalah beras putih dari 30 pedagang beras di

    Pasar Anduonohu dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ke tiga uji kualitatif yang dilakukan yakni uji reaksi

    warna, uji nyala api, dan uji pengendapan menunjukan hasil negatif, tidak

    mengandung klorin. Berdasarkan hasil penelilitian yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan bahwa, ditemukannya empat ciri fisik beras putih berklorin pada sampel,

    yaitu warnanya putih, mengkilap, bersih/tidak berulat, dan licin. Sedangkan ciri fisik

    terciumnya bau kimia tidak ditemukan. Analisis kandungan klorin pada beras putih

    menggunakan tiga uji kualitatif yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji

    pengendapan didapatkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beras putih

    yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari tidak mengandung Klorin

    (pemutih/bayclin) dan aman untuk dikonsumsi.

    Kata kunci : Klorin, Beras Putih, Uji Kualitatif

    Daftar pustaka : 33 buah (1990-2016)

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

    judul “Uji Kualitatif Klorin pada Beras Putih yang dijual di Pasar Anduonohu Kota

    Kendari“ yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

    pendidikan program Diploma III (D III) di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    Jurusan Analis Kesehatan.

    Karya tulis ini dipersembahkan penulis kepada kedua orang tua Ayahanda

    Asra Abunawas S.IP dan Ibunda Sitilaa yang senantiasa mendidik penulis,

    memberikan dukungan doa dan moral serta materil hingga dapat terselesaikan dengan

    baik.

    Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

    bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima

    kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Muhaimin S. Kp,Ns,M.Sc

    selaku pembimbing I dan Satya Darmayani S.Si,M.Eng selaku pembimbing II yang

    dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan

    atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini.

    Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:

    1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

    2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

    kepada penulis dalam penelitian ini.

    3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan

    Politeknik Kesehatan Kendari.

    4. Kepada Dewan Penguji, Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, Ibu Ruth Mongan,

    B.Sc.,S.Pd.,M.Pd, dan Ibu Reni Yunus, S.Si.,M.Sc, yang telah memberikan

    masukan, saran, dan kritik yang sangat membangun demi perbaikan karya

    tulis ini.

  • 5. Kepala dan staf Laboratorium Analis Kesehatan yang telah membantu dan

    mengarahkan penulis selama melakukan penelitian di Laboratorium.

    6. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

    serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik

    yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

    7. Saudaraku (Muh. Fajar Asra dan Noval Nugraha Saputra Asra) yang telah

    memberikan dukungan, motivasi selama mengikuti pendidikan.

    8. Ansar La Ifu S.TP yang telah membantu, mendukung dan memberi motivasi

    dalam menyelesaikan penelitian ini.

    9. Afrindayanti, Nina Yuslina, Lisfaresliana Hasjim, Rosma Iqhasari, Sri

    Suhartin Andriani, Umiyati Sharylating, Rini Hsapsanjani Putri, Pravita

    Angraini Putri, Nadra Setiawati, Narti Nasir, Sitti Hartina, serta teman–

    teman satu angkatan dan adik tingkat Hilman yang telah membantu,

    memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

    10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang telah

    membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam

    menyelesaikan hasil penelitian ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan

    yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

    kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan. Oleh karena itu,

    penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.

    Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

    terutama bagi jurusan Analis Kesehatan dan penelitian selanjutnya.

    Kendari, 28 Juli 2017

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUDL ................................................................................................. i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv

    RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... v

    MOTTO ...................................................................................................................... vi

    ABSTRAK ................................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Klorin .......................................................... 5 B. Tinjauan Umum Tentang Beras ......................................................... 10 C. Tinjauan Umum Tentang Beras Berklorin ......................................... 14 D. Tinjauan Umum Tentang Identifikasi Klorin ..................................... 16

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Teori Kerangka Konsep ..................................................................... 20 B. Bagan Kerangka Konsep .................................................................... 21 C. Variable Penelitian ............................................................................. 22 D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 22

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian .................................................................................. 24 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 24 C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 24

  • D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 25 E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 25 F. Jenis Data ........................................................................................... 32 G. Pengolahan Data ................................................................................. 32 H. Analisa Data ....................................................................................... 33 I. Penyajian Data.................................................................................... 33 J. Etika Penelitian .................................................................................. 33

    BAB V HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................. 35

    B. Hasil Penelitian .................................................................................. 35

    C. Pembahasan ........................................................................................ 39

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan......................................................................................... 43 B. Saran ................................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Zat Klorin .................................................................................................. 5

    Gambar 2.2 Struktur Klorin .......................................................................................... 7

    Gambar 2.3 Beras Putih .............................................................................................. 11

    Gambar 2.4 Beras Merah ............................................................................................ 11

    Gambar 2.5 Beras Hitam ............................................................................................. 12

    Gambar 2.6 Beras Cokelat .......................................................................................... 13

    Gambar 5.1 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Reaksi Warna .......................... 36

    Gambar 5.2 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Nyala Api ................................ 37

    Gambar 5.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Pengendapan ........................... 38

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih ................................................... 14

    Tabel 5.1 Hasil Uji Reaksi Warna............................................................................... 36

    Tabel 5.2 Hasil Uji Nyala Api..................................................................................... 37

    Tabel 5.3 Hasil Uji Pengendapan ................................................................................ 38

    Tabel 5.4 Hasil Uji Kualitatif pada Beras Putih .......................................................... 39

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Jurusan Analis Kesehatan

    Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Politeknik Kesehatan Kendari

    Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

    Provinsi Sulawesi Tenggara

    Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 5. Surat Keterangan Bebas Pustaka

    Lampiran 6. Master Tabel

    Lampiran 7. Lembar Hasil Penelitian

    Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem

    sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan

    pangan sesuai potensi daerah masing-masing akan sangat memudahkan

    masyarakat karena masyarakat dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan apa

    yang tersedia didaerahnya (Hubeis, 2012).

    Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan

    masyarakat maka dalam pengolahan bahan pangan perlu dihindarkan

    penggunaan bahan tambahan pangan yang dapat merugikan atau membahayakan

    konsumen (Cahyadi, 2012). Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakan

    bahan tambahan pangan dengan tujuan memperpanjang masa simpan atau

    memperbaiki tekstur, cita rasa dan warna.

    Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar rakyat

    Indonesia, tidak hanya sebagai bahan makanan pokok, beras juga dapat diolah

    menjadi tepung beras kemudian dijadikan sebagai bahan dasar berbagai macam

    makanan dan kue. Cara pengolahan dan pemasakan beras juga sangat mudah.

    Tingkat daya beli, pengetahuan mengolah dan menyajikan yang telah dikuasai

    oleh masyarakat Indonesia sangat sesuai dengan beras sebagai bahan makanan

    pokok (Sediaoetama, 2009).

    Kandungan nilai gizi pada beras cukup tinggi yaitu karbohidrat sebesar

    360 kalori, protein sebesar 6,8 g dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat

    besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Vitamin yang utama pada beras adalah tiamin,

    riboflavin, niasin dan piridoksin (Astawan, 2004).

    Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang dilarang

    adalah Klorin (Cl2) dimana sering digunakan sebagai pemutih beras, agar beras

    yang terstandar medium terlihat seperti beras super dengan harga yang tinggi.

    Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai desinfektan,

  • pemutih kertas dan proses tekstil (Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,

    2007).

    Ahli Bidang Teknologi Pangan dan Gizi memastikan adanya kandungan

    klorin pada beras yang banyak beredar di pasaran. Dari 16 sampel beras yang di

    uji terdapat 10 sampel mengandung klorin kadarnya kisaran 20 ppm hingga 90

    ppm (Gandapurnama, 2013) dan hasil inspeksi mendadak dari Balai Besar

    Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung di Pasar Simpang Dago

    oleh staf pemeriksaan dan penyelidikan, Alfazri Anwar mengemukakan bahwa

    beras jenis Kurmo dan Cianjur mengandung Klorin (Setiawan, 2013).

    Selain itu, Tilawati, dkk (2015) melakukan penelitian terhadap 8 sampel

    beras putih yang dijual di Pasar Tradisional Klepu didapatkan hasil bahwa 2

    sampel beras putih yang dijual di Pasar Tradisonal Klepu mengandung Klorin.

    Klorin sebagai desinfektan dan pemutih merupakan bahan yang dilarang

    penggunaanya dalam makanan. Larangan ini terkandung dalam Peraturan

    Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana klorin

    tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih

    atau pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian

    No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya

    pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras.

    Zat klorin ini akan bereaksi dengan air dan membentuk asam hipoklorus

    yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin yang terdapat pada

    beras akan menggerus usus lambung (korosif). Akibatnya lambung rawan

    terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang

    mengandung klorin akan mengakibatkan penyakit kanker dan ginjal (Departemen

    Luar Negeri Republik Indonesia, 2007).

    Jumlah pedagang beras pada Pasar Anduonohu berjumlah 30 pedagang,

    Pasar Mandonga berjumlah kurang lebih 10 pedagang, dan Pasar Baruga

    berjumlah kurang lebih 70 pedagang.

  • Berdasarkan data diatas, maka penulis merumuskan judul dalam tugas

    akhir ini yaitu “Uji Kualitatif Klorin Pada Beras Putih yang dijual di Pasar

    Anduonohu Kota Kendari”. Peneliti ingin menguji beras putih yang ada di Pasar

    Andunohu, karena pasar ini merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak

    di Sulawesi Tenggara dan merupakan pusat pembelian kebutuhan sehari-hari

    masyarakat di wilayah Anduonohu dan sekitarnya. Juga penelitian ini

    sebelumnya belum pernah dilakukan di Pasar Anduonohu ataupun di Kota

    Kendari.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

    dalam penelitian ini adalah Apakah beras putih yang dijual di Pasar Anduonohu

    mengandung klorin?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui adanya kandungan klorin pada beras putih yang dijual

    di Pasar Anduonohu.

    2. Tujuan Khusus

    Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut:

    a. Mengidentifikasi ciri fisik pada beras putih yang berklorin di Pasar

    Anduonohu.

    b. Menganalisis kandungan klorin menggunakan uji reaksi warna, uji nyala

    api, dan uji pengendapan pada beras putih di Pasar Anduonohu.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan bsgi

    peneliti mengenai beras yang mengandung klorin.

    2. Manfaat Praktis

    a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen beras putih agar

    memperhatikan hygiene dan sanitasi dalam memproduksi beras putih dan

  • konsumen dapat mengetahui bahaya beras putih yang mengandung

    klorin (pemutih).

    b. Sebagai sumbangasih ilmiah bagi Almamater Politeknik Kesehatan

    Kendari. Juga untuk menambah koleksi perpustakaan Jurusan Analis

    Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan, terutama di bidang Toksikologi.

    c. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi dan

    pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan beras yang

    mengandung klorin dan dampaknya bagi kesehatan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Klorin

    1. Pengertian Klorin

    Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang

    ditemui dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk

    terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida

    (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia,

    klorin memegang peranan yang sangat penting yaitu banyak benda-benda

    yang digunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah

    tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin,

    semprotan pembersih, pelarut dan berbagai produk lainnya (Hasan, 2006).

    Klorin merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai

    desinfektan dan pemutih (Global Healting Centre, 2013). Pada suhu

    ruangan, klorin berbentuk gas yang berwarna kuning kehijauan dan

    mempunyai bau yang tajam serta iritatif (New York State Departement of

    Health, 2013).

    Gambar 2.1. Zat Klorin

    2. Sumber dan Kegunaan Klorin

    Klorin sangat penting digunakan sebagai pemutih dalam pabrik kertas

    dan pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi dalam

    pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasi, pestisida, polimer, karet

    sintetis dan refrigerant. Sodium hipoklorit yang merupakan

    komponen/produk pemutih yang diperdagangkan, larutan pembersih, dan

  • desinfektan untuk air minum dan sistem penyaringan air buangan/limbah dan

    kolam renang (Norlatifah, 2012).

    Saat ini klorin sangat banyak digunakan dalam industri-industri besar

    maupun dalam rumah tangga. Digunakan pada industri kertas dan tekstil.

    Klorin juga digunakan untuk manufaktur, peptisida dan hebrisida, misalnya

    DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), bahan

    pembersih dan perawatan air dan air limbah. Agar dapat digunakan maka

    klorin dikombinasi dengan senyawa organik (bahan kimia yang mempunyai

    unsur karbon) yang biasanya menghasilkan organoklorin. Organoklorin

    adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan karena

    dapat terkontaminasi dan resisten didalam tubuh makhluk hidup

    (MacDougall, 1994).

    Klor merupakan desinfektan kimia yang digunakan secara luas,

    terutama digunakan dalam klorinasi air untuk air minum. Paling efektif

    bekerja pada pH yang rendah (Desrosier, 2008).

    Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2,

    perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit

    dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida

    dan merkurium(II) oksiklorida (Svehla, 1985).

    3. Sifat Klorin

    Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada

    kulit terluarnya. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat efektif. Hal

    ini mengakibatkan karena strukturnya belum mempunyai 8 elektron untuk

    mendapatkan strukur elektron gas mulia. Selain itu klorin bersifat sebagai

    oksidator. Seperti halnya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran

    dengan mengahasilkan panas cahaya.

  • Gambar 2.2. Struktur Klorin

    Dalam air laut maupaun sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk

    asam hipoklorit (HClO) yang merupakan suatu oksidator (Edward, 1990).

    4. Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan

    Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di masyarakat. Tidak

    lagi hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi juga tambahan

    di dalam makanan. Keberadaan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan

    manusia. Klorin, dalam bentuk gas maupun cairan dapat mengakibatkan luka

    permanen bahkan kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi

    disebabkan oleh asap gas klorin. Klorin sangat potensial untuk menyebabkan

    penyakit di kerongkongan, hidung, dan tract respiratory (saluran

    kerongkongan dekat paru-paru). Klorin juga sangat membahayakan sistem

    pernafasan terutama anak-anak. Dalam bentuk gas, klor dapat merusak

    membran mukus dalam wujud cair dapat menghacurkan kulit. Tingkat

    klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium

    klorida atau garam merupakan unsur utama dalam darah (MacDougall,

    1994).

    Dampak mengkonsumsi beras yang mengandung klorin tidak terjadi

    sekarang. Bahaya untuk kesehatan akan muncul 15-20 tahun mendatang.

    Khususnya jika kita mengkonsumsi beras tersebut secara terus menerus

    (Steffi, 2007).

    Batas paparan gas klor 1 ppm dan kadar 0,1% sudah dapat

    mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Mengidentifikasinya dari

    muntahan dan napas penderita keracunan, tercium bau gas klor. Selain itu,

  • gas klor akan memutihkan warna pakaian atau kain yang basah (Sartono,

    2012).

    Adapun efek klinis yang dapat ditimbulkan yaitu (Badan POM RI.

    2010) :

    a. Keracunan Akut

    1) Terhirup

    Iritasi mukosa membran terjadi pada 0,2-16 ppm dan batuk

    pada 30 ppm. Terhirup pada 500 ppm selama 5 menit menyebabkan

    fatal pada manusia dan 1000 ppm menyebabkan fatal setelah

    beberapa kali bernafas dengan dalam. Kecelakaan di tempat kerja

    terjadi menyebabkan luka bakar pada hidung dan mulut dengan

    rhinoreehea, gangguan pernafasan dengan batuk, tersedak, mengi,

    muntah, hemoptysis, nyeri substernal, dyspnea dan sianosis,

    tracheobronchitis, dilaporkan juga edema paru dan pneumonitis

    berkembang dengan cepat atau kemungkinan tertunda. Batuk

    umumnya meningkat dengan sering dan akan menjadi parah setelah

    2-3 hari dan menjadi produktif dengan adanya sputum mukopurulen

    yang tebal setelah 14 hari. Kerusakan paru biasanya tidak permanen.

    Gangguan pernafasan biasanya reda dalam 72 jam. Pada konsentrasi

    tinggi, klorin menyebabkan keadaan sesak nafas disebabkan oleh

    kram pada otot laring dan pembengkakan pada membran mukosa.

    Gejala lainnya adalah salviasi, kegelisahan, bersin, muka pucat,

    kemerahan pada wajah, kelemahan, suara serak, sakit kepala, pusing

    dan gangguan umum. Terhirup secara berlebihan menyebabkan

    kematian karena henti jantung.

    2) Kontak dengan Kulit

    Konsentrasi tinggi menyebabkan iritasi pada kulit dan

    menyebabkan luka bakar dan sensasi seperti ditusuk, inflamasi dan

    pembentukan vesikula. Kontak dengan cairan menyebabkan luka

  • bakar, blister/melepuh, kerusakan jaringan tissue dan frosbit (radang

    dingin).

    3) Kontak dengan Mata

    Terpapar gas klorin dengan konsentrasi 3-6 ppm

    menyebabakan kemerahan, rasa nyeri, pandangan kabur dan

    lakrimasi.

    4) Tertelan

    Tertelan gas merupakan hal yang tidak mungkin. Tertelan

    cairannya menyebabkan luka bakar pada bibir, mulut dan membran

    mukosa pada saluran pencernaan, kemungkinan menyebabkan ulcer

    atau perforasi, nyeri abdomen, takikardia, prostration dan sirkulasi

    gagal.

    b. Keracunan Kronik

    1) Terhirup

    Orang yang terpapar secara berulang pada konsentrasi rendah

    menyebabkan kekurangan penciuman. Terpapar dalam jangka waktu

    lama dan secara berulang pada 0.8 – 1.0 ppm menyebabkan

    permanen penurunan fungsi paru meskipun penurunannya tidak

    parah.

    2) Kontak dengan Kulit

    Gejala tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan.

    Paparan yang berulang atau dalam jangka waktu lama menyebabkan

    konjungtivitis atau gejala pada keracunan akut.

    3) Kontak dengan Mata

    Gejala tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan.

    Paparan yang berulang atau dalam jangka waktu lama menyebabkan

    dermatitis atau gejala pada keracunan akut.

  • B. Tinjauan Umum Tentang Beras

    1. Pengertian Beras

    Beras berasal dari kata weas dalam bahasa Jawa Kuno, seperti tertulis

    dalam prasasti Taji yang bertahun 901 (Haryadi, 2006).

    Beras merupakan bahan pokok terpenting bagi manusia khususnya di

    Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa

    keuntungan, selain rasa yang netral, beras setelah dimasak akan memberikan

    volume yang cukup besar dengan kandungan kalori yang cukup tinggi,

    karbohidrat, lemak dan vitamin, serta dapat memberikan berbagai zat gizi

    lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral

    (Moehyi, 1992).

    Beras yang baik adalah beras yang jika menghasilkan nasi yang empuk

    (pulen) dan memberikan aroma yang harum. Lekat tidaknya butiran-butiran

    beras setelah dimasak ditentukan oleh perbandingan kandungan dua zat

    penting di dalamnya, yaitu, amilosa dan amilopektin. Beras yang kandungan

    amilopektinnya tinggi akan lebih lekat jika dimasak (Moehyi, 2009).

    Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi

    bagi tubuh manusia. Zat-zat gizi yang terkandung kalori cukup tinggi serta

    gizi lain seperti protein dan mineral sehingga bermanfaat bagi tubuh

    (Hadrian, 1981)

    2. Sifat Fisika Kimia Beras Dan Komponen Penyusun Beras

    Dilihat dari sifat kimia pati beras tidak larut dalam air dingin dan

    dalam etanol dan bila diamati dengan mikroskopik tampak butir persegi

    banyak ukuran 2μm-5μm, tunggal atau majemuk, bentuk bulat telur ukuran

    10μm-20μm (Muchtadi dkk, 2010).

    Sifat-sifat fisika kimia beras sangat menentukan mutu dan rasa nasi

    yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan

    amilosa, kandungan protein dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama

    muncul setelah gabah atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan

  • penururnan mutu beras. Selain kandungan amilosa dan protein, sifat

    fisikakimia beras yang berkaitan dengan mutu beras adalah sifat yang

    berkaitan dengan perubahan karena pemanasan dengan air, yaitu suhu

    gelatinasi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas pasta dan

    konsisiten gel pati (Norlatifah, 2012).

    3. Jenis-jenis Beras

    a. Beras Putih

    Gambar 2.3. Beras Putih

    Beras biasa yang berwarna putih agak transparan karena hanya

    memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%

    (Santika dan Rozakurniati, 2010).

    b. Beras Merah

    Gambar 2.4. Beras Merah

    Beras merah umunya dikonsumsi tanpa melalui proses

    penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi beras pecah kulit sehingga

    kulit arinya masih melekat pada endosperma. Kulit ari beras merah kaya

    akan serat, minyak alami, dan lemak esensial. Beberapa hasil penelitian

    menunjukkan bahwa beras merah dapat menjadi sumber antioksidan

  • yang baik bagi kesehatan. Antioksidan yang dihasilkan beras merah

    berasal dari pigmen antosianin. Komposisi gizi per 100 g beras merah

    terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16

    mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, dan vitamin B1 0,21 mg (Santika dan

    Rozakurniati, 2010).

    c. Beras Hitam

    Gambar 2.5. Beras Hitam

    Beras hitam adalah varietas local berwarna hitam yang hanya

    tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja. Penduduk menyebut

    beras hitam dengan nama berbeda-beda. Di China, beras hitam disebut

    Beras Terlarang, karena di masa kekaisaran Cina hanya boleh

    dikonsumsi pasra bangsawan dan rakyat dilarang memaannya. Di Solo,

    beras ini dikenal dengan nama Beras Wulung. Di Cibeusi, Subang, Jawa

    Barat dikenal dengan Beras Gadog. Di Sleman beras Cempo Ireng atau

    beras Jlitheng, dan di Bantul beras Melik. Beras hitam mengandung

    banyak aleuron dan endospermia memproduksi antosianin sehingga

    warna beras menjadi ungu pekat mendekati hitam. Zhimin Xu, staf

    pengajar Ilmu Pangan di Lousiana State University of Agricultural

    Center di Baton Rouge, melaporkan bahwa selain antioksidan,

    antosianin, beras hitam juga mengandung kadar gula yang lebih sedikit,

    lebih banyak serat dan vitamin E. Disamping rasanya yang enak, pulen,

    dan wangi, beras hitam juga memiliki keunggulan lain, misalnya

    manfaatnya bagi kesehatan. Penelitian mengenai kandungan nutrisi

  • beras menunjukkan bahwa beras hitam mengandung zat besi sebesar

    15,52 ppm. Beras hitam berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh

    terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan

    chirosis), mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker/tumor,

    memperlambat penuaan, sebagai antioksidan, membersihkan kolesterol

    dalam darah, dan mencegah anemia (Bank Pengetahuan Tanaman

    Pangan Indonesia, 2010).

    d. Beras Cokelat

    Gambar 2.6. Beras Cokelat

    Beras cokelat / pecah kulit (brown rice) hanya membuang

    lapisan terluar (gabah), sehingga kandungan zat gizi yang kaya pada

    kulit terluar beras masih utuh. Warnanya memang cokelat, aroma dan

    rasanya sangat khas, mirip ketan. Beras organik warna cokelat adalah

    beras yang tidak digiling atau setengah kenyal daripada beras putih.

    Meskipun lebih cepat basi, tetapi beras organik warna cokelat lebih

    bernutrisi. Satu takar beras cokelat lebih bernutrisi. Satu takar beras

    cokelat (brown rice) mengandung 90% kebutuhan Mangan (Mn), 21%

    kebutuhan Magnesium (Mg), dan 14% kebutuhan serat perhari. Beras

    cokelat mengandung Selenium (Se), mineral yang berfungsi penting

    dalam mencegah timbulnya keganasan, metabolisme tubuh, anti-

    oksidan, dan berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh. Asam lemak

    esensial yang terkandung pada beras cokelat dapat menurunkan

    kolesterol LDL (bad cholesterol) sampai 7%. Ditambah kandungan

  • serat, Mg dan vitamin B, maka beras cokelat juga melindungi dari

    penyakit kardiovaskuler (Katalog beras coklat organik, 2012).

    C. Tinjauan Umum Tentang Beras Berklorin

    1. Ciri-ciri Beras Berklorin

    Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih

    beras tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan

    mengkilap. Tapi kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung

    zat-zat berbahaya diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi

    tubuh terutama lambung (Steffi, 2007).

    Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin terlihat pada tabel

    dibawah ini.

    Tabel 2.1. Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih. (Norlatifah, 2012).

    NO. BERAS BERPEMUTIH BERAS TANPA PEMUTIH

    1. Warna putih sekali Warna putih kelabu

    2. Beras lebih mengkilap Beras tidak mengkilap

    3. Licin dan tercium bau kimia Kesat dan tidak berbau

    4. Jika di cuci, warna air hasil

    cucian beras kelihatan bening

    Jika di cuci, warna air hasil

    cucian beras keruh kekuningan

    5.

    Jika beras direndam selama 3

    hari tetap bening dan tidak

    berbau

    Jika beras direndam selama 3

    hari, beras akan menimbulkan

    bau tidak sedap

    6.

    Ketika sudah di masak dan

    ditaruh di dalam penghangat

    nasi dalam semalam nasi sudah

    menimbulkan bau tidak sedap

    Ketika sudah di masak dan

    ditaruh di dalam penghangat nasi

    tahan 1 hari 1 malam tanpa

    menimbulkan bau tidak sedap

    2. Peraturan Larangan Zat Klorin Pada Beras

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

    perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988

    tentang Bahan Tambahan Makanan. Bahwa klorin tidak tercatat sebagai

    Bahan Tambah Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan Pematang

    tepung.

    Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

    32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang pelarangan penggunaan bahan kimia

  • berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras.

    Peraturan ini bertujuan untuk menjamin mutu beras bebas dari bahan kimia

    berbahaya, memberi perlindungan terhadap masyarakat atas mutu dan

    keamanan pangan serta memberi ketenteraman bathin masyarakat terhadap

    beras yang dikonsumsi. Bahan kimia berbahaya yang dilarang digunakan

    dalam proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras tersebut antara

    lain Klorin dan senyawanya, Bromat dan senyawanya, Asam borat dan

    senyawanya, Asam salisilat dan garam-garamnya, dietilpirokarbonat

    (Diethylpirocarbonate DEPC), Dulsin (Dulcin), Kloramfenikol

    (Chloramphenicol), Nitrofurazon (Nitrofurazone), Larutan

    formaldehyde/formalin, Rodhamin B, Paraformadehyde, Tiroksan dan

    Kuning metanil (Peraturan Menteri Pertanian, 2007).

    3. Pemutih yang Diperbolehkan dan Dilarang

    Pemutih yang diperbolehkan yaitu bahan–bahan tambahan pangan

    yang tergolong ke dalam pemutih dan pematang tepung umumnya adalah

    senyawa organik dan garam–garam organik. Beberapa persenyawaan

    tersebut adalah asam askorbat, kalsium steroil-2-laktilat, natrium steroil

    fumarat, natrium-2-laktilat, dan L-sistein (Cahyadi, 2012). Menurut

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

    perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988

    tentang Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan pemutih dan pematang

    tepung diantaranya Asam Askorbat, Aseton Peroksida, Azodikarbonamida,

    Kalsium Stearoil-2-laktilat, Natrium Stearyl Fumarat, Natrium Stearoil-2-

    laktilat dan L-Sisteina (Hidroklorida).

    Adapun zat pemutih yang dilarang antara lain klorin dan senyawanya.

    Hal ini tercantum Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

    32/Permentan/OT.140/3/2007.

  • D. Tinjauan Umum Tentang Identifikasi Klorin

    1. Kualitatif

    Analisa kualitatif adalah menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa,

    tetapi tidak massa atau konsentrasinya. Analisa kualitatif tidak menghitung

    jumlah. Uji kualitatif pada analisis klorin terdiri dari :

    a. Uji Reaksi Warna

    Reaksi warna adalah prosedur kimia dalam pengujian senyawa

    dengan menggunakan pereaksi dengan mengamati warna yang terbentuk

    atau perubahan warna yang terjadi. Cara ini digunakan untuk senyawa

    anorganik baik itu kation, anion, ataupun juga untuk senyawa organik

    seperti teknik skrining fitokimia dalam pemilihan metabolit sekunder

    tumbuhan. Adapun kelebihan kekurangannya yaitu :

    Kelebihan :

    1) Sederhana sehingga mudah dan cepat dilakukan

    2) Mudah diinterprestasikan

    3) Warna terbentuk dengan cepat dan mudah diamati

    4) Sensitifitasnya cukup tinggi

    5) Murah

    6) Tidak memerlukan alat yang mahal & keahlian yang tinggi.

    Kekurangan :

    1) Warnanya dapat ditutupi oleh ketidakmurnian atau adanya senyawa

    lain

    b. Uji Nyala Api

    Uji nyala api adalah suatu prosedur analisis yang digunakan

    dalam ilmu kimia untuk mendeteksi keberadaan unsur tertentu, terutama

    ion logam, berdasarkan karakteristik spectrum emisi masing-masing

    unsur. Uji nyala api dilakukan dengan membakar senyawa uji kemudian

    melihat warna nyala spesifik yang dihasilkan maka dapat diketahui

  • senyawa yang terkandung di dalamnya. Adapun kelebihan dan

    kekurangannya yaitu :

    Kelebihan :

    1) Cepat

    2) Mudah

    3) Biayanya murah

    Kekurangan :

    1) Memiliki kesulitan dalam mendeteksi beberapa unsur dalam jumlah

    kecil

    2) Jika terlalu besar juga cenderung memudarkan warna nyala hingga

    tidak muncul sama sekali.

    c. Uji Pengendapan

    Uji pengendapan merupakan uji yang melibatkan pembentukan

    endapan dari garam-garam yang tidak mudah larut. dimana pada saat

    sampel yang diuji ditambah dengan pereaksi akan membentuk endapan.

    Adapun kelebihan dan kekurangannya yakni :

    Kelebihan :

    1) Cepat dan mudah

    2) Biayanya murah

    Kekurangan :

    1) Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti, terutama jika

    terdapat efek kopresipitasi.

    2. Kuantitatif

    Analisa kuantitatif adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengetahui

    kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun

    persentase dalam gram.

  • a. Metode Argentometri Mohr

    Metode Argentometri Mohr merupakan titrasi pengendapan

    sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Metode ini

    digunakan untuk penetapan kadar halogenida seperti klorida dan

    bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada suasana netral.

    Kelebihan:

    1) Titik akhir titrasi lebih mudah terlihat.

    2) Alat yang digunakan sederhana

    3) Pelaksanaannya mudah dan cepat

    4) Keakuratan dan ketelitian yang cukup tinggi

    5) Dapat digunakan pada konsentrasi klorin yang rendah.

    Kekurungan:

    1) Lingkungan untuk titrasi berada pada suasanan netral sedikit alkalis

    pH 6 -10.

    2) Pada suasana asam CrO42- dapat melarut sehingga Ag2CrO4 tidak

    mengendap.

    3) Dalam suasana basa, AgNO3 akan bereaksi dengan basanya sehingga

    hasil titrasi akan salah.

    b. Metode Iodometri

    Klorin yang bersifat oksidator akan ditetapkan kadarnya,

    direaksikan denagn ion iodida berlebih sehingga iodium dibebaskan,

    baru kemudian iodium yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku

    sekunder Na2S2O3 dengan menggunakan indicator amilum.

    Kelebihan:

    1) Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung

    bereaksi.

    2) Penambahan kanji diawal titrasi.

  • 3) Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi

    biru.

    Kekurangan:

    1) Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh

    harus dilakukan terlebih dahulu.

    2) Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.

    3) Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara.

    Karena analisa kualitatif ini mudah, cepat dan tidak memerlukan alat yang

    mahal atau biayanya murah. Sehingga peneliti mengambil uji kualitatif ini untuk

    mengetahui kandungan klorin pada beras putih.

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran

    Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih

    beras tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan

    mengkilap. Tapi kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung zat-zat

    bebahaya diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi tubuh

    terutama lambung.

    Klorin merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai

    desinfektan dan pemutih. Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di

    masyarakat. Tidak lagi hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi

    juga tambahan di dalam makanan.

    Beras adalah bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi tubuh

    manusia. Beras terbagi berbagai menjadi berbagai macam yaitu beras putih, beras

    merah, beras cokelat, dan beras hitam. Di pasaran beras dijual secara eceran

    maupun secara kemasan.

    Karena banyaknya beras yang mengandung klorin dijual dipasaran dan

    kurangnya pengetahuan masyarakat tentang beras yang mengandung klorin, hal

    ini mendorong penulis untuk meneliti apakah beras putih yang di jual di Pasar

    Anduonohu mengandung klorin.

  • B. Bagan Kerangka Konsep

    Bahan Kimia yang dilarang

    pada proses penggilingan padi

    yaitu Klorin dan senyawanya.

    KUALITATIF

    1. Uji Reaksi Warna - Positif : biru - Negatif : bening

    2. Uji Nyala Api - Positif : berwarna hijau - Negatif : tidak berubah menjadi

    hijau

    3. Uji Pengendapan - Positif : endapan putih - Negatif : tidak menghasilkan

    endapan putih

    KUANTITATIF

    1. Metode Argentometri Mohr - Positif : endapan warna merah kecoklatan. Hitung

    dengan Rumus :

    N AgNO3𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝐶𝑙

    𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3

    - Negatif : tidak terbentuknya endapan 2. Metode Iodometri

    - Positif : bening menjadi biru, dititrasi dengan Na2S2O3 hingga menjadi kuning jerami, ditambah

    indicator amilum dan titrasi dilanjutkan hingga

    warna biru hilang tepat. Hitung dengan rumus :

    Kadar klorin % = 𝑉1−𝑉2 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑙2 (35,46)

    𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100 %

    - Negatif : tidak berubah menjadi hijau

    Indikasi ciri fisik

    beras berklorin:

    1. Warnanya putih

    mengkilap

    2. Teksturnya licin

    3. Berbau bahan

    kimia

    Beras

    Ecera

    n

    UJI

    LABORATORIUM

    Beras Putih

    Kandungan klorin pada beras

  • Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    C. Variable Penelitian

    1. Variabel Independen (Bebas)

    Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Klorin dan

    senyawanya.

    2. Variabel Dependen (Terikat)

    Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Beras

    Putih.

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Klorin yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan zat pemutih yang

    digunakan agar beras putih yang dijual di Pasar Andunohu terlihat berwarna

    putih mengkilap dan teksturnya licin.

    2. Beras putih dalam penelitian ini adalah beras putih yang berasal dari 30

    pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari, dimana beras putih ini

    adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi tubuh

    manusia.

    3. Uji kualitatif dalam penelitian ini adalah uji keberadaan klorin pada beras

    putih yang dijual di Pasar Anduonohu dengan menggunakan uji reaksi

    warna, uji nyala api, dan uji pengendapan.

    Kriteria Objektif

    Dikatakan ada Klorin pada Beras Putih jika :

    a. Uji reaksi warna menghasilkan warna biru lembayung.

    b. Uji nyala api menghasilkan warna hijau.

    c. Uji pengendapan menghasilkan endapan putih.

  • Dikatakan tidak ada Klorin pada Beras Putih jika :

    a. Uji reaksi warna tidak menghasilkan warna bening atau tidak berwarna.

    b. Uji nyala api tidak menghasilkan warna hijau.

    c. Uji pengendapan tidak menghasilkan endapan putih.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif dengan

    menggunkan Metode Eksperimen yaitu Uji Reaksi Warna, Uji Nyala Api dan Uji

    Pengendapan.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Juli - 27 Juli 2017. Dimana tempat

    pengambilan sampel penelitian dilakukan di Pasar Anduonohu Kota Kendari.

    Sedangkan pengujian kandungan klorin pada beras di lakukan di Laboratorium

    Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

    objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh

    beras putih bermerek yang dijual oleh 30 pedagang secara eceran di Pasar

    Anduonohu Kota Kendari.

    2. Sampel

    Sampel adalah merupakan bagian populasi yang diambil dengan cara

    tertentu, dimana pengukuran dilakukan (Sugiyono, 2009).

    Pada penelitian ini, 14 sampel diambil dari pedagang beras, yang

    digunakan berupa beras putih bermerek yang dijual secara eceran di Pasar

    Anduonohu Kota Kendari. Teknik yang digunakan adalah teknik Sampling

    Purposif (purposive sampling) dimana teknik ini mengambil sampel yang

    sesuai dengan kriteria atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang

    paling mudah dijangkau atau didapatkan (Nasir dkk, 2011).

  • a. Kriteria Sampel

    1) Kriteria Inklusi

    Beras tidak patah-patah

    Warna putih

    Bersih atau tidak berulat

    2) Kriteria Eksklusi

    Beras tidak patah-patah

    Warna kekuning-kuningan

    Kotor atau berbatu

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

    mengambil beras dari pedagang. Jenis beras putih yang telah terpilih menjadi

    sampel penelitian sebagai bahan pengujian dibawa ke ruang laboratorium.

    Kemudian, dilakukan pemeriksaan uji kualitatif klorin pada beras putih. Data

    dikumpulkan dari sumber-sumber penelitian yang relevan, baik yang diperoleh

    melalui buku, bahan kuliah, dan informasi–informasi yang ada kaitannya dengan

    penelitian ini dijadikan sebagai landasan teoritis dalam penulisan karya tulis.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

    memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden

    yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk, 2011). Instrumen

    dalam penelitian ini adalah berupa alat, bahan, dan prosedur penelitian untuk

    mengetahui beras yang mengandung klorin.

    1. Alat

    a. Spiritus

    b. Erlenmeyer

    c. Gelas ukur

    d. Pipet ukur

  • e. Pipet tetes

    f. Labu ukur

    g. Batang pengaduk

    h. Tabung reaksi

    i. Rak tabung reaksi

    j. Corong

    k. Neraca analitik

    l. Aluminium foil

    m. Ose bulat

    n. Kaki tiga

    o. Asbes

    p. Gegep

    q. Sendok tanduk

    r. Cawan porselen

    2. Bahan

    a. AgNO3 5 %

    b. HNO3 3 N

    c. HCl pekat

    d. Aquadest

    e. Sampel Beras Putih

    f. Amilum 1 %

    g. Kalium Iodida 10 %

    h. Klorin atau cairan pemutih (Bayclin)

    s. Kertas saring

    t. Tisu

    3. Prosedur Kerja

    Uji kualitatif terhadap keberadaan klorin menggunakan tiga uji yaitu

    uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan. Dimana prosedur

    kerjanya sebagai berikut:

  • a. Uji Reaksi Warna

    Pra Analitik

    Cara Pembuatan Amilum 1 %

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 0,5 gr Amilum

    3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 50 ml

    aquadest.

    4) Aduk, panaskan di atas spiritus agar larutan homogen.

    5) Dinginkan, kemudian masukkan larutan kedalam labu ukur 100

    ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas dan homogenkan.

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif

    1) Siapkan alat dan bahan.

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

    5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat

    sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.

    6) Filtrat tersebut kemudian di tambahkan larutan pemutih

    secukupnya.

    7) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan

    Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.

    8) Warna air beras akan menjadi biru atau terjadi perubahan warna.

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

  • 5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat

    sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.

    6) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan

    Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.

    7) Warna tetap bening atau tidak terjadi perubahan warna.

    Analitik

    Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

    5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring, ambil filtrat

    sebanyak 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.

    6) Tambahkan larutan Amilum 1 % sebanyak 3 tetes dan larutan

    Kalium Iodida 10 % 3-5 tetes.

    7) Amati perubahan reaksi yang terjadi.

    Pasca Analitik

    Interpretasi hasil :

    1) Positif (+) : Terjadi perubahan warna menjadi biru

    2) Negatif (–) : Tidak terjadi perubahan warna atau warna tetap

    bening.

    b. Uji Nyala Api

    Pra Analitik

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif

    1) Siapkan alat dan bahan.

    2) Ambil sampel secukupnya lalu masukkan ke dalam cawan

    porselen kemudian tambahkan larutan pemutih.

  • 3) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat

    kemudian di bakar hingga bersih.

    4) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada

    ose dan di bakar diatas spiritus.

    5) Nyala api akan berwarna hijau karena membentuk halogenida

    yang menguap.

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif

    1) Siapkan alat dan bahan.

    2) Ambil sampel secukupnya lalu masukkan ke dalam cawan

    porselen.

    3) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat

    kemudian di bakar hingga bersih.

    4) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada

    ose dan di bakar diatas spiritus.

    5) Warna yang muncul diamati dan dicatat.

    6) Nyala api tidak berwarna hijau atau tidak berwarna.

    Analitik

    Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Jarum ose di bersihkan dan di celupkan ke dalam HCl pekat

    kemudian dibakar hingga bersih.

    3) Sampel beras putih yang akan di uji nyalanya di tempelkan pada

    ose dan di bakar diatas spiritus.

    4) Warna yang muncul diamati dan dicatat.

  • Pasca Analitik

    Interpretasi hasil :

    1) Positif (+) : Nyala api akan berwarna hijau

    2) Negatif (–) : Nyala api tidak berwarna hijau atau tidak

    berwarna

    c. Uji Pengendapan

    Pra Analitik

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Positif

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

    5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.

    6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml masukkan ke dalam tabung reaksi.

    7) Filtrat tersebut kemudian di tambahkan larutan pemutih

    secukupnya.

    8) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu

    panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.

    9) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat

    (AgNO3) 5 %

    10) Akan terbentuk endapan berwarna putih.

    Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

    5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.

  • 6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml dan masukkan ke dalam tabung

    reaksi.

    7) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu

    panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.

    8) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat

    (AgNO3) 5 %.

    9) Tidak terbentuk endapan berwarna putih.

    Analitik

    Cara Pemeriksaan Sampel yang Mengandung Klorin

    1) Siapkan alat dan bahan

    2) Timbang 10 gr sampel beras putih.

    3) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest

    sebanyak 50 ml.

    4) Tutup dengan menggunakan aluminium foil lalu kocok.

    5) Saring air beras tersebut menggunakan kertas saring.

    6) Ambil filtrat sebanyak 3 ml dan masukkan ke dalam tabung

    reaksi.

    7) Tambahkan larutan asam nitrat (HNO3) 3 N sebanyak 1 ml lalu

    panaskan sampai mendidih selama 2-3 menit.

    8) Ketika masih panas, tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat

    (AgNO3) 5 %.

    9) Amati perubahan yang terjadi.

    Pasca Analitik

    Interpretasi hasil :

    1) Positif (+) : Terbentuk endapan berwarna putih

    2) Negatif (–) : Tidak terbentuk endapan berwarna putih

  • F. Jenis Data

    1. Data Primer

    Data yang diperoleh langsung dari tempat pengujian, yaitu : hasil

    pengujian sampel beras putih bermerek yang ada di Pasar Anduonohu.

    2. Data Sekunder

    Data dari sumber-sumber penelitian yang relevan, baik yang

    diperoleh melalui buku, bahan kuliah, dan informasi–informasi yang ada

    kaitannya dengan penelitian ini dijadikan sebagai landasan teoritis dalam

    penulisan karya tulis.

    G. Pengolahan Data

    1. Editing

    Editing berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian dalam

    lembarkuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan

    data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.

    2. Coding

    Pengkodean / coding adalah klarifikasi bentuk jawaban- jawaban yang

    ada didasarkan dengan jenis- jenisnya, kemudian diberi kode sesuai dengan

    karakter masing- masing yang berupa angka untuk memudahkan dalam

    pengolahan data (Arikunto, 2006).

    3. Tabulating

    Merupakan langkah memasukan data–data hasil penelitian kedalam

    tabel – tabel sesuai kriteria.

    4. Cleaning

    Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu.

    5. Entry Data

    Pada langkah ini, data–data yang diperoleh dimasukan kedalam lembar

    kerja komputer untu memudahkan pengolaham data.

  • H. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis

    Desktiptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif ini digunakan untuk

    mendeskripsikan hasil penelitian dari uji laboratorium. Data-data yang diperoleh

    dideskripsikan serta dijelaskan bagaimana bisa didapat hasil penelitian seperti

    itu. Data-data kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dari data-data tersebut

    dapat menjawab rumusan masalah yang ada.

    I. Penyajian Data

    Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan juga disajikan dalam

    bentuk textular yaitu disajikan dalam bentuk tulisan atau narasi.

    J. Etika Penelitian

    1. Informed consent (Lembar persetujuan)

    Informed consent merupakan bentuk persetujan antara peneliti dengan

    responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

    persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

    memenuhi kriteria inklusi dan disertai dengan judul penelitian dan manfaat

    penelitian.

    2. Anonymity (Tanpa Nama)

    Masalah etika merupakan masalah yang diberikan jaminan dalam

    penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak diberikan atau mencantumkan

    nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

    lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

    3. Confidentionality (Kerahasiaan)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah lainnya.

    Suatu informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

    peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

  • BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Lokasi Penelitian

    Pasar Anduonohu bertempat di Jln. Poros Anduonohu, Kel. Anduonohu,

    Kec. Poasia, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Beroperasi setiap hari

    dari pagi hingga sore hari. Pasar Anduonohu di bangun pada tahun 1997, diatas

    lahan milik Pemerintah Kota Kendari dengan luas lahan 5.000 m2. Luas

    bangunan pasar anduonohu adalah 4.500 m2, dengan jumlah kios 257 petak,

    jumlah lods 125 petak, dan jumlah lapak 33 unit.

    Pasar anduonohu banyak menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari

    masyarakat, seperti pakaian jadi, textile, sepatu sandal, sayuran, ikan basah dan

    kering, ayam potong/kampong, daging sapi, aneka bumbu masak, sembako

    (beras), elektronik, kosmetik, alat tulis kantor (ATK), kaset CD dsn aksesoris.

    Dalam pasar anduonohu terdapat 30 pedagang beras. Dimana pedagang menjual

    berbagai macam beras, yakni beras putih, beras merah, beras hitam, beras

    cokelat, dan beras ketan. Pedagang beras juga menyediakan berbagai merek

    beras putih, seperti Beras Kepala dan Beras Ciliwung yang sering dibeli oleh

    masyarakat.

    B. Hasil Penelitian

    Hasil penelitian uji kualitatif klorin pada beras putih yang dijual di Pasar

    Anduonohu Kota Kendari, meliputi :

    1. Uji Reaksi Warna

    Dalam uji kualitatif klorin menggunakan uji reaksi warna, terlebih

    dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap sampel yang digunakan sebagai

    pembanding yaitu berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah

    diberi klorin (bayclin) dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang

    peneliti dapatkan dari pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari,

    kemudian keduanya dilakukan uji reaksi warna dan hasilnya terjadi

  • perubahan warna pada Kontrol Positif yaitu menjadi warna biru, sedangakan

    pada Kontrol Negatif tidak terjadi perubahan warna seperti pada gambar 5.1.

    Gambar 5.1 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Reaksi Warna

    Hasil uji kualitatif klorin terhadap empat belas sampel beras putih

    menggunakan uji reaksi warna menunjukkan indikasi negatif mengandung

    Klorin, karena ke empat belas sampel tersebut setelah diuji tidak mengalami

    perubahan warna seperti pada kontrol positif, yaitu keempat belas smpel

    tersebut sama seperti warna pada kontrol negatif yaitu bening atau tidak

    terjadi perubahan warna. Berikut ini Tabel hasil uji reaksi warna :

    Tabel 5.1 Hasil Uji Reaksi Warna

    No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir

    1 Kontrol Negatif ( - ) Bening Negatif

    2 Kontrol Positif ( + ) Biru Positif

    3 A1 – I1 Bening Negatif

    2. Uji Nyala Api

    Untuk uji kualitatif klorin menggunakan uji nyala api, terlebih dahulu

    dilakukan uji terhadap sampel yang digunakan sebagai pembanding yaitu

    berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah diberi klorin (bayclin)

    dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang peneliti dapatkan dari

    pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari, kemudian keduanya

    dilakukan uji nyala api dan hasilnya terjadi perubahan warna pada Kontrol

    (+) (-)

  • Positif yaitu nyala api menjadi hijau, sedangakan pada Kontrol Negatif tidak

    terjadi perubahan nyala api seperti pada gambar 5.2.

    Gambar 5.2 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Nyala Api

    Pengujian Klorin telah dilakukan pada keempat belas sampel beras

    putih yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari. Masing-masing beras

    yang dibakar di atas nyala api tidak menghasilkan warna hijau. Dapat

    disimpulkan bahwa beras putih yang diuji tidak mengandung Klorin. Berikut

    ini Tabel hasil dari uji nyala api:

    Tabel 5.2 Hasil Uji Nyala Api

    No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir

    1 Kontrol Negatif ( - ) Tidak berwarna Negatif

    2 Kontrol Positif ( + ) Berwarna hijau Positif

    3 A1 – I1 Tidak berwarna Negatif

    3. Uji Pengendapan

    Pada uji kualitatif klorin menggunakan uji pengendapan, terlebih

    dahulu juga dilakukan uji terhadap sampel yang digunakan sebagai

    pembanding yaitu berupa kontrol positif dimana sampel beras putih telah

    diberi klorin (bayclin) dan kontrol negatif dimana sampel beras putih yang

    peneliti dapatkan dari pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota Kendari,

    kemudian keduanya dilakukan uji pengendapan dan hasilnya pada Kontrol

    Positif yaitu adanya endapan putih, sedangakan pada Kontrol Negatif tidak

    adanya endapan putih seperti pada gambar 5.3.

    (+) ( - )

  • Gambar 5.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Uji Pengendapan

    Pengujian Klorin dengan menggunakan uji pengendapan telah

    dilakukan pada keempat belas sampel beras putih yang dijual di Pasar

    Anduonohu Kota Kendari. Masing-masing beras yang diuji tidak

    menghasilkan endapan berwarna putih, Hasil akhir pengujian hanya larutan

    berwarna putih bening. Hal ini membuktikan bahwa ketiga beras tersebut

    tidak mengandung Klorin. Berikut ini adalah Tabel hasil uji pengendapan:

    Tabel 5.3 Hasil Uji Pengendapan

    No. Sampel Hasil Pengamatan Hasil Akhir

    1 Kontrol Negatif ( - ) Tidak ada endapan Negatif

    2 Kontrol Positif ( + ) Ada endapan Positif

    3 A1 – I1 Tidak ada endapan Negatif

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ke tiga uji kualitatif yang

    dilakukan yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji pengendapan

    menunjukan hasil negatif, tidak mengandung klorin. Berikut ini tabel hasil uji

    kualitatif pada beras putih yang dijual di Pasar Anduonohu kota Kendari.

    Tabel 5.4 Hasil Uji Kualitatif pada Beras Putih

    No. Sampel Uji Kualitatif Hasil Pengamatan Hasil

    Akhir

    1 A1 – I1 Uji Reaksi Warna Bening Negatif

    2 A1 – I1 Uji Nyala Api Tidak berwarna Negatif

    3 A1 – I1 Uji Pengendapan Tidak ada endapan Negatif

    (+) (-)

  • C. Pembahasan

    Penggunaan klorin pada beras bertujuan untuk membuat beras menjadi

    lebih putih dan mengkilap agar beras yang berstandar medium terlihat seperti

    beras yang berkualitas super. Pengambilan sampel beras dilakukan pada tanggal

    20 Juli – 21 Juli 2017 pada beberapa pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota

    Kendari, terdapat 30 pedagang beras dimana hanya 9 pedagang beras yang

    dijadikan sebagai tempat pengambil sampel. Sampel beras putih yang diambil

    sesuai dengan kriteria inklusi yakni beras tidak patah-patah, warna putih, bersih

    atau tidak berulat dan berkutu. Dari 9 pedagang akan didentifikasi 14 sampel

    beras berbagai merek tercantum dalam lampiran 7 (bagian A).

    Pada uji reaksi warna digunakan reagen KI 10% dan amilum 1%. Pada uji

    kontrol negatif saat ditetes larutan amilum 1% sebanyak 3 tetes dan ditetes

    larutan kalium iodida 10% sebanyak 3 – 5 tetes tidak ada perubahan warna,

    sedangkan pada kontrol positif setelah diteteskan amilum 1% hingga larutan uji

    tercampur yang berarti larutan uji telah melarut dengan amilum, kemudian

    diidentifikasi dengan penambahan larutan KI 10%, pada tetes pertama terbentuk

    warna kuning muda pada larutan yang hanya timbul sesaat kemudian hilang yang

    berarti larutan uji telah larut sempurna dengan KI, pada tetes kedua terbentuk

    warna biru yang sedikit dan menghilang, pada tetes ketiga sampai tetes kelima

    terjadi perubahan warna menjadi biru. Pada hasil penelitian diperoleh semua

    sampel beras dengan uji kualitatif mendapatkan hasil negatif atau tidak

    mengandung klorin dalam sampel beras karena sampel uji tidak mengalami

    perubahan warna menjadi biru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

    Wongkar, dkk (2014) dalam penelitiannya dari 9 sampel yang diambil dari tiga

    pasar di Kota Manado, tidak terdapat beras yang mengandung klorin setelah di

    uji menggunakan metode reaksi warna dan metode iodometri.

    Uji nyala api dilakukan dengan membakar senyawa uji kemudian melihat

    warna nyala spesifik yang dihasilkan maka dapat diketahui senyawa yang

    terkandung di dalamnya. Berdasarkan dari pengertiannya, klorin merupakan gas

  • yang berwarna kuning kehijauan dengan bau sangat menyengat. Maka ketika

    dibakar diatas nyala api, klorin akan berubah menjadi gas dengan warna kuning

    kehijauan. Hal ini sesuai dengan teori pengujian nyala api oleh Auterhoff, ketika

    sampel beras yang diuji positif mengandung Klorin maka nyala api akan

    berwarna hijau. Pada gambar 5.2, dapat terlihat nyala api untuk kontrol positif

    berubah menjadi hijau. Tetapi pada saat melakukan penelitian warna hijau pada

    uji nyala api tidak bertahan lama. Kekurangan dari uji nyala api ini yaitu

    memiliki kesulitan dalam mendeteksi beberapa unsur dalam jumlah kecil dan jika

    terlalu besar juga cenderung memudarkan warna nyala hingga tidak muncul sama

    sekali.

    Uji pengendapan merupakan uji yang melibatkan pembentukan endapan

    dari garam-garam yang tidak mudah larut. Dimana pada saat sampel yang diuji

    ditambah dengan pereaksi akan membentuk endapan putih seperti pada kontrol

    positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Rusy, dkk (2016) yang menyatakan

    bahwa setelah sampel beras putih yang telah diberi klorin (bayclin) ditambahkan

    HNO3 3N dan dipanaskan sampai mendidih lalu ditambahkan lagi 5 tetes AgNO3

    akan menghasilkan endapan putih.

    Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada saat proses penggilingan padi

    diduga tidak dicampurkan zat klorin atau pemutih. Selain itu dari hasil penelitian

    ini dapat disimpulkan pula bahwa para pedagang beras di Pasar Anduonohu Kota

    Kendari tidak mencampurkan zat klorin atau pemutih pada beras yang

    diperdagangkan kepada masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

    Jika hasil uji kualitatif positif dapat dilanjutkan dengan uji kuantitatif

    menggunakan Metode Argentometri Mohr atau menggunakan Metode Iodometri.

    Tilawati, dkk (2015) yang berjudul Identifikasi Dan Penetapan Kadar Klorin

    (Cl2) dalam Beras Putih di Pasar Tradisional Klepu dengan Metode

    Argentometri, hasil identifikasi dari 8 sampel beras putih dengan uji reaksi warna

    terdapat 2 sampel positif mengandung klorin. Sampel yang positif mengandung

  • klorin dilanjutkan dengan penetapan kadar secara Argentometri mohr

    menggunakan larutan AgNO3 dan indikator K2CrO4.

    Klorin atau pemutih banyak diperjualbelikan di pasaran dalam bentuk

    kalsium hipoklorit atau dikenal sebagai kaporit. Klorin sendiri adalah zat kimia

    yang berfungsi sebagai desinfektan, pembunuh kuman dan pemutih di bidang

    industri, misalnya bahan pemutih kertas dan pemutih pakaian. Klorin yang

    ditambahkan sebagai Bahan Tambahan Makanan bertujuan untuk memutihkan,

    desinfektan dan untuk mempertahankan kualitas beras. Namun beberapa

    produsen kurang peduli dengan dampak negatif tersebut.

    Berdasarkan efek negatif tersebut maka pemerintah melarang penggunaan

    klorin sebagai Bahan Tambahan Makanan (BTM). Hal ini tertuang dalam

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

    perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/per/IX/1988

    tentang bahan tambahan makanan, disebutkan bahwa klorin tidak tercatat sebagai

    Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam kelompok pemutih dan pematang

    tepung. Selain itu dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

    32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia

    Berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras,

    disebutkan bahwa klorin dan senyawanya dilarang digunakan pada beras.

    Penyimpangan dalam pemakaiannya akan membahayakan kesehatan manusia,

    khususnya buat generasi muda sebagai penerus bangsa. Di bidang pangan,

    diperlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan

    yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu dan bergizi.

  • BAB VI

    PENUTUP

    D. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Ditemukannya empat ciri fisik beras putih berklorin pada sampel beras putih

    yang dijual di Pasar Anduonohu, yaitu warnanya putih, mengkilap,

    bersih/tidak berulat, dan licin. Sedangkan ciri fisik terciumnya bau kimia

    tidak ditemukan pada sampel beras putih.

    2. Analisis kandungan klorin pada beras putih di Pasar Anduonohu yang

    menggunakan tiga uji kualitatif yakni uji reaksi warna, uji nyala api, dan uji

    pengendapan didapatkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    beras yang dijual di Pasar Anduonohu Kota Kendari tidak mengandung

    Klorin (pemutih/bayclin) dan aman untuk dikonsumsi.

    E. Saran

    Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan :

    1. Kepada masyarakat untuk tetap teliti dalam memilih dan membeli beras.

    Sebaiknya perhatikan ciri-ciri beras yang mengandung klorin atau pemutih

    yaitu warna putih mengkilap, licin dan tercium bau kimia.

    2. Kepada produsen beras diharapkan tidak menambahkan bahan-bahan

    berbahaya kedalam bahan pangan salah satunya zat klorin karena efeknya

    yang membahayakan bagi tubuh dan kesehatan.

    3. Kepada instansi terkait diharapkan selalu memantau kualitas beras yang

    nantinya dikonsumsi oleh masyarakat luas dari bahan-bahan berbahaya

    contohnya zat klorin.

    4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi zat-zat

    berbahaya lainnya seperti Rhodamin B, Asam borat, formaldhyde/formalin,

    yang ditambahkan pada beras.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adeansyah K. 2014. Identifikasi Zat Klorin pada Beras Putih Di Pasar Kahayan Kota

    Palangka Raya [Skripsi]. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah

    Palangkaraya.

    Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I. Penerbit

    Tiga Serangkai. Solo

    Auterhoff, H., Kovar K.A., 2002. Identifikasi Obat. ITB Bandung. Bandung

    Cahyadi, W., 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT.

    Bumi Aksara. Jakarta

    Departemen Kesehatan RI, Peraturan menteri kesehatan RI No.

    772/Menkes/PER/IX/1988, tentang bahan tambahan pangan. Jakarta:

    Departemen Kesehatan RI;1988.

    Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Beras jernih dan licin bahayakan

    kesehatan lambung. 2007.

    Edward. 1990. Klorin. Lonawarta [3: 43]. Ambon

    Farid M. 2015. Identifikasi Klorin Pada Beras yang Dijual di Pasar Kindai Limpuar

    Kecamatan Gambut [Skripsi]. Banjarmasin: Politeknik Kesehatan

    Banjarmasin.

    Gandapurnama, B. 2013. BBPOM Bandung Temukan Beras Mengandung Pemutih

    Pakaian.

    http://news.detik.com/read/2013/07/17/130608/2305499/486/2/bbpomband

    ung-temukan-beras-mengandung-pemutih-pakaian-artikel. Diakses 24 juni

    2017. Jam 20:00 WIB

    Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan.

    BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Vol. 7, No. 1

    Hubeis M, Widyastuti H, Wijaya NH. 2012. Strategi produksi pangan organik yang

    bernilai Tambah tinggi berbasis petani.

    MacDougall, J.A.A. 1994. Expos Pencemaran di Sumut. Diakses 2 April 2015

    Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta: Bhatara.

    Moehyi, S. 2009. ILMU GIZI 2. Penerbit Papas Sinar Sinarti. Jakarta: 63, 66.

  • Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. 2011. Buku Ajar: Metodologi Penelitian Kesehatan.

    Yogyakarta: Nuha Mediksa. Hal 56, 187, 190, 199, 224, 234.

    New York State Department of Healt. 2013. The Facts About Clorine General

    Information. New sYork.

    Norlatifah. 2012. Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang Dijual Di

    Pasar Besar Kecamatan Pahandut Palangka Raya.

    Nurnawati H. 2015. Kandungan Klorin pada Beras Putih Di Pasar Tanjung

    Kabupaten Jember. Jember: Universitas Jember.

    Pemerintah Kota Kendari. Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari. Buku Database

    Pedagang Unit Pasar Anduonohu. Periode Tahun 2017.

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan

    atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang

    Bahan Tambahan Makanan.

    Peraturan Menteri Pertanian No. 32 tahun 2007. Tentang Pelarangan Penggunaan

    Bahan Kimia Berbahaya Pada Proses Penggilingan Padi, Huller dan

    Penyosohan Beras.

    Rahmi S. 2016. Identifikasi Kualitatif Klorin pada Beras yang Diperjualbelikan di

    Pasar. Vol.2(1):72-77.

    Rusy IR, Elmiawati L, Mega KT. 2016. Identifikasi Klorin Secara Kualitatif Pada

    Beras Merek X. Vol.7(1).

    Samiha YT, Syarifah, Elmiana DA. 2016. Analisis Klorin Pada Beras Di Pasar Induk

    Jakabaring Dan Sumbangsihnya Terhadap Mata Pelajaran Biologi Pada

    Materi Makanan Bergizi Dan Menu Seimbang Di Kelas XI SMA/MA.

    Jurnal Biota. Vol.2(1):93-98.

    Sediaoetama, A.D., 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Cetakan

    Keempat. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta

    Setiawan, D. 2013. 10 Jenis Beras di Surabaya Mengandung Klorin

    http://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-

    mengandungklorin. Diakses 24 juni 2017. Jam 20:00 WIB

    Sinuhaji. D.N. (2009). Perbedaan Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum dan

    Sesudah Dimasak Tahun 2009. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera

    Utara.

    http://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-mengandungklorinhttp://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-mengandungklorin

  • Tilawati W, Agustina A, Arrosyid M. 2015. Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin

    (Cl2) dalam Beras Putih di Pasar Trasdisional Klepu dengan Metode

    Argentometri. Journal Of Pharmacy Science. 34-44.

    Ulfa AM. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan Metode

    Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol.9(4):197-200.

    U.S. Department Of Health and Human Services. 2007. Chlorine. Diakses 5 April

    2015

    Wongkar YI, Abidjulu J, Wehantouw F. 2014. Analisis Klorin pada Beras yang

    Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.3(3):342-346.

    Yude SA, Lestari Y, Endrinaldi. 2016. Identifikasi dan Penentuan Kadar Klorin pada

    Beras yang Dijual di Pasar Raya Padang. Jurnal Kesehatan. Vol.5(3):653-

    655

    Zaenah S. 2014. Identifikasi Formalin pada Mie Basah di Pasar Borobudur. Karya

    tulis ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah

    Magelang.

  • LAMPIRAN 8. DOKUMENTASI PENELITIAN

    A. Sampel Beras

    A1 BERAS

    CILIWUNG

    B1 BERAS

    CILIWUNG

    C1 BERAS

    CILIWUNG

    C2 BERAS

    SANTANA

    D1 BERAS

    KEPALA E1 BERAS

    KEPALA

    E2 BERAS

    CILIWUNG

    F1 BERAS

    KEPALA

  • B. Bahan yang digunakan

    Amilum 1%

    Kalium Iodida 10%

    F2 BERAS

    CILIWUNG F3 BERAS

    PANAWAI

    G1 BERAS

    KEPALA H1 BERAS

    KONAWE

    H2 BERAS

    KEPALA I1 BERAS

    SLYP SUPER

  • HCl Pekat

    Asam Nitrat (HNO3) Pekat

    Perak Nitrat (AgNO3)

    Asam Nitrat (HNO3) 3N

    Klorin (Bayclin/Pemutih)

    Kertas Saring

  • C. Alat yang digunakan

    Neraca Analitik

    Spiritus

    Karet Penghisap/Filler

    Sendok Tanduk

    Batang Pengaduk

    Asbes

  • Kaki Tiga

    Pipet Ukur

    Pipet Tetes

    Corong

    Ose Bulat

    Aluminium Foil

  • Rak Tabung

    Tabung Reaksi

    Labu Ukur

    Gelas Ukur

    Erlenmeyer

    D. Proses Penelitian

    Proses Penimbangan

    Sampel

  • Proses Penimbangan

    Amilum

    Proses Pengujian Sampel

    E. Hasil dari sampel beras putih yang telah diuji

    Hasil Uji Reaksi Warna

    Hasil Uji Nyala Api

    A1 B1 C1 C2 D1 E1 E2

    F1 F2 F3 G1 H1 H2 I1

  • Hasil Uji Pengendapan